Anda di halaman 1dari 18

TUGAS MATA KULIAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MAKALAH NIKAH MUTAH (KAWIN KONTRAK)

OLEH : OLIS MISARKO 111.130.050 KELAS B

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN YOGYAKARTA 2013

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas kehendakNya maka saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul Nikah Mutah. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas bersama Fakultas Teknologi Mineral UPN Veteran Yogyakarta. Dalam pelaksanaan makalah ini, saya banyak mengalami hambatan-hambatan, terutama disebabkan oleh ketidaktahuan ilmu pengetahuan. Namun berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak makalah ini dapat diselesaikan, walaupun masih banyak dengan kekurangan. Karena itu saya mengucapkan terima kasih kepada : 1. Dosen Pembimbing, yang tidak bosan-bosannya memberikan pengarahan dan bimbingan kepada saya. 2. Keluarga tercinta yang banyak memberikan dorongan dan bantuan, baik secara moral maupun spiritual. 3. Rekan-rekan mahasiswa UPN Veteran Yogyakarta yang ikut membantu. 4. Dan semua pihak yang banyak memberikan dorongan dan bantuan, baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Dalam penulisan makalah ini saya menyadari bahawa masih jauh dari

sempurna bahkan banyak kekurangannya mengingat akan kemampuan yang saya miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat saya harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Semoga makalah yang sangat sederhana ini dapat bermanfaat bagi kemajuan pendidikan Indonesia dan pembaca sekalian pada umumnya dan rekan-rekan mahasiswa.

Yogyakarta, 15 Oktober 2013

Olis Misarko

DAFTAR ISI
Sampul .................................................................................................................................1 Kata Pengantar ................................................................................................................... 2 Daftar Isi .............................................................................................................................. 3 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang ............................................................................................................. 4 Rumusan Masalah........................................................................................................5 Tujuan Penulisan .......................................................................................................... 5 Metode Penulisan ......................................................................................................... 5 Sistematika Penulisan .................................................................................................. 6 BAB II PEMBAHASAN Pengertian Nikah Mutah. .................................................................... 7 Sejarah Nikah Mutah.. .......................................................................................... 9 Nikah Mutah Dalam Pandangan Hukum Islam .......................................................... 11 Ketentuan Anak yang dilahirkan Dalam Muthah...14 Perbedaan Nikah Mutah dan Nikah Sunni .................................................................. 14 Nikah Mutah di Zaman Rasulullah SAW ................................................................... 15 Pendapat Para Ulama Tentang Nikah Mutah 15

BAB III PENUTUP Kesimpulan ................................................................................................................. 13 Daftar Pustaka ..................................................................................................................... 14

BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang

Hidup bersama antara seorang pria dan wanita mempunyai akibat yang sangat penting dalam masyarakat, baik terhadap kedua belah pihak maupun terhadap keturunannya serta anggota masyarakat lainnya. Oleh karena itu dibutuhkan suatu peraturan yang mengatur tentang hidup bersama tersebut.Dengan demikian sejak dulu kala hubungan pria dan wanita dalam perkawinan telah dikenal, walaupun dalam sistem yang beraneka ragam, mulai dari yang bersifat sederhana sampai kepada masyarakat yang berbudaya tinggi, baik yang pengaturannya melalui lembagalembaga masyarakat adat maupun denganperaturan perundangan yang dibentuk melalui lembaga kenegaraan serta ketentuan-ketentuan yang digariskan agama. Allah menetapkan adanya aturan tentang perkawinan bagi manusia dengan aturan-aturan yang tidak boleh dilanggar, manusia tidak boleh berbuat semaunya seperti binatang, kawin dengan lawan jenis semaunya atau seperti tumbuh-tumbuhan yang kawin dengan perantara angin. Allah telah memberikan batas dengan peraturanperaturannya,yaitu dengan syareat yang terdapat dalam Kitab-Nya dan Hadist RasulNya dengan hukum-hukum perkawinan. Namun kenyataannya dalam perkembangan masyarakat sekarang ini ada yang menyalahgunakan perkawinan dengan melakukan nikah mutah seperti yang terjadi pada bangsa ini. Istilah nikah mutah menggambarkan suatu perkawinan yang dilakukan berdasarkan kontrak yang berisi perjanjian untuk hidup bersama sebagai suami istri dalam jangka waktu tertentu dengan adanya imbalan.. Tujuan dari nikah mutah adalah untuk menyalurkan nafsu birahi tanpa adanya keinginan untuk hidup bersama dan membentuk rumah tangga yang kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa bahkan terkadang juga tidak

mengharapkan adanya keturunan, hal ini tentu saja bertentangan dengan tujuan perkawinan.

Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka masalah-masalah yang akan dikaji dalam makalah ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Apa pengertian nikah mutah ? 2. Apa pandangam hukum islam terhadap pernikahan mutah ? 3. Mengapa nikah mutah diharamkan?

Tujuan Sehubungan dengan adanya suatu hal yang melatarbelakangi masalah, maka ada beberapa hal yang menjadi tujuan dalam penyusunan makalah ini, yakni: 1. Untuk mengetahui pengertian nikah mutah. 2. Untuk mengetahui hukum nikah mutah. 3. Untuk mengetahui latar belakang dan tujuan wanita melakukan kawin kontrak atau nikah mutah.

Metode Penulisan Pada penyusunan makalah ini, saya menggunakan metode studi pustaka, selain dengan menggunakan buku cetak sebagai referensi, saya juga melakukan studi pustaka dengan menggunakan media internet.

Sistematika Penulisan

Dalam karya tulis ilmiah ini terdapat beberapa bab diantaranya:

BAB I PENDAHULUAN Bab I pada makalah ini membahas tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan dan penelitian serta sistematika penulisan makalah ini.Latar belakang masalah pada makalah ini memamparkan alasan penulis mengapa dizaman sekarang pernikahan mutah(kawin kontrak ) tidak diperbolehkan.

BAB II PEMBAHASAN

Pada bab II karya tulis makalah ini menjelaskan atau memaparkan tentang pengertian dari nikah mutah, hukum nikah mutah,gambaran nikah mutah dizaman Rasulullah dahulu.

BAB III PENUTUP

Bab ini berisi simpulan dan saran,dimana simpulan merupakan hasil dari pembahasan yang dijelaskan secara ringkas.

BAB II PEMBAHASAN A.Pengertian Nikah Mutah

Dalam pandangan Islam, pernikahan merupakan ikatan yang amat suci dimana dua insan yang berlainan jenis dapat hidup bersama dengan direstui agama, kerabat, dan masyarakat.Allah menjadikan manusia berpasang-pasangan seperti yang telah di Firmankan Allah SWT

) : (
Artinya : Allah telah menjadikan jodoh bagimu dari jenismu sendiri (laki-laki dan perempuan), dan dari perjodohanmu itu anak-anakmu. (An-nahl : 76)

) 1: (
Artinya : Wahai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu dan dari padanya Allah menciptakan istrinya dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. (Annisa' : 1)

Begitu besarnya hikmah dari suatu pernikahan itu,namun akhir-akhir ini fenomena menyedihkan juga memilukan begitu mewarnai wajah negeri ini,kerusakan seakan semakin menggerogoti nilai nilai moral yang ada,kesalahpahaman tentang apa yang benar dan apa yang salah telah menodai diri kita.Begitu gencarnya maksiat dimana mana telah membutakan mata hati setiap orang,banyak orang yang terjatuh dalam lembah hitam bahkan secara terang-terangan istilah pernikahan dijadikan sebagi alat permainan hanya untuk memperoleh kenikmatan nafsu.Nikah Muthah atau yang dikenal dengan istilah kawin kontrak menjadi hal yang disalah artikan,bahkan oleh bangsa ini,bangsa Indonesia yang dikenal sebagai Negara islam ini,kesalahpahaman tentang arti yang sebenarnya telah menyerang sebagian besar kalangan terutama generasi muda,seperti halnya dalam dunia kampus yang sudah kerasukan virus nikah muthah atau kawin kontrak. Arti Mutah itu sendiri berasal dari kata tamattu yang berarti bersenangsenang atau menikmati. Adapun secara istilah mutah berarti seorang laki-laki menikahi seorang wanita dengan memberikan sejumlah harta tertentu dalam waktu tertentu, pernikahan ini akan berakhir sesuai dengan batas waktu yang telah di tentukan tanpa talak serta tanpa kewajiban memberi nafkah atau tempat tinggal dan tanpa adanya saling mewariri antara keduanya meninggal sebelum berakhirnya masa nikah muah itu. secara istilah, yang dimaksud nikah mutah adalah, seseorang yang menikah dengan seorang wanita dalam batas waktu tertentu, dengan sesuatu pemberian kepadanya berupa harta, makanan, pakaian atau yang lainnya. Jika masanya telah selesai, maka dengan sendirinya mereka berpisah tanpa kata thalaq dan tanpa warisan. Adapun nikah mutah di kalangan para ahli fikih (fuqaha) disebut juga nikah muaqqat (kawin sementara waktu) atau nikah inqitha (kawin terputus). Oleh karena laki-laki yang mengawini wanita itu untuk jangka tertentu: sehari, seminggu, atau sebulan sesuai dengan perjanjian. Disebut nikah mutah, karena laki-laki bermaksud untuk bersenang-senang dengan wanita untuk sementara waktu sampai batas yang ditentukan.

Sementara menurut Syiah Imamiyah, nikah mutah adalah apabila seorang wanita menikahkan dirinya dengan laki-laki dalam keadaan tidak ada hambatan apapun (pada diri wanita) yang membuatnya haram dinikahi, sesuai dengan aturan hukum Islam. Hambatan tersebut baik berupa nasab, periparan, persusuan, ikatan perkawinan dengan orang lain, iddah atau sebab lain yang merupakan hambatan yang ditetapkan dalam agama. Wanita yang bebas dari hambatan-hambatan tersebut dapat menikahkan dirinya kepada seorang laki-laki dengan mahar tertentu sampai batas waktu yang telah ditentukan dan disetujui bersama dan dengan cara akad nikah yang memenuhi seluruh persyaratan keabsahannya menurut syariat. Kemudian setelah tercipta kesepakatan dan kerelaan antara keduanya, wanita itu mengucapkan, Engkau kukawinkan, atau Engkau kunikahkan,atau Engkau kumutahkan atas diriku, dengan mas kawin sekian , selama sekian hari (bulan atau tahun atau selama masa tertentu yang harus disebutkan dengan pasti),. Kemudian orang laki-laki tersebut harus segera berkata tanpa diselingi ucapan apapun, Aku terima. B.Sejarah Nikah Mutah(Kawin Kontrak) Nikah muth'ah pernah diperbolehkan oleh Rasulullah sebelum stabilitasnya syari'at islam, yaitu diperbolehkannya pada waktu berpergian dan peperangan. Akan tetapi kemudian diharamkan. Rahasia diperbolehkan nikah muth'ah waktu itu adalah karena masyarakat islam pada waktu itu masih dalam transisi (masa peralihan dari jahiliyah kepada islam). Sedang perzinaan pada masa jahiliyah suatu hal yang biasa. Maka setelah islam datang dan menyeru pada pengikutnya untuk pergi berperang. Karena jauhnya mereka dari istri mereka adalah suatu penderitaan yang berat. Sebagian mereka ada yang kuat imannya dan adapula yang sebagian tidak kuat imannya. Bagi yang lemah imannya akan mudah untuk berbuat zina yang merupakan sebagai berbuatan yang keji dan terlarang. Dan bagi yang kuat imannya berkeinginan

untuk mengkebiri kemaluannya( menghilangkan fungsi kemaluan). Seperti apa yang dikatakatan oleh Ibn Mas'ud :

: : . .
Artinya : Dari mas'ud berkata : waktu itu kami sedang perang bersama Rasulullah SAW dan tidak bersama kami wanita, maka kami berkata : bolehkah kami mengkebiri (kemaluan kami). Maka Raulullah SAW melarang kami melakukan itu. Dan Rasulullah memberikan keringanan kepada kami untuk menikahi perempuan dengan mahar baju sampai satu waktu.

Tetapi rukhshah yang diberikan nabi kepada para shabat hanya selama tiga hari setelah itu Beliau melarangnya, seperti sabdanya :

, : ) ( ,
Artinya : Dari Salamah bin Akwa' berkata : Rasulullah SAW memberikan keringanan nikah muth'ah pada tahun authas (penaklukan kota Makah) selama 3 hari kemudian beliau melarangnya (HR Muslim)

Dari hadis Salamah ini memberikan keterangan bahwa Rasulullah pernah memperbolehkan nikah muth'ah kemudian melarangnya . Menurut Nawawi dalam perkataannya bahwa pelarangannya dan kebolehannya terjadi dua kali, kebolehannya itu sebelum perang khaibar kemudian diharamkannya dalam perang khaibar kemudian dibolehkan lagi pada tahun penaklukan Makah (tahun Authas), setelah itu nikah muth'ah diharamkan selama-lamanya, sehingga terhapuslah rukhshah itu selama-lamnya. Seperti dalam hadis Rasulullah SAW :

) ( :
Artinya :

10

Dari Ali ra. berkata : Rasulullah melarang nikah muth'ah pada tahun Khaibar.

: , , ( , )
Artinya : Dari Rabi' bin Saburah, dari ayahnya ra. Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda : sesungguhnya aku telah memberikan izin kepadamu untuk memintak muth'ah dari wanita, dan sesungguhnya Allah SAW telah mengharamkan itu sampai hari kiamat (HR Muslim, Abu Daud, Nasai', Ahmad, dan Ibn Majah) C.Nikah Mutah dalam Pandangan Hukum Islam Kawin kontrak atau yang disebut Nikah Mutah sebenarnya istilah ini sudah ada sejak dulu.Bahkan diawal islam telah ada praktik nikah mutah,dahulu pernikahan ini memang diperbolehkan namun di zaman sekarang pernikahan ini tidak diperbolehkan (diharamkan).Dulu pernikahan ini diperbolehkan karena adanya beberapa alasan yaitu karena banyak orang-orang tidak berada dinegerinya atau ditempat tinggalnya karena sedang dalam peperangan ditempat yang jauh dan dalam perjalanan yang panjang,disamping itu hal ini diperbolehkan karena pada era itu sedang dalam masa peralihan zama jahiliyah sehingga perlu perubahan bertahap untuk mengilangkan sifat maksiat dan perilaku yang bersifat keji. Menurut istilah fikih, nikah mutah atau kawin kontrak adalah seorang lakilaki menikahi seorang perempuan, dengan memberikan sejumlah harta tertentu, dalam waktu tertentu, pernikahan ini akan berakhir sesuai dengan batas waktu yang telah ditetapkan, tanpa talak, tanpa kewajiban memberi nafkah maupun tempat tinggal dan tanpa adanya saling mewarisi antara keduanya, jika salah satu dari keduanya mati sebelum berakhirnya nikah mutah itu. Kawin ini di katakan mutah atau bersenang-senang, karena akadnya semata-mata untuk senang-senang saja antara laki-laki perempuan dan untuk memuaskan nafsu, bukan untuk bergaul untuk sebagai

11

suami istri, bukan untuk mendapatkan keturunan atau hidup sebagai suami istrui dengan membina rumah tangga sejahtera. , Pada pelaksanaan nikah mutah adanya saksi dalam akad nikah, hukumnya mustahab/tidak mewajibkannya. Demikian pula izin wali tidaklah merupakan suatu keharusan hanya saja hal itu merupakan suatu kehati-hatian jika wanita masih gadis. Dalam kawin mutah tidak aturan tentang talak karena perkawinan itu akan berakhir dengan habisnya waktu yang telah ditentukan. Setelah masa nikah berakhir, masa iddah bagi istri adalah 2 kali haid. Jika tidak datang bulan, maka masa iddahnya 45 hari, tapi jika suami meninggal dunia masa iddahnya 4 bulan 10 hari, dan tidak ada hak waris-mewarisi suami istri tersebut. Nikah mutah dilarang dalam islam, berdasarkan firman Allah dalam Al Quran surat Al Mukminun ayat 7 yang artinya Barang siapa yang mencari di balik itu, maka mereka itulah orang-orang yang melampai batas. Sedang Hadist Rasulullah yang mengharamkan nikah mutah seperti diriwayatkan oleh Ahmad, Muslim dan Ibnu Hibban adalah Wahai sekalian manusia, sungguh saya pernah mengizinkan kalian untuk kawin mutah, ingatlah bahwa sekarang Allah telah mengharamkannya sampai hari kaimat. Nikah mutah termasuk menyimpang dari ketentuan yang digariskan Allah, karena wanita yang di akad/ diikat kontrak tersebut tidak termasuk budak wanita yang dimilikinya dan tidak pula termasuk istrinya. Adapun akad perkawinan selalu diikuti oleh sahnya talak, saling mewarisi, iddah dan kewajiban memberi nafkah, yang mana semua itu tidak ada praktisi hukumnya dalam nikah mutah. Di dalam nikah mutah tidak terdapat persyaratan sebagaimana yang ada pada nikah biasa kecuali akad dalam bentuk perjanjian biasa. Selain itu tujuan luhur yang terkandung dalam perkawinan tidak ada dalam nikah mutah. Seseorang yang melakukan nikah mutah tidak bertujuan mempunyai anak, bahkan nikah mutah bisa berakibat tidak menentunya garis keturunan. Dan syariat menganjurkan supaya akad nikah didasarkan atas dasar kasih sayang, cinta dan rasa kebersamaan dalam hidup. Pada praktiknya kawin kontrak hanya bertujuan untuk melampiaskan nafsu syahwat dalam jangka waktu terbatas, bukankah pernikahan seperti itu sama dengan

12

praktik zina. Dan bukankah zina itu bukan terjadi atas dasar suka sama suka antara keduanya sekedar untuk mengumbar nafsu dan itulah yang menjadi dasar terjadinya nikah mutah. Maka apabila nikah mutah dibolehkan, maka hal ini akan dijadikan kesempatan bagi orang-orang yang suka berbuat maksiat untuk menghindari ikatan perkawinan yang sah. Bahkan diIndonesia sendiri praktik nikah mutah dilarang dan tidak diperbolehkan hal ini ditegaskannya dengan diberlakukan fatwa dai Majelis Ulama Indonesia(MUI) No. Kep-B-679/MUI/XI/1997. Suatu pernikahan dikatakan sebagai pernikahan mutah apabila pernikahan itu dalam aqad perkawinannya memenuhi hal-hal sebagai berikut : 1. Lafadz sighat ijabnya menggunakan lafadz-lafadz mutah atau yang sama artinya dengan mutah yang berarti bersenang-senang. 2. Dalam nikah mutah tidak ada wali, perkawinan mutah tanpa wali. 3. Dalam nikah mutah tidak dihadirkan saksi, perkawinan mutah tanpa wali. 4. Dalam aqad nikah mutah terdapat ketentuan pembatasan waktu, misalnya untuk satu minggu, satu bulan atau satu tahun dan sebagainya. 5. Mahar atau mas kawin wajib disebutkan dalam proses aqad ijab qabul. 6. Kedudukan anak dalam nikah mutah seperti kedudukan anak dalam nikah biasa. 7. Bila tidak disyaratkan maka antara suami istri tidak bisa saling mewarisi. 8. Talak tidak berlaku sebelum masa yang disepakati berakhir. 9. Dalam nikah mutah masa iddah dihitung dua kali suci/haid. 10. Tidak dikenal dengan nafkah iddah.

13

D.Ketentuan Anak yang dilahirkan Dalam Muthah Ketentuan anak yang dilahirkan sewaktu Muthah belum dilarang, ulama banyak yang berpendapat bahwa; 1. Anak yang dilahirkan punya intisab dengan laki-laki yang Muthah (al Mustamti). 2. Muatamti wajib memberi nafkah kepada anak yang dilahirkan. 3. Wajib Istibra rahi perempuan (Iddah) dengan dua kali masa haid. Sementara Muthah yang dilakukan setelah terjadinya larangan atau diharamkan maka terjadi perbedaan di kalangan ulama. Apakah orang yang melakukan Muthah harus dicambuk dan anak yang dilahirkan nasabnya bertemu dengan laki-laki yang Muthah. Ada yang mengatakan bahwa pelaku Muthah dicambuk dan yang lain mengatakan diberi Tazir dan dihukum. Sedang anak yang dilahirkan sebagian ulama ada yang mengatakan nasabnya tetap bersambung dengan ayahnya dan ketentuan-ketentuan lainnya. Dan yang lain mengatakan putus dengan ayahnya karena nikahnya tidak sah dan dihukumi seperti anak zina yang nasabnya hanya terbatas pada ibunya saja. E.Perbedaan Prinsip Antara Nikah Mut'ah dan Nikah Sunni (syar'i): 1. Nikah mut'ah dibatasi oleh waktu, nikah sunni tidak dibatasi oleh waktu. 2. Nikah mut'ah berakhir dengan habisnya waktu yang ditentukan dalam akad atau fasakh, sedangkan nikah sunni berakhir dengan talaq atau meninggal dunia. 3. Nikah mut'ah tidak berakibat saling mewarisi antara suami istri, nikah sunni menimbulkan pewarisan antara keduanya. 4. Nikah mut'ah tidak membatasi jumlah istri, nikah sunni dibatasi dengan jumlah istri hingga maksimal 4 orang. 5. Nikah mut'ah dapat dilaksanakan tanpa wali dan saksi, nikah sunni harus dilaksanakan dengan wali dan saksi.

14

6. Nikah mut'ah tidak mewajibkan suami memberikan nafkah kepada istri, nikah sunni mewajibkan suami memberikan nafkah kepada istri. F.Gambaran Nikah Mutah di zaman Rasulullah SAW Di dalam beberapa riwayat yang sah dari Nabi Muhammad SAW jelas sekali gambaran nikah mutah yang dulu pernah dilakukan para sahabat radhiyallahu anhum. Gambaran tersebut dapat dirinci sebagai berikut: Dilakukan pada saat mengadakan safar (perjalanan) yang berat seperti perang, bukan ketika seseorang menetap pada suatu tempat. (HR. Muslim hadits no. 1404) Tidak ada istri atau budak wanita yang ikut dalam perjalanan tersebut. (HR. Bukhari no. 5116 dan Muslim no. 1404) Jangka waktu nikah mutah hanya 3 hari saja. (HR. Bukhari no. 5119 dan Muslim no. 1405) Keadaan para pasukan sangat darurat untuk melakukan nikah tersebut sebagaimana mendesaknya seorang muslim memakan bangkai, darah dan daging babi untuk mempertahankan hidupnya. (HR. Muslim no. 1406) G.Pendapat Para Ulama Tentang Nikah Mutah Para ulama berpendapat sebagai berikut: Dari Madzhab Hanafi, Imam Syamsuddin Al-Sarkhasi (wafat 490 H) dalam kitabnya Al-Mabsuth (V/152) mengatakan: Nikah mutah ini bathil menurut madzhab kami. Demikian pula Imam Ala Al Din Al-Kasani (wafat 587 H) dalam kitabnya Badai Al-Sanai fi Tartib Al-Syarai (II/272) mengatakan, Tidak boleh nikah yang bersifat sementara, yaitu nikah mutah Dari Madzhab Maliki, Imam Ibnu Rusyd (wafat 595 H) dalam kitabnya Bidayatul Mujtahid wa Nihayah Al-Muqtashid (IV/325 s.d 334) mengatakan, hadits-hadits yang mengharamkan nikah mutah mencapai peringkat mutawatir Sementara itu Imam Malik bin Anas (wafat 179 H) dalam kitabnya Al-Mudawanah Al-Kubra

15

(II/130) mengatakan, Apabila seorang lelaki menikahi wanita dengan dibatasi waktu, maka nikahnya batil. Dari Madzhab Syafi, Imam Syafii (wafat 204 H) dalam kitabnya Al-Umm (V/85) mengatakan, Nikah mutah yang dilarang itu adalah semua nikah yang dibatasi dengan waktu, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, seperti ucapan seorang lelaki kepada seorang perempuan, aku nikahi kamu selama satu hari, sepuluh hari atau satu bulan. Sementara itu Imam Nawawi (wafat 676 H) dalam kitabnya AlMajmu (XVII/356) mengatakan, Nikah mutah tidak diperbolehkan, karena pernikahan itu pada dasarnya adalah suatu aqad yang bersifat mutlaq, maka tidak sah apabila dibatasi dengan waktu. Dari Madzhab Hambali, Imam Ibnu Qudamah (wafat 620 H) dalam kitabnya AlMughni (X/46) mengatakan, Nikah Mutah ini adalah nikah yang bathil. Ibnu Qudamah juga menukil pendapat Imam Ahmad bin Hambal (wafat 242 H) yang menegaskan bahwa nikah mutah adalah haram. Dan masih banyak lagi kesesatan dan penyimpangan Syiah. Kami ingatkan kepada kaum muslimin agar waspada terhadap ajakan para propagandis Syiah yang biasanya mereka berkedok dengan nama Wajib mengikuti madzhab Ahlul Bait, sementara pada hakikatnya Ahlul Bait berlepas diri dari mereka, itulah manipulasi mereka. Semoga Allah selalu membimbing kita ke jalan yang lurus berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah sesuai dengan pemahaman Salafus Shalih.

16

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan Kesimpulan dari makalah ini adalah : 1. Nikah mutah berarti seorang laki-laki menikahi seorang wanita dengan memberikan sejumlah harta tertentu dalam waktu tertentu atau kawin kontrak 2. Tapi dalil yang paling kuat hukum nikah mutah adalah haram 3.Nikah mutah merupakan nikah yang waktunya dibatasi untuk memenuhi hasrat nafsu atau bersenang-senang.

17

DAFTAR PUSTAKA

Rahman, Abdul. 2007. Nikah Mutah dalam Syiah. Depok : Arya Duta Basri, Hasan. 1997. Fatwa Nikah Mutah,(http://www.mui.co.id/fatwa, diakses 15oktober 2013) Yusuf, Musytari. 2009. Nikah Mutah, Zina Berkedok ,(http://www.mediamuslim.info/nikah-mutah-zina-berkedok, diakses 15 oktober 2013) Yulianto,Joko adi.Nikah Mutah Jumat, 18 Februari 2011. (http://pandidikan.blogspot.com/2011/02/nikah-mutah.html, diakses 14 Oktober 2013) Izzin,Abdullah. NIKAH MUT'AH MENURUT ISLAM DAN HUkKUM POSITIF Kamis, 14 Juni 2012,( http://ibnuhajary.blogspot.com/2012/06/nikah-mutahmenurut-islam-dan-hukum.html,diakses 14 oktober 2013)

18

Anda mungkin juga menyukai