Anda di halaman 1dari 5

Pro dan Kontra terhadap CSR

Hingga saat ini, masih banyak pihak yang menentang implementasi CSR walaupun tentu ada pelaku bisnis dan pemangku kepentingan terkait yang telah menyadari dan menyetujui pentingnya perusahaan untuk melaksanakan program CSR. Proses lahirnya Undang-Undang Perseroan Terbatas di Indonesia yang dalam salah satu pasalnya ( pasal 74 ) mewajibkan perusahaan untuk menjalankan tanggung jawab sosial dan lingkungan, telah menimbulkan pro dan kontra. Ini menunjukkan bahwa para pelaku bisnis di Indonesia belum banyak yang mendukung program CSR., misalnya kasus Lumpur Lapindo Brantas di Sidoarjo dan kasus Freeport di Papua. Semua itu berhubungan dengan aktivitas bisnis yang tidak peduli terhadap lingkungan sosial dan alam sekitar. Ketersendatan pelaksanaan CSR ini tidak saja terjadi di Indonesia, tetapi juga hampir di semua negara termasuk di negara-negara maju. Berikut ini beberapa argumen bagi yang mendukung maupun yang menentang perlunya perusahaan menjalankan program CSR. A. Argumen yang Menentang Perlunya Keterlibatan Sosial Perusahaan

1. Perusahaan adalah lembaga ekonomi yang tujuan utamanya mengejar keuntungan, bukan merupakan lembaga sosial. Argumen paling keras yang menentang keterlibatan perusahaan dalam kegiatan sosial sebagai wujud implementasi CSR ialah paham dasar bahwa tujuan utama perusahaan adalah mengejar keuntungan sebesar-besarnya. Itu berarti segala sumber daya perusahaan yang ada harus digunakan sehemat dan seefisien mungkin untuk memperoleh keuntungan sebesarbesarnya. Maka, konsep mengenai keterlibatan perusahaan dalam berbagai kegiatan sosial harus ditentang karena akan menimbulkan ketidakefisienan dalam banyak aspek.

2. Perhatian manajemen perusahaan akan terpecah dan membingungkan bila perusahaan

dibebani banyak tujuan. Keberhasilan perusahaan dalam bisnis modern penuh persaingan ketat yang sangat ditentukan oleh konsentrasi seluruh bidang dalam perusahaan terutama konsentrasi pimpinan perusahaan. Keterlibatan sosial sebagai wujud tanggung jawab sosial perusahaan

membutuhkan perhatian tersendiri dari pimpinan perusahaan, hingga kemudian akan mengalihkan bahkan mengacaukan perhatian. Perhatian yang terbagi-bagi dan membingungkan pada akhirnya bisa merugikan perusahaan karena akan menurunkan kinerja keseluruhan perusahaan. Demikian pula sekali perusahaan terlibat dalam kegiatan sosial, maka semakin banyak tuntutan dan permintaan akan keterlibatan sosial yang mengganggu core business perusahaan.

3. Biaya kegiatan sosial akan ditambahkan pada harga produk sehingga akan merugikan

masyarakat itu sendiri. Alasan dari argumen ini yakni biaya yang digunakan untuk keterlibatan sosial perusahaan bukanlah biaya yang disediakan oleh perusahaan, melainkan biaya yang telah diperhitungkan sebagai salah satu komponen dalam harga barang dan jasa yang ditawarkan dalam pasar. Sehingga pada akhirnya yang akan menanggung biaya keterlibatan sosial ialah masyarakat terutama konsumen itu sendiri. Secara eksternal, permasalahan biaya kegiatan sosial ini akan melemahkan daya saing perusahaan dalam bisnis global karena harga yang ditawarkan perusahaan tersebut lebih tinggi dari perusahaan lain yang tidak mengenakan biaya untuk kegiatan sosial.

4. Kurangnya tenaga terampil dalam menjalankan kegiatan sosial.

Keterlibatan perusahaan dalam kegiatan sosial berarti perusahaan menekuni kegiatan yang bersifat moral dan sosial. Padahal jajaran pimpinan perusahaan tidak terampil dalam kegiatan semacam itu. Mereka hanya profesional dalam bidang bisnis dan ekonomi. Sehingga akan diperlukan staf tambahan untuk menangani keterlibatan sosial perusahaan. Tuntutan agar perusahaan ikut dalam upaya kemajuan masyarakat sulit dipenuhi.

B. Argumen yang Mendukung Perlunya Keterlibatan Sosial Perusahaan 1. Kesadaran masyarakat yang meningkat dan makin kritis terhadap dampak negatif dari tindakan perusahaan yang merusak alam serta merugikan masyarakat sekitar.

Setiap kegiatan bisnis dimaksudkan untuk mendatangkan keuntungan sebesar-besarnya. Namun, perusahaan harus tetap peka terhadap kebutuhan dan harapan masyarakat. Saat ini masyarakat memang masih membutuhkan barang dan jasa dengan mutu yang baik dan harga kompetitif. Tetapi masyarakat juga menuntut agar barang tersebut diproduksi dengan menghargai hak dan kepentingan karyawan serta wajib ramah lingkungan. Hal ini seiring dengan mencuatnya kesadaran terhadap HAM dan global warming. Jadi, keterlibatan sosial kendati benar dapat mengganggu fokus manajemen dalam upaya meraih keuntungan sebesar-besarnya, namun tidak benar akan melemahkan kinerja perusahaan. Justru akan menunjang kelangsungan dan keberhasilan perusahaan tersebut.

2. Sumber daya alam makin terbatas. Argumen ini berdasarkan kenyataan bahwa bumi memiliki sumber daya alam yang terbatas. Bisnis justru berlangsung dalam kondisi ini, yang berarti harus dapat memanfaatkan secara bertanggungjawab dan bijaksana sumber daya alam yang terbatas itu demi memenuhi kebutuhan manusia. Maka, bisnis diharapkan tidak hanya mengeksploitasi sumber daya alam demi keuntungan ekonomis semata, melainkan juga melakukan kegiatan sosial tertentu yang bertujuan untuk memelihara sumber daya alam. Kegiatan sosial tersebut tampaknya dapat melemahkan efisiensi perusahaan, namun tak sepenuhnya benar. Kepedulian khususnya terhadap kelestarian sumber daya alam yang ada akan mendorong penggunaan sumber daya alam secara efisien.

3. Menciptakan lingkungan sosial yang lebih baik. Bisnis berlangsung dalam suatu lingkungan sosial yang mendukung kelangsungan dan keberhasilan bisnis itu untuk masa yang panjang. Ini berimplikasi etis bahwa bisnis memiliki kewajiban dan tanggung jawab moral dan sosial untuk memperbaiki lingkungan sosialnya ke arah lebih baik. Keterlibatan sosial perusahaan dalam membantu memperbaiki keadaan sosial dan ekonomi masyarakat sekitar, misalnya memberi pelatihan dan menampung tenaga kerja dari

masyarakat sekitar maka besar kemungkinan masyarakat sekitar akan lebih menerima kehadiran perusahaan. Jika pada akhirnya tingkat kehidupan masyarakat diperbaiki, tentunya akan meningkatkan daya beli masyarakat yang berimbas pada penyerapan produk perusahaan tersebut. Ini merupakan keuntungan tersendiri bagi perusahaan.

4. Perimbangan yang lebih adil dalam memikul tanggung jawab dan kekuasaan. Bisnis memiliki kekuasaan sosial yang sangat besar. Ia mempengaruhi lingkungan, konsumen, kondisi masyarakat, bahkan kehidupan budaya dan moral masyarakat. Karena itu, tanggung jawab sosial sangat dibutuhkan untuk bisa mengimbangi dan mengontrol kekuasaan bisnis yang besar itu. Asumsinya, kekuasaan bisnis yang besar dapat menimbulkan tindakan sewenang-wenang bahkan hingga merugikan masyarakat. Sehingga dengan tanggung jawab moral dan sosial atas kehidupan seluruh masyarakat maka kekuasaan bisnis akan dibatasi secara positif. Lagipula jika perusahaan melakukan bisnis yang merugikan hak dan kepentingan pihak lain, maka pemerintah akan bertindak antara lain dengan mencabut izin usaha perusahaan tersebut atau membatasi ruang gerak kegiatan bisnis perusahaan. Padahal, kebebasan berbisnis ialah hal yang paling didambakan tiap perusahaan.

5. Bisnis memiliki sumber daya yang berguna. Argumen ini ingin menyampaikan bahwa perusahaan sesungguhnya memiliki sumber daya yang potensial dan bermanfaat bagi masyarakat. Perusahaan memiliki tenaga profesional dalam segala bidang yang dapat disumbangkan bagi kepentingan kemajuan masyarakat. Mereka yang profesional dalam memecahkan berbagai persoalan bisnis akan bermanfaat untuk membantu memecahkan persoalan sosial yang dihadapi masyarakat.

6. Menciptakan keuntungan jangka panjang. Keterlibatan perusahaan dalam berbagai kegiatan sosial akan membawa suatu nilai positif bagi perkembangan dan kelangsungan bisnis jangka panjang.

Pendidikan karyawan, kelestarian lingkungan, perbaikan prasarana umum, dan perbaikan kesehatan lingkungan mungkin memerlukan biaya yang besar tetapi termasuk dalam investasi yang akan menguntungkan perusahaan tersebut karena kegiatan-kegiatan itu ikut menciptakan iklim sosial politik yang kondusif bagi kelangsungan bisnis. Biaya kegiatan sosial tersebut tidak selalu dikenakan pada harga produk yang ditawarkan ke pasar. Banyak perusahaan justru menyisihkan sebagian keuntungannya untuk kegiatan sosial ini sebagai semacam balas jasa atas kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan tersebut. Ini pada akhirnya akan menjalin ikatan batin antara perusahaan dan masyarakat. Dengan adanya tanggung jawab sosial perusahaan akan terbentuk sebuah citra yang lebih positif tentang profesi bisnis. Bisnis tidak lagi menjadi tampil sebagai profesi yang kotor dan curang atau monster menakutkan yang tak bisa dihindari.pelaku bisnis pun lalu tampil sebagai orang-orang profesional yang tidak hanya mengejar keuntungan, melainkan juga sebagai orang yang punya komitmen moral pada hak dan kepentingan orang lain.

Anda mungkin juga menyukai