Anda di halaman 1dari 3

@SHALAHUDDIN

Pantaskah Hermeneutika Dalam Menafsirkan al-Qur'an?


(Anggota

o"purt"-"ffi Jl*r*T3?l*u' ur, Shalahuddin)

Mendengar kata hermeneutika, bagi cendikiawan Islam jauh sebelum karya aristoteles yang pertama kali mendengar ataupun yang itu diterjemahkan ke dalam bahasa latin, telah sudah pernah mendengar akan bertanya-tanya menerjemahkan dan mengomentari karya itu dalam hatinya tentang konsep ini. Untuk dalam dalarr suatu judul yang bemama Fi Al-'Ibarah. pembahasan akan dicoba memaparkan dengan Jadi dari segi bahasa hermeneutic itu berarti jelas akan makna, sejarah kehadiran dan pemahaman (to understand), yaitl bagaimana hubungannya dengan penafsiran Al-qur'an. kita memahami sesuatu, lfiususnya pemahaman Berbicara tentang hermeneutika pertama kita tentangteks tertentu. harus mengetahui dulu apa itu sebenarnya Kemudian hermeneutika tersebut hermeneutika dan buat apa is+ilah iftr 'ada. dikembangkan menjadi suatu cara klusus untuk Hermeneutika adalah suatu konsep dalam dunia menafsirkan bible yaitu kitab suci orang-orang akademik yang berfungsi untuk menafsirkan, Kristen. Sejarahnya kenapa mereka rnelalarkan
maksud, pengertian dan tujuan teks kuno. Metode

penafsiran hermeneutika alfiir-akhir ini marak dipergunakaan oleh para aktivis Islam liberal bahkan mulai dipergunakan di perguruan tinggi

Islam. Metode penafsiran Al-qur'an

dengan

hermeneutika mengandung bahaya yang sangat besar kepadaAl-qur'an pada kfiususnya dan pada pematraman umat muslim pada umurnnya.
L

hal yang demikian? Karena dalam bible mereka mengbadapi masalah dalam memahami teks-teks bible. Mereka tahu bahwa teks bible tidak ditulis oleh nabi Isa as dan bukan pula ditulis oleh murid nabi Isa as, tetapi ditulis oleh orang-orang yang tidak pernah bertemu dengan nabi Isa. Kalau kita pemah melihat kitab. bible perjanjian baru, kita

akan melihat disana ada

Injil

Yohanes,

Injil

Dari segi bahasa hermeneutika


meminjam dari bahasa inggis hermeneutics berasal dari bahasa Yunani, henneneutikos.

Aristoteles pernah menulis suatu tulisan bertema peri hermenias yang kemudian diterjemahkan dalam bahasa latin sebag ai de interpretation yang kisah kehidupan nabi Isa as. diterjemahkan dalam bahasa inggris sebagai on Dalam ilmu hadist,

Lukas, Injil Matius, Injil Markus dan sebagainya. Yohanes, Lukas, Matius, dan Markus, mereka ini adalah omng-orang yang tidak pemah bertemu dengan nabi Isa as sebelumnya, tetapi mereka menulis tentang bible dan menceritakan tentang

the

kalau seseorang interp:retation.. Al-Farabi seorang meriwayatkan hadist tapi dia tidak pemah

bertemu dengan Rasulullah saw maka hadits itu diakatakan mursal(palsu). Seharusnya

orang yang bisa menceritakan kisah hidup Rasul hanya sahabat, orang yang hidup bersama rasul. Jika ada tabi'in(muslim yang
hidup setelah Rasulullah saw meninggal) yang

adalah bible. Sedangkan terjemahan al-Qur'an bukanlah al-Qur'an itu sendiri. Itu hanya terjemahannya saja sedangkan al-Qur'an yang
asli tetap yang berbahasaArab.

Karena 0rang Kristen menghadapi masalah yang seperti ini, mereka menganggap
bahwadi dalam Bible adajarak. A$ suatu jarak an&ra bible dengan nabi Isa as yang menerima wahyu. Oleh karena itu mereka mencurigai dan
tidak meyakini bahwasanya Bible yang sekarang ini mewakili wahyu yang diterima oleh nabi Isa as. Maka kemudian mereka membangun suatu

mengatakan sami'tu Rasulullah (saya


mendengar rasulullah) maka hadistnya mursal,

dan mursal itu dhaif(palsu), yaitu tidak bisa diterima sebagai periwayatan. Tabi'in adalah muslimin yang hidup setelah Rasulullah saw meninggal. Kalau kita menilai bible itu dengan

iknu hadist, maka bible itu mursal semu4 semua riwayatnya tertolak. Jangankan membandingkan bible dengan Al-qur'an,
bahkan membandingkan bible dengan hadist saja tidak seimbang.

metodologi yang bernama hermeneutics,


tujuannya untuk menjembatani antara wahyu yang diterima nabi Isa as deagan empat orang periwayat bible tadi, disebabkan ada rentang waktu yang cukup jauh bahkan sampai ratusan tahun. Jadi mereka ingin mencari pendekatan supaya ketika mereka membaca Bible, mereka bisa mendapatkan dan memahami wahyu yang dibawaoehnabilsaas. Tegasnya, hermeaeutika yang dibawa oleh kaum Nasrani itu bermula dari kecurigaan akan keraguan tentang keaslian teks-teks di dalam bible (Injil Jonhannes, I-ukas, mathius, Markus) karena penulisan teks-teks tersebut sangat jauh dari masa kehidupan nabi Isa as. Maka hadirnya metodologi hermeneutika ini unfuk rnenjembatani "rentang yang hilang"
sehingga diharapkan dapat mendekatkan mereka

Al-qur'an memiliki riwayat yang mlrtawattir. Seluruh Alqur'an memiliki jalur


periwayatan yang sangat banyak. Sedangkan

bible selain yang meriwayatkannya ahad (tunggal, dibawa oleh seorang saj4 yaitu
Lukas, Matius, Markus, Johannes mereka hanya meriwayatkan seorang diri) juga
riwayatnya mursal. Sanadnya terputus karena mereka sama sekali tidak pemah bertemu
dengannabi Isa as. Fakta kedua bahwasanya Nabi Isa as berbicara dengan bahas a Aramaic. Sedangkan

bible berbicara dengan naanuskrip

yang berbahasa yunan. Padahal nabi Isa as tidak berbicara bahasa Yunani. Kemudian bibleberkembang dengan berbagai macam bahasa,

dengan wahyu yaug sebenanrya diterima oleh nabi Isa as. Demikianlah sejarah hermeneutika

bible sekarang yang berkembang ini yang digunakan untuk


Oleh mereka cara

menerjemakan Bible.

ada yang berbahasa Jertnan, Tnggris, dan Perancis. Sedangkan bible yang berbahasa Indonesia diambil dari bible yang berbahasa Inggris. Mereka mengatakan semua itu

"MENAMBAL" rentang yang hilang pada Bible {hermeneutika) itu dianggap sebagai metode itniahyang sahih, dan sekarang
di-coba-paksa-terap-kan dalam kitab suci orang

Islam,Al-Qut'an.

Hermeneutika yang

kini telah

menjadi

perlindungan dari setan yang akan menyeret

metodologi umum, apakah mungkin


hermeneutika ini diterapkan kepada Al-Quran. Mereka berkata bahwa'Al-Quran adalah buku, Al-Quran adalah te*s, Al-Quran adalah kitab kuno atau kitab klasik. Jadi adajarak antarakita denganRasulullah".
Tentang keaslian teks-teks Al-Quran itu

kepada kekeliruan ketika membaca dan memahami Al-Qur'aa. Metode hermeneutika ini mengajar kita untuk menjadi Setan sebelum
membacaAl-Qut'an, karena belum apa-apa hati, pikiran, logika dikondisikan untuk curiga akan

kebenaran teks, kebenaran makna dan kebeaaran ke-wahyu-an Al-Quran. Betapa


dahsyataya kesesatan tafsir Herrneneutika ini.

pun mereka pertanyakan, mereka keluarkan


riwayat-riwayat maka timbullah kajian tentang dekonstruksi (baca : pembongkaran kembali) Al-Qur'an. Al-Qur'an ingin mereka konstnrlai

ulang, mereka edit sampai-sampai ingin


mengeluarkan Al-'Qur'an edisi kritis. Maksud

mereka ingin merubah kembali Qiro'ah AlQur'an, wallahu musta'an. Kita ilhat bagaimana mereka dengan lancang mengutak-atik firman Allah. Hal ini tidak lain dikarenakan oleh
metodologi kufur hermeneutika itu sendiriHermeneutika memiliki banyak alitan, ada hermeneutika Emilio Betti, hermeneutikaFriedrich Schleiermacber, hermeneutika Paul Ricouer. Yang paling gencar dikembangkan akhir-akhir adalah hermeneutika Paul

Dalam metodologi tafsir tidak pernah ada yang mempe(masalahkan teks, karena Rasulullah SAW sendiri yang menafsirkanAl-Qur'an. Jalur periwayatannya sudah jelas, mutawatir, para huffadz (penghafal Al-Qur'an) juga para Quro' (ahli baca Al-Qur'an) pun selalu menjaganya
dalamsanubarimereka.

Kajian Al-Qur'an, terutamanya


penafsiranny4 tidak memerlukan hermeneutika. Kita l&awatir, akhir-akhir ini kita

begitu bergairah mengimpor istilah


hermeneutika untuk kajian Al-Qurlan tanpa menyelidiki dahulu latar belakang istilah itu sendiri, yang mempunyai muatan pandangan hidup yang berlainan dengan pandangan hidup Islam. Sebenarnya jika akan digunakan bahasa asing juga, maka istilah exegesis atau pun comrnentary atau penafsiran yang selama ini digunakaa itu sudah cukup memadai untukAlQut'an- Kenapa l<rni exegesis atan commentary mesti ditukar dengan h ermeneut i c s ? pembahasan ini dengan satu peringatan dari Hadits Rasulullah SAW yang berbunyi : " Kamu almn mengilatti jalan-jalan kaum sebelum kamu, sehasta demi sehasta, sejengkal demi sejenglral, sehingga apabila mereka masuk ke

ini

Ricoeur. Paul Ricoeur mempunyai gagasan yang disebut the hermeneutics of suspicion, yaitu teori kecurigaan. Ia berkata kalau ingin memahami suatu teks maka harus mencurigai teks itu sendiri, memeriksa motif dan maksud penulis, mengetahui latar belakang penulis, maka barulah dapat dipahami maksud sebenanrya dari teks tersebut. Jadi, 'ketika kita tidak tahu apa motif dan maksud dari peaulis maka saat itu kita telah 'ditipu' oleh teks
tersebut", demikian katanya.

Kita akan menggarisbawahi

Dapat kita bayangkan bagaimana bila metode hermeneutic of suspiciore ini bila diterapkan untuk Al-Qur'an Al-Karim. Sebelum membaca Al-Qur'an kita mesti curiga terlebih dahulu. Padahal sebelum membacanya kita diajar membaca ta'awudz :'Audzubillahi

minasysyaithoonirrojiim

",

mohon

lubang biawak sekalipun kamu akan mengilattinya juga". Kemudian Rasulullah Shallsllaha'alaihi wassalam ditanya : " Apakah mereks yang diilntti itu lmum Yahudi dan Nasrani?" Rasulallah menjawab "Siapa lagi kalau bakan mereka". IHR Bukhari, Muslim]

Anda mungkin juga menyukai