• Dalam pelaksanaan kontrak juga perlu diperhatikan aspek budaya pihak-pihak yang terkait dalam
kontrak;
• Ketentuan-ketentuan dalam kontrak fungsinya adalah rambu-rambu yang tidak boleh dilanggar.
Dalam pelaksanaannya perlu memperhatikan budaya pihak lainnya;
• Umpamanya kontrak menetapkan barang dikirim dan tiba pada tanggal tertentu. Pihak pemesan
barang tidak akan terpaku pada tanggal yang disebutkan dalam kontrak, ia berinisiatif menelepon
rekan bisnisnya, dengan lembut menanyakan kapan barang-barang bisa dikirim dan tiba ditempat
tujuan. Dia harus memahami budaya seseorang yang mau mengorbankan apa saja apabila dia
tersinggung. Ketersinggungan perasaan ini akan membuat kontrak tidak berguna, dan dapat merusak
hubungan bisnis;
• Misalnya, perusahaan Boeing di Amerika serikat tidak jarang menggunakan bahasa nasional dari
pembeli pesawatnya dengan kata-kata yang lemah lembut. Padahal surat tersebut isinya
mengingatkan akan waktu pembayaran pesawat yang hampir tiba. Orang-orang Timur lebih
menekankan kepada menjaga hubungan baik daripada menyandarkan bisnisnya kepada kontrak, bagi
mereka hubungan baik akan dapat menyelesaikan semua masalah.
TAHAP PELAKSANAAN KONTRAK (Performance Phase):
ASPEK HUKUM (legal aspect)
• Kontrak mempunyai jangka waktu yang berbeda-beda ada kontrak untuk satu kali
pengiriman barang, kontrak lainnya untuk satu tahun pengiriman barang yang
dilakukan berkali-kali;
• Perjanjian waralaba adakalanya berlangsung untuk 3 sampai 5 tahun. Perjanjian joint
venture berlangsung selama perusahaan joint venture berdiri, yaitu 30 tahun dan dapat
diperpanjang lagi;
• Dalam jangka waktu tersebut di atas tidak jarang terjadi perubahan undang-undang
atau keluarnya suatu peraturan pemerintah yang baru. Peraturan baru tersebut dapat
mempengaruhi isi kontrak, sehingga umpamanya pasal-pasal tertentu harus dirubah;
• Seorang penasehat hukum perusahaan (corporate lawyer) harus mengikuti
perkembangan peraturan perundang-undangan yang terjadi dan memberitahukan
kliennya pengaruh dari peraturan-peraturan baru tersebut terhadap kontrak yang
mereka buat.
TAHAP PELAKSANAAN KONTRAK (Performance Phase):
ASPEK PRAKTIS (Practical Aspect)
• Di mana sebenarnya “quality control” suatu barang dilakukan, umpamanya. Apakah ditempat pemberangkatan atau ditempat
barang itu tiba. Ini tergantung pada sifat barang tersebut. Batubara tentu diperiksa pada tempat pemberangkatan, sedangkan
udang pada tempat barang itu tiba;
• Contoh lain lagi ukuran sepatu kemeja, tidak sama untuk semua orang. “Large” untuk orang Indonesia mungkin menjadi
“small” untuk orang Amerika. Dalam hal ini untuk menghindarkan perbedaan tersebut perlu dikirimkan contoh sebelum proses
produksi dimulai;
• Jika tidak ada persengketaan, di mana para pihak dapat memenuhi isi perjanjian, maka pelaksanaan perjanjian tersebut
berlangsung terus atau berakhir dengan baik. Namun tidak jarang salah satu pihak tidak dapat memenuhi isi kontrak, baik
karena ketidak mampuannya sendiri maupun karena suatu keadaan darurat yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya. Keadaan
ini dapat menimbulkan sengketa. Dalam hal ini para pihak masuk dalam tahap penegakan hukum kontrak (Enforcement Phase).
Perencanaan Kontrak
• Perancangan kontrak harus dipersiapkan dengan baik;
• Tidak boleh mencontoh kontrak-kontrak yang telah ada.
• Sebelum ditanda tangani harus dibaca secara teliti.
• Formulasi atau klausula kontrak harus sejalan dengan bisnis
yang diperjanjikan dan dipandang dari sudut hukum dapat
melindungi kepentingan bisnis pembuat kontrak.
Menghindari Risiko
• Ketelitian membuat kontrak penting untuk menghindari
risiko, baik karena tuntutan perbuatan melawan hukum atau
tuntutan ganti rugi maupun karena tidak dipenuhi prestasi;
• Misalnya pihak yang berkontrak dalam melaksanakan
proyek tidak ahli dan tidak mempunyai dukungan finansial;
• Bisa juga risiko timbul karena yang memahami hal-hal yang
diperjanjikan. Oleh karena itu, harus bertanya kepada pihak
yang ahli mengenai yang diperjanjikan.
Asas-asas Hukum Dalam Kontrak Bisnis
Berdasarkan Lokakarya Hukum Perikatan yang diselenggarakan oleh
Badan Pembinaan Hukum Nasional, 1985. terdapat 11 Asas dalam
Hukum Kontrak:
1. Kebebasan Berkontrak (freedom of contract) 6. Keseimbangan
7. persamaan hukum
2. Facta sunt servanda
8. perlindungan (protection)
3. Konsensus (consensual)
9. Kepatutan
4. Iktikad Baik (Goede Trouw, Good faith)
10. Moral
5. Kepribadian (Personalitas) 11. kepastian hukum.
Asas-asas Hukum dalam Kontrak Bisnis
Asas kebebasan berkontrak adalah suatu asas Pasal 1320 ayat (1) KUH Perdata.
yang memberikan kebebasan kepada para salah satu syarat sahnya perjanjian, yaitu
pihak untuk:
adanya kesepakatan kedua belah pihak.
a. membuat atau tidak membuat
perjanjian, Asas konsensualisme merupakan asas
b. mengadakan perjanjian dengan siapa yang menyatakan bahwa perjanjian pada
pun, umumnya tidak diadakan secara
c. menentukan isi perjanjian, pelaksanaan, formal, tetapi cukup dengan adanya
dan persyaratannya, dan kesepakatan kedua belah pihak.
d. menentukan bentuknya perjanjian, Kesepakatan merupakan persesuaian
yaitu tertulis atau lisan. antara kehendak dan pernyataan yang
dibatasi oleh undang-undang, kesusilaan, dibuat oleh kedua belah pihak.
kepatutan, dan asas itikad baik.
Pasal 1338 KUH Perdata
Asas Pacta sunt servanda Asas Itikad Baik
hakim atau pihak ketiga harus Asas iktikad baik dapat disimpulkan dari
menghormati substansi kontrak Pasa( 1338 ayat (3) KUH Perdata yang
yang dibuat oleh para pihak, berbunyi: "Perjanjian harus dilaksanakan
dengan iktikad baik."
sebagaimana layaknya sebuah
Asas iktikad merupakan asas bahwa para
undang-undang. pihak, yaitu pihak kreditur dan debitur harus
Mereka tidak boleh melakukan melaksanakan substansi kontrak berdasarkan
kepercayaan atau keyakinan yang teguh atau
intervensi terhadap substansi kemauan baik dari para pihak.
kontrak yang dibuat oleh para Asas iktikad baik dibagi menjadi dua macam.
pihak. yaitu itikad baik nisbi dan iktikad baik
Asas pacta sunt servanda dapat mutlak. Pada iktikad baik nisbi, orang
memperhatikan sikap dan tingkah laku yang
disimpulkan dalam Pasal 1338 ayat nyata dari subjek. Pada iktikad baik mutlak,
(1) KUH Perdata, yang berbunyi: penilaiannya terletak pada akal sehat dan
keadilan, dibuat ukuran yang objektif untuk
"Perjanjian yang dibuat secara sah menilai keadaan (penilaian tidak memihak)
berlaku sebagai undang-undang." menurut norma-norma yang objektif.
Asas Kepribadian Asas Keseimbangan
• Asas kepatutan tertuang dalam Pasal Asas moral ini terikat dalam perikatan wajar,
yaitu suatu perbuatan sukarela dari seseorang
1339 KUH Perdata. tidak dapat menuntut hak baginya untuk
menggugat prestasi dari pihak debitur.
Hal ini terlihat dalam zaakwameniming;, yaitu
• Asas ini berkaitan dengan ketentuan seseorang melakukan perbuatan dengan
mengenai isi perjanjian. sukarela (moral). Yang bersangkutan
mempunyai kewajiban hukum untuk
meneruskan dan menyelesaikan perbuatannya.
Salah satu faktor yang memberikan motivasi
pada yang bersangkutan melakukan perbuatan
hukum itu adalah didasarkan pada kesusilaan
(moral) sebagai panggilan hati nuraninya.
Asas Kepastian Hukum Asas keadaan sulit (hardship)
• Perjanjian sebagai figur hukum harus • apabila pelaksanaan kontrak menjadi
mengandung kepastian hukum. lebih berat bagi salah satu pihak, pihak
• Kepastian ini terungkap dan kekuatan tersebut bagaimanapun juga terikat
mengikatnva perjanjian, yaitu sebagai untuk melaksanakan perikatannya
dengan tunduk pada ketentuan tentang
undang-undang bagi yang membuatnya.
kesulitan (hardship)
• Prinsip mengikatnya kontrak bukan
sesuatu yang absolut, apabila terjadi
keadaan yang menyebabkan perubahan
yang sangat fundamental atas
keseimbangan dari kontrak tersebut,
keadaan tersebut menjadi situasi yang
dikecualikan.
Asas Gross Disparity Asas Contra proferentem
• Salah satu pihak dapat membatalkan • Pihak yang menggunakan syarat
seluruh atau sebahagian syarat individual baku yang dipersiapkan terlebih
dari kontrak, apabila kontrak atau syarat dahulu bertanggungjawab atas risiko
tersebut secara tidak sah memberikan ketidakjelasan rumusan yang
keuntungan yang berlebihan kepada dibuatnya.
salah satu pihak
• Jika syarat kontrak yang diajukan
• Ada fakta bahwa pihak lain telah oleh salah satu pihak tidak jelas,
mendapatkan keuntungan secara curang maka diberikan preferensi
dari ketergantungan, kesulitan ekonomi penafsiran yang berlawanan dengan
atau kebutuhan yang mendesak, atau dari pihak pembuat syarat baku tersebut.
keborosan, ketidaktahuan, kekurang
pengalaman atau kekurangahlian dalam
tawar menawar
Asas Force Majeure