Anda di halaman 1dari 3

ISSN 1410-9840

ANALISIS TINGKAT KEBISINGAN STASIUN KERETA API


Agus Margiantono
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Semarang

ABSTRAK
Kebisingan sebagai suara yang tidak dikehendaki harus dikendalikan agar tidak mengganggu kenyamanan dan kesehatan manusia. Kontrol kebisingan harus dilakukan sebagai pengendalian kebisingan ambien untuk mereduksi tingkat kebisingan sampai pada taraf yang ditentukan oleh baku tingkat kebisingan untuk lingkungan dengan peruntukan tertentu misal Stasiun kereta api. Dengan mengetahui tingkat kebisingan stasiun dan dengan membandingkan dengan kriteria OSHA maka dapat ditentukan berapa jam petugas harus di shif dalam pekerjaannya yang berkaitan di lokasi stasiun. Untuk mengetahui apakah tingkat kebisingan sudah melampaui baku tingkat kebisingan, perlu dicari nilai LSM. Dalam penelitian ini, ditentukan 5 : Stasiun Cirebon, stasiun Prupuk, stasiun Kroya, Stasiun Muara Gula, Stasiun Niru. Tingkat kebisingan tertinggi dilokasi pengukuran adalah distasiun Kroya sebesar 75.1 dBA dan terendah distasiun Muara Gula 60.3 dBA. Kata Kunci ; Kebisingan, Stasiun kereta api, LSM

1.PENDAHULUAN
Kebisingan sebagai suara yang tidak dikehendaki harus dikendalikan agar tidak mengganggu kenyamanan dan kesehatan manusia. Tingkat kebisingan pada suatu titik yang berasosiasi dengan suatu peruntukan lingkungan yang tertentu (tidak dibedakan apakah sumber kebisingannya jauh atau dekat) disebut sebagai kebisingan ambien. Kontrol kebisingan harus dilakukan sebagai pengendalian kebisingan ambien untuk mereduksi tingkat kebisingan sampai pada taraf yang ditentukan oleh baku tingkat kebisingan untuk lingkungan dengan peruntukan tertentu misal Stasiun kereta api. Dengan mengetaui tingkat kebisingan stasiun dan dengan membandingkan dengan kriteria OSHA maka dapat ditentukan berapa jam petugas harus di shif dalam pekerjaanya yang berkaitan di lokasi stasiun

kebisingan olehkarena kegiatan lalu lalangnya kereta api, oleh karena itu perlu diketahui tingkat kebisingan di stasiun kereta api. Dengan mengetaui tingkat kebisingan stasiun dan dengan membandingkan dengan kriteria OSHA maka dapat ditentukan berapa jam petugas harus di shif dalam pekerjaanya yang berkaitan di lokasi stasiun.

3. Lokasi Pengukuran
Pengukuran dilakukan dengan menentukan titik ukur terlebih dahulu. Titiktitik ukur tersebut ditentukan berdasarkan kemungkinan dampak kebisingan yang akan terjadi, yakni : di setasiun. Sumber kebisingan berupa kebisingan yang ditimbulkan adanya kereta api. Dari hal-hal tersebut diatas, ditentukan 5 : Stasiun Cirebon, stasiun Prupuk, stasiun Kroya, Stasiun Muara Gula, Stasiun Niru.

2.Teori
Stasiun kereta api merepakan salah satu tempat yang paling menderita

4. Metode pengukuran
Pengukuran tingkat kebisingan dilakukan dengan menggunakan Sound

J. PENGEMB. REK & TEK Volume 13 No 2, Desember 2011: 45 - 47

45

Level Meter. Pengukuran tingkat kebisingan dilakukan dengan Cara Langsung Dengan sebuah integrating sound level meter yang mempunyai fasilitas pengukuran LTM5 yaitu Leq dengan waktu ukur setiap 5 detik, dilakukan pengukuran selama 10 (sepuluh) menit. Waktu pengukuran dilakukan selama aktivitas 24 jam (LSM) dengan cara pada siang hari tingkat aktivitas yang paling tinggi 16 jam (LS) pada selang waktu pukul 06.00 - 22.00 dan aktivitas malam hari selama 8 jam (Lm) pada selang waktu pukul 22.00-06.00. Setiap pengukuran harus dapat mewakili selang waktu tertentu dengan menetapkan paling sedikit 4 waktu pengukuran pada siang hari dan paling sedikit 3 waktu pengukuran pada malam hari. Contohnya adalah sebagai berikut. L1 diambil pada jam 07.00, mewakili interval jam 06.00- 09.00 L2 diambil pada jam 10.00, mewakili interval jam 09.00-11.00 L3 diambil pada jam 15.00, mewakili interval jam 14.00 - 17.00 L4 diambil pada jam 20.00, mewakili interval jam 17.00 - 22.00 L5 diambil pada jam 23.00, mewakili interval jam 22.00 - 24.00 L6 diambil pada jam 01.00, mewakili interval jam 24.00 - 03.00 L7 diambil pada jam 04.00, mewakili interval jam 03.00 - 06.00 Keterangan: Le = Equivalent Continous Noise atau Tingkat Kebisingan Sinambung Setara ialah nilai tingkat kebisingan yang berubah-ubah (fluktuatif) selama waktu tertentu, yang setara dengan tingkat kebisingan dari kebisingan yang ajeg (steady) pada selang waktu yang sama. LTM5 = Leq dengan waktu sampling tiap 5 detik. LS = Leq selama siang hari. LM = Leq selama malam hari.

LSM = Leq selama siang dan malam hari.

5. Metode penghitungan dan Hasil


Perhitungan LS, LM, dan LSM menggunakan persamaan sesuai metoda yang tercantum dalam Baku Tingkat Kebisingan (Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP48/MNLH/11/1996). LS dihitung sebagai berikut : 0,1L 0,1L LS = 10 log 1/16 (T,10 1 + ...+T4 .10 4) dBA (4) LM dihitung sebagai berikut : 0,1L 0,1L LM = 10 log 1/8 (T5 . 10 5 + ... + T7 -10 ) dBA .(5) Untuk mengetahui apakah tingkat kebisingan sudah melampaui baku tingkat kebisingan, perlu dicari nilai LSM yang dihitung dari persamaan: LSM = 10 log 1/24 (16.10 dBA .(6)
0,1L s

+ ... + 8.10

(L sm

Perhitungan LS, L, dan LSM menggunakan persamaan sesuai metoda yang tercantum dalam Baku Tingkat Kebisingan (Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP48/MNLH/11/1996). Stasiun Cirebon 74.3 dBA, Stasiun Prupuk 71.3 dBA, Stasiun Kroya 75.1 dBA, Stasiun Muara Gula 60.3 dBA, Stasiun Niru 62.4 dBA

6.Simpulan
Tingkat kebisingan tertinggi dilokasi pengukuran adalah distasiun Kroya sebesar 75.1 dBA dan terendah di stasiun Muara Gula 60.3 dBA. Untuk stasiun dengan tingkat kebisingan diatas 70 dBA maka perlu diperhatikan lama kerja petugas distasiun tersebut setiap harinya.

46

Analisis Tingkat Kebisingan Stasiun Kereta Api ( Agus Margiantono )

DAFTAR PUSTAKA
Ainie Khuriati RS, 1990, Penelitian Tingkat Kebisingan Lalu-lintas di dalam kota Semarang terhadap lingkungan di sekitar Jalan-jalan Raya, Penelitian DIP UNDIP. E. Gaja, A.Gimenes, S. Sancho and Reig, Januari 2002, Sampling Technique for Estimation of the Annual Equivalent Noise Level under Urban Traffics Conditions, Jurnal Applied Acoustics vol 4 issue 1. Eleftheriou, P,C, Januari 2002, Industrial Noise dan its Effect on Human Hearing, Jurnal Applied Acoustics vol 4 issue 1. Hardia A, 2000, Bising bisa Timbulkan Tuli, www.keluarga.org ISO Recommendation R 1996, 1982, Description and Measurement of Environmental Noise. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup, Nomor: KEP-48/MENLH/11/ 1996 Tentang Baku Tingkat Kebisingan. Sasongko, D,P, Hardiyanto, S,P, Hadi, S,P, Asmoro Hadi, N, Subagio, A, 2000, Kebisingan Lingkungan, Badan Penerbit UNDIP, Semarang. Tokheim, 1996, Prinsip-prinsip digital : Edisi ketiga, Erlangga. Vipperman, J,S, April 2002, Analyze of Impact/impulse Noise for Predicting Noise Induced Hearing Loss, jurnal Applied Acoustics.

J. PENGEMB. REK & TEK Volume 13 No 2, Desember 2011: 45 - 47

47

Anda mungkin juga menyukai