Anda di halaman 1dari 19

KODE ETIK KEDOKTERAN

plastic surgery

dr. NOVIANTO ADI NUGROHO. SH., M.Sc


RSUD dr Moewardi / FK UNS
Untuk tenaga medis

KODEKI
Kode Etik Kedokteran
Indonesia
KODE ETIK KEDOKTERAN
INDONESIA
• KEWAJIBAN UMUM KEWAJIBAN • KEWAJIBAN
– PASAL 1 TERHADAP PASIEN
TERHADAP
– PASAL 2  PASAL 10
SEJAWAT
– PASAL 3  PASAL 11
– PASAL 14
– PASAL 4  PASAL 12
– PASAL 15
– PASAL 5  PASAL 13
– PASAL 6
– PASAL 7 • KEWAJIBAN
• A TERHADAP DIRI
• B
SENDIRI
• C
• D
– PASAL 16
– PASAL 8 – PASAL 17
– PASAL 9
KODE ETIK BUKAN MERUPAKAN KODE YANG KAKU
JAMAN TEKNOLOGI

PELANGGARAN KODE ETIK


Tidak harus Melanggar hukum

DOKTER MELANGGAR KODE ETIK


Majelis Kode Etik Kedokteran
KONTRAK
TERAPUETIK

INSPANNING
VERBINTENIS

BERDASARKAN ATAS
KEWAJIBAN UNTUK
BERUPAYA

SESUAI DENGAN STANDAR PROFESI


MEDIS DAN KEWENANGANNYA
DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN
MEDIS
Wan prestasi Pelanggaran hukum

(pasal 1365 KUH Perdata)


(pasal 1320 KUH Perdata)
(KUH Pidana pasal 360 ayat 2)

didasarkan pada perjanjian/perikatan didasarkan pada


antara dokter dengan pasien pelanggaran/penyimpangan dokter
dalam memberi pelayanan medis.

lafal sumpah dokter, KODEKI, dan ketentuan yang berlaku umum dalam
standar profesi. masyarakat

MKEK & MDTK


Bedah Plastik dan Rekonstruksi
 UU 36/2009 tentang kesehatan
 tidak dikenal bedah plastik. Namun yang tercantum di dalamnya
adalah bedah plastik dan rekonstruksi.

 Tidak ada definisi khusus mengenai bedah plastik dan rekonstruksi,


akan tetapi metode pengobatan tersebut adalah salah satu cara
penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan

 Pasal 64 UU 36/2009
 Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dapat dilakukan melalui
transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh, implan obat dan/atau alat
kesehatan, bedah plastik dan rekonstruksi, serta penggunaan sel punca.
Ketentuan Bedah Plastik dan
Rekonstruksi (Pasal 69 UU 36/2009)
 hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan
yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk
itu.
 tidak boleh bertentangan dengan norma yang
berlaku dalam masyarakat dan tidak ditujukan
untuk mengubah identitas.
 Ketentuan mengenai syarat dan tata cara bedah
plastik dan rekonstruksi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah.
Setiap orang yang dengan sengaja melakukan
bedah plastik dan rekonstruksi untuk tujuan
mengubah identitas seseorang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 69 diancam dengan
pidana penjara paling lama 10 tahun dan denda
paling banyak Rp 1 miliar.
Informed Consent
Menurut Permenkes no 290 tahun 2008
tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran
 adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien
atau keluarga terdekat setelah mendapat
penjelasan secara lengkap mengenai tindakan
kedokteran atau kedokteran gigi yang akan
dilaklukan terhadap pasien.
DASAR INFORMED CONSENT
Mengacu pada UU No. 29 Tahun 2004
tentang Praktik Kedokteran, dan Peraturan
Menteri Kesehatan No. 290 Tahun 2008,
maka semua tindakan medis/kedokteran
harus mendapatkan persetujuan dari pasien,
jadi sifatnya adalah non-selective. Hanya
disebutkan bahwa tindakan medis yang
berisiko tinggi harus mendapatkan informed
consent secara tertulis ( written consent).
Latar belakang
 Tindakan medis merupakan upaya yang penuh dengan
ketidak-pastian
 Hampir semua tindakan medis memiliki risiko
 Dampak yang tidak menyenangkan
 Semua risiko tersebut jika benar-benar terjadi akan
ditanggung dan dirasakan sendiri oleh pasien
 Risiko yang terjadi mungkin sulit atau bahkan tidak dapat
diperbaiki.

Semakin kuatnya pengaruh pola hidup konsumerisme,


walaupun harus diingat bahwa otonomi pasien dibatasi
oleh otonomi profesi.
Jenis informed consent

 Implied Consent
 tersirat
 Tindakan yang biasa dilakukan dan diketahui oleh umum
 Presumed consent
 Darurat
 Expressed Consent
 dinyatakan secara lisan atau tulisan, bila yang akan
dilakukan lebih dari prosedur pemeriksaan dan tindakan
yang biasa
Fungsi
 Bagi pasien, merupakan media untuk menentukan sikap atas
tindakan medis yang mengandung risiko
 Bagi dokter
 merupakan sarana untuk mendapatkan legitimasi atas tindakan medis
 Dengan informed consent maka dokter terbebas dari tanggungjawab
atas terjadinya risiko, karena telah diinformasikan didepan,

Meskipun demikian, jangan disalah artikan


bahwa informed consent dapat melepaskan
dokter dari terjadinya malpraktik
MALPRAKTEK HUKUM DAN
KEDOKTERAN

 Tidak melakukan kewajiban profesional seorang dokter


 Telah terjadi kontrak terapetik, tetapi dokter tidak profesional
 Tidak meminta persetujuan pasien sebelum melakukan suatu
tindakan medik
 Menjanjikan hasil tindakan medik pelayanan kedokteran yang
kenyataannya tidak sesuai dengan perjanjian.
 Sebagai akibat pelanggaran kewajiban timbul kerugian
terhadap pasien,
 kerugian yang dimaksud disini semata-mata terjadi karena adanya
kesalahan profesional, bukan karena resiko suatu tindakan medik.

Anda mungkin juga menyukai