Anda di halaman 1dari 8

Laporan Pendahuluan Dyspepsia 1.

Pengertian Dyspepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan (Arif, 2000). Dyspepsia merupakan kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri dari nyeri ulu hati, mual, kembung, muntah, rasa penuh, atau cepat kenyang, sendawa (Dharmika, 2001). Sedangkan menurut Aziz (1997), sindrom dyspepsia merupakan kumpulan gejala yang sudah dikenal sejak lama, terdiri dari rasa nyeri epigastrium, kembung, rasa penuh, serta mual-mual. 2. Etiologi Penyebab dyspepsia dapat dibedakan menjadi 2 yaitu : a. Dyspepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai penyebabnya (misalnya tukak peptic, gastritis, pankreastitis, kolesistitis dan lainnya). b. Dyspepsia non organik atau dyspepsia fungsional atau dyspepsia non ulkus (DNU), bila tidak jelas penyebabnya. 3. Tanda dan Gejala Didasarkan atas keluhan/gejala yang dominan, membagi dyspepsia menjadi tiga tipe : a. Dyspepsia deng an keluhan seperti ulku s (ulcu s-like dyspepsia), deng an gejala : 1) Nyeri epigastrium terlokalisasi 2) Nyeri hilang setelah m akan atau pemberian antasid 3) Nyeri saat lapar 4) Nyeri episodik b. Dyspepsia deng an gejala seperti dismotilitas (dysmotility-like dyspepsia), deng an gejala : 1) Mudah ken yang 2) Perut cepat terasa penuh saat m akan 3) Mual 4) Muntah 5) Upper abdomin al bloating 6) Rasa tak n yaman bertamb ah saat m akan. c. Dyspepsia non spe sifik (tidak ad a gejala seperti kedua tipe di atas) Pemb agian akut d an kronis berd asarkan atas jangka waktu tiga bulan. 4. Patofisiologi Organik / Nonorganik Sekresi cairan asam lambung Fungsi motorik lambung (motilitas) Persepsi visceral lambung

Diet dan lingkungan

Psikologis

Infeksi Hp

Peningkatan asam lambung Iritasi mukosa lambung Ulkus Sumber : Dharmika (2001) dalam buku ajar ilmu penyakit dalam FKUI 5. Pemeriksaan Penunjang a. Laboratorium : Lebih b an yak ditekankan untuk men yingkirkan pen yeb ab org anik lainn ya seperti antara lain pankre atitis kronis, diabetes mellitus, dan lainn ya. Pad a dyspepsia biasan ya h asil laboratorium d alam batas norm al. b. Pemeriksaan radiologi yaitu, OMD deng an kontras g and a, serologi helicobacter pylori, dan ure a breath test (belum tersedia di Indonesia). c. Endoskopi merupakan pemeriksaan baku em as, selain sebag ai diagnostik sekaligus terapeutik. Pemeriksaan yang dapat dilakukan deng an endoskopi adalah : 1) CLO (Rapid ure a test) 2) Patologi An atomi (PA) 3) Kultur mikroorg anisme (MO) jaring an 4) PCR (Polymerase Ch ain Reaction), h an ya d alam rangka penelitian.

6. Penatalaksanaan a. Modifikasi Pola Hidup Klien perlu diberi penjelasan untuk d apat mengen ali dan menghind ari ke ad aan yang p otensial mencetuskan serang an d yspepsia. Belum ad a ke sepakatan tentang b ag aiman a diet yang diberikan pada kasu s dyspepsia. Penekan an lebih ditujukan untuk menghind ari jenis makan an yang dirasakan seb ag ai faktor pencetu s. Pola diet p orsi kecil tetapi sering, makan an rend ah lemak, hind ari / kurangi makan an, minum an yang spesifik (kopi, alkohol, pedas, dll). Akan ban yak mengurangi gejala terutama gejala setelah m akan (Post prandial). b. Obat - ob atan Sampai saat ini belum ada regimen pengob atannya yang memu askan terutam a d alam mengantisipasi kekambuh an. Hal ini d apat dimengerti karen a proses patofisiologin ya pun m asih belum jelas. Dilaporkan b ahwa sampai 70 % kasu s d yspepsia terh ad ap plasebo. 1) Antasida d apat mengurangi / menghilangkan keluh an, tetapi secara studi klinis tid ak berbeda dengan efek plasebo. 2) Agen anti sekresi, ob at antagonis reseptor H2 telah sering dipakai. Dari berbag ai studi yang ad a, seb agian diperoleh hasil yang lebih baik dibandingkan plasebo tetapi seb agian lagi tidak. 3) Prokinetik, d ari ban yak studi penggun aan ob at prokinetik, seperti metoklopramid, domperidon d an terutam a cisapride, diperoleh hasil yang b aik dipandingkan plasebo walaup un tid ak jarang , didapat d ata tidak ad a n ya korelasi perb aikan motilitas terh adap gejala / keluh an atau pun seb alikn ya. Hal ini terutama pad a kelomp ok kasu s d yspepsia tipe dismotilitas. 4) Eradikasi Helicob aster Pylori ; Eradikasi Hp pada kasus d yspepsia kontroversial kecuali bila pad a kasus deng an Hp positif yang g ag al dengan terapi konvension al dapat disarankan untuk eradikasi Hp. 7. Diagnosa Banding a. Pen yakit Reflulis Gastro Esofade al (PRGE) Sebagian kasu s PRGE tidak memperlihatkan kelain an mukosa yang jelas. Bila di dug a ad an ya PRGE, maka pemeriksaan pH esofagus d alam bentuk pem antau an 24 jam dapat membed akannya deng an dyspepsia. b. Irritable Bowel Syndrome (IBS) Keluhan klien h arus dideskripsikan lebih spe sifik. Pad a IBS keluh an perut lebih bersifat difu s d an terdapat ganggu an p ola defekasi. 8. Prognosis Dyspepsia yang ditegakkan setelah pemeriksaan klinis dan penunjang yang akurat, mempun yai prognosis yang b aik. B. Asuhan Keperawatan Asuh an keperawatan adalah faktor penting d alam survival pasien d an d alam aspek - aspek pemeliharaan, reh abilitatif dan preventif perawatan kesehatan. (Doenges. 1999:6). Prose s keperawatan ad alah metode sistematik dimana secara lang sung perawat bersam a klien menentukan m asalah keperawatan sehingg a membutuhkan asuh an keperawatan, membu at perencan aan dan rencan a implementasi, serta mengevalu asi h asil asuh an keperawatan. (Ga ffar, 1999). Prose s keperawatan telah diperken alkan pad a tahun 1960 -an seb ag ai prose s yang terdiri dari empat tah ap : pengkajian, perencan aan, pelaksanaan dan evaluasi diman a tah apan diagnosa keperawatan masuk pad a tah apan pengkajian yang did asarkan pad a m etode ilmiah peng am atan, pengukuran, pengumpulan d ata d an peng an alisaan temu an. Kajian selam a bertahun - tahun, penggun aan d an perb aikan telah meng arahkan perawat pad a pengemb ang an proses keperawatan menjadi lima langkah yang kongkrit yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan, perencan aan, implementasi dan evalu asi yang memberikan metode efisien tentang pengorg anisasian proses berfikir untuk pembu atan keputusan klinis. 1. Pengkajian Pengkajian adalah pendekatan sistem atika untuk mengumpulkan data d an meng anaisa l sehingga d apat diketahui kebutuh an perawatan pasien tersebut. (Gaffar, 1999). Pengkajian ad alah langkah awal d ari proses keperawatan yang mencakup d ata yang dikumpulkan melalui wawancara pengumpulan riwayat kesehatan, pengkajian fisik, pemeriksaan laboratorium d an diagnosa, serta revieu catatan sebelumn ya. Pad a tah ap ini semua data atau an alisa tentang klien yang dibutuhkan dikumpulkan d an dian alisa untuk memenuhi diagnosa keperawatan. (Doenge s, 1999:6). Manfaat pengkajian ad alah memb antu mengidentifikasi statu s ke seh atan, pola pertah an an klien, keku atan d an kebutuh an klien, serta merumuskan diagnosa keperawatan. Pengkajian

keperawatan terdiri dari tiga tah ap yaitu pengumpulan, pengelompokan atau pengorg anisasian serta mengan alisa d an merumu skan diagnosa. (Gaffar, 1999). Berdasarkan sumber d ata, d ata pengkajian dibed akan atas d ata primer d an d ata sekunder. Data primer ad alah d ata yang diperoleh secara langsung dari klien, bag aiman a kondisi klien. Artinya data tersebut dapat diperoleh melalui walaupun klien tidak sad ar sehingga tidak d apat berkomunikasi. Misaln ya d ata tentang kebersihan diri, data tentang statu s kesad aran sehingg a terlepas d ari lengkap tidakn ya d ata yang terkump ul. Data sekunder ad alah data yang diperoleh selain dari klien, seperti dari perawat , dokter, alhi gizi, ahli fisioterapi, catatan keperawatan, pemeriksaan laboratorium, h asil rontgen, pemeriksaan diagnostik lain, kelu arg a dan teman. Pengkajian yang ditemukan pad a klien dyspepsia menurut Brunner and Sudd arth (2001) ad alah sebag ai berikut : selam a mengumpulkan riwayat, perawat men an yakan tentang tand a d an gejala pad a klien. Apakah klien meng alami n yeri ulu hati, tidak d apat m akan, mu al, atau muntah? Apakah gejala terjadi pad a waktu kapan saja, sebelum atau se sud ah makan, setelah m encern a m akan an pedas atau pengiritasi, atau setelah mencern a ob at tertentu aaatau alkohol?. Apakah gejala berhubung an deng an an sietas, stress, alergi, makan an atau minum an terlalu ban yak, atau m akan terlalu cepat? Bag aim an a gejala hilang? Ad akah riwayat pen yakit lambung sebelumnya atau pembed ah an lambung? Riwayat diet ditambah jenis diet yang b aru dim akan selam a 72 jam. Apakah kelebihan diet atau diet sembrono, apakah orang lain pad a lingkung an klien mempun yai gejala serupa, apakah klien memuntahkan d arah, dan apakah elemen penyeb ab yang diketahui telag tertelan. Tand a yang diketahui selama pemeriksaan fisik mrncakup n yeri tekan abdomen, dehidrasi (perubah an turgor kulit, membran mukosa kering), dan bukti adanya g anggu an sistemik (takikardia, hipotensi). Lam an ya waktu diman a gejala saat ini hilang dan metode yang digun akan oleh klien untuk mengatasi gejala serta efek-efekn ya. Menurut Tucker (1998) pengkajian pad a klien dengan dyspepsia ad alah seb ag ai berikut : a. Keluhan utama Nyeri/pedih pada epig astrium disamping atas dan bag ian samping d ada depan epig astrium, mu al, muntah dan tidak ad a n afsu m akan, kembung, rasa kenyang. b. Riwayat ke seh atan m asa lalu Sering nyeri pada daerah epigastrium, ad an ya stress psikologis, riwayat minum -minum an beralkohol. c. Riwayat ke seh atan keluarg a Ad akah anggota kelu arg a yang lain jug a pern ah menderita penyakit saluran cern a. d. Pola aktivitas Pola m akan yaitu kebiasaan m akan yang tid ak teratur, makan m akan an yang merang sang selaput mukosa lambung, berat b ad an sebelum d an se sud ah sakit. e. Aspek psikososial Kead aan emosion al, hubung an deng an keluarg a, tem an, ad an ya m asalah interperson al yang bis a menyeb abkan stre ss. f. Aspek ekonomi Jenis pekerjaan dan jadwal kerja, jarak tempat kerja dan tempat tingg al, hal -hal dalam pekerjaan yang mempeng aruhi stress psikologis d an pola makan. g. Pemeriksaan fisik 1) Inspeksi Klien tampak kesakitan, berat b ad an menurun, kelemahan d an cemas. 2) Palpasi Nyeri tekan d aerah epigastrium, turgor kulit menurun karen a pasien sering muntah. 3) Au skultasi Peristaltik sang at lamb at d an h ampir tidak terdeng ar (kurang d ari lima kali permenit) 4) Perkusi Pekak karen a meningkatnya produksi HCL lambung d an perdarah an akibat perlukaan. h. Laboratorium Dilakukan an alisis cairan lambung. 1) Endoskopi. 2) Pemeriksaan diagnostik. Fese s ada d arah (melen a) jika terjadi perd arah an. 2. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan ad alah cara mengidentifikasi, memfokuskan d an mengatasi kebutuh an spesifik pasien serta terh adap masalah, akibat d an re siko tinggi. (Doenge s. 1999:8) Diagnosa keperawatan ad alah penilaian klinis tentang respon individu, kelu arg a atau komunitas terhad ap prose s kehidupan / masalah ke seh atan yang aktu al atau p otensial ( Carpenito,1998 ).

Dari berbag ai pengertian tersebut d apat diambil suatu kesimpulan b ahwa diagnosa keperawatan ad alah su atu ke simpulan d ari d ata yang telah dikumpulkan yan g d apat menjelaskan masalah keseh atan klien aktu al atau p oten sial. Diagnosa keperawatan merupakan langkah kedu a d ari prose s keperawatan setelah pengkajian data. Diagnosa keperawatan merupakan formulasi kunci dari prose s keperawatan karen a merupakan client responses by he alth problem atau resp on klien terhad ap m asalah keseh atan. Oleh karen a itu diagnosa keperawatan berorientasi pad a kebutuh an dasar m anu sia berd asar teori kebutuh an d asar Abrah am Maslow, memperlihatkan resp on individu/klien terhadap penyakit dan kondisi yang dialaminya. Manfaat diagnosa keperawatan ad alah seb ag ai pedoman d alam pemberian asuh an keperawatan karen a mengg amb arkan status masalah ke seh atan serta pen yebab ad an ya m asalah tersebut, membedakan diagnosa keperawatan d an diagnosa medis s erta menyam akan kesatu an b ah asa antar perawat d alam memberikan asuh an keperawatan secara konfrehensif. Diagnosa keperawatan dib agi sesu ai dengan m asalah klien yang sering terjadi yaitu : a. Aktu al yaitu diagnosa keperawatan yang menjelaskan masalah nyata saat ini se su ai data klinis yang ditemukan. b. Resiko terjadi yaitu diagnosa keperawatan yang menjelaskan b ahwa m asalah ke seh atan yang nyata akan terjadi jika tidak dilakukan intervensi keperawatan, saat ini m asalah keperawatan belum ad a tapi etiologi sud ah ad a. c. Possible yaitu diagnosa keperawatan yang menjelaskan b ahwa perlu data tamb ahan untuk memastikan timbulnya m asalah. Menurut Tucker d an Carpenito (1998), pad a klien dengan d yspepsia akan ditemukan tiga masalah keperawatan yaitu : a. Perub ah an nutrisi kurang d ari kebutuh an tubuh berhubungan deng an rasa tid ak nyam an anoreksia, mual, muntah. b. Nyeri berhubung an deng an efek sekresi asam lambung pad a jaring an yang ru sak, iritasi d an diserupsi mukosa lambung. c. Kurang pengetahu an yang berhubungan deng a n kurangn ya inform asi tentang perawatan rumah dan status nutrisi. Sedangkan menurut Brunner and Sudd arth (2001), dalam buku ajar keperawatan Medikal Bed ah volume II, diagnosa keperawatan yang ditemui ad alah : a. Perub ah an nutrisi, kurang d ari kebutuhan tubuh berhubungan deng an m asukan nutrien yang tidak adeku at. b. Resiko kekurang an volume cairan berhubung an dengan masukan cairan tidak cukup d an kehilang an cairan berlebihan karen a muntah. c. Kurang pengetahu an tentang pen atalaksan aan diet d an prose s pen yakit. d. Nyeri berhubung an deng an mukosa lambung teriritasi. e. An sietas berhubung an deng an pengob atan 3. Perencanan Rencan a keperawatan merupakan langkah ketiga dalam proses keperawatan. Setel ah merumuskan diagnosis keperawatan m aka interven si keperawatan dan aktivitas keperawatan perlu ditetapkan untuk mengurangi, menghilangkan dan menceg ah m asalah keperawatan klien. (Keliat,1991). Rencan a pelayan an keperawatan dipand ang seb ag ai inti atau p oko k prose s keperawatan yang memberikan arah pad a kegiatan keperawatan. Tuju an perencan aan ad alah mengurangi, menghilangkan dan menceg ah m asalah keperawatan klien. Tah apan perencan aan keperawatan ad alah sebag ai berikut : a. Menentukan prioritas diagnosa keperawatan. b. Menetap kan sasaran d an tuju an. c. Menetap kan kriteria evalu asi. d. Merumuskan interven si dan aktivitas keperawatan. Menurut Tucker (1998) d an Doenge s (1999), perencan aan berd asarkan diagnosa yang mungkin timbul pada klien dyspepsia, yaitu : a. Perub ah an nutrisi kurang d ari kebutuh an tubuh yang berhubungan deng an rasa yang tidak nyam an, anoreksia, mu al, muntah, kembung. Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi secara optimal. Kritaria h asil : 1) Klien mengatakan tid ak merasa lemas 2) Porsi m akan yang disediakan dihabiskan Rencan a tind akan :

1) Bu at jadwal masukan tiap jam. Anjurkan mengukur cairan / makan an d an minum sedikit demi sedikit atau m akan deng an perlah an. Rasion al : Setelah tind akan pemb agian, kapasitas gaster menurun kurang lebih 50 mm, sehingga perlu makan sedikit tapi sering. 2) Timbang berat b ad an tiap h ari. Bu at jadwal teratur setelah pulang. Rasion al : Peng awasan kehilangan d an alat pengkajian kebutuh an nutrisi / keefektifan terapi. 3) Tekankan pentingn ya men yadari ken yang d an menghentikan makan. Rasion al : Makan berlebihan d apat men yeb abkan mual / muntah atau kerusakan operasi pembagian. 4) Disku sikan m akan an yang disukai klien d an m akanan d alam diet murni. Rasion al : Dapat men yeb abkan m asukan, meningkatkan rasa berpartisipasi / kontrol. 5) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet d an dokter untuk pemberian vitamin se su ai indikasi. Rasion al : tamb ah an d apat diperlukan untuk mencegah anemia karena ganggu an ab sorb si. Peningkatan motilitas u su s d an men amb ah n afsu m akan. 6) Ciptakan lingkung an perawatan yang n yam an. Rasion al : Lingkung an yang n yam an mengurangi stre s dan d apat meningkatkan nafsu m akan. 7) Beri penjelasan tentang pentingn ya nutrisi yang adeku at. Rasion al : Kesad aran tentang pentingn ya nutrisi d apat meningkatkan intake yang adeku at. b. Nyeri yang berhubung an deng an efek sekresi asam lambung pad a jaring an yang ru sak, iritasi dan diserupsi mukosa lambung atau motilitas. Tujuan : Nyeri berkurang / hilang. Kriteria hasil : 1) Klien mengatakan nyeri berkurang 2) Ekspresi wajah tid ak meringis 3) Tidak ad a distensi abdomen Rencan a tind akan : 1) Catat keluh an nyeri, lokasi, lamanya, d an intensitas (skala nyeri 0-10). Rasion al : n yeri tidak selalu ada tetapi bila ada h aru s dib andingkan deng an gejala n yeri sebelumnya diman a d apat membantu mendiagnosa etiologi perdarah an dan terjadi komplikasai. 2) Kaji ulang faktor yang meningkatkan atau menurunkan nyeri. Rasion al : Membantu d alam membu at diagnosa d an kebutuh an terapi. 3) Kaji tand a vital. Rasion al : Nyeri dapat mempeng aruhi tand a vital. 4) Catat petunjuk n yeri non verb al. Contoh gelisah, menolak bergerak, berh ati - h ati dengan abdomen, takikardia, berkeringat. Selidiki ketidaksesuaian antara petunjuk non verbal d an verb al. Rasion al : Petunjuk non verbal d apat berupa fisiolog is dan psikologis dan d apat digun akan dalam menghubungkan petunjuk verb al untuk mengidentifikasi luas/beratn ya masalah. 5) Berikan m akanan sedikit tapi sering se su ai indikasi untuk klien. Rasion al : Makan an mempun yai efek penetralisir asam, jug a mengh ancurkan kandung an gaster. 6) Identifikasi d an b atasi m akan an yang menimbulkan ketidakn yam an an. Rasion al : Makan an sedikit mencegah distensi d an h alu an g astrin. 7) Bantu latih an rentang gerak pasif/aktif. Ajarkan teknik relaksasi, seperti nafas d alam. Rasion al : Menurunkan kekaku an sendi, meminimalkan nyeri / ketidakn yam an an. 8) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk memberikan d an melakukan perub ah an diet. Rasion al : Klien mungkin diberikan m akan an yang tidak meng andung gas, dan b ah an yang merang sang asam lambung. 9) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi. Misal antasida. Rasion al : Menurunkan keasam an g aster deng an ab sorpsi atau deng an menetralisir kimia.evalu asi tipe antasida d alam g amb aran ke seh atan total, mis : pembatasan natrium. c. Kurang pengetahu an yang berhubung an deng an kurangn ya inform asi tentang prose s penyakit, pengob atan, perawatan rum ah d an statu s nutrisi. Tujuan : Klien mengetahui dan mem ah ami tentang pen yakit / kondisi yang dirasakan. Kriteria hasil :

1) Klien berpartisipasi dalam proses belajar 2) Klien memberikan pern yataan verb al atas pem ah am annya. 3) Klien mampu menjawab pertan yaan saat evalu asi Rencan a tind akan : 1) Beri pendidikan kesehatan tentang pen yakitn ya. Rasion al : Memberikan informasi diman a klien/orang terdekat dapat memilih berdasarkan inform asi. Pengetahu an tentang penyakit membantu untuk mem ah ami kebutuh an terhad ap terapi. 2) Evalu asi pendidikan keseh atan yang telah diberikan. Rasion al : Mengidentifikasi pemaham an klien/keluarg a d an m asalah yang p otensial dapat terjadi, sehingga solu si altern atif dapat ditentukan. 3) Beri reward atas kemamp u an yang telah ditunjukkan klien. Rasion al : Meningkatkan motivasi klien / kelurga d alam pembelajaran. 4) Evalu asi kemamp uan d an kesiapan untuk belajar klien dan jug a keluarg anya. Rasion al : Meningkatkan partisipasi d an kem andirian klien / keluarg a. 5) Anjurkan klien untuk mend atangi sumber - sumber p elayan an untuk memperoleh penjelasan lebih lanjut jika klien telah kemb ali ke masyarakat. Rasion al : Meningkatkan dukung an untuk klien selam a periode penyembuh an d an memberikan evaluasi tamb ah an pad a kebutuhan yang sed ang berjalan/perh atian b aru. 6) Jelaskan pentingn ya kontrol kesehatan untuk mengevaluasi dengan tim rehabilitasi untuk menindaklanjuti program terapi klien di luar rum ah sakit. Rasion al : Membantu perkemb ang an pen yembuhan. 4. Pelaksanaan. Pelaksan aan ad alah perskripsi untuk perilaku spe sifik yang dih arapkan d ari pelaksan aan d an atau tind akan yang harus dilakukan oleh perawat. (Doenges, 1999:10). Implementasi merupakan pelaksan an an perencanan an keperawatan oleh perawat dan klien. Hal-h al yang h aru s diperh atikan ketika melakukan implementasi ad alah interven si dilakukan se su ai rencan a setelah dilakukan validasi, pengu asaan keterampilan interperson al, intelektual dan teknikal, intervensi h aru s dilakukan secara cerm at d an efisien pad a situ asi yan g tepat, ke am an an fisik d an fisiologi dilindungi dan dokumentasi keperawatan beru pa pencatatan d an pelaporan (Gaffar ,1999). Ad a tiga fase implementasi keperawatan yaitu : a. Fase persiapan meliputi pengetahu an tentang rencan a, validasi rencan a, pengetahu an dan keterampilan mengimplementasikan rencan a, persiapan klien dan lingkung an. b. Fase operasion al merupakan puncak implementasi dengan berorientasi pad a tuju an. Implementasi dapat dilakukan deng an intervensi independen atau m andiri, dependen atau tid ak m andiri, interdependen atau sering disebut deng an tindakan kolaborasi. c. Fase termin asi, merupakan termin asi perawat dengan klien setelah implementasi dilakukan. Implementasi yang diharap kan pad a klien d yspepsia harus se su ai deng an rencan a yang telah ditetapkan sebelumnya. 5. Evaluasi Evalu asi ad alah tah apan akhir d ari proses keperawatan. (Hidayat, 2002: 41). Evalu asi merupakan catatan tentang indikasi kem ajuan klien terhad ap tuju an yang dicapai. Evalu asi bertujan untuk menilai keefektifan perawatan d an untuk mengkomunikasikan status klien dari h asil tindakan keperawatan. Evaluasi menyediakan nilai informasi mengenai pengaruh interven si yang telah direncan akan d an merupakan perb anding an d ari h asil yang diamati dengan kriteria h asil yang telah dibuat pada tahap perencan aan. Dalam evalu asi terd apat du a tipe dokumentasi evaluasi yaitu evalu asi form atif yang menyatakan evaluasi dilakukan pad a saat memberikan intervensi dengan resp on segera, sed angkan evaluasii sumatif merupakan rekapitulasi dari h asil observasi dan an alisa statu s klien pad a waktu tertentu. Ad a tiga altern atif dalam men afsirkan h asil evalu asi, yaitu : a. Masalah Teratasi. Masalah teratasi apabila klien atau kelu arg a menunjukkan perub ah an b. Masalah Teratasi Sebagian Masalah teratasi seb agian apabila klien atau keluarg a menunjukkan perub ah an d an perkemb angan keseh atan hanya seb agian d ari kriteria pencapaian tuju an yang telah ditetapkan. c. Masalah Belum Teratasi Masalah belum teratasi apabila klien atau keluarg a sam a sekali tidak menunjukkan perub ahan perilaku d an perkemb ang an keseh atan atau b ahkan timbul masalah yang b aru.

Tujuan evaluasi ad alah untuk memberikan umpan b alik rencana keperawatan, menilai d an meningkatkan mutu pelayan an keperawatan melalu i perbandingan pelayan an keperawatan yang diberikan serta h asilnya dib andingkan deng an standar yang telah ditentukan terlebih dahulu. Kemud ah an atau ke sulitan evalu asi dipeng aruhi oleh kejelasan tuju an d an bisa tidakn ya tuju an tersebut diukur. Disamping evalu asi yang dilakukan oleh p erawat yang bertanggung jawab pada klien, pelayan an keperawatan yang diberikan kepad a klien dapat dinilai jug a oleh klien sendiri, teman kerja perawat. Evaluasi menunjang tanggung jawab d an tanggung gugat pelayan an keperawatan yang merupakan salah satu ciri profesi serta menentukan efisiensi dan efektifitas asuh an keperawatan yang diberkan kepad a klien.

DAFTAR PUSTAKA
Bates, Barbara. (1997). Buku saku pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan. Edisi 2. Jakarta. EGC Brooker, Christore. (2001). Kamus saku keperawatan. Edisi 31. Jakarta. EGC. Brunner and Suddarth. (2001). Buku ajar keperawatan medikal-bedah. Edisi 8. volume 2. Jakarta. EGC. Carpenito, Lynda Juall. (1998). Diagnosa keperawatan :aplikasai pada praktik klinis. Edisi 6. Jakarta : EGC. Dharmika. (2001). Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid II. Edisi ketiga. Jakarta. Balai Penerbit FKUI Doenges. Marylinn. E. (1999). Rencana asuhan keperawatan. Edisi III. Jakarta. EGC Gaffar, La Ode Jumadi. (1999). Pengantar keperawatan professional. Jakarta. EGC Hidayat, A. Aziz Alimul. (2002). Pengantar dokumentasi proses keperawatan. Jakarta. EGC. Keliat, Budi Anna. (1991). Proses keperawatan. Jakarta. EGC Mansjoer, Arif, dkk. (2000). Kapita selekta kedokteran. Edisi ketiga. Jilid 1. Jakarta. Media Aesculapius.
Rani, A. Aziz. (1997). Gastroenterologi hepatologi . Jakarta. CV. Sagung Seto Syarifuddin. (1997). Anatomi fisiologi untuk siswa perawat . Edisi 2. Jakarta. EGC Sylvia and Wilson. (1994). Patofisiologi : konsep klinis proses penyakit . Buku 1 Edisi 4. Jakarta. EGC

Tucker, Susan Martin. (1998). Standar perawatan pasien. Volume 2. Jakarta. EGC

Anda mungkin juga menyukai