Anda di halaman 1dari 35

Penyedia Layanan Kesehatan Masa Depan

dan Profesionalisme di Media Sosial :


Studi Cross-Sectional

Journal Reading 4

Tutor : drg. Sabrina Intan Zoraya, M.K.M


Core Value
Educating the mind without Educating the Heart is
no Education at all
-Aristotle
Nama Anggota Kelompok

01 02 03 04
Putu Putri Putu Shanti
Megamahayani Ayudiana Budi Radiatam Mardiah Risa Septia Karisma

019.06.0081 019.06.0082 019.06.0083 019.06.0084

05 06 07
Wayan Gede Wulidah A.
Mahisa Taruna Wiriatul Hasanah Quratain

019.06.0091 019.06.0092 019.06.0093


Identitas Jurnal

Judul Future Healthcare Providers and Professionalism on Social


Media : a Cross-Sectional Study

Tahun Terbit 2022

Pengarang Rabih Soubra, Ibrahim Hasan, Louna Ftouni, Adam Saab


dan Issam Shaarani

Penerbit BMC Medical Ethic


ABSTRAK

Latar belakang : Saat ini, media sosial telah menjadi pusat dalam kehidupan sehari - hari orang,
termasuk profesional kesehatan. Kekhawatiran muncul bahwa percepatan pertumbuhan platform
sosial ini tidak disertai dengan pelatihan yang tepat dari pelajar dan pekerja kesehatan tentang
penggunaan media sosial secara profesional. Penelitian ini terutama bertujuan untuk menilai
kesadaran mahasiswa kesehatan di Universitas Arab Beirut, Lebanon tentang standar
profesional media sosial. Hal ini juga bertujuan untuk menilai adanya perbedaan praktik dan
sikap mahasiswa kesehatan menurut jenis kelamin dan jurusan.
ABSTRAK
Metode : Sebuah studi cross-sectional dirancang, dan kuesioner berbasis kertas dibagikan kepada
mahasiswa kesehatan. Uji Chi-Square digunakan untuk menganalisis temuan tertentu.
Hasil : Dari 1800 siswa yang didekati, 496 berpartisipasi dalam kuesioner. Semua peserta menggunakan
media sosial. Hanya 19,5% (96/496) dari mereka yang telah menerima pendidikan terstruktur
tentang penggunaan media sosial secara profesional selama studi universitas mereka. Mayoritas
siswa (349/488, 71,5%) berpendapat bahwa standar profesional di media sosial berbeda dari standar
yang ditetapkan dalam interaksi tatap muka. Siswa perempuan lebih cenderung mendapatkan
jawaban yang memadai sesuai dengan pedoman internasional. Ada perbedaan yang signifikan
secara statistik dalam praktik dan sikap siswa dari jurusan yang berbeda (p-value< 0,05).
ABSTRAK

Kesimpulan : Batas antara apa yang profesional di media sosial dan apa yang tidak, tetap kabur
bagi mahasiswa kesehatan. Studi ini mengungkap perlunya pedoman berbasis bukti yang jelas
dan diperbarui yang membantu siswa dalam membuat keputusan yang paling tepat dalam berbagai
skenario online yang dihadapi dalam praktik perawatan kesehatan.
01
PENDAHULUAN
Etika berasal dari kata Yunani ethos yang
berarti “yang baik, yang layak”
LATAR BELAKANG merupakan norma–norma dalam
memberikan pelayanan jasa
LATAR BELAKANG

ETIK MEDIS MEDIA SOSIAL


Etika medis adalah elemen yang diperlukan dari Media sosial dapat didefinisikan sebagai "bentuk
pelatihan formal dokter Amerika. Kecakapan akan media yang memungkinkan orang untuk
prinsip–prinsip etika pada tingkat dasar diperlukan berkomunikasi dan berbagi informasi
untuk lulus ujian lisensi medis awal. menggunakan Internet”
02
PEMBAHASAN
Definisi Tahun Pra Klinis & Klinis

Mahasiswa kedokteran dan kesehatan adalah peserta didik yang mengikuti


pendidikan kedokteran yang kemudian akan menjadi seorang dokter. Untuk
menjadi seorang dokter, mahasiswa harus melewati dua tahapan pendidikan,
yakni tahap sarjana kedokteran (preklinik) dan tahap profesi dokter (klinik).
Kedokteran Farmasi Kedokteran Gigi
3 tahun pertama praklinis, Tahun ke kedua sampai kelima
Tahun ketiga sampai
3 tahun terakhir klinis interaksi dengan pasien melalui
kelima klinis
pelatihan

Keperawatan Fisioterapi Lab Medis Nutrisi


Pelatihan klinis dari tahun Klinis mulai tahun kedua Klinis mulai tahun ketigaTidak ada akses pelatihan
pertama klinis sampai lulus
METODE

Desain dan Pengukuran Studi

Studi Cross Sectional deskriptif antara Agustus 2017 dan Desember 2019

Pada bulan Februari dan setelah persetujuan dari Institutional Review Board (IRB)
dari Beirut Arab University (BAU) nomor persetujuan : (2017H-0056-M-R-0224)
METODE

Ukuran Sampel

Menggunakan kekuatan 80%, tingkat kepercayaan 95%, dan margin kesalahan


5%. Ditetapkan ukuran sampel pada 385 melalui rumus berikut X= Zα/2 2
*p*(1−p)/MOE2

Untuk memperhitungkan kuesioner yang tidak lengkap (yaitu hingga 20% tidak
lengkap, peneliti menentukan jumlah minimum peserta pada 480 sampel.
Kedokteran Farmasi Kedokteran Gigi

PESERTA

Keperawatan Fisioterapi Lab Medis Nutrisi


DAFTAR PERTANYAAN
Bagian karakteristik
Bagian demografi • Peneliti mengajukan
penggunaan media sosial
pertanyaan terkait usia
• Jenis kelamin • Peneliti menanyakan tentang
• Jurusan platform yang digunakan
• oleh peserta
Tahun akademik peserta
• Jumlah jam yang dihabiskan
di platform tersebut
• Pengetahuan peserta tentang
Bagian sikap pengaturan privasi akun
Bagian praktik mereka saat ini

• Pertanyaan menilai adanya perbedaan dalam


standar perawatan kesehatan yang
diterapkan secara online versus interaksi Peneliti menempatkan pertanyaan-
tatap muka • Pertanyaan terkait dengan
• Menanggapi kekhawatiran pasien secara pertanyaan ini dalam format "Ya atau
mengirim dan menerima
online tentang kondisi medis mereka
• Berinteraksi secara online dengan pasien permintaan pertemanan dari pasien Tidak" (beberapa di antaranya dalam
yang mengakses informasi pribadi mereka • Berinteraksi online dengan pasien
format "Ya/Tidak/Netral“) dan dalam
• Perilaku profesional secara online (misalnya, • Memberi mereka saran medis di
kerahasiaan pasien, memposting foto platform media sosial tabel yang berisi pertanyaan skala
kontroversial, ...)
penilaian dari "skala tipe Likert“.
ANALISIS STATISTIK
Peneliti secara manual memasukkan data yang dikumpulkan pada Paket Statistik

Mesin Bisnis Internasional (IBM) untuk Ilmu Sosial (SPSS) versi 25. Peneliti melaporkan statistic

deskriptif sebagai persentasi dan frekuensi untuk variable kategori dan sebagai rata-rata dan

standar deviasi untuk variable kontinu. Peneliti menggunakan uji Chi-Square uuntuk

mempelajari hubungan antara variable kategori. Peneliti menganggap p-value <0,05 menjadi

signifikan secara statistic.


HASIL

PESERTA KARAKTERISTIK PESERTA


1800 mahasiswa
fakultas kesehatan • Kisaran usia peserta 17-31 tahun
• Jenis Kelamin Perempuan
496 peserta yang bersedia dan dapat
mengisi kuesioner • Berasal dari 3 tahun pertama akademi
Penggunaan Sosial Media
Praktik Mahasiswa Kesehatan dalam Interaksi
Online dengan Pasien
HASIL
 Karakteristik Jenis Kelamin dengan penerimaan permintaan berteman dari
pasien : Wanita > Pria
 Berdasarkan menerima permintaan pertemanan dari pasien : Mahasiswa
Kedokteran Gigi 74,2% > Mahasiswa kedokteran umum 35,7%
 Berdasarkan memberi respon terhadap pasien : Mahasiswa keperawatan dan
analis kesehatan (Lab medis) 100% > Mahasiswa Fisioterapi
 Berdasarkan menahan diri untuk tidak memberi saran kesehatan : Mahasiswa
farmasi 78,2% > Mahasiswa Kedokteran 46,8%
Sikap mahasiswa kesehatan pada platform online mengenai profesionalisme
media sosial
Persentase siswa dengan satu atau tidak ada jawaban salah untuk
pertanyaan pada tabel 4 sesuai fase klinis dan jurusan
DISKUSI

Seluruh Peserta menggunakan Tidak didapatkan perbedaan Univ. Oxford  dimana siswanya
minimal 1 platform sosmed yaitu signifikan dalam tingkat kesadaran menerima pendidikan tentang pedoman
Instagram dan facebook  waktu profesionalisme media sosial penggunaan media sosial dgn
yang dihabiskan 1 jam perhari antara mahasiswa praklinis dan professional maka kesadaran serta
klinis di semua fakultas dan kepatuhan mereka penggunaan social
jurusan. media dgn profesional sangat
meningkat.
DISKUSI

 Hasil jurnal ini menunjukkan pasien lebih cenderung mem-follow tenaga


kesehatan namun hal sebaliknya jarang terjadi.
 Interaksi pasien dengan dokter secara online lebih sering dimulai pasien 
kurang nyaman untuk memulai interaksi dengan masalah privasi dan keamanan
pasien.
 Lebih dari separuh peserta penelitian dalam jurnal ini mengganggap
memposting foto diri dengan pakaian renang, saat merokok, minum alcohol
adalah hal yang tak pantas sejalan dengan pedoman internasional professional
 pedoman internasional yg digunakan dlm penelitian ini tidak menetukan
perilaku tsb dianggap tidak professional pada akun pribaadi, akun professional
maupun kedua akun tsbketidakjelasan membuat pelajar & tenaga kesehatan
menyepelekan batasan akun pribadi dgn profesional  perilaku negative
konflik
DISKUSI
 Siswa perempuan apapun jurusannya lebih cenderung memiliki sikap dan professional di media
sosial. Siswa dari jurusan berbeda memiliki jawaban variable untuk 3 dari 8 pertanyaan
mengenai profedionalisme online, tanpa jurusan yang menunjukkan pengetahuan yang lebih
baik dari yang lain. Menunjukkan mahasiswa memiliki pengetahuan yang sebanding.

 Pedoman menekankan kesamaan antara standar professional pada platform online dan
interaksi tatap muka.

 Para mahasiswa menyadari pentingnya menjaga privasi pasien secara online.

 Para mahasiswa menganggap mendiskusikan pandangan politik secara online sebagai


perilaku yang tidak professional.
DISKUSI

 2/3 dari mahasiswa menegaskan akan memberikan nasihat kepada pasien


melalui media sosial  kontras dengan penelitian sebelumnya yang
menentang memberikan nasihat medis secara online

 Belum ada yang menyatakan salah atau benar terkait hal memberikan
nasihat melalui media sosial

 Adanya ketidakpastian kekhawatiran menyebabkan ambiguitas.


03 PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan dari jurnal dapat disimpulkan penelitian ini bertujuan untuk menilai kesadaran
mahasiswa kesehatan tentang profesionalisme medis sosial. Mengingat hasil studi, kebutuhan mendesak muncul untuk
menekankan pentingnya menciptakan dan membina seperangkat pedoman profesional tentang penggunaan media sosial
di Lebanon dan negara-negara lain yang belum menetapkan prinsip-prinsip pedoman mereka. Pedoman ini harus jelas
dan dapat diakses oleh semua jurusan perawatan kesehatan untuk membantu menghindari jebakan dalam penggunaan
media sosial secara profesional dan harus menggarisbawahi pentingnya masalah hukum dan etika yang sering diabaikan
di platform ini. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menyelidiki cara-cara yang efisien untuk mengajarkan
penggunaan profesional media sosial, terutama bahwa telehealth dan konsultasi elektronik dengan cepat membuka jalan
mereka.
Kelebihan Keterbatasan Penelitian

Kelebihan Keterbatasan
Studi pertama di Lebanon yang
Tingkat respons (27,54%) berpotensi dianggap
dilakukan pada mahasiswa kesehatan
rendah untuk kuesioner langsung
dari berbagai jurusan.
Penelitian dilakukan hanya di satu Membutuhkan ingatan informasi masa lalu sehingga
universitas dan teknik pengambilan berpotensi terjadinya bias ingatan
sampel dilakukan dengan hati - hati.
Penelitian ini mencerminkan situasi pada waktu dan
tempat di mana penelitian itu diadakan
Terima Kasih
ADA PERTANYAAN??
Pertanyaan

1.
2.
3.

Anda mungkin juga menyukai