Akuntansi Keuangan Menengah I Tahun Akademik 2007/2008: Oleh: Fitri Indriawati, Se., M.Si
Akuntansi Keuangan Menengah I Tahun Akademik 2007/2008: Oleh: Fitri Indriawati, Se., M.Si
Pemakai laporan keuangan membutuhkan membutuhkan informasi yang relevan dan dapat diandalkan untuk membantu menyediakan informasi keuangan jenis ini, akuntan menggunakan kerangka kerja konseptual sebagai pedoman akuntansi dan pelaporan keuangan. Bab ini akan membahas tentang konsep-konsep dasar yang mendsarai kerangka kerja konseptual ini. Kandungan dan struktur pembahasan ini adalah sebagai berikut :
Banyak pihak menganggap kontribusi riil FASB dan keberadaannya sampai kini
1.
Kebutuhan akan kerangka kerja konseptual. a. Agar bermanfaat, maka penetapan standar harus dengan berlandaskan dan
hubungan dengan serangkaian konsep dan serta tujuan fundamental. Kerangka kerja konspetual yang baik akan memungkinkan Financial Accounting Standards Board (FASB) menerbitkan standar-standar yang lebih berguna dan konsisten dari waktu ke waktu. Sekelompok standard an aturan-aturan yang koheren harus dihasilkan, karena standar dan aturan-aturan tersebut dibangun dengan posisi yang sama. Karena kerangka kerja konseptual akan meningkatkan pemahaman dan keyakinan pemakai laporan keuangan atas pelaporan keuangan dan akan menaikkan komparabilitas antara laporan keuangan.
Conceptual Framework for Financial Accounting and Reporting: Elements of Financial Statementsand their Measurement, FASB Discussion Memorandum (Stamford, Conn:FASB, 1976), hal.1 dari bagian Scope and Implications of the Conceptual Framwork Project.
2.
mengembangkan serta mempublikasikan kerangka kerja konseptual mereka sendiri. Tetapi tidak ada kerangka kerja yang diterima secara universal dan diandalkan dalam praktek. Barangkali yang paling sukses adalah Accounting Principles Board Statement No. 4 Basic Concepts and Accounting Prinsiples Underflying Financial Statements of business Enterprises yang hanya menjelaskan praktek-praktek yang telah ada tetapi tidak menentukan praktek apa yang akan digunakan.2 Menyadari kebutuhan akan kerangka kerja yang dapat diterima umum, FASB pada tahun 1976 menerbitkan momerandum diskusi tiga bagian yang berjudul Conceptual Framework for Financial Accounting and Reportings: Elementsof Financial Statements and Their measurement. Momerandum ini berisi isu-isu penting yang harus ditangani dalam rangka membangun kerangka kerja konseptual yang akan menjadi dasar bagi penetapan standar akuntansi dan pemecahan kontroversi pelaporan keuangan. Sejak dokumen tersbut dipublikasikan, FASB telah menerbitkan enam statements of Financial Accounting Conceps yang berhubungan dengan pelaporan keuangan entitas bisnis,3 yaitu :
Basic Concepts and Accounting principles Underlying Financial Statements of Business Enterprises, APB Statements No.4 (New York: AICPA, 1970). 3 FASB juga telah menerbitkan Statement of Financial Accounting Concepts yang berhubungan dengan organisasi non bisnis; Statement of Financial Accounting Concepts No.4, Objectives of Financial Reporting by Non Business Organisations. (Desember 1980)
Asumsi
Prinsip Kendala
E. SFAC No.6, Elements of Financial Statements, yang menggantikan SFAC No.3 dan
memperluas lingkup SFAC No.3 dengan memasukkan organisasi-organisasi nirlaba. F. SFAC NO.7, Using Cash Flow Information and present Value in Accounting Measurements, yang memberikan kerangka kerja bagi pemakaian arus kas masa depan yang diharapkan dan nilai sekarang (present value) sebagai dasar pengukuran. Ilustrasi diatas menampilkan suatu tinjauan atas kerangka kerja konseptual 4. Pada level pertama, tujuan (objectives) mengidentifikasi tujuan dan sasaran dari akuntansi serta merupakan bangunan inti dari kerangka kerja konseptual. Pada tingkat kedua disajikan karakteristik kualitatif (qualitative characteristic) yang membuat informasi akuntansi berguna dan unsur-unsur (elements). Laporan keuangan (aktiva, kewajiban dan sebagainya). Pada tingkat terakhir atau ketiga, disajikan konsep-konsep pengukuran dan pengakuan (measurement and recognition concepts) yang akan digunakan dalam menetapkan dan mengaplikasikan standar-standar akuntansi. Konsep-konsep ini meliputi asumsi, prinsip, dan kendala yang menjelaskan lingkungan pelaporan berjalan.
Diadaptasi dari William C.Norby, The Financial Analysis Journal ,Maret-April 1992, hal.22
Seperti yang kita telah bahas dalam Bab 1, tujuan pelaporan keuangan (objectives of financial reporting) adalah untuk menyediakan informasi : 1, Yang berguna bagi mereka yang memiliki pemahaman memadai tentang aktivitas bisnis dan ekonomi untuk membuat keputusasn investasi serta kredit. 2. Untuk membantu investor yang ada dan potensial, kreditor yang ada dan potensial, serta pemakai lainnya dalam menilai jumlah, waktu dan ketidak pastian arus kas masa depan. 3. Tentang sumber daya ekonomi, klaim terhadap sumber daya tersebut, dan perubahan didalamnya. Karena itu tujuan (objectives) dimulai dengan lebih banyak berfokus kepada informasi yang berguna bagi para investor dan kreditor dalam membuat keputusan. Fokus ini lalu menyempit kepada kepentingan investor dan kresditor atas prospek penerimaan kas dari investasi mereka dalam, atau dari pinjaman yang telah mereka berikan kepada entitas bisnis. Akhirnya tujuan berfokus kepada laporan keuangan yang menyediakan informasi yang berguna untuk menilai prosepek arus kas yang akan diterima entitas bank, yaitu arus kas yang menjadi harapan investor dan kreditor. Dalam menyediakan informasi kepada pemakai laporan keuangan, profesi akuntansi mengandalkan laporan keuangan bertujuan umum (general purpose financial statements). Maksud dari laporan keuangan semacam itu adalah menyediakan informasi keuangan yang paling bermanfaat dengan biaya minimal kepada berbagai kelompok pemakai. Hal yang mendasari tujuan ini adalah konsep bahwa pemakai membutuhkan pengetahuan yang memadai tentang persoalan bisnis dan akuntansi keuangan untuk memahami informasi yang terkandung dalam laoran keuangan. Poin ini penting, karena berarti dalam membuat laporan keuangan, pemakai diasumsikan memiliki kompetensi
yang memadai (reasonable competence) untuk memahaminya, hal ini akan berdampak terhadap cara dan sejauh mana informasi dilaporkan
Qualitative Charateristics of Accounting Information, Statement of Information Accounting Concepts No.2 ( Stamford , Conn : FASB, Mei 1980).
Kemampuan memahami
Kegunaan keputusan
Relevansi
Reliabiltas
Nilai produktif
Nilai Umpan-Balik
Ketepatan waktu
Daya uji
Ketepatan Penyajian
Netralitas
Komparabilitas
Konsistensi
2.
Pengambil Keputusan (pemakai) dan kemampuan memahami Jenis keputusan yang diambil oleh pengambil keputusansangat beragam, begitu juga dengan metode pengambilan keputusan yang mereka gunakan. Informasi yang telah mereka miliki ataudapatkan dari sumber-sumber lain, dan kemampuan mereka untutk memfroses informasi. Agar informasi tersebut menjadi bermanfaat harus ada keputusan yang manfaatnya (kaitannya) antara para pemakai ini dengan buat. Kaitan ini, yaitu kemampuan memahami mereka
( understandbility ), adalah kualitas informasi yang memungkinkan pemakai merasakan signifikasi dari informasi terebut. Untuk mengilustrasikan pentingnya kaitan ini, asumsikan bahwa IBM Corp. baru saja menerbitkan laporan laba tiga bulan (laporan interim) yang memperlihatkan laba interim untuk tiga bulan terakhir. Laporan ini menyediakan informasi yang relevan dan handal bagi tujuan pengambilankeputusan. Beberapa pemakai, setelah membaca laporan tersebut, memutuskan untuk menjual sahamnya. Sementara itu, pemakai-pemakai lainnya tidak memahami isi dan
signifikasi dari laoran tersebut. Mereka terkejut ketika IBM mengumumkan dividen akhir tahun yang lebih kecil dan harga saham mereka menurun. Jadi, walaupun informasi yang disajikan sangat relevan dan handal, namun informasi tersebut tidak berguna bagi pemakai yang tidak memahaminya. 3. Kualitas primer, relevansi dan reliabilitas. Relevansi (relevance) dan relaibilitas (realibilty) merupakan dua kulaitas primer yang membuat informasi akuntansi berguna untuk pengambilan keputusan. Seperti dinyatakan dalam Concepts Statement No.2 FASB, kualitas primer yang membedakan informasi yang lebih baik (lebih berguna) dari informasi yang interior (kurang berguna) adalah relevansi dan realibiltas, serta sejumlah karakteristik lainnya yang terdapat dalam kedua kulaitas tersebut.6 Relevansi . Agar relevan informasi akuntansi harus mampu membuat perebedaan dalam sebuah keputusan.7 Jika tidak mempengaruhi keputusan, maka informasi tersebut diakatakan tidak relevan terhadap kepuasan yang diambil.
6 7
Informasi yang relevan akan membantu pemakai emembuat prediksi tentang hasil akhir dari kejadian masa lalu, masa kini, dan masa depan ; yaitu memiliki nilai predictive (predictive value ). Informasi yang relevan juga membantu pemakai menjustifikasi atau mengoreksi ekspetasi atau harapan masa lalu ; yaitu memiliki nilai umpan balik (feed back value). Sebagai contoh, ketika UPS (United Parcel Service)menerbitkan laporan interim, informasi relevan ini dianggap relevan karena menyediakan dasar bagi peramalan laba tahunan dan menyediakan umpan balik mengenai kinerja masa lalu. Agar relevan, informasi juga harus tersedia kepada pengambil keputusan sebelum pengambil informasi tersebut kehilangan kapasitas untuk mempengaruhi keputusan yang diambil. Jadi, ketepatan waktu (timeliness) merupakan kandungan primer lainnya yangharus dimiliki. Jika UPS tidak menerbitkan laporan interimnya sampai enam bulan setelah berakhirnya periode interim, informasi akan menjadi kurang berguna bagi tujuan pembuatan keputusan. Agar relevan informasi harus memiliki nilai prediktif atau nilai umpan balik, dan harus disajikan secara tepat waktu. Reliabiltas. Informasi akuntansi dianggap handal jika dapat diverivikasi, disajikan secara tepat,serta bebas dari kesalahan dan bisa. Reliabiltas sangat diperlukan oleh individu-individu yang tidak memiliki waktu atau keahlian untuk mengevaluasi isi faktual dari informasi. Daya uji (veriviabilty) ditunjukkan ketika pengukur-pengukur independent, dengan menggunakan metode pengukuran yang sama, mendapatkan hasil yang serupa. Sebagai contoh, akankah beberapa auditor independent membuat kesimpulan yang sama menyangkut laporan keuangan ? Jika pihak-pihak luar dengan menggunakan metode pengukuran yang sama mendapatkan hasil yang berbeda, maka laporan keuangan dikatakan tidak dapat diverifikasi. Auditor tidak boleh memberikan pendapat untuk laoran keuangan semacam itu. Ketepatan penyajian (representational fathfullness) berarti bahwa angkaangka dan penjelasan dalam laporan keuangan mewakili apa yang betul-betul ada dan yang terjadi. Yaitu, angka-angka dan penjelasan akuntansi sesuai dengan sumber daya atau kejadian yang diklalim oleh angka-angka serta penjelasan Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB FITRI INDRIAWATI, SE., M.Si. AKUTANSI KEUANGAN MENENGAH 1
tersebut jika laoran laba rugi General Motors melaporkan penjualan sebesar $150 miliar sementara penjualan sebenarnya sebesar $138,2 miliar, maka laporan laba rugi tersebut dikatakan tidak disajikan secara tepat. Netralitas (neutrality) berarti bahwa informasi tidak dapat dipilih untuk kepentingan sekelompok pemakai tertentu. Informasi yang disajikan harus faktual, benar dan tidak bisa. Sebagai contoh, Valujet, Inc. tidak dibolehkan menghilangkan informasi tentang berbagai tuntutan hukum yang telah diajukan kepada perusahaan dalam kaitannya dengan isu-isu keselamatan penerbangan pada catatan atas laporan keuangannya, walaupun pengungkapan semacam itu memalukan dan merugikan perusahaan. Netralitas dalam penetapan standar terus mendapat kecaman. Beberapa pihak berpendapat bahwa standar tidak boleh diterbitkan jika hanya akan menimbulkan pengaruh ekonomi yang tidak diinginkan terhadap industri atau perusahaan. Kami tidak setuju. Standar harus bebas dari bisa agar kita memiliki laoran keuangan yang kredibel. Jika tidak kredibel, maka laporan keuangan tidak akan digunakan. Kami tidak akan mendemonstrasikan poin ini dengan memakai satu analogi: di AS terdapat pertandingan tinju dan gulat. Banyak individu bertaruh untuk pertandingan tinju, karena kontes-kontes tinj diasumsikan bukan rekayasa. Tetapi tidak seorangpun bertaruh untuk gulat. Mengapa ? Karena publik mengasumsikan bahwa pertandinga gulat merupakan rekayasa jika laporan keuangan bisa (hasil rekayasa), maka publik akan kehilangan kepercayan dan tidak akan lagi menggunakannya. 4. Kualitas Skunder : Komparabilitas dan Konsistensi Informasi tentang sebuah perusahaan akan lebih berguna jika bisa diperbandingkan dengan informasi serupa menyangkut perusahaan lain (komparabilitas) dan dengan informasi serupa dari perusahaan yang sama pada periode waktu yang berbeda (konsistensi).8
Seperti dibahas dalam Bab 1, lingkungan akuntansi terus berubah ; komparabilitas dan konsistensi dengan demikian sulit diraih. Perubahan hukumpajak, pertumbuhan pesat industri-industri baru (misalnya, perangkat lunak komputer), kemunculan instrument keuangan baru (misalnya, financial futures, collateral mortage obligations, obligasi konvertibel berkupon nol), dan semakin seringnya merger serta divestasi.
Komparabilitas. Informasi dari berbagai perusahaan dipandang memiliki komparabilitas jika telah diukur dan dilaporkan dengan cara yang sama. Komparabilitas akan memungkinkan pemakai mengidentifikasi persamaan dan perbedaan riil tersebut tidak dikaburkan oleh pemakaian metode akuntansi yang tidak dapat diperbandingkan. Sebagai contoh, akuntansi untuk pensiun di AS berbeda dengan di Jepang. Di AS, biaya pension langsung dicatat sebagi beban ketika dikelaurkan, sementara di Jepang biaya ini tidak atau hampir tidak dibebankan atas pendapatan. Karenanya, sulit untuk membandingkan dan mengevaluasi hasil-hasil keuangan dari General Motors atau Ford dengan Nisan atau Honda. Demikian juga, keputusan tentang alokasi sumber daya akan melibatkan evaluasi atas alternative-alternatif yang ada; evaluasi hanya dapat dilakukan jika informasi yang tersedia dapat diperbandingkan. Konsistensi, apabila sebuah entitas mengaplikasikan perlakuan akuntansi yang sama untuk kejadian-kejadian yang serupa, dari periode ke periode, maka entitas tersebut dianggap konsisten dalam menggunakan standar akuntansi. Itu tidak berarti bahwa perusahaan tidak boleh beralih dari satu metode akuntansi kemetode akuntansi lainnya. Perusahaan dapat mengganti satu metode dengan metode lainnya, tetapi pergantian metode tersebut dibatasi oleh situasi dimana perusahaan harus dapat menunjukkan bahwa metode yang baru lebih baik daripada metode sebelumnya. Kemudian sifat dan pengaruh perubahan akuntansi, serta alasannya harus diungkapkan dalam laporan keuangan pada periode terjadinya perubahan.9 Jika prinsip akuntansi telah berubah, maka auditor harus
memberitahukannya dalam paragraph penjelasan dari laporan audit. Paragraf ini menjelaskan sifat perubahan dan meminta pembaca melihat catatan atas laporan keuangan untuk pembahasan yang lebih rinci tentang perubahan dmaksud.10
AICPA Special Comitte on Financial Reporting, menyatakan bahwa pemakai sangat menghargai konsistesi. Perubahan cenderung merusak komparabilitas data. Sejumlah perusahaan meluangkan waktu untuk membantupemakai memahami data-data pra perubahan dan data-data pasca perubahan. Namun secara umum, pemakai berkata bahwa mereka kehilangan kemampuan untuk melakukan analisis. 10 Reports om Audited Financial Statements, Statement on Auditing Standards no.58 (New york : AICPA, April 1988) par 34.
Kesimpulannya, laporan akuntansi untuk tahun tertentu akan lebih berguna jika dapat diperbandingkan dengan laporan keuangan perusahaan lainnya dari tahun yang sama dan dengan laporan keuangan tahun sebelunya dari perusahaan yang sama. Sebagai contoh, jika Microsoft merupakan satu-satunya perusahaan yang menyajikan laporan interim, maka informasi tersebut akan menjadi kurang berguna karena pemakai tidak bisa membandingkanya dengan laporan interim perusahaan lain; yaitu tidak adanya komparabilitas. Dengan demikian, jika metode pengukuran yang digunakan untuk membuat laporan keuangan interim Microsoft berubah dari satu periode interim ke periode interim lainnya, maka informasi tersebut dianggap kurang bermanfaat karena pemakai tidak bisa menghubungkannya dengan periode interim sebelumnya; yaitu laporan tersebut tidak konsisten.
Unsur-Unsur Dasar
Salah satu aspek penting dari proses pengembangan struktur teoritis adalah unsur-unsur dasar (basic elements) atau definisi yang akan dimaksukkan struktur. Dewasa ini, akuntansi banyak memiliki istilah yang memiliki arti khusus. Istilah-istilah ini merupakan bahasa bisnis atau jargon akuntansi. Salah satu istilah semacam itu adalah aktiva (asset). Apakah aktiva merupakan sesuatu yang kita miliki? Jika jawabannya ya, maka dapatkah kita mengasumsikan bahwa setiap aktiva yang dilease tidak boleh ditampilkan dalam neraca? Apakah aktiva adalah sesuatu yang berhak kita manfaatkan, atau sesuatu yang memiliki nilai dan digunakan perusahaan untuk menghasilkan pendapatan? Jika jawabannya ya, maka mengapa manajemen perusahaan tidak dianggap sebagai aktiva? Jadi, kita perlu mengembangkan defines dasar untuk unsur-unsur laporan keuangan. Concepts Statement No.6 mendefiniskan sepuluh unsur yang paling berhubungan langsung dengan pengukuran kinerja dan status keuangan sebuah perusahaan. Kami akan menampilkannya disini untuk tujuan penelaahan. Masing-masing unsur ini akan dijelaskan dan dikaji secara lebih rinci pada bab-bab selanjutnya :
Unsur-Unsur Laporan Keuangan : A. Aktiva. Manfaat ekonomi yang mungkin akan terjadi di masa depan yang akan diperoleh atau dikendalikan oleh sebuah entitas sebagai hasil dari transaksi-transaksi atau kejadian masa-masa lalu. B. kewajiban. Pengorbanan ekonomi yang mungkin terjadi di masa depan yang timbul dari kewajiban berjalan sebuah entitas tertentu, kewajiban yang ditimbulkan oleh transaksi atau kejadian masa lalu untuk mentransfer aktiva atau menyediakan jasa kepada entitas-entitas lain di masa depan. C. Ekutitas. Kepentingan residu dalam aktiva sebuah entitas, setelah dikurangi dengan kewajibannya. kepemilikan. D. Investasi oleh pemilik. Kenaikan aktiva bersih sebuah perusahaan yang ditimbulkan oleh transfer sesuatu yang bernilai dari entitas lain kepada perusahaan tersebut untuk mendapatkan atau menaikkan kepentingan kepemilikan (atau ekuitas) didalamnya. Aktiva adalah bentuk paling umum yang diterima sebagai investasi oleh pemilik, tetapi investasi ini bisa juga meliputi jasa atau kepuasaan atau konversi kewajiban perusahaan. E. Distribusi kepada pemilik. Penurunan aktiva bersih sebuah perusahaan yang diakibatkan oleh permindahan aktiva, penyediaan jasa, atau penciptaan kewajiban oleh perusahaan kepada pemilik. Distribusi kepada pemilik akan menurunkan kepentingan kepemilikan (atau ekuitas) dalam perusahaan. F. Laba komprehensif. Perubahan aktiva (ekuitas bersih) sebuah entitas selama suatu periode yang diakibatkan oleh transaksi dan kejadian lain yang bukan bersumber dari pemilik. Hal ini termasuk suatu perubahan ekuitas selam suatu periode, kecuali perubahan yang diakibatkan oleh investasi oleh pemilik dan distribusi kepada pemilik. G. Pendapatan. Arus masuk atau peningkatan lainnya atas aktiva sebuah entitas atau pelunasan kewajiban (atau kombinasi dari keduanya) selama suatu periode dari pengiriman atau Dalam sebuah entitas bisnis,ekuitas merupakan kepentingan
produksi barang, penyediaan jasa, atau aktivitas-aktivitas lainnya yang merupakan operasi utama atau operasi sentral perusahaan. H. Beban. Arus keluar atau pengganaan lainnya atas aktiva sebuah entitas atau terjadinya kewajiban (atau kombinasi dari keduanya) selama suatu periode dari pengiriman atau produksi barang, penyediaan jasa, atau aktivitas lain yang merupakan operasi utama atau operasi sentral sebuah perusahaan. I. Keuntungan. Kenaikan ekuitas (aktiva bersih) sebuah perusahaan yang ditimbulkan oleh transaksi peripheral atau insidentil dan dari semua transaksi serta kejadian lainnya dan situasi yang mempengaruhi perusahaan selama suatu periode kecuali yang berasal dari pendapatan atau investasi oleh pemilik. J. Kerugian. Penurunan (aktiva bersih) sebuah perusahaan yang ditimbulkan oleh transaksi peripheral atau insidentil dan dari semua transaksi serta kejadian lainnya dan situasi yang mempengaruhi perusahaan selama suatu periode kecuali yang berasal dari beban atau distribusi kepada pemilik.11 Dua hal penting perlu ditekankan disini menyangkut definisi-definis diatas. Pertama, istilah laba komprehensif (comprehensive income) merupakan konsep yang relatif baru. Laba komprehensif lebih inklusif dari konsep laba bersih tradisiional. Laba komprehensif merupakan laba bersih dan semua perubahanekuitas lainnya kecuali yang muncul akibat investasi oleh pemilik atau distribusi kepada pemilik. Sebagai contoh, keuntungan dan kerugian pemilikan yang belum terealisasi (unrealized holding gains and loses) dari sekuritas yang tersedia untuk dijual, yang saat ini tidak dimasukkan dalam laba bersih, dimasukkan dalam laba komprehensif. Kedua,FASB mengklasifikasikan unsur-unsur diatas kedalam dua kelompok yang berbeda. Kelompok pertama yang mencakup tiga unsur : aktiva, kewajiban dan ekuitas. Menjelaskan umlah sumber daya dan klaim terhadap sumber daya tersebut pada suatu waktu tertentu (moment in time). Sedangkan tujuh unsur lainnya menjelaskan transaksi, kejadian dan situasi yang mempengaruhi perusahaan selama periode waktu tertentu.
11
Elements of Financial Statements, Statement of Financial Accounting Concepts No.6 (Stamford, Conn: FASB, Desember 1985), hal ix dan x.
Kelompok yang pertama; aktiva, kewajiban dan ekuitas diubah oleh unsur-unsur kelompok kedua, dan posisi aktiva, kewajiban, serta ekuitas pada suatu waktu tertentu merupakan hasil kumulatif dari semua perubahan. Interaksi ini dinamakan dengan artikulasi. Yaitu, angka-angka utama dari satu laporan berhubungan dengan saldosaldo laporan lainnya.
Profesi akuntansi terus menggunakan konsep-konsep yang terdapat dalam SFAC No.5 sebagai pedoman oeprasional. Untuk tujuan pembahasan, kami telah memilih untuk mengidentifikasi konsep-konsep tersebut sebagai asumsi-asumsi dasar, prinsip-prinsip dan kendala. Konsep-konsep ini berfungsi sebagai pedoman dalam menanggapi isu-isu pelaporan keuangan yang controversial secara rasional. Konsep ini telah berubah dari waktu ke waktu dan merupakan pondasi bagi prinsip-prinsip akuntansi tertentu yang diterbitkan oleh FASB atau organisasi pendahulunya.
V. Asumsi-Asumsi Dasar
Empat asumsi dasar yang mendasari akuntansi struktur akuntansi keuangan adalah : Entitas Ekonomi, Kelangsungan Hidup, Unit Moneter, dan Periodisitas.
1.
Asumsi Entitas Ekonomi. Asumsi entitas ekonomi mengandung arti bahwa aktivitas ekonomi dapat diidentifikasi dengan unit pertanggungjawaban tertentu. Aktivitas entitas bisnis dapat dipisahkan dan dibedakan dengan aktivitasnya dan dengan setiap unit bisnis lainnya. Konsep entitas tidak berlaku semata-mata untuk pemisahan
aktivitas antar perusahaan bisnis. Seorang individu sebuah divisi, dapat dianggap sebagai suatu entitas terpisah jika kita memilih untuk untuk mendefinsikan unit tersebut. 2. Asumsi Kelangsungan Hidup. Asumsi kelangsungan hidup yaitu perusahaan bisnis akan memiliki umur yang panjang. Pengalaman mengindikasikan bahwa, meskipun banyak mengalami kegagalan bisnis, namun perusahaan dapat memiliki kelangsungan hidup yang panjang. Asumsi ini memiliki implementasi yang signifikan, prinsip biaya historis akan menjadi tidak berguna jika perusahaan diasumsikan akan dilikuidasi. Asumsi kelangsungan hidup berlaku dalam banyak situasi bisnis. Hanya pada saat likuidasi tampaknya tidak bisa dihindarkan lagi, asumsi kelangsungan hidup tidak dapat diterapkan.
4. Asumsi Periodisitas.
Asumsi periodisitas yaitu suatu aktivitas ekonomi sebau perusahaan dapat dipisahkan kedalam periode waktu artificial. Semakin pendek periode waktu, semakin sulit menentukan laba bersih yang tepat untuk periode bersangkutan. Masalah penentuan periode waktu ini menjadi masalah yang lebih serius, karena siklus hidup produk menjadi semakin pendek dan produk menjadi semakin cepat usang. Banyak pihak percaya bahwa, akibat kemajuan tekhnologi dibutuhkan lebih banyak informasi keuangan real time secara online untuk menjamin tersedianya informasi yang relevan.
1. Prinsip Biaya Historis 2. Prinsip Pengakuan Pendapatan 3. Prinsip Penandingan 4. Prinsip Pengungkapan Penuh 1. Prinsip Biaya Historis GAAP mewajibkan sebagaian besar aktiva dan kewajiban dicatat dan dilaporkan berdasarkan harga beli atau akuisisi. Dalam prinsip biaya historis semua yang dicatat pada waktu yang lalu itu sesuai dengan transaksi yang telah dilakukan. Biaya (cost) memiliki keunggulan yang sangat penting dibandingkan dengan penilaian lainnya Suatu perusahaan perlu menentukan laba dan merupakan tugas yang sangat berat dan akan menghasilkan angka-angka laba bersih yang sangat dipengaruhi oleh pendapatan. Kesulitan seperti ini pun dimiliki oleh metode-metode biaya berjalan lainnya (biaya pengganti, nilai sekarang dari arus kas masa depan) dan setiap dasar penilaian lainnya kecuali biaya atau harga pokok. Kewajiban juga diukur berdasarkan biaya historis. Hal ini di karenakan apabila kita mengubah istilah biaya menjadi harga pertukaran maka kita kan menemukan bahwa istilah biaya juga berlaku untuk kewajiban. Kewajiban seperti obligasi, wesel, dan hutang usaha, diterbitkan dan ditukarkan oleh perusahaan dengan aktiva atau jasa pda harga yang telah disepakati yang mana harga tersebut ditentukan oleh transaksi pertukaran adalah biaya yang merupakan kewajiban dasar dalam laporan keuangan. Para pemakai keuangan mengindikasikan bahwa biaya historis menyediakan acuan yang stabil dan konsisten sehingga mereka bisa menetapkan kecenderungan historis. Para pemakai keuangan mengkhawatirkan terjadinya subjektivitas dan volatilitas potensial dalam hasil yang telah dilaporkan dari penggunaan metode yang didasarkan pada jenis nilai berjalan.Selain itu para pemakai keungan juga menemukan informasi nilai wajar yang berguna untuk jenis aktiva dan kewajiban tertentu dan industri tertentu. Saat ini industri-industri tertentu seperti pialang dan reksadana membuat laporan keuangan dasar menurut nilai wajar.
Saat
ini
terdapat
system
atribut
campuran
yang
mana
memperbolehkan pemakaian biaya historis, nilai wajar, yang terendah antara biaya atau harga pasardan dasar penilaian lainnya. Meskipun biaya historis menjadi dasar penilaian utama namun pencatatan dan pelaporan informasi nilai wajar terus meningkat. FASB mewajibkan sebagian besar instrument keuangan dinilai berdasarkan nilai wajar. 2. Prinsip Pengakuan Pendapatan Pendapatan diakui jika:
1. Selama Produksi. Pengakuan pendapatan sebelum suatu kontrak selesai dibolehkan untuk kontrak-kontrak konstruksi jangka panjang tertentu. Dalam metode ini, pendapatan diakui secara periodic berdasarkan presentase dari pekerjaan yang telah diselesaikan bukan menunggu sampai konstruksi selesai. Meskipun secara teknis transfer kepemilikan tersebut belum terjadi, namun pendapatan dianggap telah diterima pada berbagai tahap proses konstruksi. Pengakuan pendapatan akan ditunda sampai pekerjan selesai apabila secara alamiah tidak dimungkinkan untuk mengestimasi biaya dan kemajuan konstruksi secara akurat. 2. Akhir Produksi. Jika harga jual dan jumlah penjualan dapat dipastikan maka kadangkala pendapatan dapat diakui setelah siklus produksi berakhir namun sebelum penjualan terjadi. Sebagai contoh, apabila produk atau aktiva dapat dijual dalam pasar yang aktif dengan harga tertentu tanpa dikenkan biaya tambahan yang signifikan, maka pendapatan dapat diakui pada saat produksi selesai. Contohnya yaitu pada mineral-mineral tertentu yang mana telah memiliki pasar dan harga standar. Hal seperti ini juga berlaku untuk produk-produk pertanian tertentu yang mana harga artifisialnya telah ditetapkan oleh pemerintah. 3. Penerimaan Kas. Penerimaan kas merupakan dasar pengakuan pendapatan yang lainnya. Penerimaan kas ini hanya akan digunakan apabila tidak dapat dimungkinkan untuk menentukan angka pendapatan pada saat penjualan hal ini dikarenakan ketidakpastian dalam penagihan. Metode penjualan cicilan merupakan salah satu bentuk dasar kas, dimana pembayaran tersebut dilakukan melalui cicilan periodik sepanjang periode waktu yang cukup lama. Metode seperti ini umum digunakan pada industri ritel. Metode cicilan dapat dibenarkan apabila resiko ketidakmampuan dalam menagih piutang begitu besar sehingga penjualan bukan merupakan suatu bukti yang mencukupi untuk mengakui adanya pendapatan. Secara umum, apabila telah terjadi kondisi seperti itu maka penjualan haruslah diakui, apabila diperkirakan akan ada piutang ragu-ragu maka hal seperti ini harus dicatat sebagai estimasi terpisah. Dan kemudian pendapatan dicatat pada periode ketika pendapatan itu direalisasi ataudapat Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB FITRI INDRIAWATI, SE., M.Si. AKUTANSI KEUANGAN MENENGAH 1
direalisasikan dan dihasilkan. Umumnya hal tersebut terjadi pada tanggal penjualan. Akan tetapi keadannya mengharuskan untuk pemakaian metode presentase-presentase, metode akhir-produksi ataupun pendekatan penerimaan kas. 3. Prinsip Penandingan Dalam prinsip penandingan (matching principle) ini dijelaskan bahwa beban diakui pada saat pekerjaan atau jasa atau produk memberikan kontribusi actual kepada pendapatan atau mengalokasikan beban ke pendapatan pada periode yang tepat. Dalam mengakui suatu beban, pendekatan yang dipakai yaitu,biarkan beban mengikuti pendapatan. Beban itu diakui bukan pada saat upah dibayarkan atau suatu pekerjaan dilakukan atau pada saat suatu produk diproduksi akan tetapi beban diakui ketika pekerjaan atau jasa atau produk yang secara actual memberikan kontribusi kepada pendapatan. Sehingga pengakuan beban itu berkaitan dengan pengakuan pendapatan. Praktek ini dikatakan sebagai prinsip penandingan karena hal ini menyatakan kerja keras atau beban ditandingkan dengan suatu pencapaian (pendapatan) sepanjang hal ini bersifat rasional dan dapat diterapkan. Ada beberapa cara yang dapat dipakai apabila mengalami kesulitan untuk mengasosiasika biaya-biaya secara rasional dengan pendapatan. Umumnya yaitu berupa kebijakan alokasi yang bersifat rasional dan sistematis yang mana mendekati dengan prinsip penandingan. Pola pengakuan beban jenis ini melibatkan asumsiasumsi tentang manfaat yang akan diterima serta biaya yang terkait dengan manfaat tersebut. Misalnya, biaya jangka panjang yang dialokasikan sepanjang beberapa periode akuntansi, yaitu selama jangka waktu pemakaian aktiva hal ini dikarenakan aktiva memberikan kontribusi bagi pendapatan sepanjang umur manfaatnya. Beberapa biaya dapat langsung di bebankan pada periode berjalan sebagai beban atau kerugian karena tidak dapat diasosiasikan dengan pendapatan. Contoh: gaji pejabat dan beban administrasi lainnya.
Untuk menentukan kaitannya dengan pendapatan maka biaya haruslah dianalisis terlebih dahulu. Apabila ada kaitannya maka biaya akan dibebankan dan ditandingkan dengan pendapatan pada periode ketika pendapatan itu diakui. Namun apabila antara biaya dan pendapatan tidak mempunyai hubungan yang nyata maka alokasi biaya menurut beberapa dasar yang rasional dan sistematis dapat digunakan. Biaya harus dicatat sebagai beban secara langsung apabila metode seperti ini tidak layak. Biaya umumnya diklasifikasikan menjadidua kelompok, yaitu: 1. Biaya Produk (Product Cost) Biaya produk seperti bahan, tenaga kerja, dan overhead terkait dengan produk dan di bawa ke periode masa depan jika pendapatan produk diakui di periode berikutnya 2. Biaya Periode (Period Cost) Biaya periode seperti gaji pegawai dan beban administrasi lainya dijadikan beban secara langsung, meskipun manfaat yang terkait dengan biaya-biaya ini diperoleh di masa depan karena hubungan langsung antara biaya-biaya ini dengan pendapatan tidak dapat ditentukan. Keabsahan konseptual dari prinsip penandingan terus menjadi subyek perdebatan. Masalah utamanya adalah bahwa prinsip penandingan memungkinkan biaya tertentu ditangguhkan dan diperlakukan sebagai aktiva pada neraca meskipun dalam kenyataannya biaya ini tidak memiliki manfaat di masa depan. Apabila disalahgunakan, maka prinsip penandingan ini akan membuat neraca menjadi lokasi pembuangan untuk biaya-biaya yang tidak dapat dipertandingkan dengan pendapatan. Selain itu belum adanya definisi yang obyektif untuk sistematis dan rasional. 4. Prinsip Pengungkapan Penuh Prinsip pengungkapan penuh yaitu menyediakan informasi yang cukup untuk mempengaruhi penilaian dan keputusan pemakai. Prinsip pengungkapan penuh ini mengakui bahwa sifat dan jumlah informasi yang dimasukkan dalam laporan keuangan mencerminkan serangkaian trade off penilaian. Trade off ini terjadi antara: Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB FITRI INDRIAWATI, SE., M.Si. AKUTANSI KEUANGAN MENENGAH 1
pembuatan dan penggunaan laporan keuangan. Informasi mengenai posisi keuangan laba, arus kas, dan investasi dapat ditemui dalam: a. bagian utama laporan keuangan; b. catatan atas laporan keuangan; c. informasi suplementer. Laporan keuangan (financial statement) merupakan cara
mengkomunikasikan informasi yang formal dan terstruktur. Suatu item harus dapat memenuhi definisi unsure dasar, dapat diukur dengan tingkat kepastian yang memadai dan relevan serta handal. Pengungkapan bukanlah merupakan pengganti akuntansi yang baik. Seorang akuntan kepala SEC mengatakan bahwa pengungkapan yang baik tidak menyembuhkan akuntansi yang buruk. Sebagai contoh, akuntansi dasar kas untuk harga pokok penjualan akan menyesatkan sekalipun jumlah akrualnya diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. Catatan atas laporan keuangan (notes to financial statements) ditujukan untuk memperkuat atau memperjelas pos-pos yang disajikan dalam bagian utama laporan keuangan. Informasi tambahan yang dibutuhkan untuk mendapatkan gambaran yang harus dimasukkan dalam catatan atas laporan keuangan apabila informasi dalam bagian utama laporan keuangan menyajikan gambaran yang tidak lengkap menyangkut kinerja dan posisi keuangan perusahaan. Informasi yang disajikan dalam catatan atas laporan keuangan tidak harus memenuhi kualifikasi sebagai suatu unsur, namun catatan atas laporan keuangan ini dapat berbentuk narasi, sebagian ataupun seluruhnya. Contoh dari catatan atas laporan keuangan ini adalah:
penjelasan mengenai kebijakan akuntansi dan metode yang dipakai untuk penjelasan mengenai ketidakpastian dan kontinjensi; serta statistik dan rincian yang terlalu banyak apabila dimasukkan dalam
bagian utama laporan. Informasi suplementer (supplementary information), mencakup rincianatau jumlah yang merupakan perspektif yang berbeda denganyang dipakai dalam laporan keuangan. Informasi suplementer ini dapat berupa informasi kuantitatif yang sangat relevan akan tetapi reliabilitasnya rendah atau dapat juga berupa informasi yang dapat membantu tetapi tidak penting. Salah satu contoh dari informasi suplementer adalah data dan skedul yang disediakan oleh perusahaan minyak dan gas. Biasanya mereka menyajikan informasi tentang cadangan serta pendiskontoan arus kas yang berhubungan. Selain itu informasi suplementer dapat juga mencakup penjelasan manajemen tentang informasi keuangan dan pembahasan mengenai signifikan dan informasi keuangan tersebut. Informasi suplementer bisa juga disajikan untuk menjamin agar investor yang memiliki kemampuan memahami yang memadai (reasonably prudent investor) tidak tersesat. Contoh klasik dari masalah penentuan pedoman pengungkapan yang memadai adalah apa yang harus diungkapkan bank-bank yang menyangkut kredit yang diberikan untuk transaksi yang sangat leveraged seperti leveraged buyout (LBO). Investor sangat ingin untuk mengetahui . Contoh klasik dari masalah penentuan pedoman pengungkapan yang memadai adalah apa yang harus diungkapkan bank-bank yang menyangkut kredit yang diberikan untuk transaksi yang sangat leveraged seperti leveraged buyout (LBO). Investor sangat ingin untuk mengetahui berapa besar presentase kredit bank yang mengandung resiko semacam itu. Masalahnya adalah apa yang kita maksudkan dengan leverage? seperti yang telah dikatakan oleh seorang pembuat kebijakan, yaitu: Jika terlihat leveraged, barangkali memang leveraged, akan tetapi sebagian dari kita sulit untuk mendefinisikannya. Kerumitan ini muncul karena beberapa perusahaan yang sangat leveraged mungkin memiliki arus kas yang mampu menutupi pembayaran bunga, oleh karena itu mereka tidak seperti yang terlihat di Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB FITRI INDRIAWATI, SE., M.Si. AKUTANSI KEUANGAN MENENGAH 1
luar. Jadi, penyediaan tingkat pengungkapan yang tepat untuk membantu investor dan pembuat kebijakan membedakan perusahaan yang beresiko dengan perusahaan yang amat sulit dilakukan. Dalam prinsip pengungkapan penuh tersebut akuntan akan mengikuti paraktek umum dengan menyediakan informasi yang memadai dan signifikan untuk mempengaruhi penilaian serta keputusan pemakai.
VII. Kendala
Ada empat kendala terhadap pelaporan informasi akuntansi, kendala (constraints) yang sifatnya dominan harus diperhitungkan: hubungan biaya manfaat bagian dari lingkungan pelaporan, adalah: praktek industri dan konservatisme. 1. Hubungan Biaya-Manfaat Para pemakai kebanyakan mengasumsikan bahwa informasi adalah komoditas bebas biaya. Akan tetapi para pembuat dan penyedia informasi akuntansi mengetahu hal tersebut dan mengatakan bahwa hal tersebut tidak benar. Karena itu, ada hubungan biaya-manfaat (cost-benefit relationship) yang mana harus diperhitungkan. Biaya penyediaan informasi harus ditimbang terhadap manfaat yang bisa diperoleh dari pemakaian informasi tersebut. Badan-badan pembuat standard an badan-badan pemerintah kini telah menggunakan analisis biaya-manfaat sebelum menetapkan persyaratan informasional. Dalam rangka, menjustifikasi penerbitan suatu standar pengukuran atau pengungkapan tertentu, manfaat yang bisa didapat dari standar harus melampui biaya yang dibutuhkan untuk memenuhi persyaratan tersebut. Analisis biaya-manfaat sulit untuk dilakukan karena biaya dan terutama manfaatnya tidak selalu nyata dan dapat diukur. Terdapat beragam jenis biaya, termasuk biaya pengumpulan dan pemrosesan, biaya penyebaran, biaya auditing, biaya litigasi yang potensial, biaya pengungkapan kepada pesaing dan biaya analisis serta interpretasi. Manfaat yang diperoleh oleh pembuat laporan keuangan (dalam hal pengendalian manajemen dan akses terhadap modal yang lebih besar) dan pemakai laporan keuangan (dalam hal alokasi sumber daya, penilaian pajak, dan dan materialitas. Dua kendala penting lainnya namun kurang dominan dan merupakan
regulasi tariff pajak). Akan tetapi manfaat secara umum lebih sulit untuk dikuantifikasi dibandingkan dengan biaya. Special Committeeon Financial Reporting AICPA menyampaikan kendalakendala berikut untuk membatasi biaya pelaporan: a. Pelaporan bisnis tidak boleh memasukkan informasi yang berada di luar keahlian manajemen atu informasi yang tidak dapat disediakan dengan baikoleh manajemen, seperti informasi tentang pesaing. b. Manajemen tidak boleh diwajibkan untuk melaporkan informasi yang akan membahayakan posisi kompetitif perusahaan secara signifikan. c. Manajemen tidak boleh diwajibkan untuk menyediakan laporan keuangan prediktif. Sebaliknya, manajemen harus meyediakan informasi yang bias membantu pemakai untuk perusahaan. d. Selain laporan keuangan, manajemen hanya perlu melaporkan informasi yang diketahuinya. Manajemen tidak berkewajiban untuk mengumpulkn informasi yang tidak dimiliki atau dibutuhkannya untuk mengelola bisnis. e. Unsur-unsur tertentu dari pelaporan bisnis hanya wajib disajikan jika pemakai dan manajemen setuju bahwa hal tersebut perlu untuk dilaporkan konsep pelaporan fleksibel. f. Perusahaan tidak perlu melaporkan informasi yang berorientasi ke depan kecuali informasi semacam itu merupakan alat yang efektif untuk menghindari kemungkinan terjadinya litigasi. meramalkan sendiri masa depan keuangan
2. Materialitas Kendala materialitas (materiality) berhubungan dengan dampak suatu item terhadap operasi keuangan perusahaan secara keseluruhan. Suatu item akan dianggap material jika pencantuman atau pengabaian item tersebut mempengaruhi atau mengubah penilaian seorang pemaki laporan keuangan. SFAC No.2 menjelaskan tentang inti dari materialitas yaitu pengabaian atau kesalahan penyajian suatuitem dalam laporan keuangan material jika, dengan mempertimbangkan situasisituasi di sekelilingnya, dampak dari pencantuman item tersebut kemungkinan besar akan mengubah atau mempengaruhi penilaian seorang pemakai yang bergantung Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB FITRI INDRIAWATI, SE., M.Si. AKUTANSI KEUANGAN MENENGAH 1
pada laporan keuangan. Konsep materialitas yang serupa juga dipaki oleh profesi auditing. Oleh karena itu, tidaklah material danjuga tidak relevan jika pencantuman atau pengabaian suatu item tidak memiliki dampak terhadap pengambil keputusan. Secara singkatnya, suatu item haruslah membuat perbedaan, jika tidak mak tidak perlu untuk diungkapkan. Jadi aspek yang terlibat disini adalah ukuran dan kepentingan relative. Jika jumlah yang terlibat signifikan ketika dibandingkan dengan pendapatan serta beban lainnya, aktiva dan kewajiban, atau laba bersih entitas, maka standar yang logis dan dapat diterima harus diikuti. Jika jumlahnya begitu kecil sehingga tidak signifikan ketika dibandingkan dengan item-item lain. Maka aplikasi standar tertentu bisa dipandang tidak penting. Sulit untuk menyediakan pedoman yang tegas dalam menilai kapan suatu item tertentu dianggap material atau tidak material karena materialitas bervariasi menurut ukuran (jumlah) dan kepentingan relatif. Sebagai contoh, berikut ini adalah dua kelompok angka yang mengilustrasikan ukuran relatif.
Perusahaan A Penjualan Biaya dan Beban Laba operasi Keuntungan tidak biasa $ 10.000.000 9.000.000 $ 1.000.000 $ 20.000
Perbandingan Materialitas Selama periode yang bersangkutan, pendapatan serta beban dan dengan demikian maka laba bersih Perusahaan A dan Perusahaan B telah proporsional. Kedua perusahaan ini memiliki keuntungan yang tidak biasa. Melihat angka laba bersih Perusahaan A, tampaknya tidak signifikan apakah jumlah keuntungan yang tidak biasa dipisahkan ataukah digabung dengan laba operasi reguler. Keuntungan tidak biasa ini hanya 2% dari laba bersih dan jika digabungkan mak tidak akan mendistorsi angka laba bersih secara serius. Sementara itu, perusahaan B hanya memiliki keuntungan yang tidak biasa sebesar $5.000 berjumlah 50% dari laba Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB FITRI INDRIAWATI, SE., M.Si. AKUTANSI KEUANGAN MENENGAH 1
bersihnya. Jadi, jelas bahwa pencantuman item ini dalam laba bersih regular aka mempengaruhi jumlah laba bersih secara material. Signifikasi ukuran relative (relative size) suatu item harus diperhatikan dalam menentukan materialitasnya. Perusahaan dan para auditornya telah mengadopsi suatu aturan umum bahwa apapun yang berada di bawah 5% dari laba bersih dianggap tidak material. Baru-baru ini SEC menyatakan bahwa aturan umum itu boleh digunakan untuk melakukan penilaian awal atas materialitas, akan tetapi factor-faktor lainnya juga harus diperhitungkan. Sebagai contoh yaitu suatu perusahaan kini tidak boleh lagi mengabaikan item-item yang dipandang tidak materialdalam rangka memenuhi angka laba-konsensus seperti yang disiratkan analis, mempertahankan kecenderungan laba yang sensitif, atau menyembunyikan transaksi illegal seperti penyuapan. Dengan kata lain, baik factor-faktor kuantitatif maupun kualitatif harus dipertimbangkan dalam menentukan apakah suatu item material atau tidak. Selain itu SEC juga menegaskan bahwa perusahaan harus
mempertimbangkan setiap kesalahan penyajian secara terpisah dan pengaruh agregat dari semua kesalahan dalam menentukan materialitas. Sebagai contoh, General Dynamics mengungkapkan bahwa laba Resources Group telah meningkat sebesar $5.8 juta sementara pada saat yang sama salah satu anak perusahaannya telah melakukan penghapusan piutang sebesar $6.7 juta. Walaupun kedua angka tersebut jauh lebih besar daripada $2.5 juta yang dihasilkan General Dynamics secara menyeluruh pada tahun bersangkutan, namun kedua angka tersebut tidak diungkapakan sebagai angka yang tidak biasa hal ini dikarenakan pengaruh bersihnya terhadap laba dipandang tidak material. Praktek seperti ini sekarang telah dilarang karena setiap item harus dipertimbangkan secara terpisah. Selain itu, meskipun suatu item individual mungkin tidak material, namun item tersebut bisa dianggap material jika ditambahkan ke item-item tidak material lainnya. Jadi, itemitem seperti ini juga harus untuk diungkapkan. Materialitas juga merupakan faktor yang penting dalam banyak keputusan akuntansi internal. Jumlah klasifikasi yang dibutuhkan dalam buku besar pembantu beban, tingkat keakuratan yang dibutuhkan ketika mengalokasikan beban ke berbagai departemen perusahaan, serta sejauh mana penyesuaian harus dilakukan Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB FITRI INDRIAWATI, SE., M.Si. AKUTANSI KEUANGAN MENENGAH 1
terhadap item-item akrual dan deferral, adalah contoh-contoh penilaian yang pada akhirnya harus diputuskan berdasarkan logika dan daya-terap,yaitu perusahaan dan auditor harus menerapkan konsep materialitas secara rasional. Hanya dengan menerapkan penilaian yang baik dan dengan keahlian professional jawaban yang tepat dan rasional dapat ditemukan. Materialitas merupakan suatu standar yang rasional dan dapat diterima harus dipakai jika jumlah yang terlibat adalah signifikan bila dibandingkan dengan pendapatan dan beban lain. 3. Praktek Industri Pertimbangan praktis lainnya adalah praktek-praktek industri (industry practices). Sifat unik dari sejumlah industri dan perusahaan kadang-kadang memerlukan penyimpangan dari teori dasar. Dalam industri utilitas public, aktiva tidak lancar dilaporkan terlebih dahulu dalam neraca untuk menunjukkan karakter industri utilitas yang padat modal. Tanaman pertanian umumnya dilaporkan pada nilai pasar karena sulit untuk menentukan angka-angka biaya yang akurat atas tanaman individual itu. Penyimpangan dari teori dasar semacam ini tidak banyak, akan tetapi ada. Setiap kali menemukan pelanggaran atas teori dasar maka kita harus menentukan terlebih dahulu apakah pelanggaran tersebut dapat dijelaskan oleh sejumlah karakteristik unik dari industri sebelum mengecam prosedur yang dipakai. Dalam praktek industri memperbolehkan pemakaian nilai pasar dalam situasi-situasi khusus tertentu. 4. Konservatisme Konservatisme merupakan tindakan berhati-hati. Dalam konservatisme jika ragu maka pilihlah solusi yang memiliki kecil kemungkinannya yang akan menghasilkan angka laba bersih dan aktiva bersih yang terlalu tinggi. Tidak banyak konvensi akuntansi yang begitu salah dipahami seperti halnya kendala konservatisme. Konservatisme (conservatism) berarti jika ragu maka pilihlah solusi yang sangat kecil kemungkinannya akan menghasilkan penetapan yang terlalu tinggi bagi aktiva dan laba. Tidak ada anjuran dalam konsep konservatisme agar aktiva bersih atau laba bersih disajikan terlalu rendah.
Sayangnya, banyak orang yang menginterpretasikannya seperti itu. Tujuan dari konversi ini apabila diaplikasikan secara tepat adalah menyediakan pedoman yang paling rasional dalam situasi sulit: jangan menyajikan angka angka laba bersih dan aktiva bersih yang lebih tinggi. Contoh konservatisme dalam akuntansi adalah pemakaian metode yang terendah antara biaya atau harga pasar (lower cost market) ketika menilai persediaan dan aturan yang mengharuskan kerugian bersih akrual diakui atas komitmen pembelian barang untuk persedian oleh perusahaan. Jika muncul keraguan, maka lebih baik menyajikan amgka laba bersih dan aktiva bersih yang terlalu rendah daripada yang terlalu tinggi. Tentu saja, jika tidak ada keraguan maka tidak perlu mengaplikasikan kendala ini. Kendala konservatisme merupakan salah satu kendala yang amat
bermanfaat akan tetapi kendala ini harus ditetapkan dengan hati-hati dan digunakan hanya sebagai pengaruh yang bersifat moderat dan memperhalus saja terhadap informasi yang dilaporkan. Pada dasarnya konservatisme dalam akuntansi dan pelaporak keuangan merupakan suatu kebijakan. Konservatisme ini harus digunakan jika keadaan yang dihadapi benar-benar meragukan, misalnya prinsipprinsip akuntansi yang berlaku umum menggariskan bahwa biaya peneliatian dan pengembangan harus segera dibebankan (diakui sebagai beban periode) karena manfaat yang diperoleh dari kegiatan ini tidak dapat ditentukan secara akurat. Karena selalu terdapat keragu-raguan mengenai keberadaan atau jumlah dari manfaat yang akan diperoleh di masa yang akan datang maka biaya penelitian dan pengembangan langsung dibebankan dan jumlah laba yang dilaporkan sekarang dikurangi. Contoh lain mengenai konservatisme ini dalam praktek akuntansi value). adalah mengenai pelaporan sekuritas jangka pendek dengan menggunakan nilai terendah antara biaya dan nilai pasar (lower of cost or market
Karakteristik kualitatif 1. Kualitas Primer A. relevansi (1) nilai prediktif (2) nilai umpan balik (3) Ketepatan waktu B. Reliabilitas (1) Daya uji (2)Ketepatan penyajian (3) Netralitas 2. Kualitas Sekunder A. Komparabilitas B. Konsistensi
Unsur- unsur aktiva kewajiban ekuitas investasi oleh pemilik distribusi kpd pemilik laba komprehensif pendapatan beban keuntungan kerugian
Tujuan Menyediakan informasi: Yang berguna bagi pembuatan keputusan investasi dan kredit Yang berguna untuk menilai arus kas masa depan Tentang sumber daya perusahaan, klaim atas sumber daya tersebut dan perubahannya