Anda di halaman 1dari 19

PENATALAKSANAAN

FISIOTERAPI TERHADAP
KASUS PPOK DI BBKPM
BANDUNG

Neng Tia Rosmawati (20210607026)


DEFINISI PPOK
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) atau Chronic
Obstructive Pulmonary Disease (COPD) adalah suatu
penyumbatan menetap pada saluran pernapasan
sehingga akan mengalami kesulitan dalam bernafas
yang disebabkan oleh emfisema dan bronkitis
kronis.

- Bronkitis adalah infeksi pada saluran udara


menuju paru-paru yang menyebabkan
pembengkakan dinding bronkus dan produksi
cairan di saluran udara berlebihan.
- Emfisema adalah penyakit kronis atau jangka
panjang akibat kerusakan pada alveolus, yaitu
kantong udara kecil pada paru-paru.
PREVALENSI
Pada tahun 1990, WHO menyebutkan
prevalensi PPOK dunia sebesar 9,34/1.000
(laki-laki) dan 7,33/1.000 (wanita) serta
menempati urutan keenam penyebab
kematian di dunia. Pada tahun 2002, PPOK
menjadi penyebab kematian ketiga di dunia
setelah penyakit kardivaskular dan kanker.
Di Amerika tercatat 16 juta kasus PPOK
dengan lebih 100 ribu kematian. Pada tahun
2006, PPOK di Asia mencapai 56,6 juta
dengan prevalensi 6,3%. Di Indonesia
diperkirakan terdapat 4,8 juta kasus PPOK
dengan prevalensi 5,6%
FAKTOR RESIKO
KLASIFIKASI PPOK
LAPORAN KASUS
Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 15 September 2022
PEMERIKSAAN SUBYEKTIF
Identitas Pasien • RPS: Sejak 4 hari yang lalu pasien mengeluh
• No. RM : 2015030176 sesak nafas disertai nyeri pada dada
• Nama : Tn. EK biasanya sesak akan berkurang apabila
• Usia : 61 tahun pasien beristirahat.
• Jenis Kelamin : Laki-laki
• Pekerjaan : Pensiunan • RPD: Pasien sebelumnya merokok 1
• Alamat : Bandung bungkus dalam sehari dan berhenti
• Diagnosa Medis : PPOK merokok sejak 3 tahun yang lalu, selama 1
bulan ini pasien mengatakan sesak nafas
bila beraktifitas berat disertai nyeri dada
sebulan yang lalu pasien mengeluh ada
batuk dahak dan biasanya dahak yang
keluar berwarna putih dan kadang sedikit
Keluhan utama : hijau.
Pasien mengeluh bahwa sesak nafas dan
nyeri dada ketika beraktifitas, batuk (-) • RPP: Hipertensi dan MDR 18 bulan (bekas
TB)
PEMERIKSAAN OBJEKTIF
Pemeriksaan vital sign:

• TD : 146/99 mmHg
• RR : 25x/menit
• HR : 75x/menit
• SPO2 : 93%
• TB : 154 cm
• BB : 46 Kg
• IMT : 19,4 (Normal)
PEMERIKSAAN IPPA

Inspeksi:
statis: Palpasi:
• Bahu pasien protaksi dan forward head • Taktil fremitus: getaran terasa
• bentuk dada pasien barrel chest dan dominan pada dada sisi dextra
adanya scoliosis • Adanya spasme pada M. upper
• Pola nafas pasien dominan trapezius dan M. pectoralis
menggunakan dada
Perkusi:
Dinamis: Hipersonor pada dada dextra dan
• Pasien dapat berjalan mandiri tetapi redup pada area sinistra
perlahan
• Pasien mampu transfer dan ambulasi Auskultasi:
mandiri Terdengar ronchi pada kedua dada di
bagian upper- middle
PEMERIKSAAN KHUSUS
• Pemeriksaan skala sesak nafas: 3/4 (mMRC scale), 7/10 (borg scale)
• COPD assessment test: 26 (CAT skor dalam kategorik resiko tinggi)
• Uji spirometri: FVC 39,4% FEV1 24,8 % FEV1/FVC 66,2% (termasuk kategori mixed)

Antropometri Inspirasi Ekspirasi Selisih


Upper 88 cm 87,5 cm 0,5 cm
Middle 85 cm 84 cm 1 cm
Lower 79 cm 78 cm 1 cm

VAS Nilai Keterangan


Diam 2/10 Nyeri pada area dada
Gerak 6/10 Nyeri pada area dada
Tekan 0/10 Nyeri pada area dada
PEMERIKSAAN PENUNJANG MEDIS

X- ray pada rongga thorax (27 April 2022)


 Kesan: perbaikan KP duplex lama
DIAGNOSA FISIOTERAPI BERDASARKAN ICF

Body structure impairment: Activity limitation:


• Nyeri dada • Keterbatasan dalam berjalan jauh dan berjalan
• Sesak nafas cepat
• Terdapat spasme M. upper trapezius • Keterbatasan dalam naik turun tangga
dan M. pectoralis
• Terdapat bahu protaksi dan forward
head Participation restriction:
• Skoliosis • Keterbatasan dalam melakukan hobbynya jalan-jalan
• Barrel chest

Body function impairment:


• Penurunan ekspansi sangkar thorax Diagnosa fisioterapi:
• Penurunan kapasitas paru Keterbatasan ADL akibat adanya nyeri dada, sesak
nafas, muscle spasme karena penurunan ekspansi
thoraks dan kapasitas paru et causa PPOK
TUJUAN FISIOTERAPI

Jangka pendek Jangka panjang:

• Mengurangi nyeri dada • Mengembalikan ADL pasien


• Mengurangi sesak nafas tanpa adanya keluhan
• Meningkatkan ekspansi thorax dan • Melanjutkan tujuan jangka
kapasitas paru pendek
• Mengurangi spasme m. upper
trapezius dan M. pectoralis
• Koreksi posture
INTERVENSI FISIOTERAPI

Intervensi Tujuan Dosis


Infrared vasodilatasi pembuluh darah Dilakukan 10-15 menit
kapiler dan arteri, dapat persesi
merileksasikan otot serta
mengurangi nyeri.
Pulse lip breathing meningkatakan ventilasi dengan Dilakukan 1 set dengan 3-8
memperluas volume paru dan kali repetisi
meningkatkan saturasi oksigen
Chest mobility Meningkatkan ekspansi thorax, Dilakukan 1 set dengan 3-8
meningkatkan mobilisasi kali repetisi
sangkar thorax dan membantu
merelease otot yang spasme
Stretching/ Untuk mengurangi spasme pada Dilakukan selama 3-5 menit
EDUKASI
• Pasien disarankan untuk melakukan latihan yang telah diajarkan dan
diberikan oleh fisioterapi seperti mengontrol pernafasan dan penguluran
otot-otot dada dan leher.
• Menyarankan pasien untuk selalu mengontrol postur tubuhnya seperti
menghindari postur membungkuk yang akan menyebabkan sesak nafas.
• Memberitahu pasien agar tidak terlalu beraktivas yang berlebih yang
memicu timbulnya rasa Lelah dan sesak.
• Anjurkan pasien untuk mentaati keteraturan makan dalam hal jadwal
makan, jenis dan jumlah makanan
EVALUASI

Pertemuan kesatu (15 September 2022) Pertemuan kedua (19 September 2022)

• Keluhan pasien: sesak nafas dan nyeri • Keluhan pasien: sesak nafas dan nyeri
dada, batuk (-) dada, batuk (-)
• TD: 146/99 mmHg • TD: 129/99 mmHg
• HR: 75x/menit • HR: 84x/menit
• RR: 25x/menit • RR: 22x/menit
• SPO2: 93% • SPO2: pre intervensi (88%) post
• mMRC: 3/4, borg scale 7/10 intervensi (96%)
• CAT: 26 (resiko tinggi) • mMRC: 3/4, borg scale 7/10
• VAS: Diam: 2/10, Gerak: 6/10, Tekan: • CAT: 26 (resiko tinggi)
0/10 • VAS: Diam: 2/10, Gerak: 6/10, Tekan:
• Sangkar thorax: 0/10
Upper : 88 cm- 87,5 cm selisih 0,5 cm • Sangkar thorax:
Middle : 85 cm- 84 cm selisih 1 cm Upper : 88 cm- 87 cm selisih 1 cm
Lower : 79 cm- 78 cm selisih 1 cm Middle : 85 cm- 84 cm selisih 1 cm
Kesimpulan
• Terjadi penurunan pada Tekanan darah dan peningkatan pada RR,HR dan
SPO2
• Terjadi peningkatan pada antropometri sangkar thoraks
• Tidak terjadi penurunan pada sesak nafas dan nyeri pada dada
DAFTAR PUSTAKA
 Aini, F., Sitorus, R., & Budiharto, B. (2008). Pengaruh breathing retraining terhadap
peningkatan fungsi ventilasi paru pada asuhan keperawatan pasien ppok. Jurnal
Keperawatan Indonesia, 12(1), 29-33.
 Rosyid, A. N., & Maranatha, D. (2017). Perbedaan hiperresponsif bronkus antara PPOK
dan bukan PPOK perokok (Doctoral dissertation, Universitas Airlangga)
 Brashier, B. B., & Kodgule, R. (2012). Risk factors and pathophysiology of chronic
obstructive pulmonary disease (COPD). J Assoc Physicians India, 60(Suppl), 17-21.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai