Pengertian Dan Ruang Lingkup Qawaid Fiqhiyyah
Pengertian Dan Ruang Lingkup Qawaid Fiqhiyyah
RUANG LINGKUP
QAWAID
FIQHIYYAH
Disusun oleh :
Qawa’id fiqhiyyah lebih umum dari dhawabith Dhawabith fiqhiyyah hanya mengumpulkan dari satu
fiqhiyyah, karena qawa’id fiqhiyyah tidak terbatas bab, dan inilah yang disebut dengan ashal. Menurut As-
Suyuthi dalam Asybah wa Nadhair fi An Nahwi, bahwa
pada masalah dalam satu bab fikih, tetapi kesemua
qawaid fiqhiyyah mengumpulkan beberapa cabang dari
masalah yang terdapat pada semua bab fikih. beberapa bab fiqh yang berbeda, sedangkan dhawabith
Kaidah ushuliyah dalam teksnya tidak fiqhiyyah mengumpulkan bagian dari satu bab fiqh
saja.
mengandung rahasia-rahasia syar‟i tidak pula
mengandung hikmah syar‟i. An-nazariyyat al-fiqhiyyah lebih umum dan lebih luas
cakupannya dari kaidah fikih. fikih di bawah satu
Perbedaan antara kaidah ushuliyah dan kaidah kesatuan tematik yang sistematis. An-nazariyyat al-
fiqhiyyah pun bisa dilihat dari maudhu‟nya fiqhiyyah di bawahnya tercakup kaidah-kaidah fikih.
(objek). Jika Kaidah ushuliyah maudhu‟nya dalil- Hubungan antara keduanya adalah hubungan bagian
dalil sam‟iyyah. Sedangkan kaidah fiqhiyyah dengan keseluruhan di mana bagian adalah kaidah-
maudhu‟nya perbuatan mukallaf, baik itu kaidah hukum Islam dan keseluruhan adalah an-
pekerjaan atau perkataan. Seperti sholat, zakat dan nazariyyat al-fiqhiyyah. Misalnya nazariyyat addarurah
lain-lain. (teori darurat) mencakup sejumlah kaidah yang banyak.
Urgensi dan Kegunaan Qawaid Fiqhiyyah
• Al-qawaid al-fiqhiyyah mempunyai kedudukan penting untuk mempermudah dalam mempelajari fiqh.
Melaluinya furû’(cabang) fiqh yang demikian banyak dapat dipisahkan dalam kaidah fiqh tertentu. Apabila tidak
ada al-qawaid al-fiqhiyyah, tentu persoalan hukum yang demikian banyak tetap berserakan di berbagai kitab
fiqh sehingga sulit untuk dipelajari ahli fiqh dengan mudah dan baik.
• Mempelajari al-qawaid al-fiqhiyyah dapat membantu untuk menguasai fiqh dengan masalah-
masalahnya yang demikian banyak. Sebab, al-qawaid al-fiqhiyyah sebagai jembatan dan sarana melahirkan
hukum-hukum.
• Membantu kalangan yang melakukan studi fiqh untuk membahas bagian hukum dan mengeluarkan
hukum dari topik-topik yang berbeda dan meletakkannya pada satu topik dengan tetap memelihara
pengecualian (istisna’i) dari setiap kaidah. Hal ini akan menghindarkan terjadi pertentangan hukum yang
kelihatan sama.
• Dengan mengikatkan hukum-hukum yang berserakan pada satu ikatan menunjukkan bahwa hukum-hukum
fiqh membawa misi untuk mewujudkan kemaslahatan yang sejalan dengannya atau mewujudkan
kemaslahatan yang lebih besar.
• Mengetahui al-qawaid al-fiqhiyyah penting untuk memperkuat jalan mengetahui furu’ fiqh yang demikian
banyak.
KEHUJJAHAN QAWAID FIQHIYYAH MENURUT 4
MAZHAB
Abu Zaid Addabusi menyatakan dengan jelas tentang keutamaan Asy-Syathibi dalam kitabnya yang berjudul Al-Muwafaqat
qawaid fiqhiyyah yang bisa dijadikan hujjah. Hal ini didukung oleh beliau mengemukakan kaidah:
sikapnya yang menjadikan qawaid itu sendiri sebagai penyebab
perbedaan di tubuh ulama hanafiyyah bahkan antar mazhab.
Menurutnya, qawaid fiqhiyyah menghadirkan kemudahan bagi mereka Menghilangkan kesempitan dan kesulitan adalah prinsip
yang ini mengetahui khilafiyyah antar ulama serta latar belakang yang asalnya, dan sesungguhnya kesempitan itu harus dihilangkan.
menggiring terjadinya perdebatan pendapat itu sendiri. Lalu dalam kitabnya beliau pernah ditanya: Bagaimana
hukumnya bila memaksa orang yang mempunyai makanan
Perbedaan yang kemudian disertakan di dalamnya argumen para untuk memberikan makanannya kepada orang yang kelaparan,
ulama dalam kitab beliau (ta’sisun Nazhor) merupakan bukti bahwa karena kalua disimpan akan menghadirkan bahaya bagi orang
para ulama menggunakan qawaid fiqhiyyah untuk memperkuat lain?, lalu beliau menjawab dengan kaidah:
kesimpulan yang mereka raih. Sebagai contoh:
• Tidak boleh membahayakan diri dan membahayakan
• “Hukum asalnya, sesuatu yang apabila ada di awal merubah
keabsahan fardhu, maka dapat merubah keabsahannya juga bila
orang lain.
di akhir.”
Dengan demikian tampak jelas bagi kita bahwa mazhab
Misalnya, orang shalat dengan tayammum karenan tidak menemukan maliki menjadikan qawaid fiqhiyyah sebagai hujjah sepanjang
air, lalu di pertengahan sholat ternyata turun hujan, maka menurut abu kaidah tersebut disepakati oleh ulama dan didukung kuat oleh
Hanifah hal tersebut membatalkan shalat nash.
KEHUJJAHAN QAWAID FIQHIYYAH MENURUT 4
MAZHAB
Abd al-Aziz Muhammad 'Azam membagi beberapa macam yaitu : • Qawa'id 'ammah. kaidah-kaidah fiqih ini diperselisihkan eksistensi dan
lima kaidah fiqih yang pokok, yaitu : al-umur bimaqasidiha, al-yaqin la Ta'sis al'Nazar, begitu juga para imam mujtahid seperti Abu Hanifah,
yazul bi al-syakk, al-darar yuzal, al-masyaqqat tajlib al-tasyir, dan Malik, al-Syafi'i, Ahmad Ibn Hanbal, dan lain-lainnya. Kaidah-kaidah fiqih
al-'adah myhakkamah. Qawa'id Kubra. cakupan kaidah-kaidah fiqih ini yang cakupannya sempit terhadap persoalan furu'.
terhadap persoalan furu' tidak sebanyak qawa'id kulliyyah kubra di atas. • Qawa'id Khassah, yaitu kaidah yang secara umum cakupannya khusus
Qawa'id kubra ini disepakati oleh berbagai mazhab fiqih. Diantara qawa'id untuk satu bab fiqih tertentu. Kaidah-kaidah fiqih ini merupakan hukum-
kubra ada yang menjadi cabang kaidah-kaidah fiqih yang lima di atas (al- hukum yang saling menyerupai dari satu bab fiqih tertentu. Di antara
kaidah fiqih ini ada yang disepakati oleh para ahli fiqih, seperti kaidah
qawa'id al-khams), dan ada juga yang tidak menjadi cabang kaidah-kaidah
(setiap kifarat yang penyebabnya maksiat harus dilaksanakan dengan
fiqih yang lima di atas tetapi mencakup persoalan furu' yang banyak
segera) dan kaidah: (setiap air yang tidak berubah salah satu sifatnya
disebut qawa'id far'iyyah atau qawa'id juz'iyyah, seprti kaidah fiqih
adalah suci). Secara umum, kaidah seperti ini disebut dabit.
(mengamalkan suatu kalimat lebih utama daripada mengabaikannya).
Qawaid Fiqhiyyah dalam fiqih ekonomi islam
Contoh lain Diantara qawa’id yang paling mendasar dalam masalah muamalah syar’iyah adalah:
“Segala bentuk muamalah pada dasarnya adalah mubah (boleh) kecuali ada dalil yang
mengharamkannya”
Ini menjadi alasan bagi setiap bentuk transaksi perdagangan dan ekonomi menjadi halal kecuali jelas
ada alasan yang melarangnya.Maka Jika dua orang pelaku muamalah atau lebih, berselisih tentang suatu
hal berkaitan dengan akad muamalah, seperti jual beli, sewa menyewa, gadai, akad di bank atau lain-
lain, maka keberpihakan diberikan kepada yang lebih kuat alasannya sesuai prinsip dalil.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa qawaid al fiqhiyyah merupakan komponen
penunjang terpenting bagi mujtahid, mufti, dan faqih dalam melakukan metode istinbath ahkam atau
interpretasi hukum syariat. Bahkan tak dapat diragukan lagi, penguasaan terhadap ilmu ini merupakan
tolak ukur kematangan ilmu sang mujtahid. Dengan berpegang kepada rambu-rambu yang tertata di
dalamnya, para mujtahid akan lebih sistematis dalam mengambil kesimpulan hukum atas suatu masalah,
yakni dengan menggolongkan masalah pada lingkup satu kaidah besar yang nanti dicabangkan pada
kaidah-kaidah lainnya
Klasifikasi Qawa’id Fiqhiyyah Muamalah