Anda di halaman 1dari 8

PROJECT REPORT

BLOK KEDOKTERAN KOMUNITAS

Health Professional Approach : Komunitas LGBTQI

Nama : Putu Shanti Ayudiana Budi

NIM : 019.06.0082

Kelas :A

Blok : Blok Kedokteran Komunitas

Dosen : Prof. dr. Pande Putu Januraga, M.Kes, DrPH

PENDIDIKAN DAN PROFESI DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR
2021/ 2022
Health Professional Approach : Komunitas LGBTQI

I. Pendahuluan

Latar Belakang

Indonesia menjadi negara kelima terbesar di dunia dalam menyumbang


penyebaran LGBTQI atau lesbi, gay, biseksual, dan transgender. Populasi
LGBTQI di Indonesia ke-5 terbesar di dunia, setelah China, India, Eropa, dan
Amerika. Sedangkan pengguna Facebook di Amerika yang menyatakan
secara terbuka sebagai LGBTQI berjumlah 26 juta. Sejumlah lembaga survei
independen dalam dan luar negeri menyebut, Indonesia memiliki populasi 3%
LGBTQI. Dengan kata lain, dari 250 juta penduduk Indonesia, sekitar 7,5
jutanya adalah LGBTQI. Berarti dari 100 orang yang berkumpul di suatu
tempat, 3 di antaranya memungkinkan mereka adalah LGBTQI (Alpert,
Alison., et al. 2017).
Berdasarkan tingginya angka LGBTQI di Indonesia apabila
dihubungkan dengan scenario maka kelompok kami merumuskan beberapa
permasalahan terkait LGBTQI. Adapun permasalahannya adalah LGBTQI
merupakan hal yang tidak lazim bagi sebagian negara Timur, sehingga
terdapat kelompok- kelompok orang yang menolak adanya LGBTQI,
sebagian kaum bersifat netral yakni tidak mendukung namun tidak menolak
adanya LGBTQI. Sedangkan bagi beberapa kaum aktivis yang menjunjung
tinggi kesetaraan gender maka LGBTQI dianggap hal yang wajar (Alpert,
Alison., et al. 2017).
LGBTQI dapat disebabkan karena berbagai faktor yaitu pertama faktor
habit yang dilakukan secara kontinu dapat membentuk identitas pribadi
seseorang. Hal itu tampak pada kecenderungan perilaku homoseksual yang
didapat dari adanya kebiasaan tidak wajar yang dilakukan secara berulang-
ulang dan terus menerus. Faktor pengalaman masa kecil menjadi salah satu
faktor lainnya mengapa gejala penyimpangan homoseksual tumbuh dan
berkembang pada diri seseorang. Pengalaman masa kecil yang kurang baik
dapat menimbulkan rasa traumatik yang mendalam pada diri seseorang.
Bentuk-bentuk pengalaman seperti disakiti baik secara fisik maupun

Project
Report
2
psikologis, akan membuat jiwa seseorang terguncang dan berujung pada
perasaan dendam dan ingin menuntut balas di kemudian hari. Individu yang
mengidap homoseksual cenderung menyalurkan hasrat pengalaman masa
kecil yang belum terpuaskan ketika ia telah tumbuh dewasa (Cempaka.,
Kardiwinata. 2012).

Faktor lingkungan sosial masyarakat juga memiliki pengaruh yang


signifikan dalam membentuk identitas gender seseorang. Individu yang pada
awalnya memiliki orientasi seksual yang normal, namun bergaul dengan
kondisi lingkungan tertentu seperti bergabung dengan komunitas-komunitas
gay atau lesbian, maka di kemudian hari dapat membawa pengaruh cukup
besar terhadap perkembangan psikis seseorang (Damayanti, Rita., 2015).

Dilihat dari aspek kesehatan, LGBTQI merupakan perilaku yang rentan


menimbulkan berbagai macam penyakit seksual atau IMS (Infeksi Menular
Seksual). Masalah kesehatan ditimbulkan karena umumnya orang LGBTQI
berhubungan seksual secara multiple partnership sehingga kemungkinan
tertular penyakit seksual sangat tinggi (Damayanti, Rita., 2015).

II. Isi

Definisi LGBTQI

Pengertian dari LGBTQI (Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender,


Queer, Intersex), yaitu Lesbian adalah orientasi seksual seorang perempuan
yang hanya mempunyai hasrat bersama perempuan, Gay merupakan orientasi
seksual seorang pria yang hanya mempunyai hasrat bersama pria, Biseksual
merupakan sebuah orientasi seksual baik seorang pria atau wanita yang
menyukai dua jenis kelamin sekaligus, dan Transgender adalah sebuah
orientasi seksual dimana seorang pria mengidentifikasikan dirinya
menyerupai wanita dan wanita mengidentifikasikan dirinya menyerupai pria
(Hasnah., Alang. 2019). Gejala - gejala awal penyimpangan homoseksual ini
ditandai dari adanya faktor habit atau kebiasaan. Pembentukan perilaku atau
kepribadian pada diri individu dapat terjadi karena adanya faktor pembiasaan

Project
Report
3
atau habit, hal- hal yang dianggap remeh seperti kecenderungan anak laki -
laki yang bermain boneka atau memakai lipstik dan bedak di wajahnya, dan
telah menjadi kebiasaan rutin sampai anak laki- laki tersebut tumbuh dewasa,
dapat menjadi bibit tumbuhnya perilaku gay di kemudian hari (Hasnah.,
Alang. 2019).

Masalah Kesehatan Pada Komunitas LGBTQI


Pola hubungan tersebut mengarah pola hubungan concurrent
partnership, bukan serial partnership karena gay memiliki banyak pasangan
seksual dalam kurun waktu bersamaan. Secara umum concurrent
partnerships adalah hubungan seksual dimana seorang individu mempunyai
hubungan seksual secara bersama dengan lebih dari satu orang, hal ini
kebalikan dari hubungan yang secara berurutan (serial partnerships) dimana
seseorang terlibat hubungan seksual hanya dengan satu orang saja, tidak
overlap. Dalam berhubungan seksual akan terjadi perlukaan pada jaringan
sehingga melalui luka tersebut virus dapat masuk dan menginfeksi tubuh
(Cempaka., Kardiwinata. 2012).

Disparitas dalam perawatan kesehatan yang diterima oleh orang-orang


LGBTQI juga diakui oleh American Medical Association sejak tahun 1996.
Wanita yang berhubungan seks dengan wanita lebih kecil kemungkinannya
untuk memiliki asuransi, penyedia perawatan primer, atau skrining kanker
baru-baru ini dibandingkan wanita lain (Noviyani, Dany. 2017).

Profesionalisme dalam Layanan Primer pada Komunitas LGBTQI

Dalam melakukan pelayanan kesehatan yang ditujukan pada komunitas


LGBTQI seorang tenaga medis diharapkan untuk menerapkan prinsip
professionalism in care dimana konsep ini di klasifikasikan menjadi tiga yaitu
komunikasi, respect dan menjaga rahasia pasien. Hal ini tentunya didukung
dengan beberapa prinsip yaitu inklusif atau menyamakan semua pasien tanpa

Project
Report
4
membedakan perilaku serta orientasi seksual dari pasien. Prinsip kedua yaitu
unbias serta layanan berkualitas (Hikmawati, Fenti. 2020).

Praktek Baik dalam Pemenuhan Kebutuhan Kesehatan LGBTQI di Layanan


Primer

Adapun praktek yang dapat dilakukan dalam pemenuhan kebutuhan


kesehatan LGBTQI di layanan primer adalah sebagai berikut :

- Skrinning masalah kesehatan mental


- Skrinning penggunaan NAPZA
- Tes skrinning meliputi HPV, HIV, Ca dan lainnya
- Imunitas dan promosi kesehatan
- Skrinning kesehatan pasangan
- Terapi hormone untuk komunitas transgender (Hikmawati, Fenti. 2020).

III. Penutup

Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan penyimpangan


seksual yang terjadi pada kaum LGBTQI adalah disebabkan oleh berbagai
macam faktor, di antaranya yaitu faktor habit atau kebiasaan, pengalaman
masa kecil yang kurang baik, pengaruh lingkungan sosial masyarakat,
pengaruh teman sebaya, korban kekerasan fisik, faktor hormon dalam tubuh,
dan gaya hidup atau life style. LGBTQI di Indonesia masih merupakan hal
yang tabu khususnya bagi kelompok yang pemikirannya didasari agama.
Sebagian besar menghujat perilaku dan orientasi seksual kelompok LGBTQI
ini. MUI bahkan sudah mengeluarkan fatwa yang menolak praktek hubungan
badan dan perkawinan sesama jenis. Ada juga sebagian masyarakat bersikap
netral, menerima keadaan LGBTQI namun tidak mendukung LGBTQI
melakukan kegiatan secara terbuka. Kelompok ini beranggapan semua orang
mempunyai hak yang sama untuk hidup.

Project
Report
5
Perilaku seksual beresiko dilakukan para LGBTQI, pengetahuan para
LGBTQI sangat rendah akan dampak yang ditimbulkan dari perilaku seksual
berisiko tersebut. Cara melakukan hubungan seksual yang tidak aman,
sehingga para LGBTQI terjangkit penyakit menular seksual. Perlu dilakukan
pendampingan untuk meningkatkan pengetahuan sehingga mereka dapat
melakukan hubungan seksual secara aman dan tidak menularkan penyakit
PMS ke teman “kencan”nya (Rizki, dkk. 2021).

Pencegahan primer bertujuan untuk mencegah didapatnya suatu infeksi


atau penyakit melalui perilaku seksual yang aman atau penggunaan kondom
untuk aktivitas seksual penetratif. Hanya melalui pencegahan primer yang
memiliki efek besar terhadap IMS yang tidak dapat disembuhkan yang
terutama disebabkan oleh virus. Intervensi perubahan perilaku dapat
dilakukan dengan berpusat pada individu, pasangan atau kelompok kecil,
dengan melakukan lokakarya atau program lainnya yang menyediakan
informasi tertentu kepada masyarakat (Rizki, dkk. 2021).

Project
Report
6
DAFTAR PUSTAKA

Alpert, Alison., et al. 2017. What Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender, Queer and
Intersex Patients Say Doctors Should Know and Do: A Qualitative Study.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6947913/
Cempaka., Kardiwinata. 2012. Pola Hubungan Seksual dan Riwayat IMS Pada
Gay di Bali. School of Public Health Udayana University, Denpasar-Bali.
Vol. 1 No. 2 : 84-89. https://media.neliti.com/media/publications/43788-
ID-pola-hubungan-seksual-dan-riwayat-ims-pada-gay-di-bali.pdf

Damayanti, Rita., 2015. Laporan Kajian : Pandangan Masyarakat terhadap


Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBTQI) di Jakarta, Bogor,
Depok dan Tangerang. Kementerian Pemberdayaan Perempuan Dan
Perlindungan Anak Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia

Hasnah., Alang. 2019. Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBTQI)


versus Kesehatan: Studi Etnografi. Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar. Jurnal Kesehatan Vol 12 No 1. P-ISSN : 2086-2555; E-ISSN :
2622-7363. DOI : 10.24252/kesehatan.v12i1.9219

Herqutanto, & Werdhani, R. (2014). Buku Keterampilan Klinis Ilmu Kedokteran


Komunitas. Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, 2–3.

Hikmawati, Fenti. 2020. Bimbingan dan Konseling pada Komunitas LGBTQI.


Rajawali Buana Pustaka. ISBN : 978-623-7787-18-1

Noviyani, Dany. 2017. Perilaku Seksual Berisiko Infeksi Menular Seksual (IMS)
pada Kelompok Lesbi di Kota Semarang. Jurusan Ilmu Kesehatan
Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang,
Indonesia. Jurnal of Health Education.
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jhealthedu/

Rizki, dkk. 2021. Intervensi Berbasis Komunitas terhadap Perilaku Seksual


Remaja : Review Sistematis. Jurnal Endurance : Kajian Ilmiah Problema

Project
Report
7
Kesehatan. Vol 6(2). E-ISSN - 2477-6521. DOI:
http://doi.org/10.22216/endurance.v6i2.291

Project
Report
8

Anda mungkin juga menyukai