JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR 2012
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : Mata Pelajaran : Kelas/ Semester : Pertemuan : Alokasi Waktu : Standar Kompetensi: SMA NEGERI I BENTENG Biologi X (Sepuluh)/ 1 2 2 x 45 menit 4. Menganalisis hubungan antara komponen ekosistem, perubahan materi dan energi, serta pemanfaatan komponen ekosistem bagi kehidupan Kompetensi Dasar : 4.2 Menjelaskan keterkaitan antara kegiatan manusia dengan masalah perusakan/ pencemaran lingkungan dan pelestarian lingkungan.
I. Indikator Pencapaian Kompetensi
A.
Kognitif
a. Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab terjadinya pencemaran lingkungan b. Menganalisis
perusakan/pencemaran lingkungan dan pelestarian lingkungan. 2. Proses a. Mengenali faktor-faktor yang dapat meyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan
b. Memaparkan
keterkaitan
antara
kegiatan
manusia
dengan
masalah
perusakan/pencemaran lingkungan dan pelestarian lingkungan. B. Afektif a. Rasa ingin tahu b. Empati c. sopan 1. Karakter
2. Proses a. b. c. Bertanya Menyumbangkan pendapat tentang permasalahan lingkungan yang ada Mengemukakan pendapat dengan santun
lingkungan
b. Secara mandiri, siswa dapat mengemukakan keterkaitan antara kegiatan
lingkungan
b. Secara mandiri, siswa dapat menemukan keterkaitan antara kegiatan
manusia dengan masalah perusakan/pencemaran lingkungan. B. Afektif 1. Karakter Siswa terlibat secara aktif pada proses belajar mengajar, dengan menunjukkan kemajuan dalam rasa ingin tahu, sikap mandiri dalam mengkaji masalah yang muncul, dan saling menghargai pendapat ketika berdiskusi dengan teman sekelasnya. 2. Keterampilan Sosial Siswa terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar, dengan paling tidak menunjukkan kemajuan dalam keterampilan sosial bertanya, menyumbang idea tau berpendapat, menjadi pendengar yang baik, dan komunikatif. III. Materi Ajar
Pengertian Pencemaran Lingkungan Jenis-Jenis Pencemaran Lingkungan Penanggulangan Pencemaran Lingkungan IV. Model Pembelajaran Model Pembelajaran Berbasis Masalah V. Metode Pembelajaran
VI. Langkah-Langkah Pembelajaran Jenis Kegiatan Kegiatan Awal (15 menit) Guru membuka kelas dengan mengucapkan salam, dan mempersilahkan siswa untuk membaca doa belajar sesuai agama dan kepercayaannya masingmasing.
Apersepsi: Guru melakukan tanya jawab tentang tugas yang telah dikerjakan pertemuan lalu.
a. Apakah dampak yang ditimbulkan oleh
5 menit
Guru memperlihatkan gambar suatu ekosistem yang telah rusak/tercemar akibat aktivitas manusia. Guru memperlihatkan 4 macam gambar kerusakan ekosistem karang, yakni: kerusakan akibat
8 menit
penggunaan bom ikan; pukat harimau; bubu; dan cianida. Lalu guru memotivasi siswa dengan memberi penjelasan tentang pentingnya mereka memahami pemecahan masalah lingkungan tersebut. Guru menuliskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai di papan tulis, untuk memusatkan perhatian siswa terhadap materi yang akan dipelajari
Guru menyampaikan cakupan materi dan uraian kegiatan yang akan dilakukan. Materi yang akan dibahas pada pertemuan kali ini adalah keseimbangan ekosistem, termasuk berbagai pencemaran yang dapat mengganggu keseimbangan lingkungan. Kegiatan yang akan dilakukan oleh siswa yaitu penjelasan, tanya jawab, diskusi kelompok, presentasi hasil diskusi, dan penugasan.
Guru membagi siswa dalam 4 kelompok, dan masing-masing kelompok diberikan satu gambar sebagai bukti terjadinya perusakan/pencemaran lingkungan disekitar mereka. Masing-masing kelompok diarahkan untuk saling bekerja sama dan bertukar pendapat dalam menganalisis faktor penyebab terjadinya tindakan perusakan lingkungan serta akibat yang ditimbulkan dari perusakan tersebut. Adapun keempat gambar
10 menit
tersebut adalah: 1. Gambar pengeboman ikan 2. Gambar penggunaan cianida 3. Gambar penggunaan pukat harimau 4. Gambar penggunaan bubu Fase 3 (Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok) Guru membantu siswa dalam pengumpulan informasi yang diperlukan dalam memecahkan masalah yang mereka hadapi. Siswa juga diajarkan etika penelitian yang benar. Guru mendorong pertukaran ide antar-siswa secara bebas dalam tahap penyelidikan dalam rangka pembelajaran berbasis masalah. Selama dalam tahap penyelidikan, guru memberikan bantuan yang dibutuhkan tanpa mengganggu aktivitas siswa Siswa menyusun hasil penyelidikan dan hasil diskusi dengan teman sekelompoknya dalam bentuk laporan. 20 menit
Fase 4 (Mengembangkan dan menyajikan hasil karya) Masing-masing perwakilan kelompok diberi kesempatan untuk mempresentasikan laporan hasil penyelidikan kelompok mereka. Siswa lain diberi 30 menit
kesempatan untuk menanyakan hal yang kurang mereka pahami pada kelompok yang sedang memaparkan hasil kerjanya. Guru memberi penguatan kepada siswa yang bertanya dan memberi jawaban. Kegiatan penutup (15 menit) Fase 5 (Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah)
Guru membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses berpikir mereka sendiri, dan keterampilan penyelidikan yang mereka gunakan. Guru menutup kelas Alat/ Bahan/ Sumber Buku Kerja Biologi Buku Biologi SMA kelas X, Powerpoint Media Visual (Gambar) Penilaian Keaktifan siswa Laporan Hasil Diskusi
8 menit 2 menit
VII.
VIII.
Benteng, 1 April 2012 Mengetahui Kepala Sekolah SMA 1 Benteng Guru Bidang Studi
Petunjuk: Untuk setiap perilaku berkarakter, siswa diberi nilai dengan skala berikut ini: 1. A= Sangat Baik 2. B=Memuaskan 3. C=Menunjukkan Kemajuan 4. D=Memerlukan Perbaikan No Nama Siswa Mandiri 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 PERILAKU BERKARAKTER Sopan Empati Rasa Ingin Tahu
2. Akibat dari tindakan pengrusakan lingkungan tersebut terhadap keseimbangan ekosistem karang adalah... (Jelaskan dampak yang dapat timbul pada berbagai aspek kehidupan!)
2. Akibat dari tindakan pengrusakan lingkungan tersebut terhadap keseimbangan ekosistem karang adalah... (Jelaskan dampak yang dapat timbul pada berbagai aspek kehidupan!)
2. Akibat dari tindakan pengrusakan lingkungan tersebut terhadap keseimbangan ekosistem karang adalah... (Jelaskan dampak yang dapat timbul pada berbagai aspek kehidupan!)
Gambar disamping menunjukkan pihak tidak bertanggung jawab yang sedang manggunakan pukat harimau untuk menangkap ikan-ikan karang! Kemukakan pendapat anda tentang tindaka tersebut dengan menjawab pertanyaan di bawah ini!
2. Akibat dari tindakan pengrusakan lingkungan tersebut terhadap keseimbangan ekosistem karang adalah... (Jelaskan dampak yang dapat timbul pada berbagai aspek kehidupan!)
A. Keseimbangan Ekosistem Suatu ekosistem terdiri atas komponen biotik dan abiotik. Jika komponen biotik berada dalam komposisi yang proporsional antara tingkat trofik dengan komponen abiotik yang mendukung kehidupan komponen biotik, maka ekosistem dikatakan berada dalam keseimbangan (stabil). Keseimbangan ekosistem tidak statis, artinya dapat terjadi penurunan dan kenaikan jumlah komponen biotik ataupun jumlah intensitas komponen abiotik. Perubahan komponen biotik dan abiotik dalam batas-batas tertentu tidak mengganggu keseimbangan lingkungan. Namun, keseimbangan lingkungan dapat menjadi rusak jika terjadi perubahan yang melebihi daya dukung dan daya lenting lingkungan. Daya dukung adalah kemampuan lingkungan mendukung kehidupan berbagai mahluk hidup di dalamnya. Daya lenting lingkungan adalah kemampuan lingkungan untuk pulih kembali pada keadaan seimbang jika terjadi perubahan atau gangguan.
B. Faktor-Faktor Pengganggu Keseimbangan Lingkungan
tersebut
Keseimbangan lingkungan terganggu jika terjadi pencemaran. Pencemaran adalah perubahan yang tidak diinginkan pada lingkungan yang meliputi udara, daratan, dan air, baik secara fisik, kimia, ataupun biologi. Mahluk hidup, zat, energi, atau komponen penyebab pencemaran disebut polutan. Berdasarkan macamnya, pencemaran lingkungan dapat dibedakan menjadi, pencemaran tanah, pencemaran air, dan pencemaran udara. a) Pencemaran Tanah Tanah merupakan sumber daya alam (SDA) yang mendukung pertumbuhan tanaman. Ketersediaan zat organik, anorganik, serta mikroorganisme akan menentukan kesuburan tanah. Tanah dapat tercemar dan kehilangan kesuburannya oleh bahanbahan pencemar (polutan), seperti insektisida, fungisida, herbisida, penggunaan pupuk yang berlebihan, dan limbah industri. Pencemaran tanah juga dapat disebabkan oleh limbah yang tidak dapat menjadi tanah secara singkat, seperti plastik, kaca, dan styrofoam.
b) Pencemaran air Pencemaran air, menurut Fardiaz (1992) adalah penyimpangan sifat-sifat dari keadaan normal. Dalam keadaan normal sebenarnya air telah mengandung bahan-bahan terlarut, seperti O2, CO2, N2, debu dan partikel-partikel lain. Untuk menentukan apakah air itu tercemar, dapat diketahui dengan suatu pengujian. Parameter-parameter pengujian dapat berupa parameter fisik, misalnya suhu, perubahan warna, bau, kekeruhan, dan parameter kimia serta biologi (misalnya kandungan oksigen terlarut BOD/COD = Biochemical Oxygen Demand dan Chemical Oxygen Demand, pH, kandungan minyak, kandungan logam berat, dan jumlah organisme patogen). c) Pencemaran udara Adanya zat pencemar ke udara menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara dari keadaan normal dan berpengaruh jelek terhadap semua makhluk hidup. Pada dasarnya ada 2 macam pencemaran udara, yaitu sebagai berikut. (1) Berasal dari alam, antara lain debu yang terdapat di udara akibat tiupan angin yang kadang-kadang mengandung bakteri, virus, dan jamur penyebab penyakit.
Aktivitas manusia yang tidak bertanggung jawab seringkali merusak ekosistem terumbu karang, sehingga pada akhirnya keseimbangan ekosistem di kawasan terumbu karang menjadi terganggu. Sekelompok masyarakat yang berpendidikan dan bermodal kuat namun tidak bertanggung jawab menggunakan bahan-bahan cyanida dan bom serta didukung dengan kapal dan peralatan selam untuk mengeksploitasi sumberdaya ikan karang serta berkompetisi dengan masyarakat nelayan tradisional. Ekosistem terumbu karang mempunyai potensi ekonomi yang sangat besar sehingga mendorong masyarakat melakukan over exploitation dengan tidak mengindahkan kaidah-kaidah konservasi. Karena adanya asumsi bahwa sumberdaya
yang berada di ekosistem terumbu karang adalah milik bersama (common property), sehingga bila mereka tidak memanfaatkannya pada saat ini, maka akan dimanfaatkan orang lain (tragedy of common). Untuk mengeksploitasi sumberdaya hayati tersebut, sebagian besar dari mereka menggunakan racun cyanida, bahan peledak, muro ami, dan bubu yang semuanya itu merusak ekosistem terumbu karang. Para pengguna racun Cyanida umumnya bermaksud menangkap ikan karang untuk dipasarkan dalam keadaan hidup di negara tertentu, sehingga mereka membentuk jaringan penangkap dan pemasaran secara internasional. nasional. Aktivitas wisata bahari seperti penyelam juga memberikan kontribusi terhadap laju kerusakan akibat jangkar perahu atau terinjak penyelam pemula. Intensifikasi pertanian di DAS Hulu, akan meningkatkan laju erosi tanah dan sedimentasi kelaut. Jika tidak ada ekosistem mangrove yang efektif menyerap sedimen tanah, maka proses sedimentasi ini akan menutupi permukaan karang sehingga karangnya mati. Kegiatan pembangunan dipesisir sekitar ekosistem terumbu karang juga menimbulkan dampak negatif yang mengganggu kelestariannya, seperti kegiatan reklamasi di Teluk Manado dan Teluk Lampung, serta daerah-daerah lainnya. Beberapa aktivitas manusia yang dapat merusak terumbu karang:
1. Membuang sampah ke laut dan pantai yang dapat mencemari air laut
mengalami kehancuran sehingga perlu dipasarkan dalam skala propinsi, regional atau
2. Membawa pulang ataupun menyentuh terumbu karang saat menyelam, satu sentuhan saja dapat membunuh terumbu karang 3. Pemborosan air, semakin banyak air yang digunakan maka semakin banyak pula limbah air yang dihasilkan dan dibuang ke laut. 4. Pengunaan pupuk dan pestisida buatan, seberapapun jauh letak pertanian tersebut dari laut residu kimia dari pupuk dan pestisida buatan pada akhinya akan terbuang ke laut juga. 5. Membuang jangkar pada pesisir pantai secara tidak sengaja akan merusak terumbu karang yang berada di bawahnya.
6. Penambangan
7. Pembangunan pemukiman 8. Reklamasi pantai Faktor yang dapat merusak terumbu karang diantaranya adalah:
1. Pengendapan kapur
Pengendapan kapur dapat berasal dari penebangan pohon yang dapat mengakibatkan pengikisan tanah (erosi) yang akan terbawa kelaut dan menutupi karang sehingga karang tidak dapat tumbuh karena sinar matahari tertutup oleh sedimen. 2. Aliran air tawar Aliran air tawar yang terus menerus dapat membunuh karang, air tawar tersebut dapat berasal dari pipa pembuangan, pipa air hujan ataupun limbah pabrik yang tidak seharusnya mengalir ke wilayah terumbu karang. 3. Berbagai jenis limbah dan sampah Bahan pencemar bisa berasal dari berbagai sumber, diantaranya adalah limbah pertanian, perkotaan, pabrik, pertambangan dan perminyakan. 4. Pemanasan suhu bumi Pemanasan suhu bumi dikarenakan pelepasan karbon dioksida (CO2) ke udara. Tingginya kadar CO2 diudara berpotensi meningkatan suhu secara global, yang dapat mengakibatkan naik nya suhu air laut sehingga karang menjadi memutih (bleaching) seiring dengan perginya zooxanthelae dari jaringan kulit karang, jika terjadi terus menerus maka pertumbuhan terumbu karang terhambat dan akan mati. 5. Uji coba senjata militer Pengujian bahan peledak dan nuklir di laut serta kebocoran dan buangan reaktor nuklir menyebabkan radiasi di laut, bahan radio aktif tersebut dapat bertahan hingga ribuan tahun yang berpotensi meningkatkan jumlah kerusakan dan perubahan genetis (mutasi) biota laut. 6. Cara tangkap yang merusak Kasus kerusakan terumbu karang akibat dari penangkapan ikan dengan menggunakan alat dan bahan yang merusak banyak terjadi di hampir periaran Indonesia. Kegiatan tersebut antara lain : penangkapan ikan dengan menggunakan bahan peledak, muroami, pukat harimau, bubu, jangkar, tokang dan aktivitas penancangan tiang budidaya rumput laut.
7.
Pengambilan dan penambangan karang umumnya digunakan sebagai bahan bangunan. Penambangan karang berpotensi menghancurkan ribuan meter persegi terumbu dan mengubah terumbu menjadi gurun pasir bawah air.
8.
Penambatan
jangkar
dan
berjalan
pada
terumbu
Nelayan dan wisatawan seringkali menambatkan jankar perahu pada terumbu karang. Jangkar yang dijatuhkan dan ditarik diantara karang maupun hempasan rantainya yang sangat merusak koloni karang. Kegiatan manusia secara langsung dapat menyebabkan bencana kematian di terumbu melalui penggalian dan pencemaran (Nybakken 1988). Berdasarkan analisis Burke, dkk. (2002) 25% kerusakan terumbu karang diakibatkan oleh pembangunan pesisir, 7% diakibatkan oleh pencemaran, 21% diakibatkan oleh sedimentasi, 64% akibat penangkapan yang berlebihan, 54% akibat penangkapan ikan dengan melakukan pengrusakan, 18% diakibatkan oleh pemutihan terumbu karang. Penyakit yang biasanya menyerang karang disebut sebagai White band disease dan Blank band disease atau penyakit gelang putih, ditandai dengan memutihnya sebagian koloni terumbu. Hal ini disebabkan oleh serangan bakteri. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri dipicu oleh kondisi lingkungan yang tidak normal seperti pencemaran dan kenaikan suhu air laut (Akmal 2002). Beban nutrient yang berlebihan menyebabkan berkembangnya alga secara berlebihan (eutrofikasi) sehingga dapat menutupi dan membunuh organisme coral atau timbulnya blooming dari fitoplakton (Dahuri, dkk 2004) Akmal (2002) mengungkapkan hubungan antara pemanasan global, penipisan ozon dan terumbu karang mengakibatkan tingkat karbondioksida meningkat secara kimiawi akan menghambat pertumbuhan bunga karang oleh polip-polip. Perubahan suhu menimbulkan pemutihan karang pada musim panas.
1.
Pengeboman Ikan
Penggunaan bahan peledak dalam usaha penangkapan ikan ini banyak dilakukan oleh masyarakat. Hal ini dilakukan karena kegiatan ini dianggap oleh sebagian masyarakaat sangat efektif dan tidak tergantung pada musim. Salah satu alasan masyarakat melakukan kegiatan tersebut adalah karena kegiatan tersebut dapat dilakukan setiap saat dengan mudahnya dan hasil yang diperoleh relatif besar. Selain itu, waktu yang diperlukan untuk melakukan kegiatan ini relatif lebih singkat dibandingkan dengan kegiatan penangkapan ikan dengan menggunakan peralatan lainnya seperti jaring, pancing dan sebagainya. Pada umumnya kegiatan pengeboman dilakukan di tempat-tempat yang ikannya relatif banyak, seperti di taket-taket (patch reef) yaitu suatu tempat dimana terdapat banyak terumbu karang. Ledakan yang ditimbulkan oleh pengeboman inilah yang menyebabkan terjadinya kerusakan ekosistem terumbu karang. 2. Penggunaan Bubu
Kasus pemasangan bubu banyak terjadi Kawasan Indonesai bagian Timur terutama di P. Ambon dan Pulau-pulau sekitarnya. Di daerah tersebut bubu yang terbuat dari Bambu, biasanya dipasang di tubir pada tempat-tempat yang diduga sebagai jalur lalu lintasnya ikan. Pada alat tangkap bubu diikatkan seutas tali ke darat, kemudian bubu ditarik ke darat pada saat tertentu (2-3 hari setelah dipasang). Peristiwa rusaknya ekosistem
terumbu karang pada aktivitas ini adalah pada saat penarikan bubu ke darat. Pada saat penarikan tersebut biasanya turut tersarut pula karang-karang hidup. Adapula bubu yang dipasang, dimana pada bagian atasnya ditutupi oleh patahan karang hidup (Acropora table), sehingga bubu tidak tampak. Jika ada banyak bubu semacam ini dipasang, maka dapat dibayangkan betapa besar kerusakan yang diderita karang hidup 3. Penggunaan Pukat Harimau
Penangkapan ikan dengan menggunakan pukat harimau biasanya dilakukan di perairan kawasan Barat Indonesia. Penggunaan pukat harimau ini juga terjadi di kawasan terumbu karang Takabonerate oleh pihak-pihak tak bertanggung jawab. Penggunaan pukat harimau merupakan suatu teknik penangkapan ikan yang dilakukan secara berkelompok (melibatkan 30-35 orang) dengan menggunakan jaring khusus yang berukuran sangat besar, biasanya menggunakan perahu sebanyak tiga buah. Menurut Bjordal (2002) saat ini telah banyak paparan terumbu karang dunia yang telah dirusak memerlukan lebih dari seratus tahun untuk dapat memulihkannya. 4. Jangkar Kapal Pancing merupakan salah satu alat yang banyak digunakan oleh para nelayan tradisional untuk menangkap ikan karang. Peralatan pancing sendiri tidak merusak karang tetapi benturan jangkar perahu yang digunakan pada saat memancing yang merusak karang. Untuk dapat meningkatkan keramahan alat pancing yang dioperasikan di perairan terumbu karang, modifikasi yang dilakukan bukan pada alatnya tetapi metode penangkapan yang digunakan. Di daerah-daerah konservasi terumbu karang misalnya di Taka Bonerate, Kabupaten Selayar telah dilakukan pemasangan jangkar permanen dibeberapa tempat untuk dapat digunakan oleh para nelayan pemancing menambatkan
perahunya saat melakukan operasi penangkapan sehingga para nelayan tidak lagi membuang jangkar di sembarang tempat yang dapat mengakibatkan kehancuran karang. 5. Penggunaan Cianida
Para pengguna racun Cyanida umumnya bermaksud menangkap ikan karang untuk dipasarkan dalam keadaan hidup di negara tertentu, sehingga mereka membentuk jaringan penangkap dan pemasaran secara internasional. Penggunaan cyanida pada ekosistem terumbu karang dapat menyebabkan terjadinya keputihan karang hingga akhirnya karang-karang tersebut mati.
6. Penggunaan muro ami (Samba)
Dari sekian banyak alat penangkap ikan, muro ami atau di Selayar dikenal dengan nama samba yang secara fisik hampir tidak bersentuhan dengan terumbu karang, tetapi pada pengoperasiannya, tongkat-tongkat para nelayan yang digunakan untuk menggiring ikan karang menuju alat ini ternyata dapat menghancurkan terumbu karang terutama karang bercabang sehingga alat ini dikategorikan sebagai alat yang tidak ramah lingkungan.