Disusun Oleh :
dr. Izdihar Rahmadinda
Pembimbing :
Dr. dr. Wisnu Barlianto, SpA(K), Msi.Med.
dr. Dessy Wulandari, SpA(K), M.Biomed.
Nama An D
Tanggal lahir 31 Oktober 2011
Usia 12 tahun 3 bulan
No. RM 11570008
Alamat EDELWEIS LAND NO26
Anamnesis
Keluhan utama :
Sering batuk
Riwayat Alergi :
• Belum diketahui apakah ada alergi atau tidak, pasien disarankan oleh dokter umum
Riwayat Kehamilan Ibu
• Ibu hamil usia 30 tahun. Rutin kontrol di bidan setiap bulan. Keluhan saat hamil (-)
demam (-) DM (-) HT (-), rutin minum vitamin (+), minum jamu (-), pijat oyok (-).
kuning (-) .
Riwayat Kelahiran:
• Anak lahir secara normal. Lahir langsung menangis (+), lahir cukup bulan BBL:
3100 gr, PB: 50 cm, biru (-) kuning (-), sesak (-).
Riwayat Imunisasi:
• Imunisasi dasar lengkap, booster (+) Vaksin Covid 2x (Buku KIA tidak ada)
Riwayat Nutrisi :
• ASI dari lahir sampai dengan usia 2 tahun
• MPASI sejak usia 6 bulan
• Saat ini, makan makanan dengan menu keluarga 3x1 porsi, dengan berbagai macam
lauk dan sayur
Pemeriksaan Fisik
Status Antropometri:
TATALAKSANA
● Protokol immunotherapy
HDM Allergy atau
House Dust Mite Allergy
Adalah suatu reaksi alergi yang disebabkan oleh parasit, dalam hal
ini adalah tungau atau kutu, yang biasanya ditemukan dalam
rumah dengan kondisi yang berdebu (1)
Sumber :
(3) Calderon, M.A., et al., House Dust Mite Respiratory Allergy : An Ovevriew of Current Therapeutic Strategies. Diakses melalui
https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2213219815003335?ref=pdf_download&fr=RR-2&rr=7f5f6f0e98f16bdf
Gambar diakses melalui https://www.evolutionbiotech.com/house-dust-mite/
● Penelitian Terreehorst (2002) pada 325 pasien atopi menunjukkan bahwa 92% pasien asma
dan 85% pasien dermatitis atopi memiliki prevalensi tinggi terhadap gejala rinitis alergi
yang berhubungan dengan TDR. Di Indonesia, 90% penderita asma rentan terhadap debu
rumah dan TDR.
● Alergen yang berasal dari tungau/kutu dapat memicu munculnya gejala alergi di kulit atau
mukosa (konjungtivitis, eksema), sistem respiratori (rhinitis, asma, eksema)
● Bagian tubuh TDR yang bisa menjadi alergen adalah kutikula, organ seksual, dan saluran
cerna (4)
Sumber :
(4) Natalia, Diana. 2015. Peranan Alergen Tungau Debu Rumah (Der p 1 dan Der p 2) dalam Reaksi Alergi. Diakses pada
https://media.neliti.com/media/publications/400359-peranan-alergen-tungau-debu-rumah-der-p-2b2ae042.pdf
Skin Prick Test
Skin Prick Test
Digunakan untuk tes alergi yang diperantarai IgE.
Banyak digunakan, lebih mudah, efek serius minimal, dapat memberikan hasil tes yang optimal
Intradermal Testing
Relevan digunakan untuk alergi diperantai IgE dan reaksi hipersensitivitas tipe lambat
Dapat menimbulkan reaksi efek samping yang serius
Perlu tehnik khusus
Patch Testing
Digunakan untuk kecurigaan reaksi hipersensitivitas kontak dan beberapa reaksi hipersensitivitas tipe
lambat
Sumber :
ASCIA. 2016.”Skin Prick Test for Diagnosis Allergic Diseases”. Dikutip dari
https://www.allergy.org.au/images/stories/pospapers/ASCIA_SPT_Manual_March_2016.pdf
Alergen (dalam jumlah minimal)
epidermis dan superfisial dermis
non vascular spesifik IgE
berikatan dengan sel mast di
kutaneus histamin (+) “wheel
and flare” muncul sekitar 15
menit
Sumber :
ASCIA. 2016.”Skin Prick Test for Diagnosis Allergic Diseases”. Dikutip dari :
https://www.allergy.org.au/images/stories/pospapers/ASCIA_SPT_Manual_March_2016.pdf
Indikasi
• Rhinitis/rhino conjungtivitis/alergic conjunctivitis
• Atopic dermatitis
• Food reactions
• Latec allergy Kontraindikasi Relatif
• Hamil
• Persisten asma/unstable asthma
• Bayi
• Pasien dengan beta blocker
Kontraindikasi
• Diffuse dermatological conditions
• Dermatografisme
• Tidak kooperatif
• Bergantung terhadap antihistamis atau obat lain yang memengaruhi hasil tes
● Alat
Ekstrak alergen Tes dilakukan di lengan bawah (3 cm dari fossa
antecubiti dan 5 cm dari pergelangan tangan
Kontrol positif histamine
Kontrol negatif NaCl atau glycerol
Lancet
Ada 2 metode (1) Drop then prick (2) Dip then
Tissue
prick
Alkohol swab
Penanda
Penggaris
Recording sheet
Marker
Emergency kit
Sumber :
ASCIA. 2016.”Skin Prick Test for Diagnosis Allergic Diseases”. Dikutip dari :
https://www.allergy.org.au/images/stories/pospapers/ASCIA_SPT_Manual_March_2016.pdf
Interpretasi Hasil SPT
Dilihat dahulu kontrol negatif dan kontrol positif
•Kontrol negatif seharusnya tanpa “wheal atau flare” bila ditemukan, maka uninterpretable
(tes gagal). Bila kontrol negatif muncul indurasi 3 mm, maka hasil tes dapat dikatakan positif bila >6
mm. Bila kontrol negatif >3mm, ada indikasi severe dermatographism.
•Kontrol positif muncul sekitar 4-6 mm. Bila kontrol positif tidak ada indurasi atau eritema, maka ada
kemungkinan pasien konsumsi antihistamin atau memiliki no-reactive skin conditions
Cara membaca :
- Bila bentuk indurasinya bulat presisi diukur diameter (dalam mm)
- Bila bentuk indurasi iregular diambil rata-rata (diameter terpanjang + diamater terpendek lalu
dibagi 2)
- Dibaca setelah 15 menit setelah tes
Sumber :
ASCIA. 2016.”Skin Prick Test for Diagnosis Allergic Diseases”. Dikutip dari :
https://www.allergy.org.au/images/stories/pospapers/ASCIA_SPT_Manual_March_2016.pdf
Terima Kasih