Anda di halaman 1dari 2

Dasar Teori Patofisiologi

Kolestasis adalah kegagalan aliran cairan empedu masuk duodenum dalam jumlah normal. Gangguan dapat terjadi mulai dari membrana-basolateral dari hepatosit sampai tempat masuk saluran empedu ke dalam duodenum. Dari segi klinis didefinisikan sebagai akumulasi zat-zat yang diekskresi kedalam empedu seperti bilirubin, asam empedu, dan kolesterol didalam darah dan jaringan tubuh. Secara patologi-anatomi kolestasis adalah terdapatnya timbunan trombus empedu pada sel hati dan sistem bilier. Hal ini dapat menyebabkan perubahan indikator biokimia, fisiologis, morfologis, dan klinis karena terjadi retensi bahan-bahan larut dalam empedu. Dikatakan kolestasis apabila kadar bilirubin direk melebihi 2.0 mg/dl atau 20% dari bilirubin total (Kader et al, 2004). Ekskresi bilirubin direk adalah pembatas laju bersihan bilirubin. Pada kolestasis, konjugasi terus berjalan tetapi ekskresinya berkurang dan bilirubin direk dapat masuk ke serum. Mekanisme regurgitasi ini belum sepenuhnya jelas tetapi diperkirakan berbeda menurut etiologi. Pada kolestasis hepatoseluler, bilirubin diperkirakan langsung keluar dari hepatosit baik secara difusi maupun eksositosis. Pada kolestasis obstruktif, bilirubin masuk ke kanalikuli dan keluar melalui taut sekap yang lemah (Crawford, 2009). Peningkatan bilirubin direk di serum adalah tanda utama kolestasis. Hasilnya adalah jaundice, diawali sklera ikterik yang dapat timbul pada kosentrasi 2 mg/dL dan urin yang gelap. Konsentrasi tersebut dipengaruhi laju produksi, keparahan kolestasis, dan jalur ekskresi lain. Kenaikan di serum tidak penting untuk diagnosis karena tidak mencerminkan jenis maupun keparahan kolestasis. Jalur ekskresi lain, terutama renal, membatasi kenaikan tersebut dan sangat jarang melebihi 30 mg/dL. Yang memungkinkan ekskresi renal adalah bilirubin direk terikat lemah pada albumin sehingga bisa berdisosiasi dan difiltrasi ke urin (Crawford, 2009). Empedu adalah cairan yang disekresi hati berwarna hijau kekuningan merupakan kombinasi produksi dari hepatosit dan kolangiosit. Empedu mengandung asam empedu, kolesterol, phospholipid, toksin yang terdetoksifikasi, elektrolit, protein, dan bilirubin terkonyugasi. Kolesterol dan asam empedu merupakan bagian terbesar dari empedu sedang bilirubin terkonyugasi merupakan bagian kecil. Bagian utama dari aliran empedu adalah sirkulasi enterohepatik dari asam empedu. Hepatosit adalah sel epetelial dimana permukaan basolateralnya berhubungan dengan darah portal sedang permukaan apikal (kanalikuler) berbatasan dengan empedu. Hepatosit adalah epitel terpolarisasi berfungsi sebagai filter dan

pompa bioaktif memisahkan racun dari darah dengan cara metabolisme dan detoksifikasi intraseluler, mengeluarkan hasil proses tersebut kedalam empedu.Salah satu contoh adalah penanganan dan detoksifikasi dari bilirubin tidak terkonyugasi (bilirubin indirek). Bilirubin tidak terkonyugasi yang larut dalam lemak diambil dari darah oleh transporter pada membran basolateral, dikonyugasi intraseluler oleh enzim UDPGTa yang mengandung P450 menjadi bilirubin terkonyugasi yang larut air dan dikeluarkan kedalam empedu oleh transporter mrp2. mrp2 merupakan bagian yang bertanggungjawab terhadap aliran bebas asam empedu. Walaupun asam empedu dikeluarkan dari hepatosit kedalam empedu oleh transporter lain, yaitu pompa aktif asam empedu. Pada keadaan dimana aliran asam empedu menurun, sekresi dari bilirubin terkonyugasi juga terganggu menyebabkan hiperbilirubinemia terkonyugasi. Proses yang terjadi di hati seperti inflamasi, obstruksi, gangguan metabolik, dan iskemia menimbulkan gangguan pada transporter hepatobilier menyebabkan penurunan aliran empedu dan hiperbilirubinemi terkonyugasi (Arief, 2006).

Arief, Syamsul.,2006, Deteksi Dini kolestasis Neonatal (EARLY DETECTION OF NEONATAL CHOLESTASIS), Divisi Hepatologi Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNAIR RSU Dr
Soetomo , Surabaya.

Crawford JM, Liu C. Liver and biliary tract, 2009, In: Kumar V, Abbas AK, Fausto N, Aster JC, ed., Robbins and Cotran Pathologic Basis of Disease. 8th ed, Elsevier Saunders, United States. Kader et al, 2004, Neonatal cholestasis,. In: Behrman, Kliegman, Jenson. Nelson Textbook of Pediatrics 17th Ed. Saunders.

Anda mungkin juga menyukai