Anda di halaman 1dari 37

Fikih Kemenangan dalam HIJRAH

Sabtu, 04 Oktober 2008 Oleh : Syukri Wahid,drg (ketua DPD PKS Balikpapan)

Hari itu para petinggi Quraisy menggelar rapat tinggi di tempat pertemuan mereka yang bernama daarun nadwah, suatu tempat dimana mereka sering melakukan musyawarah untuk mengambil keputusan-keputusan resmi berkenaan dengan semua permasalahan kota makkah. Pada tahun itu, usia dakwah Nabi telah memasuki tahun ke 13 dari awal kenabian. Arus dawah nabi yang berpijak kepada Tauhid, dari tahun ketahun memperlihatkan perkembangan yang signifikan, semakin banyak putra putri terbaik Makkah yang masuk kedalam pangkuan Islam, sehingga pada waktu itu semua klan suku Quraisy sudah ada pemeluk agama Islamnya. Bagi Quraisy, hal tersebut adalah ancaman besar bagi eksistensi peradaban mereka. Usaha mereka untuk membendung dawah beliau selama ini tidak memperlihatkan hasil yang sesuai dengan harapan mereka, berbagai cara sudah ditempuh, mulai dengan teror psikis, fisik serta cara-cara lembut seperti merayu beliau dengan harta, tahta dan wanita tidak membuat beliau bergeser dari dawah. Karena itu puncaknya mereka menggelar rapat tinggi untuk mencari senjata ampuh untuk menghentikan dakwah beliau. Konspirasi Pembunuhan Beberapa usulan berkembang dalam rapat tersebut, ada usulan untuk mengusir Muhammad ke luar kota madinah, namun dibantah oleh beberapa petinggi mereka, bahwa jika kita usir maka secara politis kita kalah, karena mungkin saja muhammad akan membangun basis dakwahnya dikota lain dan jika sudah besar dia akan menyerang kita, dan juga secara citra kita (orang-orang makkah) akan diangggap oleh publik sebagai kota yang sektarian dan tertutup, hanya karena berbeda paham dengan mayoritas masyarakat langsung diusir dari Makkah, bukankah makkah tiap tahunnya terbuka untuk seluruh bangsa Arab untuk melaksanakan ibadah haji, semua bisa datang kesana tanpa ada penindasan. Usulan kedua menginginkan Muhammad dipenjara saja, agar dia tidak bisa melakukan dawahnya kemasyarakat. Usulan inipun ditolak karena dengan 1

dipenjara akan mengundang simpati orang lain, sehingga akan menambah banyak orang yang mendukung dakwahnya, apalagi Muhammad sudah terlanjur dikenal pribadi yang jujur oleh publik. Dalam buku-buku tentang siroh nabawiyah, diriwayatkan dalam pertemuan tersebut tiba-tiba hadir iblis yang menjelma dalam bentuk manusia tua renta, dia mengusulkan agar Muhammad dibunuh saja, alasannya sederhana untuk bisa menghentikan risalah Islam, bunuhlah pembawa risalahnya. Pendapat ini diaminkan oleh Abu Jahal, sehingga dia mengusulkan agar tiap kabilah mengutus seorang jawaranya dan membunuh Muhammad secara bersama-sama, agar darah Muhammad tercecer disemua kabilah, dengan demikian bani Hasyim (suku Nabi Muhammad SAW) tidak akan sanggup melawan kita semua. Makar musuh vs Makar Allah Makar keji kafir quraisy tersebut diabadikan oleh Allah SWT dalam surat al anfal ayat 30, sekaligus Allah SWT memberitahukan rencana makar quraisy ini kepada Nabi, dimana Allah SWT berfirman,:dan ingatlah ketika orang-orang kafir membuat makar keji/tipu daya terhadapmu untuk meangkap & memenjarakanmu atau membunuhmu atau mengusirmu. Mereka membuat tipu daya dan Allah membatalkan tipu daya itu. Dan Allah adalah sebaik-baik pembuat tipu daya. Jika para musuh Allah SWT memiliki planing strategis membunuh Nabi sebagai pemimpin risalah Islam, maka Allah SWT juga memiliki perencanaan yang lebih jitu untuk menyelamatkan Nabi-Nya dari rencana pembunuhan tersebut. Semua prosedural penyelamatan Nabi SAW ini kita kenal dengan peristiwa Hijrah. Bukti pertama kekalahan makar para kafir quraisy adalah hilangnya secara tiba-tiba kaum muslimin dari interaksi pergaulan sosial kota Makkah, ternyata sebelum para petinggi quraisy rapat, Nabi SAW sudah terlebih dahulu mengistruksikan semua para sahabat untuk segera meninggalkan kota Makkah dan berhijrah menuju Madinah, kecuali beberapa sahabat saja yang ditunjuk beliau untuk tetap tinggal di Makkah untuk tugas-tugas tertentu, sehingga para petinggi quraisy sudah menduga terjadi kebocoran pada rencana mereka. Kemudian seluruh jawara Quraisy berkumpul mengepung rumah Rasulullah SAW, sehingga pada waktu yang disepakati mereka langsung membunuh beliau, apa yang terjadi para pembaca sekalian, ternyata Rasulullah SAW menyuruh Ali bin Abu Thalib untuk menggantikan beliau untuk tidur diatas ranjangnya. Kemudian atas makar atau tipu daya Allah SWT beliau keluar dari rumah melewati para jawara Quraisy tanpa terlihat, beliau pun sempat menabur pasir diatas kepala seorang musuh pada saat itu. Hal tersebut tidak disadari oleh mereka, sehingga salah satu dari mereka berkata,sungguh Muhammad telah meninggalkan kalian, dan dia menaburi pasir diatas kepala kalian, terkaget mereka, tak ayal mereka langsung masuk ke kamar Rasulullah SAW dan sungguh terkejutnya mereka karena yang tidur diatas ranjang adalah Ali bin Abu Thalib. Fikih Tamkin (Kemenangan) dalam Perjalanan Hijrah

Proses Hijrahnya Nabi SAW merupakan seni berperang tersendiri,disana banyak terdapat siyasah syariyah (politik yang syari) menurut DR.Said Ramadhan dalam buku fiqhussirahnya .Ketika orang kafir Quraisy memastikan Muhammad telah lolos dari upaya pembunuhan yang mereka lakukan, maka mereka menginstruksikan agar status makkah menjadi siaga satu, semua sipil dan militer makkah dikerahkan untuk menangkap hidup-hidup Muhammad bahkan mereka menggoda semua orang dengan cara membuat sayembara berhadiah ,jika ada yang sanggup menangkap Muhammad maka akan diberi hadiah 1000 ekor unta. Sekali lagi Allah SWT adalah sebaik-baik pembuat tipu daya, namun tipu daya ini diturunkan Allah melalalui tahap-tahap prosedural manusiawi artinya bagaimana Allah menyelamatkan Nabinya itu tidaklah terlepas dari ikhtiar maksimal dari Nabi untuk menyusun rencana penyelamatan dirinya sendiri. a. Menjaga kerahasiaan Perjalanan Bukti nabi mengelola kemenangan ditempuh dengan ikhtiar manusiawi adalah menjaga kerahasian perjalanan, bahkan terhadap keluarga dekat beliau dan Abu bakarpun tidak diberitahu. Hal ini dalam rangka memastikan perjalanan beliau aman dan tidak terdeteksi oleh pihak musuh, dan hanya memberitahu kepada orang-orang tertentu saja, karena seringkali kegagalan sebuah operasi politik karena sudah bocor terlebih dahulu. b. Menghilangkan jejak perjalanan Pasukan musuh menduga kuat bahwa Muhammad lari menuju madinah, maka mereka mengejar kearah utara kota makkah, namun diluar dugaan Nabi dan Abu bakar justru berjalan ke arah selatan, ini bukti Nabi menempuh siyasah atau siasat perang dengan cara mengecoh musuh. Beliau bersembunyi di gua tsuur selama 3 hari. Bisa kita bayangkan kepanikan orang quraisy, bagaimana bisa muhammad dalam hitungan jam tidak dapat terdeteksi keberadaannya. c.orang yang tepat untuk pekerjaan yang tepat pula Nabi Muhammad SAW pernah mengatakan kepada sahabat,ketahuilah sesungguhnya perang itu adalah tipu daya, dan dalam proses hijrah itu nabi benar-benar mempraktekkannya, yaitu memakai orang-orangnya untuk sebuah tugas khusus. Tiga hari digua tsuur tentu Nabi SAW butuh makanan dan minuman, bagaimana cara Nabi SAW mendapatkan suplai logistik tersebut? Adalah dengan cara melibatkan dua orang, pertama adalah Asma binti Abu Bakar yang tiap siang membawa makanan, dimana dalam hamil tua beliau berjalan sejauh 5 mil untuk membawa makanan, orang kedua adalah Amir bin fuhairah, seorang mantan budak 3

yang sengaja mengembala kambing yang gemuk dekat dari gua tsuur agar air susunya bisa diminum oleh Rasulullah SAW dan Abu Bakar, sekaligus juga kambing-kambing itu akan menghapus jejak kaki dari Asma binti abu bakar sepanjang perjalanan. Itu dari sisi logistik, karena ini adalah perang politik, maka akses data informasi sangat berharga disini, namun bagaimanakah cara agar Nabi bisa mengetahui seluruh gerak-gerik musuhnya walau beliau berada didalam gua tsuur sekalipun . Orang yang tepat untuk merekam semua aktivitas Quraisy adalah Abdullah bin Abu bakar, setiap sore menjelang malam, Abdullah berangkat menuju gua tsuur untuk melaporkan semua informasi yang didapatkannya kepada Nabi, ini yang dalam dunia intelejen disebut dengan spionase atau mata-mata. Mungkin kita bisa bertanya kenapa tidak Asma saja yang membawa informasi ini sekaligus pada saat membawa rantangan makan? Inilah nilai siyasah (politik) diantaranya yang beliau lakukan. Masih ada satu lagi, yaitu akses jalan ke Madinah, Nabi SAW sadar persis bahwa semua akses jalan ke Madinah pasti akan dijaga ketat oleh pihak musuh, karena itu Nabi SAW memerlukan orang yang bisa menuntun jalan ke Madinah dengan menggunakan jalur jalan yang tidak lazim, dan orang yang dipakai Nabi SAW adalah Abdullah bin Uraiqith, seorang yang masih beragama jahiliyah, namun disini babnya bukan bab akidah, bahwa dalam perang sarana yang bisa memenangkan dawah harus dimaksimalkan, walau itu harus memanfaatkan seorang dari kalangan mana saja, yang jelasnya Nabi memberi upah setimpal kepadanya, dan Abdullah berkewajiban menuntun nabi sampai ke madinah, jadi ini murni bisnis jasa juga. Ulama sejarah lebih sering menyebutnya dengan istilah intifa (seni memanfaatkan musuh). d.Usaha dulu baru tawakkal Memang tipis antara ruang ikhtiar atau usaha dengan tawakkal, usaha adalah wilayah manusia namun tawakkal adalah wilayah Allah SWT. Proses hijrah ini memadukan keduanya dalam proposianal yang sebenarnya. Perencanaan Nabi yang begitu matang, mulai dari waktunya, orang-orang yang dilibatkan, sarana yang dipakai, antisipasi resiko perjalanan, pendek kata semua itu lahir dari wilayah ikhtiar kemanusiaan Nabi.Yang jelas Nabi mengeluarkan semua potensi bashariyah (kemanusiaan) untuk merencanakan kemenangan tersebut, intinya disitu. Cobalah perhatikan, ketika beliau dan Abu Bakar bersembunyi digua tsuur, dan sehebat-hebatnya beliau merencanakan semua dengan matang, ketika hari ketiga persembunyian, tiba-tiba ada sekelompok pasukan berkuda musuh yang sampai juga memantau ke gua tsuur, ketika mereka telah berada dimulut gua untuk melihat kedalam, Abu Bakar berkata kepada Nabi Muhammad SAW,Ya, Rasulullah sekiranya mereka melihat dan menunduk kebawah, niscaya kita akan ketahuan?, Nabi menjawab, la,tahzaan, innallaha maana , janganlah engkau takut karena Allah bersama kita. Inilah yang kita sebut tawakkal, dimana ketika kita telah 4

mengeluarkan seluruh ikhtiar kita dan tidak ada lagi akal diatas itu, barulah jurus yang paling ampuh adalah tawakkal, dan disitulah nanti Allah menurunkan pertolongan-Nya, sehingga tawakkal adalah cara kita menggoda Allah agar mau menolong kita. Para pakar manajemen modern selalu mengatakan bahwa, kita memang percaya dengan perencanaan, namun kita lebih yakin dengan ketidakpastian . Semoga pelajaran hijrah dalam perpektif politik akan semakin mengantarkan kita kepada sebuah kesimpulan utama bahwa, memang kemenangan itu harus dimimpikan, kita punya banyak mimipi-mimpi kemenangan ditahun ini, namun yang pasti kita harus kita lakukan adalah mendatangkan semua faktor-faktor kemenangan tersebut dalam ikhtiar kita, nanti biar Allah yang menentukan bahwa kita memang layak untuk ditolong, memang layak untuk diberi kemenangan. SELAMAT TAHUN BARU ISLAM 1 MUHARRAM 1429 H

Mehnah Zaman Fitnah


Ahad, 6 Februari 2011

Zaman ini tak bersempadan lagi. Segalanya telus, terus menerus tanpa hijab. Andai dulu, untuk berhubung dengan rakan yang berada ribuan kilometer, kita hanya mampu mengirim surat yang akan berbalas sebulan kemudian. Maka kini kita sudah mampu melihat dan bercakap dengannya melalui YM dan sidang video. Alhamdulillah. Segalanya mudah kepada kita. Begitulah ibu saya diyakinkan tentang dekatnya anak lelakinya untuk disantuni, meski jasad saya telah berada ribuan kilometer di tanah arab. Pakai pula topi hitam untuk melihat keburukanya pula. Jangan hanya dipandang pada sudut positif sahaja, kita akan tenggelam dalam arus ketidakpedulian terhadap ancaman yang juga datang berpakej dengan manfaat tadi. Sekitar awal 2000, gelombang 'kerosakan' bermula dengan chatting. Cybercafe menjadi tumpuan anak-anak muda bersembang melalui maya. Implikasinya cukup mengejutkan. Malah ada yang akhirnya dinodai hasil dari chatting tersebut. Kerosakan dari teknologi yang sama. Selepas itu, timbul pula masalah pornografi. Serangan ini cepat menular ke sekolah-sekolah yang secara tidak langsung membantu ke arah kebejatan ini apabila menyediakan kemudahan komputer berinternet tanpa kawalan kepada para pelajar. Namun, harus diingati bahwa, bukan hanya pemuda dan remaja sahaja yang tenggelam dalam arus pornografi bahkan juga para 'petua' yang rata-ratanya berpangkat ayah dan ibu malah datuk. 6

Sekali lagi gelombang kerosakan melanda dari teknologi yang sama. Kini, hampir genap 10 tahun negara ini melalui zaman Millenium. Segala peralatan yang tersedia cukup canggih dan memudahakan para pengguna. Saya kini kerap berurusniaga hanya dengan bebutang keyboard IPHONE . Mudah dan cepat. Jarang sekali ke ATM untuk mengepam not-not merah malah hijau. Segalanya hampir boleh dicapai hanya menggerakkan hujung jari. Akhbar digital semakin meluas kepenggunaannya. Blog dan laman web tumbuh melata bagai cendawan lepas hujan. Facebook bagaikan tidak boleh dipisahkan dari rutin seharian. Almarhum Us Ismail Kamus Andai dulu, gelombang kerosakan kecanggihan ICT ini hanya jelas kepada mereka yang 'kurang baik'. Tidak lagi kini. Gelombang itu juga telah menghidu orang-orang baik, ustaz-ustaz, orang agama, politik dan sebagainya. Cuma konteksnya mungkin berbeza. September 2009 yang lalu, saya menerima lebih 50 sms dan lebih 70 email. Berita kematian Us Ismail Kamus, penceramah terkenal di Malaysia. Sewaktu sms pertama bertandang, saya menyemak internet, mencari-cari pengesahan berita tersebut. Akhirnya terjumpa kenyataan keluarga Us Ismail Kamus yang menafikan perkara tersebut seawal tengah hari 27 September 2009. Namun, berita itu tetap tersebar sehingga ke tengah hari 28 September 2009 dan ada juga yang bersudaha untuk menyebarkannya melalui saluran radio. Dan hakikat yang sedih untuk diterima ialah, mereka 'orang baik-baik'. Letih untuk memperbaiki semula keadaan itu. Reply menanyak keabsahan, supaya si penghantar lebih beringat-ingat dan mengajar mereka tentang 'minda mengkaji dan menyelidik', bukan minda makan suap. KISAH MESIR Mesir dilanda kebankitan rakyat. Tunjuk perasaan diadakan di mana-mana. Alhamdulillah, ummat ini sudah ramai yang mahu cakna. Bukan lagi layu dan lena. Mereka bangkit bertanyakan khabar dan mencari berita. Lebih bagus, mereka berkongsi berita dan cerita. Ya, baik andai berita itu betul dan tepat. Sebaliknya, andai berita itu samar dan palsu, keburukan pasti akan lebih banyak dari kebaikan/ Kecaknaan dan kesudian untuk menyebarkan berita perlu dikembarkan dengan proses selidik dan kaji.

Itu baru kecil jika dibandingkan dengan penyalahgunaan QALAM yang amat berleluasa sekarang ini. Perompak maya, perogol maya, penipu maya, penculik maya malah pembunuh maya. Belum disenaraikan lagi fitnah dan propangan yang memecahbelahkan umat. Candu itu telah tersebar, jangan pula kita yang menjadi pengedar! Maka hari ini, minda kita harus berubah untuk mendepani arus zaman yang kian mencabar. Minda harus berada dalam kelas pertama. Minda itu adala minda mengkaji dan menyelidik. Minda yang sentiasa berfikir dan meneliti. Bukan minda jahiliyyah yang hanya menerima apa yang disuap. Bukankah firman Allah sentiasa mengajak kita mengkaji, menyelidik dan berfikir...? Saya cuba menulis satu dua artikel, tetapi nyata sekali menulis tanpa hati dan perHATIan, sukar sekali. Maka ada baiknya saya praktikkan ingatan Nabi SAW. Tatkala menjelangnya Qiamat, (berlakulah beberapa perkara iaitu), orang memberi salam hanya kepada golongan tertentu atau kerana ada kepentingan tertentu sahaja, berleluasanya perniagaan hingga isteri (terpaksa) menolong suaminya dalam perniagaan itu, gejala memutuskan silaturahmi, kesaksian yang palsu dan penyembunyian kesaksian yang benar, serta tersebar luasnya pena (tulisan bahan bacaan) [Hadith riwayat Ahmad] PESAN KEPADA WARTAWAN Kerja sebagai wartawan mengundang glamour. Semakin panas isu yang dimainkan, makin laku akhbar dan tabloid akan terjual. Namun, jangan lupa akan kepanasan isu itu akan berkadar langsung dengan panasnya api neraka, andai ada yang tidak betul dan tidak kena. Tulisan, pada saya lebih berbahaya dari kalam lidah. Tulisan biasanya kekal, modah disalin dan didokumenkan. Kekal dalam peradaban. Tulisan yang baik, kekal dalam rahmat dan berkat. Tulisan yang buruk, kekal dalam caci dan laknat. Sang penulis akan diganjar Allah. Baik dan buruk, tunggu dan tanggunglah. TAQWA DI MEDIA Penulis bertaqwa dengan menulis yang betul dan hak. Pembaca bertaqwa dengan meneliti dan menapis, bukan asal baca dan telan. Bukankah Allah berpesan supaya ditabayyunberita yang datang dari sang fasiq? Dan bukankah Rasulullah juga berpesan dengan satu pesanan yang tidak harus kita lupakan? 8

Daripada Abu Hurairah radhiyallahu anhu, bahawa Rasulullah shallallahu alayhi wa sallam telah bersabda: Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhirat, maka hendaklah dia itu berkata yang baik-baik atau diam sahaja. Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhirat maka hendaklah dia itu memuliakan jirannya. Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhirat, maka hendaklah dia itu memuliakan tetamunya (Hadith riwayat al-Bukhari dan Muslim) Jangan nanti terjebak pada kejahatan lisan yang diterjemahkan oleh tangan, pada menyatakan perkara yang sia-sia, apatah lagi yang mengundang dosa. Apakah sesiapa dari kalanganmu sanggup memakan daging saudaranya sendiri yang telah mati, sedangkan kamu amat membenci perlakuan itu? Saudara yang diumpat itu dianggap sebagai mayat kerana mayat tidak berupaya untuk mempertahankan dirinya ketika disakiti. Begitulah perihalnya pada memperkatakan benda-benda yang tidak elok tentang seseorang di belakangnya. Di alam internet, teknologi dan ICT yang serba mudah ini, berkatalah yang baikbaik, atau diam sahaja.Hanya iman yang menjadi pagar dan sempadannya, Islam yang menjadi passportnya. Dalam kesyukuran kita menyambut nikmat Allah berupa medium komunikasi dan penyebaran maklumat, hati berasa gundah dengan kebinasaan yang datang beriringan. Bertaqwalah kepada Allah, wahai penulis, wahai pembaca Demi generasi masa depan, ubahlah minda kita. Ubahlah tindakan kita. Ubah juga kerajaan Malaysia. HASANHUSAINI, Darul Muttaqin, Mu'tah, Jordan.

Fiqh Keutamaan: Konsep Dan Aplikasinya Dalam Kehidupan Daie Di Kampus


Oleh: Dr Zakuan Z. Deris 7 Muharram 1433H/ 2 Disember 2011

1.0 Pengenalan

Fiqh di sini bermaksud faham. Ini bersumber dari sabda Nabi s.a.w, Sesiapa yang dikehendaki Allah kebaikan, nescaya dia akan diberikan pemahaman agama. Manakala keutamaan diambil dari Bahasa Arab, awlawiyyaat. Al Quran dan sunnah menunjukkan kepada kita bahawa iman, amalan, ilmu serta peringkat syurga dan sebagainya mempunyai tingkatan-tingkatan tersendiri yang membezakan antara satu sama lain walaupun sepintas lalu, kesemuanya itu adalah sama-sama baik dan sama-sama diperlukan. Tingkatan-tingkatan yang berbeza ini menyebabkan ada sesuatu yang didahulu dan diutamakan, dan ada yang dikemudiankan. Memahami tingkatan-tingkatan ini dinamakan sebagai fiqh keutamaan.

Dalam realiti dakwah zaman kini, fiqh keutamaan dipopularkan oleh Syeikh Yusof Al Qaradawi melalui bukunya Fi Fiqh Awlawiyyat: Dirasati Jadidati fi Dhaui al Quran wa Sunnah (Keutamaan tugas-tugas kaum muslimin: Satu kajian baru dari perspektif al Quran dan Sunnah). Perbincangan Fiqh Keutamaan ini adalah kesinambungan dari perbincangan tulisan beliau sebelumnya iaitu Al-Sahwatul Islamiyyah: Bainal Juhud wal Tatarruf (Kebangkitan Islam antara Penolakan dan Melampau). Jadi sudah tentu kedua-dua perbincangan ini sangat penting dalam kehidupan daie.

2.0 Konsep Fiqh Keutamaan

Fiqh Keutamaan yang dimaksudkan adalah ilmu dan pemahaman dalam meletakkan sesuatu pada peringkat dan tangga yang sebenar, sesuai dengan pertimbangan ilmu, keadilan, hukum hakam, akhlaq, keadaan semasa dan keadaan 10

setempat. Segala sesuatu mesti diletakkan secara adil menurut syariat Islam tanpa adanya mana-mana bahagian yang dirugikan atau diabaikan.

Beberapa prinsip hasil dari pemahaman fiqh ini adalah: 1. Perkara yang paling penting mesti diutamakan berbanding dengan perkara yang penting dan perkara yang penting mesti diutamakan berbanding dengan perkara yang kurang penting. Iaitu mendahulukan perkara yang darurat (daruriyyat) daripada perkara yang diperlukan (hajiyyat), dan mendahulukan perkara yang diperlukan berbanding dengan perkara pelengkap (tahsiniyyat).Daruriyyat melibatkan lima kepentingan yang dijaga oleh hududuLlah iaitu agama, nyawa, aqal, harta serta maruah dan keturunan. 2. Perkara yang besar mesti diutamakan berbanding perkara yang kecil, perkara yang usul mengatasi perkara yang cabang, perkara yang fardu dan wajib lebih utama dari perkara yang sunat, perkara yang wajib segera lebih utama daripada wajib boleh ditangguh. 3. Perkara yang bersifat sosial/jamaie lebih utama dari perkara yang bersifat individu. 4. Membasmi perkara yang mungkar dan jelas haram lebih utama dari memerangi perkara makruh dan syubhah

Dalam menilai sesuatu yang penting: 1 Mengutamakan kemaslahatan yang diyakini terjadinya berbanding dengan kemaslahatan yang belum diyakini terjadi. 2 Mengutamakan kemaslahatan yang besar berbanding dengan kemaslahatan yang kecil. 3 Mengutamakan kepentingan individu. kepentingan orang ramai dan jemaah berbanding

4 Mengutamakan kepentingan golongan yang lebih banyak dari golongan yang sedikit. 5 Mengutamakan kepentingan kepentingan bersifat sementara. yang bersifat kekal berbanding dengan

6 Mengutamakan kepentingan yang bersifat mendasar berbanding dengan kepentingan bersifat sampingan dan pinggiran.

11

7 Mengutamakan kepentingan yang bersifat masa depan yang kuat berbanding dengan kepentingan sekarang yang lemah.

Dalam menilai sesuatu yang merosakkan, terdapat usul fiqh yang sangat jelas iaitu: 1. Dilarang menyebabkan timbulnya kemudaratan dan dilarang membalas balik kemudaratan kepada orang lain. 2. Kemudaratan mesti dihalangi mengikut kemampuan. 3. Kemudaratan tidak boleh dihalangi oleh kemudaratan yang sama atau lebih besar daripada kemudaratan yang sedia ada. 4. Apabila terpaksa memilih antara dua yang memudaratkan, maka hendaklah pilih yang kurang dan kecil akibatnya. 5. Untuk menghalangi kemudaratan yang lebih besar, dibolehkan untuk melakukan kemudaratan yang lebih kecil. 6. Untuk menghalang kemudaratan yang melibatkan orang ramai, dibolehkan melakukan kemudaratan yang menimpa individu.

Dalam hal ini, bila berlaku konflik antara kebaikan yang perlu dibuat dengan kerosakan yang perlu dicegah, ulama fikah juga menetapkan panduan seperti berikut: 1. Mencegah kerosakan lebih utama dari membuat kebaikan. 2. Membuat kerosakan yang kecil dibolehkan demi untuk mendapatkan kebaikan yang lebih besar. 3. Melakukan kerosakan yang bersifat sementara dibolehkan demi untuk mendapatkan kemaslahatan yang bersifat berterusan. 4. Kebaikan yang diyakini wujud tidak boleh ditinggalkan demi kerosakan yang mungkin berlaku.

Kita menerangkan prinsip-prinsip fiqh keutamaan ini dengan terperinci supaya daripada formula-formula ini boleh disesuaikan untuk atasi masalah-masalah yang dihadapi di tempat dan suasana berbeza. Ahli-ahli yang ditarbiah tidak lagi kelu dan kaku dalam membuat keputusan untuk kebaikan Islam dan dakwah.

12

3.0 Fiqh yang Tidak Matang

Kesilapan pemahaman daripada fiqh dan metodologinya menyebabkan munculnya fiqh yang negatif. Antaranya:

1. Fiqh Mehnah. Fiqh mehnah adalah muncul disebabkan oleh tekanan yang dahsyat kepada gerakan Islam. Ini menyebabkan fiqh yang terbit dalam suasana tersebut agak melampau. Pendakwah mengasingkan diri daripada masyarakat dan merasakan diri mereka lebih tinggi daripada masyarakat. Mereka menjadi komuniti yang ekslusif. Tempat solat dan keterlibatan dalam aktiviti masyarakat adalah berasingan. Apa yang dilakukan oleh masyarakat dinilai salah tanpa ada peluang untuk dibaiki. Hasil dari pemikiran ini, mereka cuba melakukan perubahan total dalam masyarakat tanpa menilai keutamaankeutamaan yang disebutkan sebelum ini.

1. Fiqh al Zhahiri. Iaitu fiqh yang berlandaskan kepada tekstual nas semata-mata tanpa melihat apakah maksud nas secara umum (maqosid syariyyah), perbandingan dengan nas-nas yang lain serta keutamaan-keutamaan dalam masyarakat.

1. Fiqh al Khariji. Ini adalah fiqh yang berjalan mengikut landasan khawarij yang terdahulu. Pengikutnya boleh jadi ikhlas dan berani tetapi pemikirannya terhad dan pandangannya sempit. Mereka keras, cepat menolak, menuduh dan berprasangka buruk kepada golongan pendokong Islam sendiri. Al Qaradawi menyebut bahawa mereka mempunyai sifat ujub dengan pandangan mereka yang sangat membinasakan. Keadaan ini sangat bahaya, biasa mengena pemuda-pemuda yang bersemangat dan baru berjinak dengan dakwah.

1. Fiqh Taqlidi. Ini adalah fiqh ikut-ikutan yang mencari penyesaian masalah mengikut satu-satu pandangan, aliran atau mazhab sahaja. Mereka hanya mengambil pandangan dari guru mereka sahaja yang boleh jadi sesuai di zaman guru tersebut. Mereka tidak melihat syariah dalam konteks yang lebih luas dan kesesuaian dengan keadaan semasa.

13

4.0 Kepentingan Memahami Fiqh Keutamaan

Kefahaman fiqh keutamaan ini sangat bergantung kepada ilmu, kebijaksanaan dan pemahaman realiti semasa dan setempat. Keutamaan-keutamaan ini berubah dengan perbezaan zaman, tempat dan keadaan. Perbezaan keutamaan ini sudah diamalkan oleh generasi sahabat lagi. Sebagai contohnya dalam pembahagian harta rampasan perang. Pada zaman Nabi, harta rampasan perang dibahagikan di kalangan pejuang-pejuang, tetapi semasa Umar r.a, beliau tidak melakukan perkara yang sama apabila Islam memasuki Iraq. Adakah Umar tidak mengetahui al Quran yang mengarahkan harta perang diagihkan? Adakah ini membelakangkan sunnah? Perkara ini dipertikaikan oleh sebahagian sahabat tetapi dijawab Umar r.a bahawa aku mahukan harta ini mencukupi untuk generasi awal dan akhir.Umar berhujah dengan kaedah pembahagian harta al Faie iaitu dan kepada orang-orang yang datang sesudah mereka (Al Hasyr 10).

Begitu juga ulama tabiin dan selepasnya, sentiasa membuka ruang ijtihad dan mencari ilmu baru untuk memudahkan ummah. Satu contoh yang jelas adalah tentang barang zakat. Semasa Nabi dan sahabat, zakat adalah dalam bentuk barangan. Tetapi hasil dari ijtihad ulama dan imam mazhab, zakat yang kita amalkan sekarang adalah dalam bentuk nilai kepada barangan tersebut. Jadi dengan ijtihad ini, wang-wang zakat senang diagihkan serta boleh disimpan dan diagihkan ditempat yang lebih memerlukan. Pemahaman tekstual dan sunnah dan perjalanan hidup Nabi SAW itu penting, tetapi yang lebih penting adalah maksud secara keseluruhan dalam syariat tersebut.

Jadi memahami perkara yang menjadi keutamaan itu bukanlah statik tetapi adalah mengikut keadaan semasa dan setempat. Ini menjadikan fiqh dan amal Islami itu bukannya suatu yang kaku yang tidak boleh tidak mesti ikut kaedah itu sahaja. Kefahaman, kecerdikan dan ilmu sangat penting untuk membolehkan seseorang atau sekumpulan orang dalam menilai yang utama dan kurang utama ini.

Kefahaman dalam fiqh ini membawa perancangan kepada masa depan ummah dan gerakan. Bidang-bidang yang menjadi keperluan ummah tidak akan terabai atau tercicir kerana perancangan yang rapi serta pengurusan ahli yang meliputi pelbagai kepakaran hidup yang diperlukan ummah. Setiap golongan dan individu tidak terlepas dari menjadi sasaran dakwah oleh gerakan Islam meliputi orang yang paling lemat sampailah yang paling kuat. Tumpuan diberikan kepada bidang yang 14

lemah dan kekurangan pakar. Setiap orang berperanan dalam bidang keutamaan mereka.

5.0 Keutamaan-keutamaan dalam Kehidupan Kampus Keutamaan menuntut Ilmu. Keperluan menuntut ilmu yang diamanahkan ini sangat tinggi keutamaannya. Bahkan keutamaan lain tidak seharusnya mengatasi keutamaan ini, dalam erti kata sekiranya mengancam objektif utama sebagai pelajar. Menuntut ilmu juga melibatkan banyak konsep-konsep keutamaan yang kita sebutkan sebelum ini.

1. Ilmu dan amal soleh. Amal soleh dan ibadah yang dilakukan tanpa ilmu adalah seumpama bangunan yang tiada asasnya. Oleh kerana ilmu yang menjelaskan rukun-rukun ibadah, tatacara, syarat dan segala kepentingan ibadah tersebut. Ilmu juga menjelaskan peringkat-peringkat ibadah, keutamaan-keutamaannya, urutan-urutannya sehingga dapat dibezakan antara perkara fardu, sunat dan selainnya. Jadi paling tidak dalam hal ini, daie perlu mendalami perkaraperkara asas fardu ain sampai dia boleh membezakan kategori amal soleh tersebut.

1. Menuntut ilmu lebih utama dari amalan sunat. Perkara ini adalah suatu yang sangat jelas kerana menuntut ilmu itu adalah wajib. Abu Hurairah r.a menyatakan, Aku duduk sesaat dalam memahami agamaku lebih baik bagiku dari solat sepanjang malam hingga ke pagi. Banyak lagi ucapan sahabat dan tabiin seumpamanya.

1. Kelebihan ilmu berbanding dengan jihad di medan. Ini adalah kerana kewajiban jihad, kaedah berjihad, bila dan di mana boleh berjihad, apa yang boleh dan apa yang tidak boleh semasa berjihad hanya diketahui melalui ilmu. Sudah berlaku peristiwa yang lepas di mana umat Islam menumpahkan darah dan harta di atas nama jihad tetapi yang mereka bantai adalah saudara se-Islam juga.

1. Menuntut Ilmu dan berhujah dengannya adalah jihad. Allah berfirman, Janganlah kamu patuh kepada orang-orang kafir dan perangilah mereka dengan 15

al Quran sebagai jihad besar(Al Furqan; 52). Ayat ini diturunkan di Makkah sebelum disyariatkan perang. Abu Darda menyatakan, Orang yang mencari ilmu pagi dan petang lalu tidak dianggap jihad, bererti akalnya kurang waras. Al Quran juga menganjurkan dialog dan hujjah. Antaranya, Katakanlah; Datangkan bukti kamu jika kamu dipihak yang benar (Al Naml: 64). Kepentingan ilmu fardu kifayah. Fardu kifayah adalah ilmu pengkhususan yang diperlukan kaum muslimin samada agamanya atau dunianya. Ini termasuk mendalami hukum syarak secara khusus dan terperinci atau juga bidang pengkhususan seperti kedoktoran, kejuruteraan, ekonomi, pendidikan, seni, olahraga dan sebagainya. Semua ilmu ini penting bagi kehidupan umat Islam. Seperti disebutkan sebelum ini, apabila sudah diamanahkan menceburi sesuatu bidang ini, maka wajib kepada orang yang menceburi itu secara fardu ain, untuk mendalami dan mengetahui selok belok ilmu yang diamanahkan oleh masyarakat Islam untuk mereka tuntut. Setelah mereka menjadi pakar dalam bidang yang mereka diamanahkan ini, barulah mereka boleh mendalami bidang lain pula tanpa meninggalkan amanah untuk menjaga tiang Islam dalam bidang mereka. Sudah banyak berlaku sebelum ini, orang yang sangat bersemangat dalam agama, telah meninggalkan pepenjuru yang diamanahkan kerana mahu mengejar ilmu agama yang khusus sampai ummah kekurangan kepakaran dalam bidang tersebut. Keutamaan kefahaman dari hafalan. Jadi dalam mencari ilmu, kefahaman lebih utama dari hafalan semata-mata. Ertinya memahami maksud lebih utama dari mengetahui zahir tekstual nas-nas. Justeru itu juga apabila membentangkan syariat Islam kepada madu, tidak boleh dibincangkan syariat ini secara terpisahpisah sampai maksud syariat sudah tidak difahami lagi. Contoh yang jelas dalam hal ini adalah beberapa hadis Nabi tentang larangan menentang pemerintah yang berbuat maksiat sekiranya masih bersolat. Sepatutnya perkara ini difahami seperti berikut: Yang menjadi maksud kepada syariat Islam adalah menentang kezaliman dan kemungkaran sesuai dengan keadaan semasa supaya hasil dari penentangan kepada kezaliman pemerintah itu tidak menyebabkan kemafsadatan (kerosakan) yang lebih besar. Hadis tersebut sepatutnya dibaca bersama dengan Hadis Ibnu Majah: Jihad yang paling utama adalah menyatakan kalimah yang benar di hadapan penguasa yang zalim serta hadis Sesiapa yang melihat kemungkaran hendaklah dia cegah dengan tangannya, sekiranya tidak mampu dengan ldiahnya, sekiranya tidak mampu dengan hatinya. Itulah selemah-lemah iman. Keutamaan amal jamaie. Dalam keadaan jauh dari keluarga yang, maka sahabat yang memahami kepentingan amal Islami menjadi benteng seseorang daie dari terseleweng. Telah banyak dijelaskan perkara ini dalam sesi yang lain. Cukuplah kita mengatakan bahawa amal jamaie ini adalah sunnah yang ditunjukkan oleh nabi dan rasul apabila mereka berdakwah. Walaupun mereka mendapat petunjuk secara langsung dari Allah, rasul-rasul a.s ini masih bersama 16

jemaah. Maka kita juga menuruti jalan mereka, sangat utama untuk berjemaah. Hubungan dengan ahli jemaah adalah secara komplimentari dan sinergi, iaitu saling tampung menampung kelemahan satu sama lain dan saling kuat menguat kelebihan ahli. Keutamaan kualiti dari kuantiti. Walaupun Rasulullah mahukan umat yang ramai, tetapi baginda tidak berbangga dengan ummah yang bodoh, fasiq dan zalim. Beliau nyatakan, Manusia itu seumpama kelompok unta, ada seratus ekor tetapi tidak boleh dijadikan tunggangan. Inilah yang berlaku dalam perang Hunain dan inilah keadaan ummah akhir zaman ini. Jadi pembentukan daie di alam kampus perlu mengutamakan kualiti. Oleh itu, kita berpandangan sekiranya keadaan ahli yang terhad, pembentukan dalaman kader adalah lebih utama dari penguasaan persatuan luaran yang bersifat umum. Kepentingan menjaga masa. Masa yang ada dalam kehidupan muslim adalah sangat pendek berbanding dengan bebanan dan tugas yang ditanggung. Oleh itu penjadualan masa dan penggunaan masa yang optimum adalah sangat penting. Penjadualan masa seharusnya meliputi tugas-tugas akademik, jamaie dan aktiviti sosial, khidmat diri, perbincangan agama, masa untuk bersendiri dengan Allah dan sebagainya. Semuanya perlu disemak dari masa ke semasa supaya tiada masa yang terlalai, terbuang atau tertangguh. Dalam hal ini, kita mesti memahami bahawa masanya adalah sekarang dan harinya adalah hari ini adalah milik kita. Semalam adalah sejarah yang tidak mungkin berubah dan esok adalah anganangan yang belum tentu berlaku. Oleh itu gunalah masa sekarang dengan sebaik mungkin. Ingatlah pesanan Nabi s.a.w, Gunakan lima sebelum lima; masa hidup sebelum mati, masa sihat sebelum sakit, masa lapang sebelum sibuk, masa muda sebelum tua, masa kaya sebelum papa.

6.0 Keutamaan-keutamaan Gerakan Islam dalam Konteks Semasa Keutamaan mengetahui teknik dakwah. Sifat bagi gerakan itu bergerak, jadi gerakan Islam tidak dapat lari daripada menyampaikan dakwah. Kaedah dan kemahiran menyampaikan Islam sangat penting kerana kita tidak mahu Islam yang cantik menjadi tercemar kerana kesilapan pendakwah. Tuan Guru Dato Nik Abdul Aziz Nik Mat membuat perumpamaan, Orang yang mahu menyampaikan Islam tetapi tidak betul caranya seperti menghidangkan makanan sedap tetapi dalam tempurung. Walaupun yang dihidangkan itu nasi minyak berlauk ayam, tetapi siapa yang sudi makan nasi tersebut.

17

Kepentingan pembukaan medan dakwah baru. Kita sering membuat perumpamaan seperti persaingan AirAsia dan MAS. Kita semua sedia maklum bahawa MAS berpuluh tahun ditubuhkan dalam negara. Sasaran penumpang MAS adalah orang yang ingin bermusafir jauh, dalam tempoh cepat dan berkemampuan. Pasaran ini tidak lebih dari 10% daripada keseluruhan pengguna pengangkutan. AirAsia pula baru ditubuhkan dalam sekitar 10 tahun lepas. Sasaran penumpang bagi AirAsia adalah semua pengguna pengangkutan awam termasuk bas, teksi, keretapi, kapal terbang serta juga kenderaan sendiri. Jadi skop sasaran AirAsia jauh lebih besar daripada MAS. Penjualan tiket berkali-kali lebih banyak dari MAS dan terbukti selepas itu AirAsia mengatasi MAS. Begitu juga dengan daie. Skop madu mestilah diluaskan supaya tidak terhad kepada orang yang baik sahaja, mat surau sahaja atau minah jilbab sahaja. Bahkan skop dakwah mestilah meliputi semua golongan daripada setinggi-tingginya sampailah serendah-rendahnya. Semua golongan samada muslim atau non-muslim, penagih dadah, mat rempit, homoseks, pelacur, orang miskin, pegawai atau pemimpin. Semuanya seharusnya menerima sentuhan dakwah kita. nMenjadi suatu yang utama bagi gerakan untuk menyediakan ahli yang berkemahiran untuk berdialog secara terbuka dan tertutup dengan golongan kafir, sekular dan feminis. Perjuangan pada masa ini adalah dengan kekuatan hujah melaui dialog bukan lagi pertentangan fizikal. Kemenangan nanti adalah kemenangan menawan hati dan perasaan mereka, bukan lagi kemenangan berbalah dengan mereka. Menjadi satu perkara yang utama juga bagi gerakan untuk menyediakan tenaga kaunseling dan pusat pemulihan yang sesuai untuk penagih dadah, homoseks, pelacur dan sebagainya itu supaya mereka mendapat sokongan untuk berubah.

Kepentingan membezakan mungkar dan pelaku mungkar. Sebolehnya daie boleh membezakan antara perbuatan mungkar dan pelaku mungkar. Yang mesti dicegah adalah perbuatan mungkar tetapi pelaku mungkar adalah madu yang mesti didekati. Dalam hal ini kita sentiasa tekankan tentang dakwah dengan cinta (dakwah bil hubbi) bukannya dakwah dengan kekerasan dan permusuhan (dakwah bil harbi). Kita mencintai madu, kerana itu kita tidak mahu mereka terus menerus melakukan kemungkaran. Kita mengajak diri kita dan mereka kepada kebaikan kerana kita semua mahu selamat dari bakaran api neraka. Kerana cintalah, kita berdakwah.

Kepentingan mengkategorikan madu. Oleh kerana madu kita datang dari pelbagai latar belakang dan peringkat kefahaman agama, maka sudah tentu kita perlu untuk menyampaikan dakwah selari dengan peringkat mereka. Madu dikategorikan mengikut latar belakang, tahap pendidikan, bidang pekerjaan dan kedudukan dalam masyarakat. Bahasa dan istilah yang digunakan mestilah dapat difahami oleh madu. Kita bercakap mengikut bahasa mereka, bukannya bahasa 18

kita. Perbincangan tentang iman, amalan-amalan, adab dan akhlak hendaklah sesuai dengan ilmu dan kefahaman mereka. Bentuk-bentuk tawaran Allah kepada hamba yang taat dan ancaman Allah kepada hamba yang engkar mestilah sesuai dengan suasana dakwah. Dalam berdakwah kepada orang besar dan berjawatan, tidak semestinya kita mesti menjadi lebih besar atau berjawatan lebih tinggi daripada mereka. Kadang-kadang dengan menjadi pesakit boleh berdakwah kepada doktor, kadang-kadang dengan menjadi murid boleh berdakwah kepada guru. Kepentingan media dakwah baru. Selain skop madu, kita mesti memikirkan kaedah dakwah baru yang meliputi media baru seperti blog, facebook, youtube dan sebagainya. Sentuhan dakwah ini sangat penting sebagai persaingan dalam media baru yang dipenuhi dengan segala unsur maksiat, fitnah dan penipuan. Sasaraan madu juga mencecah jutaan pengikut dari seluruh dunia berbanding media tradisional yang sangat terikat dengan undang-undang dan sempadan negara. Kepentingan merancang pengkhususan ahli dan mempelbagaikan bidang pengkhususan. Telah disebutkan tentang fardu kifayah dan kelemahan umat Islam apabila satu-satu bidang fardu tersebut telah diabaikan. Menjadi tugas kepada gerakan Islam untuk merancang pengkhususan ahli yang sesuai dengan minat dan kepakaran mereka supaya tidak ada bidang yang terabai. Ahli-ahli yang ditugaskan tidak boleh mengambil bebanan sambil lewa sahaja sehingga menjejaskan kepentingan ummah keseluruhannya. Kepentingan dialog yang matang. Perkara ini sangat penting dan disebut berulang-ulang kali kerana perjuangan dan jihad yang utama pada masa ini adalah dialog yang matang. Islam berdiri di atas asas yang sangat kukuh untuk memberikan cahayanya kepada semua kelompok manusia. Dialog yang matang ini mesti dilakukan dengan semua kelompok tersebut termasuklah bukan Islam, sekular dan seks merdeka. Dialog dan penyelasan juga mesti dilakukan gerakan Islam lain, pihak berkuasa agama dan orang perseorangan. Gerakan Islam perlu melatih sebahagian dari ahli yang berkemampuan supaya boleh menampilkan diri untuk mempertahankan Islam melalui lidah dan kalam. Kita juga menekankan bahawa dialog ini bukan semestinya berlaku secara berdepan. Dialog boleh jadi melalui surat menyurat. Dialog boleh jadi juga melalui balasan kepada pandangan mereka melalui media yang dipilih oleh mereka. Sekiranya mereka memberikan pandangan dalam akhbar, jawabannya juga melalui akhbar tersebut. Kepentingan menjaga kebajikan ahli. Apabila bercakap tentang Islam, kebajikan adalah sangat penting. Ini meliputi kebajikan untuk ahli gerakan dan kebajikan madu yang memerlukan.

19

7.0 Kesan Pengabaian Fiqh Keutamaan

Imam Al Ghazali dalam Ihya Ulumuddin memberikan beberapa contoh fiqh keutamaan, kemudian membuat rumusan seperti berikut: Barangsiapa yang tidak mengambil kira urutan keutamaan perkara-perkara tersebut, sebenanya diriya telah terpedaya dengan hawa nafsu. Perangkap ini sangat halus dan rapi sehinggakan orang yang terperangkap iu melakukan salah satu amal soleh, tetapi kerana kurang teliti dan waspada, jadilah amalan taat itu maksiat kerana dia telah mengabaikan amal soleh lain yang lebih utama.

Oleh itu, kita melihat sekiranya fiqh keutamaan diabaikan, individu yang terlibat seolah-olah syok sendiri. Walaupun seolah-olah dia melakukan amal soleh, tetapi sebenarnya dia mengabaikan amal soleh lain yang lebih utama. Contoh yang jelas perkara ini adalah keseronokan mengerjakan umrah atau haji yang sunat berkalikali dengan meninggalkan kewajiban membantu tetangga serta umat Islam yang memerlukan. Dalam hal ini, kita mengingatkan semula surat yang ditulis oleh Abdullah bin Al Mubarak kepada sahabatnya Al Fudhail bin Al Iyad yang sedang leka beribadat ditanah suci ketika bumi umat Islam diserang. Tulis Ibn Al Mubarak: Wahai hamba dua tanah suci, kalau kamu perhatikan kami, kamu akan tahu bahawa kamu hanya bermain-main dengan ibadah. Jika pipimu dipenuhi dengan air mata, leher kami dipenuhi dengan darah. Jika kudamu letih tanpa tujuan, kuda kami letih di medan jihad, kamu dipenuhi bau harum wangi semerbak, manakala kami dipenuhi kilauan lembing dan bau debu.

Dalam hal jemaah kampus juga kita dapati sebahagian kaum muda yang sangat bersemangat dengan amal Islami sampai meninggalkan kewajiban asasi dalam akademik. Kita sering tekankan bahawa bahawa Kebaikan yang diyakini wujud pada masa depan (dengan ilmu tersebut) tidak boleh ditinggalkan demi kepentingan atau kerosakan yang sedikit dan sementara berlaku sekarang. Dan juga kewajiban fardu kifayah yang tidak selesai dengan gagalnya seseorang pelajar dari pengajiannya. Itu belum lagi termasuk dengan wang ringgit yang dihabiskan oleh keluarganya, rakyat dan masyarakat untuk membiayai seseorang pelajar. Berkenaan hal ini juga, kita sering tekankan adalah penggunaan masa yang optimum serta pengagihan tugas yang sesuai supaya pelajar yang komited dengan amal islami dan amal jamaie berkeupayaan untuk berjaya dalam segenap aspek kehidupannya.

20

Dalam hal ilmu-ilmu yang bersifat keduniaan dan fardu kifayah, Imam Al Ghazali sangat terkedepan dalam fiqh keutamaan. Beliau memberikan komentar terhadap masyarakatnya yang terlalu menjurus kepada ilmu agama sehinggakan hanya ada seorang sahaja tabib Nasrani di tempatnya. Tiada muslim yang mempelajari ilmu perubatan sehingga melayakkan mereka menjadi tabib yang boleh membantu masyarakat muslim. Sedangkan banyak hukum Islam bergantung kepada penilaian kesihatan oleh doktor dan tabib. Dalam realiti semasa masyarakat Islam dapat diperhatikan bagaimana doktor muslimah dalam bidang perbidanan dan sakit puan masih belum mencukupi. Bidang penyelidikan juga masih ketinggalan sehingga banyak ubat-ubatan yang digunakan oleh umat Islam masih berasal dari sumber haram. Kebanyakkan penyelidikan umat Islam bersifat pengguna bukannya pelopor menyebabkan umat Islam menjadi pengikut sahaja dalam era kemajuan sains dan teknologi sekarang, bukannya seperti era kegemilangan Islam. Masih terdapat pekerja Islam yang tidak dapat membezakan antara sekular dan agama. Mereka lantas beranggapan bahawa mempelajari sains dan teknologi adalah sekular. Padahal membuang sains, teknologi dan kehidupan dunia daripada Islam itulah yang sekular. Islam adalah payung kepada kehidupan dunia dan keperluankeperluannya.

Dalam bidang sosio-politik, pendakwah masih mundur kerana takut untuk mengemukakan pandangan. Kumpulan nasionalis pelampau, sekular, atheis, feminis, seks bebas dan sebagainya kelihatan lebih berani mengemukakan pandangan. Berahsia (sir) dan berhati-hati (hazar) tidak dibincangkan dalam skop membangunkan minda pekerja dakwah terutama dalam berdebat dan mengemukakan pandangan. Perbincangan-perbincangan masih lagi dalam era mehnah. Konsep-konsep ini sering mereka tertukar dengan pendidikan amniyyah sehingga daie yang mampu berhujah tidak dapat dihasilkan.

8.0 Penutup

Kita sudah nyatakan prinsip-prisip fiqh keutamaan secara umumnya. Kefahaman kepada prinsip-prinsip ini membawa kita menjadi pendakwah yang bijak dan boleh berperanan dalam masyarakat. Kefahaman ini bagi gerakan Islam membawa mereka kepada perancangan tenaga daie pada masa depan supaya tidak ada bidang atau kumpulan sasaran dakwah yang diabaikan. Abdullah Ibn Al Mubarak menyatakan, Seseorang dikatakan alim selama mana dia mencari ilmu, sekiranya dia merasakan dia sudah alim, itulah tanda-tanda kejahilan, dan dia telah mencari ilmu dan berjihad hingga akhir hayatnya. Akhirnya kita ingatkan semula tentang pengkhususan dan keutamaan ilmu disebut oleh Allah: Tidak sepatutnya bagi 21

orang-orang yang mukmin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. (At Taubah : 122)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Rujukan/bacaan tambahan Al Qaradhawi, Fiqh Keutamaan kajian baru Menurut Perspektif Quran dan Sunnah Al Qaradhawi, Islamic Awakening between Rejection and Extremism Al Qaradhawi, Priorities of the Islamic Movement in the Coming Phase Al Qaradhawi, Fiqh Kenegaraan menurut Perspektif Islam Al Qaradhawi, Keutamaan Ilmu dan Kemuliaan Para Uluma Al Qaradhawi, Detik-detik masa dalam kehidupan Muslim Al Ghazali, Ihya Ulumuddin Aidh Al Qarni, Jangan bersedih.

THURSDAY, DECEMBER 22, 2011 ITULAH SUNNAH PERJUANGAN!

WALAU MENDUNG MENYELUBUNGI, MENTARI TETAP BERSINAR.. HILANG KABUT TAMPAKLAH IA!

Menyelusuri

sunnah

perjuangan,

hari

tidak

selalunya

cerah...

Ada

ketikanya mendung berarak kelabu... Ada ketikanya ribut, banjir kilat tidak menentu... Namun bertenanglah! Mentari tetap terus bersinar... hilang kabut, tampaklah ia...

22

MEHNAH ADALAH SUNNAH Bilakah jalan perjuangan sepi dari mehnah atau tribulasi? Kalau ada orang yang ingin berjuang dan bersungguh-sungguh membariskan dirinya dalam sebuah saf perjungan Islam, tetapi nafsunya ingin agar sentiasa nyaman tanpa sebarang mehnah, sesungguhnya dia bermimpi dan berangan-angan. Tanpa mehnah,tribulasi, ibtila, ujian atau apa istilah sekali pun, bagaimana seorang pejuang Islam dapat merealisasikan erti jihad dan pengorbanan, menghayati makna thabat dan sabar. Itulah sunnah perjuangan. Mehnah akan datang dengan pelbagai wajah dan arah. Atas bawah, kiri kanan, dalam dan luar Kadang-kadang ia datang seperti menerpa angin ganas dari ribut luar, yang sesekali

menggemparkan,kadang-kadang ia bertiup halus seperti bayu lembut yang menghanyutkan. Kadang-kadang ia menikam senak dari dalam. Adakah memang terlalu susah untuk memahami hakikat ini? Ataukah sudah terlalu lama tercicir usrah sehingga atas bawah semua melatah? Lupakah kita pada teks usrah fiqh sirah? Atau sudah terlalu jauh berlalunya diskusi Al-Hujurat? Ke mana menghilangnya ingatan kita terhadap pengajaran Peristiwa Ifk (fitnah Aisyah)? Bercempera seperti tiada pedoman, bertempiaran umpama hilang akal, tersesat seperti hilang arah! Sekali lagi, Tarbiyah! Tarbiyah! Tarbiyah!

INGATAN BUAT YANG TERLUPA Jamaah Islam yang dipimpin oleh Rasulullah s.a.w. sendiri sepanjang 23 tahun menghadapi mehnah demi mehnah bertali arus. Jika kita meneliti catatan sirah,membacanya sahaja pun kita sudah merasa letih. Alangkah hebatnya Rasulullah s.a.w dan para sahabat generasi awal Islam mengharungi badai perjuangan dengan penuh kesabaran demi kesabaran.

23

Mehnah bukan sahaja datang dari musuh luar internasional, dari kalangan Empayar Kristian Rom dan Majusi Parsi malah di peringkat nasional, Musyrikin serta ahli kitab Yahudi dan Nasrani samada di Makkah atau Madinah. Juga tidak sedikit ketenangan jamaah pimpinan Nabi s.a.w. berkocak di sebabkan oleh konflik yang ditimbulkan tidak putus-putus oleh musuh dari dalam jamah di kalangan munafik samada dalam peristiwa Fitnah Ifk yang melibatkan Ummul Mukminin Aisyah, jarum halus yang memecahbelahkan kesatuan jamaah di saat-saat genting dalam Perang Uhud, agenda jahat dalam pembinaan Masjid Dhirar dan sebagainya. Tidak kurang juga mehnah atau konflik yang timbul disebabkan oleh sikap negatif dan kesilapan yang dilakukan oleh ahli jamaah sendiri dari kalangan orangorang yang beriman seperti hampir tercetusnya pertembungan semula di antara Aus dan Khazraj, kealpaan dalam melaksanakan arahan seperti Kaab Bin Malik dan 2 orang sahabat dalam peristiwa Perang Tabuk, pembongkaran rahsia oleh bekas pejuang Badar Hatib bin Abi Baltaah, sesetengah sahabat yang terpedaya dengan fitnah ke atas Aisyah dan lain-lainnya. Lebih dari itu, dalam mengharungi ranjau perjuangan, terkadang kesilapan turut berlaku di kalangan Kibar As-Sohabah (sahabat besar) selaku pimpinan kanan yang bersama Nabi s.a.w. seperti tindakan tidak puas hati Saiyyidina Umar dan beberapa orang sahabat dalam peristiwa MOU Hudaibiyah. Malah jika kita meneliti lebih jauh, Nabi s.a.w. yang terpelihara dari dosa itu pun ditakdirkan Allah s.a.w. untuk melakukan beberapa kesilapan yang terkandung padanya hikmah dan pengajaran yang sangat banyak. Jika anda memahami hakikat tersebut, pelik sangatkah anda bila melihat berlakunya konflik, fatal dan kesilapan yang dilakukan oleh pimpinan sesebuah jamaah? Boleh untuk merasa sedikit terganggu, tetapi jangan berlebihlebihan sehingga menghilangkan fokus kerja yang perlu dilunaskan di peringkat masing-masing. Orang-orang yang memahami serta menghayati tabiat dan sunnatullah ini, mereka mendepani dan menanganinya mengikut panduan wahyu. Tidak cepat melatah bersama-sama orang-orang yang latah.

24

Mungkin antara hikmahnya, Allah s.w.t. ingin mendidik pimpinan dan anggota jamaah bagaimana kaedah yang paling baik untuk menangani konflik seperti ini sebelum di beri kuasa sepenuhnya oleh Allah s.w.t. Mungkin juga Allah s.w.t. sedang melakukan proses penapisan berperingkat bagi menjernihkan saf dari sebarang virus lantas memperteguhkan bangunan jamaah. Boleh jadi juga berlaku check and balance dalam isu-isu yang dibangkitkan, moga sesetengah kita tidak hanya terpegun dengan keindahan sinar bulan hingga terlupa kegelapan pekat di belakangnya. Firman Allah s.w.t., mafhumnya : Apakah manusia itu mengira bahawa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. [Al-Ankabut : 2-3] Firman Allah s.w.t., mafhumnya : Maka sesungguhnya pada setiap kesulitan pasti akan muncul sesudahnya kemudahan. [Al-Insyirah : 5] Dan firmanNya lagi, mafhumnya : Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar [Al-Baqarah : 153]. Rasulullah s.a.w. pernah ditanya : Siapakah manusia yang paling banyak diuji Allah? Nabi menjawab : Para Nabi. Baginda ditanya lagi : Kemudian siapa lagi? : Jawab Nabi : Orang-orang soleh. Selanjutnya Nabi s.a.w. bersabda : Semakin kuat pegangan agama seseorang, maka semakin banyak ujian yang akan dihadapinya. [HR Tirmidzi Sahih]

PEDOMAN WAHYU MENDEPANI KRISIS DALAMAN Pedoman (1) Firman Allah Subhanahu wa Taala Mafhumnya : Dan apabila datang kepada mereka sesuatu berita mengenai keamanan atau kecemasan, mereka terus

25

menghebahkannya ; padahal kalau mereka kembalikan sahaja hal itu kepada Rasulullah dan kepada Ulil-Amri (para pemimpin) di antara mereka, tentulah hal itu dapat diketahui oleh orang-orang yang layak mengambil keputusan mengenainya di antara mereka dan jika tidaklah kerana limpah kurnia Allah dan belas kasihanNya kepada kamu, tentulah kamu menurut Syaitan kecuali sedikit sahaja (iaitu orangorang yang teguh imannya dan luas ilmunya di antara kamu). [Surah An-Nisa: 83] Pengajaran dari ayat tersebut secara ringkasnya ialah : 1. Kita dari kalangan penyokong, ahli, pendokong, penggerak atau pimpinan peringkat bawahan kumpulan Islam tidak sepatutnya melatah, terlalu cepat mengeluarkan kenyataan, memberi komentar atau segera menyebarkan sesuatu isu yang berlaku melibatkan kepentingan jamaah. 2. Kita sewajibnya merujuk kepada pimpinan tertinggi atau menunggu kenyataan rasmi pimpinan dalam isu-isu seumpama ini. Kenyataan rasmi kepimpinan tertinggi yang disokong oleh badan tertinggi (majlis syura ulama) adalah menjadi sikap dan pendirian kita. Ulasan dan komentar kita setelah dari itu mesti selari dan dipastikan tidak bercanggah dengan kenyataan rasmi tersebut walaupun berbeza dengan pandangan kita secara peribadi! 3. Kita wajib bermuhasabah dengan apa yang berlaku. Jauhnya sikap dan tindakan kita berbanding panduan nas Al-Quran tersebut. Ada yang bermulut lancang meremehkan si A atau si B sedangkan dia sendiri tidak mengetahui secara terperinci isu sebenar dari sumber yang pertama. Pedoman (2) Firman Allah s.w.t. di dalam surah An-Nur ayat 11-16, mafhumnya : Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari segolongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di antara mereka yang mengambil 26

bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar. [11] Mengapakah di waktu kamu mendengar berita bohong itu orang-orang mukminin dan mukminat tidak berprasangka baik terhadap diri mereka sendiri, dan (mengapa tidak) berkata: Ini adalah suatu berita bohong yang nyata?! [12] Mengapa mereka (yang menuduh itu) tidak mendatangkan empat orang saksi atas berita bohong itu?! Oleh karena mereka tidak mendatangkan saksi-saksi maka mereka itulah pada sisi Allah orang-orang yang dusta. [13] Sekiranya tidak ada karunia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu semua di dunia dan di akhirat, niscaya kamu ditimpa azab yang besar, karena pembicaraan kamu tentang berita bohong itu. [14] (Ingatlah) di waktu kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga, dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal dia pada sisi Allah adalah besar. [15] Dan mengapa kamu tidak berkata, di waktu mendengar berita bohong itu : Sekali-kali tidaklah sepatutnya bagi kita memperkatakan hal seperti ini. Maha Suci Engkau (Ya Tuhan kami), ini adalah dusta yang amat besar.[16] Secara ringkasnya, beberapa panduan Rabbani dapat kita rujuk dari peristiwa Ifk (peristiwa fitnah ke atas Aisyah r.a., isteri Nabi s.a.w. dengan seorang sahabat) tersebut : 1. Tidak Mencari-Cari Keburukan & Menyebarkan Isu Ada di antara ahli jamaah dan kepimpinan kadang-kadang ditimpa bencana memiliki hati yang berpenyakit. Mereka ini amat suka mendengar, memberi perhatian dan mencari-cari keburukan-keburukan sesama anggota. Seronok kerana kononnya memiliki banyak rahsia buruk ahli jamaah maupun pimpinan dan merasa bangga apabila boleh menceritakannya kepada orang lain. Merasa diri hebat sebab boleh bercerita tentang keburukan pimpinan itu, kelemahan pimpinan ini, kesilapan ahli itu, kejahatan ahli ini dan sebagainya. Lebih seronok lagi jika ceritanya itu mendapat sambutan dan bilangan pelawat blog-nya semakin meningkat. 2. Berprasangka Baik dan Berusaha Melihat Sisi Positif Salah satu sikap yang mesti dimiliki oleh anggota jamaah dalam hubungannya sesama ahli atau kepimpinan ialah sikap ber-husnuzon (berprasangka baik) kepada 27

saudara kita sesama mumin siapa pun dia dan dari kelompok apapun mereka sepanjang ia atau mereka dikenal keikhlasannya dan perjuangannya untuk Islam dan meninggikan kalimatulLah. Lihatlah kesilapan dan kelemahan yang berlaku dari sisi yang positif agar dapat memelihara hati kita dari kotor dan prasangka. Kemungkinan pimpinan tersebut tersilap, tapi mungkin dalam situasi tersebut hanya itulah pilihan yang terbaik yang ada menurut pendapatnya. Kita berusaha semampu mungkin bersangka baik bahawa tindakan-tindakan tidak popular yang diambil oleh sesetengah pimpinan kita tersebut datangnya dari jiwa mereka yang ikhlas dan cinta kepada perjuangan. Cuma, tindakan tersebut mungkin bukanlah yang terbaik. Apakah berbaloi kita mencemuh kesilapan tersebut sampai berlebihan meremehkan keikhlasan dan kecintaan mereka terhadap perjungan??? 3. Berlapang Dada Terhadap Kesilapan & Bersikap Pemaaf Mana-mana ahli atau kepimpinan jamaah adalah kumpulan manusia yang pasti tidak terkecuali dari tersilap atau melakukan kesilapan. Setiap ijtihad, pandangan dan pendekatan strategic, tetap terdedah kepada kesilapan sebagaimana perkataan Imam Asy-Syafii rahimahulLah ; Rayi shawaab walakin yahtamilul khatha wa rayu ghairi khatha walakin yahtamilush shawaab (pendapatku benar tapi mungkin saja salah, dan pendapat selainku adalah salah tapi mungkin saja benar). Kepimpinan peringkat mana pun mereka tetap terdedah kepada kesilapan.Walaubagaimana pun, air yang banyak melimpah lebih dari dua kolah tidak terjejas dengan sedikit najis yang jatuh ke dalamnya.Kesilapan kecil yang dilakukan oleh kepimpinan tersebut tidaklah sepatutnya menjejaskan segala jasa baktinya, sumbangan tenaga dan pengorbanan yang melimpah ruah, kesetiaan dan segala kelebihan yang dimiliki yang melayakkan dia duduk di level tersebut 4. Jangan Memandang Remeh Budaya Penyebaran Isu Liar Menganggap sinis dan membiarkan isu-isu liar tersebar di kalangan anggota jamaah hanya akan melukakan ukhuwwah islamiyyah, mencarik rasa hormat sesama sendiri, menebalkan sikap kepuakan, memecah belahkan saff perjungan dan boleh melemahkan organisasi jamaah. Jamaah yang lemah ini akan semakin 28

hilang upayanya untuk menanggung beban perjuangan yang berat dan semakin mencabar! Pilu rasanya apabila melihat ahli-ahli saling meremeh, merendahkan, menyindir dan menempelak antara satu sama lain atas isu-isu yang mereka sendiri pun tidak beberapa jelas.... Lebih menyedihkan apabila ada ahli dan kepimpinan bawahan turut terjebak dalam memperlekeh, merendah dan meremehkan kepimpinan atasan jamaah atas isu-isu yang mereka sebenarnya juga tidak berapa jelas dan pasti hakikatnya! Marilah kita kembali kepada akhlak Islam dalam menanganinya dengan meletakkan kelapangan hati, kerendahan jiwa, kemaafan, husnuz zon (sangka baik), kasih sayang, thiqah, kepercayaan dan tuntutan ukhuwwah sebagai asas terpenting mendahului segala-galanya..

LEBIH SUDU DARI KUAH Khusus bagi anggota jamaah di peringkat bawahan dan menengah, tidak perlulah kita bersikap lebih sudu dari kuah. Berilah mandat kepada pucuk pimpinan yang tertinggi dan badan yang berautoriti mencari jalan menyelesaikan isu-isu berbangkit. Demikian juga jangan cepat kita menghukum sebelum bukti, kenyataan, saksi dan penghakiman dijalankan. Usah ambil jalan mudah dengan menghukum si A tidak taat arahan jamaah, si B tidak sayang pada patuh pada pimpinan dan pelbagai lagi cercaan demi cercaan yang tidak menguntungkan sesiapa dan apa-apa melainkan sekadar melempiaskan kepuasan nafsu kita sahaja. Muhasabahlah diri masing-masing adakah kita sendiri itu sudah cukup walanya? Hebat ketaatannya? Sempurna komitmennya? Ataukah berapa banyak arahan pimpinan di peringkat masing-masing yang kita engkar? Berapa kali arahan mesyuarat yang kita tidak hadir dengan sengaja? Berapa kali arahan hadir usrah yang kita tidak komit kerana memilih rehat walau pun lapang? Berapa banyak tuntutan jamaah di peringkat masingmasing yang kita sendiri pun taat dan komit secara berpilih? Tepuk dada tanyalah diri masing-masing..

29

Kemudian renunglah dengan jujur, adakah dengan bercempera membawa mulut ke hulu ke hilir, menulis di sana di sini, menjaja ke selatan ke utara, sms ke timur mms ke barat, komen di facebook kutuk di twiter akan dapat menyelesaikan isu yang berlaku? Atau menambah hangatkan suasana? Mungkin bara hampir padam, ramai pula yang curah minyak! Di antara keelokan seorang Islam itu ialah, meninggalkan apa-apa yang sia-sia (tidak ada makna). Kalau dengan melatah itu tidak boleh menyumbang apa-apa, diam lagi baik.. kerana anda pendokong jamaah Islam!

PANDANGAN MASYARAKAT LUAR Mungkin inilah yang dirungsingkan oleh pendokong jamaah di atas konflik dan isu yang berlaku. Munasabah untuk merasa bimbang, namun jangan resah dan rungsing yang tidak berpedoman kerana kita sudah sepatutnya faham bahawa itulah sunnah dalam perjuangan. Soalnya sekarang, apa yang terbaik boleh kita lakukan untuk jamaah dan perjuangan Islam, bukan untuk merosakkan jamaah atau memuaskan hawa nafsu amarah kita? Kepada sesama ahli jamaah, panduan di atas jadikan sebagai sandaran dan panduan. Ada pun kepada masyarakat awam di luar, pelbagai pendekatan boleh digunakan, antaranya : 1) Nyatakan pada mereka bahawa jangan mudah percaya kepada kesimpulan dan rumusan yang dijaja oleh media masa perdana yang menjadi penyambung lidahlidah syaitan. Sifat prejudis, berlebih-lebihan dan berniat jahat yang menjolok mata dalam pemberitaan mereka sudah tersedia maklum. 2) Pimpinan jamaah bukan maksum dan terpelihara dari berbuat silap. Perjuangan Islam, dasar dan prinsip berjamaahnya lebih utama dari pandangan seseorang walau siapa pun dia. Dalam perjuangan, pemimpin boleh datang dan pergi, tokoh boleh timbul dan tenggelam. Walau pun kita tidak menginginkannya, itu semua boleh berlaku kerana ia pernah tercatat dalam tinta sejarah perjuangan Islam.Namun kebenaran bukan berasaskan individu atau batang tubuh sesiapa, kebenaran adalah pada kebenaran itu sendiri.

30

3) Perbezaan pendapat boleh berlaku di mana-mana. Di dalam mana-mana kumpulan. Salah atau benar bukan disebabkan oleh perbezaan pendapat dalam sesebuah organisasi. Tetapi kebenaran adalah pada apa yang diperjuangkan. Perjuangan Nabi s.a.w. yang bertunjangkan wahyu tetap benar, walau ada orang seperti arab badwi yang kencing di dalam masjid, walau ada pembocor rahsia seperti Hatib Bin Abi Baltaah, walau ada golongan munafik menganggotainya. Adakah Malaikat! 4) Ini bukan bermakna kita bersikap Tabrir (membenarkan) sesiapa yang melakukan kesalahan. Sesiapa sahaja di dalam Islam dan jamaah Islam berisiko terjebak di dalam kesalahan dan dosa. Si A mahupun si B, si C atau si D semuanya mungkin melakukan kesilapan. Namun kesilapan itu adalah kesilapan batang tubuhnya bukan kesilapan Islam atau Jamaah Islam yang bertunjangkan Al-Quran, Sunnah, Ijmak dan Qias, berasaskan konsep syura yang dibimbing oleh para Ulama Amilin. Masakan pendapat individu lebih utama dari semua kekuatan tersebut! Dalam setiap organisasi ada badan yang berautoriti untuk menangani isu tersebut, makan biarlah mereka yang menanganinya. 5) Jangan hilang fokus kepada usaha menentang kezaliman, penyelewengan kuasa yang menjolok mata, penipuan dan korupsi yang berleluasa, penghinaan terhadap hukum Islam yang bermaharaja lela dan lain-lain isu besar negara dan bangsa yang perlukan pembelaan sewajar dan sewajibnya! Masakan hanya kerana masalah sikap sebahagian pemimpin atau tokoh dalam Jamaah Islam, menjadikan pencabulan hak, kezaliman, penyelewengan kuasa, penindasan, kemungkaran, penolakan dan pelecehan terang-terangan terhadap hukum Islam oleh segerombolan penjahat menjadi halal dan baik??? Mudah benar sifirnya? Masakan dengan menyiarkan muka depan isu ada orang tidak puas hati dengan pendekatan terkini Jamaahnya menjadi lebih berat dan mudharat dari berbilion harta awam dibaham oleh kroni? Islam tidak benar hanya kerana keburukan sebahagian penganutnya? Perjuangan Islam dianggotai oleh manusia, bukan para

31

KEPADA MEREKA YANG TERLIBAT Kepercayaan sepenuhnya wajar diberikan kepada pimpinan tertinggi jamaah yang telah diberi mandat dengan bimbingan majlis syura di kalangan para Ulama Amilin untuk menangani permasalahan tersebut dengan kaedah yang terbaik dan berhikmah serta memohon petunjuk Ilahi di atas setiap keputusan yang dilakukan.Siiruu ala BarakatilLah, usah bimbang dan usah berdukacita.. sesungguhnya Allah bersama-sama kita Marilah secara terpimpin, kita bersama harungi dugaan ini.. Allahuakbar!

P O S T E D B Y M O H D H A Z M I D I B OK A T 1 2 / 2 2 / 2 0 1 1 0 1 : 4 3 : 0 0 P M

Islam Liberal dan Musyrikin Mekah Rabu, 12 Desember 2007 11:41 DR. Daud Rasyid, M.A.

Sebelum kebangkitan Muhammad saw. sebagai utusan Allah SWT, masyarakat Mekah setidaknya menyimpan dua idiologi. Pertama, sisa agama Ibrahim yang masih mempertahankan tauhid (keesaan Allah SWT) atau lebih populer dengan sebutan "al-hanifiyah". Kedua, kaum musyrikin yang terkenal dengan idiologi paganismenya. Mereka mempertuhankan batu dan benda. Namun, ketika mereka menyembah patung-patung berhala itu tidak serta-merta dikatakan bahwa mereka tidak meyakini adanya Tuhan. Pasalnya, sebagian mereka mengakui bahwa patungpatung itu mereka sembah sebagai perantara (mediator) yang menghubungkan mereka dengan Allah. Begitulah keyakinan mereka seperti disebutkan Allah dalam Al-Qur'an surah Az-Zumar ayat 3, "Tidaklah kami menyembah mereka, melainkan untuk mendekatkan kami kepada Allah." Kepercayaan mereka tidak sebatas pada pengakuan adanya Tuhan saja. Kaum musyrikin Mekah juga percaya bahwa Allah adalah Tuhan yang menciptakan alam semesta. Hal ini juga tergambar dari pemberitaan Allah dalam Al-Qur'an surah Luqman ayat 25, "Jika engkau tanyakan kepada mereka siapa yang menciptakan langit dan bumi, niscaya mereka menjawab, 'Allah'." Kepercayaan mereka ini dalam bahasa aqidahnya ialah "tauhid rububiyyah". Artinya, keyakinan kepada Allah sebagai pencipta alam, yang menghidupkan, mematikan, dam memberi rezeki.

32

Tetapi, dalam kondisi seperti ini, mereka masih dicap sebagai kafir dan musyrik. Sebab, mereka tidak mengilahkan Allah SWT dalam ubudiah. Mereka tidak tunduk kepada aturan yang ditetapkan oleh Allah. Mereka tidak menjadikan Allah sebagai Al-Hakim dan Asy-Syar'i (pembuat hukum dan legislator). Mereka membuat cara, ajaran, dan nilai sendiri dalam mendekatkan dirinya kepada Allah dengan cara membuat tuhan-tuhan kecil sebagai perantara kepada Allah. Mereka lebih patuh kepada peraturan yang mereka buat sendiri untuk menggantikan hukum yang telah diturunkan Allah. Tauhid inilah yang membedakan antara seorang mukmin dengan orang musyrik. Tauhid ini disebut "tauhid uluhiyyah". Bencana besar yang menimpa umat Islam dewasa ini adalah terperosok ke dalam kemusyrikan yang mungkin tidak disadari akibat keawaman. Anda jangan mengira bahwa musyrik itu hanya orang yang menyembah Tuhan dengan cara ritual agama di luar Islam. Atau, orang yang percaya kepada roh-roh halus dan meminta bantuan kepada kekuatan ghaib, seperti jin dan syaithan. Bukan itu saja yang disebut musyrik. Tetapi, tidak kalah dari apa yang disebutkan itu adalah musyrik dalam soal pemikiran. Seseorang yang meyakini kebenaran pemikiran orang kafir yang bertentangan dengan ajaran Islam juga sudah menjadi musyrik. Orang yang menerima ajaran Karl Marx, Lenin, Darwin, dan pemikir-pemikir Barat lainnya, sebenarnya sudah menjadi musyrik, apalagi membela dan memperjuangkannya. Karena, pemikiran mereka itu tidak berbeda dengan paham, aliran, atau dalam bahasa Al-Qur'an disebut millah. Pada zaman modern ini banyak kaum intelek kita yang terkagum-kagum dengan pemikiran yang datang dari Barat, untuk menggantikan Islam. Jika ditelusuri, akan diketahui bahwa hal itu berawal dari sejak masuknya penjajah Barat ke negerinegeri muslim. Imperialis Barat tidak sekadar merampas kekayaan alam negerinegeri muslim, tetapi juga merampas aqidah, mencuci otak, menghapus identitas, dan menghilangkan rasa kebanggaan pada jati diri mereka. Untuk kalangan tertentu, program imperialis itu boleh dibilang berhasil. Pasalnya, mereka itu betulbetul membeo dan mengekor ke Barat. Bukan hanya dalam hal teknologi--yang masih bisa ditoleransi, tetapi sampai ke pemikiran, opini, paradigma, bahkan sampai budaya, seperti cara berpakaian, cara makan, dansa, musik, dan sejenisnya. Pada awal kemerdekaan banyak sekali kaum terpelajar kita, terutama mereka yang pernah dididik di Barat, termakan oleh paham sekularisme. Agama (Islam) dituduh biang keterbelakangan, kemiskinan, dan kebodohan. Pendidikan ala Barat membentuk pola pikir manusia menjadi sekuler. Menurut mereka, barat bisa membangun dan mencerdaskan (padahal bukannya membangun tetapi menjajah dan menghancurkan) adalah karena meninggalkan agama. Adapun umat Islam terjajah karena masih mempercayai kebenaran agama sebagai doktrin untuk mengatur kehidupan, atau terlalu fanatik pada agama. Setelah bangsa-bangsa muslim itu merdeka, doktrin berikutnya adalah alasan mengapa negara-negara Barat itu bisa maju dalam teknologi, pembangunan, dan kehidupan masyarakatnya. Menurut mereka, hal itu disebabkan bangsa Barat memegang teguh sekularisme, memisahkan negara dari agama. Paham ini berkembang sedemikian rupa, sejalan dengan agenda pemerintah di negeri-negeri muslim. Pasalnya, penguasa-penguasa itu memang anak asuh kaum imperialis Barat, dididik di Barat, bahkan hidup juga di Barat, bergaul dengan orang Barat, dan cara hidupnya juga kebarat-baratan. Kaum muslimin yang berpegang 33

teguh mempertahankan identitas dirinya dikatakan terbelakang, tidak modern, dan tidak mengikuti perkembangan zaman. Kekuasaan adalah sarana yang sangat efektif untuk menyebarkan sebuah paham, terlepas benar atau salah paham tersebut. Ketika penguasa menganut paham sekularisme (walaupun seolah-olah ditolak), maka dengan mudah paham ini menyebar ke masyarakat melalui penanaman kurikulum pendidikan, pengaruh media massa, bahkan birokrasi. Dalam tataran pemikiran, ada sekelompok cendekiawan yang gigih menyebarkan paham-paham Barat itu melalui buku, media massa, diskusi, dan ceramah di kampus. Bahasa-bahasa yang mereka gunakan biasanya bahasa-bahasa yang memukau, dan menjajikan sesuatu yang baru nan indah. Mereka menghendaki umat Islam keluar dari keyakinan dan pemahamannya, sebagaimana Barat meninggalkan agamanya. Umpamanya, sudah tidak mungkin lagi mempraktikkan ajaran Islam itu secara harfiah, sebagaimana pada masa Rasulullah saw., atau masa-masa sahabat dahulu. Bukankah kita sekarang sudah berada pada zaman globalisasi, yang dunia ini sudah menjadi kecil, ibarat kampung. Interaksi budaya yang sedemikian kental tak lagi bisa dihindari. Jika kita berkeras untuk mempraktikkan ajaran Islam, bukankan berarti kita akan tersisih dari pergaulan internasional? Juga, mereka sering mempertanyakan model Islam bagaimana yang ingin diterapkan dalam dunia modern ini, apakah model Pakistan, Arab Saudi, Iran, atau Afghanistan? Pertanyaan mereka itu lebih bernada sinis ketimbang mencari tahu model penerapan yang ideal. Pernyatan-pernyataan mereka yang menempatkan Islam seolah-olah sebagai tertuduh, tidak modern, kolot, dan tidak mengikuti perkembangan zaman sebenarnya tergesa-gesa. Karena, apa yang mereka katakan itu adalah berdasarkan kesimpulan apa yang terjadi saat ini. Mereka sama sekali tidak memandang jauh ke depan bagaimana pergerakan perubahan peradaban itu kemungkinan akan terjadi. Mereka tidak merenungkan kemungkinan bahwa Islam bisa bangkit dari apa yang terjadi saat ini. Perguruan Tinggi Islam Menjadi Target Barat Dalam mempropagandakan idiologi sekulernya, Barat menempuh segala cara dan menerobos segala lapangan. Tak saja pendidikan yang terkesan sekuler, seperti perguruan tinggi umum, paham sekuler juga disusupkan ke perguruan-perguruan tinggi Islam. Bahkan, sekarang sudah masuk ke ormas-ormas Islam yang besar. Tokoh-tokoh muda dari beberapa ormas Islam itu mereka besarkan dan populerkan namanya, hingga akhirnya kekuatan mereka tersebar di mana-mana. Fenomena ini bukan terjadi secara kebetulan, tetapi sesuatu yang sudah direncanakan dengan matang dan diprogram dengan baik. Cara-cara mereka sungguh rapi dan halus, tetapi menghasilkan sebuah produk yang cukup menakjubkan. Mereka mengawali dengan kerja sama di bidang pendidikan dan penelitian, dengan pemberian beasiswa untuk belajar di negara-negara Barat, sarang orientalis Yahudi dan Kristen fundamentalis. Barat sudah lama membaca mentalitas orang-orang Timur yang terkagum-kagum pada Barat. Belajar ke Barat melahirkan kebanggaan tersendiri dalam kejiwaan orang-orang Timur. Hal ini dimanfaatkan orientalis dengan berkedok ilmiah dan penelitian. Sehingga, dengan mudah mereka mendoktrin peneliti-peneliti muda yang belajar di universitasuniversitas mereka dengan paham dan idiologi mereka. Mahasiswa yang tadinya 34

masih memiliki keteguhan dan kebanggaan pada Islam digoyahkan keyakinannya, dibuat menjadi ragu, dan akhirnya menisbikan segala idiologi. Prinsip-prinsip yang mereka tanamkan dengan berkedok penelitian dan ilmiah tadi, di antaranya adalah sebagai berikut. 1. Kebenaran tidak bernilai mutlak tetapi relatif. 2. Kebenaran tidak satu tetapi banyak, tergantung dari sudut mana ia dilihat. Sesuatu yang benar menurut orang bisa saja dipandang salah oleh orang lain. Demikian pula halnya agama, agama tertentu dipandang benar oleh pemeluknya, tetapi pemeluk agama lain memandang salah. 3. Setiap informasi tidak ada yang kebal kritik. Semuanya bisa dipertanyakan (baca: diragukan) kebenarannya. Bila kaidah ini diterima, wahyu yang merupakan informasi dari Allah pun perlu dipertanyakan kebenarannya. Ini sebuah sikap yang tidak berjarak dengan kekafiran. Celakanya, kaidah ini hanya mereka gunakan ke luar (melihat Islam, sumber-sumber dan ajarannya), tidak mereka gunakan ke dalam idiologi mereka sendiri. Padahal, jika mereka gunakan ke intern mereka, semua keyakinan, idiologi, dan agama mereka akan hancur berkeping-keping dan tidak mengandung asas rasionalnya. Pasalnya, sumber-sumber keyakinan mereka sama sekali tidak dapat lagi dipertanggungjawabkan validitasnya, apalagi rasionalitasnya. 4. Bila Anda ingin melihat sesuatu dengan jernih, Anda harus keluar dulu dari bagian yang dilihat. Jadi, bila Anda ingin mengetahui secara objektif apakah Islam itu benar atau tidak, maka Anda harus keluar dulu dari Islam. Atau, paling tidak Anda harus menghilangkan segala macam rasa keberpihakan kepada Islam. Kalau tidak demikian, maka analisis Anda tetap dinilai subjektif dan tidak jernih. Sikap ketidakberpihakan kepada agama Allah ini banyak lahir dari sarjana-sarjana produk Barat. Sebuah sikap yang tidak menggambarkan keimanan seorang muslim. 5. Bebas berpendapat. Siapa saja boleh mengatakan apa saja. Jadi, tidak ada sesuatu yang tabu, dan tidak ada koridor yang harus dijaga. Tidak ada batas yang tidak boleh dilanggar. Jika kaidah ini diterima, konsekuensinya adalah bahwa seseorang bebas mengingkari apa saja yang diajarkan Islam walaupun itu sudah merupakan sesuatu yang pasti (qath'i). Mereka tidak banyak mengetahui tentang Al-Qur'an dan tidak mengerti hadits serta tidak memahami kitab-kitab klasik tetapi mau mengarungi samudera yang luas itu. Akhirnya, merekalah yang tenggelam dalam lautan hawa nafsu dan keangkuhan. Maka, terjadilah seperti apa yang kita lihat sekarang ini, suara-suara bebas yang sudah tidak lagi mengenal rambu-rambu itu menyerang Islam. Beginilah cara-cara orientalis merusak pemikiran peneliti muslim yang belajar ke Barat, khususnya yang mengambil bidang kajian "Islamic Studies", "Studi Oriental", "Studi Timur Tengah", "Studi Kawasan", dan yang sejenisnya. Bagi mahasiswa, biasanya sudah langsung terperangkap dalam kaidah-kaidah itu. Ditolak susah, diterima agak berat. Tetapi, akhirnya lebih cenderung menerima, karena efeknya lebih ringan, ketimbang melawan arus pemikiran si profesor. Ketika mereka kembali ke tanah air, pola berpikir seperti yang ditanamkan oleh gurunya itu mereka bawa kembali ke kampusnya dan mereka ajarkan, bahkan mereka kembangkan dengan inovasi-inovasi baru. Sehingga, tidak jarang ada "doktor-doktor" tamatan Barat yang pikirannya lebih liberal dari orientalis sendiri. Alumnus Barat itu mengajarkan paham yang mereka terima kepada mahasiswanya di tanah air. Mereka menghasilkan para sarjana dan doktor di perguruan tinggi dalam negeri. Kemudian, mereka yang mendapat doktor di dalam negeri tadi kembali ke daerahnya menjadi dosen-dosen di program pascasarjana atau program 35

S1 di perguruan tingginya. Mereka juga melakukan hal yang sama, menyebarkan hal serupa kepada mahasiswanya, memahami Islam dengan pola orientalis. Sehingga, dengan cara yang sistemik, paham sekuler dan pemahaman tentang Islam menurut pola orientalis itu menyebar dengan cepat dan tanpa terasa. Mereka yang menjadi mahasiswa tadisetelah sarjana juga menyebarkan paham serupa ke masyarakat. Pasalnya, mereka akan menjadi rujukan di masyarakatnya, sebab mereka tamatan perguruan tinggi Islam dan mengajarkan bidang studi Islam. Lalu, seperti apa pemahaman Islam di Indonesia pada masa mendatang, bila agenda Barat itu berjalan mulus tanpa hambatan? Barat Ketakutan pada Islam Salah satu sikap mental yang diderita oleh Barat ialah ketakutan pada Islam dan umat Islam yang berpegang pada Islam. Sejak berakhirnya perang salib, pihak Barat senantiasa menyimpan rasa takut pada agama yang satu ini. Karena, dalam keyakinan mereka, Islam ini adalah agama yang menyimpan potensi dahsyat, mampu menggerakkan umatnya untuk melawan apa saja. Ini tidak pernah ada pada ajaran agama lain. Apalagi, kemajuan teknologi persenjataan modern tidak terlalu ampuh untuk menaklukkan umat Islam. Hal ini dipahami betul oleh kalangan Barat. Oleh karena itu, mereka benar-benar mewaspadai Islam, khususnya umat Islam yang tampak berpegang pada ajarannya. Biarpun umat Islam mati-matian memberi pengertian bahwa Islam adalah agama pembawa rahmat bagi seluruh alam, namun tetap saja pola pikir Barat itu tidak berubah. Karena, bagi Barat, bukan mereka yang dituntut untuk mengerti Islam, tetapi umat Islam yang harus mengerti Barat. Artinya, umat Islam itu harus menyesuaikan dirinya dengan budaya, pola pikir, dan tatanan hidup Barat. Itu yang mereka tuntut. Sebelum ini berhasil, semua upaya dialog, diskusi, tukar pikiran, saling pengertian, itu semua hanya sebatas retorika belaka. Target mereka, tak lebih dan tak kurang, umat Islam harus mengikuti cara Barat. Kalau kita menggunakan pendekatan AlQur'an, maka itulah yang sudah disinyalir oleh Allah melalui firman-Nya (yang artinya), "Mereka tidak akan senang kepadamu, sebelum kamu mengikuti agama (millah) mereka." (Al-Baqarah: 120). Jika ada satu dua dari orang-orang Barat yang bisa diajak bicara dan mau mengerti tentang Islam dan umatnya, itu tentu tidak mewakili filsafat hidup orang Barat secara umum. Di dunia Islam, ketakutan pada Islam ini juga ada. Tentunya dari mereka yang sudah terlanjur cinta pada peradaban Barat. Atau, bisa jadi mereka yang sudah diasuh dan lama menyusu kepada Barat. Apa yang dinilai oleh Barat baik, dia juga katakan baik, dan sebaliknya. Sampai ke tingkat ini Barat telah berhasil mengikis kepribadian umat Islam, meruntuhkan identitasnya, dan menghancurkan rasa bangga pada jati diri dan agama mereka. Dengan melihat kenyataan sekarang ini, nampaknya sudah banyak korban berjatuhan. Suara-suara sumbang pun semakin berseliweran. Umat pun semakin geram. Sumber: Diadaptasi dari Pembaruan Islam dan Orientalisme dalam Sorotan, Daud Rasyid (Jakarta: Akbar, Media Eka Sarana, 2002), hlm. 1-11). Oleh: Abu Annisa

36

< Sebelumnya

37

Anda mungkin juga menyukai