KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DALAM

PEKERJAAN PADA KETINGGIAN

(PERMENAKER NO. 9 TAHUN 2016)

KEMENTRIAN KETENAGAKERJAAN
REPUBLIK INDONESIA

10 Maret 2016
M.HANIF DHAKIRI
NAMA : WILIS TANTULAR,SE.ST.MM
TEMPAT /TGL LAHIR : MALANG, 6 MEI 1965
INSTANSI : Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Provinsi Jawa Timur

KURSUS/PELATIHAN :
1. Diklat Pengawas Ketenagakerjaan di Bogor 2005.
2. Training of Trainer (TOT) HIV/AIDS di Sby 2006.
3. Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) di Mega Mendung 2007
4. Diklat Sertifikasi Peneliti Daerah, Tahun 2007
5. Diklat Spesialis K3 Lingkungan Kerja di Bogor Tahun 2009.
6. Diklat Pengendalian Bahan Kimia Berbahay (B3) diSurabaya Th 2010.
7. Safety tower climbing for Supervisor di Sby 2010.
8. Bimtek Pengawasan K3 Kebakaran di Sby th 2010
9. Training of Trainer (TOT) K3 tentang P3K di Tempat Kerja Jakarta Th 2011.
10. Training of Trainer (TOT) K3 tentang SMK3 di Bogor 2011
11. Workshop “major hazard instalation “ di Bali 2011
12. Bimtek pemeriksaan Bahan Berbahaya potensi bahaya besar di Bali 2011
13. Chemical Safety Workshop oleh MOMT, ILO and KOSHA di Jkt 2012
14. Riksa uji Instalasi listrik,Lift dan Penanggulangan kebakaran Sby 2013
15. Diklat Spesialis K3 Pesawat angkat dan angkut Jakarta Tahun 2013
16. Diklat Spesialis K3 LIFT, Listrik Bogor Tahun 2015
17. Welding Inspector , Jakarta 2019 :
Rumah Jl. Anggur II F-3 No 1 Bugul Permai Pasuruan
Kantor : BLK Pandaan Hp. 081252248007.
 KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA (K3) DALAM
PEKERJAAN PADA KETINGGIAN
 TUJUAN

 MEMAHAMI PHILOSOPHY KESELAMATAN DAN

KESEHATAN KERJA (K3)
 MAMPU MENGENALI (MENGIDENTIFIKASI) SUMBER
POTENSI BAHAYA (HAZARD) BEKERJA PADA
KETINGGIAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN PROSES
KERJA DAN PERALATAN (EQUIPMENT)
 MAMPU MENETAPKAN TINDAKAN PENGENDALIAN DAN
EVALUASI KEEFEKTIFAN DARI SETIAP SITUASI YANG
TIDAK DIDUGA DAN MEYAKINKAN 4
TELAH
05/09/2024

DISELESAIKAN
Pendekatan K3
• Philosophy
• Keilmuan
• Hukum
• Ekonomi
DATA KECELAKAAN
Jakarta, Kompas.com
Data BPJS
Tahun 2014 : 126.000 kasus

Tahun 2015
Kecelakaan Kerja : 105.182 kasus
Kecelakaan Kerja diketinggian 38 % : 31.554,6/Tahun
: 2.629/bulan
: 87/hari
Tahun 2016
Di Amerika, lebih dari 100.000 pekerja mengalami cedera dan
kematian karena jatuh dari ketinggian setiap tahunnya
A. Pasal 1
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

SEGALA KEGIATAN UNTUK MENJAMIN DAN

MELINDUNGI KESELAMATAN DAN KESEHATAN
TENAGA KERJA MELALUI UPAYA PENCEGAHAN
KECELAKAAN KERJA DAN PENYAKIT AKIBAT
KERJA.
PASAL 1 BEKERJA PADA KETINGGIAN

KEGIATAN ATAU AKTIFITAS PEKERJAAN YANG

DILAKUKAN OLEH TENAGA KERJA PADA
TEMPAT KERJA DI PERMUKAAN TANAH ATAU
PERAIRAN YANG TERDAPAT :
1. PERBEDAAN KETINGGIAN

2. MEMILIKI POTENSI JATUH

3. MENYEBABKAN TENAGA KERJA /ORANG LAIN

YANG BERADA DI TEMPAT KERJA
CEDERA/MENINGGAL DUNIA/MENYEBABKAN
III. PENGERTIAN

PERANGKAT PELINDUNG JATUH

SUATU RANGKAIAN PERALATAN UNTUK
MELINDUNGI TENAGA KERJA, ORANG LAIN
YANG BERADA DI TEMPAT KERJA DAN
HARTA BENDA KETIKA BEKERJA PADA
KETINGGIAN AGAR TERHINDAR DARI
KECELAKAAN DAN KERUGIAN FINANSIAL.
PERANGKAT PENCEGAH JATUH

SUATU RANGKAIAN PERALATAN UNTUK

MENCEGAH TENAGA KERJA MEMASUKI
WILAYAH BERPOTENSI JATUH AGAR
TERHINDAR DARI KECELAKAAN DAN KERUGIAN
FINANSIAL.
PERANGKAT PENAHAN JATUH

SUATU RANGKAIAN PERALATAN UNTUK

MENGURANGI DAMPAK JATUH TENAGA KERJA
AGAR TIDAK CIDERA ATAU MENINGGAL DUNIA
ALAT PELINDUNG DIRI (APD)

SUATU ALAT YANG MEMPUNYAI KEMAMPUAN

UNTUK MELINDUNGI SESEORANG YANG
FUNGSINYA MENGISOLASI SEBAGIAN ATAU
SELURUH TUBUH DARI POTENSI BAHAYA DI
TEMPAT KERJA

(Standard EN, ANSI,JIS,SNI atau lainnya - aturan baku yang

mengatur spesifikasi suatu alat mulai dari kekuatan, cara
penggunaan, pengetesan dan aturan lainnya.
Sertifikasi ISO-9000-utk mengukur mutu produk
LANTAI KERJA TETAP

SEMUA PERMUKAAN YANG DIBANGUN ATAU

TERSEDIA UNTUK DIGUNAKAN SECARA
BERULANG KALI DALAM DURASI YANG LAMA.
LANTAI KERJA SEMENTARA

SEMUA PERMUKAAN YANG

DIBANGUN ATAU TERSEDIA
UNTUK DIGUNAKAN DALAM
DURASI YANG TIDAK LAMA,
TERBATAS PADA JENIS
PEKERJAAN TERTENTU ATAU ADA
KEMUNGKINAN RUNTUH.
ANGKUR (TITIK PENGAIT
PENAMBAT)
TEMPAT MENAMBATKAN
PERANGKAT PELINDUNG JATUH
YANG TERDIRI ATAS SATU TITIK
TAMBAT ATAU LEBIH YANG ADA DI
ALAM, STRUKTUR BANGUNAN
ATAU SENGAJA DIBUAT DENGAN
REKAYASA TEKNIK PADA WAKTU
ATAU PASCA PEMBANGUNAN
GEDUNG.
POKOK PENGATURAN – Pasal 2-3
BEKERJA PADA
BEKERJA PENGUSAHA WAJIB
YA KETINGGIAN TIDA
K
1. APAKAH TERDAPAT APAKAH DAPAT 1. MEMBUAT
PERBEDAAN KETINGGIAN DILAKUKAN PADA PERENCANAAN
DARI PERMUKAAN TANAH LANTAI DASAR ? 2. MENYUSUN PROSEDUR
ATAU PERAIRAN ? KERJA
2. APAKAH ADA POTENSI 3. MELAKUKAN TEKNIK
JATUH ORANG ATAU BEKERJA AMAN
BENDA ? 4. MENYEDIAKAN APD,
3. APAKAH PERANGKAT
MENGAKIBATKAN PELINDUNG JATUH DAN
CEDERA, KEMATIAN ATAU ANGKUR
KERUGIAN HARTA YA 5. MEMPEKERJAKAN
BENDA ? TENAGA KERJA YANG
KOMPETEN DAN
BERWENANG

TIDAK WAJIB
1. BAB II - PERENCANAAN
Penilaian Risiko dan Hirarki Pengendalian (Pasal 5)

KEWAJIBAN PENGUSAHA/PENGURUS
1. MEMPERHATIKAN DAN MELAKSANAKAN PENILAIAN RISIKO.
(JOB SAFETY ANALYSIS) :
 METODE SISTEMATIS DALAM MELIHAT AKTIVITAS KERJA,
 MEMIKIRKAN APA YANG DAPAT MENJADI BURUK,
 MEMUTUSKAN KENDALI/PENGAMAN/PELINDUNG YANG COCOK
UNTUK MENCEGAH TERJADINYA KERUGIAN, KERUSAKAN, ATAU
CEDERA DI TEMPAT KERJA. / MENGURANGI, ATAU MEMINIMALKAN
RESIKO.
 ” JIKA ADA YANG TIDAK PEDULI KEPADA RESIKO DI TEMPAT
KERJA, MAKA SAMA DENGAN MELETAKKAN DIRI SENDIRI ,
PEKERJA , ORANG LAIN DAN SELURUH ORGANISASI DALAM
BAHAYA.”
1. PERENCANAAN - KEWAJIBAN PENGUSAHA/PENGURUS
(psl 4)

A. TELAH DIRENCANAKAN DENGAN TEPAT,

B. DILAKUKAN DENGAN CARA YANG AMAN,
C. DIAWASI.
D. SITUASI DAN KONDISI KERJA TIDAK MEMBAHAYAKAN K3 BAGI TENAGA
KERJA DAN ORANG LAIN.
1. BAB II - PERENCANAAN
Penilaian Risiko dan Hirarki Pengendalian (Pasal 5)

KEWAJIBAN PENGUSAHA/PENGURUS
1. MEMPERHATIKAN DAN MELAKSANAKAN PENILAIAN RISIKO.
(JOB SAFETY ANALYSIS) :
 METODE SISTEMATIS DALAM MELIHAT AKTIVITAS KERJA,
 MEMIKIRKAN APA YANG DAPAT MENJADI BURUK,
 MEMUTUSKAN KENDALI/PENGAMAN/PELINDUNG YANG COCOK
UNTUK MENCEGAH TERJADINYA KERUGIAN, KERUSAKAN, ATAU
CEDERA DI TEMPAT KERJA. / MENGURANGI, ATAU MEMINIMALKAN
RESIKO.
 ” JIKA ADA YANG TIDAK PEDULI KEPADA RESIKO DI TEMPAT
KERJA, MAKA SAMA DENGAN MELETAKKAN DIRI SENDIRI ,
PEKERJA , ORANG LAIN DAN SELURUH ORGANISASI DALAM
BAHAYA.”
1. BAB II - PERENCANAAN
Penilaian Risiko dan Hirarki Pengendalian
(Pasal 5 ayat 4)

KEWAJIBAN PENGUSAHA/PENGURUS
MELAKUKAN LANGKAH-LANGKAH YANG TEPAT
UNTUK MENCEGAH KECELAKAAN KERJA YAITU :
a. MEMASTIKAN BAHWA PEKERJAAN DILAKUKAN
DENGAN AMAN, ERGONOMI , MELALUI JALUR
MASUK (ACCESS) ATAU JALUR KELUAR
(EGRESS) YANG TELAH DISEDIAKAN;
b. MEMBERIKAN PERALATAN KESELAMATAN
KERJA YANG TEPAT UNTUK MENCEGAH
TENAGA KERJA JATUH JIKA PEKERJAAN TIDAK
DAPAT DILAKUKAN PADA TEMPAT ATAU
JALUR.
1. BAB II - PERENCANAAN
PENILAIAN RISIKO DAN HIRARKI PENGENDALIAN (PASAL 5 ayat 4-
5)
KEWAJIBAN PENGUSAHA/PENGURUS
MELAKUKAN LANGKAH-LANGKAH YANG TEPAT DAN MEMADAI
UNTUK MENCEGAH KECELAKAAN KERJA YAITU :
c APABILA LANGKAH YANG SUDAH DIAMBIL TIDAK
MENGHILANGKAN POTENSI JATUH, MAKA PENGUSAHA
MENYEDIAKAN PERALATAN KERJA UNTUK MEMINIMALKAN
JARAK JATUH ATAU MENGURANGI KONSEKUENSI DARI
JATUHNYA TENAGA KERJA;
d. MENERAPKAN SISTEM IZIN KERJA PADA KETINGGIAN DAN
MEMBERIKAN INSTRUKSI ATAU MELAKUKAN HAL LAINNYA
YANG BERKENAAN DENGAN KONDISI PEKERJAAN
2.ROSEDUR KERJA BEKERJA DI KETINGGIAN
Bagian kesatu - Umum

KEWAJIBAN PENGUSAHA/PENGURUS :
1. PROSEDUR KERJA TERTULIS (PS 6:1) MELIPUTI :
• TEKNIK DAN CARA PERLINDUNGAN JATUH;
• CARA PENGELOLAAN PERALATAN;
• TEKNIK DAN CARA MELAKUKAN PENGAWASAN
PEKERJAAN;
• PENGAMANAN TEMPAT KERJA; DAN
• KESIAPSIAGAAN DAN TANGGAP DARURAT.
2. PROSEDUR KERJA DIKETAHUI DAN DIPAHAMI
DENGAN BAIK OLEH TENAGA KERJA DAN/ ATAU
ORANG YANG TERLIBAT DALAM PEKERJAAN SEBELUM
PEKERJAAN DIMULAI.)
2. PROSEDUR KERJA BEKERJA DI KETINGGIAN
Bagian kedua - Daerah Berbahaya (Ps. 7)

B. KEWAJIBAN PENGUSAHA/PENGURUS
MEMASANG PERANGKAT PEMBATASAN DAERAH KERJA
UNTUK MENCEGAH MASUKNYA ORANG YANG TIDAK
BERKEPENTINGAN.
3 KATEGORI WILAYAH BERDASARKAN TINGKAT BAHAYA
DAN DAMPAK TERHADAP KESELAMATAN UMUM DAN
TENAGA KERJA
1. WILAYAH BAHAYA,

2. WILAYAH WASPADA,

3. WILAYAH AMAN,
2. PROSEDUR KERJA BEKERJA DI KETINGGIAN

A. DAERAH BERBAHAYA (PS. 7)

DAERAH PERGERAKAN TENAGA KERJA
DAN BARANG UNTUK BERGERAK
VERTIKAL, HORIZONTAL, DAN TITIK
PENAMBATAN;
2. PROSEDUR KERJA BEKERJA DI KETINGGIAN

B. DAERAH WASPADA (PS. 7)

DAERAH ANTARA WILAYAH BAHAYA DAN
WILAYAH AMAN YANG LUASNYA
DIPERHITUNGKAN SEDEMIKIAN RUPA AGAR
BENDA YANG TERJATUH TIDAK MASUK
KE WILAYAH AMAN;
2. PROSEDUR KERJA BEKERJA DI KETINGGIAN

c. Daerah Aman (Ps. 7)

DAERAH YANG TERHINDAR DARI
KEMUNGKINAN KEJATUHAN BENDA DAN
TIDAK MENGGANGGU AKTIVITAS TENAGA
KERJA;
2. PROSEDUR BEKERJA DI KETINGGIAN (psl 7)

WAJIB DIBUAT DENAH HORIZONTAL

& VERTIKAL DI LOKASI KERJA UTK
PEDOMAN BAGI TENAGA KERJA,
PENANGGUNG JAWAB LOKASI, &
PENGAWAS KETENAGAKERJAAN,

DAERAH
BAHAYA WILAYAH BERBAHAYA &
WILAYAH WASPADA HANYA
BOLEH DIMASUKI OLEH TENAGA
KERJA DAN PENGAWAS
KETENAGAKERJAAN.

BATAS WILAYAH DIBERI TANDA YG

MUDAH TERLIHAT DAN DIPAHAMI
OLEH SETIAP ORANG YANG MELINTAS
ATAU BERADA DI SEKITAR LOKASI
KERJA.
 2. PROSEDUR KERJA BEKERJA DI KETINGGIAN
Bagian ketiga- Benda Jatuh (PASAL 8)

KEWAJIBAN PENGUSAHA/PENGURUS MEMASTIKAN:

1.TIDAK BOLEH ADA BENDA JATUH YG DPT MENYEBABKAN
CIDERA/MATI
2. MEMBATASI BERAT BARANG YG BOLEH DIBAWA TENAGA
KERJA PADA TUBUHNYA DI LUAR BERAT APD & ALAT
PELINDUNG JATUH MAX 5 KG
3 BERAT BARANG MELEBIHI 5 KG, DINAIKKAN/DITURUNKAN
MENGGUNAKAN SISTEM KATROL.

Menurut wikipedia,
katrol sudah ditemukan
dan digunakan
sekitar 250 tahun SM.
2. PROSEDUR KERJA BEKERJA DI KETINGGIAN
BAGIAN KEEMPAT - Kesiapsiagaan dan Tanggap darurat (Ps.9)
KEWAJIBAN PENGUSAHA/PENGURUS :
MEMBUAT RENCANA TANGGAP DARURAT SECARA TERTULIS
YANG MEMUAT:
A. DAFTAR TENAGA KERJA UNTUK MELAKUKAN
PERTOLONGAN KORBAN PADA KETINGGIAN;
B. PERALATAN YANG WAJIB DISEDIAKAN UNTUK MENANGANI
KONDISI DARURAT YANG PALING MUNGKIN TERJADI;
C. FASILITAS PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN
(P3K) SERTA SARANA EVAKUASI;
D. NOMOR TELEPON DARI PIHAK-PIHAK TERKAIT DALAM
PENANGANAN TANGGAP DARURAT;
E. DENAH LOKASI DAN JALUR EVAKUASI KORBAN MENUJU
RUMAH SAKIT
UNTUK PENANGANAN LEBIH LANJUT.
2. PROSEDUR KERJA BEKERJA DI KETINGGIAN
BAGIAN KEEMPAT - Kesiapsiagaan dan Tanggap darurat (Ps.9

KEWAJIBAN PENGUSAHA/PENGURUS
3 RENCANA TANGGAP DARURAT WAJIB DIPAHAMI
OLEH TENAGA KERJA YANG TERLIBAT DALAM
PEKERJAAN.
4 PENGUSAHA DAN/PENGURUS WAJIB MEMASTIKAN
KESIAPSIAGAAN TIM TANGGAP DARURAT PADA SAAT
BERLANGSUNG PEKERJAAN PADA KETINGGIAN.
5 WAJIB MELAKUKAN EVALUASI ULANG PERSYARATAN
K3
3. TEKNIK BEKERJA AMAN (Ps. 10)

Lantai Kerja Lantai Kerja Pada Struktur Pada Posisi Akses Tali
Tetap Sementara (Ps. 17 - 18) Miring (Ps. 20)
(Ps. 11) (Ps. 12) (Ps. 19)
• dinding, PERMUKA Alam Penahan Jatuh Alat Pemosisi • Tali Kerja
tembok, pagar AN (Ps. Perorangan Kerja • Tali
yg kuat RAPUH, 16) Vertikal Keselamatan
• tersedia akses PERANCA • Angkur
H, Penahan Jatuh
yang aman dan • Sabuk Tubuh
TANGGA
ergonomis Perorangan (full Body
(PS. 13,14
• tali pembatas DAN 15) Horizontal Harnes)
gerak
• tersedia alat Alat Penahan
penahan jatuh Jatuh Perorangan
kolektif tali Ganda
berupa jaring dengan Peredam
atau bantalan Kejut
Penahan Jatuh
Terpandu
Penahan Jatuh
Tarik Ulur
Otomatis
3. Bekerja Pada Lantai Kerja Tetap - Pasal 11

(1) UPAYA UNTUK MENCEGAH JATUH PADA LANTAI KERJA TETAP

a. PEMASANGAN DINDING ATAU TEMBOK PEMBATAS,
PAGAR PENGAMAN YANG STABIL DAN KUAT YANG DAPAT MENCEGAH
TENAGA KERJA JATUH DARI LANTAI KERJA TETAP;
B. MEMASTIKAN SETIAP TEMPAT KERJA SUDAH MEMILIKI JALUR MASUK
(ACCESS) ATAU JALUR KELUAR (EGRESS) YANG AMAN DAN
ERGONOMIS;
C. MEMASTIKAN PANJANG TALI PEMBATAS GERAK (WORKRESTRAINT)
TIDAK MELEBIHI JARAK ANTARA TITIK ANGKUR DENGAN TEPI
BANGUNAN YANG BERPOTENSI JATUH.)
3. Bekerja Pada Lantai Kerja Tetap - Pasal 11

(2) UPAYA MENGURANGI DAMPAK JATUH DARI

KETINGGIAN DAPAT MENGGUNAKAN ALAT PENAHAN
JATUH KOLEKTIF BERUPA JARING ATAU BANTALAN.
3. Bekerja Pada Lantai Kerja Sementara – Pasal 12
PENCEGAH JATUH DARI LANTAI KERJA SEMENTARA DG ALAT
PENAHAN JATUH PERORANGAN BERUPA:
a. TALI ULUR TARIK OTOMATIS (RETRACTABLE LANYARD);
 HARUS DIPASTIKAN JARAK DAN AYUNAN JATUH YANG AMAN.
b. TALI GANDA DENGAN PENGAIT DAN PEREDAM KEJUT (DOUBLE
LANYARD WITH HOOK AND ABSORBEN.
 HARUS DITAMBATKAN LEBIH TINGGI DARI KEPALA.
 APABILA ANGKUR TIDAK TERSEDIA, PENGAIT DAPAT
DITAMBATKAN PADA KETINGGIAN SEJAJAR DADA.
 LANTAI KERJA SEMENTARA DAN STRUKTUR PENDUKUNGNYA
TIDAK BOLEH MENIMBULKAN RISIKO RUNTUH ATAU
TERJADI PERUBAHAN BENTUK ATAU DAPAT MEMPENGARUHI
KESELAMATAN PENGGUNAAN
BEKERJA PADA PERMUKAAN RAPUH,
PERANCAH & TANGGA (PASAL 14)
 WAJIB DIPASTIKAN TIDAK ADA TENAGA
KERJA YANG MENDEKATI, MELEWATI,
DAN MELAKUKAN PEKERJAAN PADA
ATAU DEKAT DENGAN PERMUKAAN YANG

RAPUH.
 MEMENUHI PERSYARATAN K3.
 MEMENUHI PERSYARATAN K3 PERANCAH
DAN/ATAU TANGGA MENGACU PADA
KETENTUAN PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN
BEKERJA PADA KETINGGIAN DI ALAM
 TENAGA KERJA YANG MELAKUKAN
PEKERJAAN PADA KETINGGIAN DI ALAM
WAJIB MELAKSANAKAN PERSYARATAN K3
SEBAGAIMANA DIATUR DALAM PERATURAN
MENTERI INI.
BEKERJA PADA STRUKTUR - PASAL 17
BERGERAK SECARA VERTIKAL / HORIZONTAL
MENUJU/MENINGGALKAN LANTAI KERJA

1 PENGUSAHA DAN/PENGURUS WAJIB MENYEDIAKAN

ALAT PENGANGKUT ORANG UNTUK PERGERAKAN
TENAGA KERJA MENUJU / MENINGGALKAN LANTAI
KERJA.
BEKERJA PADA STRUKTUR - PASAL 17
2 DALAM HAL JENIS PEKERJAAN & KONDISI TERTENTU TIDAK DPT
DIPASANG, PERGERAKAN TENAGA KERJA DPT DILAKUKAN DG TEKNIK
BERGERAK SBB:
A. PERANGKAT PENAHAN JATUH PERORANGAN VERTIKAL;

B. PERANGKAT PENAHAN JATUH PERORANGAN HORIZONTAL;

C. ALAT PENAHAN JATUH PERORANGAN DENGAN TALI

GANDA PENGAIT DAN PEREDAM KEJUT;

D. PERANGKAT PENAHAN JATUH PERORANGAN

DENGAN PEMANJATAN TERPANDU (LEAD CLIMBING);

E. PERANGKAT PENAHAN JATUH PERORANGAN

DENGAN TALI ULUR TARIK OTOMATIS.

3 TEKNIK BERGERAK HARUS DILENGKAPI DENGAN ALAT

ATAU MEKANISME PEREDAM KEJUT

Pasal18
1. TEKNIK BERGERAK DG MENGGUNAKAN
PERANGKAT PENAHAN JATUH PERORANGAN
VERTIKAL :
A. ANGKUR DITEMPATKAN PADA GARIS LURUS
VERTIKAL DENGAN POSISI TENAGA KERJA;
B. SUDUT DEVIASI MAKSIMUM DARI GARIS LURUS
VERTIKAL TIDAK BOLEH LEBIH DARI 15 DERAJAT;
C. SETIAP PERANGKAT HANYA DIGUNAKAN OLEH
SEORANG TENAGA KERJA.
2. TEKNIK BERGERAK DG MENGGUNAKAN
PERANGKAT PENAHAN JATUH PERORANGAN
HORIZONTAL:
A. MAMPU MENAHAN BEBAN JATUH
SEJUMLAH PEKERJA YANG TERHUBUNG;
B. JARAK BENTANGAN ANTARA 2 TITIK
ANGKUR TIDAK BOLEH LEBIH DARI 30
METER.
3. TEKNIK BERGERAK DG MENGGUNAKAN ALAT PENAHAN
JATUH PERORANGAN DG TALI GANDA PENGAIT &
PEREDAM KEJUT :
A. PENGAIT HARUS DITAMBATKAN LEBIH TINGGI DARI KEPALA
ATAU DITAMBATKAN PADA KETINGGIAN SEJAJAR DADA;
B. KEDUA PENGAIT TIDAK DITAMBATKAN PADA STRUKTUR YANG
SAMA;
C. PENGAIT TIDAK DITAMBATKAN PADA STRUKTUR YANG DAPAT
MENAMBAH JARAK JATUH;
D. PENGAIT DITAMBATKAN SECARA BERGANTIAN KETIKA
BERGERAK.
E. SLING ANGKUR DAPAT DIGUNAKAN APABILA PENGAIT TIDAK
CUKUP LEBAR UNTUK DIKAITKAN LANGSUNG KE STRUKTUR.
4. TEKNIK BERGERAK DG MENGGUNAKAN PERANGKAT PENAHAN
JATUH PERORANGAN DG PEMANJATAN TERPANDU (LEAD CLIMBING):

A. SLING ANGKUR HARUS KUAT MENAHAN BEBAN JATUH;

B. POSISI SLING ANGKUR TERAKHIR HARUS LEBIH TINGGI

DARI KEPALA / DITAMBATKAN PADA KETINGGIAN SEJAJAR DADA;

C. TALI KESELAMATAN TERHUBUNG DENGAN ALAT PEMEGANG TALI YG

MENCENGKERAM SECARA OTOMATIS APABILA TERBEBANI;

D.ALAT PEMEGANG TALI KESELAMATAN TERHUBUNG LANGSUNG KE

ANGKUR YG MAMPU MENAHAN BEBAN JATUH;

E. ALAT PEMEGANG TALI KESELAMATAN DIOPERASIKAN OLEH

PEMANDU (BELLAYER) YG MENGATUR JARAK JATUH SEMINIMAL

MUNGKIN TETAPI MASIH CUKUP NYAMAN UTK BERGERAK.

4.TEKNIK BERGERAK DG MENGGUNAKAN PERANGKAT
PENAHAN JATUH PERORANGAN DG PEMANJATAN
TERPANDU (LEAD CLIMBING):
C. TALI KESELAMATAN TERHUBUNG DENGAN ALAT PEMEGANG
TALI YANG MENCENGKERAM SECARA OTOMATIS APABILA
TERBEBANI;

D. ALAT PEMEGANG TALI KESELAMATAN TERHUBUNG

LANGSUNG KE ANGKUR YANG MAMPU MENAHAN BEBAN
JATUH;

E. ALAT PEMEGANG TALI KESELAMATAN DIOPERASIKAN OLEH

PEMANDU (BELLAYER) YANG MENGATUR JARAK JATUH
SEMINIMAL MUNGKIN TETAPI MASIH CUKUP NYAMAN
UNTUK BERGERAK.
BEKERJA PADA POSISI MIRING-psl 19

2 TENAGA KERJA WAJIB MENGGUNAKAN PERANGKAT PENAHAN

JATUH PERORANGAN DAN ALAT PEMOSISI KERJA.
(TALI YG DAPAT MENAHAN BEBAN TENAGA KERJA & PERALATAN YG
SEHINGGA BEKERJA DENGAN AMAN & NYAMAN)
BEKERJA DENGAN AKSES TALI- PSL 20

1. (SELURUH BERAT TUBUH SEPENUHNYA ADA PADA TALI, BAIK

KETIKA BERGERAK MAUPUN BEKERJA)

2. BEKERJA DENGAN AKSES TALI DAPAT DILAKUKAN DALAM

HAL BEKERJA PADA LANTAI KERJA TETAP / SEMENTARA
TIDAK DAPAT DILAKUKAN ATAU PEKERJAAN
MENGHARUSKAN TENAGA KERJA BEKERJA DENGAN AKSES
TALI (ROPE ACCESS).
SYARAT BEKERJA DENGAN AKSES TALI- PSL 20
A. MEMPUNYAI 2 TALI MASING-MASING TERTAMBAT PADA
MINIMAL 2 TITIK TAMBAT TERPISAH BERUPA:
1. TALI KESELAMATAN, YG DILENGKAPI DG PERANGKAT
PERLINDUNGAN JATUH PERORANGAN BERGERAK (MOBILE
PERSONAL FALL ARRESTER) YG MEMPUNYAI MEKANISME
TERKUNCI SENDIRI MENGIKUTI PERGERAKAN TENAGA KERJA;
2. TALI KERJA, YANG DILENGKAPI DENGAN ALAT UNTUK NAIK
DAN TURUN.
B. MENGGUNAKAN SABUK TUBUH
(FULL BODY HARNESS) YANG SESUAI.
4. ALAT PELINDUNG DIRI, PERANGKAT PELINDUNG JATUH DAN ANGKUR
APD Perangkat Pelindung Jatuh ( memenuhi syarat K3) Angkur
(Ps. 21) (Ps. 22) (Ps. 28)
Perangkat Pencegah Jatuh Perangkat Penahan Jatuh
(Ps. 23) (Ps. 26 dan 27)
Kolektif Perorangan Kolektif Perorangan
(Ps. 24) (Ps. 25) (Ps. 26) (ps. 27)
Tinggi dinding, tembok, Sabuk tubuh (full Jaring atau Tali kernmantle Permanen /
pagar pembatas min 950 body harness) bantalan yang dengan elastisitas Tidak
mm terpasang pada min 5% permanen
angkur yang
aman

Mampu menahan beban Tali pembatas gerak Mampu menahan Mampu menahan Mampu
min 0,9 kN (work restrain) beban min 15 kN beban min 15 kN menahan
beban min
15 kN

Celah pagar vertikal Jarak jatuh maks Pemeriksaan

mak 470 mm 1,2 m dan
Pengujian
(Ps. 29)

Lantai pengaman (toe Panjang maks 1,8

board) m
Pengunci
otomatis maks
0,6 m
ALAT PELINDUNG DIRI- psl 21

1 PENGUSAHA DAN/ATAU PENGURUS WAJIB

MENYEDIAKAN APD SECARA CUMA-CUMA
DAN MEMASTIKAN TENAGA KERJA
MENGGUNAKAN APD YANG SESUAI DALAM
MELAKUKAN PEKERJAAN PADA KETINGGIAN.
2 APD DILAKSANAKAN SESUAI DENGAN
KETENTUAN PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN.
(PERMENAKER NO 8 TAHUN 2010 TTG APD)
PERANGKAT PELINDUNG JATUH
Pasal 22
Pengusaha dan/ Pengurus wajib
memastikan Perangkat Pelindung
Jatuh memenuhi persyaratan K3.
Pasal 23
Perangkat Pelindung Jatuh terdiri atas:
a. Perangkat Pencegah Jatuh kolektif dan
Perangkat Pencegah Jatuh perorangan; dan
b. Perangkat Penahan Jatuh kolektif dan
Perangkat Penahan Jatuh perorangan.
SYARAT PERANGKAT PENCEGAH JATUH KOLEKTIF –
PSL.28
A. DINDING, TEMBOK PEMBATAS,/
PAGAR PENGAMAN
DENGAN TINGGI MINIMAL
950 MILIMETER;
B. PAGAR PENGAMAN HARUS
MAMPU MENAHAN BEBAN
MINIMAL 0,9 KILO NEWTON;
PERANGKAT PENCEGAH JATUH KOLEKTIF
C. CELAH PAGAR MEMILIKI JARAK VERTIKAL
MAKSIMAL 470 MILIMETER;
D. TERSEDIA PENGAMAN LANTAI PENCEGAH BENDA

JATUH (TOEBOARD) CUKUP DAN MEMADAI.

PERANGKAT PENCEGAH JATUH
PERORANGAN
Pasal 25
Dalam hal Perangkat Pencegah Jatuh kolektif tidak tersedia,
Tenaga Kerja wajib menggunakan Perangkat Pencegah Jatuh
perorangan yang paling sedikit terdiri atas:
a. sabuk tubuh (full body harness);
b. tali pembatas gerak (work restraint).
PERANGKAT PENAHAN JATUH KOLEKTIF -
Pasal 26
(1) Jala / bantalan yang terpasang pada arah jatuhan.
(2) Syarat Perangkat Penahan Jatuh kolektif :
a. dipasang secara aman
ke semua Angkur yang
diperlukan;
b. mampu menahan beban
minimal 15 KN dan tidak
mencederai Tenaga Kerja
yang jatuh.
 harus mampu menahan beban jatuh
1
minimal 15 kilonewton

bergerak vertical Harus mempunyai alat

2 pengunci otomatis yg membatasi jarak
SYARAT
PERANGKAT jatuh Tenaga Kerja maksimal 1,2 m
PENAHAN
JATUH
PERORANGAN bergerak horizontal; Harus
mempunyai alat pengunci otomatis
3
yang mencengkeram tali pada posisi
jatuh

tali ganda dengan pengait dan

peredam kejut; harus mempunyai
4 panjang maksimal 1,8 m & mempunyai
sistem penutup dan pengunci
kait otomatis
PERANGKAT PENAHAN JATUH PERORANGAN
Pasal27
2 Perangkat Penahan Jatuh perorangan terdiri atas:
d. terpandu;
menggunakan tali kermantile yang mempunyai elastisitas
memanjang minimal 5% (lima persen) apabila terbebani Tenaga
Kerja yang jatuh
e. ulur tarik otomatis.
Harus mempunyai sistem pengunci otomatis yang membatasi jarak
jatuh maksimal 0,6m
Pasal 28-29 Jenis Angkur:
a. Angkur permanen b. Angkur tidak permanen.
-Harus dilakukan pemeriksaan - harus mampu menahan
-dan pengujian pertama; beban minimal 15 KN

b. memiliki akte pemeriksaan - Dalam hal Angkur lebih

dan pengujian; dari1 titik harus mampu
c. dilakukan pemeriksaan dan membagi beban yang timbul.
pengujian secara berkala
paling sedikit 1 kali dalam 2
tahun.
2 Pemeriksaan dan pengujian
dilakukan oleh Pengawas
Ketenagakerjaan Spesialis K3
Lingkungan Kerja.
3 Dalam hal Pengawas
Ketenagakerjaan Spesialis K3
Lingkungan Kerja tidak tersedia,
pemeriksaan dan pengujian
dapat dilakukan oleh Pengawas
Ketenagakerjaan Spesialis K3 lainnya.
4 Dalam hal Pengawas Ketenagakerjaan
Spesialis tidak ada, pemeriksaan dan
pengujian dapat dilakukan oleh Ahli K3 pada
perusahaan dan/ atau perusahaan jasa
K3 sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 30
Angkur tidak permanen
dipakai pada saat Angkur
permanen tidak tersedia dan harus
diperiksa serta dipastikan kekuatannya.
5. TENAGA KERJA
Pasal 31
Pengusaha & Pengurus wajib menyediakan Tenaga Kerja yang :
a. kompeten;
b. berwenang di bidang K3;
dalam pekerjaan pada ketinggian.
Klasifikasi Tenaga Kerja meliputi :
Pasal 35
a. Tenaga Kerja bangunan tinggi tingkat 1 (TKBT 1);
b. Tenaga Kerja bangunan tinggi tingkat 2 (TKBT 2);
c. Tenaga Kerja Pada ketinggian tingkat 1 (TKPK 1);
d. Tenaga Kerja Pada ketinggian tingkat 2 (TKPK 2)
e. Tenaga Kerja Pada ketinggian tingkat 3 (TKPK 3).
BABVI TENAGA KERJA
Pasal 32
1. Tenaga Kerja yang kompeten harus mengacu pada standar
kompetensi sesuai ketentuan peraturan perundang­undangan.
2. dibuktikan dengan sertifikat kompetensi.
3. Harus lulus uji kompetensi oleh lembaga yang berwenang sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 33
1. Tenaga Kerja yang berwenang dibuktikan dengan Lisensi K3 yang
diterbitkan oleh Direktur Jenderal.
2. Lisensi K3 berlaku untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat
diperpanjang untukjangka waktu yang sarna.
 V. POKOK PENGATURAN
E. TENAGA KERJA
Wajib memiliki tugas dan kewenangan (Ps. 31 – Ps. 35)
TENAGA KERJA TENAGA KERJA TENAGA KERJA TENAGA KERJA PADA TENAGA KERJA PADA
BANGUNAN TINGGI BANGUNAN TINGGI PADA KETINGGIAN KETINGGIAN DGN KETINGGIAN DGN METODA
DGN METODA DGN METODA DGN METODA METODA AKSES TALI AKSES TALI TINGKAT 3
PENCEGAHAN JATUH PENCEGAHAN AKSES TALI TINGKAT 2
TK 1 JATUH TK 2 TINGKAT 1
(Ps. 36) (Ps. 37)
bekerja pada Lantai bekerja pada Lantai bekerja dan berwenang bekerja pada Lantai Kerja Tetap, Lantai Kerja Sementara, bergerak
Kerja Tetap dan/atau Kerja Tetap dan/atau menuju dan meninggalkan Lantai Kerja Tetap atau Lantai Kerja Sementara secara horizontal
pada Lantai Kerja Lantai Kerja Sementara atau vertikal pada struktur bangunan, bekerja pada posisi atau tempat kerja miring, akses tali
Sementara dengan alat pelindung dan/atau menaikkan dan menurunkan barang dengan sistim katrol atau dengan bantuan tenaga
jatuh mesin

bergerak menuju dan *bergerak menuju dan •membuat Angkur di •membuat Angkur secara •menyusun perencanaan sistim
meninggalkan Lantai meninggalkan lantai bawah pengawasan mandiri; keselamatan Bekerja Pada
Kerja Tetap atau Lantai kerja tetap dengan Tenaga Kerja pada •mengawasi Tenaga Kerja Ketinggian;
Kerja Sementara dengan menggunakan tangga ketinggian tingkat 2 pada ketinggian tingkat 1 •melakukan pemeriksaan Angkur
menggunakan tangga *bergerak menuju dan (dua) dan/atau Tenaga (satu) dalam pembuatan untuk keperluan internal;
meninggalkan lantai Kerja pada ketinggian Angkur; •mengawasi Tenaga Kerja pada
kerja tetap dengan tingkat 3 (tiga); dan •mengawasi Tenaga Kerja ketinggian tingkat 2 (dua) dan/atau
menggunakan tangga •melakukan upaya pada ketinggian tingkat 1 Tenaga Kerja pada ketinggian
atau sementara secara pertolongan diri sendiri (satu); dan tingkat 1 (satu); dan
horizontal atau vertikal •melakukan upaya •melakukan upaya pertolongan
pada struktur bangunan pertolongan dalam keadaan dalam keadaan darurat pada
*Bekerja pada darurat pada ketinggian ketinggian.
posisi/tempat kerja untuk tim kerja.
miring.
*Menaikkan dan
menurunkan barang
dengan sistem katrol
*Melakukan upaya
pertolongan dalam
keadaan darurat
TUGAS DAN KEWENANGAN TKPK-1
pasal 38
 MAMPU BEKERJA DAN BERWENANG :
1. BEKERJA PADA LANTAI KERJA TETAP
2. BEKERJA PADA LANTAI KERJA SEMENTARA,
3. BERGERAK MENUJU DAN MENINGGALKAN
LANTAI KERJA TETAP ATAU LANTAI KERJA
SEMENTARA SECARA HORIZONTAL ATAU
VERTIKAL PADA STRUKTUR BANGUNAN,
4. BEKERJA PADA POSISI ATAU TEMPAT KERJA
MIRING,
5. BEKERJA PADA AKSES TALI
6. MENAIKKAN DAN MENURUNKAN BARANG
DENGAN SISTIM KATROL ATAU DENGAN
BANTUAN TENAGA MESIN
7. MEMBUAT ANGKUR DI BAWAH PENGAWASAN
TKPK 2 DAN/ TPKK 3
8. MELAKUKAN UPAYA PERTOLONGAN DIRI
SENDIRI
BABVI TENAGA KERJA Pasal 38
Tenaga Kerja Pada Ketinggian (TKPK) Tk 1, 2 dan 3, :
Mampu bekerja dan berwenang bekerja pada :
 Lantai Kerja Tetap,

 Lantai Kerja Sementara,

 Bergerak menuju dan meninggalkan Lantai Kerja Tetap atau

Lantai Kerja Sementara secara horizontal atau vertikal pada

struktur bangunan
 Bekerja pada posisi atau tempat kerja miring,

 Bekerja pada akses tali dan/ atau menaikkan dan menurunkan

barang dengan sistim katrol atau dengan bantuan tenaga mesin

Tugas dan kewenangan:
Tenaga Kerja pada ketinggian tingkat 1 (satu)
1. Membuat Angkur di bawah pengawasan
Tenaga Kerja Pada Ketinggian tingkat 2 (dua)
dan atau Tenaga Kerja Pada Ketinggian tingkat
3 (tiga);
2. Melakukan upaya pertolongan diri sendiri;
Tugas dan kewenangan:
Tenaga Kerja Pada Ketinggian Tingkat 2 (dua):
1. Membuat Angkur secara mandiri;
2. Mengawasi Tenaga Kerja pada ketinggian
tingkat 1 (satu) dalam pembuatan Angkur;
3. Mengawasi Tenaga Kerja pada ketinggian
tingkat1 (satu);
4. Melakukan upaya pertolongan dalam keadaan
darurat pada ketinggian untuk tim kerja.
Tugas dan kewenangan:
Tenaga Kerja Pada ketinggian tingkat 3 (tiga):
1. menyusun perencanaan sistim keselamatan
Bekerja Pada Ketinggian;
2. melakukan pemeriksaan Angkur
untuk keperluan internal;
3. mengawasi Tenaga Kerja pada
ketinggian tingkat 2 (dua) dan atau Tenaga Kerja
pada ketinggian tingkat 1 (satu); dan
4. melakukan upaya pertolongan dalam keadaan
darurat pada ketinggian.
 V. POKOK PENGATURAN
PENGAWASAN
Ps. 39 
Pengawasan terhadap ditaatinya Peraturan Menteri
ini dilakukan oleh Pengawas Ketenagakerjaan sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan
Ps. 40 
Pengawas Ketenagakerjaan dapat menghentikan
sementara kegiatan sampai dipenuhinya syarat-
syarat K3 oleh Pengusaha dan/atau Pengurus.
 V. POKOK PENGATURAN
SANKSI Ps. 41 
Pengusaha dan/atau Pengurus yang tidak
memenuhi ketentuan dalam Peraturan
Menteri ini dikenakan sanksi sesuai dengan
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja dan Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan.
 LAMPIRAN –
PEDOMAN PEMBINAAN

Tenaga Kerja pada ketinggian terdiri dari 2 (dua) kelompok, yaitu

1. Tenaga Kerja Bangunan Tinggi;
– Tenaga Kerja bangunan tinggi tingkat 1 (satu); dan
– Tenaga Kerja bangunan tinggi tingkat 2 (dua)
yang memiliki kualifikasi untuk Bekerja Pada Ketinggian dengan menggunakan
metode pencegahan jatuh/fall protection.
2. Tenaga Kerja Pada Ketinggian;
– Tenaga Kerja pada ketinggian tingkat 1 (satu),
– Tenaga Kerja pada ketinggian tingkat 2 (dua), dan
– Tenaga Kerja pada ketinggian tingkat 3 (tiga)
yang memiliki kualifikasi untuk Bekerja Pada Ketinggian dengan menggunakan
metode pencegahan jatuh/fall protection dan akses tali/rope access.
 LAMPIRAN –
PEDOMAN PEMBINAAN

Persyaratan Tenaga Kerja Bangunan Tinggi Dengan Metode Pencegahan

Jatuh
1. Tenaga Kerja bangunan tinggi tingkat 1 (satu):
– mampu membaca, tulis, dan matematika sederhana;
– sehat jasmani dan rohani, tidak memiliki kekurangan fungsi tubuh yang dapat
menyebabkan bahaya saat bekerja di ketinggian; dan
– lulus evaluasi pembinaan K3 Tenaga Kerja bangunan tinggi tingkat 1 (satu).
2. Tenaga Kerja bangunan tinggi tingkat 2 (dua):
– minimum pendidikan SD atau sederajat;
– sehat jasmani dan rohani, tidak memiliki kekurangan fungsi tubuh yang dapat
menyebabkan bahaya saat bekerja di ketinggian; dan
– lulus evaluasi pembinaan K3 Tenaga Kerja bangunan tinggi tingkat 2 (dua).
 LAMPIRAN –
PEDOMAN PEMBINAAN

Persyaratan Tenaga Kerja Pada Ketinggian Dengan Metode Akses Tali

1. Tenaga Kerja pada ketinggian tingkat 1 (satu):
– minimum pendidikan SD atau sederajat;
– sehat jasmani dan rohani, tidak memiliki kekurangan fungsi tubuh yang dapat
menyebabkan bahaya saat bekerja di ketinggian; dan
– lulus evaluasi pembinaan K3 Bekerja Pada Ketinggian tingkat 1 (satu).
2. Tenaga Kerja pada ketinggian tingkat 2 (dua):
– minimum pendidikan SLTP atau sederajat;
– sehat jasmani dan rohani, tidak memiliki kekurangan fungsi tubuh yang dapat
menyebabkan bahaya saat bekerja di ketinggian;
– memiliki sertifikat pelatihan K3 Bekerja Pada Ketinggian tingkat 1 (satu) dan lisensi
kerja yang masih berlaku;
– telah mempunyai pengalaman 500 jam kerja pada ketinggian tingkat 1 (satu) yang
dibuktikan dalam buku kerja; dan
– lulus evaluasi pembinaan K3 Bekerja Pada Ketinggian tingkat 2 (dua).
 LAMPIRAN –
PEDOMAN PEMBINAAN

Persyaratan Tenaga Kerja Pada Ketinggian Dengan Metode Akses Tali

3. Tenaga Kerja pada ketinggian tingkat 3 (tiga):
– minimum pendidikan SLTA atau sederajat;
– sehat jasmani dan rohani, tidak memiliki kekurangan fungsi tubuh yang dapat
menyebabkan bahaya saat bekerja di ketinggian;
– memiliki sertifikat pelatihan K3 Bekerja Pada Ketinggian tingkat 2 (dua) dan lisensi
kerja yang masih berlaku;
– telah mempunyai pengalaman 1000 jam kerja pada ketinggian tingkat 2 (dua)
yang dibuktikan dengan buku kerja;
– memiliki sertifikat pelatihan pertolongan pertama dengan lisensi keterampilannya
yang masih berlaku; dan
– lulus evaluasi pembinaan K3 Bekerja Pada Ketinggian tingkat 3 (tiga).
 LAMPIRAN –
PEDOMAN PEMBINAAN

Kurikulum pembinaan K3 Bekerja Pada Ketinggian, meliputi:

• Kelompok materi dasar, yang disampaikan oleh tenaga pembina dari
Kementerian Ketenagakerjaan atau dinas yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang ketenagakerjaan;
• Kelompok materi inti dan penunjang, yang disampaikan oleh
Instruktur K3 Bekerja Pada Ketinggian yang terdaftar di Kementerian
Ketenagakerjaan atau dinas yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang ketenagakerjaan dan asosiasi terkait;
• Evaluasi awal dan akhir pembinaan;
• Setiap 1 (satu) jam pelajaran setara dengan 45 (empat puluh lima)
menit.
Direktur Jenderal menerbitkan Sertifikat Pembinaan K3
dan Lisensi K3 yang berlaku selama 5 (lima) tahun.

Lisensi Tenaga Kerja pada ketinggian terdiri atas:

• Tenaga Kerja bangunan tinggi dengan metode pencegahan jatuh tingkat 1 (satu);
• Tenaga Kerja bangunan tinggi dengan metode pencegahan jatuh tingkat 2 (dua);
• Tenaga Kerja pada ketinggian dengan metode akses tali tingkat 1 (satu);
• Tenaga Kerja pada ketinggian dengan metode akses tali tingkat 2 (dua); dan
• Tenaga Kerja pada ketinggian dengan metode akses tali tingkat 3 (tiga).
• TERIMA KASIH
Platform perancah atau pegangan tidak
dapat digunakan, jaring, dan atau sabuk
dan tali keselamatan harus digunakan.
Yang harus diperhatikan :

•Diameter jaring

•Area yang harus dipasang jaring

•Sabuk keselamatan tidak boleh dilepas

 LAMPIRAN –
PEDOMAN PEMBINAAN

Kurikulum Pembinaan Tenaga Kerja Bangunan Tinggi

Tenaga Kerja Bangunan Tinggi Tingkat 1 (satu) Tenaga Kerja Bangunan Tinggi Tingkat 2 (dua)

Jumlah
No. Materi Pembinaan
(JP)

Jumlah
No. Materi Pembinaan I. KELOMPOK DASAR 2
(JP)
1. Peraturan Perundang-Undangan K3 dalam pekerjaan 1
II. pada ketinggian 1
I. KELOMPOK DASAR 1. KELOMPOK INTI 1

1. Peraturan Perundang-Undangan K3 2 2. Karakteristik Lantai Kerja Tetap dan Lantai Kerja 2

3. Sementara 4
II. dalam pekerjaan pada ketinggian 4. Alat pencegah dan penahan jatuh kolektif serta alat 1
1. KELOMPOK INTI 5. pembatas gerak 1
6. Prinsip penerapan faktor jatuh 2
2. Karakteristik Lantai Kerja Tetap dan 2
7. Prosedur kerja aman pada ketinggian 2
3. Lantai Kerja Sementara 2 III. Teori dan praktek bergerak horizontal atau vertikal 3
III. Alat pencegah dan penahan jatuh 1. menggunakan struktur bangunan
IV. Teori dan praktek teknik bekerja aman pada struktur
1. kolektif serta alat pembatas gerak 1
1. bangunan dan bekerja dengan posisi miring dan
IV. Prinsip Penerapan Faktor Jatuh 2. struktur miring

1. KELOMPOK PENUNJANG Teori dan praktek teknik menaikkan dan menurunkan

barang dengan sistem katrol
2. Teori dan praktek penggunaan tangga 1
KELOMPOK PENUNJANG
EVALUASI Teori dan praktek upaya penyelamatan dalam

Teori 1 keadaan darurat

EVALUASI
Praktek 1 Teori
Praktek
Jumlah 10
Jumlah 20
 Tenaga Kerja Pada Ketinggian Tingkat 1 (satu)

Jumlah
No. Materi Pembinaan
(JP)

I. KELOMPOK DASAR 2
1. Perundang-undangan K3 dalam pekerjaan pada ketinggian 1
II. KELOMPOK INTI 1
1. Identifikasi bahaya dalam kegiatan akses tali 1
2. Pengetahuan kondisi ketidaktahanan tergantung (suspension 1
3. intolerance) dan penanganannya 2
4. Penerapan prinsip-prinsip faktor jatuh (fall factor) dalam akses tali. 10
5. Pemilihan, pemeriksaan, dan pemakaian peralatan akses tali yang 3
6. sesuai 2
7. Simpul dan Angkur dasar 2
III. Teknik manuver pergerakan pada tali 5
1. Teknik pemanjatan pada struktur
IV. KELOMPOK PENUNJANG
1. Teknik penyelamatan diri sendiri dan korban menuju arah turun
2. dengan alat turun
EVALUASI
Evaluasi teori
Evaluasi praktek

Jumlah 30
 Tenaga Kerja Pada
Ketinggian Tingkat 2 (dua)

Jumlah
No. Materi Pembinaan
(JP)

I. KELOMPOK DASAR 3
1. Dasar-dasar K3 dan peraturan perundangan yang terkait dengan 12
II. bekerja di ketinggian. 10
1. KELOMPOK INTI 2
2. Teknik penyelamatan korban pada tali 1
3. Sistem jalur penambat (anchor line) tingkat lanjutan 2
III. Teknik pemanjatan pada struktur tingkat lanjutan 5
1 KELOMPOK PENUNJANG
IV. Penentuan “zona khusus terbatas” (exclusion zone) dan perlindungan
1. untuk pihak ketiga
2. EVALUASI
Evaluasi teori
Evaluasi praktek

Jumlah 35
 Tenaga Kerja Pada Ketinggian Tingkat 3 (tiga)

No. Materi Pembinaan Jumlah (JP)

KELOMPOK DASAR
I.
Kebijakan K3 dan peraturan perundangan yang terkait dengan bekerja 3
1.
di ketinggian 1
2.
Pengenalan SMK3

II. KELOMPOK INTI 2

1. Merencanakan dan menerapkan sistem manajemen peralatan akses 2
2. tali 2
3. Pemilihan penambat (anchor) yang tepat. 15
4. Pemilihan metode untuk mengakses tempat kerja 2
III. Teknik penyelamatan korban pada tali tingkat lanjutan 3
1. KELOMPOK PENUNJANG 5
IV. Membuat dan menerapkan penilaian risiko (risk assessment) di tempat
1. kerja.
2. EVALUASI
Evaluasi teori
Evaluasi praktek

Jumlah 35