Analisis Kadar Protein
Analisis Kadar Protein
PROTEIN
METODE PENENTUAN PROTEIN
1. Metode Kjeldahl
2 Metode Dye binding
3. Metode Biuret
4. Metode Lowry
5. Metode Ultraviolet
Metode Kjeldahl
Metode Kjeldahl dikembangkan sejak
tahun 1883 pertama kali oleh Johann
Kjeldahl.
Metode Kjeldahl dapat dibagi menjadi
3 langkah :
- digest
- netralisasi
- titrasi
Metode Kjeldahl
Metode
Kjeldahl
Digest
Sampel makanan yang akan dianalisis ditimbang dalam
labu, kemudian didigest dengan memanaskannya dalam
asam sulfat (oksidator), natrium sulfat anhydrous dan suatu
katalis, seperti tembaga, selenium, titanium atau merkuri.
Digestion ini mengubah setiap nitrogen menjadi amoniak,
dan bahan organik yang lain menjadi C02 dan H20.
Amoniak dalam larutan asam ada dalam bentuk ion
amonium (NH4+) yang terikat pada sulfat dan tetap ada
dalam larutan
N(makanan) (NH4)2SO4 (1)
Netralisasi
Setelah digesti sempurna, larutan dalam labu
dibuat bersifat basa dengan penambahan NaOH,
yang mengubah ammonium sulfat menjadi gas
amoniak :
(NH4)2SO4 + 2 NaOH 2NH3 + 2H2O + Na2SO4
Gas amoniak ditampung dalam labu penampungan
yang mengandung asam boraks berlebihan.
Amoniak akan berubah menjadi ion amonium
NH3 + H3BO3 NH4+ + H2BO3-
Titrasi
Kandungan nitrogen dihitung dengan titrasi
amonium borat dengan larutan standar asam sulfat
atau asam klorida dengan indikator yang sesuai.
H2BO3- + H+ H3BO3
Konsentrasi ion hidrogen (dalam mol) ekuivalen
dengan konsentrasi nitrogen dalam sampel
Konsentrasi nitrogen dalam sampel dengan berat
m dan konsentrasi HCl yg digunakan x M adalah :
Bahan Makanan:
Bir, Sirup, Biji-bijian, Ragi = 6,25
Buah-buahan, teh, anggur = 6,25
Makanan ternak = 6,25
Beras = 5,95
Roti, Gandum, Makaroni, Mie = 5,70
Kacang Tanah = 5,46
Kedele = 5,75
Kenari = 5,18
Susu = 6,38
Gelatin = 5,55
Keuntungan dan kerugian
Keuntungan
- Merupakan metode standar yang banyak digunakan
dalam skala internasional
- Presisi dan reprodusibilitas tinggi
Kerugian
- Tidak memberikan ukuran real kadar protein, karena
nitrogen dalam sampel tidak semuanya merupakan protein
- Protein yang berbeda memerlukan faktor koreksi yang
berbeda karena perbedaan urutan asam amino
- Penggunaan asam sulfat pekat pada temperatur tinggi
berbahaya, demikian juga dengan katalisnya
- Teknik Kjeldahl ini membutuhkan waktu yg lama
Tidak semua N adalah protein
Purine
Pyrimidine DNA, RNA, etc.
Urea
Jaringan tanaman mempunyai > 50% N non-protein
2. METODE IKATAN ZAT WARNA
Prinsip: Pada pH rendah, gugus basa protein bermuatan (+) yang
secara kuantitatif berikatan dengan zat warna yang bermuatan (-).
+
NH 3
CH 2 H
+
CH 2 CH 2 N C NH 2
Lysine
CH 2 CH 2 NH 2
CH 2 O CH 2 Arginine
H
CH N C CH
N C C N
H H
O CH 2
C NH +
HC CH Histidine
N
H
METODE IKATAN ZAT WARNA
-
SO3
HO
N=N
Prosedur:
1. Campur protein, zat warna dan, buffer pH = 2.
2. Saring atau sentrifuge.
3. Ukur densitas optik (O.D.) dari filtrat.
3. Biuret Method
% Protein (Kjeldalh)
Biuret Method
Reagen biuret yang mengandung semua kemikalia yang
dibutuhkan untuk melakukan analisis dapat dibeli secara
komersial
Reagen biuret dicampur dengan larutan protein dan dibiarkan
selama 15-30 menit sebelum absorbansinya diukur pada 540
nm.
Keuntungan utama metode ini adalah tidak ada interferensi
dari bahan yang menyerap pada panjang gelombang yang
lebih rendah.
Metode ini kurang sensitif terhadap jenis-jenis protein karena
absorbsi melibatkan ikatan2 peptida yang umum untuk semua
protein daripada gugus2 spesifik
Metode ini sensitifitasnya relatif rendah dibandingkan metode
UV-Vis yang lain.
Biuret Assay
Uji Biuret
Prosedur – Reaksi biuret merupakan suatu
metode yang dapat digunakan untuk menentukan
jumlah protein yang dapat larut
Reagen biuret bereaksi dengan ikatan-ikatan
peptida dan warna kompleksnya berubah warna.
Spectrofotometer dapat digunakan untuk
mengukur intensitas warna yang dihasilkan.
Semakin banyak protein yang ada, warnanya
makin gelap
Kurva standar Uji Biuret
Uji Biuret
Karena komponen-komponen larutan biuret
menyerap sejumlah sinar, oleh karena itu harus
dikurangi terhadap absorbsi total protein sendiri.
Dilakukan dengan menggunakan tabung yang
hanya mengandung larutan biuret sebagai blangko
Biuret Assay
4. Metode Lowry
• Cu++ dalam larutan alkali membentuk kompleks dengan protein.
• Cu++ mengkatalisis oksidasi gugus fenol dari tyrosine dengan asam
fosfomolibdat-fosfotungsten.
• Salah satu metode yang paling sensitif
750 nm
A at
g of protein (Kjeldahl)
Lowry Method
Metode Lowry mengkombinasikan reagen biuret
dengan reagen yang lain (reagen fenol Folin-
Ciocalteau) yang bereaksi dengan residu-residu
tyrosine dan tryptophan dalam protein.
Menghasilkan warna kebiruan yang dapat dibaca
pada 500 - 750 nm tergantung pada sensitivitas yang
dibutuhkan.
Metode ini lebih sensitif pada konsentrasi protein
yang rendah dibandingkan dengan metode biuret
5. Serapan Ultra-violet (UV) pada 280 nm
mg of protein/ml of solution
Metode Fluorescence
What is fluorescence and how to measure it?
Ground State
7. Metode Turbidimetri
Molekul Protein yang biasanya dapat larut
diendapkan dengan penambahan sejumlah
kemikalia seperti trichloroacetic acid.
Pengendapan Protein menyebabkan larutan
menjadi keruh
Konsentrasi protein dapat ditentukan
dengan pengukuran derajat turbiditasnya