Anda di halaman 1dari 9

Pemulihan NonBedah dari Papila Interdental dengan Terapi Periodontal Suportif: Laporan Kasus (Nonsurgical Recovery of Interdental Papillae

under Supportive Periodontal Therapy) Yuki Yanagishita, Koichi Yoshino, Yoichi Taniguchi, Yasushi Yoda, dan Takashi Matsukubo

Abstrak Kami mengamati pemulihan nonbedah dari papilla interdental pada pasien yang menjalani terapi periodontal suportif. Pasien laki-laki berkebangsaan Jepang berusia 47 tahun datang dengan keluhan resesi gingiva yang melebar pada indeks Danielles papilla presence level 3 dan resesi Miller Klas I yang mempengaruhi aspek fasial dari gigi 42. Terapi periodontal awal untuk periodontitis pun dilakukan, termasuk instruksi oral hygiene, skeling dan root planing, yang mengurangi inflamasi. Penggunaan sikat interdental kemudian ditunda untuk membiarkan papilla interdental pulih. Jenis sikat gigi dan metode menyikat gigi dicek secara berulang. Debridement mekanis dilakukan setiap 2 hingga 3 bulan. Peningkatan berkala diamati pada resesi papilla interdental selama beberapa tahun bersamaan dengan pertumbuhan ulang korona margin gingiva. Kata Kunci: Nonbedah, papilla interdental, terapi periodontal suportif

Pendahuluan Faktor etiologi yang paling sering dikaitkan dengan resesi gingiva adalah gigi malposisi dan trauma yang disebabkan oleh menyikat gigi. Pendekatan non bedah untuk merawat resesi gingiva papilla interdental meliputi koreksi dari metode oral hygiene traumatic, perawatan restorative, pendekatan ortodontik, dan kuretase berulang dari papilla. Menurut pengetahuan kami, bagaimanapun juga, hanya sedikit laporan yang telah membuktikan pemulihan papilla interdental dengan metode non

bedah, dan pada kasus tersebut pemulihan terjadi selama terapi periodontal dan tanpa kuretase periodik. Dalam hal resesi permukaan labial, beberapa laporan telah menunjukkan keberhasilan penutupan akar dengan terapi non bedah. Agudio dkk melaporkan suatu kasus mengenai resesi ringan pada permukaan labial gigi insisivus sentralis kiri atas yang disebabkan oleh cara menyikat gigi yang tidak benar dimana margin gingiva menunjukkan pemulihan setelah koreksi teknik menyikat gigi. Ando dkk melaporkan seorang wanita yang berusia 28 tahun dimana pemulihan non bedah pada resesi facial gingiva multiple diperoleh dengan terapi periodontal suportif. Di sini, kami melaporkan pemulihan pada papilla interdental dan pertumbuhan ulang gingiva labial dengan penyesuaian teknik menyikat disertai dengan terapi periodontal suportif.

Laporan Kasus Pada November 2004, seorang pria Jepang berusia 47 tahun datang ke bagian kedokteran gigi sebuah bank di Kanagawa, Jepang. Permintaan utamanya adalah menghilangkan kalkulus gigi geligi. Riwayat medisnya menunjukkan tidak ada perawatan sebelumnya untuk penyakit besar. Dia mengisap 20 batang rokok setiap hari sejak berusia 20 tahun. Dia sebelumnya telah menjalani perawatan untuk karies gigi, gigi tiruan jembatan untuk gigi yang hilang, dan pembersihan kalkulus gigi geligi. Bagaimanapun juga, dia belum pernah diberikan instruksi metode sikat gigi yang tepat oleh dokter gigi ataupun ahli dental hygiene. Inflamasi sedang tercatat di sekitar margin gingiva semua gigi. Biotype gingivanya tebal-rata. Molar tiga bawah kiri kanan dan molar satu kiri bawah telah hilang. Kedalaman probing berkisar dari 1 hingga 5 mm, dan khususnya parah (4-5) pada molar. Resesi gingiva Miller Klas I diamati pada fasial gigi 42. Selanjutnya, resesi papilla interdental yang melebar pada Danielles papilla presence index level 3 pun diamati (Gbr 1A). Defek tulang horizontal sedang diketahui dengan menggunakan radiografi gigi geligi (Gbr 2) pada regio molar, namun tidak terdapat defek tulang pada regio insisivus sentralis. Plaque
2

control record (PCR) adalah 70.4% dan bleeding on probing (BOP) adalah 17.3% pada pemeriksaan periodontal pertama. Periodontitis kronis moderat pun didiagnosa. Rencana perawatan adalah sebagai berikut: instruksi oral hygiene, skeling, root planing, program menghentikan merokok, dan pemeliharaan atau terapi periodontal suportif.

Gbr 1. Tampak depan A. Pada kunjungan awal, inflamasi dan resesi yang melebar diamati pada papilla interdental bersama dengan resesi gingiva Miller Klas 1 pada fasial gigi 42. B. Setelah 2 tahun dengan perawatan tradisional, terapi periodontal suportif pun dimulai. Saat inflamasi gingiva berkurang pada sebagian besar regio, pembengkakan pada margin gingiva pun berkurang. C. 4 tahun setelah kunjungan pertama. D. 6 tahun setelah kunjungan pertama, pemulihan inflamasi gingiva dan peningkatan secara bertahap dari resesi papilla interdental diamati bersama dengan pertumbuhan ulang korona pada margin gingiva.

Gbr 2. X-ray gigi geligi pada kunjungan pertama Kerusakan tulang horizontal moderat tampak pada regio molar, namun tidak terdapat kerusakan tulang pada regio insisivus sentralis Terapi periodontal awal untuk periodontitis dilakukan, termasuk instruksi oral hygiene, skeling, dan root planing. Pasien telah menyikat gigi atas dan bawahnya secara simultan. Dia menyikat dua kali sehari sebelum sarapan dan sebelum tidur. Dia menyikat giginya dengan keras menggunakan sikat gigi dengan bulu keras. Karena itu, pasien mengganti sikat giginya ke sikat gigi berbulu sedang dan diinstruksikan untuk menyikat gigi atas dan bawah secara terpisah. Pasien diberikan instruksi korektif dengan teknik Bass untuk menyikat gigi pada sisi labial dan lingual serta metode Charter untuk area interdental. Lebih lanjut, dia ditunjukkan bagaimana cara menggunakan sikat interdental dan diinstruksikan untuk membersihkan regio interdental sekali sehari. Skeling dan root planing juga dilakukan setelah beberapa sesi, dengan menggunakan skeler ultrasonic dan manual. Penyesuaian gigitan dilakukan pada gigi 42. Program penghentian merokok direkomendasikan, namun pasien memilih untuk tidak berpartisipasi. Setelah re-evaluasi perawatan awal, PCR pasien masih 39.8% dan kedalaman probing masih 4 mm pada regio interdental molar atas. Inflamasi ringan masih terdapat pada beberapa regio. Instruksi menyikat gigi,

skeling dan root planing kembali dilakukan. Pasien terlalu sibuk untuk mengunjungi dokter gig lebih dari sekali atau dua kali sebulan. Setelah perawatan awal, terapi saluran akar dilakukan pada gigi 12 dan perawatan karies pada gigi 34. Setelah pemeriksaan ulang, PCR 23.1% dan BOP 3.7%. Saat inflamasi gingiva berkurang pada sebagian besar regio, pembengkakan pada margin gingiva juga berkurang. Karena itu, pada saat ini kami mengubah ke terapi periodontal suportif dengan pemanggilan ulang setiap 2 hingga 3 bulan (Gbr 1B). Penggunaan sikat interdental ditunda untuk memungkinkan papilla interdental pulih. Regio interdental disikat hanya dengan menggunakan sikat gigi, dengan memasukkan ujung dari bulu ke dalam regio interdental sedalam mungkin. Setelah terapi periodontal suportif, jenis sikat gigi dan metode sikat gigi dicek secara berulang. Debridement mekanis dilakukan dengan tip universal dan polish pada kecepatan rendah dengan rubber cup dan pasta profilaksis. Setelah periode 4-6 tahun, inflamasi gingiva dan resesi papilla interdental meningkat secara bertahap, dan margin gingiva menunjukkan pertumbuhan ulang koronal. Resesi pada gigi 42 pulih sebesar 1 mm dengan terapi periodontal suportif (Gbr 1C, 1D).

Diskusi Gorman menemukan bahwa frekuensi resesi gingiva meningkat seiring dengan usia dan lebih besar pada pria dibandingkan wanita pada usia yang sama. Gigi malposisi dan trauma sikat gigi menjadi faktor etiologi yang paling sering dikaitkan dengan resesi gingiva. Resesi yang dikaitkan dengan gigi yang terletak lebih ke labial terjadi pada 40% pasien usia 16 hingga 25 tahun, dan meningkat hingga 80% pasien pada kelompok usia 36 hingga 86 tahun. Selain itu, Khocht dkk menunjukkan bahwa resesi papilla interdental kemungkinan berhubungan dengan sikat gigi yang keras. Kasus resesi yang ada didiagnosa sebagai akibat dari inflamasi dan trauma sikat gigi. Malposisi gigi 42 juga menjadi suatu faktor pengaruh pada resesi. Sebelum
5

perawatan, penting untuk menginstruksikan pasien menggunakan teknik menyikat gigi yang benar untuk memastikan bahwa prosedur oral hygiene mereka sendiri tidak melukai margin gingiva. Manajemen efektif dari papilla interdental dengan kuretase periodik papilla dilaporkan oleh Shapiro, yang mendemonstrasikan dua kasus regenerasi papilla interdental dengan menggunakan metode ini. Dalam kasus tersebut, terdapat deformitas gingiva yang disebabkan oleh acute necrotizing ulcerative gingivitis. Setelah perawatan awal dari dua pasien, wanita yang berusia 27 dan 25 tahun, kuretase gingiva dilakukan setiap 10 hari dengan total 4 kali. Ricci juga melaporkan tiga kasus yang berhasil menggunakan metode ini; satu pasien yang usianya tidak diketahui dimana perawatan dilakukan pada area insisivus mandibula; seorang anak perempuan berusia 16 tahun yang perawatannya dilakukan pada regio anterior; dan seorang anak perempuan berusia 15 tahun yang perawatannya dilakukan di sekitar insisivus lateral kiri atas. Dua pasien terakhir lebih muda dibandingkan pasien kami, sehingga papilla akan tumbuh kembali dengan mudah. Tanpa mengacuhkan usia pasien dalam laporan kasus ini, bagaimanapun juga, pertumbuhan ulang dari papilla interdental tampak setelah koreksi teknik menyikat gigi dan terapi periodontal suportif dengan tanpa kuretase periodic. Penundaan penggunaan sikat interdental merupakan satu kunci dalam mencapai pemulihan dari papilla interdental. Sato menunda penggunaan sikat interdental setelah re-evaluasi periodontal. Dalam kasus ini, penundaannya dilakukan setelah dimulainya terapi periodontal suportif. Pertumbuhan ulang papilla interdental mungkin membutuhkan reduksi inflamasi dan trauma yang disebabkan oleh sikat interdental. Miller mengembangkan sistem klasifikasi untuk resesi jaringan marginal. Untuk mengevaluasi keefektifan dari teknik grafting bedah, dia mengkategorikan resesi ke dalam 4 kelas berdasarkan kemungkinan penutupan akar. Banyak kasus

yang telah dilaporkan dimana resesi Klas I mengalami perbaikan dengan pendekatan non bedah. Ando dkk melaporkan suatu kasus dimana resesi gingiva facial multiple mengalami perbaikan secara non bedah dengan terapi periodontal suportif. Pasien tersebut seorang wanita yang berusia 28 tahun, datang untuk perawatan resesi gingiva facial multiple yang berkisar 1 hingga 4 mm pada insisivus dan premolar. Terapi periodontal non bedah dilakukan, termasuk instruksi oral hygiene, skeling dan root planing. Setelah kunjungan pemeliharaan periodic, pemulihan berkala saat diukur dengan peningkatan koronal pada margin gingiva pun tercatat. Aimetti dkk membandingkan dua metode berbeda dari perawatan permukaan akar, root planing dan polishing versus polishing sendiri dalam hal penutupan akar. Polishing mencegah perkembangan lebih lanjut dari resesi gingiva, sementara reduksi konveksitas akar dengan skeling dan root planing membantu pergerakan koronal dari margin gingiva. Mereka menyimpulkan bahwa resesi sempit Miller Klas I dapat berhasil dirawat dengan pendekatan non bedah. Faktor lain yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ulang gingiva merupakan biotype periodontal. Sanavi dkk mengusulkan dua biotype gingiva; tebal-datar, dan tipis-tidak datar. Biotype dari pasien dalam penelitian ini adalah tebal-data, yang tidak mengalami resesi dengan mudah sebagaimana halnya jenis tipis-tidak datar. Aimetti dkk menyatakan bahwa ketebalan gingiva memegang peranan penting dalam potensi untuk migrasi koronal dari margin gingiva. Biotype pada penelitian ini kemungkinan lebih kondusif terhadap regenerasi dibandingkan dengan jenis lain. Pasien dalam penelitian ini telah menjadi seorang perokok selama 27 tahun, yang dapat menjelaskan mengapa terdapat persentase rendah pada daerah dengan BOP pada pemeriksaan awal, meskipun PCR tinggi. Bergstrom dan Preber menyatakan bahwa respon inflamasi gingiva terhadap akumulasi plak, seperti perdarahan, kemerahan, dan eksudat, ditekan dengan menghisap rokok. Fungsi penyembuhan periodontal buruk pada perokok. Hal ini dapat mempengaruhi jumlah

waktu yang dibutuhkan untuk pemulihan resesi gingiva. Dalam penelitian ini, pertumbuhan ulang dari margin gingiva diamati dengan terapi periodontal suportif. Creeping attachment pertama kali dilaporkan oleh Goldman dkk setelah graft gingiva. Matter juga melaporkan creeping attachment pada kasus free gingival graft, menyimpulkan bahwa pertumbuhan ulang tidak selalu mencapai penutupan sempurna dari resesi dan tidak selalu dapat diprediksi. Mekanisme dimana creeping terjadi pun masih harus diklarifikasi.

Kesimpulan Dalam kasus ini, pertumbuhan ulang dari gingiva kemungkinan terjadi karena proses penyembuhan alami setelah inflamasi berkurang dan penyebab trauma gingiva telah dihilangkan. Jika digabung dengan laporan sebelumnya yang telah dijelaskan di atas, hasil kasus ini menunjukkan bahwa instruksi sikat gigi korektif dan terapi periodontal suportif secara berkala dapat menyebabkan pertumbuhan kembali gingiva tanpa melalui prosedur bedah, bahkan pada pasien usia pertengahan.

Mengetahui, Tutor, Mahasiswa,

drg. Annisha Dwi Putri NIP :

Ztelah Charisma Karinda, SKG NIM : 12014103006

Anda mungkin juga menyukai