Anda di halaman 1dari 28

Pengantar Perancangan Kontrak Bisnis

dan Asas-asas dalam Kontrak Bisnis


Oleh: Robert, S.H., M.H.
Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara
Medan
Pendahuluan
• Secara umum, transaksi bisnis dapat dibagi menjadi transaksi bisnis
dalam negeri dan internasional;
• Dari segi hukum kontrak, transaksi bisnis terdiri dari tiga tahap: tahap
persiapan (Preparation Phase), tahap pelaksanaan (Performance
Phase), tahap penegakan hukum kontrak (Enforcement Phase);
• Dalam tiga tahap itu seorang konsultan hukum harus mengetahui
bahwa ada tiga aspek yang mengiringinya: budaya (cultural), hukum
(legal), praktis (practical).
Tahap Persiapan (Preparation Phase):
Aspek Budaya (Cultural Aspect)
• Aspek budaya dalam persiapan kontrak (preparation phase) mencakup dua hal, yaitu peranan lawyer
dan peranan kontrak dalam transaksi bisnis;
• Pada masyarakat Barat terutama Amerika Serikat, lawyer memegang peranan penting dalam
negosiasi untuk menyusun kontrak;
• Masyarakat Amerika Serikat menganggap hukum itu adalah hak (rights). Karena menganggap
hukum sebagai hak, masyarakat Amerika terkenal sebagai masyarakat yang litigious – pelanggaran
hukum adalah pelanggaran terhadap hak, pengadilan dianggap sebagai salah satu cara untuk
mempertahankan haknya;
• Pada masyarakat Timur, umpamanya Cina, Jepang dan Korea, lawyer tidak banyak berperanan pada
tahap persiapan, karena masyarakat ini menganggap hukum itu adalah order, perintah untuk menjaga
ketertiban;
• Sengketa-sengketa dagang diselesaikan di luar pengadilan seperti mediasi dan perdamaian;
• Pandangan ini berakar dari ajaran Confucius. Dalam hukum Cina tradisional dikenal konflik antara
Confucius dan Legalist;
• Waktu Confucius hidup (551 SM-479), pada masa dinasti Ch’in, menganggap bahwa
ketertiban masyarakat tercapai jika lima hubungan dijaga keharmonisannya;
• Rakyat harus tunduk pada Kaisar, Kaisar harus bijaksana. Istri harus tunduk pada suami, suami harus
bijaksana. Anak harus tunduk pada orang tua, orang tua harus bijaksana. Adik harus tunduk pada kakak,
kakak harus bijaksana. Kawan yang muda harus tunduk pada yang lebih tua, yang lebih tua harus bijaksana;
• Namun sebaliknya kaum Legalist, yaitu diplomat, birokrat, dan militer dari Kekaisaran Cina berpendapat
tidak semua orang dilahirkan berkelakuan baik, ada juga yang mengacaukan masyarakat, merusak ketertiban.
Untuk mereka ini perlu aturan-aturan tertulis yang jelas, yang jika dilanggar dikenakan sanksi hukuman oleh
negara melalui pengadilan;
• Negara tidak mencampuri sengketa-sengketa di masyarakat, yang di masa sekarang diklasifikasikan sebagai
sengketa perdata;
• Pada masa Cina kuno, sengketa antara sesama anggota masyarakat diselesaikan oleh kepala clan, pemuka
masyarakat atau gilda (perkumpulan pedagang, perkumpulan tukang, dan sebagainya);
• Oleh karena itu masyarakat Cina kuno tidak suka pada hukum, karena hukum dan pengadilan itu menurut
Confucius hanya untuk orang-orang jahat. Budaya ini masih terasa sampai sekarang, di mana peranan lawyer
di Cina tidak banyak berarti dalam masyarakat. Hukum dianggap sebagai instrumen penguasa untuk menjaga
ketertiban.
• Oleh karenanya dalam negosiasi kontrak dengan masyarakat Timur pada
tahap permulaan lawyer jarang tampil. Berbeda dengan masyarakat Barat
sejak kesempatan pertama lawyer tampil untuk merumuskan hak-hak pihak yang
diwakilinya dalam kontrak;
• Selanjutnya masyarakat bisnis dari Timur, umpamanya Jepang, Korea dan Cina
menganggap kontrak hanyalah simbol kerjasama, yang setiap waktu dapat dirubah
jika tidak menguntungkan lagi. Masyarakat Barat, utamanya Amerika
menganggap kontrak adalah dokumen hukum, di mana semua hal tentang hak dan
kewajiban yang memungkinkan timbulnya sengketa dituangkan secara rinci;
• Oleh karenanya typically kontrak- kontrak dengan Barat tebal, sedangkan kontrak
dengan pelaku bisnis dari Timur tipis. “Trust the people rather than paper” kata
orang Jepang.
Tahap Persiapan (Preparation Phase):
Aspek Hukum (Legal Aspect)
• Aspek hukum dalam tahap preparation menyangkut hukum mana yang berlaku terhadap kontrak
yang akan dibuat khususnya bila para pihak datang dari dua hukum yang berlainan;
• Lawyer hanya bisa memberi nasehat kepada pihak yang diwakilinya menurut hukum yang
dipahaminya yaitu hukum nasionalnya sendiri;
• Oleh karenanya hukum mana yang berlaku bagi kontrak harus diputuskan pada permulaan sekali
walaupun pasal choice of law atau governing law atau applicable law terletak pada bagian akhir
kontrak;
• lawyer harus mengetahui seluruh peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan bisnis
tersebut karena salah satu syarat sahnya kontrak adalah kontrak itu tidak melanggar hukum.
• Di dalam negosiasi perlu membawa semua peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan
bisnis tersebut dan bila dibutuhkan dapat menemukan peraturan-peraturan yang berkaitan
seketika pada waktu negosiasi kontrak berlangsung.
Tahap Persiapan (Preparation Phase):
Aspek Praktis (Practical Aspect)
• Dari sudut praktis, draft kontrak harus diterima dalam waktu yang cukup untuk
membahasnya lebih dahulu dengan pihak yang diwakili;
• Pertama apakah pasal-pasal dalam kontrak tersebut sudah memenuhi kebutuhan
transaksi yang bersangkutan;
• Kedua pembahasan perlu untuk menentukan target maksimum dan minimum dalam
perundingan nanti, umpamanya apakah membayar royalty 4% atau 2% atau lebih
rendah dari itu berdasarkan perhitungan finansial yang matang;
• Berapakah jumlah anggota Dewan Direksi dan anggota Dewan Komisaris misalnya.
Contoh lain lagi, mana yang lebih murah dan efisien memilih arbitrase di Paris atau
di Kuala Lumpur yang lebih dekat dengan Jakarta;
• Tahap persiapan berakhir pada waktu kontrak ditandatangani, selanjutnya para pihak
masuk ketahap pelaksanaan kontrak (performance phase).
TAHAP PELAKSANAAN KONTRAK (Performance Phase):
ASPEK BUDAYA (cultural aspect)

• Dalam pelaksanaan kontrak juga perlu diperhatikan aspek budaya pihak-pihak yang terkait dalam
kontrak;
• Ketentuan-ketentuan dalam kontrak fungsinya adalah rambu-rambu yang tidak boleh dilanggar.
Dalam pelaksanaannya perlu memperhatikan budaya pihak lainnya;
• Umpamanya kontrak menetapkan barang dikirim dan tiba pada tanggal tertentu. Pihak pemesan
barang tidak akan terpaku pada tanggal yang disebutkan dalam kontrak, ia berinisiatif menelepon
rekan bisnisnya, dengan lembut menanyakan kapan barang-barang bisa dikirim dan tiba ditempat
tujuan. Dia harus memahami budaya seseorang yang mau mengorbankan apa saja apabila dia
tersinggung. Ketersinggungan perasaan ini akan membuat kontrak tidak berguna, dan dapat merusak
hubungan bisnis;
• Misalnya, perusahaan Boeing di Amerika serikat tidak jarang menggunakan bahasa nasional dari
pembeli pesawatnya dengan kata-kata yang lemah lembut. Padahal surat tersebut isinya
mengingatkan akan waktu pembayaran pesawat yang hampir tiba. Orang-orang Timur lebih
menekankan kepada menjaga hubungan baik daripada menyandarkan bisnisnya kepada kontrak, bagi
mereka hubungan baik akan dapat menyelesaikan semua masalah.
TAHAP PELAKSANAAN KONTRAK (Performance Phase):
ASPEK HUKUM (legal aspect)

• Kontrak mempunyai jangka waktu yang berbeda-beda ada kontrak untuk satu kali
pengiriman barang, kontrak lainnya untuk satu tahun pengiriman barang yang
dilakukan berkali-kali;
• Perjanjian waralaba adakalanya berlangsung untuk 3 sampai 5 tahun. Perjanjian joint
venture berlangsung selama perusahaan joint venture berdiri, yaitu 30 tahun dan dapat
diperpanjang lagi;
• Dalam jangka waktu tersebut di atas tidak jarang terjadi perubahan undang-undang
atau keluarnya suatu peraturan pemerintah yang baru. Peraturan baru tersebut dapat
mempengaruhi isi kontrak, sehingga umpamanya pasal-pasal tertentu harus dirubah;
• Seorang penasehat hukum perusahaan (corporate lawyer) harus mengikuti
perkembangan peraturan perundang-undangan yang terjadi dan memberitahukan
kliennya pengaruh dari peraturan-peraturan baru tersebut terhadap kontrak yang
mereka buat.
TAHAP PELAKSANAAN KONTRAK (Performance Phase):
ASPEK PRAKTIS (Practical Aspect)

• Dalam pelaksanaan kontrak kita harus memperhatikan aspek praktis;

• Di mana sebenarnya “quality control” suatu barang dilakukan, umpamanya. Apakah ditempat pemberangkatan atau ditempat
barang itu tiba. Ini tergantung pada sifat barang tersebut. Batubara tentu diperiksa pada tempat pemberangkatan, sedangkan
udang pada tempat barang itu tiba;

• Contoh lain lagi ukuran sepatu kemeja, tidak sama untuk semua orang. “Large” untuk orang Indonesia mungkin menjadi
“small” untuk orang Amerika. Dalam hal ini untuk menghindarkan perbedaan tersebut perlu dikirimkan contoh sebelum proses
produksi dimulai;
• Jika tidak ada persengketaan, di mana para pihak dapat memenuhi isi perjanjian, maka pelaksanaan perjanjian tersebut
berlangsung terus atau berakhir dengan baik. Namun tidak jarang salah satu pihak tidak dapat memenuhi isi kontrak, baik
karena ketidak mampuannya sendiri maupun karena suatu keadaan darurat yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya. Keadaan
ini dapat menimbulkan sengketa. Dalam hal ini para pihak masuk dalam tahap penegakan hukum kontrak (Enforcement Phase).
Perencanaan Kontrak
• Perancangan kontrak harus dipersiapkan dengan baik;
• Tidak boleh mencontoh kontrak-kontrak yang telah ada.
• Sebelum ditanda tangani harus dibaca secara teliti.
• Formulasi atau klausula kontrak harus sejalan dengan bisnis
yang diperjanjikan dan dipandang dari sudut hukum dapat
melindungi kepentingan bisnis pembuat kontrak.
Menghindari Risiko
• Ketelitian membuat kontrak penting untuk menghindari
risiko, baik karena tuntutan perbuatan melawan hukum atau
tuntutan ganti rugi maupun karena tidak dipenuhi prestasi;
• Misalnya pihak yang berkontrak dalam melaksanakan
proyek tidak ahli dan tidak mempunyai dukungan finansial;
• Bisa juga risiko timbul karena yang memahami hal-hal yang
diperjanjikan. Oleh karena itu, harus bertanya kepada pihak
yang ahli mengenai yang diperjanjikan.
Asas-asas Hukum Dalam Kontrak Bisnis
Berdasarkan Lokakarya Hukum Perikatan yang diselenggarakan oleh
Badan Pembinaan Hukum Nasional, 1985. terdapat 11 Asas dalam
Hukum Kontrak:
1. Kebebasan Berkontrak (freedom of contract) 6. Keseimbangan
7. persamaan hukum
2. Facta sunt servanda
8. perlindungan (protection)
3. Konsensus (consensual)
9. Kepatutan
4. Iktikad Baik (Goede Trouw, Good faith)
10. Moral
5. Kepribadian (Personalitas) 11. kepastian hukum.
Asas-asas Hukum dalam Kontrak Bisnis

Menurut Common Law System dan UNIDROIT:


1. Keadaan sulit (hardship);
2. Gross disparity;
3. Contra proferentem;
4. Keadaan kahar (force majeure);
Asas kebebasan berkontrak Asas Konsensual

 Asas kebebasan berkontrak adalah suatu asas  Pasal 1320 ayat (1) KUH Perdata.
yang memberikan kebebasan kepada para  salah satu syarat sahnya perjanjian, yaitu
pihak untuk:
adanya kesepakatan kedua belah pihak.
a. membuat atau tidak membuat
perjanjian,  Asas konsensualisme merupakan asas
b. mengadakan perjanjian dengan siapa yang menyatakan bahwa perjanjian pada
pun, umumnya tidak diadakan secara
c. menentukan isi perjanjian, pelaksanaan, formal, tetapi cukup dengan adanya
dan persyaratannya, dan kesepakatan kedua belah pihak.
d. menentukan bentuknya perjanjian,  Kesepakatan merupakan persesuaian
yaitu tertulis atau lisan. antara kehendak dan pernyataan yang
dibatasi oleh undang-undang, kesusilaan, dibuat oleh kedua belah pihak.
kepatutan, dan asas itikad baik.
Pasal 1338 KUH Perdata
Asas Pacta sunt servanda Asas Itikad Baik
hakim atau pihak ketiga harus  Asas iktikad baik dapat disimpulkan dari
menghormati substansi kontrak Pasa( 1338 ayat (3) KUH Perdata yang
yang dibuat oleh para pihak, berbunyi: "Perjanjian harus dilaksanakan
dengan iktikad baik."
sebagaimana layaknya sebuah
 Asas iktikad merupakan asas bahwa para
undang-undang. pihak, yaitu pihak kreditur dan debitur harus
Mereka tidak boleh melakukan melaksanakan substansi kontrak berdasarkan
kepercayaan atau keyakinan yang teguh atau
intervensi terhadap substansi kemauan baik dari para pihak.
kontrak yang dibuat oleh para  Asas iktikad baik dibagi menjadi dua macam.
pihak. yaitu itikad baik nisbi dan iktikad baik
Asas pacta sunt servanda dapat mutlak. Pada iktikad baik nisbi, orang
memperhatikan sikap dan tingkah laku yang
disimpulkan dalam Pasal 1338 ayat nyata dari subjek. Pada iktikad baik mutlak,
(1) KUH Perdata, yang berbunyi: penilaiannya terletak pada akal sehat dan
keadilan, dibuat ukuran yang objektif untuk
"Perjanjian yang dibuat secara sah menilai keadaan (penilaian tidak memihak)
berlaku sebagai undang-undang." menurut norma-norma yang objektif.
Asas Kepribadian Asas Keseimbangan

 Asas kepribadian merupakan asas  Asas keseimbangan adalah asas


yang menentukan bahwa seseorang yang menghendaki kedua belah
yang akan melakukan dan atau pihak memenuhi dan
membuat kontrak hanya untuk melaksanakan perjanjian.
kepentingan perseorangan saja.  Kreditur mempunyai kekuatan
 Hal ini dapat dilihat dalam Pasal 1315 untuk menuntut prestasi dan jika
dan Pasal 1340 KUH Perdata. diperlukan dapat menuntut
 Pasal 1315 KUH Perdata berbunyi: pelunasan prestasi melalui
"Pada umumnya seseorang tidak kekayaan debitur;
dapat mengadakan perikatan atau  Namun debitur memikul pula
perjanjian selain untuk dirinya kewajiban untuk melaksanakan
sendiri." perjanjian itu dengan iktikad
baik.
Asas Persamaan Hukum Asas Perlindungan (protection)
• Yang dimaksud dengan asas  Asas perlindungan mengandung
persamaan hukum adalah pengertian bahwa antara debitur
bahwa subjek hukum yang dan kreditur harus dilindungi
mengadakan perjanjian oleh hukum.
mempunyai kedudukan, hak,  Namun, yang perlu mendapat
dan kewajiban yang sama perlindungan itu adalah pihak
dalam hukum. debitur, karena pihak debitur
• Mereka tidak dibeda-bedakan berada pada pihak yang lemah.
antara satu sama lain,  Asas-asas inilah yang menjadi
walaupun subjek hukum itu dasar pijakan dari para pihak
berbeda wama kulit, agama, dalam menentukan dan
dan ras. membuat kontrak.
Asas Kepatutan Asas Moral

• Asas kepatutan tertuang dalam Pasal  Asas moral ini terikat dalam perikatan wajar,
yaitu suatu perbuatan sukarela dari seseorang
1339 KUH Perdata. tidak dapat menuntut hak baginya untuk
menggugat prestasi dari pihak debitur.
 Hal ini terlihat dalam zaakwameniming;, yaitu
• Asas ini berkaitan dengan ketentuan seseorang melakukan perbuatan dengan
mengenai isi perjanjian. sukarela (moral). Yang bersangkutan
mempunyai kewajiban hukum untuk
meneruskan dan menyelesaikan perbuatannya.
 Salah satu faktor yang memberikan motivasi
pada yang bersangkutan melakukan perbuatan
hukum itu adalah didasarkan pada kesusilaan
(moral) sebagai panggilan hati nuraninya.
Asas Kepastian Hukum Asas keadaan sulit (hardship)
• Perjanjian sebagai figur hukum harus • apabila pelaksanaan kontrak menjadi
mengandung kepastian hukum. lebih berat bagi salah satu pihak, pihak
• Kepastian ini terungkap dan kekuatan tersebut bagaimanapun juga terikat
mengikatnva perjanjian, yaitu sebagai untuk melaksanakan perikatannya
dengan tunduk pada ketentuan tentang
undang-undang bagi yang membuatnya.
kesulitan (hardship)
• Prinsip mengikatnya kontrak bukan
sesuatu yang absolut, apabila terjadi
keadaan yang menyebabkan perubahan
yang sangat fundamental atas
keseimbangan dari kontrak tersebut,
keadaan tersebut menjadi situasi yang
dikecualikan.
Asas Gross Disparity Asas Contra proferentem
• Salah satu pihak dapat membatalkan • Pihak yang menggunakan syarat
seluruh atau sebahagian syarat individual baku yang dipersiapkan terlebih
dari kontrak, apabila kontrak atau syarat dahulu bertanggungjawab atas risiko
tersebut secara tidak sah memberikan ketidakjelasan rumusan yang
keuntungan yang berlebihan kepada dibuatnya.
salah satu pihak
• Jika syarat kontrak yang diajukan
• Ada fakta bahwa pihak lain telah oleh salah satu pihak tidak jelas,
mendapatkan keuntungan secara curang maka diberikan preferensi
dari ketergantungan, kesulitan ekonomi penafsiran yang berlawanan dengan
atau kebutuhan yang mendesak, atau dari pihak pembuat syarat baku tersebut.
keborosan, ketidaktahuan, kekurang
pengalaman atau kekurangahlian dalam
tawar menawar
Asas Force Majeure

 Wanprestasi yang dilakukan oleh salah satu pihak dapat dimaafkan


apabila pihak tersebut dapat membuktikan bahwa wanprestasinya
disebabkan oleh suatu rintangan di luar pengawasannya, dan hal
tersebut secara wajar tidak diharapkan akan terjadi
 Apabila rintangan bersifat sementara, maka pemberian maaf akan
berakibat hukum atas jangka waktu dengan memperhatikan akibat
dari tintangan pelaksanaan kontrak tersebut.
 Pihak yang gagal melaksanakan kontrak tersebut harus
menyampaikan pemberitahuan kepada pihak lain tentang rintangan
dan akibat terhafap kemampuannya untuk melaksanakan kontrak.
Jika pemberitahuan itu tidak diterima oleh pihak lain dalam jangka
waktu yang wajar, ia bertanggungjawab atas kerugian akibat tidak
diterimanya pemberitahuan tersebut.
Doktrin Penyalahgunaan Keadaan
• Perjanjian juga dapat dibatalkan jika terjadi “penyalahgunaan keadaan” (“Misbruik van
Omstandigheden – “undue influence”);
•Nieuwenhuis mengemukakan 4 (empat) syarat adanya “penyalahgunaan keadaan” sebagai
berikut :
a. Keadaan-keadaan istimewa (bijzondere omstandigheden), seperti : keadaan darurat, ketergantungan, ceroboh, jiwa yang
kurang waras, dan tidak berpengalaman.
b. Suatu hal yang nyata (kenbaarheid), disyaratkan bahwa salah satu pihak mengetahui atau semestinya mengetahui bahwa
pihak lain karena keadaan istimewa tergerak (hatinya) untuk menutup suatu perjanjian.
c. Penyalahgunaan (misbruik), salah satu pihak telah melaksanakan perjanjian itu walaupun dia mengetahui atau
seharusnya mengerti bahwa dia seharusnya tidak melakukannya (kasus Van Elmbt vs. Janda Feierabend).
d. Hubungan kausal (causal verband), adalah penting bahwa tanpa menyalahgunakan keadaan itu maka perjanjian itu tidak
akan ditutup.
• Menggolongkan “penyalahgunaan keadaan” sebagai salah satu bentuk cacat
kehendak, lebih sesuai dengan kebutuhan konstruksi hukum dalam hal seseorang
yang dirugikan menuntut pembatalan perjanjian;
• Gugatan atas dasar “penyalahgunaan keadaan” terjadi dengan suatu tujuan
tertentu. Penggugat harus mendalilkan bahwa perjanjian itu tidak ia kehendaki
dalam bentuknya yang demikian.
• Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa “penyalahgunaan keadaan”
dikategorikan sebagai kehendak yang cacat, karena lebih sesuai dengan isi dan
hakekat “penyalahgunaan keadaan” itu sendiri. Ia tidak berhubungan dengan
syarat-syarat objektif perjanjian, melainkan mempengaruhi syarat-syarat
subjektifnya.
•Lebih lanjut Van Dunne membedakan “penyalahgunaan” karena keunggulan ekonomi dan keunggulan
kejiwaan, dengan uraian sebagai berikut :
a) Persyaratan-persyaratan untuk penyalahgunaan ekonomis: (1) satu pihak harus mempunyai keunggulan
ekonomis terhadap yang lain; (2) pihak lain terpaksa mengadakan perjanjian.
b) Persyaratan untuk adanya penyalahgunaan keunggulan kejiwaan: (1) salah satu pihak menyalahgunakan
ketergantungan relative, seperti hubungan kepercayaan istimewa antara orangtua dan anak, suami-istri,
dokter-pasien,pendeta-jemaat; (2) salah satu pihak menyalahgunakan keadaan jiwa yang istimewa dari pihak
lawan, seperti adanya gangguan jiwa, tidak berpengalaman, gegabah, kurang pengetahuan, kondisi badan
yang tidak baik, dan sebagainya.
Sejalan dengan pembedaan perbuatan “penyalahgunaan keadaan” sebagaimana diuraikan diatas, dapat
diajukan berbagai putusan Hakim yang berkaitan dengan penerapan ajaran “penyalahgunaan keadaan”
ini.
•Pertimbangan Hukum dalam Arresten Hoge Raad (HR) mengenai “penyalahgunaan keadaan”.
1. Bovag II, HR 11 Januari 1957, NJ 1959, 57.
2. Buma/Brinkman, HR 24 Mei 1968, NJ 1968, 252.
3. Echtscheidingscovennant, HR 29 April 1971, 336.
4. Brandwijk/Bouwbureau Brandwijk BV, HR 2 November 1979, NJ 1980, 429.
5. Putusan Mahkamah Agung RI No. 3431 K/Pdt/1985, tanggal 4 Maret 1987 (Bungan pinjaman uang dan barang jaminan
yang bertentangan dengan kepatutan daan keadilan).
6. Putusan Mahkamah Agung RI No. 1904 K/Sip/1982, tanggal 28 Januari 1984 (Pembatalan perikatan; kekuasaan Hakim
untuk mencampuri isi suatu perjanjian).
7. Putusan Mahkamah Agung RI dalam perkara PT. Printis v. Pile Teknologi v.V. Pile International BV No. 4792
K/Pdt/1998, Mahkamah Agung RI sekaligus menetapkan ketentuan “itikad baik” dan ajaran “penyalahgunaan keadaan”.
Penutup

Perlu dipahami dengan baik prinsip-prinsip dan ketentuan-ketentuan


kontrak dalam persiapan kontrak. Agar pembuatan kontrak sesuai
dengan apa yang diinginkan dan dapat terhindar dari risiko serta aman
dari tuntutan hukum.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai