LATAR BELAKANG Usaha kerajinan kayu bagi masyarakat Indonesia terutama yang tinggal di daerah pariwisata umumnya merupakan usaha yang telah lama di tekuni dan merupakan usaha turun temurun dari generasi sebelumnya. Sentra kerajinan kayu dari daerah kunjungan wisata yang menonjol antara lain dari Bali, Jawa Tengah, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, Irian Jaya dan Nusa Tenggara. Barang-barang kerajinan kayu tersebut di minati oleh wisatawan asing yang berkunjung ke Indonesia, malahan ada beberapa produk mainan yang sudah diekspor ke manca negara, meskipun secara volume dan nilai ekspor belum dapat bersaing dengan volume dan nilai ekspor komoditi andalan yang lainnya baik di sektor migas maupun non migas. Khususnya barang-barang ekspor Indonesia di luar non migas yang berbahan kayu lebih di dominasi oleh ekspor kayu lapis dan kayu olahan lainnya, oleh karena itu data ekspor yang khusus kerajinan kayu dari BPS belum dapat di observasi secara langsung, masih dikaitkan dengan ekspor barang-barang dari kayu laiinya. Pembahasan mengenai peluang perkembangan usaha kerajinan kayu dapat juga dilakukan dengan melihat perkembangan produksi di suatu daerah, misalnya dalam tulisan ini dari daerah Bali. Kecendrungan volume produksi yang meningkat menunjukkan juga bahwa peluang usaha di sektor tersebut cukup baik. Dengan melihat prospek pengembangan usaha kerajinan kayu yang baik tersebut di sertai pertimbangan local content dari produknya yang tinggi serta banyanya pertimbangan tenaga kerja yang dibutuhkan kiranya cukup menjadi pertimbangan bagi perbankan untuk membiayai sektor usaha kecil dimaksud. Jaminan keamanan dari pembiayaannya dapat ditingkatkan dengan melibatkan peranan pemasaran, bantuan teknis produksi, bantuan pengadaan bahan baku dan penyediaan jaminan tambahan dari Perusahaan Mitra Usaha Besar yang menjadi mitra kerjanya. Disamping peran pihak perusahaan Penjamin Kredit juga cukup potensial untuk dimanfaatkan. Bahan baku kayu bagi industri kerajinan dapat di katakan hampir tidak mempunyai batasan jenis dan ukuran, bahkan limbah kayu pun dapat dimanfaatkan sehingga secara nasional pengembangan usaha ini akan memberikan dampak positif terhadap kenaikan efisiensi sumber daya alam Indonesia.
ASPEK PEMASARAN
PELUANG PASAR Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai wilayah hutan penghasil kayu yang cukup luas. Hasil produksi hutan Indonesia merupakan produk unggulan komparatif
di mana sebagian besar hasil produksi hutan berupa kayu dalam segala bentuknya di ekspor ke manca negara, serta merupakan penghasil devisa unggulan sektor non migas. Sebagai referensi, data Statistik industri dan Perdagangan no 177 tahun 1998 menunjukkan perkembangan volume dan nilai ekspor barang-barang dari kayu seperti terlihat pada tabel 1 di bawah ini : Tabel 1. Perkembangan Volume Dan Nilai Ekspor Barang-barang Dari Kayu Indonesia Nilai/USD Jenis Barang Tahun Volume/Ton (000) Plywood, triplek, veneers, 1993 6.488.748,12 4.585.604,47 wood worked. 1994 6.192.426,98 4.125.224,85 1995 1996 1997 Jul 1998 1993 1994 1995 1996 1997 Jul 1998 5.740.009,92 5.623.472,66 5.321.971,06 2.997.740,56 512.402,08 703.147,20 638.498,21 632.476,46 574.811,65 263.438,64 3.826.965,36 3.991.449,03 3.742.789,22 1.287.102,97 534.411,35 707.656,35 836.051,29 851.361,29 711.820,79 283.864,20
Barang-barang kayu
Data tersebut di atas belum dapat memberikan informasi mengenai volume dan nilai ekspor kerajinan kayu, sehingga belum dapat di jadikan patokan menilai perkembangan peluang usaha kerajinan kayu. Untuk itu perlu di lihat juga perkembangan produksi dari kerajian kayu daerah setempat sebagai contoh dapat dilihat perkembangan industri kerajinan kayu di daerah Bali, menurut data Kanwil Deperindag Propinsi Bali nilai ekspor kerajinan kayu (wood craft ) tahun 1993 - 1997 seperti terlihat pada tabel 2 dibawah ini : Tabel 2. Perkembangan Nilai Ekspor Kerajinan Kayu Propinsi Bali Tahun 1993- 1997
Dengan metoda linear didapat perkiraan pertumbuhan ekspor seperti terlihat pada tabel 3 di bawah ini : Tabel 3. Perkiraan Pertumbuhan Ekspor Kerajinan Kayu Propinsi Bali Tahun 1998 - 2000 Tahun Nilai (U S $) 1998 94,954,100 1999 2000 2001 2002 106,670,800 118,387,500 130,104,200 141,820,900
Kecendrungan perkembangan industri kerajinan kayu tersebutmenunjukkan kecendrungan produksi produksi yang meningkat, dengan perkataan lain usaha tersebut berkembang dengan baik, ini berarti bahwa peluang usaha kerajinan kayu utamanya untuk ekspor masih terus berkembang dan mempunyai prospek yang baik.
ASPEK PEMASARAN
PERSAINGAN Pada dasarnya desain dan bahan baku kerajinan kayu Indonesia bersifat spesifik sehingga umumnya pesaing datang dari dalam negeri, bukan dari luar negeri Persaingan dalam negeri ini umumnya usaha kecil juga, sehingga karakteristik usaha di sektor ini antara lain adalah : 1. Mitra UK tidak mempunyai kemampuan ekspor langsung, tetapi melalui eksportir
2. Dalam hal desain yang sama, baku mutu produk agak sulit untuk diterapkan, sehingga pesanan dalam jumlah besar agak suiit untuk dipenuhi. 3. Banyak diantara eksportir adalah orang asing yang langsung membawa desain sendiri yang diminati konsumen luar negeri, sehingga produk yang dihasilkan menjadi tidak spesifik lagi dan kehilangan sebagian keunggulan kompetitifnya dalam jangka panjang kondisi ini secara nasional tidak menguntungkan 4. Karena eksportir (terutama yang asing) dapat berhubungan secara langsung dengan mitra UK, maka jika diantara Mitra UK tidak ada ikatan persatuan yang kuat bargaining position menjadi melemah. Faktor karekteristik usaha kerajinan tersebut di atas perlu di kaji lebih mendalam apabila Perbankan ingin membiayai sektro usaha di maksud.
ASPEK PRODUKSI
SPESIFIKASI PRODUK Secara umum jenis produk kerajinan kayu terdiri dari 3 jenis, yaitu "art product" (Sebagian besar pengerjaan tangan/seni), " mass product " (sebagian besar pengerjaan mesin dan seni). Ketiga jenis pokok produk kerajinan kayu tersebut bentuk dan jenisnya sangat variatif dengan jumlah yang relatif banyak. Jenis-jenis produk tersebut ada yang berbentuk binatang, bunga-bungaan, buah-buahan, ikan-ikanan, perabot rumah tangga, aksesoris, mainan anak dan jenis lainnya. Dari sisi fungsinya dapat di bedakan dua jenis yaitu untuk barang seni (pajangan) dan barang seni sekaligus fungsional seperti untuk perabotan rumah tangga. Desain produk kerajinan kayu memerlukan inovasi dan kreativitas yang di-nami karena dari waktu ke waktu desain produk kerajinan kayu sangat cepat berubah sesuai dengan selera pasar khususnya dengan pasar orientasi ekspor. Desain kerajinan kayu dengan tujuan ekspor bisa berasal dari order importir atau atas kreatifitas seniman/pengrajin kayu lokal. Dalam model kelayakan PKT ini jenis produk kerajinan kayu yang di produksi adalah " mass dan art product" berbentuk binatang (kodok) dan alat rumah tangga (kursi matahari dan cermin).
ASPEK PRODUKSI
BAHAN BAKU DAN BAHAN PEMBANTU Bahan Baku Bahan baku yang di gunakan dalam pembuatan berbagai macam jenis produk kerajinan kayu diantaranya adalah kayu sengon, jabon dan jati. Sumber bahan baku tersebut didapatkan secara lokal atau didatangkan dari luar daerah.
Bahan Pembantu Bahan pembantu yang digunakan dalam pembuatan berbagai macam jenis kerajinan kayu terdiri dari berbagai jenis cat tembok, pewarna, semir.
ASPEK PRODUKSI
TENAGA KERJA Tenaga kerja yang diperlukan dalam rangka pengembangan usaha kerajinan kayu ini terdiri dari : Manajemen Koperasi : 1. Manajer : 1 orang 2. Kasir : 1 orang 3. Juru buku : 1 orang 4. Bagian Gudang/ Penjualan : 1 orang 5. Bagian Tabungan : 2 orang Manajemen masing-masing Mitra UK 1. Pemelik/Pengelola : 1 orang 2. Administrasi : 1 orang 3. Pengawas Produksi : 1 orang 4. Bagian Pemasaran : 1 orang 5. Pengrajin kayu : 20 orang
ASPEK PRODUKSI
PROSES PRODUKSI Proses pembuatan kerajinan kayu merupakan gabungan proses mekanik (pemotongan dan pemolaan kayu) dan pengerjaan seni tradisional (pembentukan produk jadi secara manual). Kerajinan kayu di hasilkan merupakan hasil kerajinan yang mempunyai kandungan seni (art) dan fungsional. Dalam proses pembuatannya dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu : pemotongan kayu gelondongan, pemotongan kayu sesuai dengan ukuran model produk, pembentukan model-model produk dengan mesin bubut, pengukiran (pembentukan produk jadi), pengamplasan, pewarnaan dan finishing. Aliran proses pembuatan berbagai macam jenis kayu tersebut dapat dilihat pada diagram berikut.
ASPEK PRODUKSI
SARANA PRODUKSI
Mesin dan peralatan yang digunakan untuk dalam pembuatan kerajinan kayu dalam setiap tahapan sebagai berikut : 1. Tahap penyiapan bahan baku kayu umumnya menggunakan mesin potong kayu (band saw) dan alat pengering (dry klin). 2. Tahap pembentukan di bantu oleh band saw kecil dan mesin potong handy seperti gergaji dan pahat. 3. Tahap pembentukan halus atau pengukiran dengan menggunakan pahat. 4. Tahap penghalusan biasanya menggunakan amplas dan banyak menggunakan tenaga manusia. 5. Tahap finishing biasanya di bantu dengan mesin semprot cat dan kuas untuk mewarnai. 6. Tahap pengepakan untuk keperluan pengiriman. Bangunan produksi bentuk dan ukurannya bervariasi tergantung pada jenis produk yang dibuat, ada yang memanfaatkan ruang di rumah, tetapi ada juga yang membuat bangunan khusus berbentuk gudang. Ketersediaan listrik bagi peralatan dan penerangan merupakan saran yang sangat menunjang proses produksi kerajinan kayu. Dalam hal finishing menggunakan cat/piltur, umumnya proses produksi memerlukan rakrak tempat pengeringan. Jenis dan jumlah mesin/peralatan yang diperlukan tentu saja tergantung pada jenis produk dan skala produksinya dan umumnya peralatan tersebut di atas dapat diperoleh di dalam negeri. Pada model kelayakan PKT ini tanah, bangunan, peralatan produksi, peralatan kantor dan kendaraan yang digunakan dalam pengembangan usaha kerajinan kayu ini dapat di lihat pada lampiran 1.2 Rencana Produksi Rencana kapasitas produksi kerajinan kayu model PKT ini selama periode investasi tahun ke -1 sampai dengan tahun ke-5 dapat dilihat pada lampiran 1.3.
Lampiran 1.3 - Kerajinan Kayu
Uraian A. Biaya Variabel 1. Bahan Baku 2. Tenaga Kerja 3. Cat dan Finishing Jumlah A B. Biaya Tetap 1. Administrasi dan Umum 2. Transportasi 3. Listrik, Air dan Telpon 4. Biaya Pemeliharaan 5. Penyusutan 6. Gaji Karyawan 7. Lain-lain Jumlah B Jumlah A+B Biaya Variabel Incremental Biaya Tetap Incremental
97.500.000 117.000.000 122.850.000 128.992.500 135.442.125 142.214.231 248.400.000 298.080.000 312.984.000 328.633.200 345.064.860 362.318.103 59.400.000 71.280.000 74.844.000 78.586.200 82.515.510 86.641.286 405.300.000 486.360.000 510.678.000 536.211.900 563.022.495 591.173.620
2.900.000
ASPEK PRODUKSI
SARANA PRODUKSI Mesin dan peralatan yang digunakan untuk dalam pembuatan kerajinan kayu dalam setiap tahapan sebagai berikut : 1. Tahap penyiapan bahan baku kayu umumnya menggunakan mesin potong kayu (band saw) dan alat pengering (dry klin). 2. Tahap pembentukan di bantu oleh band saw kecil dan mesin potong handy seperti gergaji dan pahat. 3. Tahap pembentukan halus atau pengukiran dengan menggunakan pahat.
4. Tahap penghalusan biasanya menggunakan amplas dan banyak menggunakan tenaga manusia. 5. Tahap finishing biasanya di bantu dengan mesin semprot cat dan kuas untuk mewarnai. 6. Tahap pengepakan untuk keperluan pengiriman. Bangunan produksi bentuk dan ukurannya bervariasi tergantung pada jenis produk yang dibuat, ada yang memanfaatkan ruang di rumah, tetapi ada juga yang membuat bangunan khusus berbentuk gudang. Ketersediaan listrik bagi peralatan dan penerangan merupakan saran yang sangat menunjang proses produksi kerajinan kayu. Dalam hal finishing menggunakan cat/piltur, umumnya proses produksi memerlukan rakrak tempat pengeringan. Jenis dan jumlah mesin/peralatan yang diperlukan tentu saja tergantung pada jenis produk dan skala produksinya dan umumnya peralatan tersebut di atas dapat diperoleh di dalam negeri. Pada model kelayakan PKT ini tanah, bangunan, peralatan produksi, peralatan kantor dan kendaraan yang digunakan dalam pengembangan usaha kerajinan kayu ini dapat di lihat pada lampiran 1.2 Rencana Produksi Rencana kapasitas produksi kerajinan kayu model PKT ini selama periode investasi tahun ke -1 sampai dengan tahun ke-5 dapat dilihat pada lampiran 1.3.
Lampiran 1.2 - Kerajinan Kayu
A. INVESTASI LAMA A. INVESTASI LAMA Tanah (are) Bangunan (unit) Mesin dan Peralatan Produksi - Mesin Bor (unit) - Mesin Gergaji (unit) - Mesin Amplas (unit) - Mesin Pengering - Peralatan Kecil Jumlah Mesin dan Peralatan Peralatan Kantor - Alat-alat Tulis - Telpon - Meja Kerja Jumlah Peralatan Kantor Kendaraan - Pick up - Sepeda Motor Jumlah Kendaraan Jumlah Investasi Lama B. INVESTASI BARU Bangunan Mesin dan Peralatan Produksi - Mesin Amplas - Mesin Potong - Peralatan Kecil Jumlah Mesin dan Peralatan Peralatan Kantor - Kalkulator - Mesin Tik Jumlah Peralatan Kantor Jumlah Investasi Baru
Umur Jumlah Harga Satuan Ekonomi Unit (Rp) (th) 0 0 5 1 0 10 12 5 1 10 0 1 1 1 0 1 2 15000000 3000000010 0 8000005 15000005 3500005 25000005 750005 0 1500005 7500005 1000005 0 175000005 05
Nilai Perolehan
Tahun Perolehan
75.000.000 30.000.000 1998 8.000.000 1998 18.000.000 1998 1.750.000 1998 2.500.000 1998 750.000 1998 31.000.000 150.000 1998 750.000 1998 100.000 1998 1.000.000 17.500.000 1998 17.500.000 154.500.000 1998 3.000.000 1.600.000 3.600.000 350.000 500.000 150.000 6.200.000 30.000 150.000 20.000 200.000 3.500.000 3.500.000 12.900.000 500.000 280.000 1.900.000 100.000 2.280.000 20.000 100.000 120.000 2.900.000
0 1 0 2 1 5 0 1 1
0 500000010 0 7000005 95000005 1000005 0 1000005 5000005 100.000 1999 500.000 1999 600.000 17.000.000 1.400.000 1999 9.500.000 1999 500.000 1999 11.400.000 5.000.000 1999
Jumlah Investasi baru dan lama Penyusutan Jumlah Kebutuhan Investasi tahun ke 1 Dana Sendiri Kredit Investasi 100% 30% 70%
171.500.000
15.800.000 15.800.000
ASPEK KEUANGAN
UMUM Analisa ini diharapkan akan dapat menjawab apakah para produsen kerajinan kayu (mitra usaha kecil) akan mendapatkan nilai tambah dari proyek ini, serta mampu mengembalikan kredit yang diberikan oleh bank dalam jangka waktu yang wajar. Perhitungan analisa kelayakan ini didasarkan pada kelayakan usaha produksi kerajinan kayu dengan mengambil jenis produk binatang (hiasan) dan alat rumah tangga (hiasan dan fungsional). Ketiga jenis produk dalam analisa finansial ini adalah bentuk kerajinan kayu berupa kodok (hiasan), kursi matahari dan cermin (hiasan dan fungsional). Model kelayakan usaha ini merupakan pengembangan usaha kerajinan kayu yang telah berjalan dan untuk menumbuhkan kemandirian usaha dan peningkatan nilai penjualan bagi mitra usaha kecil yang selama ini telah bermitra dengan usaha menengah/besar. Skim kredit yang digunakan dalam analisa keuangan ini adalah skim Kredit Usaha Kecil (KUK) dengan tingkat suku bunga 24 % per tahun. Selama masa pengembangan dengan penambahan investasi baru, mitra usaha kecil (produksi kerajinan kayu) diberikan masa tenggang (grace period) selama 3 bulan. Pembayaran angsuran kredit pokok untuk proyek ini mulai di lakukan pada bulan ke -4. Parameter teknis dan financial untuk perhitungan analisa keuangan proyek pengembalian kerajinan kayu ini dapat dilihat pada Lampiran 1.1. Selanjutnya dengan mempertimbangkan kemungkinan penurunan harga jual dan kenaikan harga biaya produksi, maka di lakukan analisa sensitifitas, dengan berbagai variabel penurunan harga (Lampiran 1.14).
Lampiran 1.1 - Kerajinan Kayu
29.700.000 19.800.000 48.000.000 97.500.000 248.400.000 59.400.000 405.300.000 72.300.000 1.200.000 3.600.000 3.000.000 2.400.000 12.900.000 21.000.000 2.400.000 46.500.000 25.800.000 1.560.000 24.240.000
Tahun Biaya Investasi + Modal Kerja 1 2 3 4 Salvage Value 5 (27.292.507) (3.000.576) (3.191.738) (52.851.324) (3.518.891)
Laba Bersih 4.688.097 3.283.108 3.957.838 4.532.033 2.033.272 Aktiva Tetap Persediaan
DF 1 DF 2 PV 1 PV 2 24% 45% (22.604.411) 0,806 (18.229.363) 0,565 (12.770.853) 282.532 0,650 183.749 0,319 90.182 766.101 0,524 401.810 0,180 138.155 (48.319.291) 0,423 (20.437.784) 0,102 (4.922.973) (1.485.619)
A. INVESTASI LAMA A. INVESTASI LAMA Tanah (are) Bangunan (unit) Mesin dan Peralatan Produksi - Mesin Bor (unit) - Mesin Gergaji (unit) - Mesin Amplas (unit) - Mesin Pengering - Peralatan Kecil Jumlah Mesin dan Peralatan Peralatan Kantor - Alat-alat Tulis - Telpon - Meja Kerja Jumlah Peralatan Kantor Kendaraan - Pick up - Sepeda Motor Jumlah Kendaraan Jumlah Investasi Lama B. INVESTASI BARU Bangunan Mesin dan Peralatan Produksi - Mesin Amplas - Mesin Potong - Peralatan Kecil Jumlah Mesin dan Peralatan Peralatan Kantor - Kalkulator - Mesin Tik Jumlah Peralatan Kantor Jumlah Investasi Baru
Umur Jumlah Harga Satuan Ekonomi Unit (Rp) (th) 0 0 5 1 0 10 12 5 1 10 0 1 1 1 0 1 2 15000000 3000000010 0 8000005 15000005 3500005 25000005 750005 0 1500005 7500005 1000005 0 175000005 05
Nilai Perolehan
Tahun Perolehan
75.000.000 30.000.000 1998 8.000.000 1998 18.000.000 1998 1.750.000 1998 2.500.000 1998 750.000 1998 31.000.000 150.000 1998 750.000 1998 100.000 1998 1.000.000 17.500.000 1998 17.500.000 154.500.000 1998 3.000.000 1.600.000 3.600.000 350.000 500.000 150.000 6.200.000 30.000 150.000 20.000 200.000 3.500.000 3.500.000 12.900.000 500.000 280.000 1.900.000 100.000 2.280.000 20.000 100.000 120.000 2.900.000
0 1 0 2 1 5 0 1 1
0 500000010 0 7000005 95000005 1000005 0 1000005 5000005 100.000 1999 500.000 1999 600.000 17.000.000 1.400.000 1999 9.500.000 1999 500.000 1999 11.400.000 5.000.000 1999
Jumlah Investasi baru dan lama Penyusutan Jumlah Kebutuhan Investasi tahun ke 1 Dana Sendiri Kredit Investasi 100% 30% 70%
171.500.000
15.800.000 15.800.000
Uraian
Satuan
1 120%
2 105% 100.000 300.000 250.000 200.000 1.750.000 26.082.000 6.237.000 200.000 35.119.000
3 105% 100.000 300.000 250.000 200.000 1.750.000 27.386.100 6.548.850 200.000 36.734.950
4 105% 100.000 300.000 250.000 200.000 1.750.000 28.755.405 6.876.293 200.000 38.431.698
5 105% 100.000 300.000 250.000 200.000 1.750.000 30.193.175 7.220.107 200.000 40.213.282
A. Kas - Administrasi & Umum - Transportasi - Listrik, Air dan telpon - Biaya Pemeliharaan - Gaji Karyawan - Tenaga Langsung - Pengecatan & Finishing - Lain-lain Jumlah Kas B. Persediaan Bahan Baku Produk Jadi Jumlah Persediaan Kebutuhan Modal Kerja 1 Bulan 1/2 Bulan 8.125.000 18.825.000 26.950.000 55.400.000 9.750.000 22.336.391 32.086.391 65.692.507 10.292.507 Kebutuhan Modal Kerja Dana Sendiri Kredit Modal Kerja 10.292.507 1.543.876 8.748.631 100% 15% 85% 10.237.500 23.336.583 33.574.083 68.693.083 3.000.576 10.749.375 24.400.496 35.149.871 71.884.821 3.191.738 11.286.844 25.517.604 36.804.448 75.236.145 3.351.324 11.851.186 26.690.567 38.541.753 78.755.036 3.518.891 1 Bulan 1 Bulan 1 Bulan 1 Bulan 1 Bulan 1 Bulan 1 Bulan 100.000 300.000 250.000 200.000 1.750.000 20.700.000 4.950.000 200.000 28.450.000 126.116 300.000 250.000 200.000 1.750.000 24.840.000 5.940.000 200.000 33.606.116
,
11.900.000 Bunga KI = RpThn/BLn Pokok 24 % per tahun 1/0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 II/1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 III/1 2 3 4 5 198.333 198.333 198.333 198.333 198.333 198.333 198.333 198.333 198.333 1.785.000 198.333 198.333 198.333 198.333 198.333 198.333 198.333 198.333 198.333 198.333 198.333 198.333 2.380.000 198.333 198.333 198.333 198.333 198.333 238.000 238.000 238.000 238.000 234.033 230.067 226.100 222.133 218.167 214.200 210.233 206.267 2.713.200 202.300 198.333 194.367 190.400 186.433 182.467 178.500 174.533 170.567 166.600 162.633 158.667 2.165.800 154.700 150.733 146.767 142.800 138.833 Baki Debet 11.900.000 11.900.000 11.900.000 11.900.000 11.701.667 11.503.333 11.305.000 11.106.667 10.908.333 10.710.000 10.511.667 10.313.333 10.115.000 10.115.000 9.916.667 9.718.333 9.520.000 9.321.667 9.123.333 8.925.000 8.726.667 8.528.333 8.330.000 8.131.667 7.933.333 7.735.000 7.735.000 7.536.667 7.338.333 7.140.000 6.941.667 6.743.333 III/1 2 3 4 5 II/1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 KMK = Thn/Bln 1/0 714.000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 8.748.631 Bunga = 24 % Baki Pokok 243.018 243.018 243.018 243.018 243.018 243.018 243.018 243.018 243.018 2.187.158 243.018 243.018 243.018 243.018 243.018 243.018 243.018 243.018 243.018 243.018 243.018 243.018 2.916.210 243.018 243.018 243.018 243.018 243.018 Debet
8.748.631
174.973 8.748.631
174.973 8.748.631
174.973 8.748.631
174.973 8.505.614
170.112 8.262.596
165.252 8.019.579
160.392 7.776.561
155.531 7.533.544
150.671 7.290.526
145.811 7.047.508
140.950 6.804.491
136.090 6.561.473
1.924.699 6.561.473
131.229 6.318.456
126.369 6.075.438
121.509 5.832.421
116.648 5.589.403
111.788 5.346.386
106.928 5.103.368
102.067 4.860.351
97.207 4.617.333
92.347 4.374.316
87.486 4.131.298
82.626 3.888.281
77.766 3.645.263
1.253.970 3.645.263
72.905 3.402.245
68.045 3.159.228
63.185 2.916.210
58.324 2.673.193
53.464 2.430.175
ASPEK KEUANGAN
BIAYA PRODUKSI Biaya produksi pengembangan usaha kerajinan kayu terdiri dari Biaya Tetap dan Biaya Variabel. Jumlah biaya tetap pada tahun ke - 1 sebesar Rp.49.713.392 dan pada tahun ke2 sampai tahun ke- 5 sebesar Rp.49.400.000. Biaya tetap tahun ke-1 lebih besar dari tahun-tahun berikutnya karena pada tahun ke -1 terdapat biaya administrasi kredit sebesar Rp.313.392 Biaya tetap pada tahun ke -2 sampai tahun ke-5 terdiri dari : 1. Administrasi dan Umum Rp 100.000/bulan 2. Transportasi Rp 300.000/bulan 3. Listrik, Air dan Telpon Rp 250.000/bulan 4. Biaya Pemeliharaan Rp 200.000.-/bulan 5. Penyusutan Rp 12.900.000/bulan 6. Biaya Gaji Rp 1.750.000/bulan 7. Lain-lain Rp 200.000/bulan Perincian mengenai biaya tetap di atas dapat dilihat pada Lampiran 1.4. Biaya Variabel terdiri dari : 1. Bahan Baku (kayu) Rp 8.125.000/bulan 2. Tenaga Kerja Rp 20.700.000/bulan 3. Cat dan Finishing Rp 4.950.000/bulan Perhitungan kebutuhan variabel tersebut dapat di lihat pada lampiran 1.4.
ASPEK KEUANGAN
KEBUTUHAN MODAL KERJA Kebutuhan modal kerja usaha kerajinan kayu pada tahun ke-1 sebesar Rp. 61.605.061 yang terdiri dari pembiayaan dengan dana sendiri sebesar Rp 24.642.024 dan pembiayaan dari kredit modal kerja sebesar Rp 36.963.037 Pelunasan kredit investasi di rencanakan selama lima tahun dan pelunasan kredit modal kerja di rencanakan selama tiga tahun (setiap akhir tahun di perpanjang). Dalam pelunasan kredit ini diperlukan grace period selama 3 bulan dengan tingkat suku bunga sebesar 24% per tahun. Rencana pelunasan kredit investasi dan modal kerja dapat di lihat pada Lampiran 1.5.
ASPEK KEUANGAN
ANALISIS KEUANGAN Proyeksi Laba/Rugi Nilai penjualan hasil industri kerajinan kayu pada tahun ke-1 di rencanakan meningkat sebesar 15 % di bandingkan pada tahun ke -0 dan pada tahun-tahun berikutnya di asumsikan tumbuh hanya sebesar 5 %. Nilai penjualan pada tahun ke-1 dan tahun ke-5 diproyeksikan masing-masing sebesar Rp 573.120.000 dan Rp 663.458.040 (Lampiran 1.6) Proyeksi Aliran Kas Proyeksi aliran kas periode investasi tahun ke -1 sampai ke-5 dapat dilhat pada Lampiran 1.7. Posisi kas akhir pada tahun ke-1 sebesar Rp.107.854.453, dan pada akhir tahun ke-5 sebesar Rp 259.546.429. Proyeksi aliran kas bulanan selama dau tahun periode investasi dapat dilihat pada lampiran 1.8. Proyeksi Neraca Proyeksi neraca periode investasi tahun ke-1 sampai tahun ke-5 dapat di lihat pada Lampiran 1.9. Pada periode investasi tahun ke-1 besarnya aktiva dan modal sendiri masing-masing sebesar Rp.282.740.844 dan Rp 216.586.968 serta pada tahun ke -5 masing-masing Rp 427.188.183 dan Rp 337.413.505 Kriteria Kelayakan Proyek Untuk menilai kelayakan proyek ini digunakan kriteria Net Present Value (NPV), Internal rate of Return (IRR), Benefit Cost Ratio (B/C) dan Pay Back Period, seperti tampak pada Tabel 4 Tabel 4. Kriteria Kelayakan Usaha Kerajinan Kayu No Kriteria Kelayakan Nilai 1 NPV (df = 24 %) Rp. 58,92 juta 2 B/C Ratio 1,15 3 IRR 96,07 4 Pay back Period 48 bulan
Lampiran 1.11 - Kerajinan Kayu
Tahun Biaya Investasi + Modal Kerja 1 2 3 4 Salvage Value 5 (27.292.507) (3.000.576) (3.191.738) (52.851.324) (3.518.891)
Laba Bersih 9.559.617 13.513.300 17.384.965 21.450.213 25.718.724 Aktiva Tetap Persediaan
Net Cash Flow (17.732.891) 10.512.724 14.193.228 (31.401.111) 22.199.833 129.100.000 38.541.753 189.841.587
DF 1 DF 2 PV 1 PV 2 24% 97% 0,806 (14.300.718) 0,508 (9.001.46 0,650 6.837.099 0,258 2.708.83 0,524 7.444.167 0,131 1.856.44 0,423 (13.281.841) 0,066 (2.084.87
0,341 IRR
64.756.435 96,07%
0,034
6.398.23
Tahun
Biaya Investasi Jumlah Biaya Biaya Produksi DF = 24% PV + Modal Kerja (Rp) 1 2 3 4 5 27.292.507 3.000.576 3.191.738 52.851.324 3.518.891 84.273.392 108.278.000 133.811.900 160.622.495 111.565.899 111.278.576 137.003.638 213.473.819 0,806 0,650 0,524 0,423 0,341
89.972.499 95.520.000 72.371.602 124.176.000 71.856.663 154.264.800 90.293.789 185.858.040 65.592.464 219.030.942 129.100.000 38.541.753 386.672.695 390.087.018
0,341 131.855.
449.011. 58.924.598
B/C Ratio =
1,15
NPV Df 24 %
Uraian 1. Hasil Penjualan 2. Biaya Tetap 3. Bunga KMK+ KI Jumlah Biaya Tetap 4. Biaya Variabel 5. BEP (Rp) %
Periode ke 1 2 3 4 5 95.520.000 124.176.000 154.264.800 185.858.040 219.030.942 3.213.392 4.637.899 7.851.291 2.900.000 3.419.770 6.319.770 2.900.000 2.148.680 5.048.680 2.900.000 1.023.400 3.923.400 2.900.000 452.200 3.352.200
81.060.000 105.378.000 130.911.900 157.722.495 185.873.620 51.864.129 41.747.198 33.350.616 25.917.232 22.143.993 54,30% 33,62% 21,62% 13,94% 10,11%
SPEK KEUANGAN
ANALISA SENSITIVITAS Dengan pertimbangan bahwa harga jual produk kerajinan kayu cenderung fluktuatif serta harga komponen biaya produksi sering berubah seperti cat kayu pada saat ini lebih banyak di pengaruhi depresiasi rupiah terhadap dollar Amerika, maka studi ini mencoba mengkaji sejauh mana penurunan harga jual produk dan kenaikan biaya variabel produksi dari asumsi yang dikemukan berpengaruh terhadap kelayakan proyek yang di ukur dengan perubahan NPV, Internal rate of Return (IRR), Benefit Cost ratio (B/C) dan Pay Back Period. Hasil untuk analisa sensitivitas Usaha Kerajinan Kayu dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5. Analisa Sensitivitas Usaha Kerajinan Kayu Harga jual Turun Th 1(1%), Th 2(2%), Th 3(2,5%), Satuan Normal Th 4(3%), Th 5(4%) Rp. 58,924,598 20,283,405 % 96,07 44,57 Bulan 48 1.15 1,05
Normal
Biaya Produksi Naik Th 1(1%), Th 2(2%), Th 3(2,5%), Th 4(3%), Th 5(4%) 58,924,598 26,118,433 96,07 50,89 48 1.15 1,06
Dari tabel 5 tersebut di atas terlihat bahwa jenis usaha ini lebih sensitivitiv terhadap perubahan harga jual produk dari pada perubahan komponen biaya variabel produksi.
ASPEK PEMASARAN
PERSAINGAN Pada dasarnya kerajinan rotan Indonesia tidak bersifat spesifik sehingga umumnya pesaing datang dari luar negeri. Desain dan model biasanya ditentukan oleh pembeli di negara importir melalui kontrak. Pesaing Indonesia adalah negara-negara penghasil rotan seperti India, Cina, Malaysia, Philipina, Thailand dan kepulauan Pasifik termasuk Hawaii. Namun demikian Indonesia juga mempunyai desain dan model spesifik yang diminati pembeli. Pesaing dalam negeri ini umumnya usaha kecil dan perusahaan besar. Masalah yang dihadapi usaha kecil rotan antara lain adalah sebagai berikut : 1. Mitra UK tidak mempunyai kemampuan ekspor langsung, tetapi melalui eksportir. 2. Dalam hal desain yang sama, baku mutu produk agak sulit untuk diterapkan sehingga pesanan dalam jumlah besar agak sulit untuk dipenuhi. 3. Barang yang dihasilkan umumnya adalah pesanan dari pihak pembeli luar negeri dengan desain sendiri sesuai minat konsumen luar negeri, sehingga produk yang dihasilkan menjadi tidak spesifik lagi dan kehilangan sebagian keunggulan kompetitifnya, dalam jangka panjang kondisi ini secara nasional tidak menguntungkan. 4. Permintaan pembeli luar negeri umumnya mengikuti musim-musim tertentu yang berbeda diantara satu negara dengan negara lain sehingga jadwal produksi perlu disesuaikan, produksi di luar jadwal sulit untuk dipasarkan. Pemasaran pada priode musim berikutnya mungkin tidak diterima karena model berubah. Faktor karakteristik usaha kerajinan tersebut diatas perlu dikaji lebih mendalam apabila Perbankan ingin membiayai sektor usaha di maksud. HARGA
Harga jual berbagai produk kerajinan rotan dengan tujuan ekspor biasanya menggunakan rate US dollar dengan sistem FOB sedangkan nilai penjualan mitra UK kepada mitra UB dalam rupiah. Tinggi rendahnya nilai jual produk-produk tersebut secara umum sangat ditentukan oleh jenis bahan baku dan bahan pembantu, desain produk, tingkat kesulitan pengerjaan produk, kandungan senilai art produk. Cara pembayaran dari importir kepada eksportir biasanya menggunakan fasilitas L/C atau transfer antar bank. Biasanya persentase pembayaran uang muka ini tergantung tingkat kepercayaan antara eksportir dan importir. Pembayaran eksportir (mitra UB) kepada mitra UK kerajinan rotan dilakukan dengan cash, yaitu dibayar saat pengiriman/pengambilan barang. Sebagai asumsi dalam model kemitraan PKT ini harga jual produk setengah jadi (unifished product) untuk kursi Bahama Single, kursi Bahama Double, dan meja Bahama dari mitra UK kepada mitra UB masing-masing adalah Rp 100.800/buah, Rp 163.200/ buah dan Rp 67.200 /buah. Total harga satu set (terdiri dari : 2 unit kursi Bahama Single, 1 unit kursi Baham Double dan 1 unit meja Bahama) adalah Rp 432.000,Rencana Penjualan dalam model PKT adalah 125 set furnitur perbulan. Jumlah ini cukup untuk satu container ukuran 40 feet. Dalam rencana penjualan tersebut diasumsikan 10 bulan produksi dan penjualan dalam satu tahun. Rencana penjualan ini dapat dilihat pada Tabel berikut : Uraian Kursi Bahama Single Kursi Bahama Double Meja Bahama TOTAL Volume (set) Volume Penjualan 2.500 1.250 1.250 5.000 1.250 Harga Jual 100.800 163.200 67.200 331.200 Total Penjualan 252.000.000 204,000,000 84.000.000 540.000.000
ASPEK KEUANGAN
ASUMSI Analisa ini diharapkan akan dapat menjawab apakah para produsen kerajinan rotan (mitra usaha kecil) akan mendapatkan nilai tambah dari proyek ini, serta mampu mengembalikan kredit yang diberikan oleh bank dalam jangkan waktu yang wajar. Perhitungan analisa kelayakan ini didasarkan pada kelayakan usaha produksi kerajinan rotan dengan mengambil jenis produk kursi, meja dan keranjang. Model kelayakan usaha ini merupakan pengembangan usaha kerajinan rotan yang telah berjalan dan untuk
menumbuhkan kemandirian usaha dan peningkatan nilai penjualan bagi mitra usaha kecil yang selama ini telah bermitra dengan usaha menengah/besar. Skim kredit yang digunakan dalam analisa keuangan ini adalah skim Kredit Usaha Kecil (KUK) dengan tingkat suku bunga 24% per tahun. Selama masa pengembangan dengan penambahan investasi baru, mitra usaha kecil (produsen kerajinan rotan) diberikan masa tenggang (grace period) selama 12 bulan. Pembayaran angsuran kredit pokok untuk proyek ini mulai dilakukan pada tahun ke 2 dan berakhir pada akhir tahun ke 5. Parameter teknis dan finansial untuk perhitungan analisa keuangan dapat dilihat pada Tabel 1. Selanjutnya, dengan mempertimbangkan kemungkinan penurunan harga jual atau kenaikan biaya produksi, maka dilakukan analisa sensitifitas. Kebutuhan pembiayaan investasi, biaya produksi dan modal kerja untuk pengembangan usaha kerajinan rotan dapat dilihat pada Tabel 2, Tabel 3, Tabel 4, Tabel 5, Tabel 6, Tabel 7
Tabel 2. Rincian Biaya Investment
URAIAN
UNIT
TOTAL BIAYA
SUMBER DANA UMUR SENDIRI 40,000,000 1,875,000 280,000 850,000 5,625,000 840,000 1,000,000 4,050,000 450,000 280,000 1,000,000 225,000 KREDIT 10 5 5 10 5 5 5 5 3 3
1 Bangunan produksi 2 Kompressor Listrik, 4 PK 3 Bor Listrik 4 Bor Duduk, Sedang 5 Gergaji Listrik Lengkap 6 Tembak Paku 7 Gergaji Triplek Listrik 8 Gerinda Listrik 9 Selang Kompressor
200
200,000
40,000,000 7,500,000 1,120,000 850,000 1,000,000 4,050,000 450,000 280,000 1,000,000 225,000
4,000,000
1,500,000
224,000
85,000
200,000
810,000
90,000
56,000
333,333
10 Lepel Kompressor
75,000
11 Palu
20 20 20
3 3 3 10
23,333
12 Gunting
56,667
13 Kakaktua
23,333
1 2,000,000
200,000
Jumlah
58,785,000
43,005,000
15,780,000
7,676,667
NO A Bahan
URAIAN
UNIT
TOTAL BIAYA
1 Semambu semi polish 98/30 mm Batang 2 Semambu polish 18/20 mm 3 Core 8/9 mm 4 Fox 5 Paku Sekerup 8 x 2 6 Paku Sekerup 6 x 11/4 7 Paku Tembak F 15 - 25 8 Paku biasa 9 Kertas pasir Jumlah Biaya Bahan Batang Kg Kg Pcs Pcs Set Set Lembar
39,600.00 5,625.00 9,600.00 7,425.00 1,863.00 1,764.00 3,500.00 700.00 750.00 70,827.00
Unit
1.00
750.00
750.00
Tenaga Kerja 1 Pembuatan Rangka 2 Pembuatan Jari dan Bor 3 Mengikat 4 Menggosok Jumlah Biaya Tenaga Kerja Unit Unit Unit Unit 1.00 1.00 1.00 1.00 6,750.00 3,750.00 1,950.00 1,050.00 6,750.00 3,750.00 1,950.00 1,050.00 13,500.00
85,077
NO A Bahan
URAIAN
UNIT
TOTAL BIAYA
1 Semambu semi polish 98/30 mm Batang 2 Semambu polish 18/20 mm 3 Core 8/9 mm 4 Fox 5 Paku Sekerup 8 x 2 6 Paku Sekerup 6 x 11/4 7 Paku Tembak F 15 - 25 Batang Kg Kg Pcs Pcs Set
Set Lembar
1.00 1.00
700 1,500
Unit
1.00
700
700
Tenaga Kerja 1 Pembuatan Rangka 2 Pembuatan Jari dan Bor 3 Mengikat 4 Menggosok Jumlah Biaya Tenaga Kerja Unit Unit Unit Unit 1.00 1.00 1.00 7,000 3,500 2,000 7,000 3,500 2,000 12,500
133,771
NO A Bahan
URAIAN
UNIT
TOTAL BIAYA
1 Semambu semi polish 98/30 mm Batang 2 Semambu polish 18/20 mm 3 Core 8/9 mm Batang Kg
4 Fox 5 Paku Sekerup 8 x 2 6 Paku Sekerup 6 x 11/4 7 Paku Tembak F 15 - 25 8 Paku biasa 9 Kertas pasir Jumlah Biaya Bahan
Unit
1.00
500
500.000
Tenaga Kerja 1 Pembuatan Rangka 2 Pembuatan Jari dan Bor 3 Mengikat 4 Menggosok Jumlah Biaya Tenaga Kerja Unit Unit Unit Unit 1.00 1.00 1.00 1.00 4,500 2,250 1,650 750 4,500.000 2,250.000 1,650.000 750.000 9,150.000
55,348.000
URAIAN
JUMLAH SATUAN
TOTAL BIAYA
BULAN Tenaga Kerja Tetap Listrik Telepon Air Administrasi Jumlah 4 1 1 1 1 250,000 150,000 100,000 75,000 75,000 1,000,000 150,000 100,000 75,000 75,000 1,400,000
Tabel 7. Operasi Total (Prakiraan Volume Biaya Produksi Pengrajin Rotan dalam Rupiah)
PRODUK
JUMLAH BULAN 10 10 10
Kursi Bahama Single Kursi Bahama Double Meja Bahama Biaya produksi Biaya Overhead
ASUMSI Target produksi (container 40 ft) Isi 1 container 1 125 per bulan set ( satu set terdiri dari 2 unit kursi Bahaman single, 1 kursi Bahama double dan 1 unit meja Bahama)
Bulan kerja per tahun Harga jual ke mitra usaha - Kursi Bahama Single - Kursi Bahama Double - Meja Bahama Total harga per set Bunga kredit Jangka waktu kredit Massa Tenggang Jangka waktu kredit KMK Bunga selama masa tenggang dikapitalisasi
10
bulan
ASPEK PRODUKSI
PROSES PRODUKSI Proses pembuatan kerajinan rotan merupakan gabungan proses mekanik (pemotongan dan pemolaan rotan) dan pengerjaan seni tradisional (pembentukan produk jadi secara manual). Dalam proses pembuatannya dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu : pemotongan rotan sesuai dengan ukuran model produk, pembentukan model-model produk dengan alat cetak, pengikatan, memaku/sekrup, pengamplasan dan pengeringan.
ASPEK PEMASARAN
HARGA Harga jual berbagai produk kerajinan rotan dengan tujuan ekspor biasanya menggunakan rate US dollar dengan sistem FOB sedangkan nilai penjualan mitra UK kepada mitra UB dalam rupiah. Tinggi rendahnya nilai jual produk-produk tersebut secara umum sangat ditentukan oleh jenis bahan baku dan bahan pembantu, desain produk, tingkat kesulitan pengerjaan produk, kandungan senilai art produk.
Cara pembayaran dari importir kepada eksportir biasanya menggunakan fasilitas L/C atau transfer antar bank. Biasanya persentase pembayaran uang muka ini tergantung tingkat kepercayaan antara eksportir dan importir. Pembayaran eksportir (mitra UB) kepada mitra UK kerajinan rotan dilakukan dengan cash, yaitu dibayar saat pengiriman/pengambilan barang. Sebagai asumsi dalam model kemitraan PKT ini harga jual produk setengah jadi (unifished product) untuk kursi Bahama Single, kursi Bahama Double, dan meja Bahama dari mitra UK kepada mitra UB masing-masing adalah Rp 100.800/buah, Rp 163.200/ buah dan Rp 67.200 /buah. Total harga satu set (terdiri dari : 2 unit kursi Bahama Single, 1 unit kursi Baham Double dan 1 unit meja Bahama) adalah Rp 432.000,Rencana Penjualan dalam model PKT adalah 125 set furnitur perbulan. Jumlah ini cukup untuk satu container ukuran 40 feet. Dalam rencana penjualan tersebut diasumsikan 10 bulan produksi dan penjualan dalam satu tahun. Rencana penjualan ini dapat dilihat pada Tabel berikut : Uraian Kursi Bahama Single Kursi Bahama Double Meja Bahama TOTAL Volume (set) Volume Penjualan 2.500 1.250 1.250 5.000 1.250 Harga Jual 100.800 163.200 67.200 331.200 Total Penjualan 252.000.000 204,000,000 84.000.000 540.000.000
ASPEK PEMASARAN
PELUANG PASAR Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai wilayah hutan penghasilan rotan yang cukup luas. Hasil produksi hutan Indonesia merupakan produk unggulan komparatif dimana hasil produksi rotan dalam segala bentuknya diekspor ke mancanegara, serta merupakan penghasilan devisa yang penting dari sektor non migas. Disamping itu, rotan juga telah dibudidayakan di Kalimantan Timur, Sumatera, Jawa dan daerah lain. Perkembangan volume dan nilai ekspor barang-barang dari rotan seperti terlihat pada tabel 1 Tabel 1 Perkembangan Volume Dan Nilai Ekspor Barang Jadi Dari Rotan Indonesia Tahun Nilai (US $ 000) Volume (000 Ton)
115 110 92 53 3 5
Kecenderungan ekspor barang rotan yang menurun tersebut tercermin dari utilisasi kapasitas produksi yang relatif rendah seperti Tabel 2 berikut :
Utilisasi (%) 40.38 34.42 34.86 Sumber : Departemen Perdagangan dan Perindustrian Penurunan yang terjadi sejak pertengahan 1997 bersamaan dengan adanya krisis moneter yang berdampak pada naiknya biaya-biaya bahan utamanya yang berasal dari impor dan sulitnya melakukan ekspor dengan membukakan L/C. Dengan makin membaiknya keadaan ekonomi, diharapkan peluang pasar juga membaik. Negara tujuan ekspor barang jadi rotan dari Indonesia ternyata cukup besar, berdasarkan data dari Departemen Perindustrian dan Perdagangan, negara tujuan tersebut adalah sebagai berikut :
Negara Australia, dan Zelandia Baru Jepang, India, Saudi Arabia, Korea dan Taiwan Belanda, Belgia, Spanyol, Italia, Jerman, Denmark, Inggris, Slovenia, Hongaria, Yunani, Perancis, Finlandia USA, Puerto Rico, Chili Afrika Selatan , Mesir
ASPEK KEUANGAN
KEBUTUHAN BIAYA INVESTASI DAN OPERASI Kebutuhan Biaya Investasi Biaya investasi pada tahun ke 0 pengembangan usaha kerajinan rotan ini sebesar Rp. 58.785.000 yang terdiri dari pembiayaan dana sendiri sebesar Rp. 43.005.000 dan kredit investasi sebesar Rp.15.780.000. Biaya Produksi Biaya produksi pengembangan usaha kerajinan rotan terdiri dari Biaya Tetap dan Biaya Variabel. Jumlah biaya variabel per tahun sebesar Rp.449.091.250 dan biaya tetap per tahun sebesar Rp.24.476.667. Perincian mengenai biaya tetap di atas dapat dilihat pada Tabel 7 . Biaya Variabel terdiri dari : 1. Bahan Baku 2. Bahan penolong (paku, sekrup, kertas, pasir dll) 3. Transport 4. Tenaga Kerja. Biaya variabel tersebut dirinci sesuai dengan jenis furniture per unit. Rincian perhitungan kebutuhan biaya variabel tersebut dapat dilihat pada Tabel 3, Tabel 4, Tabel 5, Tabel 6, Tabel 7 Kebutuhan Modal Kerja Kebutuhan biaya produksi kerajinan rotan sebesar Rp.449.091.250,- / tahun dengan kebutuhan kredit modal kerja untuk 1 bulan operasi sebesar Rp.37.424.271,- . Total modal kerja minimum perperiode Rp.38.824.271. Rencana Pelunasan Kredit Pelunasan kredit investasi direncanakan selama lima tahun dan pelunasan kredit modal kerja direncanakan selama tiga tahun. Dalam pelunasan kredit ini diperlukan grace period selama 12 bulan dengan tingkat suku bunga sebesar 24% per tahun. Rencana pelunasan kredit investasi dan modal kerrja dapat dilihat pada Tabel 9 dan Tabel 10.
ASPEK KEUANGAN
Laba bersih yang didapatkan pada tahun ke -1 yaitu sebesar Rp. 59.161.082. (profit margin 10,96%) dan pada tahun ke - 5 yaitu sebesar Rp. 65.781.666 (profit margin 12, 18%). Rincian Laba Rugi dapat dilihat pada Tabel 11 Proyeksi Aliran Kas Proyeksi aliran kas periode investasi tahun ke -1 sampai tahun ke -5 dapat dilihat pada Tabel 12. Posisi kas akhir pada tahun ke -1 sebesar Rp.92.500.106 dan pada akhir tahun ke - 5 sebesar Rp. 338.745.613 Kriteria Kelayakan Proyek Untuk menilai kelayakan proyek ini digunakan kriteria Net Present Value (NPV) Internal rate of Return (IRR), dan BEP seperti tampak pada Tabel 13 Untuk melihat perhitungan analisa kelayakan tersebut selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 12. Proyeksi Arus Kas
URAIAN Kas Masuk Kas Awal Periode Kredit Investasi IDC Kredit Modal Kerja Dana Sendiri Penjualan Jumlah Kas Masuk
TAHUN 0
TAHUN 1
TAHUN 2
TAHUN 3
TAHUN 4
TAHUN 5
IDC Biaya Produksi Biaya Overhead Pajak (10%) Jumlah Kas Keluar
4,232,856 449,091,250 16,800,000 5,937,494 63,017,856 471,828,743 449,091,250 449,091,250 449,091,250 449,091,250 16,800,000 5,743,182 16,800,000 6,171,207 16,800,000 6,458,089 16,800,000 6,578,167
Angsuran Kredit (KI& KMK Pokok Bunga Jumlah Angsuran Sisa Kas Akhir 11,761,914 7,057,148 18,819,062 86,776,466 17,834,392 9,000,268 26,834,660 17,834,392 4,720,014 22,554,406 5,003,214 1,851,189 6,854,403 5,003,214 650,418 5,653,632
No 1 2 3
TAHUN 0
TAHUN 1
TAHUN 2
TAHUN 3
TAHUN 4
TAHUN 5
540,000,000
540,000,000
540,000,000
540,000,000
540,000,000
Kas Keluar Biaya Investasi IDC Biaya Produksi Biaya Overhead Jumlah Kas Keluar 58,785,000 4,232,856 37,424,271 1,400,000 101,842,126 449,091,250 16,800,000 465,891,250 449,091,250 16,800,000 465,891,250 449,091,250 16,800,000 465,891,250 449,091,250 16,800,000 465,891,250 449,091,250 16,800,000 465,891,250
Angsuran Pokok (KI dan KMK) Bunga (KI dan KMK) Pajak (10%)
(101,842,126) 1 (101,842,126)
35,593,044
SARANA PRODUKSI Mesin dan peralatan yang digunakan untuk dalam pembuatan kerajinan rotan dalam setiap tahapan sebagai berikut : 1. Tahap penyiapan bahan baku rotan olahan umumnya menggunakan mesin potong rotan (band saw) sesuai ukuran yang dikehendaki. 2. Tahap pembentukan dibantu oleh mal (cetak bentuk) buatan sendiri dan mesin potong handy seperti gergaji dan mesin bor. 3. Tahap penghalusan biasanya menggunakan amplas dan banyak menggunakan tenaga manusia. Bangunan produksi bentuk dan ukuran bervariasi tergantung pada jenis produk yang dibuat, ada yang memanfaatkan ruang di rumah, tetapi ada juga yang membuat bangunan khusus berbentuk gudang. Ketersediaan listrik bagi peralatan dan penerangan merupakan sarana yang sangat menunjang proses produksi kerajinan rotan. Dalam hal finishing menggunakan cat/plitur, umumnya proses produksi memerlukan rak-rak tempat pengeringan. Jenis dan jumlah mesin/peralatan yang diperlukan tentu saja tergantung pada jenis produk dan skala produksinya, dan umumnya peralatan tersebut di atas dapat diperoleh di dalam negeri. Pada model kelayakan PKT ini Tanah, bangunan, peralatan produksi, peralatan kantor dan kendaraan yang digunakan dalam pengembangan usaha kerajinan rotan ini dapat diihat pada tabel berikut:
No
Uraian
1 Bangunan produksi 2 Kompressor Listrik, 4 PK 3 Bor Listrik 4 Bor Duduk, Sedang 5 Gergaji Listrik Lengkap
1 1,000,000
6 Tembak Paku 7 Gergaji Triplek Listrik 8 Gerinda Listrik 9 Selang Kompressor 10 Lepel Kompressor 11 Palu 12 Gunting 13 Kakaktua
9 1 1 80 9 20 20 20
1 2,000,000
Jumlah
ASPEK PRODUKSI
PROSES PRODUKSI Proses pembuatan kerajinan rotan merupakan gabungan proses mekanik (pemotongan dan pemolaan rotan) dan pengerjaan seni tradisional (pembentukan produk jadi secara manual). Dalam proses pembuatannya dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu : pemotongan rotan sesuai dengan ukuran model produk, pembentukan model-model produk dengan alat cetak, pengikatan, memaku/sekrup, pengamplasan dan pengeringan.
JENIS USAHA
Sistem Penunjang Keputusan Investasi (SPKUI) dirancang untuk memberikan gambaran model kelayakan finansial suatu unit usaha kecil yang lebih fleksibel. Pengguna dapat melakukan perubahan-perubahan terhadap informasi dasar atas nilai asumsi biaya dan beberapa parameter teknis yang dicantumkan dalam model. Pertimbangan perubahan ini dapat didasarkan atas perbedaan waktu dan lokasi model kelayakan suatu unit usaha akan diterapkan. Melalui SPKUI pengguna dapat mencoba sendiri untuk mendapatkan beberapa alternatif kelayakan investasi yang mungkin dari suatu unit usaha.
SPKUI mencakup beberapa komoditi yang telah memiliki model pembiayaan dari hasil survey Bank Indonesia. Informasi yang disajikan berupa aspek keuangan dari model kelayakan finansial suatu unit usaha yang meliputi: Biaya Investasi, Operasional, Proyeksi Arus Kas, Proyeksi Rugi/Laba, dan Indikator Kelayakan Usaha menurut jenis skim kredit yang digunakan.