Mendengar kata hermeneutika, bagi cendikiawan Islam jauh sebelum karya aristoteles yang pertama kali mendengar ataupun yang itu diterjemahkan ke dalam bahasa latin, telah sudah pernah mendengar akan bertanya-tanya menerjemahkan dan mengomentari karya itu dalam hatinya tentang konsep ini. Untuk dalam dalarr suatu judul yang bemama Fi Al-'Ibarah. pembahasan akan dicoba memaparkan dengan Jadi dari segi bahasa hermeneutic itu berarti jelas akan makna, sejarah kehadiran dan pemahaman (to understand), yaitl bagaimana hubungannya dengan penafsiran Al-qur'an. kita memahami sesuatu, lfiususnya pemahaman Berbicara tentang hermeneutika pertama kita tentangteks tertentu. harus mengetahui dulu apa itu sebenarnya Kemudian hermeneutika tersebut hermeneutika dan buat apa is+ilah iftr 'ada. dikembangkan menjadi suatu cara klusus untuk Hermeneutika adalah suatu konsep dalam dunia menafsirkan bible yaitu kitab suci orang-orang akademik yang berfungsi untuk menafsirkan, Kristen. Sejarahnya kenapa mereka rnelalarkan
maksud, pengertian dan tujuan teks kuno. Metode
penafsiran hermeneutika alfiir-akhir ini marak dipergunakaan oleh para aktivis Islam liberal bahkan mulai dipergunakan di perguruan tinggi
dengan
hermeneutika mengandung bahaya yang sangat besar kepadaAl-qur'an pada kfiususnya dan pada pematraman umat muslim pada umurnnya.
L
hal yang demikian? Karena dalam bible mereka mengbadapi masalah dalam memahami teks-teks bible. Mereka tahu bahwa teks bible tidak ditulis oleh nabi Isa as dan bukan pula ditulis oleh murid nabi Isa as, tetapi ditulis oleh orang-orang yang tidak pernah bertemu dengan nabi Isa. Kalau kita pemah melihat kitab. bible perjanjian baru, kita
Injil
Yohanes,
Injil
Aristoteles pernah menulis suatu tulisan bertema peri hermenias yang kemudian diterjemahkan dalam bahasa latin sebag ai de interpretation yang kisah kehidupan nabi Isa as. diterjemahkan dalam bahasa inggris sebagai on Dalam ilmu hadist,
Lukas, Injil Matius, Injil Markus dan sebagainya. Yohanes, Lukas, Matius, dan Markus, mereka ini adalah omng-orang yang tidak pemah bertemu dengan nabi Isa as sebelumnya, tetapi mereka menulis tentang bible dan menceritakan tentang
the
kalau seseorang interp:retation.. Al-Farabi seorang meriwayatkan hadist tapi dia tidak pemah
bertemu dengan Rasulullah saw maka hadits itu diakatakan mursal(palsu). Seharusnya
orang yang bisa menceritakan kisah hidup Rasul hanya sahabat, orang yang hidup bersama rasul. Jika ada tabi'in(muslim yang
hidup setelah Rasulullah saw meninggal) yang
adalah bible. Sedangkan terjemahan al-Qur'an bukanlah al-Qur'an itu sendiri. Itu hanya terjemahannya saja sedangkan al-Qur'an yang
asli tetap yang berbahasaArab.
Karena 0rang Kristen menghadapi masalah yang seperti ini, mereka menganggap
bahwadi dalam Bible adajarak. A$ suatu jarak an&ra bible dengan nabi Isa as yang menerima wahyu. Oleh karena itu mereka mencurigai dan
tidak meyakini bahwasanya Bible yang sekarang ini mewakili wahyu yang diterima oleh nabi Isa as. Maka kemudian mereka membangun suatu
dan mursal itu dhaif(palsu), yaitu tidak bisa diterima sebagai periwayatan. Tabi'in adalah muslimin yang hidup setelah Rasulullah saw meninggal. Kalau kita menilai bible itu dengan
iknu hadist, maka bible itu mursal semu4 semua riwayatnya tertolak. Jangankan membandingkan bible dengan Al-qur'an,
bahkan membandingkan bible dengan hadist saja tidak seimbang.
bible selain yang meriwayatkannya ahad (tunggal, dibawa oleh seorang saj4 yaitu
Lukas, Matius, Markus, Johannes mereka hanya meriwayatkan seorang diri) juga
riwayatnya mursal. Sanadnya terputus karena mereka sama sekali tidak pemah bertemu
dengannabi Isa as. Fakta kedua bahwasanya Nabi Isa as berbicara dengan bahas a Aramaic. Sedangkan
yang berbahasa yunan. Padahal nabi Isa as tidak berbicara bahasa Yunani. Kemudian bibleberkembang dengan berbagai macam bahasa,
dengan wahyu yaug sebenanrya diterima oleh nabi Isa as. Demikianlah sejarah hermeneutika
menerjemakan Bible.
ada yang berbahasa Jertnan, Tnggris, dan Perancis. Sedangkan bible yang berbahasa Indonesia diambil dari bible yang berbahasa Inggris. Mereka mengatakan semua itu
"MENAMBAL" rentang yang hilang pada Bible {hermeneutika) itu dianggap sebagai metode itniahyang sahih, dan sekarang
di-coba-paksa-terap-kan dalam kitab suci orang
Islam,Al-Qut'an.
Hermeneutika yang
kini telah
menjadi
kepada kekeliruan ketika membaca dan memahami Al-Qur'aa. Metode hermeneutika ini mengajar kita untuk menjadi Setan sebelum
membacaAl-Qut'an, karena belum apa-apa hati, pikiran, logika dikondisikan untuk curiga akan
mereka ingin merubah kembali Qiro'ah AlQur'an, wallahu musta'an. Kita ilhat bagaimana mereka dengan lancang mengutak-atik firman Allah. Hal ini tidak lain dikarenakan oleh
metodologi kufur hermeneutika itu sendiriHermeneutika memiliki banyak alitan, ada hermeneutika Emilio Betti, hermeneutikaFriedrich Schleiermacber, hermeneutika Paul Ricouer. Yang paling gencar dikembangkan akhir-akhir adalah hermeneutika Paul
Dalam metodologi tafsir tidak pernah ada yang mempe(masalahkan teks, karena Rasulullah SAW sendiri yang menafsirkanAl-Qur'an. Jalur periwayatannya sudah jelas, mutawatir, para huffadz (penghafal Al-Qur'an) juga para Quro' (ahli baca Al-Qur'an) pun selalu menjaganya
dalamsanubarimereka.
ini
Ricoeur. Paul Ricoeur mempunyai gagasan yang disebut the hermeneutics of suspicion, yaitu teori kecurigaan. Ia berkata kalau ingin memahami suatu teks maka harus mencurigai teks itu sendiri, memeriksa motif dan maksud penulis, mengetahui latar belakang penulis, maka barulah dapat dipahami maksud sebenanrya dari teks tersebut. Jadi, 'ketika kita tidak tahu apa motif dan maksud dari peaulis maka saat itu kita telah 'ditipu' oleh teks
tersebut", demikian katanya.
Dapat kita bayangkan bagaimana bila metode hermeneutic of suspiciore ini bila diterapkan untuk Al-Qur'an Al-Karim. Sebelum membaca Al-Qur'an kita mesti curiga terlebih dahulu. Padahal sebelum membacanya kita diajar membaca ta'awudz :'Audzubillahi
minasysyaithoonirrojiim
",
mohon
lubang biawak sekalipun kamu akan mengilattinya juga". Kemudian Rasulullah Shallsllaha'alaihi wassalam ditanya : " Apakah mereks yang diilntti itu lmum Yahudi dan Nasrani?" Rasulallah menjawab "Siapa lagi kalau bakan mereka". IHR Bukhari, Muslim]