Anda di halaman 1dari 15

Transformasi keadaan miometrium yang relatif tenang selama kehamilan yang kemudian menjadi aktif berkontraksi menjelang persalinan,

secara berurutan, disebut sebagai periode aktivasi, periode stimulasi dan periode involusi segera sesudah bayi lahir (Challis dan Lye).

Transformasi ini berhubungan erat dengan aktivitas dari beberapa protein intraseluler yang disebut sebagai contraction associated proteins pada sel otot polos miometrium yang terdiri dari, membrane cell receptors, ionic channels, gap junction proteins dan contractile proteins. Protein-protein ini terbentuk secara gradual meningkat pada akhir kehamilan,

Sebab-sebab Mulainya Persalinan 1. Penurunan kadar progesteron Progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot rahim. Sebaliknya estrogen meninggikan kerentanan otot rahim. Selama kehamilan terdapat keseimbangan antara kadar progesteron dan estrogen di dalam darah, tetapi pada akhir kehamilan kadar progesteron menurun sehingga timbul his. 2. Teori oxytocin Pada akhir kehamilan kadar oxytocin bertambah, oleh karena itu timbul kontraksi otot-otot rahim. 3. Keregangan otot Seperti halnya dengan kandung kencing dan lambung, bila dindingnya teregang oleh karena isinya bertambah maka timbul kontraksi untuk mengeluarkan isinya. Demikian pula dengan rahim, maka dengan majunya kehamilan otot-otot makin teregang dan otot-otot rahim makin rentan.

4. Pengaruh janin Hypofise dan kelenjar suprarenal janin dianggap mempunyai peranan, karena pada anencephalus tidak terjadi proses persalinan. 5. Teori prostaglandin Prostaglandin yang dihasilkan oleh desidua dianggap menjadi salah satu sebab permulaan persalinan. Hasil dari percobaan menunjukkan bahwa prostaglandin F2 atau E2 yang diberikan secara intravena, intra dan extramnial menimbulkan kontraksi miometrium pada setiap umur kehamilan, hal ini disokong dengan adanya kadar prostaglandin yang tinggi dalam air ketuban maupun darah perifer pada ibu-ibu hamil sebelum melahirkan atau selama persalinan.

Kontraksi uterus Kontraksi uterus terjadi karena adanya rangsangan pada otot polos uterus dan penurunan hormon progesteron yang menyebabkan keluarnya hormon oksitosin. Kontraksi uterus dimulai dari fundus uteri menjalar kebawah,

fundus uteri bekerja kuat dan lama untuk mendorong janain kebawah, sedangkan uterus bagian bawah pasif hanya mengikuti tarikan dan segmen atas rahim, akhirnya menyebabkan seviks menjadi lembek dan membuka. Kerjasama antara uterus bagian atas dan uterus bagian bawah disebut polaritas.

SN dikategorikan dalam bentuk primer dan sekunder. Bentuk primer sekarang dikenal dengan istilah SN idiopatik yang berhubungan dengan kelainan primer parenkim ginjal dan sebabnya tidak diketahui.

Sedang bentuk sekunder disebabkan oleh penyakit tertentu seperti keganasan, toksin, gangguan sirkulasi mekanik, purpura anafilaktoid, lupus eritomatosus sistemik, diabetes melitus, sickle cell disease dan sifilis.4

Penyakit kelainan minimal (minimal change disease [20%]) Idiopatik (mayoritas) Terinduksi obat Infeksi HIV Diabetes Glomerulosklerosis fokal dan segmental (20%) Idiopatik (mayoritas) Infeksi HIV Diabetes Nefropati refluks Penyakit sel sabit

Glomerulopati membranosa (35%) Idiopatik (mayoritas) Hepatitis B, C, sifili, malaria, endokarditis Penyakit autoimun, lupus eritematosus, artritis rematoid Obat Glomerulonefritis membranoproliferatif (MPGN) Penyakit autoimun lupus eritematosus sistemik Hepatitis B kronik, Hepatitis C, Infeksi HIV, endokarditis Nefropati diabetes Amiloidosis

Pada individu sehat, dinding kapiler glomerulus berfungsi sebagai sawar untuk menyingkirkan protein agar tidak memasuki ruangan urinarius melalui diskriminasi ukuran dan muatan listrik. Dengan adanya gangguan glomerulus, ukuran dan muatan sawar selektif rusak. Dinding kapiler glomerulus mempunyai muatan negatif atau anionik pada permukaan endotelnya sampai seluruh membrana basalis glomerulus dan pada lapisan sel epitelnya, sehingga dinding kapiler dapat menolak muatan positif dari protein plasma. Protein diekskresikan < 150 mg /hari dalam urin.

Proteinuri pada SN terutama terdiri dari proteinuri glomerular. Sedangkan proteinuri tubulus tidak berperan penting, hanya turut memperberat derajat proteinuri. Pada kehamilan terjadi peningkatan hemodinamik ginjal dan peningkatan tekanan vena ginjal yang dapat menambah ekskresi protein melalui urin. Telah diteliti bahwa 95% wanita hamil normal mengekskresikan protein > 200 mg/hari. Disepakati abnormal pada kehamilan jika lebih dari 300-500 mg/hari. Proteinuri persisten pada kehamilan umumnya disebabkan preeklamsi, makin meningkat pada paruh kedua usia kehamilan dan umumnya terjadi setelah timbulnya hipertensi.

Anda mungkin juga menyukai