Anda di halaman 1dari 6

Tanamkan Team Work dan Kejujuran

15. February, 2013 by Admin POULTRY Februari 2013, Profile No comments

Lebih dari 30 tahun PT. Sinta Prima telah berkiprah dalam industri pakan unggas dan pakan ikan air tawar di Tanah Air. Pertumbuhannya pun terus melesat, pelanggan baru pun terus bertambah dan pelanggan lama tetap loyal bersama Sinta. Kesuksesan PT. Sinta Prima Feedmill ini tidak terlepas dari kepemimpinan yang diterapkan oleh pemilik sekaligus pendiri PT. Sinta Prima Feedmill, Ibu Liliyanti Soewanto dan Bapak Salim Soewanto. Sepasang suami istri ini memiliki 2 anak, 3 cucu dan memulai usahanya pertama kali sekitar tahun 70-an dengan beternak 50 ekor ayam di lahan yang mereka miliki di daerah Slipi, Jakarta. Saat itu belum ada usaha peternakan skala besar, yang ada hanya ayam yang dipelihara di pekarangan belakang rumah tinggal atau backyard farm dengan populasi sekitar 20-50 ekor. Kebutuhan pakan biasanya dibeli di Poultry Shop yang mengolah pakan unggas, demikian juga kami mengolah pakan sendiri dan mempunyai Poultry Shop untuk melayani kebutuhan para backyard farm sekitarnya, ujar Lili. Melihat permintaan pakan cukup besar, maka kami tertarik untuk serius memproduksi pakan, dengan peningkatan peralatan. Bapak yang selalu mempunyai ide, cita-cita besar dan yang merencanakan bangunan dan memilih mesin dan segala permasalahannya bahkan memantau pelaksanaannya, sayalah yang pada gilirannya menangani operasionalnya, jelas Lili. Saat itu peralatan belum modern, tambahnya, tetapi dengan kesederhanaan peralatan dan mesinmesin kami terus upayakan yang terbaik. Dengan kekompakan, semangat tinggi, kerja keras seluruh karyawan dan atas ijin Tuhan pemasaran terus berkembang dan pabrik berikutnya dibangun di Cileungsi, Bogor. Saat ini kami memiliki areal seluas 15 ha dan berdiri 3 unit pabrik dengan peralatan yang sudah modern dan serba komputer untuk produksi pakan unggas dan pakan ikan, ujar Lili.

Kesuksesan PT. Sinta Prima Feedmill merupakan hasil dari upaya yang terus dilakukan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitasnya dan tak terlepas juga dari visi perusahaan yang ia terapkan. Kami mempunyai visi untuk menjadi perusahaan yang terintegrasi di industri peternakan dan perikanan dengan tingkat pertumbuhan keuntungan di atas rata-rata perusahaan sejenis, ujarnya. Ia mengibaratkan perusahaan atau sebuah organisasi seperti sebuah rumah, besar atau kecil, tetapi harus rapi, bersih, ditata dan dikelola dengan baik, pasti membuat penghuninya nyaman. Wanita asal Magelang ini dikenal sebagai sosok yang gigih dan konsisten. Di mana pun ia berada ia menyesuaikan perannya. Jika di kantor, ia berlaku sebagai seorang pemimpin bijaksana dan tegas. Namun bila di rumah Ia bukan seorang bos tetapi seorang istri, ibu dari anak-anak, dan nenek dari 3 cucu yang lemah lembut. Kadang-kadang juga Ia memasak masakan kesukaan keluarga. Dikala libur Lili menemani suaminya berkebun macam-macam buah-buahan, durian, duku, rambutan, srikaya, kacang tanah, dan singkong di kebun yang cukup luas di daerah Sudimara, Tangerang. Selain itu juga Lili dan suaminya kerap mengisi waktu libur dengan bertamasya bersama keluarga atau teman-teman. Kerja keras Dalam mengelola perusahaan, ia bersama seluruh karyawan bekerja keras untuk bersama-sama mencapai satu tujuan. Tidak ada kesuksesan itu hanya karena peran satu atau beberapa karyawan saja. Dari level pimpinan sampai karyawan paling bawah pun punya andil untuk sebuah kesuksesan, tegasnya. Tetapi tentu semua tidak semudah membalik telapak tangan, lanjutnya. Perlu ada team work yang solid sehingga antara pimpinan, manajer dan semua karyawan bisa klik untuk bekerjasama. Seleksi karyawan juga menjadi hal yang penting, karena penilaian untuk seseorang tidak cukup hanya dengan kepintaran saja, tetapi juga harus memiliki attitude yang baik. Sopan santun dan kejujuran semangat kerja juga menjadi modal utama. Jika hal ini tidak dimiliki, sulit diterima sebagai karyawan karena pasti akan mengganggu team work, jelas penggemar berbagai jenis tanaman ini. Prinsip kejujuran merupakan salah satu budaya yang menjadi salah satu poin utama yang ia terapkan dalam perusahaan. Tidak ada celah bagi siapa pun untuk berbohong, dan itu diterapkan juga mulai dari level pimpinan. Lha, kalau pimpinan ndak pernah bohong, masak karyawan mau bohong, ujar Lili

Masa Depan Cerah Industri Perunggasan

15. February, 2013 by Admin POULTRY Februari 2013, Internasional No comments

Meskipun situasi pasar saat ini tidak terlalu bagus dengan aktivis yang banyak menentang industri masa depan produksi unggas memberikan optimisme. Demikian menurut guru pemasaran unggas Osler Desouzart pada World Poultry Congress di Salvador, Brazil, seperti dilaporkan Wiebe van der Sluis dalam World Poultry. Pada saat menghitung estimasi ke depan, anda harus memiliki data masa lalu, ujar Desouzart dalam paparannya. Sejak 1965 produksi pangan telah melampaui peningkatan populasi dunia dan pola makan manusia telah berubah menjadi lebih mengonsumsi produk hewani dan mengurangi makanan pokok seperti akar-akaran, umbi-umbian dan bahkan sereal. Sebagaimana dimaklumi, pada saat pendapatan masyarakat tumbuh, proporsi produk hewani dalam pola makan manusia meningkat. Para ahli dan peneliti dalam sejumlah studi menyimpulkan bahwa jika pendapatan manusia telah mencapai US$ 7/hari, maka kelebihan pendapatan tersebut akan dipergunakan untuk memperkaya menu makan (diet), dan biasanya itu berarti konsumsi produk hewani yang meningkat. Pada negara-negara maju, di mana pendapatan per hari melampaui US$ 75/hari, belanja masyarakat untuk pangan sangat jarang meningkat. Pada level ini, pendapatan yang lebih tinggi tidak akan berdampak pada komposisi diet seseorang, melainkan orang cenderung lebih memperhatikan konsep makanan daripada kategori makanan. Di sisi lain, jika pendapatan masyarakat berada pada level US$ 3,25 US$ 3,35 seperti di kawasan Asia Selatan dan Afrika Sub-Sahara, maka mereka tidak akan peduli apakah pangan tersebut bebas dari rekayasa genetika (GMO), organik, pangan hijau, dan sebagainya. Pada level ini, persoalan mereka berkutat pada ketersediaan dan kemampuan mengakses pangan, papar Desouzart. Sebagian besar masyarakat di kawasan Afrika Sub-Sahara mencatat konsumsi kalori terendah di dunia. Tak ayal, di wilayah inilah terkonsentrasi mayoritas kasus gizi buruk dunia. Berkenaan dengan kaum aktivis yang mengkritik praktek produksi ternak skala industri dengan alasan animal welfare, Desouzart mengatakan bahwa orang berhak menyatakan opini dan pilihannya, namun aktivis pangan harus mempertimbangkan bahwa praktek produksi alternatif merupakan pilihan, bukan paksaan. Bahkan dengan produksi skala industri sekali pun, jalan industri perunggasan untuk mengurangi kekurangan gizi dunia masih sangat jauh. Ilmu dan teknologi sangat diperlukan untuk revolusi hijau baru yang tenang yang akan membuat dunia mampu memenuhi kebutuhan pangan hingga 2050. Ilmu dan teknologi harus dipandu oleh etos dan tidak

dibatasi oleh aktivisme yang umumnya berasal dari kawasan dunia dengan masyarakat yang berdompet tebal dan perut kenyang. Konsumsi daging meningkat Evolusi produksi daging dunia dari tahun 1960 hingga 2010 menunjukkan pertumbuhan 2,54 kali lipat dibanding populasi dunia. Produksi daging sapi kalah dari daging babi pada tahun 1970-an dan pada 1990-an, kalah dari daging ayam. Sebab pertumbuhan daging unggas, terutama adalah karena harga. Menurut Desouzart, ini merupakan jawaban paling sederhana. Padahal realitasnya jauh lebih kompleks, seperti : - Produksi unggas terdapat di 203 dari 233 negara di dunia yang memroduksi berbagai daging pada tahun 2010. - Unggas mudah diakses, tersedia di berbagai tempat, mudah diolah dan rasanya diterima oleh masyarakat universal. - Tidak ada agama yang melarang konsumsi produk unggas, serta dianggap daging rendah lemak yang menyehatkan. - Produk unggas yang telah diluncurkan sejak tahun 1990-an lebih banyak daripada seluruh jenis daging lain. Inovasi ini memungkinkan konsumsi daging unggas beberapa kali seminggu tanpa menyebabkan kebosanan konsumen. - Dan yang terakhir, unggas memerlukan lebih sedikit sumber daya alam dalam produksinya dibanding ternak darat lain. Suber daya yang diperlukan untuk produksi terutama adalah air dan lahan sangat terbatas. Ketika pola makan manusia bergeser menjadi lebih banyak mengonsumsi daging, maka spesies yang paling efisien akan meraja dibanding yang lain dan unggas masih dan akan terus menjadi pemenang, ujar Desouzart. Elis

Telur Ayam sebagai Pabrik Biologis


15. February, 2013 by Admin POULTRY Februari 2013, Riset No comments

Imunoglobulin Y di dalam kuning telur memberikan prospek yang sangat strategis dan banyak hal yang dapat dilakukan berkaitan dengan keistimewaan ini. Konsep penerapan imunoterapi untuk kasus penyakit tertentu terbuka lebar melalui pengebalan pasif dengan memanfaatkan Ig-Y (Polson et al. 1980). Prinsip pengebalan pasif adalah transfer antibodi yang dapat dilakukan dengan mengonsumsi telur yang telah dibuat mengandung zat kebal dan dipreparasi secara khusus. Pemanfaatan lain adalah untuk membuat bahan biologis yang lebih berkualitas karena kekhususan yang dimiliki oleh Ig-Y. Penggunaan Ig-Y unggas dalam pemeriksaan imunologi lebih akurat dibandingkan dengan menggunakan Ig-G mamalia. Beberapa kelebihan lain dari Ig-Y unggas dibandingkan dengan Ig-G mamalia dipaparkan pada Tabel 1. Penggunaan Ig-Y dalam imunoterapi diketahui memberikan efek samping yang lebih rendah dibandingkan dengan penggunaan Ig-G mamalia, karena tidak berespon terhadap faktor rheumatoid. Tabel 1. Kelebihan Ig-Y dibandingkan dengan Ig-G Mamalia No 1. 2. Perbedaan Cara pengambilan sampel Jumlah antibodi Ig-Y Unggas Tidak menyakiti hewan 50100 mg Ig-Y/butir telur 57 butir telur/minggu 210% Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Ig-G (Mamalia) Menyakiti hewan 200 mg Ig-G/40 ml darah

3. 4. 5. 6. 7.

Jumlah antibodi spesifik Reaksi dengan faktor rheumatoid Reaksi dengan protein A dan G Reaksi dengan Ig-G mamalia Aktivasi komplemen

5% Ada Ada Ada Ada

Sumber: Schade et al. (1997) Beberapa keuntungan teknologi Ig-Y ini dibandingkan dengan penggunaan kelinci atau mamalia lain sebagai produsen antibodi yaitu : 1. Biaya pemeliharaan ayam relatif tidak mahal 2. Koleksi telur tidak menyakiti hewan dibandingkan dengan pengambilan darah (animal welfare, berkaitan dengan animal protection regulation) 3. Diperlukan antigen dalam jumlah yang sangat sedikit untuk mendapatkan titer Ig-Y yang tinggi dari kuning telur ayam yang sudah divaksinasi (Gassmann et al. 1990, Hatta et al. 1993) 4. Sebutir telur mempunyai kandungan 50100 mg Ig-Y yang setara dengan 200 mg IgG/40 ml darah yang dihasilkan dalam sekali pemanenan darah kelinci, sehingga telur sebagai pabrik antibodi dapat dikatakan sebagai proses pemanenan yang sangat sederhana.

5. Tidak menunjukkan reaksi silang dengan komponen jaringan mamalia, karena jarak filogenik antara unggas dan mamalia sangat jauh 6. Telur dapat disimpan dengan mudah dalam jangka waktu yang relatif lama, menghasilkan respon imun yang lebih spesifik, dan tidak memiliki efek samping, karena tidak bereaksi dengan Ig-G mamalia dan reseptor (Haak-Frendscho. 1994, Akita dan Nakai. 1993). Produksi Imunoglobulin Y spesifik anti Avian Influenza H5N1 Tim peneliti Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor telah berhasil mengembangkan produk asal telur ayam yang berkhasiat terhadap virus AI subtipe H5N1. Potensi telur ayam atau unggas lain belum banyak diungkapkan kepada masyarakat, tentang peluang penggunaan telur ayam sebagai industri biologis yang dapat digunakan untuk memproduksi zat kebal terhadap berbagai macam penyakit baik untuk hewan maupun manusia (Soejoedono, RD et al. 2008, Soejoedono, RD et al. 2009). Ayam biasanya bertelur 5 sampai 6 butir per minggu dan sebutir kuning telur yang mempunyai volume 15 ml rata-rata mengandung 50100 mg Ig-Y, dimana 210% adalah antibodi spesifik (Schade et al. 1997). Keunggulan lainnya adalah karena pemeliharaan ayam lebih mudah dan murah. Zat kebal terhadap berbagai penyakit yang ada di dalam darah ayam dapat ditransfer secara efektif ke dalam kuning telur. Secara alamiah hal ini ditujukan untuk melindungi anak ayam dari infeksi penyakit dan kekebalan yang diperoleh anak ayam ini kemudian dikenal dengan maternal antibody. Prof. Dr. drh. Retno Damajanti Soejoedono, MS, Dosen FKH IPB. Disampaikan dalam orasi ilmiah Guru Besar FKH IPB, Des 2012 dan dimuat pada Poultry Indonesia setelah melalui penyuntingan.

Anda mungkin juga menyukai