Anda di halaman 1dari 5

Mekanisme Kontraksi Otot Oleh Drg. Agustantyono H.

Sebelum memahami perjalanan mekanisme kontraksi otot, syarat minimal yang harus dipenuhi adalah memahami bagian-bagian dari otot terutama fasicle, muscle fiber, myofibril. Akan tetapi, pada makalah ini saya tidak akan memberikan ilustrasi gambar, oleh karena itu agar lebih mudah dipahami, silakan anda pelajari dulu video yang sudah saya berikan. Secara umum, perjalanan mekanisme kontraksi otot terdiri dari : 1. Pengiriman impuls/sinyal dalam bentuk neurotransmitter dari saraf ke otot 2. Dibebaskannya ion kalsium oleh retikulum sarkoplasma 3. Pengaktifan troponin dan tropomiosin 4. Melekatnya myosin head pada actin 5. Pergeseran/bergeraknya actin dan terjadilah kontraksi otot Pengiriman Impuls Dari Saraf Menuju Otot Setiap adanya gerakan dari otot kita, pasti ada yang menstimulasi. Di sini, yang menstimulasi otot kita adalah sel-sel saraf. Sel saraf mengirimkan informasi ke otot kita melalui perantara yang disebut neurotransmitter, yang dalam hal ini neurotransmitter yang berperan adalah asetilkolin. Pada otot, asetilkolin masuk ke dalam myofibril sel otot melalui T-Tubules. Di bagian inilah asetilkolin dari saraf ditempatkan. Dibebaskannya Ion Kalsium Tepat di sekeliling T-Tubules, ada satu bagian yang disebut retikulum sarkoplasma. Komponen inilah yang nantinya akan memproduksi ion kalsium yang akan menjadi sumber utama terjadinya kontraksi otot. Namun agar ion kalsium bisa dikeluarkan, harus dilakukan aktivasi terlebih dahulu pada reticulum sarkoplasma. Setelah asetilkolin terkumpul, asetilkolin akan bersiap-siap untuk memberikan perintah kepada retikulum sarkoplasma untuk segera mengeluarkan ion kalsium ke daerah sekitarnya. Agar perintah oleh asetilkolin dari T-Tubules bisa sampai ke retikulum sarkoplasma, diperlukan jembatan. Jembatan ini merupakan gabungan 2 reseptor dari T-tubules dan retikulum sarkoplasma. Untuk reseptor dari TTubules disebut dihydropyrodine, dan reseptor dari retikulum sarkoplasma disebut dengan ryonadine. Ketika ada asetikolin yang masuk pada T-Tubulus, secara otomatis jembatan ini akan teraktivasi sehingga bisa menyampaikan instruksi pada retikum sarkoplasma. Setelah menerima instruksi dari asetilkolin melalui reseptornya, retikulum sarkoplasma yang sebelumnya telah memiliki stok ion kalsium yang melimpah, akan segera mengeluarkan ion

kalsiumnya ke daerah sekitarnya. Ion inilah yang menjadi komponen penting di awal terjadinya kontraksi otot. Dan selama melakukan kontraksi otot, ion kalsium akan terus dikeluarkan retikulum sarkoplasma sesuai dengan seberapa banyak asetilkolin mengirimkan instruksinya. Pengaktifan Troponin dan Tropomiosin Actin merupakan komponen kecil berbentuk bulatan-bulatan kecil yang berjajar. Bulatan ini berkumpul dan memiliki lapisan seperti garis yang disebut tropomiosin. Lapisan inilah yang melindungi kumpulan actin, dan ternyata keberadaan tropomiosin bisa menghambat terjadinya perlekatan myosin head dengn actin. Sehingga perlu ada perlakuan khusus agar bisa terjadi perlekatan yang nantinya akan membantu terjadinya pergerakan kontraksi otot. Pembebasan actin dari lapisan tropomiosin tidaklah mudah. Untungnya, tropomiosin tidak berdiri sendiri dalam melapisi actin. Komponen ini dilengkapi beberapa troponin diatasnya. Jika anda bayangkan sebuah kalung yang memiliki bandul, disana ada bagian seperti tali panjang, dan ada bagian bandul yang lebih berat dari pada bagian tali panjangnya. Maka tali panjangnya bisa dianalogikan sebagai tropomiosin, dan bandul pemberatnya bisa dianalogikan sebagai troponin. Sehingga untuk membuat tali panjangnya itu agar bisa bergerak atau turun, maka perlu ada tekanan atau pukulan dari atas yang kita arahkan ke bandul pemberat tadi. Begitu pula dengan cara kerja troponin dan tropomiosin. Agar actin bisa dibebaskan dari lapisan tropomiosin, maka kita perlu mengaktifkan troponin. Ketika troponin teraktivasi, maka tropomiosin akan semakin kendor sehingga posisi tropomiosin bisa sedikit turun dan actin akan terbuka. Setelah actin terbuka inilah, actin melalui actin binding site bisa melekat dengan myosin head. Inilah awal terjadinya pergerakan kontraksi otot.

Mekanisme Pertahanan Tubuh Oleh Drg. Agustantyono H Penyembuhan luka sangat erat kaitannya dengan terjadinya radang/inflamasi. Radang merupakan respon normal tubuh ketika tubuh mengalami masalah atau ketika ada musuh yang masuh dalam tubuh kita, dalam hal ini bisa virus ataupun bakteri. Karena pada kenyataannya, pada saat mengalami luka, secara otomatis akan ada benda asing yang akan masuk kedalam tubuh kita melalui luka. Sehingga diperlukan respon pertahanan tubuh dan radang menjadi salah satu mekanisme yang akan terjadi secara otomatis. Tanda-tanda Radang : 1. Kalor 2. Tumor 3. Dolor 4. Rubor 5. Fungtiolaesa Kalor Kalor merupakan respon suhu tubuh saat terjadi luka. Paling mudah dibayangkan adalah pada saat kita terkena sakit flu atau saat terjadi demam, pada saat itu suhu tubuh kita akan meningkat. Sebenarnya ini merupakan respon normal. Berawal dari virus yang masuk melalui saluran pernapasan kita, virus ini akan melewati beberapa rintangan sebelum dia benar-benar masuk ke dalam tubuh. Setelah berhasi berada dalam tubuh, bagian tubuh yang terserang virus akan mengirimkan pirogen. Pirogen ini semacam perintah ke otak untuk kemudian otak akan memerintah bagian tubuh yang terserang tadi untuk segera menaikkan suhunya. Ketika suhunya naik, secara otomatis energi yang ada tidak terpakai untuk melakukan aktivitas dan digunakan penuh untuk penyembuhan. Rubor Mungkin kita sering melihat, memar yang terjadi pada saat kita kaki atau tangan kita terkena benturan keras. Disitu kulit kita akan tampak kemerahan. Dan itulah logika mudah untuk memahami rubor. Kemerahan terjadi karena aliran darah meningkat di daerah yang bermasalah dalam tubuh kita. Mengapa meningkat? Organ sel sekitar luka pasti akan membutuhkan banyak suplai nutrisi. Sedangkan, suplai nutrisi bisa didapatkan dari darah yang mengalir disekitarnya. Semakin banyak nutrisi yang diperlukan untuk penyembuhan, maka suplai darah yang dibutuhkan semakin banyak. Sehingga terjadi vasodilatasi pada pembuluh darah sekitar dan darah yang mengalir semakin deras, serta akantampak memerah secara klinis.

Tumor & Dolor Dolor adalah rasa nyeri pada daerah yang mengalami radang. Sedangkan tumor adalah terjadinya pembengkaan. Pada saat terjadi keradangan, sel-sel pada bagian membran akan mengalami peningkatan permeabiitas. Hal ini akan menyebabkan banyak cairan di dalam sel akan bereksodus keluar mengisi ruang antar sel, kemudian daerah radang akan mengalami penambahan volume, atau secara klinis akan tampak membesar/bengkak. Pada saat cairan sel bereksodus keluar inilah yang menyebabkan saraf yang ada di sekitar sel semakin terdesak, dan kinerjanya terganggu. Sehingga bagian ini akan memberikan respon sakit. Functiolaesa Functiolaesa adalah tidak berfungsinya organ-organ tubuh sekitar sebagaimana mestinya. Keadaan ini merupakan perintah dari otak kepada organ-organ sekitar yang mengalami peradangan. Perintah ini ditujukan agar energi yang ada difokuskan untuk penyembuhan dan tidak terpakai oleh organ yang lain melakukan aktivitas, sehingga proses inflamasi dan penyembuhan secara umum bisa segera selesai. MEKANISME PERTAHANAN TUBUH Mekanisme ini adalah keadaan normal yang terjadi di dalam tubuh kita dan berjalan secara otomatis ada saat ada benda asing masuk ke dalam tubuh kita. Beberapa istilah penting yang harus dipahami adalah : fagosit, makrofag, sel B, sel T-Helper, sel T-Killer, Interleukin 1 & 2, BCGF, BCDF, antigen. Agar mudah memahami, sangat saya sarankan untuk membuka file yang saya beri dalam bentuk gambar/skema pertahanan tubuh. Pada saat ada benda asing masuk ke dalam tubuh kita, semisal bakteri, bakteri akan menghadapi pertahanan tubuh kita yang terdepan yang dinamakan fagosit. Fagosit ini dengan kemampuannya dia akan memakan bakteri, prosesnya dinamakan fagositosis. Ketika kekuatan bakteri tidak bisa diatasi oleh bakteri, bakteri akan lolos dari perlawanan fagosit dan masuk kedalam tubuh. Pada kondisi inilah, fagosit langsung mengirimkan sinyal kepada makrofag. Untuk bersiap-siap menghadapi bakteri tersebut. Yang dilakukan marofag pertama kali adalah mengaktivasi sel T-Helper utama menggunakan Interleukin 1. Sel T-Helper utama inilah yang menjadi kunci pertahanan tubuh selanjutnya. Setelah sel T-Helper utama teraktivasi, ia akan mensekresikan interleukin 2 yang akan digunakan untuk : 1. Mengaktivasi sel T-Helper yang lain untuk memperbanyak diri. 2. Mengaktivasi sel T-Killer untuk memperbanyak diri. Sel T-Helper dan sel T-Killer hasil perkembangbiakan tersebut akan memiliki tugas yang berbeda. Sel THelper memiliki tugas mendatangkan sel B dari nodus limfa sebanyak yang

dibutuhkan, dan memberikan perintah dengan mensekresikan Interferon kepada sel T-Killer untuk melawan virus atau bakteri yang masuk ke dalam tubuh. Untuk mendatangkan sebanyak-banyaknya sel B, sel T-Helper menggunakan BCGF (B Cell Growth Factor), dan ketika jumlah sel B dirasa sudah cukup maka proses mendatangkan sel B akan dihentikan. Proses pengontrolan jumlah sel B ini akan dikendalikan oleh BCDF (B Cell Develop Factor). Perlu diketahui bahwa sel B adalah tempat penghasil antibodi yang akan digunakan sel T-Killer untuk menghancurkan bakteri/virus. Setelah sel B siap dengan antibodi yang dihasilkannya dan jumlah sel T-Killer juga sudah mencukupi, maka proses penghancuran bekteri/virus oleh sel T-Killer pun segera dimulai. Sel T-Killer akan terus menyerbu bakteri/virus yang ada hingga habis. Setelah habis, maka sel T-Supressor datang untuk mengirimkan sinyal kepada sel T-Killer bahwa peperangna terhaap bakteri/virus tidak perlu dilakukan lagi. Fungsi sel T-Supressor ini sangat penting karena tanpa arahannya bisa jadi sel T-Killer akan terus melakukan penyerangan terhadap sel-sel yang sehat sekalipun. Setelah peperangan selesai, akan datang sel T pengingat yang berfungsu mencatat semua data-data bakteri/virus yang telah berhasil dikalahkan. Data-data ini selanjutnya akan dikirim ke sel B untuk dibuatkan antibodi, sehingga ketika musuh yang sama datang kembali, tubuh sudah memiliki kekebalan terhadap bakteri/virus tersebut. NB : 1. Makalah ini tidak untuk dijadikan sumber referensi tulisan ilmiah apapun, baik laporan, makalah, karya tulis, atau skripsi. 2. Makalah ini hanya sebagai pelengkap kuliah untuk menambah pemahaman 3. Untuk memahami makalah ini, pastikan anda sudah ikut kuliah saya yg sudah saya sampaikan secara visual. Jika masih bingung, tolong bertanyalah...!!!!! Jangan paksa diri untuk menghafal tulisan ini tanpa paham sebelumnya, karena makalah ini saya setting untuk yang pernah tau proses fisiologinya secara visual.

Anda mungkin juga menyukai