Anda di halaman 1dari 110

KESELAMATAN DAN KESEHATAN

KERJA LINGKUNGAN KERJA


(PERMENAKER NO. 5 TAHUN 2018)

KEMENTRIAN KETENAGAKERJAAN
REPUBLIK INDONESIA

SPESIALIS K3 LINGKUNGAN KERJA


NAMA : WILIS TANTULAR,SE.ST.MM
TEMPAT /TGL LAHIR : MALANG, 6 MEI 1965
INSTANSI : Praktisi K3 Lingker
Disnakertrans Provinsi Jawa Timur

KURSUS/PELATIHAN :
1. Diklat Pengawas Ketenagakerjaan di Bogor 2005.
2. Training of Trainer (TOT) HIV/AIDS di Sby 2006.
3. Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) di Mega Mendung 2007
4. Diklat Sertifikasi Peneliti Daerah, Tahun 2007
5. Diklat Spesialis K3 Lingkungan Kerja di Bogor Tahun 2009.
6. Diklat Pengendalian Bahan Kimia Berbahay (B3) diSurabaya Th 2010.
7. Safety tower climbing for Supervisor di Sby 2010.
8. Bimtek Pengawasan K3 Kebakaran di Sby th 2010
9. Training of Trainer (TOT) K3 tentang P3K di Tempat Kerja Jakarta Th 2011.
10. Training of Trainer (TOT) K3 tentang SMK3 di Bogor 2011
11. Workshop “major hazard instalation “ di Bali 2011
12. Bimtek pemeriksaan Bahan Berbahaya potensi bahaya besar di Bali 2011
13. Chemical Safety Workshop oleh MOMT, ILO and KOSHA di Jkt 2012
14. Riksa uji Instalasi listrik,Lift dan Penanggulangan kebakaran Sby 2013
15. Diklat Spesialis K3 Pesawat angkat dan angkut Jakarta Tahun 2013
16. Diklat Spesialis K3 LIFT, Listrik Bogor Tahun 2015
17. Welding Inspector , Jakarta 2019

AlAMAT :
Rumah Jl. Anggur II F-3 No 1 Bugul Permai Pasuruan
Hp. 081252248007.
MATERI K3
1. LINGKUNGAN KERJA (Permenaker 5/2018)
2. K3 BEKERJA DI KETINGGIAN (Permenaker 9/2016)
3. K3 RUANG TERBATAS(Permenaker 11/2023 dan
Kepdirjen 113/2006)
4. PENGENDALIAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA
(Kepmenaker 187/1999)
TUJUAN
 MEMAHAMI PHILOSOPHY
KESELAMATAN
DAN KESEHATAN KERJA (K3)
 MAMPU MENGENALI
(MENGIDENTIFIKASI) SUMBER POTENSI
BAHAYA (HAZARD) PADA LINGKUNGAN
KERJA YANG BERHUBUNGAN DENGAN
PROSES KERJA DAN PERALATAN
(EQUIPMENT)
 MAMPU MENETAPKAN TINDAKAN 4
05/09/2024

PENGENDALIAN DAN EVALUASI


PERATURAN MENTERI TENAGA
KERJA
NOMOR : PER-02/MEN/1992
T E N T A N G TATA CARA PENUNJUKAN
KEWAJIBAN DAN WEWENANG AHLI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN
KERJA
PASAL 8

KEPUTUSAN PENUNJUKAN AHLI K3 TIDAK BERLAKU


APABILA YANG BERSANGKUTAN:

A. PINDAH TUGAS KE PERUSAHAAN ATAU INSTANSI LAIN;

B. MENGUNDURKAN DIRI;

C. MENINGGAL DUNIA.
PASAL 8

KEPUTUSAN PENUNJUKAN AHLI K3 DICABUT APABILA


TERBUKTI:

A. TIDAK MEMENUHI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN


K3;

B. MELAKUKAN KESALAHAN DAN KECEROBOHAN SEHINGGA


MENIMBULKAN KEADAAN BERBAHAYA;

C. DENGAN SENGAJA DAN ATAU KARENA KEHILAFANNYA


MENYEBABKAN TERBUKANYA SUATU RAHASIA
PERUSAHAAN/INSTANSI YANG KARENA JABATANNYA WAJIB
KEWAJIBAN AHLI K3 :

A. MEMBANTU MENGAWASI PELAKSANAAN


PERATURAN PERUNDANGAN K3 SESUAI
DENGAN BIDANG YANG DITENTUKAN
DALAM KEPUTUSAN PENUNJUKANNYA;
KEWAJIBAN AHLI K3 :

B. MEMBERIKAN LAPORAN KEPADA MENTERI


TENAGA KERJA ATAU PEJABAT YANG DITUNJUK
MENGENAI HASIL PELAKSANAAN TUGAS :

1. AHLI K3 DI TEMPAT KERJA

SATU KALI DALAM 3 BULAN

2. AHLI K3 DI PJK3 SETELAH

SELESAI MELAKUKAN KEGIATANNYA;


WEWENANG AHLI K3:

A. MEMASUKI TEMPAT KERJA SESUAI DENGAN KEPUTUSAN


PENUNJUKAN;

B. MEMINTA KETERANGAN DAN ATAU INFORMASI


MENGENAI PELAKSANAAN SYARAT-SYARAT K3 DITEMPAT
KERJA SESUAI DG KEPUTUSAN PENUNJUKANNYA;
WEWENANG AHLI K3:
C. MEMONITOR, MEMERIKSA, MENGUJI, MENGANALISA,
MENGEVALUASI DAN MEMBERIKAN PERSYARATAN SERTA
PEMBINAAN K3 YANG MELIPUTI:
1. KEADAAN DAN FASILITAS TENAGA KERJA.
2. KEADAAN MESIN-MESIN,
PESAWAT, ALAT-ALAT KERJA,
INSTALASI SERTA PERALATAN LAINNYA.
WEWENANG AHLI K3:
C. MEMONITOR, MEMERIKSA, MENGUJI, MENGANALISA,
MENGEVALUASI DAN MEMBERIKAN PERSYARATAN SERTA
PEMBINAAN K3 YANG MELIPUTI:

3. PENANGANAN BAHAN-BAHAN.

4. PROSES PRODUKSI.

5. SIFAT PEKERJAAN

6. CARA KERJA.

7. LINGKUNGAN KERJA.
APA ARTI
BEKERJA ?
MAKNA BEKERJA – UU NO 14 TH 1969

 ASPEK PERORANGAN

 ASPEK MASYARAKAT

 ASPEK SPIRITUAL
ASPEK PERORANGAN

 BEKERJA YAITU GERAK DARI


BADAN, PIKIRAN, GUNA
MEMELIHARA
KELANGSUNGAN HIDUP
BADANIAH DAN ROHANIAH
ASPEK KEMASYARAKATAN

 BEKERJA YAITU MELAKUKAN PEKERJAAN


UNTUK MENGHASILKAN BARANG/JASA GUNA
MEMUASKAN KEBUTUHAN MASYARAKAT
ASPEK SPIRITUAL

 BEKERJA YAITU MERUPAKAN KEWAJIBAN


DAN HAK ASASI MANUSIA DALAM
MEMULIAKAN DAN MENGABDI KEPADA
TUHAN YANG MAHA ESA
KESIMPULAN
 BEKERJA ADALAH GERAK DARI BADAN, PIKIRAN,
UNTUK MENGHASILKAN BARANG/JASA GUNA
MEMELIHARA KELANGSUNGAN HIDUP BADANIAH

DAN ROHANIAH UNTUK MEMUASKAN KEBUTUHAN


MASYARAKAT SEBAGAI WUJUD KEWAJIBAN DAN HAK
ASASI MANUSIA DALAM MEMULIAKAN DAN
MENGABDI KEPADA TUHAN YANG MAHA ESA
PRINSIP DASAR PENERAPAN K3

Risk assessment Tindakan


identifikasi & Pengendalian
analisa potensi bahaya
bahaya

HAZARD CONTROL
METODE PENCEGAHAN KECELAKAAN
MENURUT ILO
 Peraturan PerUndang-Undangan
 Standarisasi
 Inspeksi
 Riset tehnis
 Riset medis
 Riset psychologis
 Pendidikan
 Latihan
 Persuasi
 Asuransi
21
TAHUN 1931-HW HEINRICH
TEORI DOMINO :
 MENDEKATI K3 SECARA ILMIAH
(INDUSTRIAL ACCIDENT
PREVENTION)
 UNSAFE ACTION 80 %
 UNSAFE CONDITION 20 %
DATA KECELAKAAN
 DI INDONESIA
TH 2010
 MENINGGAL : 2.191 ORG
 CACAT FUNGSI : 4.061 ORG
 CACAT SEBAGIAN: 2.550 ORG
 CACAT TOTAL : 37 ORG
SEBAGAI PERBANDINGAN
 FATALITIES PER 100.000 PEKERJA PER TAHUN
 INDONESIA : 20
 MALAYSIA : 8,5
 THAILAND : 8,9
 SINGAPURA : 3,5
 JEPANG : 2,5
 UNI EROPA : 1,5
CAUSE OF ACCIDENTS

 STATISTICALLY …….. MORE THAN 80 % OF PAST OSH ACCIDENTS ARE


CAUSED PRIMARY BY UNSAFE HUMAN BEHAVIOUR
DATA KECELAKAAN
Jakarta, Kompas.com
Data BPJS
Tahun 2014 : 126.000 kasus

Tahun 2015
Kecelakaan Kerja : 105.182 kasus
Kecelakaan Kerja diketinggian 38 % : 31.554,6

Tahun 2016
Di Amerika, lebih dari 100.000 pekerja mengalami cedera dan
kematian karena jatuh dari ketinggian setiap tahunnya
DATA KECELAKAAN
Data BPJS Ketenagakerjaan
Tahun 2017 angka kecelakaan kerja
yang dilaporkan mencapai 123.041 kasus,
Tahun 2018 mencapai 173.105 kasus dengan klaim Jaminan
Kecelakaan Kerja (JKK) sebesar Rp 1,2 triliun
Tahun 2019 Kasus kecelakaan kerja182.835.
Tahun 2020 Kasus kecelakaan kerja 221.740.
Tahun 2021 Kasus Kecelakaan Kerja 234.370.
Kecelakaan di tempat kerja : 65,89%
Kec. Lalu Lintas : 25,77%. Kec.Diluar Lokasi Kerja : 8,33%
Tahun 2022 Kasus Kecelakaan Kerja 297.725 Kasus
Tahun 2023 (Jan-Nop) Kasus Kecelakaan Kerja 360.632 Kasus.
FAKTOR PENYEBAB UNSAFE HUMAN BEHAVIOR
a. Ketidak mampuan
b. kurang-pengetahuan
c. kurang ketrampilan
d. Stres
e. Kurang motivasi, lelah
f. Mengoperasikan peralatan/mesin tanpa wewenang atau
tidak mengikuti prosedur kerja.
g. Menggunakan alat dengan kecepatan berlebih.
h. Menggunakan alat yang sudah rusak.
i. Pemuatan, pembongkaran dan penempatan tdk sesuai
j. Tidak memakai alat pelindung diri
k. Salah mengangkat atau mengambil posisi.
l. Memperbaiki alat yang sedang beroperasi.
m. Bersenda gurau
n. Kelalaian atau kecerobohan dalam bekerja.
o. Melamun,
KEBIJAKAN
K3 NASIONAL
KEBIJAKAN PENERAPAN K3 DI TEMPAT KERJA

1. UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG


KETENAGAKERJAAN,
2. UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG
KESELAMATAN KERJA
3. PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 50 TAHUN 2012
TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN K3
(SMK3), SERTA PERATURAN PELAKSANAANNYA

29
KEBIJAKAN PENERAPAN K3 DI TEMPAT KERJA

1. PROGRAM K3 NASIONAL 2021 – 2025 SEBAGAI PEDOMAN DALAM


MENINGKATKAN KUALITAS PENCEGAHAN, PENANGANAN, DAN
PENGENDALIAN KECELAKAAN KERJA PADA SELURUH SEKTOR USAHA
2. REFORMASI PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN MELIPUTI PEMBAHARUAN
PENDEKATAN DALAM PEMBINAAN DAN PELAYANAN PUBLIK
MENGGUNAKAN PLATFORM “TEMAN K3”
3. PENGUATAN KUALITAS PENGAWAS KETENAGAKERJAAN DALAM
MERESPON KERJA MASA DEPAN, DENGAN PENGGUNAAN ARTIFICIAL
INTELLIGENCE, ROBOT, DAN DIGITAL PLATFORM
4. SEBAGAI KETUA MENTERI KETENAGAKERJAAN ASEAN PERLU TERUS
MENINGKATKAN JEJARING DAN KERJA SAMA DENGAN STAKEHOLDER
BAIK DALAM DAN LUAR NEGERI.

30
KESELAMATAN DAN KESEHATAN
KERJA LINGKUNGAN KERJA
(PERMENAKER NO. 5 TAHUN 2018)

KEMENTRIAN KETENAGAKERJAAN
REPUBLIK INDONESIA

SPESIALIS K3 LINGKUNGAN KERJA


PERMENAKER NO. 5 TAHUN 2018

SISTEMATIKA
 10 BAB
 74 PASAL
 LAMPIRAN
DASAR HUKUM
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
LINGKUNGAN KERJA
1. UU No. 3 Tahun 1951 Tentang Pengawasan Perburuhan dari
Republik Indonesia Untuk Seluruh Indonesia;
2. UU No.3 Tahun 1969 Mengenai Hygiene Dalam Perniagaan Dan
Kantor Kantor;
3. UU No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja;
4. UU No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;
5. PP. Nomor 50 Tahun 2012 tentang SMK3;
6. Perpres No.21 Tahun 2010 tentang Pengawasan Ketenagakerjaan;
7. Permenaker No.33 Tahun 2016 tentang Tata Cara Pengawasan
Ketenagakerjaan
8. Permenaker No.5 tahun 2018 Pengawasan K3 Lingkungan Kerja
PERMENAKER No.05 Tahun 2018
BAB I KETENTUAN UMUM - PENGERTIAN
2. Faselitas Kebersihan
- Kewajiban Pengusaha/Pengurus
3. Kebutuhan udara
- Pelaksanaan Syarat2 K3 Lingkungan Kerja
4. Tata laksana kerumah tanggaan
BAB II PENGUKURAN DAN PENGENDALIAN
LINGKUNGAN KERJA BAB IV PERSONIL K3
1.Umum Pasal 6 1. Umum :
- Pengukuran Lingkungan Kerja : - Ahli K3 Muda Lingker
Faktor : Fisika, Kimia, Biologi, Ergonomi, - Ahli K3 Madya Lingker
Psikologi - Ahli K3 Utama Lingker
- Pengendalian Lingkungan Kerja : (Psl 7)
Eliminasi, Subtitusi, Rekayasa Tehnis, Administrasi 2. Kompetensi Personil K3
dan Penggunaan APD 3. Pesyaratan Penunjukan Personel K3
2. Pengukuran Faktor Fisika & Pengendalian ( NAB) 4. Kewajiban Personil K3
3. Pengukuran Faktor Kimia & Pengendalian ( NAB)
4. Pengukuran Faktor Biologi & Pengendalian (STD) 5. Pencabutan Lisensi K3
5. Pengukuran Faktor Ergonomi & Pengendalian (STD) BAB V PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN
6. Pengukuran Faktor Psikologi & Pengendalian ( STD) - Pertama, Berkala, Ulang, Khusus
BAB III PENERAPAN HIGIENE DAN SANITASI BAB VI PENINJAUAN BERKALA NAB DAN
STANDARD
1. Bangunan Tempat Kerja
BAB VII PENGAWASAN
Penerapan :
BAB VIII SANKSI
- Halaman
BAB IX KETENTUAN PERALIHAN
- Gedung
BAB X KETENTUAN PENUTUP
- Bangunan bawah tanah
ILATAR BELAKANG

1. Pelaksanakan UU No. 3 Tahun 1969 Pasal 5 dan Pasal 6 tentang


Persetujuan Konvensi Organisasi Perburuhan Internasional
Nomor 120 Mengenai Hygiene dalam Perniagaan dan Kantor-
Kantor

2. Pelaksanakan UU No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja


Pasal 2 ayat (2), Pasal 3 ayat (1) huruf (i)/penerangan yg cukup,
huruf (j)/suhu dan lembab udara yg baik, huruf (k)/penyegaran
udara yg baik, huruf (l)/memelihara kebersihan,kesehatan dan
ketertiban, dan huruf (m)/memperoleh keserasian antara tenaga
kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerja.
ILATAR BELAKANG

3. Perkembangan teknologi dan Pemenuhan syarat K3 lingkungan kerja


serta perkembangan peraturan perundang-undangan, perlu perubahan :
A. Peraturan Menteri Perburuhan No. 7 Tahun 1964 tentang Syarat
Kesehatan, Kebersihan serta Penerangan dalam Tempat Kerja
B. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor
PER.13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan
Faktor Kimia di Tempat Kerja;
BAB I
KETENTUAN UMUM
BAB I
KETENTUAN UMUM Pasal 1

(1) Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan
dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
Pasal 1
2. Higiene
usaha kesehatan preventif, yang menitikberatkan kegiatannya
kepada usaha kesehatan individu maupun usaha pribadi
hidup manusia (personal higine).
3. Sanitasi
adalah usaha kesehatan preventif, yang menitikberatkan
kegiatan kepada usaha kesehatan Lingkungan hidup
manusia.
Pasal 1
4. Tempat Kerja
Tiap ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka,
bergerak atau tetap, di mana Tenaga Kerja bekerja atau yang
sering dimasuki Tenaga Kerja untuk keperluan suatu usaha
dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya
termasuk semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya
yang merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan
dengan Tempat Kerja tersebut.
Lingkungan Kerja

LINGKUNGAN
KERJA

Faktor fisika Faktor kimia Faktor biologi Faktor ergonomi Faktor Psikologi
Pasal 1
K3 Lingkungan Kerja
Segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan
kesehatan Tenaga Kerja melalui pengendalian Lingkungan
Kerja dan penerapan Higiene Sanitasi di Tempat Kerja
Nilai Ambang Batas (NAB) / threshold limit value (TLV)
Standar faktor bahaya di Tempat Kerja sebagai kadar/intensitas
rata-rata tertimbang waktu (time weighted average/twa) yang
dapat diterima Tenaga Kerja tanpa mengakibatkan penyakit
atau gangguan kesehatan, dalam pekerjaan sehari-hari untuk
waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu
Pasal 1
Pajanan Singkat Diperkenankan (PSD)
kadar bahan kimia di udara Tempat Kerja yang tidak boleh
dilampaui agar Tenaga Kerja yang terpajan pada periode singkat
yaitu tidak lebih dari 15 menit masih dapat menerimanya tanpa
mengakibatkan iritasi, kerusakan jaringan tubuh maupun
terbius yang tidak boleh dilakukan lebih dari 4 kali dalam satu
hari kerja.
Pasal 1
Kadar Tertinggi Diperkenankan (KTD)
kadar bahan kimia di udara Tempat Kerja
yang tidak boleh dilampaui meskipun dalam waktu sekejap
selama Tenaga Kerja melakukan pekerjaan.
Indeks Pajanan Biologi (IPB)
kadar konsentrasi bahan kimia yang didapatkan dalam spesimen
tubuh Tenaga Kerja dan digunakan untuk menentukan tingkat
pajanan terhadap Tenaga Kerja sehat yang terpajan bahan
kimia
Pasal 1
(1). FAKTOR FISIKA
Faktor yg dapat mempengaruhi aktivitas Tenaga Kerja yg bersifat
fisika, disebabkan oleh penggunaan mesin, peralatan, bahan dan
kondisi lingkungan di sekitar Tempat Kerja yg dapat
menyebabkan gangguan dan penyakit akibat kerja pada Tenaga
Kerja, meliputi : (1) Iklim Kerja, (2) Kebisingan,
(3) Getaran, (4) Radiasi gelombang mikro,
(5) Radiasi Ultra Ungu (Ultra Violet), (6) Radiasi Medan
Magnet Statis, (7) tekanan udara dan (8) Pencahayaan
Pasal 1
(2) FAKTOR KIMIA
faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas Tenaga Kerja yang
bersifat kimiawi, disebabkan oleh penggunaan bahan kimia dan
turunannya di Tempat Kerja, yang dapat menyebabkan penyakit
pada Tenaga Kerja, meliputi Kontaminan kimia di udara
berupa (1) Gas, (2) Uap dan (3) Partikulat
Pasal 1
(3) FAKTOR BIOLOGI
faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas Tenaga Kerja yang
bersifat biologi, disebabkan oleh makhluk hidup meliputi
(1) Hewan,
(2) Tumbuhan dan produknya serta
(3) Mikroorganisme yang dapat menyebabkan
penyakit akibat kerja
Pasal 1
(4) FAKTOR ERGONOMI
Faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas Tenaga Kerja,
disebabkan oleh ketidaksesuaian antara fasilitas kerja yang
meliputi :
(1) Cara kerja,
(2) Posisi kerja,
(3) Alat kerja,
(4) Beban angkat terhadap Tenaga Kerja.
Pasal 1
(5) FAKTOR PSIKOLOGI
faktor yang mempengaruhi aktivitas Tenaga Kerja, disebabkan oleh
Hubungan antar personal di Tempat Kerja, Peran dan
Tanggung jawab terhadap pekerjaan
FAKTOR FISIKA
Pasal 1
1. Faktor Fisika - Iklim Kerja
Hasil perpaduan antara suhu, kelembaban, kecepatan gerakan
udara dan panas radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dari
tubuh Tenaga Kerja sebagai akibat pekerjaannya meliputi
tekanan panas dan dingin.
Pasal 1
1.Faktor Fisika
1. Indeks Suhu Basah & Bola/ISBB (Wet Bulb Globe
Temperature Index)
 Parameter untuk menilai tingkat Iklim Kerja panas yang
merupakan hasil perhitungan antara suhu udara kering, Suhu
Basah Alami, dan Suhu Bola
Pasal 1 (Faktor Fisika)
2. Tekanan Dingin
Pengeluaran panas akibat pajanan terus menerus
terhadap dingin yang mempengaruhi kemampuan
tubuh untuk menghasilkan panas sehingga
mengakibatkan hipotermia (suhu tubuh di bawah 36
derajat Celsius).
3. Kebisingan
Semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber
dari alat-alat proses produksi dan/atau alat-alat
kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan
gangguan pendengaran
Pasal 1 (faktor Fisika)
4. Getaran
Gerakan yang teratur dari benda atau media dengan
arah bolak-balik dari kedudukan
keseimbangannya).
5. Radiasi Gelombang Radio / Gelombang Mikro
Radiasi Elektromagnetik dg Frekuensi 30 khertz s/d
300 Ghertz
6. Radiasi Ultra Ungu (Ultra Violet)
Radiasi Elektromagnetik dg panjang
gelombang 180-400 nm
Pasal 1(faktor Fisika)
7. Medan Magnet Statis
suatu medan atau area yang ditimbulkan oleh pergerakan arus
listrik.
8. Tekanan Udara Ekstrim
tekanan udara yang lebih tinggi atau tekanan udara yang lebih
rendah dari tekanan udara normal (1 atmosphere)
9. Pencahayaan.
Sesuatu yang memeberikan terang (sinar) atau yang menerangi,
meliputi pencahayaan alami dan pencahayaan buatan.
Pasal 1
Intensitas Cahaya
Jumlah rata-rata cahaya yang diterima pekerja setiap waktu
pengamatan pada setiap titik dan dinyatakan dalam satuan
Lux (satuan metrik ukuran cahaya pada suatu permukaan)
Kualitas Udara Dalam Ruangan (KUDR)
Kualitas udara di ruangan Tempat Kerja, yang dalam kondisi
yang buruk yang disebabkan oleh pencemaran atau kontaminasi
udara Tempat Kerja, yang dapat menimbulkan gangguan
kenyamanan kerja sampai pada gangguan kesehatan Tenaga
Kerja
Pasal 1
Pengujian Ketenagakerjaan (Pengujian)
Kegiatan penilaian terhadap suatu objek Pengawasan
Ketenagakerjaan melalui perhitungan, analisis, pengukuran
dan/atau pengetesan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan atau standar yang berlaku
Ahli K3 Lingkungan Kerja
Orang yang mempunyai kompetensi yang mencakup
pengetahuan, keterampilan dan sikap dibidang Lingker yang
mempunyai kualifikasi Ahli Muda Lingkungan Kerja, Ahli
Madya Lingkungan Kerja, dan Ahli Utama Lingkungan Kerja
Lingkungan Kerja

LINGKUNGAN
KERJA

Faktor fisika Faktor kimia Faktor biologi Faktor ergonomi Faktor Psikologi

1.klim Kerja, kontaminan makhluk hidup ketidaksesuaian 1.hubungan antar


2.Kebisingan, kimia di udara meliputi antara fasilitas personal di Tempat
3.Getaran, berupa : 1.hewan, kerja Kerja,
4. radiasi 1. gas, 2.tumbuhan dan 1.cara kerja 2.peran dan tanggung
5.gelombang 2. uap produknya 2. posisi kerja, jawab terhadap
mikro, 3. partikulat 3.mikroorganism 3.alat kerja, pekerjaan
6.Radiasi Ultra e 4.beban angkat
Ungu (Ultra
Violet),
7.radiasi
Medan Magnet
Statis,
8.tekanan udara
9.Pencahayaan
KEWAJIBAN PENGUSAHA /
PENGURUS
KEWAJIBAN PENGUSAHA - Pasal 2
Pengusaha dan/atau Pengurus wajib melaksanakan syarat-syarat K3
Lingkungan Kerja :
1. Pengendalian Faktor Fisika dan Faktor Kimia agar berada
dibawah NAB.
2. Pengendalian Faktor Biologi, Faktor Ergonomi, dan
Faktor Psikologi Kerja agar memenuhi standar
3. Penyediaan fasilitas Kebersihan dan Sarana Higiene
di Tempat Kerja yang bersih dan sehat.
4.Penyediaan personil K3 yang memiliki kompetensi
dan kewenangan K3 di bidang Lingkungan Kerja
TUJUAN K3 LINGKUNGAN KERJA
Untuk mewujudkan Lingkungan Kerja yang aman, sehat, dan
nyaman dalam rangka mencegah kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja dengan cara :
1.Pengukuran dan Pengendalian Lingkungan Kerja :
Fisika, Kimia, Biologi, Ergonomi, Psikologi
2.Penerapan Higiene dan Sanitasi :
a. Bangunan Tempat Kerja
b. Fasilitas Kebersihan
c. Kebutuhan udara
d. Tata laksana kerumah tanggaan.
PENGUKURAN
DAN PENGENDALIAN
LINGKUNGAN KERJA
PENGUKURAN DAN PENGENDALIAN
LINGKUNGAN KERJA
Tujuan pengukuran Lingkungan Kerja utk mengetahui tingkat
pajanan :
1. Faktor Fisika, dibawah NAB

2. Faktor Kimia, dibawah NAB

3. Faktor Biologi, memenuhi Standar

4. Faktor Ergonomi, memenuhi Standar

5. Faktor Psikologi terhadap Tenaga Kerja, memenuhi Standar

dengan metode uji SNI atau metode uji lainnya yang telah
divalidasi:
2. HIRARKI PENGENDALIAN :
a. Eliminasi
(upaya utk menghilangkan sumber potensi bahaya dari bahan,
proses, operasi, atau peralatan)
b. substitusi;
(mengganti bahan, proses, operasi/peralatan dari bahaya menjadi
tidak bahaya)
c. Rekayasa teknis
(memisahkan Sumber bahaya dari pekerja dg memasang sistem
pengaman pada alat, mesin, dan/atau area kerja)
d. Administrasi
(upaya pengendalian dari sisi Tenaga Kerja agar dapat melakukan
pekerjaan secara aman/waktu kerja/shift kerja)
e. APD
(mengisolasi sebagian/seluruh tubuh manusia)
PENGUKURAN
DAN PENGENDALIAN
FAKTOR FISIKA
PENGUKURAN DAN PENGENDALIAN FAKTOR FISIKA -
PASAL 8
a. Iklim Kerja dg Tekanan Panas/ Tekanan dingin
Alat Ukur : Heat Stress Meter (EXTECH HT 30/9620278)
b. Kebisingan;
Alat ukur : Sound level meter/Environment Meter(Lutron, LM-
8102)
c. Getaran
Alat Ukur : Human Vibration Meter (SVANTEX SV 106/46392)
d. Gelombang radio atau gelombang mikro
Alat Ukur : Broad Band Field Meter
e. Sinar Ultra Ungu (Ultra Violet) pekerjaan welding;
Alat Ukur : Ultra Light meter (UV-3402A,AG35799
f. Medan Magnet Statis
Alat Ukur : Magnetig Field Meter (TM-191)
g. Tekanan udara
h. Pencahayaan.
Alat Ukur : Lux meter/Environment Meter (LUTRON, LM-
8102)
1. Pengendalian Iklim Kerja dingin/panas
a. Tempat Kerja dg sumber bahaya tekanan panas (peleburan baja)
b. Tempat Kerja dg sumber bahaya Tekanan Dingin dikarenakan
persyaratan operasi (Cold Storage).
Pengendalian :
1. Menghilangkan sumber panas / sumber dingin;
2. mengganti alat, bahan, dan proses kerja yang menimbulkan
sumber panas atau sumber dingin;
3. Mengisolasi/membatasi pajanan sumber panas/sumber dingin
4. menyediakan sistem ventilasi, menyediakan air minum;
5. Mengatur/membatasi waktu pajanan sumber panas/dingin;
6. penggunaan baju kerja yang sesuai;
7. melakukan pengendalian lainnya sesuai dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi
2. Pengendalian Kebisingan
Melaksanakan program pencegahan penurunan pendengaran dengan
:
1. Mengganti alat, bahan, dan proses kerja yang menimbulkan
sumber Kebisingan;
2. Memasang pembatas, peredam suara, penutupan sebagian atau
seluruh alat;
3. Mengatur/membatasi pajanan Kebisingan/pengaturan waktu
kerja;
4. Menggunakan alat pelindung diri yang sesuai;
5. melakukan pengendalian lainnya sesuai dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi
3. Pengendalian Getaran
Getaran pada lengan dan tangan dan Getaran seluruh tubuh :
1. Menghilangkan sumber Getaran dari Tempat Kerja
2. mengganti alat, bahan, dan proses kerja yang menimbulkan
sumber getaran;
3. mengurangi pajanan Getaran dengan menambah/menyisipkan
damping/bantalan/peredam di antara alat dan bagian tubuh yang
kontak dengan alat kerja;
4. Mengatur/membatasi pajanan getaran dg waktu kerja;
5. Menggunakan alat pelindung diri yang sesuai;
6. melakukan pengendalian lainnya sesuai dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi
4. Pengendalian Gel Radio/Gel Mikro
 Gelombang Radio dg Radiasi elektomagnetik frek s/d 300 MHz
 Gelombang Mikro dg radiasi elektromagnetik Frek >300 GHz.
Pengendalian :
1. Menghilangkan sumber Radiasi Gelombang Radio atau
Gelombang Mikro dari Tempat Kerja
2. Mengisolasi/membatasi pajanan sumber Radiasi Gelombang
Radio / Gelombang Mikro;
3. merancang Tempat Kerja dengan menggunakan peralatan
proteksi radiasi;
4. Membatasi pajanan Gelombang Radio atau Gelombang Mikro;
5. Menggunakan alat pelindung diri yang sesuai;
6. melakukan pengendalian lainnya sesuai dengan IPTEK
5. Pengendalian Radiasi Ultra Ungu (Ultra Violet)
 radiasi elektromagnetik dg panjang gelombang 180-400 nm
Pengendalian :
1. Menghilangkan sumber Radiasi Ultra Ungu (Ultra Violet) dari
Tempat Kerja
2. Mengisolasi/membatasi pajanan sumber Radiasi Ultra Ungu
(Ultra Violet)
3. merancang Tempat Kerja dengan menggunakan peralatan
proteksi radiasi;
4. memberikan jarak aman sesuai dengan standar antara sumber
pajanan dan pekerja, membatasi dengan waktu kerja;
5. Menggunakan alat pelindung diri yang sesuai;
6. melakukan pengendalian lainnya sesuai dengan IPTEK
6. Pengendalian Medan Magnet Statis
 Medan/area yang ditimbulkan oleh pergerakan arus listrik
Pengendalian :
1. Menghilangkan sumber Medan magnet statis dari Tempat Kerja
2. mengganti alat, bahan, dan proses kerja yang menimbulkan
sumber Medan Magnet Statis;
3. mengisolasi atau membatasi pajanan sumber Medan Magnet
Statis;
4. mengatur jarak aman sesuai dengan SNI antara sumber pajanan
dan pekerja, membatasi dengan waktu kerja;
5. Menggunakan alat pelindung diri yang sesuai;
6. melakukan pengendalian lainnya sesuai dengan IPTEK
Fisika - Pengendalian bahaya Tekanan Udara Ekstrim
 kedap air, di perairan yang dalam, dan pekerjaan di bawah tanah
atau di bawah air.
Pengendalian :
1. Menghilangkan sumber tekanan udara extrem dari Tempat Kerja
2. mengatur atau membatasi waktu pajanan terhadap sumber
bahaya Tekanan Udara Ekstrim;
3. menggunakan baju kerja yang sesuai;
4. Menggunakan alat pelindung diri yang sesuai;
5. melakukan pengendalian lainnya sesuai dengan IPTEK
Fisika - Pengendalian Pencahayaan
 Pencahayaan alami (matahari) / buatan.
Pengendalian :
1. Tempat Kerja yang menggunakan Pencahayaan alami, disain
gedung harus menjamin Intensitas Cahaya sesuai standar
2. Pencahayaan Buatan tidak boleh menyebabkan panas yang
berlebihan / mengganggu KUDR.
3. Sarana Pencahayaan darurat harus disediakan untuk
penyelamatan dan evakuasi dalam keadaan darurat, bekerja
secara otomatis, dipasang pada jalur evakuasi atau akses jalan
keluar, mempunyai intensitas Pencahayaan yang cukup untuk
melakukan evakuasi dan/atau penyelamatan yang aman;
4. Akses jalan keluar harus dilengkapi garis penunjuk jalan keluar
yang terbuat dari bahan reflektif dan/atau memancarkan cahaya;
PENGUKURAN
DAN PENGENDALIAN
FAKTOR KIMIA
Pengukuran dan Pengendalian - Faktor Kimia
1. Pengukuran dilakukan terhadap pajanannya dan terhadap pekerja
yang terpajan, paling singkat 6 Jam;
2. Pengukuran pajanan terhadap pekerja melalui Pemeriksaan
kesehatan khusus pada spesimen tubuh Tenaga Kerja dan
dibandingkan dengan IPB.
3. Hasilnya Pengukuran factor kimia dibandingkan dengan PSD,
harus dilakukan paling singkat 15 menit sebanyak 4 kali dalam
durasi 8 jam kerja.
3. Hasilnya dibandingkan dengan KTD, menggunakan alat
pembacaan langsung untuk memastikan tidak terlampaui.
4. Nilai NAB dan IPB tercantum dalam Lampiran yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pengukuran dan Pengendalian - Faktor Kimia
Jika hasil pengukuran pajanan > NAB dan hasil pengukuran
terhadap Tenaga Kerja yang mengalami pajanan melebihi IPB
harus dilakukan pengendalian dg cara :
1.menghilangkan sumber potensi bahaya kimia
2.mengganti bahan kimia yang tidak mempunyai potensi bahaya atau
potensi bahaya yang lebih rendah
3.memodifikasi proses kerja yg menimbulkan sumber potensi bahaya
4.Mengisolasi/membatasi pajanan sumber potensi bahaya kimia
5.menyediakan sistem ventilasi
6.pengaturan waktu kerja, rotasi pekerja.
7.membatasi pajanan sumber potensi bahaya kimia melalui
pengaturan waktu kerja
8.APD
PENGUKURAN
DAN PENGENDALIAN
FAKTOR BIOLOGI
Pengukuran dan Pengendalian - Faktor Biologi
Pengukuran, pemantauan, dan pengendalian harus pada Tempat
Kerja yg memiliki sumber potensi bahaya faktor biologi yaitu :
1. mikro organisma dan/atau toksinnya
2. arthopoda dan/atau toksinnya
3. hewan invertebrata dan/atau toksinnya
4. alergen dan toksin dari tumbuhan
5. binatang berbisa
6. produk binatang dan tumbuhan yang berbahaya lainnya
Pengukuran dan Pengendalian - Faktor Biologi
1. menghilangkan sumber bahaya Faktor Biologi dari Tempat Kerja
2. mengisolasi / membatasi pajanan sumber bahaya Faktor Biologi
3. menyediakan sistem ventilasi
4. Mengatur/membatasi waktu pajanan thd sumber bahaya Biologi
5. menggunakan baju kerja yang sesuai
6. menggunakan alat pelindung diri yang sesuai
7. memasang rambu-rambu yang sesuai
8. memberikan vaksinasi apabila memungkinkan
9. meningkatkan Higiene perorangan;
10.memberikan desinfektan
11.penyediaan fasilitas Sanitasi dg air mengalir dan antiseptik
PENGUKURAN
DAN PENGENDALIAN
FAKTOR ERGONOMI
Pengukuran dan Pengendalian - Faktor Ergonomi
Pengukuran dan pengendalian dilakukan pada Tempat Kerja yang
memiliki potensi bahaya Faktor Ergonomi yg meliputi :
1. Cara kerja, posisi kerja, dan postur tubuh yang tidak sesuai saat
melakukan pekerjaan
2. Desain alat kerja dan Tempat Kerja yang tidak sesuai dengan
antropometri / ukuran tubuh Tenaga Kerja
3. Pengangkatan beban yang melebihi kapasitas kerja
Pengukuran dan Pengendalian - Faktor Ergonomi
Pengendalian dilakukan pada Tempat Kerja yang memiliki potensi
bahaya Faktor Ergonomi dg cara :
1. menghindari posisi kerja yang janggal
2. memperbaiki cara kerja dan posisi kerja
3. mendesain kembali atau mengganti Tempat Kerja, objek kerja,
bahan, desain Tempat Kerja, dan peralatan kerja
4. memodifikasi Tempat Kerja, objek kerja, bahan, desain Tempat
Kerja, dan peralatan kerja
5. mengatur waktu kerja dan waktu istirahat
6. melakukan pekerjaan dg sikap tubuh dalam posisi netral/ baik;
7. menggunakan alat bantu
PENGUKURAN
DAN PENGENDALIAN
FAKTOR PSIKOLOGI
Pengukuran dan Pengendalian - Faktor Psikologi
Pengukuran dan Pengendalian dilakukan pada Tempat Kerja yang
memiliki potensi bahaya Faktor psikologi yaitu :
1. ketidakjelasan/ketaksaan peran
2. konflik peran
3. beban kerja berlebih secara kualitatif
4. beban kerja berlebih secara kuantitatif
5. pengembangan karir
6. tanggung jawab terhadap orang lain
Pengukuran dan Pengendalian - Faktor Psikologi
Pengendalian dilakukan pada Tempat Kerja yang memiliki potensi
bahaya Faktor psikologi dg cara:
1. Melakukan pemilihan, penempatan dan pendidikan pelatihan bagi
Tenaga Kerja
2. Mengadakan program kebugaran bagi Tenaga Kerja
3. Mengadakan program konseling
4. Mengadakan komunikasi organisasional secara memadai
5. Memberikan kebebasan bagi Tenaga Kerja untuk memberikan
masukan dalam proses pengambilan keputusan
6. Mengubah struktur organisasi, fungsi dan/atau dengan merancang
kembali pekerjaan yang ada
7. Menggunakan sistem pemberian imbalan tertentu
8. Pengendalian lainnya sesuai dengan kebutuhan
PENERAPAN HIGIENE DAN
SANITASI
PENERAPAN HIGIENE DAN SANITASI-psl 26
1. Halaman
2. Gedung;
3. Bangunan bawah tanah
4. Fasilitas Kebersihan
5. Kebutuhan Udara
6. Tata Laksana Kerumahtanggan
PENERAPAN HIGIENE DAN SANITASI-psl 26
1. Halaman
a. Bersih,
b. Tertata rapi,
c. Rata,
d. Tidak becek
b. Cukup luas untuk lalu Lintas orang dan barang
PENERAPAN HIGIENE DAN SANITASI-psl 26
2. Gedung;
a. Dinding & langit-langit
(Kering, Tidak lembab,
dicat 5 Tahun sekali/
mudah dibersihkan paling
sedikit 1 tahun sekali)
b. Atap (mampu memberikan perlindungan dari panas matahari dan
hujan, tidak bocor, tidak berlubang & tidak berjamur.)
c. Lantai (Terbuat dari bahan yang keras, tahan air, dan tahan dari
bahan kimia yang merusak, datar, tidak licin, dan mudah
dibersihkan, dibersihkan secara teratur.)
Terpelihara dan bersih kuat dan kokoh strukturnya, cukup luas
sehingga memberikan ruang gerak paling sedikit 2 m² per orang
PENERAPAN HIGIENE DAN SANITASI-psl 26
3. Bangunan bawah tanah
 Mempunyai struktur yang kuat,
 Sistem ventilasi udara,
 Sumber pencahayaan,
 Bersih dan terawat.
PENERAPAN HIGIENE DAN SANITASI-psl 26
4. Fasilitas Kebersihan
Toilet (bersih dan tidak menimbulkan
bau, tidak ada lalat, nyamuk, atau
serangga yang lainnya, tersedia
saluran pembuangan air yg mengalir
dengan baik, tersedia air bersih,
dilengkapi dengan pintu, memiliki
penerangan yang cukup, memiliki
sirkulasi udara yang baik, dibersihkan
setiap hari secara periodik, dapat
digunakan selama jam kerja)
PENERAPAN HIGIENE DAN SANITASI-psl 26
Kelengkapan Toilet
Jamban, air bersih yang cukup, tempat sampah,
tempat cuci tangan, sabun.),
terpisah laki-laki dan perempuan,
penyandang cacat, dan diberi tanda.
PENERAPAN HIGIENE DAN SANITASI
2. Jamban
untuk 1 sampai 15 ( orang = 1 (satu) jamban
untuk 16 sampai 30 orang = 2 (dua) jamban
untuk 31 sampai 45 orang = 3 (tiga) jamban
untuk 46 sampai 60 orang = 4 (empat) jamban
untuk 61 sampai 80 orang = 5 (lima) jamban
untuk 81 sampai 100 orang = 6 (enam) jamban
setiap penambahan 40 orang ditambahkan 1 (satu) jamban
PEMENUHAN KEBUTUHAN UDARA DI TEMPAT KERJA
1. KUDR
(Ditentukan oleh suhu, kelembaban, kadar oksigen dan kadar
kontaminan udara)
Suhu ruangan yg nyaman harus dipertahankan dg ketentuan:
 Suhu Kering 23°C - 26°C dengan kelembaban 40% - 60%
perbedaan suhu antar ruangan tidak melebihi 5°C
 Kadar oksigen 19,5% s/d 23,5% dari volume udara
 Kadar kontaminan/polutan tercantum dalam Lampiran
2. Ventilasi
3. Ruang Udara
TATA LAKSANA KERUMAHTANGGAAN
1. Memisahkan alat perkakas, dan bahan yg diperlukan / digunakan
2. Menata alat, perkakas dan bahan sesuai dengan posisi yang
ditetapkan
3. Membersihkan alat, perkakas, dan bahan secara rutin
4. Menetapkan , mengembangkan & melaksanakan prosedur
Kebersihan, penempatan & penataan alat, perkakas, dan bahan
5. Alat kerja, perkakas, dan bahan harus ditata dan disimpan secara rapi
dan tertib untuk menjamin kelancaran pekerjaan dan tidak
menimbulkan bahaya kecelakaan
6. Bahan di gudang harus diberi label yang
jelas untuk membedakan barang-barang
tersebut
PERSONIL K3
LINGKUNGAN KERJA
PERSYARATAN PERSONIL K3 LINGKUNGAN KERJA – PASAL 45

1. Pengukuran dan pengendalian Lingkungan Kerja harus


dilakukan oleh personil K3 bidang Lingkungan Kerja :
a. Ahli K3 Muda Lingkungan Kerja
b. Ahli K3 Madya Lingkungan Kerja
c. Ahli K3 Utama Lingkungan Kerja
2. Personil K3 lingker harus memiliki kompetensi dan kewenangan
K3 bidang lingkungan kerja
3. Sertifikasi kompetensi personil K3 bidang Lingkungan Kerja
dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan
4. Kewenangan personil K3 bidang Lingkungan Kerja dibuktikan
dengan lisensi K3 dan surat keputusan penunjukan
SYARAT PERSONIL K3 LINGKER

AHLI K3 MUDA AHLI K3 MADYA AHLI K3 UTAMA


- berpendidikan paling - berpendidikan paling - berpendidikan paling
rendah Diploma 3; rendah Diploma 3; rendah Diploma 3;
- berpengalaman paling - berpengalaman paling - berpengalaman paling
sedikit 1 (satu) tahun sedikit 3 (Tiga) tahun sedikit 5 (Lima) tahun
dalam membantu dalam membantu dalam membantu
pengukuran dan pengukuran dan pengukuran dan
pengendalian lingkungan pengendalian pengendalian
kerja; lingkungan kerja; lingkungan kerja;
- memiliki sertifikat - memiliki sertifikat - memiliki sertifikat
kompetensi sesuai kompetensi sesuai kompetensi sesuai
bidangnya; bidangnya; bidangnya;
- berbadan sehat - berbadan sehat - berbadan sehat
berdasarkan surat berdasarkan surat berdasarkan surat
keterangan dari dokter. keterangan dari dokter. keterangan dari dokter.
MASA BERLAKU LISENSI AHLI K3 LINGKER – PASAL 51
1. Lisensi K3 berlaku 5 tahun dapat diperpanjang
untuk jangka waktu yang sama
2. Permohonan perpanjangan diajukan
oleh Pengusaha /Pengurus kepada Direktur
Jenderal dengan melampirkan persyaratan & lisensi K3
3. Permohonan diajukan paling lambat 30 hari sebelum masa
berlaku lisensi K3 berakhir;
4. Lisensi K3 hanya berlaku selama Ahli K3 Lingkungan Kerja yang
bersangkutan bekerja di perusahaan yang mengajukan
permohonan
5. Dalam hal sertifikat kompetensi belum ada, dapat menggunakan
surat keterangan telah mengikuti pembinaan K3 yang diterbitkan
oleh Direktur Jenderal
6. Surat keterangan diberikan setelah dilakukan pembinaan dengan
pedoman pelaksanaan pembinaan
TUGAS DAN KEWENANGAN AHLI K3 LINGKER

1. Ahli K3 Muda Lingkungan Kerja


- melaksanakan peraturan Per-UU &
standar bidang K3 Lingker.
- melaksanakan program antisipasi,
rekognisi, evaluasi, dan pengendalian bahaya Lingker
- melaksanakan & mengantisipasi resiko kesehatan kerja yang
disebabkan oleh pajanan bahaya Lingker
- melaksanakan program promosi kesehatan Tenaga Kerja
- melaksanakan teknik pengambilan dan pengukuran sampel,
Faktor Fisika, Kimia, Biologi, Faktor Ergonomi, dan Psikologi
- melaksanakan persyaratan Higiene dan Sanitasi lingkungan
- melaksanakan sistem informasi K3 Lingkungan Kerja
- menyusun laporan pengukuran &pengendalian bahaya serta
penerapan Higiene dan Sanitasi
PERSONIL
1. Ahli K3 Madya Lingkungan Kerja
- Mengelola pelaksanaan peraturan undangan dan standard yang
berkaitan bidang K3 lingkungan kerja;
- melaksanakan program antisipasi, rekognisi, evaluasi, dan
pengendalian bahaya Lingker
- melaksanakan & mengantisipasi resiko kesehatan kerja yang
disebabkan oleh pajanan bahaya Lingker
- melaksanakan program promosi kesehatan Tenaga Kerja
- melaksanakan teknik pengambilan dan pengukuran sampel,
Faktor Fisika, Kimia, Biologi, Faktor Ergonomi, dan Psikologi
- melaksanakan persyaratan Higiene dan Sanitasi lingkungan k
- melaksanakan sistem informasi K3 Lingkungan Kerja
- menyusun laporan pengukuran &pengendalian bahaya serta
penerapan Higiene dan Sanitasi
PENCABUTAN LISENSI/KEWENGAN
Lisensi K3 dapat dicabut apabila personil K3 bidang Lingkungan
Kerja
- melaksanakan tugas tidak sesuai dengan penugasan dan Lisensi
K3
- melakukan kesalahan, kelalaian, dan kecerobohan yang
menimbulkan keadaan
- Tidak mematuhi peraturan perundang-undangan dan standar yang
telah ditetapkan;
- Tidak melaporkan pada atasan langsung mengenai kondisi
pelaksanaan pengukuran, pengendalian lingkungan kerja, dan
penerapan Higiene Sanitasi kecelakaan kerja; dan/atau
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai