Anda di halaman 1dari 18

ASMA BRONKIAL DEFINISI Penyakit Asma berasal dari kata asthma yang diambil dari bahasa Yunani yang

mengandung arti sulit bernapas. Asma Adalah suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan; penyempitan ini bersifat sementara. Menurut Pedoman Nasional Asma Anak (PNAA) 2004, asma adalah mengiberulang dan/atau batuk persisten (menetap) dengan karakteristik sebagai berikut: timbul secara episodik, cenderung pada malam/dini hari (nokturnal), musiman, setelah aktivitas fisik, ada riwayat asma atau atopi lain pada pasien dan/atau keluarganya.

ETIOLOGI Etiologi asma bronkial belum diketahui dengan jelas. Tiap serangan biasanya didahului dengan faktor pencetus. Faktor genetik o Hiperreaktivitas. o Atopi/Alergi bronkus. o Faktor yang memodifikasi penyakit genetik. o Jenis Kelamin. o Ras/Etnik.

Faktor pencetus digolongkan menjadi faktor pencetus dari luar tubuh dan dalam tubuh. Yang termasuk

faktor pencetus dari dalam tubuh yaitu infeksi saluran nafas, kecemasan, stres psikis, aktivitas, olahraga, maupun emosi berlebihan. Faktor pencetus dari luar tubuh yaitu debu (debu rumah), serbuk bunga, bulu binatang, zat makanan, minuman, obat tertentu, zat warna, bau-bauan, bahan kimi, polusi udara, serta perubahan cuaca atau suhu

Infeksi virus

Infesi virus merupakan faktor pencetus yang panting untuk timbulnya serangan asma. Hal ini disebabkan oleh kerusakan sel mukosa atau seeara tidak langsung sebagai akibat berbagai reaksi karena terlepasnya mediator kimia. Alergen makanan Pada anak yang agak besar serangan asma jarang sekali dicetuskan oleh alergen makanan. Alergen makanan sebagai faktor peneetus hanya penting pada masa bayi. Sensitivitas terhadap makanan seringkali menghilang dengan bertambahnya umur. Alergen hirup Tungau debu rumah yang terdapat dalam debu rumah merupakan alergen hidup yang terpenting. Penghindarannya agak sulit oleh karena perlu usaha yang terus menerus dan memerlukan ketekunan. Oleh karena seorang anak menghabiskan sebagian besar waktunya di kamar tidur, maka harus diusahakan agar kamar tidur dapat bebas dari debu rumah. Sekarang di Indonesia sudah dipasarkan obat yang dapat membunuh tungau debu rumah. Alergen lain yang penting juga adalah bulu binatang. Bilamana ada seorang anak menderita asma maka sebaiknya dianjurkan untuk tidak memelihara anjing atau kucing di dalam rumah.

Bahan iritan

Oleh karena dasar utama dari penyakit asma adalah reaksi hiperreaktivitas bronkus, maka semua bahan iritan baik yang bersifat spesidik (alergen) maupun yang bersifat tidak spesifik dapat meneetuskan serangan asma. Bahan iritan tersebut dapat berupa asal obat nyamuk, asap rokok, obat semprot rambut, minyak wangi, bau bahan-bahan kimia, air dingin/es, udara dingin dll. Di antara semua bahan yang bersifat iritan aspesifik tersebut yang paling berbahaya adalah asap rokok. Terdapat bukti yang jelas bahwa asap rokok dapat menurunkan fungsi paru. Jadi penghindaran terhadap asap rokok adalah sangat penting Olah raga Latihan olah raga yang terlalu berat dapat menimbulkan serangan asma pada sebagian besar penderita, sedangkan latihan jasmani sangat diperlukan oleh anak asma untuk menambah kepercayaannya pada diri sendiri dan juga untuk meningkatkan daya tahan tubuhnya terhadap rangsangan yang dapat mencetuskan serangan asma. Latihan senam pernafasan misalnya, selain bermanfaat untuk meningkatkan kekuatan tubuh seeara umum, juga mempunyai tujuan khusus yakni memperkuat otot-otot pernafasan dan mengatur irama pernafasan sehingga pada akhirnya akan terjadi peningkatan fungsi paru. Pada dasarnya anak asma tidak dilarang untuk melakukan olah raga apapun, baik yang bersifat hobi maupun yang bersifat kompetitif. Semua kegiatan olah raga tersebut dapat dilakukan di luar serangan dan disesuaikan dengan kekuatan dan ketahanan masing-masing anak. Latihan olah raga hams dilakukan secara teratur, dan sedikit demi sedikit porsinya dapat ditingkatkan. Untuk mengurangi kemungkinan terjadinya asthma maka sebaiknya melakukan pemanasan dulu sebelum melakukan latihan fisik yang berat dan kalau perlu memakai obat sebelumnya. Latihan olah raga yang terbaik adalah berenang, karena olah raga ini dapat meningkatkan ketahanan safaf otonom dan juga dapat memperkuat otot-otot pernafasan Faktor emosi Gangguan emosi dapat mengakibatkan terjadinya bronkokonstriksi, hal ini diduga terjadi melalui aktivitas jalur parasimpatis. KLASIFIKASI Dalam GINA 2004, klasifikasi derajat penyakit asma menurut tingkat gejala, keterbatasan aliran udara, dan fungsi paru dikategorikan ke dalam empat kategori Yaitu

Dengan mengacu pada GINA 2004, Pedoman Nasional Asma Anak Indonesia tahun 2004 membagi klasifikasiderajat penyakit asma menjadi Asma episodik jarang (Asma dengan serangan jarang) Umumnya serangan dicetuskan oleh infeksi virus pada saluran nafas bagian atas dengan gejala pilek, demam ringan dan sakit tenggorokan. Gejala yang timbul lebih menonjol pada malam hari. Mengi dapat berlangsung selama 3 - 4 hari tetapi batuk-batuknya dapat

sampai 10 - 14 hari. ()bat yang di berikan : beta 2 agonis atau ephedrine per oral atau kalau perlu dapat dikombinasi dengan teofilin oral. Pada serangan yang agak berat dapat ditambahkan kortikosteroid per oral untuk jangka pendek. Bentuk serangan asma pada anak sebagian besar (70 - 74%) adalah bentuk yang tingan ini. Setelah serangan dapat diatasi, sebaiknya pengobatan tetap diteruskan selama 10 - 14 hari setelah bebas serangan untuk menekan hiperreaktivitas bronkus yang mungkin Malt terjadi. Asma episodik sering (Asma dengan serangan sering) Serangan biasanya didahului oleh infeksi virus akut pada saluran nafas bagian atas. Pada anak di atas usia 5 tahun dapat terjadi serangan dengan penyebab yang lain; biasanya orang tua menghubungkannya dengan perubahan cuaca, alergen/iritan, perubahan cuaca, kegiatan jasmani yang berlebihan atau emosi/ stress. Umumnya gejala memburuk pada malam hari dengan batuk dan mengi sehingga mengganggu tidumya. Asma jenis ini merupakan 20 - 25% bentuk serangan asma pada anak. Pada serangan asma jenis ini pengobatan profilaksis sudah harus dimulai. Pada seorang anak yang diketahui kalau menderita serangan infeksi virus akut pada saluran napas atas terjadi serangan asma, maka setiap kali ia mendapat serangan infeksi harus diberikan bronkhodilator selama paling sedikit 14 hari dikombinasi dengan kortikosteroid jangka pendek (kurang dari 5hari). Pada seorang anak yang berdasarkan anemnesa dapat diduga faktor pencetusnya selain dicoba untuk dihindari, juga diberikan profilaksis bilamana temyata faktor pencetus tersebut sulit dihindari. Misal seorang anak yang pada anamnesa kalau melakukan olah raga terjadi serangan, sebelum dan sesudah latihan dapat diberikan agonis beta - 2 aerosol, teofilin oral atau natrium kromolin aerosol. Bilamana serangan akutnya sudah teratasi, tetap diberikan obat profilaksis natrium kromolin aerosol dan/atau kortikosteroid aerosol dan/atau ketotifen. Di bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM pengobatan ketotifen dengan dosis 2 x 1/2 mg pada anak kurang dari 3 tahun dan 2 x 1 mg untuk anak lebih 3 tahun selama 3 sampai 6 bulan memberikan basil yang cukup baik. Asma persisten. Biasanya kasus ini sangat jarang hanya merupakan 1 - 3% dari kasus asma anak. Kasus asma berat ini biasanya serangannya dimulai pada usia kurang dari 3 tahun, bahkan 25% kasus mendapat serangan sebelum usia 6 bulan. Pada golongan ini hampir setiap hari selalu ditemukan mengi dan pada malam hari disertai gangguan batuk. Aktivitas fisik sering menimbulkan serangan sehingga anak tidak dapat melakukan kegiatan olahraga. Biasanya terdapat riwayat atopi dalam keluarga. Sewaktu-waktu dapat terjadi serangan sesak berat sehingga memerlukan perawatan di rumah sakit. Kelompok ini memerlukan

obat kombinasi anti inflamasi dan bronkhodilator untuk jangka pan jang. Dapat diberikan antara 6 bulan sampai 2 tahun. Diusahakan obat-obat diberikan secara aerosol. Kalau tidak dapat, diberikan kombinasi obat oral dan obat aerosol dengan proporsi obat oral seminimal mungkin. Kasus yang berat ini sebaiknya ditangani oleh seorang dokter ahli (konsultan). Klasifikasi asma lain berdasarkan derajat serangan yaitu

PATOFISIOLOGI Obstruksi Saluran Respiratori

Penyempitan saluran nafas yang terjadi pada pasien asma dapat disebabkan oleh banyak faktor. Penyebab utamanya adalah kontraksi otot polos bronkial yang diprovokasimediator agonis yang dikeluarkan oleh sel inflamasi seperti histamin, triptase, prostaglandin D2, dan leukotrien C4 yang dikeluarkan oleh sel mast, neuropeptidase yang dikeluarkan olehsaraf aferen lokal dan asetilkolin yang berasal dari saraf eferen post ganglionik. Akibat yangditimbulkan dari kontraksi otot polos saluran nafas adalah hiperplasia kronik dari otot polos, pembuluh darah, serta terjadi deposisi matriks pada saluran nafas. Namun,dapat juga timbul pada keadaan dimana saluran nafas dipenuhi sekret yang banyak, tebal dan lengket pengendapan protein plasma yang keluar dari mikrovaskularisasi bronkial dan debrisseluler . Secara garis besar, semua gangguan fungsi pada asma ditimbulkan oleh penyempitan saluran respiratori, yang mempengaruhi seluruh struktur pohon trakeobronkial. Salah satumekanisme adaptasi terhadap penyempitan saluran nafas adalah kecenderungan untuk bernafas dengan hiperventilasi untuk mendapatkan volume yang lebih besar, yang kemudiandapat menimbulkan hiperinflasi toraks. Perubahan ini meningkatkan kerja pernafasan agar tetap dapat mengalirkan udara pernafasan melalui jalur yang sempit dengan rendahnya compliance pada kedua paru. Inflasi toraks berlebihan mengakibatkan otot diafragma dan interkostal, secara mekanik, mengalami kesulitan bekerja sehingga kerjanya menjadi tidak optimal . Peningkatan usaha bernafas dan penurunan kerja otot menyebabkan timbulnyakelelahan dan gagal nafas Hiperaktivitas Saluran Respiratori Mekanisme terhadap reaktivitas yang berlebihan bronkus yang menyebabkan penyempitan saluran napas sampai saat ini tidak diketahui, namun dapat berhubungan dengan perubahan otot polos saluran nafas yang terjadi sekunder serta berpengaruh terhadapkontraktilitas ataupun fenotipnya. Sebagai tambahan, inflamasi pada dinding saluran nafasyang terjadi akibat kontraksi otot polos tersebut. Saluran respiratori dikatakan hiperreaktif atau hiperresponsif jika pada pemberianhistamin dan metakolin dengan konsentrasi kurang 8g% didapatkan penurunan Forced Expiration Volume (FEV1) 20% yang merupakan kharakteristik asma, dan juga dapatdijumpai pada penyakit yang lainnya seperti Chronic Obstruction Pulmonary Disease (COPD), fibrosis kistik dan rhinitis alergi. Stimulus seperti olahraga, udara dingin, ataupunadenosin, tidak memiliki pengaruh langsung terhadap otot polos saluran nafas (tidak sepertihistamin dan metakolin). Stimulus tersebut akan merangsang sel mast, ujung serabut dan sellain yang terdapat disaluran nafas untuk mengeluarkan mediatornya. Otot polos saluran respiratori

Pada penderita asma ditemukan pemendekan dari panjang otot bronkus. Kelainan inidisebabkan oleh perubahan pada aparatus kontraktil pada bagian elastisitas jaringan otot polos atau pada matriks ektraselularnya. Peningkatan kontraktilitas otot pada pasien asma berhubungan dengan peningkatan kecepatan pemendekan otot. Sebagai tambahan, terdapat bukti bahwa perubahan pda struktur filamen kontraktilitas atau plastisitas dari sel otot polosdapat menjadi etiologi hiperaktivitas saluran nafas yang terjadi secara kronik .Peran dari pergerakan aliran udara pernafasan dapat diketahui melalui hipotesis pertubed equilibrium, yang mengatakan bahwa otot polos saluran nafas mengalami kekakuan bila dalam waktu yang lama tidak direnggangkan sampai pada tahap akhir, yang merupakanfase terlambat, dan menyebabkan penyempitan saluran nafas yang menetap atau persisten.Kekakuan dari daya kontraksi, yang timbul sekunder terhadap inflamasi saluran nafas,kemudian menyebabkan timbulnya edema adventsial dan lepasnya ikatan dari tekanan rekoilelastis.Mediator inflamasi yang dilepaskan oleh sel mast, seperti triptase dan proteinkationik eosinofil, dikatakan dapat meningkatkan respon otot polos untuk berkontraksi, samaseperti mediator inflamasi yang lainnya seperti histamin. Keadaan inflamasi ini dapatmemberikan efek ke otot polos secara langsung ataupun sekunder terhadap geometri saluran nafas. Hipersekresi mukus Hiperplasia kelenjar submukosa dan sel goblet sering kali ditemukan pada salurannafas pasien asma dan penampakan remodeling saluran nafas merupakan karakteristik asmakronis. Obstruksi yang luas akibat penumpukan mukus saluran nafas hampir selalu ditemukan pada asma yang fatal dan menjadi penyebab ostruksi saluran nafas yang persisiten padaserangan asma berat yang tidak mengalami perbaikan dengan bronkodilator .Sekresi mukus pada saluran nafas pasien asma tidak hanya berupa peningkatanvolume saja tetapi juga perbedaan pada viskoelastisitas. Penebalan dan perlengketan darisekret tidak hanya sekedar penambahan produksi musin saja tetapi terdapat juga penumpukansel epitel, pengendapan albumin yang bersal datri mikrovaskularisasi bronkial, eosinofil, dan DNA yang berasal dari sel inflamasi yang mengalami lisis.Hipersekresi mukus merefleksikan dua mekanisme patofisiologi yaitu mekanismeterhadap sekresi sel yang mengalami metaplasia dan hiperplasia dan mekanisme patofisologihingga terjadi sekresi sel granulasi.Degranulasi sel Goblet yang dicetuskan oleh stimuluslingkungan, diperkirakan terjadi karena adanya pelepasan neuropeptidase lokal atau aktivitas jalur refleks kolinergik. Kemungkinan besar yang lebih penting adalah degranulasi yangdiprovokasi oleh mediator inflamasi, dengan aktivitas perangsang sekret, seperti neutrofilelastase, kimase sel mast, leukotrien, histamin, produk neutrofil non-protease

PATOGENESIS Asma merupakan penyakit obstruksi jalan nafas yang reversibel dan ditandai olehserangan batuk, mengi dan dispnea pada individu dengan jalan nafas hiperreaktif. Tidak semua asma memiliki dasar alergi, dan tidak semua orang dengan penyakit atopik mengidapasma. Asma mungkin bermula pada semua usia tetapi paling sering muncul pertama kalidalam 5 tahun pertama kehidupan. Mereka yang asmanya muncul dalam 2 dekade pertamakehidupan lebih besar kemungkinannya mengidap asma yang diperantarai oleh IgE danmemiliki penyakit atopi terkait lainnya, terutama rinitis alergika dan dermatitis atopik.Langkah pertama terbentuknya respon imun adalah aktivasi limfosit T oleh antigenyang dipresentasikan oleh sel-sel aksesori, yaitu suatu proses yang melibatkan molekul Major Histocompability Complex atau MHC (MHC kelas II pada sel T CD4+ dan MHC kelas I padasel T CD8+). Sel dendritik merupakan Antigen Precenting Cells (APC) utama pada saluranrespiratori. Sel dendritik terbentuk dari prekursornya di dalam sumsum tulang, lalumembentuk jaringan yang luas dan sel-selnya saling berhubungan di dalam epitel saluranrespiratori. Kemudian, sel-sel tersebut bermigrasi menuju kumpulan sel-sel limfoid di bawah pengaruh GM-CSF, yaitu sitokin yang terbentuk oleh aktivasi sel epitel, fibroblas, sel T,makrofag, dan sel mast. Setelah antigen ditangkap, sel dendritik pindah menuju daerah yang banyak mengandung limfosit.Di tempat ini, dengan pengaruh sitokin-sitokin lainnya, seldendritik menjadi matang sebagai APC yang efektif Reaksi fase cepat pada asma dihasilkan oleh aktivasi sel-sel yang sensitif terhadapalergen Ig-E spesifik, terutama sel mast dan makrofag. Pada pasien dengan komponen alergiyang kuat terhadap timbulnya asma, basofil juga ikut berperan. Reaksi fase lambat pada asmatimbul beberapa jam

lebih lambat dibanding fase awal. Meliputi pengerakan dan aktivasi darisel-sel eosinofil, sel T, basofil, netrofil, dan makrofag. Juga terdapat retensi selektif sel T pada saluran respiratori, ekspresi molekul adhesi, dan pelepasan newly generated mediator .Sel T pada saluran respiratori yang teraktivasi oleh antigen, akan mengalami polarisasi kearah Th2, selanjutnya dalam 2 sampai 4 jam pertama fase lambat terjadi transkripsi dantransaksi gen, serta produksi mediator pro inflamasi, seperti IL2, IL5, dan GM-CSF untuk pengerahan dan aktivasi sel-sel inflamasi. Hal ini terus menerus terjadi, sehingga reaksi faselambat semakin lama semakin kuat.

Hipertrofi

dan

hiperplasia

otot

polos

saluran

respiratori

serta

sel

goblet

dan

kelenjar submukosa terjadi pada bronkus pasien asma, terutama yang kronik dan berat. Secarakeseluruhan, saluran respiratori pasien asma, memperlihatkan perubahan struktur saluranrespiratori yang bervariasi dan dapat menyebabkan penebalan dinding saluran respiratori Remodeling juga merupakan hal penting pada patogenesis hiperaktivitas saluran respiratoriyang non spesifik, terutama pada pasien yang sembuh dalam waktu lama (lebih dari 1-2tahun) atau yang tidak sembuh sempurna setelah terapi inhalasi kortikosteroid.Gejala asma, yaitu batuk sesak dengan mengi merupakan akibat dari obstruksi bronkus yang didasari oleh inflamsai kronik dan hiperaktivitas bronkus. Inhalasi alergen akan mengaktifkan sel mast intralumen, makrofag alveolar, nervusvagus dan mungkin juga epitel saluran nafas. Peregangan vagal menyebabkan refleks bronkus, sedangkan mediator inflamasi yang dilepaskan oleh sel mast dan makrofag akanmembuat epitel jalan nafas lebih permeabel dan memudahkan alergen masuk ke dalam submukosa sehingga memperbesar reaksi yang terjadi Mediator inflamasi secara langsung maupun tidak langsung menyebabkan seranganasma, melalui sel efektor sekunder seperti eusinofil, netrofil, trombosit dan limfosit. Sel-selinflamasi ni juga mengeluarkan mediator yang kuat seperti leukotrien, tromboksan, Platelet Activating Factors (PAF) dan protein sititoksis memperkuat reaksi asma. Keadaan inimenyebabkan inflamasi yang akhirnya menimbulkan hiperaktivitas bronkus. GEJALA

Frekuensi dan beratnya serangan asma bervariasi. Beberapa penderita lebih sering terbebas dari gejala dan hanya mengalami serangan sesak nafas yang singkat dan ringan, yang terjadi sewaktu-waktu. Penderita lainnya hampir selalu mengalami batuk dan mengi (bengek) serta mengalami serangan hebat setelah menderita suatu infeksi virus, olah raga atau setelah terpapar oleh alergen maupun iritan. Menangis atau tertawa keras juga bisa menyebabkan timbulnya gejala. Suatu serangan asma dapat terjadi secara tiba-tiba ditandai dengan nafas yang berbunyi (wheezing, mengi, bengek), batuk dan sesak nafas. Bunyi mengi terutama terdengar ketika penderita menghembuskan nafasnya. Di lain waktu, suatu serangan asma terjadi secara perlahan dengan gejala yang secara bertahap semakin memburuk. Pada kedua keadaan tersebut, yang pertama kali dirasakan oleh seorang penderita asma adalah sesak nafas, batuk atau rasa sesak di dada. Serangan bisa berlangsung dalam beberapa menit atau bisa berlangsung sampai beberapa jam, bahkan selama beberapa hari. Gejala awal pada anak-anak bisa berupa rasa gatal di dada atau di leher. Batuk kering di malam hari atau ketika melakukan olah raga juga bisa merupakan satu-satunya gejala. Selama serangan asma, sesak nafas bisa menjadi semakin berat, sehingga timbul rasa cemas. Sebagai reaksi terhadap kecemasan, penderita juga akan mengeluarkan banyak keringat. Pada serangan yang sangat berat, penderita menjadi sulit untuk berbicara karena sesaknya sangat hebat. Kebingungan, letargi (keadaan kesadaran yang menurun, dimana penderita seperti tidur lelap, tetapi dapat dibangunkan sebentar kemudian segera tertidur kembali) dan sianosis (kulit tampak kebiruan) merupakan pertanda bahwa persediaan oksigen penderita sangat terbatas dan perlu segera dilakukan pengobatan. Meskipin telah mengalami serangan yang berat, biasanya penderita akan sembuh sempurna, Kadang beberapa alveoli (kantong udara di paru-paru) bisa pecah dan menyebabkan udara terkumpul di dalam rongga pleura atau menyebabkan udara terkumpul di sekitar organ dada. Hal ini akan memperburuk sesak yang dirasakan oleh penderita DIAGNOSA Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejalanya yang khas dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. ANAMNESIS Adanya serangan asma yang berulang

Adanya riwayat asma, alergi bahan-bahan tertentu Adanya pemaparan enviromental agent, penggunaan obat-obat yang belum pernah dipakai Ditemukan keluhan : mengi, batuk-batuk, dan sesak napas. Ada juga yang hanya mengeluh batuk berulang saja, sesak napas saja atau batuk-batuk tanpa dahak disertai sesak napas.

Berapa frekuensi dan lamanya serangan asma yang sudah pernah dialami Bagi penderita lama, ditanyakan obat yang pernah dipakai.

PEMERIKSAAN FISIK Saat serangan asma : Penderita tampak gelisah, sesak napas (takipneu/bradipneu),kerja otot nafas tambahan meninggkat, sianosis,kesadaran (normal/menurun) Stridor ekspirasi, ekspirasi diperpanjang, wheezing (mengi) Auskultasi : suara lemah, wheezing, ekspirasi diperpanjang Asma ringan wheezing saat ekspirasi, asma berat wheezing saat inspirasi dan ekspirasi Saat diluar serangan : Asma akut (sebelumnya) kelainan fisik tidak ada Asma kronik auskultasi didengarkan wheezing walaupun penderita tidak sesak napas PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan faal paru derajat obstruksi yang terjadi spirometri Peak flow meter Pemeriksaan laboratorium Darah Sputum : eosinofilia : eosinofilia, spiral crushman, kristal charcot leyden

Tes kulit dengan alergen Pengukuran kadar IgE serum untuk asma alergi Pemeriksaan radiologi Normal atau hiperinflasi Untuk mengetahui komplikasi : pneumotorak, pneumoni, atelektasis

Tes provokasi bronkus Untuk mengetahui hiperaktivitas bronkus, pada penderita diluar serangan, tes positif bisa timbul serangan asma, sehingga diagnosis asma positif Beberapa tes provokasi : provokasi beban kerja provokasi dengan hiperventilasi isokapnik udara dingin provokasi inhalasi dengan bahan : spesifik alergen tertentu nonspesifik histamin, prostaglandin

Analisis gas darah Bukan untuk diagnosis asma bronkial tapi untuk mendeteksi terjadinya gagal napas. Pemeriksaan EKG Melihat seberapa jauh pengaruh asma bronkial pada jantung.

DIAGNOSIS BANDING Asma pada anak dapat didiagnosis banding dengan: GER, OSAS rinosinobronkitis fibrosis kistik primary cilliary dyskinesis, vocal cord dysfunction benda asing Bronkiolitis, Bonkitis Pneumoni TBC paru

PENATALAKSANAAN Sasaran terapi pada pasien asma dengan menggunakan kortikosteroid inhalasi yaitu peradangan saluran nafas dan gejala asma. Terapi asma disini bertujuan untuk menghambat atau mengurangi peradangan saluran pernafasan serta mencegah dan atau mengontrol gejala asma, sehingga gejala asma berkurang/ hilang dan pasien tetap dapat bernafas dengan baik. Strategi terapi asma dapat dibagi menjadi dua yaitu terapi non farmakologi (tanpa menggunakan obat) dan terapi farmakologi (dengan obat).

Terapi Non Farmakologi Untuk terapi non farmakologi, dapat dilakukan dengan olah raga secara teratur, misalnya saja renang. Sebagian orang berpendapat bahwa dengan berenang, gejala sesak nafas akan semakin jarang terjadi. Hal ini mungkin karena dengan berenang, pasien dituntut untuk menarik nafas panjang-panjang, yang berfungsi untuk latihan pernafasan, sehingga otot-otot pernafasan menjadi lebih kuat. Selain itu, lama kelamaan pasien akan terbiasa dengan udara dingin sehingga mengurangi timbulnya gejala asma. Namun hendaknya olah raga ini dilakukan secara bertahap dan dengan melihat kondisi pasien. Selain itu dapat diberikan penjelasan kepada pasien agar menghindari atau menjauhkan diri dari faktor-faktor yang diketahui dapat menyebabkan timbulnya asma, serta penanganan yang harus dilakukan jika serangan asma terjadi. Terapi Suportif Pengobatan suportif pada serangan asma diperlukan. Pada keadaan tertentu, misalnya terjadi komplikasi berupa dehidrasi, asidosis metabolik, atau atelektasis, diperlukan tindakan untuk mengatasinya. Pada keadaan khusus, misalnya adanya gangguan secara psikologis, maka peran psikolog atau psikiater anak sangat diperlukan karena stres merupakan salah satu faktor pencetus serangan asma Terapi Farmakologi dapat dibagi menjadi dua jenis pengobatan yaitu: Quick-relief medicines, yaitu pengobatan yang digunakan untuk merelaksasi otot-otot di saluran pernafasan, memudahkan pasien untuk bernafas, memberikan kelegaan bernafas, dan digunakan saat terjadi serangan asma (asthma attack).Contohnya yaitu bronkodilator. Long-term medicines, yaitu pengobatan yang digunakan untuk mengobati inflamasi pada saluran pernafasan, mengurangi udem dan mukus berlebih, memberikan kontrol untuk jangka waktu lama, dan digunakan untuk membantu mencegah timbulnya serangan asma (asthma attack). Contohnya yaitu kortikosteroid bentuk inalasi. Pemberian obat pada asma dapat melalui berbagai macam cara, yaitu parenteral (melalui infus), per oral (tablet diminum), atau per inhalasi. Pemberian per inhalasi adalah pemberian obat secara langsung ke dalam saluran napas melalui hirupan. Pada asma, penggunaan obat secara inhalasi dapat mengurangi efek samping yang sering terjadi pada pemberian parenteral atau per oral, karena dosis yang sangat kecil dibandingkan jenis lainnya.

Dosis obat-obat yang sering dipakai untuk asma :

PENCEGAHAN Pengendalian lingkungan, pemberian ASI eksklusif minimal 6 bulan, penghindaran makanan berpotensi alergenik, pengurangan pajanan terhadap tungau debu rumah dan rontokan bulu binatang, telah terbukti mengurangi timbulnya alergi makanan dan khususnya dermatitis atopik pada bayi. Di samping itu, setiap keluarga yang memiliki anak dengan asma haruslah melakukan pengendalian lingkungan, antara lain: menghindarkan anak dari asap rokok; tidak memelihara binatang berbulu seperti anjing, burung, kucing; memperbaiki ventilasi ruangan; mengurangi kelembaban kamar untuk anak yang sensitif terhadap debu rumah dan tungau. Langkah preventif lainnya adalah pencegahan secara primer, sekunder, dan tersier. Pencegahan primer (prenatal) dilakukan pada ibu hamil yang memiliki riwayat atopi (alergi) pada dirinya, keluarga, anak sebelumnya, atau pada suami. Pencegahan primer bertujuan mencegah terjadinya sensitisasi pada janin intrauterin (saat berada di dalam kandungan) dan dilakukan saat janin masih berada di dalam kandungan dan menyusu. Ibu hamil dan ibu yang sedang menyusui hruslah menghindari faktor pemicu (inducer) seperti: asap rokok atau makanan yang alergenik. Pencegahan sekunder bertujuan mencegah terjadinya inflamasi (peradangan) pada bayi atau anak yang sudah tersensitisasi. Tergetnya adalah bayi atau anak yang memiliki orang tua dengan riwayat atopi. Antihistamin diberikan selama 18 bulan pada anak dengan dermatitis atopi dan riwayat atopi pada orang tua. Pencegahan tersier bertujuan mencegah terjadinya serangan asma pada anak yang sudah menderita asma. Pencegahan berupa penghindaran pencetus maupun pemberian obat-obat pengendali (controller). KOMPLIKASI Pneumotorak Pneumoni Atelektasis Fraktur kosta

Anda mungkin juga menyukai