Anda di halaman 1dari 22

1

A. Proposal KTI 1. Identitas Penulis Nama 2. Judul KTI TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG DISMENORHEA DI SMA PGRI 1 SRAGEN 3. Latar Belakang Setiap wanita dalam usia subur setiap bulannya akan mendapat menstruasi (haid). Sering haid yang datang disertai dengan rasa nyeri pada daerah perut atau pinggang. Rasa nyeri saat haid atau yang disebut dalam istilah medisnya dengan dismenore, banyak dialami para wanita (Info sehat, 2008) Nyeri saat haid (dismenore) ada dua bentuk yaitu dismenore primer dan sekunder. Dismenore primer biasa timbul pada hari pertama atau kedua dari menstruasi. Nyerinya bersifat kolik atau kram dan dirasakan pada abdomen bawah. Beberapa faktor yang dikaitkan dengan dismenore primer yaitu prostaglandin uterine yang tinggi, dan faktor emosi/psikologis.belum diketahui dengan jelas bagaimana prostaglandin bisa menyebabkan dismenore tetapi diketahui bahwa wanita dengan dismenore mempunyai prostaglandin yang 4 kali lebih tinggi daripada wanita tanpa dismenore. (Siswandi, 2007) Dismenore sekunder yaitu nyeri haid yang berhubungan dengan kelainan anatomis yang jelas, kelainan anatomis ini kemungkinan adalah haid disertai infeksi, endometriosis, mioma uteri, polip endometrial, polip serviks, pemakai IUD atau AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim). Untuk menegakkan penyebab dismenore perlu konsultasi dengan dokter ahli kandungan sehingga dapat memberi pengobatan yang tepat (Manuaba, 2009) Menurut Journal Occupational and Enviromental, Di Amerika Serikat, diperkirakan hampir 90% wanita mengalami dismenore, dan 10: Anita Nur Hapsari NIM/Semester : 09.0.B.656/VB

15% diantaranya mengalami dismenore berat yang menyebabkan wanita tidak mampu melakukan kegiatan apapun. Di Indonesia angka kejadian dismenore terdiri dari 54,89% dismenore primer dan 9,36% dismenore sekunder. Biasanya gejala dismenore primer terjadi pada wanita usia produktif 3-5 tahun setelah mengalami haid pertama dan wanita yang belum pernah hamil (Info sehat, 2008) Berdasarkan survei dan wawancara di SMA PGRI 1 Sragen dibulan Februari 2012 didapat 7 dari 10 siswi yang mengalami dismenore tidak tahu tentang dismenorhea maka dapat disimpulkan bahwa pengetahuan tentang dismenore pada remaja putri di SMA PGRI 1 Sragen kurang. Mengingat sering timbulnya masalah dismenore pada remaja yang dapat mengganggu aktivitas belajar mengajar bahkan tidak masuk sekolah. Maka peneliti tertarik untuk mengambil penelitian tentang tingkat pengetahuan remaja putri tentang dismenorhea di SMA PGRI 1 Sragen. 4. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut Bagaimana tingkat pengetahuan remaja putri tentang pengertian dismenorhea? 5. Tujuan a. Tujuan Umum Untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja putri tentang dismenore di SMA PGRI 1 Sragen. b. Tujuan Khusus 1) Mengetahui tingkat pengetahuan remaja putri tentang pengertian dismenorhea. 2) Mengetahui tingkat pengetahuan remaja putri tentang jenis dismenorhea 3) Mengetahui tingkat pengetahuan remaja putri tentang gejala dismenorhea 4) Mengetahui tingkat pengetahuan remaja putri tentang penyebab dismenorhea

5) Mengetahui tingkat pengetahuan remaja putri tentang penanganan dismenorhea 6. Manfaat a. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan bisa menambah referensi dan informasi dalam bidang pendidikan kesehatan, serta dapat dijadikan tambahan ke perpustakaan dalam pengembangan penelitian selanjutnya. b. Manfaat Aplikatif Penelitian ini diharapkan bisa meningkatkan pengetahuan remaja putri tentang dismenorhea, karena dengan penerapan pengetahuan yang baik dapat mendeteksi adanya kelainan dalam kesehatan reproduksi remaja. 7. Tinjauan Teori A. Teori yang relevan 1) Pengetahuan (Knowledge) a) Pengetian Pengatahuan (knowledge) adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba yang sebagian besar di pengaruhi oleh mata dan telinga, dan terdiri dari 6 tingkatan yaitu tahu (know), memahami (comprehension), aplikasi (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation) (Notoatmodjo, 2007) b) Tingkatan Pengetahuan Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, meliputi : (1) Tahu (know) Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang

spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Dapat diukur dengan menggunakan kata kerja menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya (2) Memahami (comprehension) Diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap materi atau objek harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari (3) Aplikasi (application) Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada kondisi atau situasi real (sebenarnya) (4) Analisis (analysis) Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. (membuat Kemampuan analisis ini dapat dilihat melalui bagan), membedakan, memisahkan, penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan mengelompokkan, dan sebagainya. (5) Sintesis (synthesis) Menunjukkan kepada sesuatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan baru dari formulasi-formulasi yang ada kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi

(6) Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasari pada suatu kriteria-kriteria yang telah ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas. (Notoatmodjo, 2007) c) Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu : (1) Umur Bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur-umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan berkurang. (2) Intelegensi Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk belajar dan berfikir abstrak guna menyesuaikan diri secara mental dalam situasi baru. Intelegensi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil dari proses belajar. Intelegensi bagi seseorang merupakan salah satu modal untuk berfikir dan mengolah berbagai informasi secara terarah sehingga ia mampu menguasai lingkungan . Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perbedaan intelegensi dari seseorang akan berpengaruh pula terhadap tingkat pengetahuan. atau mengingat suatu pengetahuan akan

(3) Lingkungan Lingkungan mempengaruhi merupakan pengetahuan salah satu faktor yang seseorang. Lingkungan

memberikan pengaruh pertama bagi seseorang, dimana seseorang dapat mempelajari hal-hal yang baik dan juga halhal yang buruk tergantung pada sifat kelompoknya. Dalam lingkungan seseorang akan memperoleh pengalaman yang akan berpengaruh pada pada cara berfikir seseorang. (4) Sosial Budaya Sosial budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan seseorang. Seseorang memperoleh suatu kebudayaan dalam hubunganya dengan orang lain, karena hubungan ini seseorang mengalami suatu proses belajar dan memperoleh suatu pengetahuan. (5) Pendidikan Pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang semakin baik pula pengetahuannya. (6) Informasi Informasi pengetahuan akan memberikan Meskipun pengaruh seseorang pada seseorang. memiliki

pendidikan yang rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media misalnya TV, radio atau surat kabar maka hal itu akan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang. (7) Pengalaman Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut dapat diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan, memperoleh atau pengalaman itu suatu Oleh cara untuk itu kebenaran pengetahuan. sebab

pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara

mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu (Notoatmodjo, 2010) d) Tingkat Pengetahuan Tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang dapat dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu : (1) Baik, bila 76-100% (2) Cukup, bila 56-75% (3) Kurang, bila < 56% (Nursalam, 2008) e) Cara Memperoleh pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2010) cara memperoleh pengetahuan dibagi menjadi dua cara, yaitu cara tradisional atau non ilmiah dan cara modern atau ilmiah (1) Cara tradisional atau non ilmiah Ada 10 cara tradisional yang digunakan yaitu : (a) Cara coba salah (trial and error) Cara ini dilakukan dengan mencoba-coba beberapa kemungkinan. Bila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain sampai berhasil. (b) bersangkutan. (c) Cara kekuasaan atau otoritas Pengetahuan dari hasil menerima pendapat yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa terlebih dulu menguji atau membuktikan kebenarannya (d) Berdasarkan pengalaman pribadi Pengalaman seseorang dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan Secara kebetulan Terjadi karena tidak disengaja oleh orang yang

(e)

Cara akal sehat Cara akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat menemukan teori atau kebenaran.

(f) pengikut (g) agama

Kebenaran melalui wahyu Pengetahuan dari ajaran agama yang di yakini oleh yang bersangkutan, terlepas dari pengetahuan tersebut rasional atau tidak. Kebenaran secara intuitif Pengetahuan yang diperoleh seseorang hanya berdasarkan intuisi atau suara hati atau bisikan hati saja.

(h) Menggunakan pengetahuan. (i) Dengan

Melalui jalan pikiran penalaran untuk memperoleh jaman, cara berkembangnya Induksi Proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari pernyataan khusus ke pernyataan yang bersifat umum.

berpikir manusia juga berkembang.

(j)

deduksi Proses penarikan kesimpulan dari pernyataanpernyataan umum ke khusus.

(2) Cara modern atau ilmiah Cara mengadakan untuk memperoleh pengetahuan kemudian dengan hasil pengamatan langsung,

pengamatan tersebut dikumpulkan dan diklasifikasikan kemudian diambil kesimpulan umum. Dalam memperoleh kesimpulan dilakukan dengan mengadakan observasi langsung, dan membuat pencatatan terhadap semua fakta sehubungan dengan objek yang diamatinya (Notoatmodjo, 2010) 2) Remaja dan batasannya Remaja didefinisikan sebagai periode transisi perkembangan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, yang mencakup aspek

biologi, kognitif, dan perubahan social yang berlangsung antara 10-19 tahun. Menurut WHO (1995), yang dikatakan usia remaja adalah antara 10-18 tahun. Tetapi berdasarkan penggolongan umur, masa remaja terbagi atas: a) Masa remaja awal (10-13 tahun) b) Masa remaja tengah (14-16 tahun) c) Masa remaja akhir (17-19 tahun) Yang dimaksud dengan remaja awal (early adolescense) adalah masa yang ditandai dengan berbagi perubahan tubuh yang cepat, sering mengakibatkan kesulitan dalam menyesuaikan diri, dan pada saat ini remaja mulai mencari identitas diri. Remaja menengah (middle adolescense) ditandai dengan bentuk tubuh yang sudah menyerupai orang dewasa. Remaja akhir (late adolescense) ditandai dengan pertumbuhan biologis yang sudah melambat tetapi masih berlangsung di tempat-tempat lain. Emosi, minat, kosentrasi, dan cara berpikir remaja akhir mulai stabil. Kemampuan dalam menyelesaikan masalah sudah mulai meningkat (Poltekkes depkes, 2010) 3) Haid dan siklusnya Haid adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium. Panjang siklus haid adalah jarak antara tanggal mulainya haid yang lalu dan mulainya haid berikutnya. Panjang siklus haid yang normal atau dianggap silkus haid yang klasik ialah 28 hari, tetapi variasinya cukup luas, bukan saja antara beberapa wanita tetapi juga pada wanita yang sama. Siklusnya tidak terlalu sama. Lama haid biasanya 3-5 hari, ada yang 1-2 hari diikuti darah sedikit-sedikit kemudian, dan ada yang 7-8 hari. Usia gadis remaja pada waktu pertama kalinya mendapat haid pertama (menarche) bervariasi, yaitu 10-16 tahun, tetapi rata-ratanya 12,5 tahun. Statistik menunjukkan

10

bahwa usia menarche dipengaruhi faktor keturunan, keadaan gizi dan kesehatan umum (Sarwono, 2007) 4) Dismenorhea a) Pengertian Dismenorhea Dismenorhea adalah rasa nyeri saat menstruasi yang mengganggu kehidupan sehari-hari wanita (Manuaba, 2009) derajat rasa nyerinya bervariasi mencakup Ringan (berlangsung beberapa saat dan masih dapat meneruskan aktivitas sehari-hari), Sedang (karena sakitnya diperlukan obat untuk menghilangkan rasa sakit, tetapi masih dapat meneruskan pekerjaannya), Berat (rasa nyerinya demikian beratnya sehingga memerlukan istirahat dan pengobatan untuk menghilangkan nyerinya) (Manuaba, 2008) b) Jenis Dismenorhea Terdapat dua jenis dismenorhea yaitu: (1) Dismenorhea Primer Nyeri yang terjadi sesudah 12 bulan atau lebih pasca menarche (menstruasi pertama). Hal itu karena siklus menstruasi pada bulan-bulan pertama setelah menarche biasanya bersifat anovulatoir yang tidak disertai nyeri. Rasa nyeri timbul sebelum atau bersamaan dengan menstruasi dan berlangsung untuk beberapa jam, walaupun pada beberapa kasus dapat berlangsung sampai beberapa hari. Sifat nyeri pada dismenorhea ini adalah kejang yang berjangkit-jangkit di perut bagian bawah, dapat merambat ke daerah pinggang dan paha. Nyeri dapat disertai mual, muntah, sakit kepala, dan diare. Menstruasi yang menimbulkan rasa nyeri pada remaja sebagian besar disebabkan oleh dismenore primer. (Dokter kita, 2007)

11

(2) Dismenorhea Sekunder Nyeri haid yang disebabkan suatu kelainan kongenital atau kelainan organik di pelvis. Rasa nyeri yang timbul disebabkan karena adanya kelainan pelvis, misalnya endometriosis, mioma uteri (Dokter kita, 2007) c) Penyebab Dismenorhea Beberapa faktor penyebab dismenore primer, antara lain: 1) Faktor kejiwaan Gadis yang secara emosional tidak stabil, apalagi jika mereka tidak mendapat penerangan yang baik tentang proses haid, mudah timbul dismenorhea 2) Faktor konstitusi Faktor ini erat hubungannya dengan faktor kejiwaan yang dapat juga menurunkan ketahanan terhadap nyeri. Faktor-faktor ini adalah anemia, penyakit menahun, dan sebagainya. 3) Faktor obstruksi kanalis servikalis (leher rahim) Salah satu teori yang paling tua untuk menerangkan terjadinya dismenore primer adalah stenosis kanalis servikalis. Sekarang hal tersebut tidak lagi dianggap sebagai faktor penting sebagai penyebab dismenore primer, karena banyak perempuan menderita dismenore primer tanpa stenosis servikalis dan tanpa uterus dalam hiperantefleksi atau hiperretrofleksi. 4) Faktor endokrin Umumnya ada anggapan bahwa kejang yang terjadi pada dismenore primer disebabkan oleh kontraksi uterus yang berlebihan. Endometrium dalam fase sekresi memproduksi prostaglandin F2 yang menyebabkan kontraksi otot-otot polos. Jika jumlah prostaglandin yang berlebihan dilepaskan kedalam peredaran darah, maka selain dismenorhea, dijumpai pula efek umum, seperti diare, nausea, muntah, flushing (Sarwono, 2007)

12

Beberapa penyebab Dismenorhea sekunder karena adanya keluhan sakit sewaktu haid akibat kelainan-kelainan organik, misalnya: (a) Endometriosis (endometrium atau selaput dinding rahim berada di luar tempat yang seharusnya) (b) Fibroid (tumor rongga panggul yang letaknya dekat endometrium) (c) Mioma uteri (adanya tumor dalam rongga rahim) (d) Peradangan pada tuba falopi (e) Perlengketan abnormal antara organ di dalam perut (f) Pemakai IUD atau AKDR (Astri, 2010) d) Gejala Dismenorhea (a) Nyeri pada perut bagian bawah (b) Nyeri menjalar pada punggung bagian bawah dan tungkai (c) Kram terasa hilang timbul, terkadang terus menerus ada (d) Nyeri timbul sesaat sebelum atau selama menstruasi (e) Nyeri mencapai puncaknya dalam waktu 24 jam dan 2 hari akan menghilang (f) Sering disertai sakit kepala (g) Sering disertai sembelit atau diare dan sering berkemih (h) Sering disertai mual kadang sampai terjadi muntah (Medicastore, 2006) e) Penanganan Dismenorhea Ada beberapa cara untuk menangani dismenorhea, yaitu: (a) Penerangan dan nasihat Perlu dijelaskan kepada penderita bahwa dismenorhea adalah gangguan yang tidak berbahaya untuk kesehatan. Nasihat-nasihat mengenai makanan sehat, istirahat yang cukup, dan olah raga mungkin berguna.

13

(b) Pemberian obat analgesik Obat analgesik yang sering diberikan adalah preparat kombinasi aspirin, fanasetin, dan kafein. Obat-obat paten yang beredar dipasaran antara lain novalgin, ponstan, acet-aminophen dan sebagainya (c) Terapi hormonal Tujuan terapi hormonal ialah menekan ovulasi. Tindakan ini bersifat sementara dengan mkasud untuk membuktikan bahwa gangguan benar-benar dismenorhea primer, atau untuk memungkinkan penderita melaksanakan pekerjaan penting pada waktu haid tanpa gangguan. Tujuan ini dapat dicapai dengan pemberian salah satu jenis pil kombinasi kontrasepsi (d) Terapi dengan obat nonsteroid antiprostaglandin Contoh obat ini adalah ibuprofen, dan naproksen. Dalam kurang lebih 70% penderita dapat disembuhkan atau mengalami banyak perbaikan. Hendaknya pengobatan diberikan 1-3 hari sebelum haid, dan pada hari pertama haid (e) Dilatasi kanalis servikalis Dapat (Sarwono, 2007) Selain cara di atas, ada beberapa cara lain yang biasa dilakukan untuk menghilangkan atau membantu mengurangi nyeri haid yaitu: a) Memberikan obat anti peradangan non-steroid (misalnya ibuprofen, naproxen dan asam mefenamat). Obat ini akan sangat efektif jika mulai diminum 2 hari sebelum menstruasi dan dilanjutkan sampai hari 1-2 menstruasi. b) Selain dengan obat-obatan rasa nyeri juga bisa dikurangi dengan: istirahat yang cukup, olahraga yang teratur, meringankan karena memudahkan pengeluaran darah haid dan prostaglandin didalamnya

14

pemijatan, yoga, orgasme pada aktivitas seksual, dan kompres hangat di daerah perut. c) Untuk mengatasi mual dan muntah diberikan obat anti mual, tetapi mual dan muntah biasanya menghilang jika kramnya telah teratasi. d) Jika nyeri terus dirasakan dan mengganggu kegiatan seharihari, maka diberikan pil KB dosis rendah yang mengandung estrogen dan progesteron atau diberikan Medroksiprogesteron. Pemberian kedua obat tersebut untuk mencegah ovulasi (pelepasan sel telur) dan mengurangi pembentukan prostaglandin, yang selanjutnya akan mengurangi beratnya dismenorhea. Jika masih tidak efektif juga maka dilakukan pemeriksaan tambahan (Laparoskopi). e) Jika dismenorhea dirasakan sangat berat dilakukan ablasio endometrium, yaitu prosedur dimana lapisan rahim dibakar atau diuapkan dengan alat pemanas. f) Pengobatan untuk dismenorhea sekunder tergantung kepada penyebabnya. (Medicastore, 2006) 8. Metode Penelitian a. Desain Penelitian Jenis penelelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian yang bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Penelitan deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau hal lain-lain yang sudah disebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian (Arikunto, 2010). Pendekatan cross sectional adalah penelitian pada beberapa populasi yang diamati pada waktu yang sama.penelitian jenis ini sangat cocok untuk penelitian deskriptif dan tidak cocok untuk penelitian bersifat analitis atau eksplanatif maupun kausalitas (Hidayat, 2007)

15

b.

Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA PGRI 1 Sragen dan waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2012.

c. 1) Populasi

Populasi Dan Sampel Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas

objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua siswi SMA PGRI 1 Sragen yang berjumlah 201 orang 2) Sampel Sampel adalah sebagian dari populasi itu sendiri (Sugiyono, 2010). Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling yaitu pengambilan sampel yang dilakukan dengan cara pengambilan subjek bukan didasrkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas tujuan tertentu (Arikunto, 2010). Untuk populasi kecil atau lebih kecil dari 10.000 dapat digunakan formula yang lebih sederhana sebagai berikut: n=
N 1 + N (d 2 )

Keterangan: n : Besar sampel N : Besar populasi d : Tingkat kepercayaan atau ketepatan 5% (Notoatmodjo, 2005) n=
201 1 + 201(0.05 2 )

16

n=

201 1 + 201(0,0025)
201

n = 1,5025 n =133 Dengan menggunakan rumus besar sampel diatas didapatkan jumlah sampel adalah 133 siswi SMA PGRI 1 Sragen. d. Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuanm penelitian tentang suatu konsep pengertian tertentu (Notoatmodjo, 2010) dalam penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu tingkat pengetahuan remaja putri tentang dismenorhea di SMA PGRI 1 Sragen, yang dimasukkan yaitu segala sesuatu yang diketahui oleh remaja putri tentang dismenorhea Definisi oprasional adalah uraian tentang batasan variabel yang dimaksud, atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2010) dalam penelitian ini definisi operasional tentang variabel pengetahuan remaja putri adalah tingkat pengetahuan remaja putri tentang dismenorhea Skala pengukuran yang digunakan adalah skala ordinal. Skala ordinal yaitu data yang disusun atas dasar jenjang dalam atribut tertentu. Variabel Definisi Operasional Tingkat pengetahuan remaja putri tentang dismenorhea Tingkat pengetahuan remaja putri tentang dismenorhea Kuesioner Baik cukup Kurang Ordinal Alat ukur Kriteria Skala

17

e.

Instrumen dan Tehnik Pengumpulan Data 1. Instrumen Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk pengumpulan data. Instrument penelitian dapat berupa kuesioner (daftar pertanyaan), formulir observasi, formulir-formulir lain yang berkaitan dengan pencatatan data dan sebainya (Notoatmodjo, 2010) 2. Tehnik pengumpulan data Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner atau sering disebut daftar pertanyaandengan bentuk pertanyaan tertutup (closed ended) yang mempunyai keuntungan mudah mengarahkan jawaban responden dan juga mudah diolah (ditabulasi) (Notoatmodjo, 2010) Tabel 1. Kisi-kisi kuesioner tingkat pengetahuan remaja putri tentang dismenorhea Variabel penelitian Tingkat pengetahuan remaja putri tentang dismenorhea Indikator Pengertian Jenis Penyebab Gejala Penanganan Jumlah Uji Validitas Validitas yaitu alat ukur yang digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur dan juga instrumen yang jika digunakan beberapa kali untuk mengukur data yang sama (Arikunto, 2006). Pada penelitian ini menggunakan validitas dengan analisis butirbutir, yaitu skor yang ada pada butir yang dimaksud korelasikan dengan skor total. Skor butir yang dipandang sebagai nilai X dan Jumlah soal 2 5 10 3 10 Item soal 1, 2 3, 4, 5, 6, 7 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15,16, 17 18, 19, 20 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30 30

18

skor total dipandang sebagai nilai Y. Selanjutnya dihitung menggunakan tehnik korelasi product moment dengan rumus sebagai berikut:
rxy = N xy - ( x
2

N x 2

( x ) }{ N y ( y ) }
2 2

)( y )

Keterangan: rxy : Koefisiensi korelasi antara variabel dan y N : Jumlah subjektif / banyaknya anggota sampel y x : Skor total : Skor pertanyaan

xy : Skor pertanyaan dikalikan jumlah responden yang diteliti (Arikunto, 2006) Sesudah didapat nilai korelasi tersebut signifkan signifikan/ tidak kita lihat signifikan product moment. Butir soal dikatakan valid apabila rhitung lebih besar dari rtabel (Arikunto, 2006). Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah suatu indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan (Notoatmodjo, 2010). uji reliabilitas menggunakan rumus Hoyt, sebagai berikut:
r11 =1 Vs Vr

Ket: r11 : reliabilitas instrument Vr : varians responden Vs : varians sisa Setelah diperoleh harga r11 hasil dikonsultasikan dengan harga rtabel. Jika harga r11 lebih besar dari rtabel. Maka butir soal dikatakan reliabel (Arikunto, 2006).

19

f.

Teknik Pengolahan dan Analisis Data 1) Pengolahan Data Setelah data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah pengolahan data. Pengolahan data dilakukan secara manual. Tujuan pengolahan data adalah menyederhanakan seluruh data yang terkumpul dan menyajikannya dalam susunan yang lebih baik dan rapi. Pengolahan data manual ini melalui 4 tahapan : a) Editing (penyuntingan data) Hasil wawancara atau angket yang diperoleh atau dikumpulkan melalui kuesioner perlu disunting (edit) terlebih dahulu. Kalau ternyata masih ada data atau informasi yang tidak lengkap, dan tidak mungkin dilakukan wawancara ulang, maka kuesioner tesebut dikeluarkan (droup out). b) Coding (pengkodean) Instrumen berupa kolom-kolom untuk merekam data secara manual. Lembaran atau kartu kode berisi nomor responden, dan nomor-nomor pertanyaan. c) Data entry (memasukkan data) Mengisi kolom-kolom atau kotak-kotak lembar kode atau kartu kode sesuai dengan jawaban masing-masing pertanyaan. d) Tabulasi Membuat tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan penelitian yang diinginkan oleh peneliti. (Notoatmodjo, 2010) 2) Analisa Data Analisa data mengunakan analisa deskriptif untuk menentukan penyebaran tingkat pengetahuan responden atau subyek penelitian tentang dismenorhea. Bentuk presentase untuk melihat derajat pengetahuan dapat digunakan rumus : P= x x 100%

20

n Keterangan : P : Presentase X : Jawaban yang benar n : Jumlah pertanyaan (Arikunto, 2006) Untuk mengkategorikan baik, cukup, kurang maka menggunakan parameter: (4) Baik, bila 76-100% (5) Cukup, bila 56-75% (6) Kurang, bila < 56% (Nursalam, 2008)

10. DAFTAR PUSTAKA

21

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Hal 170, 191, 281 Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Hal 3, 183 Astri, 2010. Nyeri Menstruasi (Dismenorhea). http://astriaje.blogspot.com/2010/07/nyeri-menstruasi-dismenore.html Diposkan tanggal 14 Februari 2012 Dokter kita, 2007. Waspada Nyeri Pada Haid. http://egosumquesum.wordpress.com/2008/03/01/waspada-nyeri-pada-haid/ Diposkan tanggal 14 Februari 2012 Hidayat, A. 2007. Metode Penelitian Kebidanan Dan Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika. Hal 50 Info sehat, 2008. Nyeri Haid. http://infosehat.com/inside_level2.asp? artid=829&secid=&intid=4 Diposkan tanggal 11 Februari 2012 Manuaba, I.B.G. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: EGC. Hal 59 Manuaba, I.B.G. 2009. Buku Ajar Ginekologi Untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta: EGC. Hal 40 Manuaba, I.B.G. 2008. Gawa- Darurat Obstetri-Ginekologi & ObstetriGinekologi Sosial Untuk Profesi Bidan . Jakarta: EGC. Hal 289-290 Notoatmodjo, 2010. Metodologi Penelitian Keshatan. Jakarta: Rineka Cipta. Hal 10-18, 87, 103, 112, 130, 159, 168, 174-176 Notoadmojo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu Dan Seni. Jakarta : Rineka Cipta. Hal 143-146

22

Notoadmojo, S. 2005. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Hal 92 Prawirohardjo, S. 2007. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Hal 103-104, 229-231 Poltekkes Depkes Jakarta 1. 2010. Kesehatan Remaja Problem Dan Solusinya. Jakarta: Salemba Medika. Hal 1, 66 Siswandi, Y. 2007. Klien Gangguan Sistem Reproduksi Dan Seksualitas . Jakarta : EGC. Hal 9 Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung ALFABETA. Hal 297

Anda mungkin juga menyukai