Anda di halaman 1dari 14

RESPONSI

“KECELAKAAN LALU LINTAS


DITINJAU DARI SEGI HUKUM”

Oleh:

DM UNPATTI II (9 Desember 2019 – 19 Januari 2020)

1. Marselno Tatipikalawan 201884063


2. Nazihan Alkatiri 201884062
3. Queen J. Mailoa 201884035
4. Ridwan M. Husni 201884036
5. Mi’raj A. J. Hasanusi 201884037

Pembimbing :

Prof. dr. H. Sudjari Solichin, Sp.F (K)

SMF/LAB. IKF-ML RSUD DR. SOETOMOSURABAYA

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS PATTIMURA

2019
2
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya, responsi dengan judul “Kecelakaan Lalu Lintas Ditinjau dari Segi Hukum”
dapat penulis selesaikan tepat pada waktunya.
Penulis mengucapkan Terima Kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:
1. dr. H. Edi Suyanto, Sp.F, SH, MH. Kes sebagai Kepala Departemen Kedokteran Forensik
dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga sekaligus sebagai Ketua
SMF Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSUD Dr. Soetomo Surabaya
2. dr. Abdul Aziz, Sp.F sebagai Kepala Instalansi Forensik dan Medikolegal RSUD Dr.
Soetomo Surabaya
3. dr. Nily Sulistyorini, Sp.F sebagai Koordinator Pendidikan S1 Kedokteran Forensik dan
Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
4. Prof. dr. H. Sudjari Solichin, Sp.F(K) sebagai pembimbing yang dengan penuh ketulusan
hati telah membimbing, sehingga dapat membuka cakrawala berpikir dan menambah
pengetahuan menjadi lebih baik.
5. Orang tua yang telah memberikan dukungan baik moril, maupun materil.
6. Kepada seluruh teman-teman sejawat yang dengan tulus memberikan semangat,
khususnya kepada teman-teman sejawat dalam Stase Ilmu Kedokteran Forensik dan
Medikolegal
Penulis menyadari sungguh, referat ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, kritik dan saran diharapkan untuk pengembangan referat ini kedepannya.

Surabaya, Januari 2020

Penulis

3
PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. SOETOMO
INSTALASI KEDOKTERAN FORENSIK & MEDIKOLEGAL
Jl. Mayjen Prof. Dr. Moestopo No. 6 – 8 Surabya 6028 Telp. (031) 5501545 - 49 , Fax (031) – 5501545

VISUM ET REPERTUM
(LUKA)
Pro Justisia
No. RM : 12.17.72.27

Sehubungan dengan surat Saudara : ------------------------------------------------------------------


Nama: Suwandi., Pangkat: AIPTU, NRP: 75060176, Jabatan: PETUGAS TPTKP RESOR
KOTA SURABAYA Jalan Dukuh Kupang Barat XVI/6-8 Surabaya, Nomor polisi:
R/023/XII/2019/Sat Lantas. Tertanggal: 23 Desember 2019, Perihal: Permintaan Visum Et
Repertum Luka, yang kami terima pada hari Senin, 23 Desember 2019 pukul 09.35 WIB. --
Maka kami ----------------------- dr Galih Endradita Mulya Saputra -------------------------
sebagai dokter pemerintah pada Instalansi Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSUD Dr.
Soetomo Surabaya, telah melakukan pemeriksaan luka pada hari tanggal 23 Desember 2019
pukul 10.16 WIB di Instalasi Rawat Darurat RSUD Dr. Soetomo Surabaya atas korban yang
menurut surat Saudara: ----------------------------------------------------------------------------------
Nama : S. Soetomo ------------------------------------------------------------
Jenis kelamin : Laki-laki ---------------------------------------------------------------
Umur : 60 tahun ----------------------------------------------------------------
Kewarganegaraan : WNI --------------------------------------------------------------------
Agama : Islam -------------------------------------------------------------------
Pekerjaan : Swasta ------------------------------------------------------------------
Alamat : Kupang Panjaan 4/69 RT.3 RW.4, Surabaya ---------------------
Orang tersebut diduga telah mengalami luka berat/ringan dalam kecelakaan lalu lintas di
Jalan Raya Pandigiling, Surabaya pada tanggal 23 Desember 2019 sekira jam 08.30 WIB
sehingga menderita luka pada pelipis kanan luka robek -------------------------------------------

HASIL PEMERIKSAAN
Kronologi : -----------------------------------------------------------------------------------------------
Menurut keterangan saudara korban, kecelakaan terjadi sekitar pukul 08.30 WIB pada
tanggal 23 Desember 2019 saat sedang mengendarai motor di jalan R. Pandagiling. Korban
membonceng suaminya. Di dalam perjalanan korban bertabrakan dengan pengendara sepeda
motor lain dari arah berlawanan kemudian korban jatuh dan tidak sadarkan diri. Setelah itu
korban dibawa ke RSUD Dr. Soetomo ---------------------------------------------------------------

Keadaan umum:
1. Korban berjenis kelamin laki-laki, mengaku berusia enam puluh tahun, tinggi badan
seratus tujuh puluh sentimeter, berat badan enam puluh tujuh kilogram dan warna kulit
sawo matang, status gizi cukup. -------------------------------------------------------------------

4
2. Kesadaran penuh, tekanan darah seratus tiga puluh per sembilan puluh millimeter air
raksa, denyut nadi sembilan puluh empat kali per menit, frekuensi napas dua puluh kali
per menit, suhu tubuh tiga puluh enam koma dua derajat celcius. ----------------------------
3. Properti : satu buah kemeja lengan pendek, berwarna putih abu-abu, motif garis-garis.
Satu buah celana panjang berwarna biru donker -------------------------------------------------

Pemeriksaan fisik:
1. Kepala : -----------------------------------------------------------------------------------------------
a. Bentuk : Bulat, simetris. -------------------------------------------------------------------------
b. Rambut : Lurus berwarna hitam bercampur putih -------------------------------------------
c. Dahi : Tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan -----------------------------
d. Mata : Pada mata kanan, tepat pada kelopak mata atas dan bawah ditemukan luka
memar berwarna biru keunguan, berbentuk tidak beraturan, berukuran lima sentimeter
kali tiga koma lima sentimeter. Pada mata kanan, lima sentimeter dari garis
pertengahan depan, tepat di sudut luar mata, ditemukan luka bekas jahitan dengan
benang berwarna hitam, berjumlah empat jahitan -------------------------------------------
e. Hidung: Tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan ---------------------------
f. Pipi : Tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan. ------------------------------
g. Telinga: --------------------------------------------------------------------------------------------
1) Kanan: tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan. -----------------------
2) Kiri: tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan ---------------------------
h. Mulut : Pada bibir atas, tepat pada garis pertengahan depan, ditemukan luka lecet,
berbentuk tidak beraturan, berwarna kemerahan, berukuran tujuh koma lima
sentimeter kali satu koma lima sentimeter ----------------------------------------------------
i. Dagu: Tidak ditemukan kelaian dan tanda-tanda kekerasan. ------------------------------
2. Leher : Tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan. --------------------------------
3. Dada : Tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan. --------------------------------
4. Perut : Tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan. --------------------------------
5. Punggung : Tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan. --------------------------
6. Panggul : Tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan. ----------------------------
7. Anggota gerak atas :. ---------------------------------------------------------------------------------
a. Kanan : Tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan --------------------------
b. Kiri : Pada punggung tangan, empat sentimeter di bawah pergelangan tangan,
ditemukan luka lecet majemuk, berbentuk tidak beraturan berwarna kemerahan, pada
area seluas lima koma lima sentimeter kali empat sentimeter. Pada telapak tangan,
delapan sentimeter dari pergelangan tangan, terdapat luka lecet, berbentuk tidak
beraturan, berwarna kemerahan, berukuran satu sentimeter kali satu koma lima
sentimeter. -----------------------------------------------------------------------------------------
8. Anggota gerak bawah : ------------------------------------------------------------------------------
a. Kanan: Pada tungkai bawah, tepat di pada lutut ditemukan luka lecet majemuk,
berbentuk tidak beraturan, berwarna kemerahan, pada area seluas delapan koma lima
sentimeter kali delapan sentimeter. Pada punggung kaki, tiga belas sentimeter dari
pergelangan kaki, ditemukan luka lecet majemuk, berbentuk tidak beraturan, berwarna
kemerahan, pada area seluas enam sentimeter kali tiga sentimeter. Pada mata kaki
bagian luar, dua sentimeter di bawah pergelangan kaki, ditemukan luka lecet berwarna

5
kemerahan, berbentuk tidak beraturan, berukuran dua koma lima sentimeter kali dua
sentimeter ------------------------------------------------------------------------------------------
b. Kiri: Tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan. -------------------------------
9. Dubur: Tidak dievaluasi. ----------------------------------------------------------------------------
10. Alat kelamin : Tidak dievaluasi. ----------------------------------------------------------------

Tindakan/Terapi :
1. Debridement -----------------------------------------------------------------------------------------
2. Penjahitan luka sudut mata kanan ----------------------------------------------------------------

KESIMPULAN
1. Korban berjenis kelamin laki-laki, mengaku berusia enam puluh tahun, tinggi badan
seratus tujuh puluh sentimeter, berat badan enam puluh tujuh kilogram dan warna kulit
sawo matang, status gizi cukup ---------------------------------------------------------------------
2. Pada pemeriksaan ditemukan: ----------------------------------------------------------------------
a. Luka memar pada kelopak mata
kanan
-----------------------------------------------------------------------------------------------------
b. Luka bekas jahitan pada mata kanan ---------------------------------------------------------
c. Luka lecet pada pipi kanan, mulut, tangan kiri, tungkai bawah kiri, dan kaki kiri ----
Luka pada poin a & c tersebut diatas akibat kekerasan tumpul.
Luka pada poin b lazim ditemukan pada tindakan medis
3. Luka-luka tersebut menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan
jabatan atau pencarian untuk semntara waktu ---------------------------------------------------
---
Demikianlah Visum et Repertum ini dibuat dengan mengingat sumpah pada waktu
menerima jabatan. ----------------------------------------------------------------------------------------
Dokter Pemeriksa,

dr. Galih Endradita Mulya Saputra

6
KECELAKAAN LALU LINTAS DITINJAUI DARI SEGI HUKUM

Undang-undang Lalu Lintas no. 22 tahun 2009


Pasal 229
(1) Kecelakaan Lalu Lintas digolongkan atas:
a. Kecelakaan Lalu Lintas ringan;
b. Kecelakaan Lalu Lintas sedang; atau
c. Kecelakaan Lalu Lintas berat.
(2) Kecelakaan Lalu Lintas ringan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
merupakan kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan Kendaraan dan/atau barang.
(3) Kecelakaan Lalu Lintas sedang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
merupakan kecelakaan yang mengakibatkan luka ringan dan kerusakan Kendaraan
dan/atau barang.
(4) Kecelakaan Lalu Lintas berat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
merupakan kecelakaan yang mengakibatkan korban meninggal dunia atau luka berat.
(5) Kecelakaan Lalu Lintas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat disebabkan oleh
kelalaian Pengguna Jalan, ketidaklaikan Kendaraan, serta ketidaklaikan Jalan
dan/atau lingkungan.
Pasal 310
(1) Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor yang karena kelalaiannya
mengakibatkan Kecelakaan Lalu Lintas dengan kerusakan Kendaraan dan/atau
barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat (2), dipidana dengan pidana
penjara paling lama 6 (enam) bulan dan/atau denda paling banyak Rp1.000.000,00
(satu juta rupiah).
(2) Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor yang karena kelalaiannya
mengakibatkan Kecelakaan Lalu Lintas dengan kerusakan Kendaraan dan/atau
barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat (2), dipidana dengan pidana
penjara paling lama 6 (enam) bulan dan/atau denda paling banyak Rp1.000.000,00
(satu juta rupiah).
(3) Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor yang karena kelalaiannya
mengakibatkan Kecelakaan Lalu Lintas dengan korban luka berat sebagaimana

7
dimaksud dalam Pasal 229 ayat (4), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5
(lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).
(4) Dalam hal kecelakaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang mengakibatkan
orang lain meninggal dunia, dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam)
tahun dan/atau denda paling banyak Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah).

Peraturan KAPOLRI no.15 Tahun 2013


(3) Kecelakaan Lalu Lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak diduga dan tidak
disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan lain yang
mengakibatkan korban manusia dan/atau kerugian harta benda.
(4) Tempat Kejadian Perkara Kecelakaan Lalu Lintas yang selanjutnya disebut TKP
adalah tempat dimana suatu kecelakaan lalu lintas terjadi atau tempat-tempat lain
dimana tersangka dan/atau korban dan/atau saksi dan/atau barang bukti yang
berhubungan dengan kecelakaan lalu lintas tersebut dapat ditemukan.
(5) Penanganan Kecelakaan Lalu Lintas adalah serangkaian kegiatan yang dilaksanakan
oleh petugas Polri di bidang lalu lintas setelah terjadi Kecelakaan Lalu Lintas di jalan
yang meliputi kegiatan mendatangi TKP dengan segera, menolong korban,
melakukan tindakan pertama di TKP, mengolah TKP, mengatur kelancaran arus lalu
lintas, mengamankan barang bukti, dan melakukan penyidikan Kecelakaan Lalu
Lintas.
(6) Kegiatan Mendatangi TKP Kecelakaan Lalu Lintas yang selanjutnya disebut
Mendatangi TKP adalah tindakan oleh petugas Polri di bidang lalu lintas untuk
segera berada di lokasi Kecelakaan Lalu Lintas guna melakukan tindakan kepolisian
yang diperlukan di TKP dengan mempersiapkan kendaraan dan peralatan sesuai
yang ditentukan.
(7) Pemberian Pertolongan Pertama Kecelakaan Lalu Lintas yang selanjutnya disebut
Pemberian Pertolongan Pertama adalah tindakan yang dilakukan oleh petugas Polri
di bidang lalu lintas dan/atau petugas medis untuk menyelamatkan jiwa korban
dengan cara memberikan perawatan medis dan/atau membawa segera korban
Kecelakaan Lalu Lintas pada unit pelayanan kesehatan terdekat.

8
KUHP
Pasal 90
Luka berat berarti:
 Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh sama
sekali, atau yang menimbulkan bahaya maut;
 Tidak mampu terus-menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan
pencarian;
 Kehilangan salah satu pancaindera;
 Mendapat cacat berat;
 Menderita sakit lumpuh;
 Terganggunya daya pikir selama empat minggu lebih;
 Gugur atau matinya kandungan seorang perempuan.
Pasal 351
(1) Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan
atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah,
(2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan
pidana penjara paling lama lima tahun.
(3) Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
(4) Dengan penganiayaan disamakan sengaja merusak kesehatan.
(5) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.

Pasal 352
(1) Kecuali yang tersebut dalam pasal 353 dan 356, maka penganiayaan yang tidak
menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau
pencarian, diancam, sebagai penganiayaan ringan, dengan pidana penjara paling
lama tiga bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. Pidana
dapat ditambah sepertiga bagi orang yang melakukan kejahatan itu terhadap orang
yang bekerja padanya, atau menjadi bawahannya.
(2) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.

9
Pasal 359
Barang siapa karena kesalahannya (kealpaannya) menyebabkan orang lain mati, diancam
dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana kurungan paling lama satu tahun.

Pasal 360
(1) Barang siapa karena kesalahannya (kealpaannya) menyebabkan orang lain mendapat
luka-luka berat, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana
kurungan paling lama satu tahun.
(2) Barang siapa karena kesalahannya (kealpaannya) menyebahkan orang lain lukaluka
sedemikian rupa sehingga timbul penyakit atau halangan menjalankan pekerjaan
jabatan atau pencarian selama waktu tertentu, diancam dengan pidana penjara paling
lama sembilan bulan atau pidana kurungan paling lama enam bulan atau pidana
denda paling tinggi empat ribu lima ratus rupiah.

10
PEMBAHASAN KASUS

Berdasarkan SPVR (Surat Permintaan Visum et Repertum) korban berjenis kelamin


laki-laki berusia enam puluh tahun. Menurut keterangan saudara korban, kecelakaan terjadi
sekitar pukul 08.30 WIB pada tanggal 23 Desember 2019 saat sedang mengendarai motor
di jalan Raya Pandagiling. Korban membonceng suaminya. Di dalam perjalanan korban
bertabrakan dengan pengendara sepeda motor lain dari arah berlawanan kemudian korban
jatuh dan tidak sadarkan diri. Setelah itu korban dibawa ke RSUD Dr. Soetomo. Orang
tersebut diduga telah mengalami luka berat/ringan dalam kecelakaan lalu lintas di Jalan Raya
Pandigiling, Surabaya pada tanggal 23 Desember 2019 sekira jam 08.30 WIB sehingga
menderita luka pada pelipis kanan luka robek.
Berdasarkan hasil pemeriksaan berupa kesimpulan Visum et Repertum korban
berjenis kelamin laki-laki, mengaku berusia enam puluh tahun, tinggi badan seratus tujuh
puluh sentimeter, berat badan enam puluh tujuh kilogram dan warna kulit sawo matang,
status gizi cukup. Pada pemeriksaan ditemukan: a). luka memar pada kelopak mata kanan,
b). luka bekas jahitan pada sudut luar mata kanan, c). luka lecet pada pipi kanan, mulut,
tangan kiri, tungkai bawah kiri, dan kaki kiri. Luka pada poin a & c tersebut diatas akibat
kekerasan tumpul. Luka pada poin b lazim ditemukan pada tindakan medis. Luka-luka
tersebut menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau
pencarian untuk sementara waktu.
Berdasarkan kronologi dan kesimpulan visum, korban tersebut mengalami kecelakaan
lalu lintas sedang, hal ini ditinjau berdasarkan Undang-undang Lalu Lintas No. 22 tahun
2009, Pasal 229, ayat 1 “Kecelakaan Lalu Lintas digolongkan atas: kecelakaan lalu lintas
ringan, kecelakaan lalu lintas sedang; atau kecelakaan lalu lintas berat”. Pasal 229 ayat 3
berbunyi “Kecelakaan Lalu Lintas sedang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
merupakan kecelakaan yang mengakibatkan luka ringan dan kerusakan Kendaraan dan/atau
barang”. Pasien yang merupakan korban dapat terjerat Undang-undang Lalu Lintas No. 22
tahun 2009, Pasal 310, ayat 2 “Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor yang
karena kelalaiannya mengakibatkan Kecelakaan Lalu Lintas dengan kerusakan Kendaraan
dan/atau barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat (2), dipidana dengan pidana
penjara paling lama 6 (enam) bulan dan/atau denda paling banyak Rp1.000.000,00 (satu juta

11
rupiah)”, namun pada kasus ini, pasien kemudian ditetapkan statusnya oleh Kepolisian
Resor Surabaya sebagai korban.
Berdasarkan Peraturan KAPOLRI NO.15 Tahun 2013, ayat 3,4,5,6 sudah jelas
ditambah dengan ayat 7 yang berbunyi “Pemberian pertolongan pertama kecelakaan lalu
lintas yang selanjutnya disebut pemberian pertolongan pertama adalah tindakan yang
dilakukan oleh petugas Polri di bidang lalu lintas dan/atau petugas medis untuk
menyelamatkan jiwa korban dengan cara memberikan perawatan medis dan/atau membawa
segera korban Kecelakaan Lalu Lintas pada unit pelayanan kesehatan terdekat”. Pada Visum
yang di buat terdapat jelas tindakan/terapi yang telah dilakukan terhadap korban adalah
debridement dan penjahitan luka sudut mata kanan.
Pada KUHP pasal 90 KUHP Pasal 90, “Luka berat berarti: jatuh sakit atau mendapat
luka yang tidak memberi harapan akan sembuh sama sekali, atau yang menimbulkan bahaya
maut, tidak mampu terus-menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan
pencarian, kehilangan salah satu pancaindera, mendapat cacat berat, menderita sakit
lumpuh, terganggunya daya pikir selama empat minggu lebih, gugur atau matinya
kandungan seorang perempuan”. Pada kasus korban jatuh sakit sehingga tidak mampu terus-
menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan pencarian, oleh karena itu
dipaparkan secara jelas pada kesimpulan visum korban pada poin 3 yang berbunyi “Luka-
luka tersebut menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan
atau pencarian untuk sementara waktu”
Instalasi Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSUD Dr. Soetomo menerima
permintaan visum dari Kepolisian Resor Surabaya, dan berdasarkan hasil penyelidikan
pasien ditetapkan statusnya sebagai korban berdasarkan yang tertulis pada Surat Permintaan
Visum et Repertum.

12
KESIMPULAN

Instalasi Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSUD Dr. Soetomo menerima


permintaan visum dari Kepolisian Resor Surabaya untuk pasien atas nama Tn. SS. Hasil
visum didapatkan luka memar pada kelopak mata kanan, luka bekas jahitan pada sudut luar
mata kanan, luka lecet pada pipi kanan, mulut, tangan kiri, tungkai bawah kiri, dan kaki kiri.
Luka pada poin a & c tersebut diatas akibat kekerasan tumpul. Luka pada poin b lazim
ditemukan pada tindakan medis. Berdasarkan hasil visum kecelakaan yang dialami pasien
tergolong kecelakaan sedang, sesuai dengan undang-undang Lalu Lintas No. 22 tahun 2009,
Pasal 229, ayat 1 “Kecelakaan Lalu Lintas digolongkan atas: kecelakaan lalu lintas ringan,
kecelakaan lalu lintas sedang; atau kecelakaan lalu lintas berat” Pasal 229 ayat 3 berbunyi
“Kecelakaan Lalu Lintas sedang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b merupakan
kecelakaan yang mengakibatkan luka ringan dan kerusakan Kendaraan dan/atau barang”.
Pada visum yang di buat terdapat jelas tindakan/terapi yang telah dilakukan terhadap
korban yaitu debridement dan penjahitan luka sudut mata kanan, sesuai dengan Peraturan
KAPOLRI NO.15 Tahun 2013, ayat 3,4,5,6 sudah jelas ditambah dengan ayat 7 yang
berbunyi “Pemberian pertolongan pertama kecelakaan lalu lintas yang selanjutnya disebut
pemberian pertolongan pertama adalah tindakan yang dilakukan oleh petugas Polri di bidang
lalu lintas dan/atau petugas medis untuk menyelamatkan jiwa korban dengan cara
memberikan perawatan medis dan/atau membawa segera korban Kecelakaan Lalu Lintas
pada unit pelayanan kesehatan terdekat”
Berdasarkan hasil penyelidikan pasien ditetapkan statusnya sebagai korban
berdasarkan yang tertulis pada Surat Permintaan Visum et Repertum.

13
DAFTAR PUSTAKA
1. Hoediyanto dan Hariadi A. 2012. Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal. Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga.
2. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. PT. Grafika Media, Jakarta, 1992
3. Undang-Undang nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas
4. Peraturan Kepolisisn Negara Republik Indonesia nomor 15 tahun 2013

14

Anda mungkin juga menyukai