Anda di halaman 1dari 19

ASPEK SILVIKULTUR SISTEM WANATANI

REPONG DAMAR

Oleh:
Drs. Afif Bintoro, M.P.
CPMK & Sub-CPMK
Mahasiswa dapat mengetahui tentang definisi repong damar, struktur dan
fungsi repong damar dan juga mengetahui bagaimana proses terbentuknya
repong damar
Mahasiswa dapat menjelaskan mengenai Aspek Silvikultur Repong Damar
PENDAHULUAN:
Pengantar
Pendahuluan
Repong damar di Krui merupakan bentuk kebun
campuran dengan tanaman utama damar dan tanaman
pengisi lainnya adalah jenis buah-buahan dan kayu-
kayuan, serta tanaman pengisi strata bawah berupa
tumbuhan perdu, semak dan rumput-rumputan
(Harianto dkk. , 2016)
Masyarakat Krui mendapatkan hasil dari repong damar
tersebut untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Keberadaan repong damar di Krui Kabupaten Pesisir
Barat adalah salah satu bukti bagaimana masyarakat
dapat membangun hutan yang langsung memberikan
kontribusi ekonomi bagi mereka secara berkelanjutan
(Dewi dkk., 2021)
Bagaimana sistem wanatani di repong
damar?
Pola Wanatani Repong Damar
Wanatani atau Agroforestri sudah dikenal dan
digunakan oleh petani
Lubis (2005) menyatakan, bahwa hutan buatan
dalam istilah masyarakat Krui adalah repong
damar. Repong damar merupakan perpaduan yang
kohesif antara pertanian dan kehutanan
(agrisilvikultur).
Multiproduk dan multifungsi
Repong damar dikelola oleh masyarakat dengan
pola wanatani yang masih sederhana
pengelolaannya, namun cukup membentuk suatu
hutan yang stabil.
Pola Wanatani Repong Damar
Penanaman pohon di repong damar dengan pola
campuran dengan jenis pohon atau tanaman
tahunan lainnya yang dianggap oleh masyarakat
akan memberikan hasil (tanaman produktif).
Dalam agroforestri repong damar dikembangkan
berbagai jenis tanaman buah-buahan dan tanaman
lainnya seperti pisang, pepaya, rambutan, sawo,
berbagai tanaman jambu-jambuan, dan dibawanya
berkembang berbagai semak atau rerumputan (de
Foresta et al., 2000).
Pola Wanatani Repong Damar
Dlm teknologi ini ada beberapa prinsip yg.
dikembangkan
• Menutupi tanah dengan tajuk tanaman dengan
beberapa strata
• Meningkatkan kapasitas infiltrasi & mengurangi
erosi
• Mengatur sistem hidrologi
• Memberikan hasil tanaman yang bernilai
ekonomi cukup tinggi
• Menciptakan tata udara yang sehat (Monde,
2003)
POLA WANATANI
Repong damar ini berpola membentuk
keanekaragaman jenis tanaman, baik habitus pohon,
perdu, maupun semak.
Struktur dan komposisi vegetasi tersebut sangat
tergantung pada peran manusia.
Pola wanatani/agroforestri di repong damar adalah
kebun campuran, yang mengombinasikan antara damar
dengan tumbuhan hortikultura penghasil buah-buahan,
dan dengan tumbuhan berkhasiat obat.
Pohon yang ada hampir semuanya ditanam oleh
masyarakat. Pohon utama mereka adalah damar untuk
diambil resinnya, sedangkan pohon lainnya tergantung
keinginan mereka.
Sistem Wanatani Repong Damar
Menurut King & Chandler dlm Kadri dkk (1992), bahwa
wanatani adalah sistem pengelolaan lahan yg. berasaskan
kelestarian, meningkatkan hasil lahan secara keseluruhan,
mengombinasikan produksi tanaman pertanian dengan
tanaman hutan dan atau hewan secara bersamaan atau
berurutan pada unit lahan yang sama.
Pembuatan repong damar juga merupakan sistem
pengelolaan lahan yang berasaskan kelestarian
meningkatkan hasil baik damar maupun buah-buahan yang
mengombinasikan dengan tanaman pertanian dan tanaman
obat-obatan secara bersamaan dalam unit lahan yang
sama, yaitu repong damar.
Apa fungsi wanatani repong damar bagi
masyarakat?
FUNGSI REPONG DAMAR
Pihak instansi kehutanan menetapkan lahan repong
damar milik penduduk tersebut sebagai kawasan
penyangga (buffer zone) bagi TNBBS (Harianto dkk,
2016)
Kearifan lokal dari masyarakat Krui yang memelihara
Repong sebagai sistem wanatani telah lebih dari tujuh
generasi adalah indikasi keberhasilan kelestarian
hutan (Dewi dkk. 2017)
Repong Damar sebagai lahan wanatani memiliki fauna
yang beragam (Dewi dkk, 2017)
Hasil dari repong damar beragam, sesuai dengan jenis
tanaman dan faunanya yang beragam
Bagaimana pengembangan repong damar?
Pengembangan Repong Damar
 Menurut Michon dkk. dalam Rizon (2005) bahwa tahapan
pengembangan repong damar dapat dibagi menjadi dua:
a) Secara ekologis: fase perkembangannya menyerupai
tahapan dg segala keuntungan ekologisnya, seperti
perlindungan tanah, evolusi iklim mikro dll.
b) Secara teknis budidaya, tahap-tahap penanaman tanaman
produktif, mulai dari tanaman subsisten sampai dengan
tanaman tua berikut perawatannya disengaja atau tdk oleh
petani.
 Damar mata kucing merupakan komoditas HHBK yg sangat
penting bagi masyarakat sekitarnya, dan damar sudah
menjadi komoditas ekspor ke berbagai negara (Dephut, 2008)
Mengingat pentingnya damar dilestarikan dan kendala
yang dijumpai utk pengembangannya, maka beberapa
alternatif untuk mengatasinya, antara lain:
Biji bersifat rekalsitran dan tdk bisa disimpan lama,
maka dicari solusi dengan media penyimpanan. Yang
sudah dilakukan pada jenis Diptercarpaceae lainnya
antara lain menggunakan media simpan serbuk gergaji
dan abu gosok, barangkali ada yang akan mencoba
menggunakan media lain?
Damar tidak berbuah setiap tahun. Bisa dilakukan
penelitian menggunakan perbanyakan vegetatif
dengan setek pucuk atau batang. Dengan terlebih
dahulu pangkal seteknya dioles dengan hormon
penumbuh akar, seperti Rootone-F, IBA, dsb.
Untuk mendapatkan bibit yang bersimbiosis dengan
mikoriza, maka digunakan anakan di bawah tegakan atau
penggunaan media topsoil di bawah tegakan damar.
Kalau media tumbuh sudah banyak dilakukan, yang penting
adalah apakah akar bibit damar sudah bersimbiosis dengan
mikoriza apa belum, karena mikoriza tersebut yang akan
membantu penyerapan unsur hara yang diambilkan dari
penguraian bahan organik yang tersedia di lingkungan
Masalah lain yang dihadapi dalam pengembangan repong
damar adalah kesehatan damar mata kucing, seperti serangga
dari famili Scolytidae seperti kumbang yang banyak
merusak buah masak. Begitu juga hama penggerek batang
dan cabang, semut, rayap, ulat yang merusak bibit atau
semai dipersemaian dan tanaman muda di lapangan.
Penangannya dilakukan dengan insektisida (Direktorat
Perbenihan Tanaman, 2004)
DAFTAR PUSTAKA
 De Foresta H., Kusworo A., Michon G. dan Djatmiko W.A., 2000. Ketika
Kebun Berupa Hutan - Agrofores Khas Indonesia - Sebuah Sumbangan
Masyarakat. ICRAF, Bogor.
 Dewi, B.S., S.P. Harianto, A. Bintoro, D. Iswandaru, R. Pramana, D;
Riyanto., 2017. Fauna Agroforest . http://repository.lppm.unila.ac.id/3799.
Bandar Lampung.
 Harianto, S.P. , B.S. Dewi, & Rusita. 2016. Repong Damar. Plantaxia.
Yogyakarta.
 Hairiah, K., Widianto, S.R. Utami dan B. Lusiana (ed.). 2002. Wanulcas,
Model Simulasi Untuk Sistem Agroforestri. International Center for
Research in Agroforetry. ICRAF Southeast Asia. Bogor, Indonesia.
 Lubis, Z. 2005. Pengetahuan Lokal dalam Sistem Pengelolaan
Sumberdaya Alam Berkelanjutan. Warisan Budaya yang Terancam
Hilang. Jurnal Antropologi Sosial Budata Etnovisi. Edisi 01. Tahun I.
 Monde, A. 2003. Sistem Agroforestri Repong Damar sebagai Salah Satu
Bentuk Pengelolaan DAS yang Sustainable. Program Pascasarjana
IPB. Bogor.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai