Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN KASUS KEKERASAN TUMPUL

Disusun Oleh : Ellys Shinta Safitri, S.Ked Gunawan Nata Kurrahman, S.Ked Yeni Ermawati, S.Ked Yoga Karsenda, S.Ked

STASE ILMU FORENSIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. H. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG JULI 2013

BAB I PENDAHULUAN

Trauma atau kecelakaan merupakan hal yang biasa dijumpai dalam kasus forensik. Hasil dari trauma atau kecelakaan adalah luka, perdarahan dan/atau skar atau hambatan dalam fungsi organ. Agen penyebab trauma diklasifikasikan dalam beberapa cara, antara lain kekuatan mekanik, aksi suhu, agen kimia, agen elektromagnet, asfiksia dan trauma emboli. Dalam prakteknya nanti seringkali terdapat kombinasi trauma yang disebabkan oleh satu jenis penyebab, sehingga klasifikasi trauma ditentukan oleh alat penyebab dan usaha yang menyebabkan trauma.2 Pada pasal 133 ayat (1) KUHAP dan pasal 179 ayat (1) KUHAP dijelaskan bahwa penyidik berwenang meminta keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter atau bahkan ahli lainnya. Keterangan ahli tersebut adalah Visum et Repertum, dimana di dalamnya terdapat penjabaran tentang keadaan korban, baik korban luka, keracunan, ataupun mati yang diduga karena tindak pidana. Bagi dokter yang bekerja di Indonesia perlu mengetahui ilmu kedokteran Forensik termasuk cara membuat Visum et Repertum. Seorang dokter perlu menguasai pengetahuan tentang mendeskripsikan luka, tujuannya untuk mempermudah tugas-tugasnya dalam membuat Visum et Repertum yang baik dan benar sehingga dapat digunakan sebagai alat bukti yang bisa meyakinkan hakim untuk memutuskan suatu tindak pidana. Pada kenyataannya dalam praktek, dokter sering mengalami kesulitan dalam membuat Visum et Repertum karena kurangnya pengetahuan tentang luka. Padahal Visum et Repertum harus di buat sedemikian rupa, yaitu memenuhi persyaratan formal dan material , sehingga dapat dipakai sebagai alat bukti yang sah di sidang pengadilan.1,2,3

BAB II ILUSTRASI KASUS

Identitas Korban Nama Jenis Kelamin Umur Kebangsaan Agama Pekerjaan Alamat : Idiyanto : Laki-laki : 24 tahun : Indonesia : Islam : Mahasiswa : Jalan Krakatau I No 222 Rt/Rw 003/002 Kel Perumnas Way Halim Kec Kedaton Kota Bandar Lampung Riwayat Korban datang dengan keadaan sadar dengan keadaan umum baik. Korban mengaku telah dipukul oleh orang yang dikenal (Doni Setiawan) pada tanggal delapan Juli dua ribu tiga belas sekira pukul sepuluh lebih tiga puluh menit Waktu Indonesia Barat dikampus IAIN Raden Intan Kec. Sukarame Kota Bandar Lampung

PEMERINTAH PROPINSI LAMPUNG

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. H. ABDUL MOELOEK Jl. Dr. Rivai No. 6 Telp. 0721-703312 Fax. 703952 BANDAR LAMPUNG Nomor : 353 / 5099c / 4.13 / IV /2013 Lamp : Perihal : Hasil pemeriksaan luka Atas nama IDIYANTO bin SUPANDI PRO JUSTITIA VISUM ET REPERTUM Yang bertanda tangan di bawah ini Yeni Ermawati, dokter Spesialis Forensik pada Rumah Sakit Umum Daerah dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung, atas permintaan tertulis dari SYAHRUL, pangkat IPDA, NRP. 58090641, jabatan Ka. SPK II, atas nama Kepala Kepolisian Resor Kota Bandar Lampung, dengan suratnya nomor : R / 126 / VII / 2013 / SPK / RESTA BALAM, tertanggal delapan Juli tahun dua ribu tiga belas. Maka dengan ini menerangkan bahwa pada tanggal sembilan Juli tahun dua ribu tiga belas, bertempat di Ruang Instalansi Forensik RSUD dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung, telah melakukan pemeriksaan korban dengan nomor registrasi 91 63 23, dengan identitas yang menurut surat permintaan tersebut adalah -----------------------------Nama Jenis kelamin Tempat Tgl Lahir Kewarganegaraan Pekerjaan Aga ma Alamat : IDIYANTO------------------------------------------------------: Laki - Laki -------------------------------------------------------: Palembang, 27 Desember 1991-------------------------------: Indonesia ---------------------------------------------------------: Wiraswasta-------------------------------------------------------: Islam--------------------------------------------------------------: Jalan Krakatau I No 222 Rt/Rw 003/002 Kel Perumnas Way Halim Kec Kedaton Kota Bandar Lampung-----------Korban datang dengan keadaan sadar dengan keadaan umum baik. Korban Bandar Lampung, 09 Juli 2013

mengaku telah dipukul oleh orang yang dikenal (Doni Setiawan) pada tanggal delapan Juli dua ribu tiga belas sekira pukul sepuluh lebih tiga puluh menit Waktu Indonesia Barat dikampus IAIN Raden Intan Kec. Sukarame Kota Bandar Lampung--------------------------------------------------------------------------------------HASIL PEMERIKSAAN-----------------------------------------------------------------1. Tekanan darah seratus dua puluh per delapan puluh mili meter air raksa, frekuensi nadi delapan puluh empat kali per menit, frekuensi pernapasan dua puluh kali per menit, suhu tubuh tiga puluh enam koma sembilan derajat selsius.-----------------------------------------------------------------------------------2.

Luka-luka :-----------------------------------------------------------------------------a.

Pada dahi kiri, tiga senti timeter dari garis pertengahan depan, empat senti meter diatas alis mata kiri terdapat luka lecet berwarna kemerahan dengan ukuran satu senti meter kali nol koma dua senti meter--------------

b.

Pada hidung sisi kiri terdapat luka lecet garis berwarana kemerahan dengan ukuran nol koma lima senti meter kali nol koma dua senti meter-Pada tangan kanan sisi luar, sembilan senti meter dibawah siku terdapat luka memar berwarna kemerahan dengan ukuran empat senti meter kali dua senti meter----------------------------------------------------------------------

c.

KESIMPULAN :----------------------------------------------------------------------------

Pada pemeriksaan seorang korban laki-laki berumur kurang lebih dua puluh dua tahun ini ditemukan luka lecet pada dahi kiri, hidung, pungung dan memar pada lengan kanan akibat kekerasan tumpul. Luka tersebut tidak menimbulkan penyakit atau halangan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari (luka ringan)----------------------------------------------------------------------------------Demikian Visum Et Repertum ini dibuat dengan menggunakan keilmuan saya yang sebaik-baiknya, mengingat sumpah sesuai pada waktu menerma jabatan-----dokter tersebut diatas

dr. Yeni Ermawati NIP. 0818011044

BAB III PEMBAHASAN

Pemeriksaan korban ini sudah sesuai dengan prosedur medikolegal yaitu dengan adanya permintaan dari penyidik dalam hal ini permintaan tertulis dari SYAHRUL, pangkat IPDA, NRP. 58090641, jabatan Ka. SPK II, atas nama Kepala Kepolisian Resor Kota Bandar Lampung, kepada Kepala Rumah Sakit Umun Abdul Moeloek Provinsi Lampung, atas korban yang merupakan korban pemukulan dengan orang yang dikenal. Permintaan dilakukan secara yang sesuai dengan pasal 133 KUHAP ayat 2. Dalam hal hasil pemeriksaan pada korban ini sudah memuat hasil pemeriksaan yang objektif sesuai dengan apa yang diamati terutama dilihat dan ditemukan pada korban atau benda yang diperiksa. Pemeriksaan juga dilakukan dengan baik secara sistematis dari atas ke bawah sehingga tidak ada yang tertinggal. Deskripsinya juga tertentu yaitu mulai dari letak anatomisnya, koordinatnya (absis adalah jarak antara luka dengan garis tengah badan, ordinat adalah jarak antara luka dengan titik anatomis permanen yang terdekat), jenis luka atau cedera, karakteristiknya serta ukurannya. Rincian ini terutama penting pada pemeriksaan korban mati yang pada saat persidangan tidak dapat dihadirkan kembali. Pada korban ini ditemukan luka lecet pada dahi kiri, hidung, dan memar pada lengan kanan akibat kekerasan tumpul. Karena benda-benda yang dapat mengakibatkan luka dengan sifat luka ini adalah benda yang memiliki permukaan tumpul. Dan luka yang terjadi dapat berupa memar, luka lecet dan luka robek. Memar atau hematom adalah suatu pendaran dalam jaringan bawah kulit atau kutis akibat pecahnya kapiler dan vena, yang di sebabkan oleh kekerasan benda tumpul. Luka memar kadang kala memberi petunjuk tentang bentuk penyebabnya, misalnya jejas ban yang sebenarnya adalah suatu pendarahan tepi (marginal haemorrhage). Letak, bentuk dan luas luka memar di pengaruhi oleh tertulis

berbagai faktor, seperti Besarnya kekerasan, Jenis benda penyebab (karet, kayu, besi ), Kondisi dan jenis jaringan (jaringan ikat longgar, jaringan lemak), Usia, Jenis kelamin, Corak dan warna kulit, Kerapuhan pembuluh darah (hipertensi, penyakit cardiovascular,diatesishaemorrgik) Pada bayi, hematoma atau memar cenderung lebih mudah terjadi, karena sifat kulit yang longgar, dan masih tipisnya jaringan lemak subkutan, demikian pula pada usia lanjut sehubungan dengan menipisnya jaringan lemak subkutan dan pembuluh darah yang kurang terlindungi.gambar hematom atau memar Akibat gravitasi, lokasi hematoma mungkin terletak jauh dari letak benturan, misalnya kekerasan benda tumpul pada dahi menimbulkan hematoma palbera ( kelopak mata) atau kekerasan benda tumpul pada paha, dengan patah tulang paha menimbulkan hematoma pada sisi luar tungkai bawah. Umur luka memar secara kasar dapat di perkirakan melalui perubahan warnanya. Pada saat timbul, memar berwarna merah, kemudian berubah menjadi ungu atau hitam, setelah 4-5 hari akan berwarna hijau yang kemudian akan berubah menjadi kuning dalam 7-10 hari, dan akhirnya menghilang, dalam 14-15 hari. Perubahan warna tersebut berlangsung mulai dari tepi dan waktunya dapat bervariasi, tergantung derajat dan berbagai faktor yang mempengaruhinya. Luka lecet terjadi akibat cedera pada epidermis yang bersentuhan dengan benda yang memiliki permukaan kasar atau runcing, misalnya pada kejadian kecelakaan lalu lintas, tubuh terbentur aspal jalan, atau sebaliknya benda tersebut yang bergerak dan bersentuhan dengan kulit. Manfaat interpretasi luka lecet di tinjau dari aspek medikolegal sering kali di remehkan, padahal pemeriksaan luka lecet yang teliti disertai pemeriksaan di TKP dapat mengungkapkan peristiwa yang sebenarnya terjadi. Misalnya suatu luka lecet yang semula di perkirakan sebagai akibat jatuh dan terbentur aspal jalan atau tanah, seharusnya di jumpai pula aspal atau debu yang menempel di luka tersebut. Bila setelah di lakukan pemeriksaan secara teliti, tidak di jumpai benda asing tersebut, maka harus timbul pemikiran bahwa luka tersebut bukan terjadi akibat jatuh ke aspal atau tanah, tapi mungkin akibat tindakan kekerasan.Sesuai dengan mekanisme terjadinya, luka lecet dapat diklasifikasikan sebagai luka lecet gores (scratch), luka lecet serut (graze), luka lecet tekan (impression,impact

abrasion) dan luka lecet geser (friction abrasion). Luka robek merupakan luka terbuka akibat trauma benda tumpul, yang menyebabkan kulit teregang kesatu arah, dan bila batas elastisitas kulit terlampaui, maka akan terjadi robekan pada kulit. Luka ini mempunyai ciri bentuk luka yang umumnya tidak beraturan, tepi atau dinding tidak rata, tampak jembatan jaringan antara kedua tepi luka, bentuk dasar luka tidak beraturan, sering tampak luka lecet atau luka memar di sisi luka. Kekerasan tumpul yang cukup kuat dapat menyebabkan patah tulang. Bila terdapat lebih dari satu garis patah tulang yang saling bersinggungan, maka garis patah yang terjadi belakangan akan berhenti pada garis patah yang telah terjadi sebelumnya. Patah tulang jenis impresi, terjadi akibat kekerasan benda tumpul pada tulang, dengan luas persinggungan yang kecil dan dapat memberikan gambaran bentuk penyebabnya. Luka-luka yang dialami korban ini termasuk luka derajat ringan. Karena umumnya yang dianggap sebagai hasil dari penganiayaan ringan adalah korban dengan tanpa luka atau dengan luka lecet atau memar kecil dilokasi yang tidak berbahaya/ yang tidak menurunkan fungsi alat tubuh tertentu. Dan juga tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan jabatan atau pekerjaan sebagaimana bunyi pasal 352 KHUP.

BAB IV KESIMPULAN

a.

Penyebab trauma diklasifikasikan dalam beberapa cara, antara lain kekuatan mekanik, aksi suhu, agen kimia, agen elektromagnet, asfiksia dan trauma emboli.

b.

Memuat hasil pemeriksaan yang objektif sesuai dengan apa yang diamati terutama dilihat dan ditemukan pada korban atau benda yang diperiksa. Pemeriksaan dilakukan dengan sistematis dari atas ke bawah sehingga tidak ada yang tertinggal. Deskripsinya juga tertentu yaitu mulai dari letak anatomisnya, koordinatnya (absis adalah jarak antara luka dengan garis tengah badan, ordinat adalah jarak antara luka dengan titik anatomis permanen yang terdekat), jenis luka atau cedera, karakteristiknya serta ukurannya. Rincian ini terutama penting pada pemeriksaan korban mati yang pada saat persidangan tidak dapat dihadirkan kembali

c.

Memuat hasil interpretasi yang dapat di pertanggungjawabkan secara ilmiah dari fakta yang ditemukan sendiri oleh dokter pembuat visum et repertum, dikaitkan dengan maksud dan tujuan dimintakannya visum et repertum tersebut. Pada bagian ini harus memuat minimal 2 unsur yaitu jenis luka dan kekerasan dan derajat kualifikasi luka

DAFTAR PUSTAKA

1.

Atmadja DS. Simposium Tatalaksana Visum et Repertum Korban Hidup pada Kasus Perlukaan & Keracunan di Rumah Sakit. Jakarta: RS Mitra Keluarga Kelapa Gading, Rabu 10 Juli 2004.

2. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S. 1997. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta : Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 3. 4. Dahlan, Sofwan. 2003. Pembuatan Visum Et Repertum. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. Herlambang, Penggalih Mahardika. Mekanisme Biomolekuler Luka Memar 2013. Available at: http://sibermedik.files.wordpress.com/2008/10/biomol-memar_rev.pdf. [cited : 14 Juli 2013. 5. Wales J. Visum et Repertum. 2013. Available at Http://Id.Wikipedia.Org/Wiki/Visum_Et_Repertum. [cited : 14 Juli 2013].

Anda mungkin juga menyukai