Anda di halaman 1dari 33

Konsep Seksualitas

Isu-isu seksualitas
Pembicaraan mengenai seksualitas seringkali dianggap
sebagai hal yang tabu tidak pantas dibicarakan dalam
komunitas umum bersifat pribadi hanya dikaitkan dengan
masalah hubungan antar lawan jenis.
Klien tidak terlepas dari aspek seksualitasnya ketika mereka
berada dalam sistem pelayanan kesehatan.Dalam pelayanan
kesehatan dengan pendekatan holistik,semua aspek saling
berinteraksi. Aspek seksualitas mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh aspek biologi, psikologi, sosiologi, kultural
dan spiritual. Perawat harus mempunyai dasar pengetahuan,
ketrampilan dalam pengkajian dan komunikasi serta sikap
yang tepat.
Pengertian seksualitas

Seksualitas adalah kebutuhan dasar manusia dalam manifestasi


kehidupan yang berhubungan dengan alat reproduksi. (Stevens: 1999).
Sedangkan menurut WHO dalam Mardiana (2012) seksualitas adalah
suatu aspek inti manusia sepanjang kehidupannya dan meliputi seks,
identitas dan peran gender, orientasi seksual, erotisme, kenikmatan,
kemesraan dan reproduksi.
Dimensi Seksualitas
Dimensi Sosiokultural

Seksualitas dipengaruhi oleh norma dan peraturan kultural yang menentukan apakah
perilaku yang diterima di dalam kultur. Keragaman kultural secara global menciptakan
variabilitas yang sangat luas dalam norma seksual dan menghadapi spectrum tentang
keyakinan dan nilai yang luas. Misalnya termasuk cara dan perilaku yang
diperbolehkan selama berpacaran, apa yang dianggap merangsang, tipe aktivitas
seksual, sanksi dan larangan dalam perilaku seksual, dengan siapa seseorang
menikah dan siapa yang diizinkan untuk menikah. Setiap masyarakat memainkan
peran yang sangat kuat dalam membentuk nilai dan sikap seksual, juga dalam
membentuk atau menghambat perkembangan dan ekspresi seksual anggotanya.
Setiap kelompok sosial mempunyai aturan dan norma sendiri yang memandu perilaku
anggotanya. Peraturan ini menjadi bagian integral dari cara berpikir individu dan
menggarisbawahi perilaku seksual, termasuk, misalnya saja, bagaimana seseorang
menemukan pasangan hidupnya, seberapa sering mereka melakukan hubungan
seks, dan apa yang mereka lakukan ketika mereka melakukan hubungan seks
Dimensi Agama dan etik

Seksualitas juga berkaitan dengan standar pelaksanaan agama dan


etik. Ide tentang pelaksanaan seksual etik dan emosi yang berhubungan
dengan seksualitas membentuk dasar untuk pembuatan keputusan
seksual. Spektrum sikap yang ditunjukan pada seksualitas direntang
dari pandangan tradisional tentang hubungan seks yang hanya dalam
perkawinan sampai sikap yang memperbolehkan individu menentukan
apa yang benar bagi dirinya. Keputusan seksual yang melewati batas
kode etik individu dapat mengakibatkan konflik internal.
Dimensi Psikologis

Seksualitas bagaimana pun mengandung perilaku yang


dipelajari. Apa yang sesuai dan dihargai dipelajari sejak dini
dalam kehidupan dengan mengamati perilaku orangtua.
Orangtua biasanya mempunyai pengaruh signifikan pertama
pada anak-anaknya. Mereka sering mengajarkan tentang
seksualitas melalui komunikasi yang halus dan nonverbal.
Seseorang memandang diri mereka sebagai makhluk seksual
berhubungan dengan apa yang telah orangtua mereka
tunjukan kepada mereka tentang tubuh dan tindakan mereka.
Orangtua memperlakukan anak laki-laki dan perempuan
secara berbeda berdasarkan jender.
Dimensi Biologis

Seksualitas berkaitan dengan pebedaan biologis antara laki-


laki dan perempuan yang ditentukan pada masa konsepsi.
Material genetic dalam telur yang telah dibuahi terorganisir
dalam kromosom yang menjadikan perbedaan seksual. Ketika
hormone seks mulai mempengaruhi jaringan janin, genitalia
membentuk. karakteristik laki-laki dan perempuan. Hormon
mempengaruhi individu kembali saat pubertas, dimana anak
perempuan mengalami menstruasi dan perkembangan
karakteristik seks sekunder, dan anak laki-laki mengalami
pembentukan spermatozoa (sperma) yang relatif konstan dan
perkembangan karakteristik seks sekunder.
KESEHATAN SEKSUAL

Kesehatan seksual adalah kemampuan seseorang mencapai


kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang terkait dengan seksualitas,
hal ini tercermin dari ekspresi yang bebas namun bertanggung jawab
dalam kehidupan pribadi dan sosialnya. misalnya dalam menjaga
hubungan dengan teman dalam batasan yang diperbolehkan oleh
norma dalam masyarakat atau agama. Bukan hanya tidak adanya
kecacatan, penyakit atau gangguan lainnya. Kondisi ini hanya bisa
dicapai bila hak seksual individu perempuan dan laki-laki diakui dan
dihormati (BKKBN, 2006).
Review Anatomi & fisiologi sistem reproduksi pria & wanita
Organ seks wanita

Organ seks internal : vagina, uterus, tubulus falopii dan ovarium.Organ seks
eksternal secara kolektif disebut vulva yang terdiri dari mons pubis (mons
veneris), labia mayora, labia minora, klitoris dan ostium vaginalis (introitus).

Organ seks pria

Organ seks eksternal pria adalah penis dan skrotum.Organ seks internal
pria yaitu testis, epididimis dan duktus deferen, kelenjar prostat, vesikula
seminalis dan kelenjar Cowper.
KOMPONEN KESEHATAN SEKSUAL

 Konsep seksual diri


 Body image
 Identitas seksual
 Orientasi seksual
Konsep seksual diri

Nilai tentang kapan, dimana, dengan siapa dan bagaimana seseorang


mengekspresikan seksualitasnya. Konsep seksual diri yang negatif
menghalangi terbentuknya suatu hubungan dengan orang lain
Body image
Pusat kesadaran terhadap diri sendiri - -- secara konstan dapat berubah
--- Bagaimana seseorang memandang (merasakan) penampilan
tubuhnya berhubungan dengan seksualitasnya Contoh : wanita (bentuk
tubuh dan ukuran payudara), Pria (ukuran penis)
Identitas Seksual
• Identitas Biologis : kromosom seks, hormon seks, kelamin. Identitias
Jender : suatu pandangan mengenai jenis kelamin seseorang,
sebagai laki-laki atau perempuan --- mencakup komponen biologi,
juga norma sosial dan budaya

• Yang Menentukan Peran Jender :


Lingkungan (orang tua, teman sebaya & media)
Hormone seks
Factor cultural
Perasaan erotic seseorang yang ditujukan pada jenis kelamin.
Orientasi seksual akan mempengaruhi gaya hidup seseorang
Professional dalam memahami keragaman perilaku seksual klien

SIKAP PERAWAT TERHADAP SEKSUAL


Professional dalam memahami keragaman perilaku seksual
klien
Menjamin klien akan mendapatkan perawatan kesehatan
terbaik tanpa menghilangkan nilai diri mereka.
Pemberi informasi yang akurat, jujur tentang efek penyakit
pada seksualitas & edukasi seks
Tahap Perkembagan Seksual
Bayi (0 – 12 bulan ) Penentuan jender laki-laki atau perempuan

Pembedaan diri sendiri dengan orang lain secara bertahap


Genital eksternal sensitif terhadap sentuhan
Bayi laki-laki mengalami ereksi penis; bayi perempuan mangalami lubrikasi
vagina
Bayi laki-laki mengalami ereksi nokturnal spontan
Stimulasi taktil (sentuhan, menyusu, memeluk, membuai) --- senang &
nyaman berinteraksi dengan manusia
Todler (1-3 tahun )

Identitas jender berkembang secara kontinyu (terus menerus)


Mampu mengidentifikasi jender diri sendiri
Mulai menirukan tindakan orang tua yang berjenis kelamin sama ,misal
berinteraksi dengan boneka, pakaian yang dipakai
Pra sekolah (4-5 tahun )

Kesadaran terhadap diri sendiri meningkat


Mengeksplorasi anggota tubuh sendiri dan teman bermain
Mempelajari nama anggota tubuh dengan benar
Belajar mengendalikan perasaan dan tingkah laku
Menyukai orang tua yang berbeda jenis
Mempertanyakan mengenai bagaimana seorang bayi bisa ada
Usia sekolah (6-12 tahun)
Mempunyai identifikasi yang kuat dengan orang tua yang berjenis
kelamin sama (misalnya anak perempuan dengan ibu)
Senang berteman dengan sesama jenis
Kesadaran diri meningkat
Mempelajari konsep dan peran jender
Mulai menyukai hal yang bersifat pribadi, modis
Sekitar usia 8-9 tahun mulai memikirkan tentang perilaku seksual,
menstruasi, reproduksi, seksualitas
Remaja (12-18 tahun ) Karakteristik seks mulai
berkembang

Mulai terjadi menarke


Mengembangkan hubungan yang menyenangkan
Dapat terjadi aktivitas seksual, misalnya masturbasi
Mengidentifikasi orientasi seksual (homoseks / heteroseks)
Mencari perawatan kesehatan tanpa ditemani orang tua
Dewasa awal (18-40 tahun ) Terjadi
aktivitas seksual
Gaya hidup dan nilai-nilai yang dianut telah kuat
Beberapa pasangan berbagi tugas : keuangan, pekerjaan
rumah tangga
Mengalami ancaman terhadap body image akibat penuaan
Dewasa tengah (40-65 tahun )
Penurunan produksi hormon
Wanita mengalami menopause
Laki-laki mengalami klimakterik secara bertahap
Mulai memperkokoh stándar moral dan etik
Dewasa akhir (65 tahun keatas )
Aktivitas seksual lebih berkurang
Sekresi vagina berkurang, payudara mengalami atrofi
Laki-laki menghasilkan sperma lebih sedikit dan memerlukan waktu
lebih lama untuk dapat ereksi dan ejakulasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi seksualitas

Budaya
berpakaian, tata cara pernikahan, perilaku yang diharapkan sesuai
norma. Peran laki-laki dan perempuan mungkin juga akan dipengaruhi
budayaNilai-nilai religi (keagamaan)Aturan atau batasan yang boleh dan
tidak boleh dilakukan terkait seksualitas. Misalnya larangan aborsi,
hubungan seks tanpa nikah
Status kesehatan
Klien dapat mengalami penurunan keinginan seksual karena alasan
fisik. Medikasi dapat mempengaruhi keinginan seksual. Citra tubuh yang
buruk, terutama ketika diperburuk oleh perasaan penolakan atau
pembedahan yang mengubah bentuk tubuh, dapat menyebabkan klien
kehilangan perasaannya secara seksual.
Hospitalisasi

Kesepian, tidak lagi memiliki privasi, merasa tidak berguna.--- Beberapa


klien di rumah sakit mungkin dapat berperilaku secara seksual melalui
pengucapan kata-kata kotor, mencubit,dll--- Klien yang mengalami
pembedahan dapat merasa kehilangan harga diri dan perasaan
kehilangan yang mencakup maskulinitas dan femininitas
Respon Seksualitas

Siklus respon seksual normal terdiri dari empat tahap yang terjadi berturutturut.
“Normal” pada umumnya mengacu pada panjang siklus masing-masing fase,
dan hasil bercinta yang memuaskan. Empat tahapan siklus respon seksual
1) Fase kegembiraan adalah tahap pertama, yang dapat berlangsung dari
beberapa menit sampai beberapa jam. Beberapa karakteristik dari fase
kegembiraan meliputi:
a) Peningkatan ketegangan otot
b) Peningkatan denyut jantung
c) Perubahan warna kulit
d) Aliran darah ke daerah genital
e) Mulainya pelumasan Vagina
f) Testis membengkak dan skrotum mengencang
2) Fase plateau adalah fase yang meluas ke ambang orgasme.
Beberapa perubahan yang terjadi dalam fase ini meliputi:
a) Fase kegembiraan meningkat
b) Peningkatan pembengkakan dan perubahan warna vagina
c) Klitoris menjadi sangat sensitive
d) Testis naik ke dalam skrotum
e) Adanya peningkatan dalam tingkat pernapasan, denyut jantung, dan
tekanan darah
f) Meningkatnya ketegangan otot dan terjadi kejang otot
3) Fase orgasme adalah puncak dari siklus respons seksual, dan
merupakan fase terpendek, hanya berlangsung beberapa detik. Fase ini
memiliki karakteristik seperti berikut:
a) Kontraksi otot tak sadar
b) Memuncaknya denyut jantung, tekanan darah, dan tingkat
pernapasan
c) Pada wanita, kontraksi otot vagina menguat dan kontraksi rahim
berirama
d) Pada pria, kontraksi otot panggul berirama dengan bantuan kekuatan
ejakulasi
e) Perubahan warna kulit ekstrem dapat terjadi di seluruh tubuh
4) Tahap terakhir, yang disebut fase resolusi, adalah ketika
tubuh secara perlahan kembali ke tingkat fisiologis normal.
Fase resolusi ditandai dengan relaksasi, keintiman,dan
seringkali kelelahan. Sering kali perempuan tidak memerlukan
fase resolusi sebelum kembali ke aktivitas seksual dan
kemudian orgasme, sedangkan laki-laki memerlukan waktu
pemulihan sebelum orgasme selanjutnya. Seiring
pertambahan usia laki-laki, panjang dari fase refraktori akan
sering meningkat.
Permasalahan seksualitas
• Ketidaktahuan mengenai seks
• Kelelahan
• Konflik
• Kebosanan
Membantu Kesulitan Seksual
Kemampuan yang dapat sangat membantu tidak hanya memfasilitasi pasien dalam
mengekspresikan kekhawatiran mereka mengenai kesulitan seksual, tetapi juga
dengan mendengarkan secara empati. Tidak jarang, ini merupakan pertama kali
pasien benar-benar mengutarakan masalah mereka dan mampu melakukannya, maka
masalah dan kemungkinan-kemungkinan penyebabnya lebih mudah dibawa ke dalam
perspektif. Pada banyak kasus, mungkin tidak tersedia informasi mengenai respons
seksual normal dan apa yang dapat diharapkan. Hal ini dapat dengan mudah
diperbaiki. Contoh-contoh umum adalah asumsi bahwa pasangan harus mencapai
orgasme bersama-sama atau bahwa pihak wanita harus mengalami orgasme hanya
melalui hubungan per vaginam. Dengan cara berbicara dengan pasangan,kita dapat
membantu mereka untuk lebih memahami satu sama lain dan mengetahui arti
pengalaman seksual bagi masingmasing. Mendorong pasangan untuk berbicara
secara lebih terbuka dan nyaman mengenai perasaan-perasaan seksual mereka
sering merupakan hal yang sangat penting, karena cara tersebut dapat membuka jalan
bagi pasangan untuk menyelesaikan sendiri masalahnya. ( Glasier: 2005 )

Anda mungkin juga menyukai