Anda di halaman 1dari 40

ANALISIS USAHATANI

RUSLI BURHANSYAH
085173119657

PROGRAM PRAKTISI MENGAJAR ANGKATAN 4-2024


MATA KULIAH MANAJEMEN USAHATANI
PROGRAM AGRIBISNIS-FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS YUDHARTA PASURUAN
STRUKTUR PENERIMAAN, BIAYA, PENDAPATAN
USAHATANI DAN DATA LAIN YANG RELEVAN
Struktur Penerimaan Usahatani
Penerimaan Ushatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan
harga jual. Pernyataan ini dapat dituliskan sebagai berikut :

(1)
Yaitu : TR= Total penerimaan
Y = Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani
Py= Harga Y
Apabila macam tanaman yg diusahakan adalah lebih dari satu, maka rumus (1)
berubah menjadi
(2)
yaitu; n= jumlah macam tanaman yang diusahakan.
Oleh karena itu dalam menghitung total penerimaan usahatani perlu dipisahkan :
(a) Analisis parsial usahatani, (b) Analisis keseluruhan usahatani.
Jadi kalua sebidang lahan ditanami 3 tanaman secara monokultur (misalnya padi,
jagung dan ketela pohon), dan bila tanaman yang diteliti adalah salah satu macam
tanaman saja, maka analisis seperti ini disebut analisis parsial. Sebaliknya kalua
ketiga-ketiganya seperti ini disebut analisis keseluruhan usahatani (wholefarm
analysis)
• Dalam menghitung penerimaan usahatani, beberapa hal perlu diperhatikan :
Pertama, hati-hati dalam menghitung produksi pertanian, karena tidak semua produksi pertanian
itu dapat dipanen secara serentak.
Contoh : menghitung produksi padi per ha sangat mudah karena proses panennya
serentak, menghitung produksi cabai relative sulut karena selama proses produksi, cabai
dipanen beberapa kali
Kedua, hati-hati dalam menghitung penerimaan karena (a) produksi mungkin dijual beberapa kali,
sehingga diperlukan data frekuensi penjualan, (b) produksi mungkin dijual beberapa kali
pada harga jual yang berbeda-beda. Jadi disamping frekuensi penjualan yang perlu
diketahui juga harga jual pada masing-masing penjualan tersebut.
Ketiga, bila penelitian usahatani ini menggunakan responden petani, maka diperlukan teknik
wawancara yang baik untuk membuat petani mengingat kembali produksi dan hasil
penjualan yang diperoleh selama setahun terakhir. Pemilihan waktu setahun terakhir ini
biasanya sering dipakai oleh para penelitia untuk memudahkan perhitungan.
STRUKTUR BIAYA
USAHATANI
Biaya Usahatani biasanya diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
(a) Biaya tetap (fixed cost) dan (b) Biaya tidak tetap (variable cost)

Biaya tetap didefinisikan sebagai biaya yang relative tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun
produksi yang diperoleh banyak atau sedikit.
Jadi besaran biaya tetap ini tidak tergantung pada besar-kecilnya produks yang diperoleh . Contoh pajak
bumi bangunan (PBB), sewa tanah, alat pertanian, iuran irigasi

Biaya tidak tetap atau biaya variabel didefinisikan sebagai biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh
produksi yang diperoleh. Contoh biaya untuk sarana produksi. Petani menginginkan produksi tinggi,
maka tenaga kerja perlu ditambah, pupuk ditambah dan sebagainya, sehingga biaya ini sifatnya
berubah-ubah tergantung dari besar-kecilnya produksi yang diinginkan.
Cara menghitung biaya tetap adalah

𝑛
𝐹𝐶=∑ 𝑋 𝑖 𝑃𝑥𝑖 (3)
𝑖 =𝑙

Keterangan:
FC = Biaya tetap
Xi = Jumlah fisik dari input yg membentuk biaya tetap
Pxi = harga input
n. = macam input

Bila besaran biaya tetap ini tidak dapat dihitung dengan rumus (3); maka sekaligus ditetapkan nilanya saja. Misal
pajak irigasi yg harus dibayar. Karena tidak tahu berapa liter air yg dipakai, diperhitungkan langsung berapa rupiah
yg dibayarkan untuk biaya irigasi tersebut.
Kadang-kadang biaya tetap ini berubah atau diperlakukan sebagai biaya produksi variabel bila angka penyusutan
(alat2 pertanian misalnya dihitung)
Rumus (3) dapat dipakai untuk menghitung biaya variabel. Karena total biaya (TC) adalah
jumlah dari biaya tetap (FC) dan biaya tidak tetap (VC), maka:

𝑇𝐶=𝐹𝐶 +𝑉𝐶 (4)

Kesulitan dalam menghitung biaya usahatani biasanya timbul bila tanaman yang diusahakan itu
lebih dari satu macam tanaman. Misalnya tumpangsari jagung dan kedelai. Sehingga jumlah input
yang dipakai tidak diketahui persis diarahkan untuk tanaman jagung atau kedelai. Bila terjadi
demikian, jumlah fisik input menjadi tidak penting, tetapi yg perlu dicari adalah berapa besar
rupiah (pengeluaran) yang dikeluarkan oleh tanaman tersebut. Khusus untuk tumpangsari ini
peneliti dihadapkan pada problem “agregasi”; oleh karena itu diperlukan kehati-hatian dalam
menghitung nilai dari biaya ini.
Dalam analisis usahatani dilakukan dengan dua cara, (a) Analisis finansial dan (b) Analisis Ekonomi

Analisis Finansial=> data biaya yg dipakai adalah data riil yg sebenarnya dikeluarkan. Misalnya jumlah tenaga kerja
yg dipakai 100 HOK(Hari Orang Kerja)/ HKSP (Hari Kerja Setara Pria) dengan upah dipakai missal Rp 80.000/hari;
maka biaya tenaga kerja adalah 100 x Rp.80.000= Rp.8.000.000,- Bila diantara 100 HKSP tersebut 25 HKSP di
antaranya adalah tenaga dalam keluarga, maka nilai upah yang dihitung hanya upah tenaga kerja yang menyewa
saja sebesar 75 HKSP tersebut.

Analisis Ekonomi=> data upah yg dipakai adalah upah menurut ukuran harga bayangan (shadow price) . Upah
tenaga kerja di P.Jawa yg jumlah penduduknya berlebihan ini memungkinkan upah tenaga riil lebih kecil
daripada upah menurut perhitungan harga byangan. Mungkin upah tersebut bernilai Rp.100.000/hari, Bila
demikian, biaya untuk 100 HKSP menjadi 100 x Rp 100.000= Rp 10.000.000.

 Shadow price = Harga Bayangan


 Merupakan harga yg nilainya tdk = harga pasar (bs diatas/dibawah harga pasar) tetapi hrg tsb mencerminkan nilai sosial yg
sesungguhnya dr suatu input/hasil produksi.
 Nilai tertinggi suatu produk/ faktor produksi dlm penggunaan alternatif terbaik
 Suatu penyesuaian yg dibuat oleh penilai proyek thd harga pasar faktor/ hasil produksi krn harga pasar tdk mencerminkan
biaya/ nilai sosial yg sebenarnya dr faktor/ hsl produksi shg butuh pengukur harga yg lebih tepat.
PENDAPATAN USAHATANI
Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya

𝑃𝑑=𝑇𝑅 −𝑇𝐶

Pd= Pendapatan usahatani


TR= total penerimaan
TC= total biaya

Dalam banyak hal jumlah TC ini selalu lebih besar bila analisis ekonomi yang dipakai, dan selalu lebih
kecil bila analisis finansial yg dipakai. Oleh karena itu setiap kali melakukan analisis perlu disebutkan
analisis apa yang digunakan.
Untuk menggali data yang dipergunakan untuk keperluan analisis cash-flow, maka
seperangkat pertanyaan diajukan dan disusun seperti dalam Tabel 1. Pertanyaan yang
disajikan dalam Tabel 1 terdiri dari lima komponen yaitu (1) Pengenalan Tempat, (2)
Keterangan pencacahan, (3) Keterangan umum, (4) Biaya atau pengeluaran
usahatani, dan (5) Keterangan umum
Musim tanam :I/II/III
Bulan panen :
Tahun :
No I.PENGENALAN TEMPAT)
(isi sesuai dengan pertanyaan)
1Provinsi ….....................................................
2Kabupaten ….....................................................
3Kecamatan ….....................................................
4Desa ….....................................................
5Nama blok sensus ….....................................................
6Nomor urut sampel rumah tangga
….....................................................
7Kepala rumah tangga ….....................................................

II. KETERANGAN PENCACAHAN


(isi sesuai dengan pertanyaan)
1Nama pencacah ….....................................................
2Tanggal pencacahan ….....................................................
3Tanda tangan pencacah ….....................................................
4Nama supervisi ….....................................................
5Tanggal pemeriksaan ….....................................................
6Tanda tangan supervisi ….....................................................
III. LUAS PANEN DAN PRODUKSI
(berikan lingkaran pada jawaban yg benar)
No
1Jenis tanaman …............................
2Jenis bibit (sebutkan) …............................
3Sistem penanaman
Tanaman campuran 1
Tanaman tunggal 2
4Jenis pengairan lahan
Teknis 1
Setengah teknis 2
Sederhana PU 3
Non PU 4
Tanpa pengairan 5
5Jenis Program Pertanian
6Keadaan Panen
Baik: 1, Normal : 2, Kurang: 3, Puso:4
7Apakah mengalami serangan hama pengganggu/bencana alam
Ya: 1. Tidak : 2
8Produksi :
aLuas seluruh panen/luas bidang …............................ (0.00 Ha)
bBentuk produksi …............................
cProduksi kotor yg diperoleh …............................ (Kg)
dNilai produksi …............................ (Rp)
9.a.Hasil ikutan (sebutkan) …............................
bNilai bersih hasil ikutan …............................ (Rp)

10Nilai produksi sebelumnya


(9a +9b) …............................ (Rp)
IV.ONGKOS DAN PENGELUARAN
No
1Bibit a.Bentuk bibit (1) Unggul nasional
(2) Lokal
b.Dari pembelian (1) Jumlah …............ (kg)
(2) Nilai …............ (Rp)
c.Prod.sendiri (1) Jumlah …............ (kg)
(2) Nilai …............ (Rp)
2Pupuk a.Urea (1) Jumlah …............ (kg)
(2) Nilai …............ (Rp)
b. NPK (1) Jumlah …............ (kg)
(2) Nilai …............ (Rp)
c.SP-36 (1) Jumlah …............ (kg)
(2) Nilai …............ (Rp)
d.KCl (1) Jumlah …............ (kg)
(2) Nilai …............ (Rp)
e.Pupuk kandang/kompos (1) Jumlah …............ (kg)
(2) Nilai …............ (Rp)
3Pestisida a.Insektisida (sebutkan (1) Jumlah …............ (0.00) (kg/lt)
(2) Nilai …............ (Rp)
b.Fungsida (sebutkan (1) Jumlah …............ (0.00) (kg/lt)
(2) Nilai …............ (Rp)
c.Rodentisida (sebtukan (1) Jumlah …............ (0.00) (kg/lt)
(2) Nilai …............ (Rp)
4Biaya a.Sewa traktor dan alat pertanian …............ (Rp)
b.Sewa hewan untuk pengolahtan tanah …............ (Rp)
c.Biaya pengairan …............ (Rp)
d.Pemeliharaan alat/sarana usaha …............ (Rp)
e.Biaya pengangkutan …............ (Rp)
f.Lainnya …............ (Rp)
5 Pekerja a.Mencangkul (1) Jumlah hari kerja …............ (HKSP)
(2) Jumlah hari orang PTD**) …............ (HKSP)
(3) Jumlah hari buruh …............ (HKSP)
(4) Upah buruh …............ (Rp)
b.Membajak:(tanpa hewan/alat) (1) Jumlah hari kerja …............ (HKSP)
(2) Jumlah hari orang PTD**) …............ (HKSP)
(3) Jumlah hari buruh …............ (HKSP)
(4) Upah buruh …............ (Rp)
c.Menanam (1) Jumlah hari kerja …............ (HKSP)
(2) Jumlah hari orang PTD**) …............ (HKSP)
(3) Jumlah hari buruh …............ (HKSP)
(4) Upah buruh …............ (Rp)
d.Memelihara (1) Jumlah hari kerja …............ (HKSP)
(2) Jumlah hari orang PTD**) …............ (HKSP)
(3) Jumlah hari buruh …............ (HKSP)
(4) Upah buruh …............ (Rp)
e.Memanen (1) Jumlah hari kerja …............ (HKSP)
(2) Jumlah hari orang PTD**) …............ (HKSP)
(3) Jumlah hari buruh …............ (HKSP)
(4) Upah buruh …............ (Rp)
f. Lainnya (1) Jumlah hari kerja …............ (HKSP)
(2) Jumlah hari orang PTD**) …............ (HKSP)
(3) Jumlah hari buruh …............ (HKSP)
(4) Upah buruh …............ (Rp)
a.Pajak per musim panen …............ (Rp)
b.Bunga …............ (Rp)
c.Lainnya …............ (Rp)
7 Jumlah pengeluaran (Nilai 1 sd 6)
8 Pendapatan (III No. 10-IV. No.7)
**) PTD : Pekerja tidak dibayar
V.Keterangan Umum
No
1Luas tanah yg diusahakan pada awal musim tanam yang lalu (IV a+1b) …......... (0,00 ha)
aTanah sewa …......... (0,00 ha)
(1) Berpengairan …......... (0,00 ha)
(2) Tidak berpengairan …......... (0,00 ha)
bTanah kering …......... (0,00 ha)
2.aTanah yg diusahakan pada pertanyaan 1 berasal dari
Milik sendiri 1
Dari pihak lain 2
bApabila berkode 1, status tanahnya adalah
Bagi hasil 1
Tanah yg disewa 2
Lainnya 2
3Apabila sewa tanah/bagi hasil, biaya yg harus dikeluarkan
aSewa tanah yang diusahakan per musim tanam (Rp)
bBagi hasil
(1) Bagian produksi untuk pemilik tanah …......... bag
(2) Nilai kotor untuk pemilikan tanah …......... (Rp)
(3) Biaya yg dikeluarkan pemilik tanah untuk sarana produksi …......... (Rp)
(4) Nilai bersih No.3b.(2)-No.3b(3) …......... (Rp)
4aPelaksanaan panenan
Dilakukan secara gotong royong 1
Dilakukan sendiri 2
Dilakukan buruh harian 3
Dilakukan sendiri dan buruh harian 4
Bawon 5
bApabila bawon, bagian yang diperoleh pemanen …......... bagian
5Apakah pemanen yg menerima bawon mempunyai ikatan dengan
pekerjaan lain di dalam usaha penanaman tersebut
Ya=1 Tidak=2
VI.STOK PADA AKHIR TAHUN
Stok yang ada pada 31
Desember tahun lalu

Produksi
Bentuk produksi sendiri (kg) Lainnya (kg) Jumlah (kg)
Jenis tanaman
(1) (2) (3) (4) (5)
1Padi sawah Gabah kering
2Padi ladang Gabah kering
3Jagung Pipilan kering
4Ubi kayu Ubi basah
5Ubi jalar Ubi basah
6Kacang tanah Biji kering
Lapis kulit
7Kedelai Biji kering
Lapis kulit
MACAM ANALISIS USAHATANI

 Macam atau jenis analisis usahaani memang beragam karena macam analisis yang dipilih sangat
tergantung pada tujuan yang ingin dicapai.
 Secara umum, sebelum melakukan analisis, data yang dipakai perlu dikelompokkan dahulu,
yaitu data parametrik yg biasanya terdiri dari data yg terukur dapat dibagi (divisible) dan non
parameterik yg biasanya terdiri data yg berupa skala, skor.
 Pembedaan pengelompokan data ini penting karena akan menentukan macam alat analisis
statistic yg dipakai
 Data yg sifatnya statistik parametrik dapat dipakai untuk analisis seperti Analisis Regresi,
Sebaliknya data yg sifatnya non parametrik akan dianalisis dan diuji dengan analisis statistik non
parametrik.
 Pustaka :
 Statistik Parametrik. Wonnacot (1979), Johston (1972), Kmenta (1971), Theil Gujarati (1988) dan
Koutsoyiannis (1977).
 Statistik Non Paramtrik. Siegel (1976) atau Schuessler (1971).
Dalam praktek, analisis usahatani dipilah menjadi analisis parsial dan analisis keseluruhan usahatani (whole
farm analysis)
Analisis parsial dilakukan pada satu cabang usahatani, sedangkan analisis keseluruhan dilakukan pada
semua cabang usahatani.
Untuk itu data pendukung untuk analisis tsb perlu disesuaikan dengan kebutuhan,

ANALISIS PARSIAL

ANALISIS TABEL

Analisis Tabel dapat dimulai dari analisis yg paling sederhana sampai yang agak rumit. Analisis tabel yg
paling sederhana adalah analisis tabel dua dimensi. Misalnya berdasarkan data yang diperoleh dari
data yg dikumpulkan, maka data tersebut dapat disajikan seperti Tabel 1. Dituliskan tabel 2 dimensi
hubungan antara jumlah sample yg mengikuti program Intensifikasi khusus (INSUS) dan tidak
mengikuti Intensifikasi Khusus
TABEL 1. JUMLAH SAMPEL YG MENGIKUTI INSUS (n=200)

No Sampel Jumlah (orang) %


1Mengikuti INSUS 160 80.00
2Tidak mengikuti INSUS 40 20.00
JUMLAH 200

TABEL 2. Luas lahan Berdasarkan Sampel yg Mengikuti INSUS atau


Tidak mengikuti INSUS

No Sampel
Rata-rata Luas Lahan Jumlah sampel %
(ha) (orang)
1Mengikuti INSUS 0.89 160 80.00
(0.70)*)
2Tidak mengikuti INSUS 0.4 40 20.00
(0.20)
Jumlah 0.65 200 100
*) Angka di dalam kurung adalah
standard deviasi. **) Angka rata-
rata
ANALISIS R/C, B/C; NPV dan IRR

R/C ADALLAH SINGKATAN DARI RETURN COST RATIO, ATAU DIKENAL SEBAGAI PERBANDINGAN (NISBAH)
ANTARA ANTARA PENERIMAAN DAN BIAYA. SECARA MATEMATIK DITULISKAN SEBAGAI BERIKUT:

𝑎= 𝑅/ 𝐶
R = Py.Y
C = FC +VC
a.= {(Py.Y) / (FC+VC)}

R= Penerimaan
C= Biaya
Py= harga output
Y=output
FC=biaya tetap (fixed cost)
VC=biaya variabel (variable cost)
R/C=1 artinya tidak untung dan
tidak pula rugi.
Kriteria dapat diubah tergantung
keinginan peneliti Misal R/C > 1.
Usahatani menguntungkan bila R/C
minimal 1,5 atau 2,0

Pada Gambar 5.1. Tingkat produksi


berapa suatu usahatani mencapai
titik impas atau Break Even Point
(BEP).
Bila produksi mencapai di sekitar OY,
maka usahatani iut rugi, karena R <
TC, sebalikanya bila produksi berada
di OY, mk usahatani itu untung
(R>TC)
Dari Tabel 5.2. Diperoleh Penerimaan sebesar Rp 827.288,- Biaya Rp 222.228 sehinga R/C
a= R/C
= 827.288/222.228
= 3,72

Angka R/C sebesar 3,72 yg melebihi angka patokan sebesar 1,5 atau 2,0 merupakan indikasi usahatani
yg menguntungkan
Namun sebelum disimpulkan, teliti dahulu bagaimana cara menghitung komponen biaya produksi,
apakah semua komponen biaya ini dihitung atau tidak. Misal nilai tenaga kerja dalam keluarga dan bibit
yang dihasilkan sendiri (tidak membeli) diperhitungkan (dinilai) atau tidak.

Biasanya lebih baik analisis R/C dibagi dua, yaitu yg menggunakan data pengeluaran (biaya produksi) yg
secara riil dikeluarkan oleh petani dan yang menghitung juga nilai tenaga kerja keluarga, serta bibit yg
disiapkan sendiri itu juga diperhitungkan. Dengan cara seperti ini, ada dua macama R/C yaitu:
a.R/C berdasarkan data apa adanya (Tipe I)
b.R/C berdasarkan data dengan memperhitungkan tenaga kerja dalam keluarga, sewa lahan (lahan
dianggap menyewa), alat-alat pertanian (alat pertanian dianggap sewa), dan sebagainya (Tipe II)
Tabel Contoh Hipotesis Menghitung R/C

Tipe Usahatani*) R/C Justifikasi Kesimpulan


I 3,72 > 2,0 Menguntungkan
II 1,50 >1,0 Menguntungkan

*) Tipe I : Data biaya yg dipakai adalah biaya riil yg dikeluarkan petani


Tipe II : Data biaya yg dipakai adalah semua pengeluaraan termasuk tenaga kerja keluarga, sewa lahan, dsb
ANALISIS B/C
Net B/C digunakan untuk menghitung perbandingan antara selisih biaya manfaat yang
positif dengan biaya manfaat yang negatif dengan perhitungan sebagai berikut:

Keterangan:
Bt = Benefit (penerimaan kotor pada tahun ke-t)
Ct = Cost (biaya kotor pada tahun ke-t)
n = umur ekonomis usahatani
i = tingkat suku bunga yang berlaku
Kriteria kelayakan usahatani berdasarkan penghitungan Net B/C adalah
1. usahatani menguntungkan jika Net B/C > 1,
2. usahatani tidak menguntungkan dan tidak merugikan jika Net B/C = 1,
3. usahatani merugikan jika Net B/C < 1.

Oleh karena itu, suatu proyek akan dipilih apabila Net B/C > 1.
Sebaliknya, bila suatu proyek memberi hasil Net B/C < 1, maka proyek tidak
akan diterima.
ANALISIS NPV
Net Present Value merupakan selisih antara benefit (penerimaan) dengan cost
(pengeluaran) yang telah di-present valuekan dengan perhitungan sebagai berikut:

Keterangan:
Bt = Benefit (penerimaan usahatani pada tahun ke-t)
Ct = Cost (biaya usahatani pada tahun ke-t)
n = umur ekonomis proyek
i = tingkat suku bunga yang berlaku

Suatu usahatami dikatakan layak untuk dilakukan bila menghasilkan NPV > 0. Bila
NPV ≤ 0, maka usahatani tersebut tidak layak untuk dijalankan.
Internal Rate of Return (IRR)

IRR menunjukkan kemampuan suatu investasi atau usaha dalam menghasilkan return
atau tingkat keuntungan. Kriteria yang dipakai untuk menunjukkan suatu usaha layak
dijalankan adalah jika nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku pada
saat usahatani tersebut diusahakan (Gittinger, 2004).

NPV1 = NPV yang bernilai positif


NPV2 = NPV yang bernilai negatif
i1 = tingkat suku bunga saat menghasilkan NPV yang bernilai positif
i2 = tingkat suku bunga saat menghasilkan NPV yang bernilai negatif
• Suatu proyek akan dipilih jika nilai IRR lebih tinggi daripada tingkat suku
bunga yang berlaku (IRR > social discount rate).
• Sebaliknya, jika IRR < social discount rate, maka modal proyek akan lebih
menguntungkan bila didepositokan di bank dibandingkan dengan digunakan
untuk menjalankan proyek.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai