Anda di halaman 1dari 14

ESSAI KULIAH

BLOK KESEHATAN PARIWISATA

Regulasi Kesehatan Pariwisata (Kebijakan Pencegahan Penyakit


Potensial Wabah di daerah Wisata

Nama : Putu Shanti Ayudiana Budi

NIM : 019.06.0082

Kelas :A

Blok : Blok Kesehatan Pariwisata

Dosen : H. Ali Sukmajaya, M.P.H

PENDIDIKAN DAN PROFESI DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR
2022
Regulasi Kesehatan Pariwisata (Kebijakan Pencegahan Penyakit
Potensial Wabah di daerah Wisata
I. Pendahuluan

Latar Belakang

Peristiwa bertambahnya penderita atau kematian yang disebabkan oleh


suatu penyakit menular di suatu wilayah tertentu, kadang-kadang dapat
merupakan kejadian yang mengejutkan dan membuat heboh masyarakat di
wilayah itu. Secara umum kejadian ini disebut dengan Kejadian Luar Biasa (KLB)
dan dapat menimbulkan suatu wabah yang menyerang masyarakat luas dalam
waktu singkat yang diakibatkan oleh penyakit menular. Di lain pihak, dampak
dari perkembangan ilmu dan teknologi saat ini menimbulkan berbagai penemuan
baru dari penyakit- penyakit menular yang semakin bertambah dan sulit diatasi
pengobatannya, misalnya HIVAIDS, SARS, Flu Burung dan lain- lain (Duarsa,
Artha. 2022).

Untuk menjamin dan mendukung pelaksanaan berbagai upaya kesehatan


yang efektif dan efisien maka yang dianggap prioritas dan mempunyai daya
ungkit besar didalam pencapaian hasil pembangunan kesehatan, dilakukan upaya
secara terintegrasi dan fokus pada pembangunan kesehatan. Pemberlakuan IHR
2005 ditujukan guna mencegah, melindungi, dan mengendalikan penyakit, serta
melaksanakan respon kesehatan masyarakat (public health response) terhadap
penyebaran penyakit secara internasional, serta menghindarkan hambatan yang
tidak perlu terhadap perjalanan dan perdagangan internasional yang diakibatkan
oleh masalah kesehatan masyarakat, seperti epidemi penyakit potensial wabah,
penyakit baru yang muncul, penyakit lama yang muncul kembali, sampai dengan
masalah yang timbul akibat bioterorisme, yang dapat menimbulkan kedaruratan
kesehatan masyarakat yang meresahkan dunia (Diantika, Wayan. 2019).

Regulasi Kesehatan Pariwisata (Kebijakan Pencegahan Penyakit Potensial


Wabah di daerah Wisata
2
II. Isi

Kebijakan Pencegahan Penyakit Potensial Wabah di Daerah Wisata

Arah kebijakan Ditjen P2P didasarkan pada arah kebijakan dan strategi
kementerian kesehatan yang mendukung arah kebijakan dan strategi nasional
sebagaimana tercantum didalam rencana pembangunan jangka menengah nasional
(RPJMN) 2015- 2019. Untuk menjamin dan mendukung pelaksanaan berbagai
upaya kesehatan yang efektif dan efisien maka yang dianggap prioritas dan
mempunyai daya ungkit besar didalam pencapaian hasil pembangunan kesehatan,
dilakukan upaya secara terintegrasi dan fokus pada pembangunan kesehatan.
Pemberlakuan IHR 2005 ditujukan guna mencegah, melindungi, dan
mengendalikan penyakit, serta melaksanakan respon kesehatan masyarakat
(public health response) terhadap penyebaran penyakit secara internasional, serta
menghindarkan hambatan yang tidak perlu terhadap perjalanan dan perdagangan
internasional yang diakibatkan oleh masalah kesehatan masyarakat, seperti
epidemi penyakit potensial wabah, penyakit baru yang muncul, penyakit lama
yang muncul kembali, sampai dengan masalah yang timbul akibat bioterorisme,
yang dapat menimbulkan kedaruratan kesehatan masyarakat yang meresahkan
dunia/ KKMMD (Public Health Emergency Of InternationalConcern/PHEIC)
(Diantika, Wayan. 2019).

Regulasi Cegah Tangkal Penyakit Potensi Wabah Pelaku Perjalanan Wisata

Arah Kebijakan Ditjen P2P untuk mendukung arah kebijakan Kementerian


Kesehatan adalah sebagai berikut :

1. Peningkatan surveilans epidemiologi faktor risiko dan penyakit


2. Peningkatan perlindungan kelompok berisiko
3. Penatalaksanaan epidemiologi kasus dan pemutusan rantai penularan
4. Pencegahan dan penanggulangan KLB/Wabah termasuk yang
berdimensi internasional

Regulasi Kesehatan Pariwisata (Kebijakan Pencegahan Penyakit Potensial


Wabah di daerah Wisata
3
5. Peningkatan pemanfaatan teknologi tepat guna untuk pencegahan dan
pengendalian penyakit.
6. Pemberdayaan dan peningkatan peran swasta dan masyarakat
7. Pelayanan kesehatan jiwa
8. Peningkatan keterpaduan program promotif & preventif dlm
pengendalian penyakit (Kemenkes. 2015).

Upaya Pencegahan Tangkal Penyakit Potensial Wabah Kawasan Wisata

1. Meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) ditempuh dengan cara :


a. Mengusulkan penambahan tenaga yang dibutuhkan sesuai dengan
standar ketenagaan dan kebutuhan di lapangan;
b. Menyertakan/ mengirim petugas untuk mengikuti diklat baik teknis
maupun diklat manajemen.
2. Melengkapi sarana dan prasarana guna menjamin keberhasilan dan
kelancaran dalam operasional kegiatan, antara lain melengkapi sarana
untuk keperluan rutin, keperluan teknis dan sarana penunjang berupa
komputer, radio komunikasi (marine radio), menambah kendaraan
operasional baik roda 2 (motor), maupun roda 4 (mobil) dan
mengoptimalkan anggaran sesuai dengan usulan kegiatan serta
peralatan lain pendukung kegiatan
3. Memperbaiki Manajemen Program Manajemen program merupakan
alat penting dalam mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan.
Manajemen program akan berjalan baik bila disusun secara terencana
sesuai dengan kebutuhan. Langkah yang dilakukan dalam perbaikan
manajemen program ini meliputi penyusunan rencana secara
sistematis dan berkelanjutan yang dibagi berdasarkan skala waktu
(jangka pendek, menengah dan panjang) dan bersifat bottom up.
4. Mengefektifkan Surveilans Epidemiologi, dalam rangka mencegah
masuk dan keluarnya penyakit karantina dan penyakit menular
berpotensi wabah melalui pelabuhan, maka penerapan surveilans
epidemiologi yang efektif perlu dilakukan. Penerapan system

Regulasi Kesehatan Pariwisata (Kebijakan Pencegahan Penyakit Potensial


Wabah di daerah Wisata
4
surveilans epidemiologi yang efektif akan sangat bermanfaat dalam
melaksanakan system kewaspadaan dini dan upaya cegah tangkal
terhadap penyakit karantina dan penyakit menular berpotensi wabah
5. Meningkatkan Upaya Pelayanan Kesehatan Pelabuhan perlu dilakukan
guna menjaga eksistensi KKP dimasa yang akan datang, agar persepsi
masyarakat tetap positif terhadap keberadaan KKP
6. Meningkatkan Upaya Kekarantinaan Upaya kekarantinaan merupakan
langkah terdepan dalam melaksanakan cegah tangkal terhadap
penyakit karantina dan penyakit menular tertentu lainnya. Lemahnya
upaya kekarantinaan ini akan berdampak luas pada upaya kesehatan
yang lain. Dengan keluarnya Permenkes RI No.
356/Menkes/PER/IV/2008 Jo Permenkes Nomor
2348/MENKES/PER/XI/2011 tentang Struktur Organisasi Kantor
Kesehatan Pelabuhan (KKP) telah memberi peluang yang lebih besar
terhadap upaya kekarantinaan. Upaya pengawasan dilaksanakan
melalui pengetatan prosedur kekarantinaan dan prosedur penerbitan
dokumen kesehatan tetapi tidak mengurangi aspek kelancaran,
meningkatkan kemampuan tenaga pemeriksa lapangan serta
menegakan hukum terhadap pelanggaran UU Karantina (Republik
Indonesia. 2018).
7. Meningkatkan Upaya Pengendalian Risiko Lingkungan, upaya yang
dilakukan meliputi :
a. Pengembangan Program Pelabuhan Sehat, pelaksanaan pelabuhan
sehat adalah suatu upaya terobosan untuk mempercepat
terwujudnya kondisi pelabuhan yang secara nyata memenuhi
kriteria sehat yang telah ditentukan. Beberapa kriteria pelabuhan
sehat antara lain terciptanya kondisi lingkungan yang aman,
nyaman, bersih dan sehat dan dapat menurunkan risiko penularan
penyakit berbasis lingkungan yang ditularkan melalui lingkungan
Pelabuhan.
b. Pemberantasan Tikus di darat dan di kapal, upaya pemberantasan
tikus di kapal dilaksanakan dengan mencegah naiknya tikus darat

Regulasi Kesehatan Pariwisata (Kebijakan Pencegahan Penyakit Potensial


Wabah di daerah Wisata
5
ke kapal melalui pemasangan rat guard kapal dan menaikkan
tangga kapal pada malam hari, memberikan penyuluhan tentang
kesehatan pada ABK, serta melaksanakan pemberantasan tikus di
kapal.
c. Pemberantasan Serangga, tujuan pemberantasan serangga
dimaksudkan untuk menekan laju populasi nyamuk Aides aegypti
terutama didaerah perimeter dan buffer area. Di daerah perimeter
angka indek harus 0% sedangkan didaerah buffer tidak lebih dari
1%. Disamping itu KKP akan proaktif dan bekerjasama dengan
masyarakat pelabuhan melaksanakan pemberantasan vektor dengan
cara mechanical control, environmental control, biological dan
chemical control.
d. Pengawasan Air Bersih Air untuk keperluan manusia harus bebas
dari organisme dan bahan- bahan kimia dalam konsentrasi yang
dapat menganggu kesehatan. Selain itu air harus jernih tidak
berwarna, tidak berbau dan tidak berasa.
e. Pengawasan Makanan & Minuman, makanan yang tidak bersih dan
tidak saniter merupakan wahana yang potensi bagi penularan
penyakit. Penyakit yang disebabkan oleh makanan yang tidak
memenuhi syarat kesehatan sangat beragam jenisnya : thypus,
diare, hepatitis dan lain sebagainya (Santoso, Hari. 2005).
8. Melaksanakan Promosi Kesehatan, promosi ini dilaksanakan melalui
pembuatan brosur dan leaflet, mengadakan penyuluhan tentang kesehatan,
pembuatan kalender yang berisi tentang promosi kesehatan dan kegiatan
KKP.
a. Penerapan Prosedur Kerja Sesuai SOP Pegawai KKP Kelas II Mataram
dalam bekerja senantiasa dituntut melaksanakan tugas sesuai dengan
aturan dan mengacu pada Standar Operasional Prosedur (SOP) yang
berlaku. Sejak Tahun 2016 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II
Mataram telah tersertifikasi ISO 9001 Tahun 2008 sampai dengan saat
ini

Regulasi Kesehatan Pariwisata (Kebijakan Pencegahan Penyakit Potensial


Wabah di daerah Wisata
6
b. Kemitraan Dengan Lintas Sektor, maupun Perguruan Tinggi Tidak
dapat dipungkiri bahwa pelayanan KKP Kelas II Mataram diarahkan
sebesar-besarnya untuk melindungi dan meningkatkan kesehatan
masyarakat Propinsi Nusa Tenggara Barat melalui upaya cegah tangkal
penyakit sesuai tupoksinya. Dengan demikian kemitraan dengan
pemerintah daerah senantiasa dijalin dan ditingkatkan guna
memperkuat sinergi dalam pelayanan kesehatan masyarakat.
c. Bekerjasama dengan Instansi Lain Dalam rangka optimalisasi tugas
pokok dan fungsi organisasi, diperlukan adanya kerjasama lintas sektor
dan lintas program terkait. Misalnya dalam hal rujukan kasus/ pasien
dengan rumah sakit rujukan (Sugihantono, Anung. 2018).

Dasar Hukum

UU Nomor 6 Tahun 2018 tentang kekarantinaan bahwa dalam rangka


pelaksanaan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya diperlukan adanya
pelindungan kesehatan bagi seluruh masyarakat Indonesia yang tersebar di
berbagai pulau besar maupun kecil yang terletak pada posisi yang sangat strategis
dan berada pada jalur perdagangan internasional, yang berperan penting dalam
lalu lintas orang dan barang;, adapun pasal yang berhubungan dengan hal tersebut
adalah :

1. Pasal 15 ayat 1 yang berbunyi Kekarantinaan Kesehatan di Pintu


Masuk dan di wilayah dilakukan melalui kegiatan pengamatan
penyakit dan Faktor Risiko Kesehatan Masyarakat terhadap Alat
Angkut, orang, Barang, dan/atau Iingkungan, serta respons terhadap
Kedaruratan Kesehatan Masyarakat dalam bentuk tindakan
Kekarantinaan Kesehatan.
2. Pasal 39 ayat 1 yang berbunyi Setiap orang yang datang dari negara
dan/atau wilayah Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang
meresahkan dunia dan/atau endemis, pejabat Karantina Kesehatan
melakukan :

Regulasi Kesehatan Pariwisata (Kebijakan Pencegahan Penyakit Potensial


Wabah di daerah Wisata
7
a. penapisan;
b. pemberian kartu kewaspadaan kesehatan;
c. pemberian informasi tentang cara pencegahan, pengobatan, dan
pelaporan suatu kejadian Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang
meresahkan dunia; dan
d. pengambilan spesimen dan/atau sampel.
3. Pasal 39 ayat 2 yang berbunyi Apabila hasil penapisan terhadap orang
ditemukan gejala klinis sesuai dengan jenis penyakit Kedaruratan
Kesehatan Masyarakat yang meresahkan dunia, Pejabat Karantina
Kesehatan melakukan rujukan dan Isolasi (Sugihantono, Anung.
2018).

Pelaku Perjalanan dan Transportasi

Pelaku perjalanan merupakan orang yang melakukan kegiatan lintas daerah


diantaranya wisatawan, haji atau umroh serta muruh imigran. Standard
transportasi yang digunakan baik kapal maupun pesawat harus memenuhi kriteria
safety, clear, healthy serta environment. Pada tahun 2019 alat angkut baik itu
kapal maupun pesawat yang keluar masuk di wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB)
sejumlah 70.516 kendaraan.

Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1116/Menkes/SK/VIII/2003 Tentang


Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan.

a. Surveilans epidemiologi kesehatan meliputi surveilans epidemiologi


penyakit menular, penyakit tidak menular, kesehatan lingkungan dan
perilaku, masalah kesehatan, dan kesehatan matra.
b. Tujuan surveilans epidemiologi adalah tersedianya data dan infromasi
epidemiologi sebagai dasar manajemen kesehatan. 11
c. Mekanisme kerja surveilans epidemiologi kesehatan meliputi
identifikasi kasus, perekaman, pelaporan dan pengolahan data, analisis
dan interpretasi data, studi epidemiologi, penyebaran informasi,

Regulasi Kesehatan Pariwisata (Kebijakan Pencegahan Penyakit Potensial


Wabah di daerah Wisata
8
membuat rekomendasi dan alternatif tindak lanjut, umpan balik
(Kemenkes. 2015).

Ancaman Kesehatan di Dunia

Penyakit Karantina adalah Pes (Plague); Kolera (Cholera); Demam Kuning


(Yellow Fever); Cacar (Smallpox); Typhus bercak wabahi Typhus exanthe maticus
infectosa (Louse borne Typhus); Demam balik- balik (Louse borne Relapsing
fever).

a. MERS- COV Middle East Respiratory Syndrome (MERS) adalah


suatu subtipe baru dari virus corona yang belum pernah ditemukan
menginfeksi manusia sebelumnya. Virus corona merupakan keluarga
besar dari virus yang dapat menimbulkan kesakitan maupun kematian
pada manusia dan hewan. Virus corona dapat menimbulkan kesakitan
pada manusia dengan gejala ringan sampai berat seperti selesma
(common cold), Sindroma Saluran Pernapasan Akut yang berat
(SARS/ Severe Acute Respiratory Syndrome). Beberapa negara di
Timur Tengah telah melaporkan kasus infeksi MERS pada manusia,
antara lain Jordania, Qatar, Saudi Arabia, dan Uni Emirat Arab.
Beberapa kasus juga dilaporkan dari negara-negara di Eropa antara
lain Inggris, Perancis, Italia, dan Tunisia (Ditjen P2P. 2017).
b. Ebola Penyakit virus ebola (PVE) adalah penyakit yang disebabkan
oleh virus Ebola, yang merupakan anggota keluarga filovirus.
Penyakit ini dikenal dengan Ebola Virus Disease (EVD) atau Ebola
Hemorrhagic Fever (EHF). Terdapat lima macam genus virus ebola
penyebab penyakit ini, yaitu Bundibugyo ebolavirus (BDBV), Reston
Ebolavirus, Sudan ebolavirus (SUDV), Zaire ebolavirus, dan Tai
Forest virus (TAFV) yang dulu dikenal dengan Ivory Coast Ebolavirus
(CIEBOV). Virus ebola pertama kali diidentifikasi pada tahun 1976 di
dua tempat secara simultan yakni di Yambuku, sebuah desa tidak jauh
dari sungai ebola di Republik Demokratik Kongo dan di Nzara, Sudan

Regulasi Kesehatan Pariwisata (Kebijakan Pencegahan Penyakit Potensial


Wabah di daerah Wisata
9
Selatan. Wabah di Afrika Barat (kasus pertama pada Maret 2014)
adalah yang terbesar dan paling kompleks sejak virus ebola pertama
kali ditemukan pada tahun 1976 (Kemenkes. 2022).
c. Yellow fever penyakit demam berdarah (hemoragik) virus akut yang
ditularkan oleh nyamuk yang terinfeksi virus penyebab demam
kuning. Penyebab penyakit demam kuning adalah virus yang
tergolong dalam genus Flavivirus, kelompok besar virus RNA. Di
kawasan hutan, secara alamiah virus demam kuning hidup dan
memperbanyak diri pada tubuh primata selain manusia, biasanya
monyet dan simpanse. Virus ini dapat ditularkan ke manusia melalui
perantara (vektor) nyamuk. Nyamuk perantara (vektor) penyakit
demam kuning di kawasan hutan Afrika adalah Aedes
africanus (terutama) dan spesies Aedes lainnya. Di Amerika Selatan,
vektor utamanya adalah spesies Haemagogus dan Sabethes. Di daerah
perkotaan dari Afrika dan Amerika Selatan, vektornya adalah Aedes
aegypti. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit menular yang
berbahaya. Tingkat kematian penyakit ini berkisar 20-50%, namun
pada kasus berat dapat melebihi 50% (Kemenkes RI. 2017).
d. SARS- COV- 2, Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah
penyakit jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada
manusia. Virus penyebab COVID-19 ini dinamakan Sars-CoV-2.
Virus corona adalah zoonosis (ditularkan antara hewan dan manusia).
Penelitian menyebutkan bahwa SARS ditransmisikan dari kucing
luwak (civet cats) ke manusia dan MERS dari unta ke manusia.
Adapun, hewan yang menjadi sumber penularan COVID-19 ini masih
belum diketahui. Sampai dengan tanggal 25 Maret 2020, dilaporkan
total kasus konfirmasi 414.179 dengan 18.440 kematian (CFR 4,4%)
dimana kasus dilaporkan di 192 negara/wilayah. Diantara kasus
tersebut, sudah ada beberapa petugas kesehatan yang dilaporkan
terinfeksi. Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus
konfirmasi COVID-19 sebanyak 2 kasus. Sampai dengan tanggal 25
Maret 2020, Indonesia sudah melaporkan 790 kasus konfirmasi

Regulasi Kesehatan Pariwisata (Kebijakan Pencegahan Penyakit Potensial


Wabah di daerah Wisata
10
COVID-19 dari 24 Provinsi yaitu: Bali, Banten, DIY, DKI Jakarta,
Jambi, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat,
Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kep.
Riau, Nusa Tenggara Barat, Sumatera Selatan, Sumatera Utara,
Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Lampung,
Riau, Maluku Utara, Maluku dan Papua (Ditjen P2P. 2020).
e. Monkey fox, Monkeypox merupakan emerging zoonosis yang
disebabkan virus Monkeypox (anggota genus Orthopoxvirus dalam
keluarga Poxviridae). Penyakit ini memiliki gejala sangat mirip
dengan kasus smallpox yang pernah dieradikasi tahun 1980.
Walaupun gejalanya lebih ringan daripada smallpox, namun
monkeypox menyebar secara sporadis di beberapa wilayah di Afrika,
terutama di Afrika Tengah dan Barat. Penularan kepada manusia
terjadi melalui kontak langsung dengan orang ataupun hewan yang
terinfeksi, atau melalui benda yang terkontaminasi oleh virus tersebut.
Penyakit ini dapat bersifat ringan dengan gejala yang berlangsung 2 –
4 minggu, namun bisa berkembang menjadi berat dan bahkan
kematian (tingkat kematian 3 – 6 %). Sejak Mei 2022, Monkeypox
menjadi penyakit yang menjadi perhatian kesehatan masyarakat
global, karena dilaporkan dari negara non endemis. Sejak tanggal 13
Mei 2022, WHO telah menerima laporan kasus-kasus Monkeypox
yang berasal dari negara non endemis, dan saat ini telah meluas ke 4
regional WHO yaitu regional Eropa, Amerika, Eastern Mediterranean,
dan Western Pacific. Negara non endemis yang telah melaporkan
kasus meliputi Australia, Belgia, Kanada, Perancis, Finlandia,
Denmark, Ceko, Austia, Jerman, Italia, Belanda, Portugal, Spanyol,
Swedia, Inggris, Swiss, Slovenia, Israel, Sudan, Uni Emirat Arab,
Kanada, Argentina Guina, dan Amerika Serikat (WHO per tanggal 29
Mei 2022) (Ditjen P2P. 2022)

Regulasi Kesehatan Pariwisata (Kebijakan Pencegahan Penyakit Potensial


Wabah di daerah Wisata
11
III. Penutup

Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan dari materi diatas maka dapat disimpulkan prinsip


pre- travelling Konsultasi pra- wisata merupakan bagian penting dari Kedokteran
Wisata yang bertujuan untuk mempersiapkan wisatawan sebelum
keberangkatannya, baik mengenai vaksinasi, pemberian profilaksis anti-malaria
dan item medis lain yang diperlukan. Dalam konsultasi pra wisata diberikan
nasihat perjalanan dalam bentuk konsultasi dan edukasi mengenai risiko terhadap
kesehatan, keamanan dan pencegahannya disamping menilai kondisi fisik calon
wisatawan. Untuk menjamin dan mendukung pelaksanaan berbagai upaya
kesehatan yang efektif dan efisien maka yang dianggap prioritas dan mempunyai
daya ungkit besar didalam pencapaian hasil pembangunan kesehatan, dilakukan
upaya secara terintegrasi dan fokus pada pembangunan kesehatan. Pemberlakuan
IHR 2005 ditujukan guna mencegah, melindungi, dan mengendalikan penyakit,
serta melaksanakan respon kesehatan masyarakat (public health response)
terhadap penyebaran penyakit secara internasional, serta menghindarkan
hambatan yang tidak perlu terhadap perjalanan dan perdagangan internasional
yang diakibatkan oleh masalah kesehatan masyarakat, seperti epidemi penyakit
potensial wabah, penyakit baru yang muncul, penyakit lama yang muncul
kembali, sampai dengan masalah yang timbul akibat bioterorisme, yang dapat
menimbulkan kedaruratan kesehatan masyarakat yang meresahkan dunia.

Regulasi Kesehatan Pariwisata (Kebijakan Pencegahan Penyakit Potensial


Wabah di daerah Wisata
12
DAFTAR PUSTAKA

Diantika, Wayan. 2019. Rencana Aksi Kegiatan 2015- 2019. Kantor Kesehatan
Pelabuhan Kelas II Mataram. Revisi Ketiga. https://e-
renggar.kemkes.go.id/file_performance/1-415887-4tahunan-679.pdf

Ditjen P2P. 2017. Pedoman Kesiapsiagaan Menghadapi MERS (Middle East


Respiratory Syndrome) di Indonesia. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. GERMAS.
https://infeksiemerging.kemkes.go.id/download/Buku_Kesiagaan_MERS.pd
f

Ditjen P2P. 2020. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Coronavirus


Disease (COVID-19). GERMAS.
https://infeksiemerging.kemkes.go.id/download/REV-
04_Pedoman_P2_COVID-19__27_Maret2020_TTD1.pdf

Ditjen P2P. 2022. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Monkeypox.


Kementerian Kesehatan RI Direktorat Jenderal dan Pengendalian Penyakit

Duarsa, Artha. 2022. Buku Ajar Kesehatan Pariwisata. Program Studi Pendidikan
Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al- Azhar. Edisi Pertama

Kemenkes. 2004. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


949/MENKES/SK/VIII/2004 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem
Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (KLB). https://persi.or.id/wp-
content/uploads/2020/11/pmk9492004.pdf

Kemenkes. 2015. Berita Negara Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2014 Tentang Penanggulangan
Penyakit Menular. https://www.kemhan.go.id/itjen/wp-
content/uploads/2017/03/bn1755-2014.pdf

Kemenkes RI. 2017. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Demam


Kuning. GERMAS.

Regulasi Kesehatan Pariwisata (Kebijakan Pencegahan Penyakit Potensial


Wabah di daerah Wisata
13
https://infeksiemerging.kemkes.go.id/download/PEDOMAN_P2_DEMAM_
KUNING.pdf

Kemenkes. 2022. Penyakit Virus Ebola (PVE/EVD). Direktorat Jenderal


Pencegahan dan Pengendalian Penyakit.
https://infeksiemerging.kemkes.go.id/penyakit-virus/penyakit-virus-ebola-
pve-evd

Republik Indonesia. 2018. Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun


2018 Tentang Kekarantinaan Kesehatan

Santoso, Hari. 2005. Tim Analisis Dan Evaluasi Hukum Tentang Wabah Penyakit
Menular. Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman Dan
Hak Asasi Manusia RI.
https://bphn.go.id/data/documents/wabah_penyakit_menular.pdf

Sugihantono, Anung. 2018. Rencana Aksi Program Pencegahan Dan


Pengendalian Penyakit 2015-2019. Keputusan Direktur Jenderal
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Nomor HK. 02.03/D1/I.1/527/2018.
Direktorat Jenderal Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit. https://e-
renggar.kemkes.go.id/file2018/e-performance/1-465827-3tahunan-755.pdf

Regulasi Kesehatan Pariwisata (Kebijakan Pencegahan Penyakit Potensial


Wabah di daerah Wisata
14

Anda mungkin juga menyukai