NIKAH
A. Pengertian Nikah
(bersenang-senang)1.
yang berarti "pasangan" untuk makna nika>h}. Ini karena pernikahan menjadikan
dapat dikatakan terjadi perkawinan antara kayu-kayu apabila kayu-kayu itu saling
condong dan bercampur antara yang satu dengan yang lain. Dalam pengertian
majazi, nika>h} disebutkan untuk arti akad, karena akad merupakan landasan
Dengan akad nikah suami memiliki hak untuk memiliki. Namun hak
milik itu hanya bersifat milk al-Intifa>’ (hak milik untuk menggunakan), bukan
milk al-muqa>rabah (hak milik yang bisa dipindah tangankan seperti kepemilikan
1
Mus}t}afa> al-Khin dkk., Al-Fiqh al-Manhaji, IV: 11.
2
M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an: Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan Umat, cet. ke-
6 (Bandung: Mizan, 1997), hlm. 191.
2
benda) dan bukan pula milk al-manfa’ah (kepemilikan manfaat yang bisa
dipindahkan).3
Ada beberapa definisi nikah yang dikemukakan para ahli Fiqh, namun
pada prinsipnya tidak ada perbedaan yang berarti kecuali pada redaksinya
adalah:
.
Nikah adalah akad yang disengaja dengan tujuan mendapatkan
kesenangan
3
Abdul Basit Mutawally, Muhadarah fi al-Fiqh al-Muqaran, (Mesir: t.p.,t.t), hlm. 120.
4
‘Abd ar-Rah}ma>n Al-Jazi>ri, Kita>b al-Fiqh ‘ala> al-Maz\a>hib al-’Arba‘ah, cet. ke-1 (Beiru>t: Da>r al-
Fikr, 2002), IV: 3.
5
Abdul Basit Mutawally, Muhadarah fi al-Fiqh al-Muqaran, (Mesir: t.p.,t.t), hlm. 120.
3
antara seorang laki-laki dan seorang perempuan untuk melakukan pergaulan yang
memasukkan unsur lain yang berhubungan dengan nikah maupun yang timbul
Perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang
wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah
tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.6
perkawinan yaitu membentuk keluarga bahagia dan kekal yang didasarkan pada
ajaran agama. Tujuan yang diungkap pasal ini masih bersifat umum yang
membentuk keluarga yang bahagia itu erat hubungannya dengan keturunan, yang
6
Dalam Undang-undang Perkawinan No. 1 tahun 1974, pasal 1.
4
merupakan kebutuhan bagi setiap naluri manusia dan dianggap sebagai ikatan
yang sangat kokoh.7 Allah swt dan Rasul-Nya saw telah menjelaskan isyarat
♦ Al-Qur’an
Y' ) 2Z ? D [6H 6
X 2: ;\H N!C ]^
_`
.66
X
7
Hal ini seperti diungkap dalam firman Allah (Q.S. an-Nisa>’ [4] : 21) :
.bc S 2 ;*: d
! e 2&
! -&H <*:( aJ...
8
Ar-Ru>m [30] : 21
9
An-Nu>r [24] : 32.
10
An-Nisa>’ [4]: 3.
5
♦ Al-Hadis\
+
K dc <\H hH D"K 2 /W0 $ gTKf+f
•
__."4 < <\H >6
! <
H NW7 i $ gh+ $
[
Hai para pemuda, siapa diantara kamu yang mampu untuk kawin,
hendaklah ia kawin, sebab kawin itu lebih kuasa untuk menjaga mata dan
kemaluan, dan barang siapa tidak kuasa, hendaklah ia berpuasa sebab
puasa itu menjadi penjaga baginya.
>6j k < 2J O 2Jf:F l O *J*J 2 m* 2 •
_r.k pH q0 $ ncC $%H "7 h C oj +WH
maupun biaya dan bekal yang berupa materi. Dari tingkat kebutuhan yang
11
Al-Bukha>ri, S}ahi>h al-Bukho>ri, (Beiru>t: Da>r al-Fikr, tt), III: 238, “Kita>b an-Nika>h”, “Ba>b at-
Targi>b fi an-Nika>h”, diriwayatkan oleh ‘Abd Allah ibn Mas‘u>d. Dalam Muslim, S}ahi>h Muslim, (Bandung:
Syirkah al-Ma‘a>rif, tt), I: 584, “Kita>b an-Nika>h”, diriwayatkan oleh‘Abd Allah ibn Mas‘u>d.
12
Ibid., hlm. 237, diriwayatkan oleh Anas ibn Ma>lik. Dalam Muslim, S}ahi>h Muslim, I : 584,
diriwayatkan oleh Anas ibn Ma>lik dengan redaksi hadis\ yang berbeda.
6
menurut Z}ahiri, hukum asal perkawinan adalah wajib bagi orang muslim satu kali
seumur hidup.14 Lebih dari itu, as-Sayyid Sa>biq menyebutkan lima kategori
2. Nika>h} mustah}abb (sunnah); yaitu bagi orang yang sudah mampu dan
Dalam kondisi seperti ini, perkawinan adalah solusi yang lebih baik.
3. Nika>h} h}ara>m ; yaitu bagi orang yang tahu dan sadar bahwa dirinya
lahir seperti sandang, pangan dan tempat tinggal, maupun nafkah batin
tidak mendesak.
13
Pendapat ini dapat dilihat di ‘Abd ar-Rah}ma>n Al-Jazi>ri, Kita>b al-Fiqh ‘ala> al-Maz\a>hib al-
’Arba‘ah, IV : 8.
14
Dedi Junaedi, Bimbingan Perkawinan, hlm. 28.
15
As-Sayyid Sa>biq, Fiqh as-Sunnah, II : 12-14.
7
5. Nika>h} muba>h} ; yaitu bagi orang yang tidak terdesak oleh alasan-alasan
bagi orang yang sudah mampu dan siap, baik secara moril maupun materi agar
Dalam riwayat hadis ini disebutkan bahwa ada beberapa orang yang
mendatangi istri-istri Nabi dan bertanya tentang ibadah Nabi Muhammad saw.
Setelah pertanyaan tersebut dijawab, mereka merasa ibadah Nabi sangat sedikit.
16
Muhammad Fuad al-Baqi, al-Lu’lu’ wa al-Marjan, (Riyadh : Maktabah Dar as-Salam, 1994), II:
373-374.
8
setiap malam, berpuasa sepanjang tahun dan tidak menikah karena ingin menjauhi
wanita. Kemudian Rasulullah saw datang dan bersabda seperti hadis di atas.17
diri sendiri serta meninggalkan semua kebiasaan manusiawi. Perlu diingat bahwa
agama Islam adalah pengikut nabi Muhammad yang memegang kuat prinsip tidak
١٨
+7
2! + X +7 2! O +
Barang siapa yang berpaling dari sunnah Rasul, maka ia tidak termasuk
dalam ummat yang lurus dan memudahkan dalam ibadah. Yang ditekankan di sini
adalah seseorang berbuka agar mampu melaksanakan puasa, seseorang tidur agar
dapat bangun malam untuk melaksanakan shalat malam, dan menikah untuk
sunnah Nabi, bukan termasuk golongan agama Nabi karena keyakinan yang
D. Anjuran Menikah
17
Ibid.
18
Al-Baqarah : 185
19
Muhammad ibn Isma>’i>l as} S}an’a>ny, Subul as-Sala>m syarh Bulu>g al-Mara>m, (Beirut: Da>r al-Fikr,
1991), III: 213-214
9
tersebut agar tidak terjadi penyimpangan yang dapat membawa pada kemaksiatan
redaksi hadis di atas. Namun pendapat yang paling kuat adalah kata tersebut
berarti jima’. Sehingga yang dimaksud dalam hadis tersebut adalah barang siapa
kebutuhan menikah, menikahlah ! dan barang siapa yang tidak mampu melakukan
menikah diwajibkan kepada semua orang yang mampu melakukan wat}a’. Apabila
Dengan menyedikitkan makan dan minum, dapat memecahkan hawa nafsu. Tetapi
tidak ada manfaat bagi orang yang menyedikitkan makan dam minum tanpa niat
berpuasa.
20
Ibid., hlm 212
10
Menurut hadis di atas wanita dinikahi karena empat hal, yaitu : pertama,
hartanya, karena dengan harta yang cukup lelaki tidak terbebani dengan nafkah
dasarnya kemuliaan ini terletak pada kemuliaan orang tua dan keluarganya.
Ketiga, kecantikan. Salah satu faktor yang selalu dicari dalam segala hal termasuk
dalam pernikahan.23 Hadis ini diakhiri dengan ungkapan yang berarti hidup
seseorang tidak akan bahagia jika ia menikahi wanita yang tidak beragama
(berakhlaq).24
21
Ibid., hlm. 215
22
Muhammad Fuad al-Baqi, al-Lu’lu’ wa al-Marjan, hlm. 392
23
Muhammad ibn Isma>’i>l as} S}an’a>ny, Subul as-Sala>m syarh Bulu>g al-Mara>m,. hlm. 216
24
Muhammad Fuad al-Baqi, al-Lu’lu’ wa al-Marjan, hlm. 392
11
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad ibn Isma>’i>l as} S}an’a>ny, Subul as-Sala>m syarh Bulu>g al-
Mara>m, Beirut: Da>r al-Fikr, 1991.