Identitas Sosial
Identitas Sosial
lebih diartikan sebagai diri pribadi dalam interaksi sosial, dimana diri adalah segala sesuatu yang dapat dikatakan orang tentang dirinya sendiri, bukan hanya tentang tubuh dan keadaan fisiknya sendiri saja, melainkan juga tentang anakistrinya, rumahnya, pekerjaannya, nenek moyangnya, temantemannya, milikinya, uangnya dan lainlain. Lebih lanjut disimpulkan bahwa diri adalah semua ciri, jenis kelamin, pengalaman, sifat sifat, latar belakang budaya, pendidikan, dan semua atribut yang melekat pada seseorang.
Ketika diri berjalan selaras dengan konsep diri yang diyakini oleh individu, maka yang akan muncul kemudian adalah effect self reference. efek ini berasal dari perhatian dan memori yang terjadi karena
Self - Esteem
Ada banyak motif yang memungkinkan munculnya self
esteem, yaitu:
1. Self assesment
2. Self enhancement 3. Self - verification
Ketika individu memiliki self esteem yang tinggi terhadap dirinya sendiri, berarti individu tersebut memiliki kecenderungan menyukai dirinya sendiri. Evaluasi positif tersebut, sebagian berdasarkan opini orang lain dan sebagian berdasarkan dari pengalaman spesifik individu tersebut. Namun, tak dapat dipungkiri bahwa pembentukan self esteem tidak lepas dari pengaruh budaya setempat.
Social comparisons
Ketika individu mengevaluasi tentang siapa dirinya, secara langsung dia akan menemukan informasi utama yang relevan tersebut di orang lain. Individu akan menilai dirinya sendiri atas dasar perbandingan sosial. Ini yang disebut dengan social comparison. Social comparison tersebut bergantung pada siapa, kelompok apa atau aspek apa yang dijadikan sebagai parameter pembanding. Ketika individu membandingkan bahwa orang lain jauh lebih buruk daripada dirinya, maka ini dikenal dengan istilah perbandingan sosial ke bawah (baca; downward social comparison). Sikap ini bisa menjadi positif atau negatif pada individu terssebut, bergantung pada kelompok pembandingnya
Individu, disadari atau tidak dalam keadaan apapun akan selalu memberikan perhatian kepada dirinya sendiri dan dunia eksternalnya. Ini yang disebut dengan fokus diri (self focusing). Lebih lanjut didefinisikan bahwa fokus diri adalah tingkah laku yang mengarahkan perhatian seseorang kepada diri sendiri daripada sekelilingnya. Fokus diri yang terus menerus dan konsisten dapat menyebabkan kesulitan bagi individunya. Kondisi ini, berdasarkan hasil penelitian sering dan lebih kuat terjadi pada wanita dibanding pria (Flory,dkk. 2000).
Self monitoring
Istilah self monitoring merujuk pada kecenderungan untuk mengatur tingkah laku berdasarkan petunjuk eksternal seperti bagaimana orang lain bereaksi (self monitoring tinggi) atau berdasar pada petunjuk internal sebagai petunjuk keyakinan seseorang dan sikapnya (self monitoring rendah). 1. Self monitoring rendah Individu dengan monitoring diri yang rendah cenderung akan melakukan dengan cara yang konsisten terlepas dari situasi yang ia hadapi. 2. Self monitoring tinggi Individu dengan monitoring diri yang tinggi akan cenderung mengubah bertingkah laku saat situasi berubah.
Merupakan evaluasi seseorang terhadap kemampuan dan kompetensinya untuk melakukan sebuah tugas, mencapai tujuan, atau mengatasi hambatan (Bandura,
1977).
Lebih lanjut mengenai self-efficacy, Bandura (2000)
GENDER : Menjadi Seorang Laki-laki atau Perempuan Sebagai Aspek Krusial Identitas
Jenis kelamin dan Gender
Jenis kelamin didefinisikan sebagai istilah biologis berdasarkan perbedaan anatomi fisik antara laki-laki dan perempuan. Gender merujuk pada segala sesuatu yang berhubungan dengan jenis kelamin individu, termasuk
Teori skema gender menyatakan bahwa anak-anak memiliki kesiapan umum untuk mengorganisasikan informasi tentang self atas dasar definisi budaya pada atribut laki-laki dan perempuan yang sesuai (Bem, 1981, 1983). Dengan bertambah dewasanya anak, tipe jenis kelamin (sex typing) terjadi ketika mereka memahami stereotip tepat yang berhubungan dengan kelaki-lakian dan kepermpuanan dalam budaya mereka. Hal penting dari apa yang dipelajari anak tentang gender adalah berdasarkan observasi terhadap orang tua mereka dan mencoba menjadi seperti mereka.
Laku
Gender
dan
Reaksi
Dengan diperkenalkannya androgini sebagai salah satu kemungkinan peran gender, banyak penelitian berfokus pada hipotesis yang menyatakan bahwa androgini lebih disukai daripada tipe gender laki-laki atau perempuan. Dalam budaya tertentu, maskulinitas lebih menguntungkan dibandingkan androgini. Abdalla (1995) mempelajari self-efficacy dari mahasiswa Arab di Qatar dan Kuwait dalam proses membuat keputusan
karir.
Dibalik jenis maskulinitas dan feminitas yang diteliti oleh BSRI, ada identifikasi peran eksterm.hal pertama yang dipelajari adalah hipermaskulinitas dan hiperfeminitas. Baik hipermaskulinitas dan hiperfeminitas berhubungan dengan dukungan terhadap berbagai bentuk agresi legal. Bahkan pada tingkat maskulinitas yang kurang eksterm, pria yang mengidentifikasikan diri secara kuat dengan peran maskulin bertingkah laku lebih kasar dan agresif dibanding pria yang moderat.
Peran gender dirumah dan dalam pekerjaan peran tradisional masih memiliki pengaruh yang kuat terhadap cara pria dan wanita bereaksi didalam rumah(major,1993). Biro sensus amerika serikat melaporkan bahwa mayoritas wanita amerika bekerja diluar rumah. Dalam berbagai situasi pria memang melebihi wanita. Pria telah belajar mengevaluasi dirinya sendiri dengan cara yang berpusat pada ego dari pada wanita.
Pad tahun 1998 konvensi U.S Southern Babtist menyetujui deklarasi bahwa wanita seharusnya mengabdikan dirinya dengan senang hati pada kepemimpinan suaminya dan seorang pria harus membiayai, melindungi dan mempin keluarganya (niebuhr, 1998) Pria dan Laki-laki memainkan peran yang aktif dalam mengambil keputusan sementara wanita dan anak perempuan hanya mengikuti pimpinan laki-laki.
Perbedaan Persepsidiri Laki-laki dan perempuan Dibanding pria, wanita cenderung mengekspresikan kekhawatiran dalam ketidak puasan lebih banyak
terhadap tubuh dan penampilan fisik mereka secara keseluruhan (Hagborg, 1993). Bahkan penuaan dipandang lebih negatif bagi wanita dari pada pria (Clark, 1986). Kolumnis Dave Barry(1998) menyatakan bahwa pria memandang diri mereka memiliki penampilan biasabiasa saja, ini menarik. Namun bagi wanita, memiliki penampilan biasa-biasa saja berarti penampilan mereka tersebut tidak cukup memuaskan.