Anda di halaman 1dari 108

LABORATORIUM KIMIA FISIKA

Percobaan Kelompok Nama 1. 2. 3. 4. 5.

: VISKOSITAS : VIII A

: Clarissa Amalia Daniatus Syarh Hajj Aprise Mujiartono Fano Alfian Ardyansyah Khairul Anam

NRP. NRP. NRP. NRP. NRP.

2313 030 015 2313 030 023 2313 030 051 2313 030 079 2313 030 097

Tanggal Percobaan Tanggal Penyerahan Dosen Pembimbing Asisten Laboratorium

: 23 September 2013 : 30 September 2013 : Nurlaili Humaidah ST, MT : Dhaniar Rulandri W

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2013

ABSTRAK Tujuan dari percobaan viskositas ini adalah untuk menghitung harga koefisien viskositas dan densitas dari aquadest, santan Kara, dan susu kental Indomilkdengan variabel suhu sebesar 30 o C, 35 oC, dan 40 oC menggunakan Viskometer Ostwald. Prosedur yang digunakan untuk menentukan harga koefisien viskositas dari aquadest, susu kental Indomilk, dan santan Kara adalah memasukkan aquadest ke dalam Viskometer Ostwald yang diletakkan dalam water bath dan mengondisikan cairan pada variabel suhu 30C.Selanjutnya menyedot cairan hingga melewati batas atasViskometer Ostwald. Setelah itu biarkan cairan mengalir ke bawah hingga tepat pada batas atas.Saat aquadest melewati batas atas viskometer, catat waktu yang diperlukan aquadest untuk mengalir dari batas atas ke batas bawah dengan menggunakan stopwatch.Mengulangi percobaan tersebut dengan mengganti aquadest dengan variabel cairan yang lainnya,yaitu santan Kara dan susu kental Indomilk. Selain menentukan harga koefisien viskositas, dalam percobaan ini juga dihitung nilai densitas dari sampel. Prosedur yang dilakukan adalah mengondisikan aquadest pada suhu 30C. Lalu menimbang massa piknometer kosong dengan menggunakan timbangan elektrik. Masukkan aquadest10 ml yang sebelumnya telah diukur dengan menggunakan gelas ukur ke dalam piknometer kosong. Setelah itu timbang massa total piknometer dan aquadestdengan cara mencari selisih massa antara massa total dan massa piknometer kosong. Setelah itu densitas aquadest dapat dihitung dengan cara membagi massa aquadest dengan volume aquadest.Mengulangi langkah-langkah tersebut dengan mengganti aquadest dengan susu kental Indomilk dan santan Kara dalam suhu 35 oC dan 40 oC Dari percobaan ini didapat harga viskositas dan densitas aquadest pada suhu 30 oC adalah 161,07 cp dan 0,85 gr/ml, pada suhu 35 oC adalah 139,9 cp dan 0,75 gr/ml, serta pada suhu 40 oC adalah 112,75 cp dan 0,75 gr/ml. Untuk harga viskositas dan densitas santan Kara pada suhu 30 oC adalah 3.790,5 cp dan 1 gr/ml, pada suhu 35 oC adalah 4.960,94 cp dan 0,65 gr/ml,serta pada suhu 40 oC adalah 5.648,17 cp dan 0,75 gr/ml. Sedangkan untuk harga viskositas dan densitas susu kental Indomilk pada suhu 30 oC adalah 59.756,74 cp dan 1,25 gr/ml, pada suhu 35 oC adalah 24.428,85 cp dan 1,15 gr/ml, serta pada suhu 40oC adalah 17.019,66 cp dan 0,95 gr/ml.Hubungan viskositas dengan densitas adalah sebanding. Jika harga viskositas naik maka harga densitas pun akan naik, begitupun sebaliknya. Sedangkan hubungan viskositas dengan suhu adalah berbanding terbalik, semakin tinggi suhu suatu zat cair, maka harga viskositas akan semakin kecil begitu pula sebaliknya. Untuk hubungan antara densitas dengan suhu, semakin tinggi suhu suatu zat cair, maka harga densitas akan semakin kecil, begitu pula sebaliknya.Dalam praktikum ini, urutan koefisien viskositas dan densitas dari yang terkecil sampai terbesar adalah aquadest, santan, dan susu kental Indomilk. Kata Kunci : densitas, viskositas, aquadest, santan Kara, susu kental Indomilk, viskometer Ostwald, piknomter

DAFTAR ISI
ABSTRAKS ........................................................................................................................ i DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................... iii DAFTAR TABEL............................................................................................................... iv DAFTAR GRAFIK ............................................................................................................. v BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang........................................................................................................ I-1 I.2 Rumusan Masalah .................................................................................................. I-1 I.3 Tujuan Percobaan ................................................................................................... I-2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Dasar Teori ............................................................................................................ II-1 BAB III METODOLOGI PERCOBAAN III.1 Variabel Percobaan .............................................................................................. III-1 III.2 Bahan yang Digunakan ........................................................................................ III-1 III.3 Alat yang Digunakan ........................................................................................... III-1 III.4 Prosedur Percobaan.............................................................................................. III-1 III.5 Diagram Alir Percobaan ...................................................................................... III-3 III.6 Gambar Alat Percobaan ....................................................................................... III-5 BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN IV.1 Hasil Percobaan ................................................................................................... IV-1 IV.2 Pembahasan ......................................................................................................... IV-2 BAB V KESIMPULAN ...................................................................................................... V-1 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... vi DAFTAR NOTASI ............................................................................................................. vii APPENDIKS....................................................................................................................... viii LAMPIRAN Laporan Sementara Fotocopy Literatur Lembar Revisi

ii

DAFTAR GAMBAR
Gambar II.1 Konsep Dua Fluida Sejajar ............................................................................ II-4 Gambar II.2 Alat Ukur Massa Jenis ................................................................................... II-8 Gambar II.3 Konsep Viskositas FluidaCair ....................................................................... II-14 Gambar III.6 Gambar Alat Percobaan ................................................................................ III-5

iii

DAFTAR TABEL
Tabel II.1 Percobaan Viskositas Cair dan Gas ...............................................................II-13

Tabel IV.1.1 Hasil Percobaan Viskositas ...........................................................................IV-1 Tabel IV.1.2 Perhitungan Densitas Cairan .........................................................................IV-1 Tabel IV.1.3 Perhitungan Viskositas Cairan ......................................................................IV-2 Tabel IV.1.4 Data Densitas dan Viskositas Aquadest........................................................IV-3

iv

DAFTAR GRAFIK
Grafik IV.2.1 Hubungan Antara Suhu dengan Densitas Aquadest ................................... IV-2 Grafik IV.2.2 Hubungan antara Suhu dengan Densitas Santan Kara ............................... IV-4 Grafik IV.2.3 Hubungan antara Suhu dengan Densitas Susu Kental Indomilk ................ IV-4 Grafik IV.2.4 Hubungan antara Suhu dengan Viskositas Aquadest ................................. IV-5 Grafik IV.2.5 Hubungan antara Suhu dengan Viskositas Sanan Kara ............................. IV-6 Grafik IV.2.6 Hubungan antara Suhu dengan Viskositas Susu Kental Indomilk ............. IV-6 Grafik IV.2.7 Hubungan antara Suhu dengan Densitas Aquadest, Santan Kara, dan Susu Kental Indomilk pada 30 oC, 35 oC, dan 40 oC .................................. IV-7 Grafik IV.2.8 Hubungan antara Suhu dengan Viskositas Aquadest, Santan Kara, dan Susu Kental Indomilk pada 30oC, 35 oC, dan 40 oC ................................... IV-8

BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Dalam setiap fluida, gas atau cairan, masing masing memiliki suatu sifat yang dikenal dengan sebutan viskositas. Viskositas atau kekentalan suatu zat cair adalah salah satu sifat cairan yang menentukan besarnya perlawanan terhadap gaya gesek. Viskositas cairan akan menimbulkan gesekan dalam cairan fluida karena adanya interaksi antara molekul-molekul cairan. Salah satu cara untuk menentukan viskositas cairan adalah metode kapiler dari Poiseulle. Metode Ostwald merupakan suatu variasi dari metode Poiseulle. Metode Viskositas Ostwald adalah salah satu cara untuk menentukan harga kekentalan dimana prinsip kerjanya berdasarkan waktu yang dibutuhkan oleh sejumlah cairan untuk dapat mengalir melalui pipa kapiler dengan gaya yang disebabkan oleh berat cairan itu sendiri. Viskositas sendiri banyak digunakan dalam dunia industri untuk mengetahui koefisien kekentalan zat cair. Dari perhitungan itu dapat dihitung berapa seharusnya kekentalan yang dapat digunakan dalam mengomposisikan zat fluida itu dalam sebuah larutan. Contoh penggunaan viskositas adalah dalam dunia industrl oli mobil. Oli memiliki kekentalan yang lebih besar daripada zat cair lain. Dengan mengetahui komposisi dari oli tersebut, penerapan viskositas sangat berpengaruh dalam menjaga kekentalan oli tetap terjaga selama proses produksi. Pada percobaan ini kita akan mempelajari tentang pengaruh suhu terhadap viskositas cairan. Cairan yang digunakan dapat bermacam-macam, namun pada percobaan ini cairan yang digunakan adalah santan Kara dan susu kental Indomilk, sedangkan air sebagai pembanding. Dengan melakukan percobaan ini kita akan mengetahui cairan mana yang memiliki viskositas tertinggi maupun cairan yang memiliki viskositas terendah

I.2

Rumusan Masalah 1. Bagaimana cara menghitung harga koefisien viskositas dari aquadest, santan Kara, dan susu kental Indomilk pada variabel suhu 30C, 35C, dan 40C dengan menggunakan Viskometer Ostwald?

I-1

I-2 Bab I Pendahuluan 2. Bagaimana cara menghitung densitas dari aquadest, santan Kara, dan susu kental Indomilk pada variabel suhu 30C, 35C, dan 40C ? I.3 Tujuan Percobaan 1. Untuk menghitung harga koefisien viskositas dari aquadest, santan Kara, dan susu kental Indomilk dengan pada variabel suhu 30C, 35C, dan 40C dengan menggunakan Viskometer Ostwald. 2. Untuk menghitung densitas dari aquadest, santan Kara, dan susu kental Indomilk dengan pada variabel suhu 30C, 35C, dan 40C .

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


II.1 Dasar Teori Fluida adalah suatu zat yang bisa mengalami perubahan-perubahan

bentuknya secara continue/terus-menerus bila terkena tekanan/gaya geser walaupun relatif kecil atatu bisa juga dikatakan suatu zat yang mengalir, kata fluida mencakup zat cair, gas, air, dan udara karena zat-zat ini dapat mengalir.Sebaliknya batu dan benda-benda keras (seluruh zat-zat padat tidak dapat dikategorikan sebagai fluida karena zat-zat tersebut tidak bisa mengalir secara continue) (Anonim, 2013). Fluida adalah gugusan yang tersusun atas molekul - molekul dengan jarak pisah yang cukup besar untuk gas dan jarak pisah yang cukup kecil untuk zat cair. Molekul - molekul tersebut tidak dapat terikat pada suatu sisi, melainkan zat-zat tersebut saling bergerak bebas terhadap satu dengan yang lainnya (Anonim, 2013). Fluida merupakan salah zat-zat yang bisa mengalir yang mempunyai partikel kecil sampi kasat mata dan mereka dengan mudah untuk bergerak serta berubah-ubah bentuk tanpa pemisahan massa (Anonim, 2013). Ketahanan fluida terhadap perubahan bentuk sangat kecil sehingga fluida dapat dengan mudah mengikuti bentuk ruang (Anonim, 2013). Fluida adalah zat yang berubah bentuk secara terus menerus bila terkena tegangan geser suatu fluida adalah suatu zat yang mengembanghingga memenuhi bejana. Fluida selalu mengalir bila dikenai bekas pengubah zat cair, fluida diartikan dengan mempunyai volume tertentu tapi bentuk tertentu itu mengalir menyesuaikan dengan bentuk wadah. Zat cair mempunyai volume tertentu Dalam fluida ternyata gaya yang dibutuhkan (F), sebaliknya dengan luas fluida yang bersentuhan dengan setiap lempeng (A), dan dengan laju (V) untuk luas penampang keping A adalah F.ZAV (Ghozian, 2008). Adapun jenis cairan dibedakan menjadi dua tipe, yaitu cairan newtonian dan nonnewtonian. 1. Cairan Newtonian Cairan newtonian adalah cairan yang viskositasnya tidak berubah dengan berubahnya gaya irisan, ini adalah aliran kental (viscous) sejati. Contohnya: Air, minyak, sirup, gelatin, dan lain-lain. Shear rate atau gaya pemisah viskositas berbanding lurus dengan shear stresss secara proporsional dan viskositasnya

II-1

II-2 Bab II Tinjauan Pustaka merupakan slope atau kemiringan kurva hubungan antara shear rate dan shear stress. Viskositas tidaktergantung shear rate dalam kisaran aliran laminar (aliran streamline dalam suatu fluida). Cairan newtonian ada 2 jenis, yang viskositasnya tinggi disebut Viscous dan yang viskositasnya rendah disebut Mobile(Imfrantoni, 2006). 2. Cairan Non-Newtonian Yaitu cairan yang viskositasnya berubah dengan adanya perubahan gaya irisan dan dipengaruhi kecepatan tidak linear.Cairan mempunyai gaya gesek yang lebih besar untuk mengalir daripada gas, hingga cairan mempunyai koefisien viskositas yang lebih besar daripada gas. Viskositas gas bertambah dengan naiknya temperatur, sedang viskositas cairan turun dengan naiknya temperatur (Imfrantoni,
2006).

Viskositas dapat dinyatakan sebagai tahanan aliran fluida yang merupakan gesekan antara molekul molekul cairan satu dengan yang lain. Jadi, semakin kental cairan semakin tinggi juga viskositas cairan tersebut. Namun, juga dapat diartikan sebagai indeks hambatan alir cairan. Beberapa zat cair dan gas mempunyai sifat daya tahan terhadap aliran ini, dinyatakan dengan Koefisien Viskositas (Gina, 2009). Pengertian viskositas fluida (zat cair) adalah gesekan yang ditimbulkan oleh fluida yang bergerak, atau benda padat yang bergerak didalam fluida. Besarnya gesekan ini biasa juga disebut sebagai derajat kekentalan zat cair. Jadi semakin besar viskositas zat cair, maka semakin susah benda padat bergerak didalam zat cair tersebut. Viskositas dalam zat cair, yang berperan adalah gaya kohesi antar partikel zat cair (Gina, 2009). Viskositas suatu fluida adalah sifat yang menunjukkan besar dan kecilnya tahan dalam fluida terhadap gesekan. Fluida yang mempunyai viskositas rendah, misalnya air mempunyai tahanan dalam terhadap gesekan yang lebih kecil dibandingkan dengan fluida yang mempunyai viskositas yang lebih besar
(Anonim, 2009).

Gejala ini dapat dianalisis dengan mengintrodusir suatu besaran yang disebut kekentalan atau viskositas (viscosity). Oleh karena itu, viskositas berkaitan dengan gerak relatif antar bagian-bagian fluida, maka besaran ini dapat dipandang sebagai ukurantingkat kesulitan aliran fluida tersebut. Makin besar kekentalan suatu fluida makin sulit fluida itu mengalir (Anonim, 2010). Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

II-3 Bab II Tinjauan Pustaka Adanya zat terlarut makromolekul akan menaikkan viskositas larutan. Bahkan pada konsentrasi rendahpun, efeknya besar karena molekul besar mempengaruhi aliran fluida pada jarak yang jauh. Viskositas intrinsik merupakan analog dari koefisien virial dan mempunyai dimensi =[1/konsentrasi]
(Atkins, 1996).

Viskositas suatu cairan murni atau larutan merupakan indeks hambatan alir cairan. Viskositas dapat diukur dengan mengukur laju aliran cairan yang melalui tabung berbentuk silinder. Cara ini merupakan salah satu cara yang paling mudah dan dapat digunakan baik untuk cairan maupun gas (Anonim,2009). Aliran cairan dapat dikelompokkan ke dalam dua tipe. Yang pertama adalah aliran laminar atau aliran kental, yang secara umum menggambarkan laju aliran kecil melalui sebuah pipa dengan garis tengah kecil. Aliran yang lain adalah aliran turbulen, yang menggambarkan laju aliran yang besar melalui pipa dengan diameter yang lebih besar (Maroon, 1990). Viskositas cairan adalah fungsi dari ukuran dan permukaan molekul, gaya tarik menarik antar molekul dan struktur cairan. Tiap molekul dalam cairan dianggap dalam kedudukan setimbang, maka sebelum sesuatu lapisan melewati lapisan lainnya diperlukan energi tertentu. Sesuai hukum distribusi Maxwell-Boltzmann, jumlah molekul yang memiliki energi yang diperlukan untuk mengalir, dihubungkan oleh faktor e-E/RT dan viskositas sebanding dengan e-E/RT. Secara kuantitatif pengaruh suhu terhadap viskositas dinyatakan dengan persamaan empirik. h = A e-E/RT

(Gina, 2010).

A merupakan tetapan yang sangat tergantung pada massa molekul relatif dan volume molar cairan dan E adalah energi ambang per mol yang diperlukan untuk proses awal aliran (Anonim, 2009). Pada hukum aliran viskositas, Newton menyatakan hubungan antara gaya gaya mekanika dari suatu aliran viskositas sebagai geseran dalam (viskositas) fluida adalah konstan sehubungan dengan gesekannya. Dalam pergesekan ini dipengaruhi oleh molekul-molekul yang menyusun suatu fluida. Jadi molekul-molekul yang membentuksuatu fluida saling gesek-menggesek ketika fluida tersebut mengalir. Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

II-4 Bab II Tinjauan Pustaka Selain itu, viskositas juga disebabkan oleh adanya gaya kohesi (gaya tarik menarik antara molekul sejenis). Sedangkan dalam zat gas, viskositas disebabkan oleh tumbukan antara molekul. Jadi, viskositas semakin rendah, misalnya air mempunyai tahanan dalam terhadap gesekan yang lebih kecil dibandingkan dengan fluida yang mempunyai viskositas yang lebih besar (Anonim, 2009). Gaya
A cm2

Kecepatan V cm/detik

F dyne

L cm

A cm2

Kecepatan V cm/detik

Gambar II.1 Konsep Dua Fluida Sejajar Gambar diatas merupakan 2 lapisan fluida sejajar dengan masing-masing mempunyai luas A cm2 dan jarak kedua lapisan L cm. Bila lapisan atas bergerak sejajar dengan lapisan bawah pada kecepatan V cm/detik relatif terhadap lapisan bawah, supaya fluida tetap mempunyai kecepatan V cm/detik maka harus bekerja suatu gaya sebesar F dyne (Anonim, 2007). Persamaannya:
F

.V . A
L

Keterangan:

= Tetapan viscositas (gr/cm.detik)

(Anonim, 2000).
F .L V .A

Viskositas didefinisikan besarnya gaya tiap cm2 yang diperlukan supaya terdapat perbedaan kecepatan sebesar 1 cm tiap detik untuk 2 lapisan zat cair yang paralel dengan jarak 1 cm. Viskositas dapat dihitung dengan rumus Poiseville.Hukum ini digunakan untuk menentukan distribusi kecepatan dalam arus laminer melalui pipa silindris dan menentukan jumlah cairan yang keluar perdetik (Anonim, 2006).

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

II-5 Bab II Tinjauan Pustaka

Keterangan: T = Waktu alir (detik)

R4
8LV

P = Tekanan yang menyebabkan zat cair mengalir ( dyne / cm 3 ) V= Volume zat cair (liter) L = Panjang pipa (cm)

= Koefisien Viscositas (centipoise)


R = Jari-jari pipa dialiri cair (cm)
(Anonim, 2000).

Makin besar kekentalannya, makin sukar zat cair itu mengalir dan bila makin encer makin mudah mengalir.

Keterangan : Q = Fluiditas
(Anonim, 2009).

Fluiditas yaitu kemudahan suatu zat cair untuk mengalir. Dari rumus diatas dapat dilihat bahwa fluiditas berbanding terbalik dengan kekentalan (koefisien viskositas). Zat cair mempunyai beberapa sifat sebagai berikut : a) Apabila ruangan lebih besar dari volume zat cair akan terbentuk permukaan bebas horizontal yang berhubungan dengan atmosfer. b) Mempunyai rapat masa dan berat jenis. c) Dapat dianggap tidak termampatkan. d) Mempunyai viskositas (kekentalan). e) Mempunyai kohesi, adesi dan tegangan permukaan. Faktor- faktor yang mempengaruhi viskositas adalah sebagai berikut : a.) Tekanan Viskositas cairan naik dengan naiknya tekanan, sedangkan viskositas gas tidak dipengaruhi oleh tekanan. b.) Temperatur Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

II-6 Bab II Tinjauan Pustaka Viskositas akan turun dengan naiknya suhu karena molekul-molekul cairan bergerak sehingga gaya interaksi antar molekul melemah, sedangkan viskositas gas naik dengan naiknya suhu. Dengan demikian viskositas cairan akan turun dengan kenaikan temperatur. c.) Ukuran dan berat molekul Viskositas naik dengan naiknya berat molekul serta adanya ikatan rangkap semakin banyak. Misalnya laju aliran alkohol cepat, larutan minyak laju alirannya lambat dan kekentalannya tinggi serta laju aliran lambat sehingga viskositas juga tinggi. d.) Kekuatan antar molekul Viskositas air naik denghan adanya ikatan hidrogen, viskositas CPO dengan gugus OH pada trigliseridanya naik pada keadaan yang sama (Anonim, 2010). Cara menentukan viskositas suatu zat menggunakan alat yang dinamakan viskometer. Ada beberapa tipe viskometer yang biasa digunakan, antara lain : a) Viskometer kapiler / Ostwald Viskositas dari cairan yang ditentukan dengan mengukur waktu yang dibutuhkan bagi cairan tersebut untuk lewat antara 2 tanda ketika mengalir karena gravitasi melalui viskometer Ostwald. Waktu alir dari cairan yang diuji dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan bagi suatu zat yang viskositasnya sudah diketahui (biasanya air) untuk lewat 2 tanda tersebut (Lutfy, 2007). b) Viskometer Hoppler Berdasarkan hukum Stokes pada kecepatan bola maksimum, terjadi keseimbangan sehingga gaya gesek = gaya berat gaya archimedes. Prinsip kerjanya adalah menggelindingkan bola ( yang terbuat dari kaca ) melalui tabung gelas yang berisi zat cair yang diselidiki. Kecepatan jatuhnya bola merupakan fungsi dari harga resiprok sampel. Berdasarkan hukum Stokesyaitu pada saat kecepatan bolamaksimum,terjadi kesetimbangan sehingga gaya gesek sama dengan gaya berat archimedes. Dalam fluida regangan geser selalu bertambah dan tanpa batas sepanjang tegangan yang diberikan.Tegangan tidak bergantung pada regangan geser tetapi tergantung pada laju perubahannya. Laju perubahan regangan juga disebut laju regangan (Young, 2009).

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

II-7 Bab II Tinjauan Pustaka Laju perubahan regangan geser = laju regangan. Rumus tersebut dapat defenisikan viskositas fluida, dinotasikan dengan ( eta ), sebagai rasio tegangan geser dengan laju regangan : h = Tegangan geser Laju regangan
(Anonim, 2009) .

Mempelajari gerak bola yang jatuh ke dalam fluida kental, walaupun ketika itu hanya untuk mengetahui bahwa gaya kekentalan pada sebuah bola tertentu di dalam suatu fluida tertentu berbandingan dengan kecepatan relatifnya. Bila fluida sempurna yang viskositasnya nol mengalir melewati sebuah bola, atau apabila sebuah bola bergerak dalam suatu fluida yang diam, gari-garis arusnya akan berbentuk suatu pola yang simetris sempurna di sekeliling bola itu. Tekanan terhadap sembarang titik permukaan bola yang menghadap arah alir datang tepat sama dengan tekanan terhadap titik lawan. Titik tersebut pada permukaan bola menghadap kearah aliran, dan gaya resultan terhadap bola itu nol (Anonim,2008). c) Viskometer Cup dan Bob Prinsip kerjanya sample digeser dalam ruangan antara dinding luar dari bob dan dinding dalam dari cup dimana bob masuk persis ditengah-tengah. Kelemahan viscometer ini adalah terjadinya aliran sumbat yang disebabkan geseran yang tinggi di sepanjang keliling bagian tube sehingga menyebabkan penurunan konsentrasi. Penurunan konsentras ini menyebabkab bagian tengah zat yang ditekan keluar memadat. Hal ini disebut aliran sumbat (Anonim, 2008). d) Viskometer Cone dan Plate Cara pemakaiannya adalah sampel ditempatkan ditengah-tengah papan, kemudian dinaikkan hingga posisi di bawah kerucut. Kerucut digerakkan oleh motor dengan bermacam kecepatan dan sampelnya digeser di dalam ruang semitransparan yang diam dan kemudian kerucut yang berputar (Anonim, 2008.). Nilai viskositas dinyatakan dalam viskositas spesifik, kinematik dan intrinsik. Viskositas spesifik ditentukan dengan membandingkan secara langsung kecepatan aliran suatu larutan dengan pelarutnya (Anonim, 2009). Viskositas kinematik diperoleh dengan memperhitungkan densitas larutan. Baik viskositas spesifik maupun kinematik dipengaruhi oleh konsentrasi larutan. Pengukuran viskositas dilakukan dengan menggunakan viskometer Ubbelohde yang Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

II-8 Bab II Tinjauan Pustaka termasuk jenis viskometer kapiler. Untuk penentuan viskometer larutan polimer, viskometer kapiler yang paling tepat adalah viskometer Ubbelohde (Anonim, 2009). Rapat massa suatu bahan yang homogen didefinisikan sebagai massanya per satuan volum. Berat jenis suatu bahan ialah perbandingan rapat massa bahan itu terhadap rapat massa air. Massa jenis zat merupakan perbandingan antara massa zat dengan volume zat (Anonim, 2009). Untuk zat cair massa jenis zat dapat ditentukan dengan cara membandingkan dua zat cair yang mempunyai tekanan hidrostatis sama, dengan asumsi bahwa zat cair pertama sudah diketahui massa jenisnya dan zat cair kedua akan ditentukan massa jenisnya (Anonim, 2009).

Gambar II.2. Alat ukur massa jenis Anggap saja kedua zat cair ditempatkan pada pipa A dan pipa B.

Jika menggunakan rumus Bernoulli ialah rumus dasar hidrodinamika untuk cairan yang mengalir sepanjang pipa, maka: P o + A g h A+
1 1 vA2 = Po + B g hB+ vB2 2 2

Misal untuk cairan dalam bejana v = 0, ( v = kecepatan )

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

II-9 Bab II Tinjauan Pustaka

Po + Ag hA+ 1 vA2 = Po + B g hB+ 1 vB2


2 2

Po - Po =

Bg hB

A g hA

B = ( hb ) A
ha
(Anonim, 2007).

Viskositas (kekentalan) adalah suatu sifat cairan yang berhubungan erat dengan hambatanuntuk mengalir, dimana makin tinggi kekentalan maka makin besar hambatannya. Kekentalan didefinisikan sebagai gaya yang diperlukan untuk menggerakkan secara berkesinambungan suatu permukaan datar melewati permukaan datar lain dalam kondisi mapan tertentu bila ruang diantara permukaan tersebut diisi dengan cairan yang akan ditentukan kekentalannya (Anonim, 2009). Viskositas (kekentalan) dapat dianggap sebagai gesekan dibagian dalam suatu fluida. Hal ini disebabkan oleh sifat kekentalan (viskositas) fluida tersebut. Koefisien kekentalan suatu fluida (cairan) dapat diperoleh dengan menggunakan percobaan bola jatuh didalam fluida tersebut. Gaya gesek yang bekerja pada suatu benda relatif terhadap suatu fluida akan sebanding dengan kecepatan relatif benda terhadap fluida: F = -b. v Keterangan: F = gaya gesek yang dialami benda b = kosntanta gesekan v = kecepatan benda
(Anonim, 2009) .

Koefisien viskositas fluida , didefinisikan sebagai perbandingan antara tegangan luncur (F/A) dengan kecepatan perubahan regangan luncur (v/l). Secara matematis, persamaannya ditulis sebagai berikut. = (F/A) / (v/l) F = A(v/l) Keterangan: = (tegangan luncur / cepat perubahan tegangan luncur)
(Anonim, 2009) .

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

II-10 Bab II Tinjauan Pustaka Poiseuille dan Poise adalah satuan viskositas dinamis, juga disebut viskositas absolut. 1 Poiseulle (PI) = 10 Poise (P) = 1.000 cP. Benda yang bergerak dalam fluida kental mengalami gaya gesek yang besarnya dinyatakan dengan persamaan: Ff = v(A/l) = kv
(Anonim, 2009)

Berdasarkan perhitungan laboratorium, pada tahun 1845, Sir George Stoker menunjukkan bahwa untuk benda yang bentuk geometrisnya berupa bola nilai k=6-R. Ff = 6 r R v
(Anonim, 2009)

Persamaan diatas dikenal sebagai Hukum Stokes. Gaya gesek dalam zat cair tergantung pada koefisien viskositas, kecepatan relatif benda terhadap zat cair, serta ukuran dan bentuk geometris benda. Jika sebuah benda berbentuk bola (kelereng) jatuh bebas dalam suatu fluida kental, kecepatannya akan bertambah karena pengaruh gravitasi Bumi hingga mencapai suatu kecepatan terbesar yang tetap. Kecepatan terbesar yang tetap tersebut dinamakan kecepatan terminal. Pada saat kecepatan terminal tercapai, berlaku keadaan sebagai berikut: F = 0 Ff + FA = mg Ff = mg FA 6rRvT = b.Vb.g f.Vf.g vT = [g.Vb(b f) ] / [6r]
(Anonim, 2009)

Pada benda berbentuk bola, volumenya vb = 4/3 r3 sehingga diperoleh persamaan vT =(2r2g) (b f) / (9) dengan: vt = kecepatan terminal (m/s), Ff = gaya gesek (N), FA = gaya ke atas (N), b= massa jenis bola (kg/m2), dan f= massa jenis fluida (kg/m3).
(Anonim, 2009)

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

II-11 Bab II Tinjauan Pustaka Khusus untuk benda yang berbentuk bola dan bergerak dalam fluida yang sifatsifatnya tetap, gaya gesekan tersebut memenuhi hukum Stokes sebagai berikut : F = -6 r v Keterangan:

= koefisienviskositasfluida
R = jarijari bola
(Gina, 2010)

Suatu jenis cairan yang mudah mengalir dapat dikatakan memiliki viskositas yang rendah, dan sebaliknya bahan bahan yang sulit mengalir dikatakan memiliki viskositas yang tinggi. Pada hukum aliran viskositas, Newton menyatakan hubungan antara gaya gaya mekanika dari suatu aliran viskos sebagai geseran

dalam (viskositas) fluida adalah konstan sehubungan dengan gesekannya. Hubungan tersebut berlaku untuk fluida Newtonian, dimana perbandingan antara tegangan geser (s) dengan kecepatan geser (g) nya konstan. Parameter inilah yang disebut dengan viskositas. Aliran viskos dapat digambarkan dengan dua buah bidang sejajar yang dilapisi fluida tipis diantara kedua bidang tersebut. Suatu bidang permukaan bawah yang tetap dibatasi oleh lapisan fluida setebal h, sejajar dengan suatu bidang permukaan atas yang bergerak seluas A. Jika bidang bagian atas itu ringan, yang berarti tidak memberikan beban pada lapisan fluida dibawahnya, maka tidak ada gaya tekan yang bekerja pada lapisan fluida. Suatu gaya F dikenakan pada bidang bagian atas yang menyebabkan bergeraknya bidang atas dengan kecepatan konstan v, maka fluida dibawahnya akan membentuk suatu lapisan lapisan yang saling bergeseran. Setiap lapisan tersebut akan memberikan tegangan geser (s)

sebesar F/A yang seragam dengan kecepatan lapisan fluida yang paling atas sebesar v dan kecepatan lapisan fluida paling bawah sama dengan nol, maka kecepatan geser (g) pada lapisan fluida di suatu tempat pada jarak y dari bidang tetap dengan tidak adanya tekanan fluida (Anonim, 2006). Sebenarnya ada dua kuantitas yang disebut viskositas. Kuantitas yang ditentukan di atas kadang-kadang disebut viskositas dinamik, viskositas absolut, atau viskositas sederhana untuk membedakannya dari kuantitas lain, namun biasanya hanya disebut viskositas. Kuantitas lain disebut viskositas kinematik (diwakili oleh simbol ) adalah rasio viskositas fluida untuk densitasnya (Anonim, 2009). Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

II-12 Bab II Tinjauan Pustaka Viskositas Kinematik adalah ukuran dari arus resistif dari fluida di bawah pengaruh gravitasi. Hal ini sering diukur dengan menggunakan perangkat yang disebut viskometer kapiler pada dasarnya adalah bisa lulus dengan tabung sempit di bagian bawah. Bila dua cairan volume sama ditempatkan di viskometer kapiler identik dan dibiarkan mengalir di bawah pengaruh gravitasi, cairan kental memerlukan waktu lebih lama daripada kurang cairan kental mengalir melalui selang (Anonim, 2009). Hukum Stokes di atas berlaku bila : 1. Fluida tidak berolak (tidak terjadi turbulensi). 2. Luas penampang tabung tempat fluida cukup besar dibanding ukuran bola. Viskositas (kekentalan) dapat dianggap sebagai desakan dibagian dalam suatu fluida. Karena adanya suatu viskositas ini, maka untuk menggerakkan salah satu lapisan fluida di atas maka untuk menggerakkan salah satu lapisan fluida di atas lapisan lainnya, atau supaya satu permukaan dapat meluncur di atas permukaan lainnya bila di antara permukaan-permukaan ini terdapat lapisan fluida, haruslah dikerjakan gaya. Baik zat cair maupun gas mempunyai viskositas; hanya saja zat cair lebih kental daripada gas (Anonim, 2009). Cairan mempunyai gaya gesek yang lebih besar untuk mengalir daripada gas, hingga cairan mempunyai koefisien viskositas yang lebih besar daripada gas. Viskositas gas bertambah dengan naiknya temperatur, sedang viskositas cairan turun dengan naiknya temperatur. Koefisien viskositas gas pada tekanan tidak terlalu besar, tidak tergantung tekanan, tetapi untuk cairan naik dengan naiknya tekanan
(Anonim, 2007).

Viskositas merupakan fungsi dari waktu yang artinya dengan bertambahnya waktu viskositas semakin meningkat. Sifat ini penting diketahui sewaktu material cetak dicampur atau saat dimasukkan ke dalam mulut karena viskositas material cetak kosistensi light pada 5 menit setelah pencampuran akan sama dengan kosistensi regular pada 3 menit (Anonim, 2010). Tempat dua teknik utama untuk mengukur viskositas gas. Teknik pertama bergantung pada laju peredaman osilasi puntir dari piringan yang tergantung dalam gas, yaitu konstanta waktu untuk pengurangan gerakan harmonis yang bergantung pada viskositas dan rancangan peralatannya. Teknik kedua didasarkan pada rumus poseuille untuk laju aliran fluida melalui pipa dengan radius r (Anonim,2009).

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

II-13 Bab II Tinjauan Pustaka Beberapa cairan mengalir ,dengan alasan yang lain mengalir dengan sangat mudah. Hambatan dari zat cair untuk mengalir terhadap suatu lapisan lainnya disebut viskositas. Semakin besar viskositas, maka semakin lambat pula suatu zat cair mengalir. Viskositas adalah bagian dari tempat dengan yang mana molekul suatu akan menyatu dengan molekul yang lainnya (Anonim, 2009). Viskositas kinematik diperoleh dengan mempertimbangkan densitaslarutan. Viskositas spesifik dan kinematik dipengaruhi oleh konsentrasi larutan.Viskositas intrinsik dihitung dari perbandingan antara viskositas spesifik dengan konsentrasi larutan (_sp/C) yang diekstrapolasi sehingga nilai konsentrasi larutan mendekati nol. Dengan demikian nilai kelarutan tidak berpengaruh terhadap viskositas intrinsik
(Anonim, 2009).

Viskositas cairan juga dapat ditentukan berdasarkan jatuhnya benda melalui medium zat cair, yaitu berdasarkan hukum Stokes. Dimana benda bulat dengan radius r dan rapat d, yang jatuh karena gaya gravitasi melalui fluida dengan rapat dm/db, akan dipengaruhi oleh gaya gravitasi sebesar: F1 = 4/3 r3 ( d-dm ) g
(Anonim, 2009).

Tabel II.1 Tabel Perbedaan Viskositas cairan dan Viskositas gas: Jenis Perbedaan Gaya gesek Viskositas Cairan Lebih besar untuk mengalir Viskositas Gas Lebih kecil disbanding viskositas cairan Lebih kecil

Koefisien viskositas

Lebih besar

Temperatur

Temperatur naik,viskositas turun

Temperatur naik,viskositas naik

Tekanan

Tekanan naik,viskositas naik

Tidak tergantung tekanan

(Anonim, 2009).

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

II-14 Bab II Tinjauan Pustaka Fluida yang ada dalam kehidupan sehari-hari adalah fluida sejati. Oleh karena itu, bahasan mengenai viskositas hanya akan Anda temukan pada fluida sejati, yaitu fluida yang memiliki sifat-sifat sebagai berikut. a. Dapat dimampatkan (kompresibel); b. Mengalami gesekan saat mengalir (memiliki viskositas) dan alirannya turbulen. Zat cair dan gas memiliki viskositas, hanya saja zat cair lebih kental (viscous) daripada gas. Dalam penggunaan sehari-hari, viskositas dikenal sebagai ukuran ketahanan oli untuk mengalir dalam mesin kendaraan. Viskositas oli didefinisikan dengan nomor SAES (Society of Automotive Engineers). Contoh pada sebuah pelumas tertulis API SERVICE SJ SAE 20W 50
(Saipudin,2011).

Klasifikasi service minyak pelumas ini dikembangkan oleh API (American Petroleum Institute) yang menunjukkan karakteristik service minyak pelumas dari skala terendah (SA) sampai skala tertinggi (SJ) untuk mesin-mesin berbahan bakar bensin.

Gambar II.3Konsep Viskositas Fluida Cair


(Saipudin,2011).

Di dalam aliran kental kita dapat memandang persoalan tersebut seperti tegangan dan regangan pada benda padat. Kenyataannya setiap fluida baik gas maupun zat cair mempunyai sifat kekentalan karena partikel di dalamnya saling menumbuk. Bagaimana kita menyatakan sifat kekentalan tersebut secara kuantitatif atau dengan angka, sebelum membahas hal itu kita perlu mengetahui bagaimana cara membedakan zat yang kental dan kurang kental dengan cara kuantitatif. Salah satu alat yang digunakan untuk mengukur kekentalan suatu zat cair adalah viskometer Apabila zat Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

II-15 Bab II Tinjauan Pustaka cair tidak kental maka koefesiennya sama dengan nol sedangkan pada zat cair kental bagian yang menempel dinding mempunyai kecepatan yang sama dengan dinding. Bagian yang menempel pada dinding luar dalam keadaan diam dan yang menempel pada dinding dalam akan bergerak bersama dinding tersebut. Lapisan zat cair antara kedua dinding bergerak dengan kecepatan yang berubah secara linier sampai V. Aliran ini disebut aliran laminer (Anonim, 2010). Aliran zat cair akan bersifat laminer apabila zat cairnya kental dan alirannya tidak terlalu cepat. Kita anggap gambar di atas sebagai aliran sebuah zat cair dalam pipa, sedangkan garis alirannya dianggap sejajar dengan dinding pipa. Karena adanya kekentalan zat cair yang ada dalam pipa, maka besarnya kecepatan gerak partikel yang terjadi pada penampang melintang tidak sama besar. Keadaan tersebut terjadi dikarenakan adanya gesekan antar molekul pada cairan kental tersebut, dan pada titik pusat pipa kecepatan yang terjadi maksimum (Anonim, 2010).

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

III-1

BAB III METODOLOGI PERCOBAAN


III.1. Variabel Percobaan Variabel Bebas : Bahan Suhu Variabel Kontrol Variabel Terikat : Aquadest, Santan Kara, Susu kental Indomilk : 30 oC, 35 oC, dan 40 oC : Volume : Suhu

III.2 Bahan yang digunakan 1. Aquadest 2. Santan Kara 3. Susu Kental Indomilk

III.3 Alat yang digunakan 1. Beaker Glass 2. Erlenmayer 3. Gelas ukur 4. Pemanas Elektrik 5. Piknometer 6. Pipet tetes 7. Termometer 8. Timbangan elektrik 9. Stopwatch 10. Viskometer Ostwald

III.4

Prosedur Percobaan

III.4.1 Percobaan Viskositas Cairan 1. Memasukkan aquadest ke dalam viskometer Ostwald yang diletakkan dalam water bath dan mengkondisikan cairan pada variabel suhu 30oC 2. Menghisap aquadest sehingga melewati batas atas pada viskometer Ostwald. 3. Membiarkan aquadest mengalir ke bawah hingga tepat pada batas atas.

III-2 BAB III Metodologi Percobaan 4. Mencatat waktu yang diperlukan larutan untuk mengalir dari batas atas ke batas bawah viskometer Ostwald dengan menggunakan stopwatch. 5. Mengulangi langkah 1-4 dengan mengganti aquadest dengan Susu Kental Indomilk dan Santan Kara dalam variabel suhu 35oC dan 40oC III.4.2 Perhitungan Densitas 1. Mengkondisikan cairan pada suhu 30oC. 2. Menimbang massa piknometer 100 ml kosong menggunakan timbangan analit. 3. Memasukkan aquadest yang telah diukur ke dalam piknometer. 4. Mengukur aquades sebanyak 10 ml dengan menggunakan gelas ukur 5. Menimbang massa total piknometer dan aquadest. 6. Mencari massa cairan dengan cara mencari selisih massa antara massa total dan massa piknometer kosong. 7. Mencari densitas aquadest dengan cara membagi massa aquadest dengan volume larutan pada piknometer 8. Mengulangi langkah 1-7 dengan mengganti aquadest dengan Susu Kental Indomilk dan Santan Kara dalam variabel suhu 35oC dan 40oC

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

III-3 BAB III Metodologi Percobaan III.5 Diagram Alir Percobaan

III.5.1 Diagram Alir Percobaan Viskositas Cairan MULAI

Memasukkan aquadest ke dalam viskometer Ostwald yang diletakkan dalam water bath dan mengkondisikan cairan pada variabel suhu 30oC

Menghisap aquades sehingga melewati batas atas pada viskometer Ostwald.

Membiarkan aquadest mengalir ke bawah hingga tepat pada batas atas.

Mencatat waktu yang diperlukan larutan untuk mengalir dari batas atas ke batas bawah viskometer Ostwald dengan menggunakan stopwatch.

Mengulangi langkah 1-4 dengan mengganti aquadest dengan Susu Kental Indomilk dan Santan Kara dalam variabel suhu 35oC dan 40oC

SELESAI

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

III-4 BAB III Metodologi Percobaan III.5.2 Diagram Alir Perhitungan Densitas MULAI

Mengkondisikan cairan pada suhu 30oC

Menimbang massa piknometer kosong menggunakan timbangan analit

Memasukkan aquadest yang telah diukur ke dalam piknometer

Mengukur aquadest sebanyak 10 ml dengan menggunakan gelas ukur

Menimbang massa total piknometer dan aquadest

Mencari massa cairan dengan cara mencari selisih massa antara massa total dan massa piknometer kosong

Mencari densitas aquadest dengan cara membagi massa aquadest dengan volume larutan pada piknometer

Mengulangi langkah 1-7 dengan mengganti aquadest dengan Susu Kental Indomilk dan Santan Kara dalam variabel suhu 35oC dan 40oC

SELESAI

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

III-5 BAB III Metodologi Percobaan III.6 Gambar Alat Percobaan

Pipet Tetes

Termometer

Piknometer Viskometer Oswald

Erlenmayer

Gelas Ukur

Timbangan Elektrik

Stopwatch

Pemanas Elektrik

Beaker Glass

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Hasil Percobaan Dari percobaan, dapat diperoleh data sebagai berikut : Tabel IV.1.1 Hasil Percobaan Viskositas Variabel Suhu ( oC ) 30 Aquadest 35 40 Santan Kara 30 35 40 Susu Kental Indomilk 30 35 40 Waktu (t) (s) 1,5 1,2 1 34,6 49,6 53,6 561 225 120 Waktu (t) (s) 1,5 1,4 1,1 36 42,8 51,7 552 230 197 Waktu rata-rata (t) (s) 1,5 1,3 1,05 35,3 46,2 52,65 556,5 227,5 158,5

Tabel IV.1.2 Perhitungan Densitas Cairan Massa Variabel Piknometer ( gr ) Suhu ( C) 30 Aquadest 50,5 35 40 30 Santan Kara Susu Kental Indomilk 50,5 50,5 35 40 30 35 40
o

Massa Pikno dan Variabel ( gr ) 59 58 58 60,5 57 58 63 62 60

Volume ( ml ) 10 10 10 10 10 10 10 10 10

Densitas ( gr /ml ) 0,85 0,75 0,75 1 0,65 0,75 1,25 1,15 0,95

IV-1

IV-2 Bab IV Hasil dan Pembahasan Tabel IV.1.3 Perhitungan Viskositas Cairan Suhu Waktu Volume R Variabel ( oC ) (s) ( ml ) (cm) 30 Aquadest 35 40 30 Santan Kara Susu Kental Indomilk 35 40 30 35 40 1,5 1,3 1,05 35,3 46,2 52.65 556,5 227,5 158,5 10 10 10 10 10 10 10 10 10 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3

L (cm) 3 3 3 3 3 3 3 3 3

P (dyne/cm) 1013253,93 1013253,93 1013253,93 1013253,93 1013253,93 1013253,93 1013253,93 1013253,93 1013253,93

Viskositas ( cp ) 161,07 139,9 112,75 3.790,5 4.960,94 5.648,17 59.756,74 24.428,85 17.019,66

IV.2 Pembahasan Percobaan pada Viskositas atau kekentalan ini bertujuan untuk mengetahui harga koefisien viskositas dari aquadest, Susu kental Indomilk, dan Santan Kara dengan variabel suhu yang telah ditentukan yaitu sebesar 30oC, 35oC, dan 40oC. Selain itu percobaan ini juga bertujuan untuk menghitung nilai densitas dari aquadest, susu kental Indomilk dan santan Kara dengan variabel suhu sebesar 30oC, 35oC, dan 40oC. Sehingga dari percobaan ini akan didapatkan hubungan antara suhu dengan viskositas dan densitas zat cair.
0,86 0,84 0,82 0,8 0,78 0,76 0,74 0,72 0,7 30 35 40

Densitas ( g/ml)

Aquadest

Suhu oC Grafik IV.2.1 Hubungan antara Suhu Dengan Densitas Aquadest

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

IV-3 Bab IV Hasil dan Pembahasan Berdasarkan grafik IV.2.1 dapat dilihat bahwa hubungan antara suhu dengan densitas aquadest diperoleh data pada saat suhu 30C densitasnya sebesar 0,85 g/ml, suhu 35C densitasnya sebesar 0,75 g/ml, dan pada saat suhu 40C densitasnya sebesar 0,75 g/ml. Hal ini tidak sesuai dengan data densitas dari literatur pada tabel IV.1.3 yang menyatakan bahwa pada suhu 30C densitas aquadest sebesar 0,99744 g/ml, untuk suhu 35C didapat densitas aquadest sebesar 0,99582 g/ml. Sedangkan pada suhu 40 C densitas aquadest sebesar 0,99400 g/ml. Ketidaksesuaian ini dikarenakan oleh faktor massa dan volume dalam perhitungan yang berbeda. Hal ini terjadi pada saat penimbangan massa piknometer dan massa aquadest dalam neraca analit yang kurang akurat, selain itu perhitungan volume dalam gelas ukur yang kurang teliti dapat mempengaruhi proses pehitungan densitas. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi suhu maka densitasnya relatif semakin menurun. Hal ini dikarenakan pada saat suhu menigkat, molekul dalam zat cair akan bergerak cepat dikarenakan tumbukan antar molekul, sehingga molekul dalam zat cair menjadi merenggang dan massa jenis akan semakin kecil. Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa semakin tinggi suhu semakin rendah densitasnya (Wikipedia, 2010). Tabel IV.1.4 Data Densitas dan Viskositas Aquadest Temperatur (C) Densitas (g/ml) 70 0,97954 65 60 55 50 45 40 35 30 25
(Korson & Drost-Hansen)

Viskositas ( cp ) 0.4045 0.4336 0.4664 0.5033 0.5456 0.5943 0.6510 0.7171 0,7945 0,8876

0,98233 0,98498 0,98747 0,98982 0,99199 0,99400 0,99582 0,99744 0,99884

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

IV-4 Bab IV Hasil dan Pembahasan

1,2 1

Densitas (g/ml)

0,8 0,6 0,4 0,2 0 20 30 40

Santan Kara

Suhu (C) Grafik IV.2.2 Hubungan antara Suhu Dengan Densitas Santan Kara Berdasarkan grafik IV.2.2 dapat dilihat bahwa hubungan antara suhu dengan densitas santan Kara diatas diperoleh data pada saat suhu 30C densitasnya sebesar 1g/ml, pada saat suhu 35C densitasnya sebesar 0,65 g/ml, dan pada saat suhu 40C densitasnya sebesar 0,75 g/ml. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa densitas mengalami perubahan yang fluktual atau naik turun ketika suhu ditingkatkan. Hal ini tidak sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa semakin tinggi suhu semakin rendah densitasnya (Wikipedia, 2010). Ketidaksesuain ini diakibatkan karena kurang akuratnya dalam mengamati dan mengukur suhu aquadest dan kurang telitinya dalam menghitung massa santan Kara dan massa piknometer sehingga dalam menganalisis hasil praktikum, didapat hasil perhitungan densitas yang tidak sesuai dengan literatur.
1,4 1,2 1 0,8 0,6 0,4 0,2 0 30 35 40

Densitas ( g/ml)

Susu Kental Indomilk Suhu (C)

Grafik IV.2.3 Hubungan antara Suhu dengan Densitas Susu Kental Indomilk Berdasarkan grafik IV.2.3 dapat dilihat bahwa hubungan antara suhu dengan densitas Susu Kental Indomilk diperoleh data pada saat suhu 30C densitasnya sebesar 1,25 g/ml, pada suhu 35 C densitasnya sebesar 1,15g/ml, dan pada saat suhu 40C Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

IV-5 Bab IV Hasil dan Pembahasan densitasnya sebesar 0,95 g/ml. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi suhu maka maka suhunya relatif semakin menurun. Hal ini dikarenakan pada saat suhu menigkat, molekul dalam zat cair akan bergerak cepat dikarenakan tumbukan antar molekul, sehingga molekul dalam zat cair menjadi merenggang dan massa jenis akan semakin kecil. Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa semakin tinggi suhu semakin rendah densitasnya (Wikipedia, 2010). Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, diperoleh tiga grafik yang menghubungkan antara suhu dengan densitas cairan. Dapat disimpulkan bahwa jika suhu semakin tinggi maka densitasnya semakin rendah.
180 160 140 120 100 80 60 40 20 0 20

Viskositas ( cp )

Santan Aquadest Kara


30 40

30

Suhu (C)

35

40

Suhu (C) Grafik IV.2.4 Hubungan Antara Suhu Dengan Viskositas Aquadest Berdasarkan grafik IV.2.4 dapat dilihat bahwa hubungan suhu dengan viskositas aquadest, diperoleh data pada suhu 30 oC viskositasnya sebesar 161,07 cp, pada suhu 35 oC viskositasnya sebesar 139,59 cp, dan pada saat suhu 40 oC viskositasnya sebesar 112,75 cp. Hal ini tidak sesuai dengan data viskositas dari literatur pada tabel IV.1.3 yang menyatakan bahwa pada suhu 30C viskositas aquadest sebesar 0.7945 cp, untuk suhu didapat densitas aquadest sebesar 0,7171 cp. Sedangkan pada suhu 40 C densitas aquadest sebesar 0.6510 cp. Ketidaksesuaian ini dikarenakan oleh kurang akuratnya dalam perhitungan tekanan aquadest, kurang telitinya dalam mengamati dan mengukur suhu aquadest serta dalam menghitung waktu yang diperlukan aquadest untuk melewati batas atas dan bawah . Dari analisis data diatas, dapat disimpulkan bahwa suhu mempengaruhi koefisien viskositas zat cair, dimana semakin tinggi suhu larutan, maka koefisien viskositasnya semakin menurun. Hal ini karena pada suhu tinggi, gerakan partikelLaboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

IV-6 Bab IV Hasil dan Pembahasan partikel cairan semakin cepat dan kekentalannya pun semakin menurun sehingga viskositasnya semakin menurun. Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa semakin tinggi suhu larutan, maka koefisien viskositasnya semakin menurun
(Wikipedia, 2010).
6000 5000

Viskositas (cp)

4000 3000 2000 1000 0 30 35 40

Santan Kara

Suhu (C) Grafik IV.2.5 Hubungan antara Suhu dengan Viskositas Santan Kara Berdasarkan grafik IV.2.5 dapat dilihat bahwa hubungan suhu dengan viskositas santan Kara, diperoleh data pada suhu 30 oC viskositasnya sebesar 3,790 cp, pada suhu 35 oC viskositasnya sebesar 4.690,94 cp, dan pada saat suhu 40 oC viskositasnya sebesar 5.468,17 cp. Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi suhu maka semakin tinggi viskositasnya. Hal ini tidak sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa semakin tinggi suhu semakin rendah viskositasnya (Wikipedia, 2010). Ketidaksesuaian ini dikarenakan oleh kurang akuratnya dalam perhitungan tekanan santan Kara, kurang telitinya dalam mengamati dan mengukur suhu serta dalam menghitung waktu yang diperlukan santan Kara untuk melewati batas atas dan bawah.
7000 6000 5000 4000 3000 2000 1000 0 30 35 40

Viskositas (cp)

Susu Kental Indomilk

Suhu (C) Grafik IV.2.6 Hubungan antara Suhu dengan Viskositas Susu Kental Indomilk Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

IV-7 Bab IV Hasil dan Pembahasan Berdasarkan grafik IV.2.6 dapat dilihat bahwa hubungan suhu dengan viskositas susu kental Indomilk, diperoleh data pada suhu 30 oC viskositasnya sebesar 59.756,74 cp, pada suhu 35 oC viskositasnya sebesar 24.428,85 cp, dan pada saat suhu 40 oC viskositasnya sebesar 17.019,66 cp. Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi suhu maka semakin tinggi viskositasnya. Dari analisis data diatas, dapat disimpulkan bahwa suhu mempengaruhi koefisien viskositas larutan, dimana semakin tinggi suhu larutan, maka koefisien viskositasnya semakin menurun. Hal ini karena pada suhu tinggi, gerakan partikel-partikel cairan semakin cepat dan kekentalannya pun semakin menurun sehingga viskositasnya semakin menurun. Sedangkan untuk nilai koefisien viskositas Susu kental Indomilk sendiri yang relatif sangat tinggi, hal ini terjadi kekentalan susu indomilk ini yang sangat tinggi sehingga mempengaruhi waktu yang diperlukan susu untuk melewati dari batas atas ke batas bawah dalam viskometer, oleh karena itulah mengapa koefisien viskositas terbilang sangat tinggi. Hal ini juga sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa semakin suhu maka koefisien viskositasnya semakin menurun
(Wikipedia, 2010).

Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, diperoleh tiga grafik yang menghubungkan antara suhu dengan viskositas larutan. Dapat disimpulkan bahwa jika suhu semakin tinggi maka viskositasnya semakin rendah.

1,5 1,4 1,3 1,2 1,1 1 0,9 0,8 0,7 0,6 0,5 30 35 40

Densitas (g/ml)

Aquadest Santan Kara Susu Kental Indomilk


Suhu (oC )

Grafik IV.2.7 Hubungan antara Suhu dengan Densitas Aquadest, Santan Kara, dan Susu Kental Indomilk pada 30 oC, 35 oC, dan 40 oC

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

IV-8 Bab IV Hasil dan Pembahasan Berdasarkan grafik IV.2.7 dapat dilihat bahwa hubungan antara suhu dengan densitas aquadest, santan Kara, dan susu kental Indomilk pada suhu 30 oC, 35 oC, dan 40
o

C adalah berbanding terbalik. Pada suhu 30oC aquadest diperoleh densitas sebesar 0,85

g/ml , pada suhu 35oC diperoleh densitas sebesar 0,75 g/ml dan pada suhu 40oC diperoleh densitas sebesar 0,75 g/ml . Pada suhu 30oC Santan Kara diperoleh densitas sebesar 1 g/ml, pada suhu 35oC diperoleh densitas sebesar 0,65 g/ml dan pada suhu 40oC diperoleh densitas sebesar 0,75 g/ml. Sedangkan pada suhu 30oC Susu Kental Indomilk diperoleh densitas sebesar 1,25 g/ml, pada suhu 35oC diperoleh densitas sebesar 1,15 g/ml, dan pada suhu 40oC diperoleh densitas sebesar 0,95 g/ml. Artinya semakin tinggi suhu fluida zat cair, maka harga densitanya cenderung semakin menurun. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa suhu juga mempengaruhi densitas suatu fluida zat cair. Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa perubahan suhu berpengaruh terhadap harga densitas suatu zat fluida (Wikipedia, 2010).

56000 51000 46000 41000 36000 31000 26000 21000 16000 11000 6000 1000 30 35 40

Viskositas (g/ml)

Santan Kara Susu Kental Indomilk

Suhu

(oC

Grafik IV.2.8 Hubungan antara Suhu dengan Viskositas Aquadest, Santan Kara, dan Susu Kental Indomilk pada 30oC, 35 oC, dan 40 oC Berdasarkan grafik IV.2.8 dapat dilihat bahwa hubungan antara suhu dengan viskositas aquadest, santan Kara, dan susu kental Indomilk pada suhu 30 oC, 35 oC, dan 40 oC adalah berbanding terbalik. Pada suhu 30oC larutan aquadest memiliki viskositas sebesar 161,07 cp, pada suhu 35 oC diperoleh viskositas sebesar 139,9 cp, dan pada suhu 45oC diperoleh viskositas sebesar 112,75 cp. Pada suhu 30oC santan Kara diperoleh viskositas sebesar 3.790,5 cp, pada suhu 35oC diperoleh viskositas sebesar Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

IV-9 Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.960,94 cp, dan pada suhu 40oC diperoleh viskositas sebesar 5.648,17 cp. Sedangkan pada suhu 30oC Susu kental Indomilk diperoleh viskositas sebesar 59.756,74 cp, pada suhu 35oC diperoleh viskositas sebesar 24.428,85 cp, dan pada suhu 40oC diperoleh viskositas sebesar 17.019,66 cp. Artinya semakin tinggi suhu fluida zat cair, maka harga viskositasnya cenderung semakin menurun. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa suhu juga mempengaruhi viskositas suatu fluida zat cair. Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa perubahan suhu berpengaruh terhadap harga viskositas suatu zat fluida (Wikipedia, 2010).

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

BAB V KESIMPULAN
1. Pada suhu 30oC larutan aquadest memiliki viskositas sebesar 161,07 cp, pada suhu 35 oC diperoleh viskositas sebesar 139,9 cp, dan pada suhu 45oC diperoleh viskositas sebesar 112,75 cp. Pada suhu 30oC santan Kara diperoleh viskositas sebesar 3.790,5 cp, pada suhu 35oC diperoleh viskositas sebesar 4.960,94 cp, dan pada suhu 40oC diperoleh viskositas sebesar 5.648,17 cp. Sedangkan pada suhu 30oC susu kental Indomilk diperoleh viskositas sebesar 59.756,74 cp, pada suhu 35oC diperoleh viskositas sebesar 24.428,85 cp, dan pada suhu 40oC diperoleh viskositas sebesar 17.019,66 cp. 2. Pada suhu 30oC aquadest diperoleh densitas sebesar 0,85 g/ml , pada suhu 35oC diperoleh densitas sebesar 0,75 g/ml dan pada suhu 40oC diperoleh densitas sebesar 0,75 g/ml . Pada suhu 30oC Santan Kara diperoleh densitas sebesar 1 g/ml, pada suhu 35oC diperoleh densitas sebesar 0,65 gr/ml dan pada suhu 40oC diperoleh densitas sebesar 0,75 g/ml. Sedangkan pada suhu 30oC susu kental Indomilk diperoleh densitas sebesar 1,25 g/ml, pada suhu 35oC diperoleh densitas sebesar 1,15 g/ml, dan pada suhu 40oC diperoleh densitas sebesar 0,95 g/ml. 3. Faktor yang mempengaruhi viskositas yaitu, tekanan, temperatur, kehadiran zat lain, ukuran dan berat molekul, massa jenis, dan konsentrasi. 4. Semakin tinggi suhu suatu zat cair, maka harga viskositas akan semakin kecil. Begitupun sebaliknya jika suhu semakin rendah maka harga viskositasnya akan semakin tinggi. 5. Semakin tinggi suhu suatu zat cair, maka harga densitas akan semakin kecil. Begitupun sebaliknya jika suhu semakin rendah maka harga densitasnya akan semakin tinggi. 6. Hubungan viskositas dengan densitas adalah sebanding. Jika harga viskositas naik maka harga densitas pun akan naik. Begitupun sebaliknya jika harga viskositas turun maka harga densitas pun akan turun. 7. Urutan viskositas dari yang tinggi ke rendah, yaitu susu kental Indomilk, santan Kara, dan aquadest.

V-1

DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2013.Chemical Engineering. Diakses di (http://irmateknikkimia.blogspot.com/2013/02/pengertian-atau-definisi-fluida-serta.html) padatanggal 5 Nopember 2013 Anonim.Lubrication Oil (Minyak Pelumas).Diakses di (http://berlianindo.blogspot.com)padatanggal 5 Nopember 2013 Anonim.Praktikum Viscositas.Diakses di (http://atmosferku.blogspot.com/2012/12/praktikum-viscositas-kekentalan-zatcair.html)padatanggal 5 Nopember 2013 Anonim.2010.Viskositas Cairan.Diakses di (www.ginaangraeni10.wordpress.com) pada tanggal 3 oktober 2013 Anonim.Viskositas.Diakses di
(http://belajarviskositas.blogspot.com/2009_09_01_archive.html) padatanggal 5

Nopember 2013 Anonim.2010.Viskositas..Diakses di (www.digital-lib.usu.ac.id) pada tanggal 3 oktober 2013 Aip Saipudin. Praktis Belajar FIsika. Jakarta Visindo Bird.Physical Chemistry.Jakarta:UI Press Dogra. Physical Chemistry.Jakarta:UI Press Ghozian.2010.Viskositas.Semarang:UNDIP Press H.Maron,Samuel.dkk.1974.Fundamentals of Physical Chemistry.London: Collier macmillan publishers Imfrantoni.2012.Jenis Cairan.Diakses di (www.imfrantoni-purba.com) pada tanggal 3 oktober 2013 Kestin. Viscosity of Liquid Water Range.Rhode:Brown University Weni.2012.Viskositas.Diakses di (www.wenimandasari.blogspot.com) pada tanggal 3 oktober 2013 Wikipedia.2010.Tempreature Depence of Liquid Viscosity.Diakses di (www.wikipedia.com) pada tanggal 3 oktober 2013 Wikipedia.2010.Properties of Water. Diakses di (www.wikipedia.com) pada tanggal 7 Nopember 2013

vi

DAFTAR NOTASI

SIMBOL P r t L V m

KETERANGAN Koefisien Viskositas phi Tekanan Jari-Jari Waktu Panjang Volume Massa Jenis Massa

SATUAN cp

dyne/cm2 cm sekon cm ml gr/ml gr

vii

APPENDIKS PERHITUNGAN TABEL IV.1.1 Menghitung waktu rata rata Untuk menghitung waktu rata rata, dapat digunakan rumus : trata-rata = 1. Aquadest 30 oC 35 oC 40 oC 2. Santan Kara 30 oC 35 oC 40 oC
34,6 +36 2 49,6 +42,8 2 53,6+51,7 2 561+552 2 225+230 2 120 +197 2 1,5+1,5 2 1,2 +1,4 2 1 +1,1 2 1+ 2 2

= 1,5 s = 1,3 s = 1,05 s

= 35,3 s = 46,2 s = 52,65 s

3 Susu Kental Indomilk 30 oC 35 oC 40 oC = 556,5 s = 227,5 s = 158,5 s

PERHITUNGAN TABEL IV.1.2 Menghitung Densitas Aquadest, Susu Kental Indomilk, dan Santan Kara Untuk menghitung densitas, dapat digunakan rumus : = 1. Aquades 30 oC 35 oC 40 oC
8,5 10 7,5 10 7,5 10 m

= 0,85 g/ml = 0,75 g/ml = 0,75 g/ml

viii

2.

Susu 30 oC 35 oC 40 oC
12,5 10 11,5 10 9,5 10 10 10 6,5 10 7,5 10

`= 1,25 gr/m = 1,15gr/ml

= 0,95 g/ml = 1 g/ml


= 0,65 g/ml = 0,75 g/ml

3. Santan 30 oC 35 oC 40 oC

PERHITUNGAN TABEL IV.3 Menghitung Koefisien Viskositas Aquadest, Susu Kental Indomilk, dan Santan Kara Untuk menghitung densitas, dapat digunakan rumus : 1. Aquades 2. Santan 30 oC 35 oC 40 oC
3,14 1013253 ,93 0,34 35,5 8 3 10 3,14 1013253 ,93 0,34 46,2 8 3 10 3,14 1013253 ,93 0,34 52,6 8 3 10 3,14 1013253 ,93 0,34 556,5 8 3 10 3,14 1013253 ,93 0,34 227,5 8 3 10 3,14 1013253 ,93 0,34 158,5 8 3 10 3,14 1013253 ,93 0,34 1,5 8 3 10 3,14 1013253 ,93 0,34 1,3 8 3 10 3,14 1013253 ,93 0,34 1,05 8 3 10 8

30 oC 35 C 40 oC
o

= 161,07cp = 139,59 cp = 112,75 cp

= 3.790,50 cp

= 4.960,94 cp
= 5.648,17 cp

3. Susu Kental 30 oC 35 C 40oC


o

= 59.756,74 cp = 24.428,85 cp = 17.019,66 cp

ix

Bagikan

Lainnya

Blog Berikut

Buat Blog

Masuk

CHEMICAL ENGINEERING

1 MINGGU TURUN BB +/- 4kg BERAT BADAN TURUN 22 KG! MAU JUGA?

1X Pakai VAGINA LGS RAPAT Cara MERAPATKAN VAGINA 100% AMPUH KumpulBlogger.com Gender: M

S e n in , 25 Fe b ru ari 2013

Translate

Pengertian atau Definisi Fluida Serta Contoh dan Aplikasi Fluida

Select Language
Pow ered by

Translate

Entri Populer

Ilustrasi Pengertian fluida melalui pipa

Fluida adalah suatu zat yang bisa mengalami perubahan-perubahan bentuknya secara continue/terusmenerus bila terkena tekanan/gaya geser walaupun relatif kecil atatu bisa juga dikatakan suatu zat yang mengalir, kata fluida mencakup zat cair, gas, air, dan udara karena zat-zat ini dapat mengalir. Sebaliknya batu dan benda2 keras (seluruh zat-zat padat tidak dapat dikategorikan sebagai fluida karena zat-zat tersebut tidak bisa mengalir secara continue). Fluida adalah gugusan yang tersusun atas molekul2 dengan jarak pisah yang cukup besar untuk gas dan jarak pisah yang cukup kecil untuk zat cair . Molekul2 tersebut tidak dapat terikat pada suatu sisi, melainkan zat-zat tersebut saling bergerak bebas terhadap satu dengan yang lainnya. Fluida merupakan salah zat-zat yang bisa mengalir yang mempunyai partikel kecil sampi kasat mata dan mereka dengan mudah untuk bergerak serta berubah-ubah bentuk tanpa pemisahan massa. Ketahanan fluida terhadap perubahan bentuk sangat kecil sehingga fluida dapat dengan mudah mengikuti bentuk ruang. Fluida adalah benda yang dapat mengalami perubahan bentuk secara terus menerus karena gaya gesek yang bekerja terhadapnya.

Pengertian atau Definisi Fluida Serta Contoh dan Aplikasi Fluida Ilustrasi Pengertian fluida melalui pipa Fluida adalah suatu zat yang bisa mengalami perubahan-perubahan bentuknya secara continue... Proses pembuatan bubur kertas (pulp) Proses pembuatan pulp ada dua macam yaitu secara kimia (chemical pulping) dan proses mekanikal (mechanical pulping). Tapi di sini a...

Label

Asam Sulfanilat (3) ATK (1) Biogas (1) Campuran (1) Conveyor (1) desain alat (3) Ekstraksi (1) Esterifikasi (2) Fluida (5) HE (2) Hidrogenasi (3) Kompresor (3) Kondensor (2) Kristalisasi (6) Larutan (1) Lemak Trans (2) Neraca M assa dan Energi (2) PIK (5) Proses Pengolahan (12) Pulp dan Kertas (3) Reaksi Kimia (15) Saponifikasi (2) Spektrofotometri (2) Teknik Kimia (1) Teknologi (11) Termodinamika (3) Thermodinamika (1)

Fluida di bagi menjadi2 bagian di antaranya adalah 1. Fluidan ststis (fluida yang diam) 2. Fluida dinamis (fluida yang bergerak Contoh fluida Beriktu ini adalah contoh-contoh fluida diabtaranya adalah : Minyak peluma, Susu dan air, Udara, Gas, Cairan. Kesemua zat-zat diatas atau zat cair itu dapat dikkategorikan kedalam fluida karena sifat-sifatnya fluida yang bisa mengalir dari tempat yang satu ketempat yang lain.

Ilustrasi fluida mengalis

Aplikasi fluidaFluida adalah salah satu yang terkatagorikan suatu anugarah yang sangat penting dalam kehidupan kita sehari-hari. Setiap hari pasti manusia membutuhkanya untuk dihirup, diminum, terapung dan juga tenggelam di dalam fluida tersebut. Fluida juga setiap hari digunakan pesawat udara terbang melalui blowenya, dan kapal terapung di atasnya. sumber : file-edu.com

Diposkan oleh irma suryani di 11.23 Label: Fluida

+1 Rekomendasikan ini di Google

Tidak ada komentar: Poskan Komentar


Masukkan komentar Anda...

Live Traffic Feed

Beri komentar sebagai:

Google Account

Publikasikan

Pratinjau

Posting Lebih Baru Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Beranda

Posting Lama

A visitor from Surabaya, Jawa Timur viewed "CHEMICAL ENGINEERING: Pengertian atau Definisi Fluida Serta Contoh dan Aplikasi Fluida" 0 secs ago A visitor from Jakarta, Jakarta Raya viewed "CHEMICAL ENGINEERING: Pengertian atau Definisi Fluida Serta Contoh dan Aplikasi Fluida" 11 mins ago A visitor from Jakarta, Jakarta Raya viewed "CHEMICAL ENGINEERING: Pengertian atau Definisi Fluida Serta Contoh dan Aplikasi Fluida" 21 mins ago A visitor from Jakarta, Jakarta Raya viewed "CHEMICAL ENGINEERING: Pengertian atau Definisi Fluida Serta Contoh dan Aplikasi Fluida" 22 mins ago A visitor from Jakarta, Jakarta Raya viewed "CHEMICAL ENGINEERING: Proses pembuatan bubur kertas (pulp)" 27 mins ago A visitor from Cirebon, Jawa Barat viewed "CHEMICAL ENGINEERING: Pengertian atau Definisi Fluida Serta Contoh dan Aplikasi Fluida" 44 mins ago A visitor from Bandung, Jawa Barat viewed "CHEMICAL ENGINEERING: Reaksi Sulfonasi" 44 mins ago A visitor from Bandung, Jawa Barat viewed "CHEMICAL ENGINEERING: Pengertian atau Definisi Fluida Serta Contoh dan Aplikasi Fluida" 1 hour 5 mins ago A visitor from Samarinda,

Total Tay angan Laman

22,098
Template Simple. Diberdayakan oleh Blogger.

Lubrication Oil (Minyak Pelumas)


Posted by van on October 29, 2008 Dua jenis minyak pelumas adalah minyak mineral dan minyak sintesis. Minyak pelumas mineral adalah jenis pelumas yang banyak digunakan pada unit pembangkit dan merupakan hasil sampingan dari penyulingan minyak mentah. Minyak pelumas mineral hasil penyulingan tersebut disaring untuk mengeluarkan senyawa dan benda-benda asing lainnya. Proses ini menghasilkan beberapa tingkat minyak pelumas mineral yang berbeda. Tingkat tersebut ditentukan oleh jumlah proses penyulingan dan jenis minyak mentah yang disuling. Karakteristik Minyak Pelumas Karakteristik dari minyak pelumas menggambarkan kemampuan pelumasannya. Sifat sifat dari pelumas tersebut adalah: 1. Kekentakan (viscosity) Kekentalan merupakan sifat terpenting dari minyak pelumas, yang merupakan ukuran yang menunjukan tahanan minyal terhadap suatu aliran. Minyak pelumas dengan viskositas tinggi adalah kental, berat dan mengalir lambat. Ia mempunyai tahanan yang tinggi terhadap geraknya sendiri serta lebih banyak gesekan di dalam dari molekul-molekul minyak yang saling meluncur satu diatas yang lain. Jika digunakan pada bagian-bagian mesin yang bergerak, minyak dengan kekekantalan tinggi kurang efisien karena tahanannya terhadap gerakan. Sedangkan keuntungannya adalah dihasilkan lapisan minyak yang tebal selama penggunaan. Minyak dengan kekentalan rendah mempunyai geekan didalam dan tahanan yang kecil terahdap aliran. Suatu minyak dengan kekentalan rendah mengalir lebih tipis. Minyak ini dipergunakan pada bagian peralatan yang mempunyai kecepatan tinggi dimana permukaannya perlu saling berdekatan seperti pada bantalan turbin. Viskositas dapat dinyatakan sebagai tahanan aliaran fluida yang merupakan gesekan antara molekul molekul cairan satu dengan yang lain. Suatu jenis cairan yang mudah mengalir, dapat dikatakan memiliki viskositas yang rendah, dan sebaliknya bahan bahan yang sulit mengalir dikatakan memiliki viskositas yang tinggi. Pada hukum aliran viskos, Newton menyatakan hubungan antara gaya gaya mekanika dari suatu aliran viskos sebagai : Geseran dalam ( viskositas ) fluida adalah konstan sehubungan dengan gesekannya. Hubungan tersebut berlaku untuk fluida Newtonian, dimana perbandingan antara tegangan geser (s) dengan kecepatan geser (g) nya konstan. Parameter inilah yang disebut dengan viskositas. Aliran viskos dapat digambarkan dengan dua buah bidang sejajar yang dilapisi fluida tipis diantara

kedua bidang tersebut. Suatu bidang permukaan bawah yang tetap dibatasi oleh lapisan fluida setebal h, sejajar dengan suatu bidang permukaan atas yang bergerak seluas A. Jika bidang bagian atas itu ringan, yang

berarti tidak memberikan beban pada lapisan fluida dibawahnya, maka tidah ada gaya tekan yang bekerja pada lapisan fluida.

Atmosferku
Keadaan sekitar adalah ladang kebaikan
o o HOME ARTIKEL CATATANKU RENUNGAN
Sabtu, 15 Desember 2012

PRAKTIKUM VISCOSITAS (KEKENTALAN) ZAT CAIR


Oleh Yogi Permana

Rapat massa suatu bahan yang homogen didefinisikan sebagai massanya per satuan volum. Berat jenis suatu bahan ialah perbandingan rapat massa bahan itu terhadap rapat massa air. Massa jenis zat merupakan perbandingan antara massa zat dengan volume zat. Untuk zat cair massa jenis zat dapat ditentukan dengan cara membandingkan dua zat cair yang mempunyai tekanan hidrostatis sama, dengan asumsi bahwa zat cair pertama sudah diketahui massa jenisnya dan zat cair kedua akan ditentukan massa jenisnya. Perbedaan tinggi zat cair dalam kedua zat disebabkan oleh perbedaan kerapatan zat cair yang digunakan.

Gambar 2. Alat ukur massa jenis

Anggap saja kedua zat cair ditempatkan pada pipa A dan pipa B.

Jika menggunakan rumus Bernoulli ialah rumus dasar hidrodinamika untuk cairan yang mengalir sepanjang pipa, maka :

Viskositas (kekentalan) adalah suatu sifat cairan yang berhubungan erat dengan hambatan untuk mengalir, dimana makin tinggi kekentalan maka makin besar hambatannya. Kekentalan didefinisikan sebagai gaya yang diperlukan untuk menggerakkan secara berkesinambungan suatu permukaan datar melewati permukaan datar lain dalam kondisi mapan tertentu bila ruang diantara permukaan tersebut diisi dengan cairan yang akan ditentukan kekentalannya. Viskositas (kekentalan) dapat dianggap sebagai gesekan dibagian dalam suatu fluida. Hal ini disebabkan oleh sifat kekentalan (viskositas) fluida tersebut. Koefisien kekentalan suatu fluida (cairan) dapat diperoleh dengan menggunakan percobaan bola jatuh didalam fluida tersebut. Gaya gesek yang bekerja pada suatu benda relatif terhadap suatu fluida akan sebanding dengan kecepatan relatif benda terhadap fluida :

Khusus untuk benda yang berbentuk bola dan bergerak dalam fluida yang sifat-sifatnya tetap, gaya gesekan tersebut memenuhi hukum Stokes sebagai berikut :

Hukum Stokes di atas berlaku bila : 1. Fluida tidak berolak (tidak terjadi turbulensi). 2. Luas penampang tabung tempat fluida cukup besar dibanding ukuran bola. Dalam kasus khusus untuk percobaan viskositas dengan menggunakan alat viskositas Redwoods maka Nilai viskositas sampel dapat dihitung dengan mengkonversi nilai Redwoos sec. dengan menggunakan JIS K2283. Terdapat perbedaan perhitungan teoritis antara Redwoos sec, Saybolt sec, viskositas Engler, dan viskositas absolut. Persamaan berikut diberikan oleh N.P.L. (National Physical Laboratory) Inggris yang mengungkapkan hubungan antara viskositas Redwoos dengan viskositas absolut:

<<gina's bLog acaKadul


do tHe rigHt think anD do iT righT

Viskositas cairan
Viskositas dapat dinyatakan sebagai tahanan aliaran fluida yang merupakan gesekan antara molekul molekul cairan satu dengan yang lain. Suatu jenis cairan yang mudah mengalir dapat dikatakan memiliki viskositas yang rendah, dan sebaliknya bahan bahan yang sulit mengalir dikatakan memiliki viskositas yang tinggi. Pada hukum aliran viskos, Newton menyatakan hubungan antara gaya gaya mekanika dari suatu aliran viskos sebagai : Geseran dalam ( viskositas ) fluida adalah konstan sehubungan dengan gesekannya. Hubungan tersebut berlaku untuk fluida Newtonian, dimana perbandingan antara tegangan geser (s) dengan kecepatan geser (g) nya konstan. Parameter inilah yang disebut dengan viskositas. Aliran viskos dapat digambarkan dengan dua buah bidang sejajar yang dilapisi fluida tipis diantara kedua bidang tersebut. Suatu bidang permukaan bawah yang tetap dibatasi oleh lapisan fluida setebal h, sejajar dengan suatu bidang permukaan atas yang bergerak seluas A. Jika bidang bagian atas itu ringan, yang berarti tidak memberikan beban pada lapisan fluida dibawahnya, maka tidah ada gaya tekan yang bekerja pada lapisan fluida. Suatu gaya F dikenakan pada bidang bagian atas yang menyebabkan bergeraknya bidang atas dengan kecepatan konstan v, maka fluida dibawahnya akan membentuk suatu lapisan lapisan yang saling bergeseran.Setiap lapisan tersebut akan memberikan tegangan geser (s) sebesarF/A yang seragam, dengan kecepatan lapisan fluida yang paling atas sebesar vdan kecepatan lapisan fluida paling bawah sama dengan nol. Maka kecepatan geser (g) pada lapisan fluida di suatu tempat pada jarak y dari bidang tetap, dengan tidak adanya tekanan fluida Konsep Viskositas Fluida, baik zat cair maupun zat gas yang jenisnya berbeda memiliki tingkat kekentalan yang berbeda. Viskositas alias kekentalan sebenarnya merupakan gaya gesekan antara molekul-molekul yang menyusun suatu fluida. Jadi molekul-molekul yang membentuk suatu fluida saling gesek-menggesek ketika fluida tersebut mengalir. Pada zat cair, viskositas disebabkan karena adanya gaya kohesi (gaya tarik menarik antara molekul sejenis). Sedangkan dalam zat gas, viskositas disebabkan oleh tumbukan antara molekul. Fluida yang lebih cair biasanya lebih mudah mengalir, contohnya air. Sebaliknya, fluida yang lebih kental lebih sulit mengalir, contohnya minyak goreng, oli, madu dkk. Hal ini bisa dibuktikan dengan menuangkan air dan minyak goreng di atas lantai yang

permukaannya miring. Pasti air ngalir lebih cepat daripada minyak goreng atau oli. Tingkat kekentalan suatu fluida juga bergantung pada suhu. Semakin tinggi suhu zat cair, semakin kurang kental zat cair tersebut. Misalnya ketika ibu menggoreng paha ikan di dapur, minyak goreng yang awalnya kental menjadi lebih cair ketika dipanaskan. Sebaliknya, semakin tinggi suhu suatu zat gas, semakin kental zat gas tersebut. Perlu diketahui bahwa viskositas alias kekentalan cuma ada pada fluida riil (rill = nyata). Fluida riil/nyata tuh fluida yang kita temui dalam kehidupan sehari-hari, seperti air, sirup, oli, asap knalpot, dan lainnya. Fluida riil berbeda dengan fluida ideal. Fluida ideal sebenarnya tidak ada dalam kehidupan sehari-hari. Fluida ideal hanya model yang digunakan untuk membantu kita dalam menganalisis aliran fluida (fluida ideal ini yang kita pakai dalam pokok bahasan Fluida Dinamis). Mirip seperti kita menganggap benda sebagai benda tegar, padahal dalam kehidupan sehari-hari sebenarnya tidak ada benda yang benar-benar tegar/kaku. Tujuannya sama, biar analisis kita menjadi lebih sederhana. Satuan Sistem Internasional (SI) untuk koofisien viskositas adalah Ns/m 2 = Pa.s (pascal sekon). Satuan CGS (centimeter gram sekon) untuk si koofisien viskositas adalah dyn.s/cm2 = poise (P). Viskositas juga sering dinyatakan dalam sentipoise (cP). 1 cP = 1/100 P. Satuan poise digunakan untuk mengenang seorang Ilmuwan Perancis, almahrum Jean Louis Marie Poiseuille (baca : pwa-zoo-yuh). 1 poise = 1 dyn . s/cm2 = 10-1 N.s/m2Setiap zat cair mempunyai karakteristik yang khas, berbeda satu zat cair dengan zat cair yang lain. Salah satunya adalah viskositas. Viskositas merupakan tahanan yang dilakukan oleh suatu lapisan fluida terhadap suatu lapisan lainnya. Sifat viskositas ini dimiliki oleh setiap fluida, gas, atau cairan. Viskositas suatu cairan murni adalah indeks hambatan aliran cairan. Aliran cairan dapat dikelompokan menjadi dua yaitu aliran laminar dan aliran turbulen. Aliran laminar menggambarkan laju aliran kecil melalui sebuah pipa dengan garis tengah kecil. Sedangkan aliran turbulen menggambarkan laju aliran yang besar dengan diameter pipa yang besar. Penggolongan ini berdasarkan bilangan Reynoldnya. Viskositas menentukan kemudahan suatu molekul bergerak karena adanya gesekan antar lapisan material. Karenanya viskositas menunjukkan tingkat ketahanan suatu cairan untuk mengalir. Semakin besar viskositas maka aliran akan semakin lambat. Besarnya viskositas dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti temperatur, gaya tarik antar molekul dan ukuran serta jumlah molekul terlarut. Fluida, baik zat cair maupun zat gas yang jenisnya berbeda memiliki tingkat kekentalan yang berbeda. Pada zat cair, viskositas disebabkan karena adanya gaya kohesi (gaya tarik menarik antara molekul sejenis). Sedangkan dalam zat gas, viskositas disebabkan oleh tumbukan antara molekul. Fluida yang lebih cair biasanya lebih mudah mengalir, contohnya air. Sebaliknya, fluida yang lebih kental lebih sulit mengalir, contohnya minyak goreng, oli, madu dll. Tingkat

kekentalan fluida dinyatakan dengan koefisien viskositas (h). Kebalikan dari Koefisien viskositas disebut fluiditas, , yang merupakan ukuran kemudahan mengalir suatu fluida. Viskositas cairan adalah fungsi dari ukuran dan permukaan molekul, gaya tarik menarik antar molekul dan struktur cairan. Tiap molekul dalam cairan dianggap dalam kedudukan setimbang, maka sebelum sesuatu lapisan melewati lapisan lainnya diperlukan energy tertentu. Sesuai hokum distribusi Maxwell-Boltzmann, jumlah molekul yang memiliki energy yang diperlukan untuk mengalir, dihubungkan oleh factor e-E/RT dan viskositas sebanding dengan e-E/RT. Secara kuantitatif pengaruh suhu terhadap viskositas dinyatakan dengan persamaan empirik, h = A e-E/RT A merupakan tetapan yang sangat tergantung pada massa molekul relative dan volume molar cairan dan E adalah energi ambang per mol yang diperlukan untuk proses awal aliran. Viskositas cairan juga dapat ditentukan berdasarkan jatuhnya benda melalui medium zat cair, yaitu berdasarkan hukum Stokes. Dimana benda bulat dengan radius r dan rapat d, yang jatuh karena gaya gravitasi melalui fluida dengan rapat dm/db, akan dipengaruhi oleh gaya gravitasi sebesar : F1 = 4/3 r3 ( d-dm ) g Perbedaan antara viskositas cairan dengan viskositas gas adalah sebagai berikut : Jenis Perbedaan Viskositas Cairan Viskositas Gas Lebih besar untuk Lebih kecil disbanding Gaya gesek mengalir viskositas cairan Koefisien viskositas Lebih besar Lebih kecil Temperatur Temperatur Temperatur naik,viskositas turun naik,viskositas naik Tekanan naik,viskositas Tekanan naik Tidak tergantung tekanan Pengaruh Temperatur Pada Viskositas Koefisien viskositas berubah-ubah dengan berubahnya temperature, dan hubungannya adlah : log = A + B/T ( a ) dimana A dan B adalah konstanta yang tergantung pada cairan. Persamaan di atas dapat ditulis sebagai : = Aeksp ( -Evis/RT )

Bagikan

Lainnya

Blog Berikut

Buat Blog

Masuk

BELAJAR VISKOSITAS
SEL A SA , 29 SEPTEM B ER 2009 PENGIKUT

belajar viskositas
S e t i a pz a t c a i r me mp u n y a i k a r a k t e r i s t i ky a n gk h a s , b e r b e d as a t uz a t c a i r d e n g a nz a t c a i r y a n gl a i n . O l i mo b i l s e b a g a i s a l a hs a t uc o n t o hz a t c a i r d a p a t k i t al i h a t l e b i hk e n t a l d a r i p a d ami n y a kk e l a p a . A p a s e b e n a r n y ay a n gme mb e d a k a nc a i r a ni t uk e n t a l a t a ut i d a k . K e k e n t a l a na t a uv i s k o s i t a s d a p a t d i b a y a n g k a ns e b a g a i p e r i s t i w a g e s e k a na n t a r as a t ub a g i a nd a nb a g i a ny a n gl a i nd a l a mf l u i d a . D a l a m f l u i d ay a n gk e n t a l k i t ap e r l ug a y au n t u kme n g g e s e r s a t ub a g i a nf l u i d a t e r h a d a py a n gl a i n . D i d a l a ma l i r a nk e n t a l k i t ad a p a t me ma n d a n gp e r s o a l a nt e r s e b u t s e p e r t i t e g a n g a nd a nr e g a n g a np a d ab e n d ap a d a t . K e n y a t a a n n y a s e t i a pf l u i d ab a i kg a s ma u p u nz a t c a i r me mp u n y a i s i f a t k e k e n t a l a n k a r e n ap a r t i k e l d i d a l a mn y as a l i n gme n u mb u k . B a g a i ma n ak i t a me n y a t a k a ns i f a t k e k e n t a l a nt e r s e b u t s e c a r ak u a n t i t a t i f a t a ud e n g a n a n g k a , s e b e l u m me mb a h a s h a l i t uk i t ap e r l ume n g e t a h u i b a g a i ma n a c a r ame mb e d a k a nz a t y a n gk e n t a l d a nk u r a n gk e n t a l d e n g a nc a r a k u a n t i t a t i f . S a l a hs a t ua l a t y a n gd i g u n a k a nu n t u kme n g u k u r k e k e n t a l a ns u a t uz a t c a i r a d a l a hv i s k o s i me t e r . A p a b i l az a t c a i r t i d a kk e n t a l ma k ak o e f e s i e n n y as a mad e n g a nn o l s e d a n g k a np a d az a t c a i r k e n t a l b a g i a ny a n gme n e mp e l d i n d i n g me mp u n y a i k e c e p a t a ny a n gs a mad e n g a nd i n d i n g . B a g i a ny a n g me n e mp e l p a d ad i n d i n gl u a r d a l a mk e a d a a nd i a md a ny a n gme n e mp e l p a d ad i n d i n gd a l a ma k a nb e r g e r a kb e r s a mad i n d i n gt e r s e b u t . L a p i s a n z a t c a i r a n t a r ak e d u ad i n d i n gb e r g e r a kd e n g a nk e c e p a t a ny a n g b e r u b a hs e c a r al i n i e r s a mp a i V . A l i r a ni n i d i s e b u t a l i r a nl a mi n e r . A l i r a nz a t c a i r a k a nb e r s i f a t l a mi n e r a p a b i l az a t c a i r n y ak e n t a l d a n a l i r a n n y at i d a kt e r l a l uc e p a t . K i t aa n g g a pg a mb a r d i a t a s s e b a g a i a l i r a ns e b u a hz a t c a i r d a l a mp i p a , s e d a n g k a ng a r i s a l i r a n n y a d i a n g g a ps e j a j a r d e n g a nd i n d i n gp i p a . K a r e n aa d a n y ak e k e n t a l a nz a t c a i r y a n ga d ad a l a mp i p a , ma k ab e s a r n y ak e c e p a t a ng e r a kp a r t i k e l y a n gt e r j a d i p a d ap e n a mp a n gme l i n t a n gt i d a ks a mab e s a r . K e a d a a n t e r s e b u t t e r j a d i d i k a r e n a k a na d a n y ag e s e k a na n t a r mo l e k u l p a d a c a i r a nk e n t a l t e r s e b u t , d a np a d at i t i kp u s a t p i p ak e c e p a t a ny a n g t e r j a d i ma k s i mu m. v

Join this site


w ith Google Friend Connect

Members (10)

Already a member? Sign in

A RSIP BL OG

2 0 0 9( 1 ) S e p t e mb e r ( 1 ) b e l a j a r v i s k o s i t a s

M ENGENA I SA YA B E L A JA R V I SKOSI TA S L I H A TP R OF I LL E N GK A P K U

G a mb a r I I . 1A r u s L a mi n e r

A k i b a t l a i na d a l a hk e c e p a t a nr a t a r a t ap a r t i k e l l e b i hk e c i l d a r i p a d a k e c e p a t a np a r t i k e l b i l az a t c a i r n y ab e r s i f a t t a kk e n t a l . H a l i t ut e r j a d i a k i b a t a d a n y ag e s e k a ny a n gl e b i hb e s a r p a d az a t c a i r y a n gk e n t a l . J i k aa l i r a nk e n t a l d a nt i d a kt e r l a l uc e p a t ma k aa l i r a nt e r s e b u t b e r s i f a t l a mi n e r d a nd i s e b u t t u r b u l e nj i k at e r j a d i p u t a r a n / p u s a r a n d e n g a nk e c e p a t a nme l e b i h i s u a t uh a r g at e r t e n t us e h i n g g ame n j a d i k o mp l e k s d a np u s a r a n p u s a r a ni t ud i n a ma k a nv o r t e x . h. r 4. t . P = ( 1 ) 8V. L P e r s a ma a nd i a t a s d i n a ma k a np e r s a ma a ns t o k e s , me r u p a k a ns a l a h s a t ur u mu s u n t u kme n g u k u r v i s k o s i t a s c a i r a nd i ma n a : V=V o l u mec a i r a n r =J a r i j a r i t a b u n gk a p i l e r t =Wa k t ume n g a l i r me l a l u i t a b u n gk a p i l e r P=T e k a n a n L=P a n j a n ga l i r a nt e r h a d a pt e k a n a nt U n t u kme n e n t u k a nv i s k o s i t a s s u a t uc a i r a nd e n g a np e r s a ma a nd i a t a s t i d a kt e r l a l up e n t i n gu n t u kme n g u k u r s e mu ak u a n t i t a s y a n ga d ab i l a s a t uv i s k o s i t a s d a r i b e b e r a p ac a i r a nr e f e r e n s i y a i t ua i r y a n gt e l a h d i k e t a h u i s e c a r at e p a t . D u ac a i r a ny a n gb e r b e d ab i l ad i u k u r w a k t ua l i r a n n y ap a d av o l u me y a n gs a mad a nme l a l u i k a p i l e r y a n gs a mama k ame n u r u t p e r s a ma a n p o u s e v i l l e , p e r b a n d i n g a nd a r i d u ac a r a ny a i t u: 1. P 1 . r 4 . t 1 . 8 . V . L = ( 2) 28 . V . L .. P 2 . r 4 . t 2 D a r i p e r s a ma a nd i a t a s d a p a t d i k e t a h u i b a h w aP 1d a nP 2b e r b a n d i n g l u r u s d e n g a nma s s aj e n i s a t a ud e n s i t a s k e d u ac a i r a n( P 1d a nP 2 ) , ma k ap e r s a ma a nd i a t a s d a p a t d i t u l i s s e b a g a i : 1P 1. t 1 = . . ( 3) 2P 2. t 2 V i s k o s i t a s O s t w a l da d a l a hc a r ay a n gp a l i n gb a i ku n t u kme n g u k u r k u a n t i t a s t 1d a nt 2( l i h a t g a mb a r ) . M u l u t P e n y u mb a t T S

G a mb a r . I I . 2V i s k o s i t a s O s t w a l d S u a t uk u a n t i t a s t e r t e n t uz a t c a i r y a n gd i k e n a l k a nd a l a mv i s k o s i t a s d i s e b u a ht a b u n gt e r mo s t a t d a nk e mu d i a nd i t a r i ko l e hs u l f o nk e d a l a m b u l bs a mp a i c a i r a nb e r a d ad i k e t i n g g i a nt e p a t b e r a d ad i a t a s

p e r mu k a a n a k e mu d i a nd i b i a r k a nt u r u ns a mp a i b . Wa k t uy a n g d i p e r l u k a nd a r i p o s i s i ak ep o s i s i bd i u k u r , l a l u d i h i t u n gs e s u a i p e r s a ma a n p e r t a ma . P e r s a ma a np e r t a mat i d a k l a hs e mp u r n ad a nd i k o r e k s i d e n g a np e r s a ma a ns e b a g a i b e r i k u t : =x . t 0 , 1 2 / t x=K o n s t a n t ay a n gt e r g a n t u n gp a d av o l u mec a i r a n , j a r i j a r i k a p i l e r , p a n j a n gp i p a , g r a v i t a s i d a nl a i n l a i n t =Wa k t uy a n gt e r u k u r S e l a i nd e n g a nme t o d ev i s k o s i t a s O s t w a l du n t u kme n g h i t u n gd a p a t p u l ame n g g u n a k a nme t o d ev i s k o s i t a s b o l aj a t u h . P a d av i s k o s i t a s b o l aj a t u hc a r a n y aa d a l a hp e r t a ma t a mak i t a ma s u k k a ns u a t uc a i r a n( y a n ga k a nd i u k u r v i s k o s i t a s n y a ) k e d a l a m s e b u a ht a b u n g . L a l us e b u a hb o l ak e c i l ( d e n g a nma s s aj e n i s d a n d i a me t e r d i k e t a h u i ) d i j a t u h k a nd i a t a s p e r mu k a a nc a i r a n( V o=n o l ) . G e r a k a nb o l amu l a mu l at u r u nd i p e r c e p a t s a mp a i j a r a kt e r t e n t u s e t e l a hi t ug e r a k a nb o l ame n j a d i b e r a t u r a n . S e l a map e r g e r a k a nb o l a me n g a l a mi g a y ag e s e k( F r ) d a ng a y aa p u n g( F a ) . M u l a mu l aF r =m. a k e mu d i a nF ( y ) =0( y =k o n s t a n ) s e h i n g g aW =F a+F r ( s e s u a i d e n g a n g a mb a r I I . 3 )

G a mb a r . I I . 3V i s k o s i t a s b o l aj a t u h P a d ak e c e p a t a nk o n s t a n , g a y ag e s e kb e r g a n t u n gp a d a me n u r u t d a l i l S t o k e s : F r =G ... r . v d i ma n a: F r =G a y ag e s e k =K o e f i s i e nv i s k o s i t a s r =J a r i j a r i b o l a v=K e c e p a t a nk o n s t a n G=mg=4 / 3 r 3 (b o l a- c a i r ) =G : U n t u kb o l ak e b a w a h: 2gr 2(b o l a- c a i r ) = g. v U n t u kb o l ak e a t a s : 2gr 2(c a i r -b o l a ) = g. v D a r i p e r s a ma a nd i a t a s d a p a t d i t u r u n k a np e r s a ma a na p a b i l ar b o l a d i b a n d i n gr t a b u n gt i d a kt e r l a l uk e c i l ma k aa k a nd i b e r i r a l a t : F r =( 1 + 1 , 3 6r / B ) d e n g a nr =j a r i j a r i t a b u n gs e b e l a hd a l a m r v J a d i me n u r u t d a l i l s t o k e s k o e f i s i e nv i s k o s i t a s d i h i t u n gd e n g a nr u mu s

S e h i n g g ap e r s a ma a nd i a t a s me n j a d i : N. (b o l a- c a i r ) = F. v d i ma n aN=2r 2g / 9

D I P OS K A N OL E HB E L A J A R VI S K OS I T A SD I0 6 . 0 8 1K OME N T A R :

P o s t i n gL e b i hB a r u L a n g g a n a n : E n t r i ( A t o m)

B e r a n d a

Gaya F dyne
A cm2

Kecepatan V cm/detik

L cm
A cm2

Gambar diatas merupakan 2 lapisan fluida sejajar dengan masing-masing mempunyai luas A cm2 dan jarak kedua lapisan L cm. Bila lapisan atas bergerak sejajar dengan lapisan bawah pada kecepatan V cm/detik relatif terhadap lapisan bawah, supaya fluida tetap mempunyai kecepatan V cm/detik maka harus bekerja suatu gaya sebesar F dyne. Dari hasil eksperimen didapatkan bahwa gaya F berbanding lurus dengan kecepatan V, luas A dan berbanding terbalik dengan jarak L. Persamaannya :

.V . A
L

; = Tetapan viscositas ( gr

cm. det ik

(2.1)

Gejala ini dapat dianalisis dengan mengintrodusir suatu besaran yang disebut kekentalan atau viscositas (viscosity). Oleh karena itu, viscositas berkaitan dengan gerak relatif antar bagian-bagian fluida, maka besaran ini dapat dipandang sebagai ukuran tingkat kesulitan aliran fluida tersebut. Makin besar kekentalan suatu fluida makin sulit fluida itu mengalir. Viscositas suatu cairan murni atau larutan merupakan indeks hambatan alir cairan. Beberapa zat cair dan gas mempunyai sifat daya tahan terhadap aliran ini, dinyatakan dengan Koefisien Viscositas (). Viscositas ialah besarnya gaya tiap cm2 yang diperlukan supaya terdapat perbedaan kecepatan sebesar 1 cm tiap detik untuk 2 lapisan zat cair yang parallel dengan jarak 1 cm. Viscositas dapat dihitung dengan rumus Poiseville.

R 4
8LV
.......................................................................................2.2

Universitas Sumatera Utara

Dengan : R = Jari-jari pipa dialiri cair (cm) T = Waktu alir (detik) P = Tekanan yang menyebabkan zat cair mengalir ( dyne V = Volume zat cair (liter) L = Panjang pipa (cm)
cm 2

= Koefisien Viscositas (centipoise)


Makin besar kekentalannya, makin sukar zat cair itu mengalir dan bila makin encer makin mudah mengalir.

...(2.3)

dengan : Q = Fluiditas Fluiditas yaitu kemudahan suatu zat cair untuk mengalir. Dari rumus diatas dapat dilihat bahwa Fluiditas berbanding terbalik dengan kekentalan (Koefisien Viscositas).

2.1.3 Macam-Macam Viscositas Alat yang dipakai untuk menentukan Viscositas dinamakan Viscometer. Ada beberapa jenis Viscometer, diantaranya : a) Viscometer Ostwald b) Viscometer Lehman c) Viscometer bola jatuh dari Stokes.

2.1.3.1 Viscometer Ostwald Cara penggunaannya : Jika air dipakai sebagai pembanding, mula-mula air dimasukkan melalui tabung A kemudian dihisap agar masuk ke tabung B tepat sampai batas a kemudian dilepaskan dan siapkan stopwatch sebagai pengukur waktu. Umpamanya waktu yang diperlukan air untuk bergerak dari permukaan a sampai b sama dengan t 1, setelah itu percobaan diganti dengan zat cair lain dengan cara yang sama seperti gambar di bawah.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.1 Viscometer Ostwald Umpamanya diperlukan t 2 dengan menggunakan rumus Poiseville karena V, L dan R sama maka didapat persamaan

1 1 1 2 2 2
Dengan :

(2.4)

1 = Massa jenis air

2 = Massa jenis zat cair yang dicari


Pada Ostwald yang diukur adalah waktu yang dibutuhkan oleh sejumlah cairan tertentu untuk mengalir melalui pipa kapiler dengan gaya yang disebabkan oleh berat cairan itu sendiri, jadi waktu yang dibutuhkan oleh cairan untuk melalui batas a dan b dapat diukur menggunakan stop watch.

2.1.3.2 Viscometer Lehman

Nilai viscositas Lehman didasarkan pada waktu kecepatan alir cairan yang akan diuji atau dihitung nilai viscositasnya berbanding terbalik dengan waktu kecepatan alir cairan pembanding, dimana cairan pembanding yang digunakan adalah air. Persamaannya adalah sebagai berikut :

Tcairan Tair

.(2.5)

Universitas Sumatera Utara

Bird : UI Press

Dogra dan Dogra : UI Press

Ghozian dan Kawan Fluida yang riil memiliki gesekan internal yang besarnya tertentu yang disebut dengan viskositas. Viskositas ada pada zat cair maupun gas dan pada intinya merupakan gaya gesekan antara lapisanlapisan yang bersisian pada fluida pada waktu lapisan-lapisan tersebut bergerak satu melewati lainnya. Dengan adanya viskositas, kecepatan lapisan-lapisan fluida tidak seluruhnya sama. Lapisan fluida yang terdekat dengan dinding pipa bahkan sama sekali tidak bergerak (v = 0), sedangkan lapisan fluida pada pusat aliran memiliki kecepatan terbesar. Pada zat cair, viskositas disebabkan akibat adanya gaya-gaya kohesi antar molekul. Dalam fluida ternyata gaya yang dibutuhkan (F), sebanding dengan luas fluida yang bersentuhan dengan setiap lempeng (A), dan dengan laju (v) dan berbanding terbalik dengan jarak antar lempeng (l). Besar gaya F yang diperlukan untuk menggerakan suatu lapisan fluid dengan kelajuan tetap v untuk luas penampang keping A adalah F=Av Dengan viskositas didefinisikan sebagai perbandingan regangan geser (F/A) dengan laju perubahan regangan geser (v/l). Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa : Makin besar luas keping (penampang) yang bersentuhan dengan fluida, makin besar gaya F yang diperlukan sehingga gaya sebanding dengan luas sentuh (F A). Untuk luas sentuh A tertentu, kelajuan v lebih besar memerlukan gaya F yang lebih besar, sehingga gaya sebanding dengan kelajuan (F v). Hukum Stokes Viskositas dalam aliran fluida kental sam saja dengan gesekan pada gerak benda padat. Untuk fluida ideal, viskositas = 0 sehingga kita selalu menganggap bahwa benda yang bergerak dalam fluida ideal tidak mengalami gesekan yang disebabkan fluida. Akan tetapi, bila benda tersebut bergerak dengan kelajuan tertentu dalam fluida kental, maka benda tersebut akan dihambat geraknya oleh gaya gesekan fluida benda tersebut. Besar gaya gesekan fluida telah dirumuskan F=Av=Av=kv Koefisien k tergantung pada bentuk geometris benda. Untuk benda yang bentuk geometrisnya berupa bola dengan jari-jari (r), maka dari perhitungan laboraturium ditunjukan bahwa k=6r maka F=6rv Persamaan itulah yang hingga kini dikenal dengan Hukum Stokes. Dengan menggunakan hukum stokes, maka kecepatan bola pun dapat diketahui melalui persamaan (rumus) : v = 2 r2 g ( 0) 9

27

imfrantoni purba
Kamis, 26 April 2012
enis cairan dibedakan menjadi dua tipe, yaitu cairan newtonian dan non newtonian. 1. Cairan Newtonian Cairan newtonian adalah cairan yg viskositasnya tidak berubah dengan berubahnya gaya irisan, ini adalah aliran kental (viscous) sejati. Contohnya : Air, minyak, sirup, gelatin, dan lain-lain. Shear rate atau gaya pemisah viskositas berbanding lurus dengan shear stresss secara proporsional dan viskositasnya merupakan slope atau kemiringan kurva hubungan antara shear rate dan shear stress. Viskositas tidak tergantung shear rate dalam kisaran aliran laminar (aliran streamline dalam suatu fluida). Cairan Newtonian ada 2 jenis,yang viskositasnya tinggi disebut Viscous dan yang viskositasnya rendah disebut Mobile(Dogra, 2006).

2. Cairan Non-Newtonian Yaitu cairan yang viskositasnya berubah dengan adanya perubahan gaya irisan dan dipengaruhi kecepatan tidak linear. B. Metode Penentuan Kekentalan Untuk menentukan kekentalan suatu zat cair dapat digunakan dengan cara : 1. Cara Ostwalt / Kapiler Viskositas dari cairan yang ditentukan dengan mengukur waktu yang dibutuhkan bagi cairan tersebut untuk lewat antara 2 tanda ketika mengalir karena gravitasi melalui viskometer Ostwald. Waktu alir dari cairan yang diuji dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan bagi suatu zat yang viskositasnya sudah diketahui (biasanya air) untuk lewat 2 tanda tersebut (Lutfy, 2007). Berdasarkan hukum Heagen Poiseuille. 4 =Pr t 8 VL Hukum poiseuille juga digunakan untuk menentukan distribusi kecepatan dalam arus laminer melalui pipa slindris dan menentukan jumlah cairan yamg keluar perdetik.(Sarojo, 2006) 2. Cara Hopper Berdasarkan hukum Stokes pada kecepatan bola maksimum, terjadi keseimbangan sehingga gaya gesek = gaya berat gaya archimides. Prinsip kerjanya adalah menggelindingkan bola ( yang terbuat dari kaca ) melalui tabung gelas yang berisi zat cair yang diselidiki. Kecepatan jatuhnya bola merupakan fungsi dari harga resiprok sampel.Berdasarkan hukum stoke yaitu pada saat kecepatan bola maksimum,terjadi kesetimbangan sehingga gaya gesek sama dengan gaya berat archimedes. Dalam fluida regangan geser selalu bertambah dan tanpa batas sepanjang tegangan yang diberikan. Tegangan tidak bergantung pada regangan geser tetapi tergantung pada laju perubahannya. Laju perubahan regangan juga disebut laju regangan ( D. Young , 2009). Laju perubahan regangan geser = laju regangan =

Rumus yang di atas dapat defenisikan viskositas fluida, dinotasikan dengan ( eta ), sebagai rasio tegangan geser dengan laju regangan : = Tegangan geser Laju regangan Mempelajari gerak bola yang jatuh ke dalam fluida kental, walaupun ketika itu hanya untuk mengetahui bahwa gaya kekentalan pada sebuah bola tertentu di dalam suatu fluida tertentu berbandingan dengan kecepatan relatifnya. Bila fluida sempurna yang viskositasnya nol mengalir melewati sebuah bola, atau apabila sebuah bola bergerak dalam suatu fluida yang diam, gari-garis arusnya akan berbentuk suatu pola yang simetris sempurna di sekeliling bola itu. Tekanan terhadap sembarang titik permukaan bola yang menghadap arah alir datang tepat sama dengan tekanan terhadap titik lawan. Titik tersebut pada permukaan bola menghadap kearah aliran, dan gaya resultan terhadap bola itu nol (Sudarjo, 2008).

Bagikan

Lainnya

Blog Berikut

Buat Blog

Masuk

My Note :)
viskositas Laman
viskositas

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Se tiap fluida, gas atau cairan, me miliki s uatu s ifat yang dike nal s e bagai viskositas, yang dapat didefinisikan sebagai tahanan yang dilakukan suatu lapisan fluida terhadap suatu lapisan lainnya. Salah satu cara untuk menentukan viskositas cairan adalah me tode kapile r dari Pois e ulle , me tode Os twald me rupakan s uatu variasi dari metode Poiseulle. Pada percobaan kali ini kita menghitung viskositas larutan yang be rguna untuk me ne ntukan tahanan fluida be rdas arkan s uhu yang berbeda- beda. Viskositas dari suatu cairan murni adalah indeks hambatan aliran cairan. Pada percobaan ini kita akan mempelajari tentang pengaruh suhu terhadap viskositas cairan. Cairan yang digunakan dapat bermacam-macam, namun pada percobaan ini cairan yang digunakan adalah aseton, kloroform dan toluena sedangkan air bertindak sebagai cairan pembanding. Dengan melakukan percobaan ini kita akan mengetahui cairan mana yang memiliki viskositas yang tertinggi. 1.2 Prinsip dan Aplikasi Percobaan Prinsip dari percobaan ini adalah menentukan viskositas suatu cairan yang diukur pada suhu tertentu dengan menggunakan viskometer oswald dan air yang berperan sebagai pembandingnya. Selain itu juga dapat ditentukan rapatan masa cairan pada suhu tertentu dengan menggunakan piknometer. Aplikasi percobaan ini adalah sering dijumpai pada pelumas mesin yang kita kenal dengan oli. Oli yang dibutuhkan tiap-tiap tipe mesin kendaraan berbeda-beda karena tipe mesin kendaraan juga membutuhkan kekentalan yang berbeda pula. Sebagai pelumas mesin, oli akan membuat gesekan antar komponen didalam mesin bergerak lebih halus dengan cara masuk kedalam celah- celah mesin sehingga memudahkan mesin untuk mencapai suhu kerja yang ideal.

My Note
2012 (2) November (1) Juli (1) gadis kecil ditengah gemuruhn ya hujan

Pengikut
Join this site
w ith Google Friend Connect

Members (4)

Already a member? Sign in

Mengenai Saya
weni mandasari pontianak, kalbar, Indonesia maaf ya kalo catatan2 aku masih kurang bagus,, masih tahap belajar nui,,silahkan dibaca..semoga bermanfaat.. Lihat profil lengkapku

1.3 Tujuan Percobaan Menentukan viskositas cairan dengan metode oswald dan mempelajari pengaruh suhu terhadap viskositas cairan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Viskositas Sifat- sifat fluida, viskositas memerlukan perhatian yang terbesar dalam telaahan tentang aliran fluida. Viskositas adalah sifat fluida yang mendasari diberikannya tahanan terhadap tekanan geser oleh fluida tersebut. Hukum viskositas Newton menyatakan bahwa untuk laju perubahan bentuk sudut fluida yang tertentu maka tekanan geser berbanding lurus dengan viskositas ( Sukardjo, 2002). Viskositas adalah ukuran yang menyatakan kekentalan suatu caian atau fluida. Kekentalan merupakan sifat cairan yang berhubungan eat dengan hambatan untuk mengalir. Beberapa cairan ada yang dapat mengalir cepat, sedangkan lainnya

mengalir secaa lambat. Cairan yang mengalir cepat seperti contohnya air, alkohol, dan bensin karena memiliki nilai viskositas kecil. Sedangkan cairan yang mengalir lambat seperti gliserin, minyak asto, dan madu karena mempunyai viskositas besar. Jadi viskositas tidak lain menentukan kecepatan mengalirnya suatu cairan ( Yazid, 2005). Viskositas (kekentalan) cairan akan menimbulkan gesekan antar- bagian atau lapisan cairan yang bergerak satu terhadap yang lain. Hambatan atau gesekan yang terjadi ditimbulkan oleh gaya kohesi di dalam zat cair. Viskositas gas ditimbulkan oleh peristiwa tumbukan yang terjadi antara molekul-molekul gas ( Yazid, 2005). Kekentalan disebabkan karena kohesi antara patikel zat cair. Zat cair ideal tidak mempunyai kekentalan. Zat cair mempunyai beberapa sifat sebagai berikut ( Wylie, 1992) : a. Apabila ruangan lebih besar dari volume zat cair akan terbentuk permukaan bebas horizontal yang berhubungan dengan atmosfer.

b. Mempunyai rapat masa dan berat jenis. c. Dapat dianggap tidak termampatkan. d. Mempunyai viskositas (kekentalan). e. Mempunyai kohesi, adesi dan tegangan permukaan. Viskositas adalah salah satu sifat polimer yang sangat berpengaruh dalam pembentukan suatu membran, karena viskositas ini menggambarkan cepat atau lambatnya cairan tersebut mengalir. Dalam pembuatan membran serat berongga ada batasan viskositas larutan polimer minimal yang harus dimiliki oleh larutan yang akan dipintal ( Ahmad, 2007). 2.2 faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Viskositas Faktor- fator yang mempengaruhi viskositas adalah sebagai berikut (Bird, 1987): a. Tekanan Viskositas cairan naik dengan naiknya tekanan, sedangkan viskositas gas tidak dipengaruhi oleh tekanan. b. Temperatur Viskositas akan turun dengan naiknya suhu, sedangkan viskositas gas naik dengan naiknya suhu. Pemanasan zat cair menyebabkan molekul-molekulnya memperoleh energi. Molekul-molekul cairan bergerak sehingga gaya interaksi antar molekul melemah. Dengan c. demikian viskositas cairan akan turun dengan kenaikan temperatur. Kehadiran zat lain Penambahan gula tebu meningkatkan viskositas air. Adanya bahan tambahan seperti bahan suspensi menaikkan viskositas air. Pada minyak ataupun gliserin adanya penambahan air akan menyebabkan viskositas akan turun karena gliserin maupun minyak akan semakin encer, waktu alirnya semakin cepat. Ukuran dan berat molekul Viskositas naik dengan naiknya berat molekul. Misalnya laju aliran alkohol cepat, larutan minyak laju alirannya lambat dan kekentalannya tinggi seta laju aliran lambat sehingga viskositas juga tinggi. Berat molekul Viskositas akan naik jika ikatan rangkap semakin banyak. Kekuatan antar molekul Viskositas air naik denghan adanya ikatan hidrogen, viskositas CPO dengan gugus OH pada trigliseridanya naik pada keadaan yang sama.

d.

e. f.

2.3 Metode Pengukuran Viskositas dengan Metode Ostwald Metode ini ditentukan berdasarkan hukum Poisulle menggunakan alat viskometer oswaltd. Penetapannya dilakukan dengan jalan mengukur waktu yang

diperlukan untuk mengalirkan cairan dalam pipa kapiler dari a ke b. Sejumlah cairan yang akan diukur viskositasnya dimasukkan kedalam viskometer yang diletakkan pada thermostat. Cairan kemudian diisap degan pompa kedalam bola csampai diatas tanda a. Cairan dibiarkan mengalir kebawah dan waktu yang diperlukan dari a ke b dicatat menggunakan stowatch (Rosian, 2009). Pada metode oswaltd yang diukur adalah waktu yang diperlukan oleh sejumlah tertentu cairan untuk mengalir melalui pipa kapiler dengan gaya yang disebabkan oleh berat cairan itu sendiri. Pada percobaan sejumlah tertentu cairan dipipet kedalam viskometer. Cairan kemudian dihisap melalui labu ukur dari viskometer sampai permukaan cairan lebih tinggi dari batas a. Cairan dibiarkan turun ketika permukaan cairan turun melewati batas b, stopwatch dimatikan. Jadi waktu yang dibutuhkan cairan untuk melewati jarak antara a dari b dapat ditentukan. Tekanan P merupakan perbedaan tekanan antaa kedua ujung pipa U dan besarnya diasumsikan sebanding dengan berat jenis cairan ( Ronana, 2009). Viskositas dihitung sesuai persamaan Poisulle berikut ( Sutiah, dkk., 2008): dimana t adalah waktu yang diperlukan cairan bervolume yang mengalir melalui pipa kapiler, L adalah panjang dan r adalah jari- jari. Tekanan P merupakan perbedaan aliran kedua yang pipa viskometer dan besarnya diasumsikan sebanding dengan berat cairan. Pengukuran viskositas yang tepat dengan cara itu sulit dicapai. Hal ini disebabkan haga r dan L sukar ditentukan secara tepat. Kesalahan pengukuran terutama r sangat besa pengaruhnya karena harga ini dipangkatkan empat. Untuk menghindari kesalahan tersebut dalam prakteknya digunakan suatu cairan pembanding. Cairan yang paling sering digunakan adalah air ( Sutiah, dkk., 2008). Untuk dua cairan yang berbeda dengan pengukuran alat yang sama berlaku Jadi bila dan cairan pembanding diketahui, maka dengan mengukur waktu yang diperlukan untuk mengalir kedua cairan melalui alat yang sama dapat ditentukan cairan yang sudah diketahui rapatannya ( Sutiah, dkk., 2008). Tabel viskositas cairan pada berbagai suhu (satuan poise) (Bird, 1987) Cairan Air Gliserin Anilin Bensin Etanol Minyak lobak 0 C 0,0179 105,9 0,102 0,0091 0,0177 25,3 10 C 0,013 34,4 0,065 0,0076 0,0147 3,85 20 C 0,0101 13,4 0,0044 0,0065 0,012 1,63 30 C 0,0080 6,29 0,0316 0,0056 0,0100 0,96 40 C 0,0065 2,89 0,0227 0,0050 0,0083 50 C 0,0055 1,41 0,0185 0,0044 0,007 -

Perbedaan nilai viskositas menengah dan region periperal ini menunjukkan parameter nilai K. Ketika k > 1 maka nilai viskositas lebih dari menengah, k=1 viskositasnya sama dalam keadaan apapun, k < 1 viskositasnya ditengah region( Rao, dkk., 2003). Tujuan dari hubungan momentum memberikan informasi kinetik dalam viskositas ( Gavin, S. Dkk., 2007). Dimana adalah viskositasi, t adalah temperatur dalam satuan international kelvin.

BAB III METODOLOGI


3. 1 Alat dan Bahan Alat- alat yang digunakan adalah Botol semprot, erlenmeyer, klem oswald, piknomete, pipet ukur, statif , stopwatch, viskometer oswald. Bahan- bahan yang digunakan adalah akuades, aseton, kloroform, dan toluena. 3.2 Analisis Bahan 3.2.1 Akuades (H2 O) Cairan tidak berwarna dengan rumus senyawa H2 O dan memiliki nilai derajat relatif 1. Titik leleh 0 C dan titik didih 100 C. Dalam fase gas, air terdiri

dari 1 molekul H2 O dengan sudut ikatan H-O-H. Air merupakan pelarut yang sangat baik, yang dapat melarutkan banyak elektrolit dan bersifat netral. ( Daintith, 1994; Kusuma, 1983). 3.2.2 Aseton (CH3 COCH3 ) Aseton merupakan senyawa atsiri yang mudah terbakar dan tidak berwarna, memiliki rapatan sebesa 0,79. Titik lebur -95,4 C, titik ddih 56,2 C. Aseton adalah keton yang paling sederhana yang dapat bercampur dengan air. Senyawa ini digunakan sebagai pelarut dan sebagai bahan mentah pembuatan plastik. Dianjurkan menggunakan masker dan sarubg tangan dalam pemakaiannya karena baunya yang menyengit dapat mengganggu pernapasan. (Daintith, 1994). 3.2.3 Kloroform ( CHCl3 ) Nama sistematiknya adalah triklorometana. Zat cair yang tidak berwarna, berbau harum dan beracun. Larut dalam alkohol,benzena dan air. Memiliki titik leleh -65,3 C, titik didih 61 C. Kloroform merupakan arsenik yang ampuh tetapi dapat merusak hati. Cara penangannya adalah dianjurkan memakai masker dan sarung tangan dalam pemakaian kloroform karena kloroform berbau tajam yang dapat merusak hati (Basri, 2003: Daintith, 1994). 3.2.4 Toluena ( CH3C6H5) Senyawa aromatik merupakan turunan benzena berbentuk cair dan tak berwarna , serta mudah terbakar. Diperoleh dari pengolahan minyak bumi digunakan untuk bahan bakar pesawat terbang, untuk pembuatan fenol dan sebagai pelarut cat dan resin. Mempunyai titik leleh -94 C dan titik didih 111 C (Mulyono, 2006). 3.3 Cara Kerja Langkah yang dilakukan adlah yang pertama viskometer diletakkan pada posisi vertikal. Cairan (akuade,kloroform, toluena dan aseton) dipipet sejumlah tertentu ( 10-15 ml) dalam reservoir A sehingga jika cairan ini dibawa ke reservoir B dan permukaannya melewati garis m, reservior A kira-kira masih terisi setengahnya. Dengan dihisap atau ditiup (melalui sepotong karet) dibawa cairan B sampai sedikit diatas garis m, kemudian dibiarkan cairan mengalir secara bebas. Dicatat waktu yang diperlukan untuk mengalirkan dari m ke n. Pengerjaan ini dilakukan bebepara kali. Kemudian ditentukan massa cairan pada suhu yang bersangkutan dengan piknometer. Semua pengerjaan dilakukan untuk cairan pembanding (akuades) dengan penggunaan viskometer yang sama.

BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Data pengamatan No Cairan 30C 05.0 1. Akuades 05.1 05.1 04.59 2. Aseton 03.42 04.86 03.7 3. Kloroform 03.6 03.8 Waktu 35C 05.1 05.0 05.0 04.1 04.0 04.0 03.6 03.8 03.7 40C 04.9 04.9 05.0 03.8 03.8 03.8 03.7 03.8 03.7 45C 04.7 04.9 04.6 03.88 03.9 03.9 03.7 03.7 03.8 29,9 29,9 29,9 29,8 23,5 23,5 23,4 23,4 25,7 25,6 25,6 25,6 30C Masa sampel 35C 40C 45C

04.7 4. Toluena 05.0 05.0 4.2 Pembahasan

04.8 04.6 04.6

04.6 04.3 04.4

04.5 04.6 04.3 24,2 23,9 24 24,2

4.2.1. Analisis prosedur Viskositas (kekentalan) berasal

dari

perkataan

Viscous.

Suatu

bahan

apabila dipana s kan s e be lum me njadi cair te rle bih dulu me njadi viscous yaitu me nja di l u n a k d a n d a p a t m e n g a l i r p e l a n . D a l a m p e r c o b a a n i n i dia mati pengaruh viskositas cairan terhadap fungsi suhu. Dari pe ngamatan yang dila kukan da pat ditarik kesimpulan bahwa semakin besar suhunya maka semakin cepat laju alirnya dan semakin besar nilai viskositas maka semakin lama waktu alirnya. Percobaan viskositas cairan ini bertujuan untuk mengetahui kekentalan zat cair dengan metode ostwalt dan untuk menyelidiki pengaruh suhu terhadap kekentalan zat cair. Prinsipnya adalah membandingkan viskositas fluida dengan cairan pembanding, disini yang bertindak sebagai cairan pembanding adalah akuades. Alasan digunakan akuades karena viskositas akuades sudah ada standar satuannya. Prinsip dari metode oswald adalah sejumlah tertentu cairan dimasukkan ke dalam A, kemudian dengan cara mengisap atau meniup cairan dibawa ke B, sampai melewati garis m. Selanjutnya cairan dibiarkan mengalir secara bebas dan diukur waktu yang diperlukan untuk mengalir dari garis m ke n. Gambar dapat dilihat di rangkaian alat. Pada percobaan ini pertama-tama, diletakkan viskometer pada posisi vertikal. Dipipet sejumlah tertentu (10-15ml) cairan (akuades, kloroform, toluena dan aseton) yang telah dipanaskan dengan variasi suhu. Hal ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap viskositas zat cair. Lalu di masukkan larutan ke dalam reservoir A sehingga jika cairan ini dibawa ke reservoir B dan permukaannya melewati garis m, reservior A kira-kira masih terisi setengahnya. Jangan sampai terisi terlalu penuh karena cairan dapat tumpah ketika di hisap. Dengan dihisap, cairan B dibawa sampai sedikit diatas garis m, kemudian dibiarkan cairan mengalir secara bebas. Dicatat waktu yang diperlukan untuk mengalirkan dari m ke n. Setiap variasi suhu, dilakukan tiga kali pengaliran air secara bebas, jadi waktu yang diperoleh ada tiga untuk lebih menambah keakuratan. Setelah didapat waktunya, dapat ditentukan massa cairan pada suhu yang bersangkutan dengan piknometer. Dilakukan semua pengerjaan untuk cairan pembanding (akuades). Larutan sampel yang digunakan adalah aseton, kloroform dan toluena, penggunaan ketiga larutan tersebut karena memiliki viskositas (kekentalan) yag tidak jauh berbeda. Dalam percobaan digunakan viskometer yang sama. Harus menggunakan piknometer dan viskometer yang sama karena setiap alat itu berbeda-beda massanya. 4.2.2. Analisis hasil
Viskositas menunjukkan kekentalan suatu bahan yang diukur dengan menggunakan alat viscometer. Semakin tinggi viskositas suatu bahan maka bahan tersebut akan makin stabil karena pergerakan partikel cenderung sulit dengan semakin kentalnya suatu bahan. Nilai viskositas berkaitan dengan kestabilan emulsi suatu bahan yang artinya berkaitan dengan nilai stabilitas emulsi bahan. Viskositas atau kekentalan dari suatu cairan adalah salah satu sifat cairan yang menentukan besarnya perlawanan terhadap gaya geser. Viskositas terjadi terutama karena adanya interaksi antara molekul-molekul cairan. Suatu cairan dimana viskositas dinamiknya tidak tergantung pada temperatur, dan tegangan gesernya proposional (mempunyai hubungan liniear) dengan gradien kecepatan dinamakan suatu cairan Newton. Perilaku viskositas dari cairan ini adalah menuruti Hukum Newton untuk kekentalan. Berat Jenis (specific weight) dari suatu benda adalah besarnya gaya grafitasi yang bekerja pada suatu massa dari suatu satuan volume, oleh karena itu berat jenis

dapat didefinisikan sebagai: berat tiap satuan volume. Pada percobaan ini pertamatama dilakukan pengukuran massa jenis masing-masing zat yang akan dicobakan, yaitu aquades, aseton, kloroform dan toluen, dengan suhu 30 oC, 35 oC, 40 o C dan 45 oC. Percobaan ini dilakukan dengan menimbang piknometer kosong yang bertujuan untuk mengetahui masa pikonometer kosong agar mengetahui masa sampel ketika dimasukkan kedalam piknometer. Saat pengisian ke dalam piknometer tidak boleh terdapat gelembung karena akan mempengaruhi hasil penimbangan. Dari hasil diketahui bahwa suhu berbanding terbalik dengan massa jenis zat. Semakin tinggi suhu maka semakin kecil massa jenis zat-nya. Hal ini disebabkan karena ketika suhu mengingkat, molekul pada zat cair akan bergerak cepat diakibatkan oleh tumbukan antar molekul, akibatnya molekul dalam zat cair akan meregang dan massa jenis akan semakin kecil. Pada percobaan selanjutnya, zat cair yang telah ditentukan massa jenisnya dimasukkan ke dalam viskometer dengan mengusahakan agar tidak ada gelembung dalam viskometer. Hal ini bertujuan agar aliran laminar tidak terganggu oleh adanya gelembung yang akan mengakibatkan waktu yang diperoleh tidak sesuai dengan waktu yang seharusnya. Pada percobaan ini digunakan tiga jenis larutan dengan suhu yang berbeda. Hal ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap viskositas zat cair. Dari hasil analisis di atas, diperoleh bahwa methanol memiliki koefisien viskositas lebih rendah debandingkan etanol. Selain itu dapat pula diketahui bahwa semakin tinggi suhu larutan, maka koefisien viskositas semakin menurun. Hal ini karena pada suhu tinggi, gerakan partikel dalam larutan lebih cepat sehingga viskositasnya menurun.Pada percobaan ini kita menggunakan akuades sebagai pembanding. Hal ini dilakukan karena akuades sudah memiliki ketetapan untuk nilai viskositasnya Hasil yang didapat dari grafik yaitu semakin besar suhu maka akan semakin kecil massa jenis zat-nya. Hal ini karena ketika suhu meningkat, molekul pada zat cair akan bergerak cepat diakibatkan oleh tumbukan antar molekul, akibatnya molekul dalam zat cair akan meregang dan massa jenis akan semakin kecil. Selain itu dapat pula diketahui bahwa semakin tinggi suhu larutan, maka koefisien viskositas semakin menurun. Hal ini karena pada suhu tinggi, gerakan partikel dalam larutan lebih cepat sehingga viskositasnya menurun. Mole k ul s e mak in merapat sehingga molekul-molekul pada tiap bahan berkumpul dan menyebabkan m a s s a m e m a d a t k a r e n a s u h u y a n g d i g u n a k a n k e c i l . Selain itu juga terjadi inte rak s i di antara mo le k ul-mole k ul zat yang me libatk an ik atan hidrog e n yang menyebabkan jarak antar molekul juga semakin kecil.

Pe rcobaan ini me nggunakan me tode Os wald. M etode Ostwald yang diukur adalah waktu yang diperlukan oleh sejumlah tertentu cairan untuk mengalir melalui pipa kapiler dengan gaya yang disebabkan oleh berat cairan itu sendiri. Disini juga dapat ditentukan hubungan waktu alir terhadap viskositas. Semakin lama waktu alir maka viskositas semakin kecil. Jadi dapat dikatakan bahwa semakin encer suatu zat cair maka waktu alirnya akan semakin lama. Nilai viskositas yang diperoleh pada suhu yang dingin antara aseton dan etanol menunjukan bahwa nilai densitas air lebih besar apabila dibandingkan dengan densitas aseton dan densitas etanol. Hal ini karena, massa air lebih besar daripada massa etanol dan aseton.Dari hasil perhitungan densitas pada setiap suhu dan bahan diperoleh nilai yang densitas yang naik turun, terkadang densitas menunjukan kenaikan harga, namun terkadang pula densitas menunjukan penurunan harga. Hal ini dikarenakan massa yang diperoleh pada tiap bahan menunjukan angka yang naik turun. Viskositas dipengaruhi oleh gaya Van Der Waals. Gaya Van Der Waals adalah gaya-gaya yang timbul dari polarisasi molekul menjadi dipol. Selain itu juga dipengaruhi oleh energi ambang, yaitu sejumlah energi minimum yang diperlukan oleh suatu zat untuk dapat bereaksi hingga terbentuk zat baru.. Waktu yang dihasilkan cairan untuk mengalir bebas pun berbeda-beda. Ini disebabkan karena proses antara pemanasan dan waktu mengukur viskositas terlalu jauh. Bisa juga karena tingkat ketelitian yang rendah karena pada percobaan ini kita menggunakan termometer untuk mengatur suhu. Padahal agar suhu terjaga dengan baik, seharusnya di gunakan thermostat.
Dari perhitungan yang dilakukan dapat dibuktikan bahwa semakin

banyak waktu yang diperlukan oleh suatu cairan untuk mengalir, maka viskositas cairan tersebut semakin besar pula. Hsl ini berarti waktu yang diperlukan oleh suatu cairan untuk mengalir sebanding atau berbanding lurus dengan viskositasnya.

D a ri pe rc o ba a n dipe ro le h ha s il pe rc o ba a n y a it u de ns it a s ba ha n ha rg a masing-masing viskositas tiap bahan dan grafik hubungan antara 1/T terhadap Ln . Dari harga de ns itas yang dipe role h pada s uhu yang dingin antara as e ton, klooform dan tolue na me nunjukan bahwa nilai de ns itas air le bih be s ar apabila dibandingkan dengan densitas aseton dan larutan sampel lainnya. Hal ini kare nakan, mas s a air le bih be s ar daripada mas s a as e ton dan lainnya. Dari has il pe rhitungan de ns itas pada s e tiap s uhu dan bahan dipe role h nilai yang de ns itas yang naik turun, te rkadang densitas menunjukan kenaikan harga, namun terkadang pula densitas menunjukan penurunan harga. Hal ini dikarenakan massa yang diperoleh pada tiap bahan menunjukan angka yang naik turun. Pada hasil percobaan diperoleh viskositas cairan yang menunjukan bahwa semakin rendahnya suhu maka viskositas yang diperoleh akan semakin besar. Hal ini dikarenakan karena molekul semakin merapat sehingga molekul-molekul pada tiap bahan berkumpul dan menyebabkan massa memadat karena suhu yang digunakan kecil . Selain itu juga terjadi interaksi di antara molekul-molekul zat yang me libatkan ikatan hidroge n yang menyebabkan jarak antar molekul juga semakin kecil. Dari percobaan diperoleh hubungan densitas dengan suhu, yakni

semakin besar suhu maka densitas yang diperoleh akan semakin mengecil, hal inidi karenakan massa pada larutan akan berkurang akibat adanya pergerakan molekul pada larutan yang menyebabkan adanyainteraksi antar molekul sehinggaterjadi gaya london yang menyebabkan jarak antar molekul semakin besar. Dari percobaan dapat kita lihat bahwa, aseton memiliki nilai viskositas yang lebih besar daripada etanol. Hal ini dikarenakan densitas aseton yangdiperoleh memiliki jumlah yang lebih besar daripada etanol. Nilai A yang diperoleh besar, karena harga b yang diperoleh pun bermuatan positif sehingga A yang diperoleh besar. Sedangkan nilai E bermuatan ne gatif kare na a yang dipe role h be rnilai minus . Dari grafik diperoleh grafik data yang linier.

BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan Setelah melakukan percobaan viskositas cairan sebagai fungsi suhu di ketahui bahwa air memiliki densitas yang paling besar apabila dibandingkan dengan aseton, kloroform, dan toluena. Diketahui juga pengaruh dari suhu dimana semakin menurunnya suhu maka semakin besar nilai viskositasnya. Ikatan hidrogen juga menyebabkan jarak antar molekul semakin kecil dan semakin besar suhu, maka densitas semakin kecil. 5.2 Saran Saran untuk praktikum ini kedepannya sebaiknya sampel yang akan diuji viskositasnya bisa ditambah seperti uji viskositas dari bensin, minyak tanah, minya makan, etanol, dan metanol agar tampak perbedaan apa saja yang tampak dari masing masing larutan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, S. 2007. Mempelajari Hubungan antara Viskositas Larutan Dope dan Karakteristik Membran Serat Berongga. LIPI. Bandung

Basri, S.2003. Kamus Lengkap Kimia. Rineka Cipta. Jakarta. Bird, T. 1994. Kimia Fisik untuk Universitas. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Daintith, J.1994. Kamus Lengkap Kimia. Edisi Baru. Alih Bahasa : Suminar Achmadi, Ph.D. Erlangga. Jakarta. Gavin, S dan Aziz, M.A. 2007. Measuring Shear Viscosity Using Correlation. Vol 37. No 3A. Wayne State University. USA. Kusuma, S.1983. Pengetahuan bahan-Bahan. Erlangga. Jakarta. Mulyono. 2006. Kamus Kimia. Bumi Aksara. Jakarta. Rao, RR dan Fasad, KR. 2003. Effects of Velocity- Slip and Viscosity variation on Journal Bearings. Vol 46. Hal 143-152. India Rosiana, H. 2005. Analisis Viskositas Sukardjo. 2003. Kimia Fisika. Rineka Cipta. Jakarta.

Rekomendasikan ini di Google

4 komentar:
wiksa sajjana 29 November 2012 17.37 wow...trims infonya, mau tanya apakah punya tabel untuk pengaruh suhu terhadap kekentalan suatu cairan yang dikeluarkan brookfield ? aku butuh nih buat perhitungan estimasi ketidakpastian.....trims yaa, mohon email ke rera_76@yahoo.com Balas

harum yunita wulandari 6 Januari 2013 02.45 makasi infonya membantu sekali, dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa ada korelasi antara berat jenis dan viskositas, dimana berat jenis yang lebih besar dapat meningkatkan viskositas. adakah referensi yang menyebutkan dengan pasti statement tersebut?, jika berkenan, mohon kirimkan jawaban ke email rumharum@yahoo.com terima kasih banyak :) Balas

Irwan Setiabudi 5 Maret 2013 06.10 aku kopy yha.. Balas

Fitri Marlinasari 22 Maret 2013 06.14 lengkap banget.. bisa buat laporan awal praktikum fisika tentang viskositas.. thank ya.. :-) Balas

Masukkan komentar Anda...

Beri komentar sebagai:

Google Account

Publikasikan

Pratinjau

Beranda
Langganan: Entri (Atom)

Template Picture Window. Diberdayakan oleh Blogger.

Temperature dependence of liquid viscosity


From Wikipedia, the free encyclopedia

The temperature dependence of liquid viscosity is the phenomenon by which liquid viscosity tends to decrease (or, alternatively, its fluidity tends to increase) as its temperature increases. This can be observed, for example, by watching how cooking oil appears to move more fluidly upon a frying pan after being heated by a stove.

Contents
1 Physical causes 2 Models for shear viscosity 2.1 Exponential model 2.2 Arrhenius model 2.3 Williams-Landel-Ferry model 2.4 Viscosity of water 3 Models for kinematic viscosity 3.1 Walther formula 3.2 Wright model 3.3 Seeton model 4 Notes 5 See also

Physical causes
A molecular view of liquids can be used for a qualitative picture of the process of decrease in the shear (or bulk) viscosity of a simple fluid with temperature. As the temperature increases, the time of interaction between neighbouring molecules of a liquid decreases because of the increased velocities of individual molecules. The macroscopic effect is that the intermolecular force appears to decrease and so does the bulk (or shear) viscosity.[citation needed ] The actual process can be quite complex and is typically represented by simplified mathematical or empirical models, some of which are discussed below.[1] The models are valid over limited temperature ranges and for selected materials.

Models for shear viscosity


Exponential model
An exponential model for the temperature-dependence of shear viscosity () was first proposed by Reynolds in 1886.[2]

where T is temperature and and are coefficients. See first-order fluid and second-order fluid. This is an empirical model that usually works for a limited range of temperatures.

Arrhenius model
The model is based on the assumption that the fluid flow obeys the Arrhenius equation for molecular kinetics:

where T is temperature, is a coefficient, E is the activation energy and R is the universal gas constant. A firstorder fluid is another name for a power-law fluid with exponential dependence of viscosity on temperature.

Williams-Landel-Ferry model
See also: Williams-Landel-Ferry equation The Williams-Landel-Ferry model, or WLF for short, is usually used for polymer melts or other fluids that have a glass transition temperature. The model is:

where T-temperature, each other).

and

are empiric parameters (only three of them are independent from

If one selects the parameter based on the glass transition temperature, then the parameters , become very similar for the wide class of polymers. Typically, if is set to match the glass transition temperature , we get 17.44 and K. Van Krevelen recommends to choose K, then

and 101.6 K. Using such universal parameters allows one to guess the temperature dependence of a polymer by knowing the viscosity at a single temperature. In reality the universal parameters are not that universal, and it is much better to fit the WLF parameters from the experimental data.

Viscosity of water
Viscosity of water equation accurate to within 2.5% from 0 C to 370 C:[citation needed ]

where T has units of Kelvin, and has units of Ns/m.

Models for kinematic viscosity


The effect of temperature on the kinematic viscosity ( ) has also been described by a number of empirical equations.

Walther formula
The Walther formula[1] is typically written in the form

where is a shift constant, and A, B are empirical parameters.

Wright model
The Wright model[1] has the form

where an addition function f(), often a polynomial fit to experimental data, has been added to the Walther formula.

Seeton model
The Seeton model[1]is based on curve fitting the viscosity dependence of many liquids (refrigerants, hydrocarbons and lubricants) versus temperature and applies over a large temperature and viscosity range:

where T is absolute temperature in kelvins, is the kinematic viscosity in centistokes, is the zero order modified Bessel function of the second kind, and A and B are liquid specific values. This form should not be applied to ammonia or water viscosity over a large temperature range. For liquid metal viscosity as a function of temperature, Seeton proposed:

Notes
1. ^ a b c d Seeton, Christopher J. (2006), "Viscosity-temperature correlation for liquids"

(http://link.springer.com/article/10.1007/s11249-006-9071-2/fulltext.html), Tribology Letters, doi:10.1007/s11249-006-9071-2 (http://dx.doi.org/10.1007%2Fs11249-006-9071-2) 2. ^ Reynolds O. (1886). Phil Trans Royal Soc London, v. 177, p.157.

See also
Viscoelasticity Timetemperature superposition Williams-Landel-Ferry equation Retrieved from "http://en.wikipedia.org/w/index.php? title=Temperature_dependence_of_liquid_viscosity&oldid=565857137" Categories: Non-Newtonian fluids This page was last modified on 26 July 2013 at 06:52. Text is available under the Creative Commons Attribution-ShareAlike License; additional terms may apply. By using this site, you agree to the Terms of Use and Privacy Policy. Wikipedia is a registered trademark of the Wikimedia Foundation, Inc., a non-profit organization.

Properties of water
From Wikipedia, the free encyclopedia

Water (H2 O) is the most abundant compound on Earth's surface, covering about 70 percent of the planet. In nature, water exists in liquid, solid, and gaseous states. It is in dynamic equilibrium between the liquid and gas states at standard temperature and pressure. At room temperature, it is a tasteless and odorless liquid, nearly colorless with a hint of blue. Many substances dissolve in water and it is commonly referred to as the universal solvent . Because of this, water in nature and in use is rarely pure and some of its properties may vary slightly from those of the pure substance. However, there are also many compounds that are essentially, if not completely, insoluble in water. Water is the only common substance found naturally in all three common states of matter and it is essential for all life on Earth.[4] Water usually makes up 55% to 78% of the human body.[5] In keeping with the basic rules of chemical nomenclature, water would have a systematic name of dihydrogen monoxide,[6] but this is not among the names published by the International Union of Pure and Applied Chemistry[7] and, rather than being used in a chemical context, the name is almost exclusively used as a humorous way to refer to water.
CAS number

Water (H2O)

IUPAC name Water Oxidane Other names Hydrogen oxide Dihydrogen monoxide (DHMO) Hydrogen monoxide Dihydrogen oxide Hydrogen hydroxide (HH or HOH) Hydric acid Hydrohydroxic acid Hydroxic acid Hydrol[1] -Oxido dihydrogen

Identifiers 7732-18-5 962 937 059QF0KO0R CHEBI:15377 CHEMBL1098659 PubChem ChemSpider UNII ChEBI ChEMBL

Contents
1 Forms of water 2 Physics and chemistry 2.1 Water, ice and vapor 2.1.1 Heat capacity and heats of vaporization and fusion 2.1.2 Density of water and ice 2.1.3 Density of saltwater and ice 2.1.4 Miscibility and condensation 2.1.5 Vapor pressure 2.1.6 Compressibility 2.1.7 Triple point 2.2 Electrical properties

RTECS number ZC0110000 Jmol-3D images Image 1 (http://chemapps.stolaf.edu/jmol/jmol.php? model=O) SMILES InChI Properties Molecular formula H2O

2.2.1 Electrical conductivity 2.2.2 Electrolysis 2.3 Static dielectric constant 2.4 Polarity and hydrogen bonding 2.4.1 Cohesion and adhesion 2.4.2 Surface tension 2.4.3 Capillary action 2.4.4 Water as a solvent 2.5 Water in acid-base reactions 2.5.1 Ligand chemistry 2.5.2 Organic chemistry 2.5.3 Acidity in nature 2.6 Water in redox reactions 2.7 Geochemistry 2.8 Transparency 2.9 Heavy water and isotopologues 3 History 4 Systematic naming 5 See also 6 Notes 7 References 8 External links

Molar mass Appearance

18.01528(33) g/mol white solid or almost colorless, transparent, with a slight hint of blue, crystalline solid or liquid [2] 1000 kg/m3= 1 g/cm3, liquid (4 C) (62.4 lb/cu. ft) 917 kg/m3, solid

Density

Melting point Boiling point

0 C, 32 F, 273.15 K[3] 99.98 C, 211.97 F, 373.13 K[3]

Acidity (pKa) Basicity (pKb)

15.74 ~3536 15.74

Refractive index 1.3330 ( nD ) Viscosity 0.001 Pas at 20 C Structure Crystal structure Hexagonal Molecular shape Bent Dipole moment Main hazards 1.85 D Hazards Drowning (see also Dihydrogen monoxide hoax) Water intoxication

Forms of water
Like many substances, water can take numerous forms that are broadly categorized by phase of matter. The liquid phase is the most common among water's phases (within the Earth's atmosphere and surface) and is the form that is generally denoted by the word "water." The solid phase of water is known as ice and commonly takes the structure of hard, amalgamated crystals, such as ice cubes, or loosely accumulated granular crystals, like snow. For a list of the many different crystalline and amorphous forms of solid H2O, see the article ice. The gaseous phase of water is known as water vapor (or steam), and is characterized by water assuming the configuration of a transparent cloud. (Note that the visible steam and clouds are, in fact, water in the liquid form as minute droplets suspended in the air.) The fourth state of water, that of a supercritical fluid, is much less common than the other three and only rarely occurs in nature, in extremely uninhabitable conditions. When water achieves a specific critical temperature and a specific critical pressure (647K and 22.064MPa), liquid and gas phase merge to

NFPA 704

Related compounds Other cations Hydrogen sulfide Hydrogen selenide Hydrogen telluride Hydrogen polonide Hydrogen peroxide methanol Related compounds water vapor ice heavy water

Related solvents acetone

(verify) (what is: / ?) Except where noted otherwise, data are given for materials

in their standard state (at 25 C, 100 kPa) one homogeneous fluid phase, with properties of both gas and liquid. One example of naturally Infobox references occurring supercritical water is found in the hottest parts of deep water hydrothermal vents, in which water is heated to the critical temperature by scalding volcanic plumes and achieves the critical pressure because of the crushing weight of the ocean at the extreme depths at which the vents are located. Additionally, anywhere there is volcanic activity below a depth of 2.25 km (1.40 mi) can be expected to have water in the supercritical phase.[8]

Vienna Standard Mean Ocean Water is the current international standard for water isotopes. Naturally occurring water is almost completely composed of the neutron-less hydrogen isotope protium. Only 155 ppm 2 include deuterium ( H or D), a hydrogen isotope with one neutron, and fewer than 20 parts per quintillion 3 include tritium ( H or T), which has two. Heavy water is water with a higher-than-average deuterium content, up to 100%. Chemically, it is similar but not identical to normal water. This is because the nucleus of deuterium is twice as heavy as protium, and this causes noticeable differences in bonding energies. Because water molecules exchange hydrogen atoms with one another, hydrogen deuterium oxide (DOH) is much more common in low-purity heavy water than pure dideuterium monoxide (D2O). Humans are generally unaware of taste differences,[9] but sometimes report a burning sensation[10] or sweet flavor.[11] Rats, however, are able to avoid heavy water by smell.[12] Toxic to many animals,[12] heavy water is used in the nuclear reactor industry to moderate (slow down) neutrons. Light water reactors are also common, where "light" simply designates normal water. Light water more specifically refers to deuterium-depleted water (DDW), water in which the deuterium content has been reduced below the standard 155 ppm level.

Physics and chemistry


See also: Water chemistry analysis Water is the chemical substance with chemical formula H2 O: one molecule of water has two hydrogen atoms covalently bonded to a single oxygen atom.[13] Water is a tasteless, odorless liquid at ambient temperature and pressure, and appears colorless in small quantities, although it has its own intrinsic very light blue hue. Ice also appears colorless, and water vapor is essentially invisible as a gas.[2] Water is primarily a liquid under standard conditions, which is not predicted from its relationship to other analogous hydrides of the oxygen family in the periodic table, which are gases such as hydrogen sulfide. The elements surrounding oxygen in the periodic table, nitrogen, fluorine, phosphorus, sulfur and chlorine, all combine with hydrogen to produce gases under standard conditions. The reason that water forms a liquid is that oxygen is more electronegative than all of these elements with the exception of fluorine. Oxygen attracts electrons much more strongly than hydrogen, resulting in a net positive charge on the hydrogen atoms, and a net negative charge on the oxygen atom. The presence of a charge on each of these atoms gives each water molecule a net dipole moment. Electrical attraction between water molecules due to this dipole pulls individual molecules closer together, making it more difficult to separate the molecules and therefore raising the boiling point. This attraction is known as hydrogen bonding. The molecules of water are constantly moving in relation to each other, and the hydrogen bonds are continually breaking and reforming at timescales faster than 200 femtoseconds.[14] However, this bond is sufficiently strong to create many of the peculiar properties of water, such as those that make it integral to life. Water can be described as a polar liquid that slightly dissociates + disproportionately into the hydronium ion (H3 O (aq)) and an associated hydroxide ion (OH (aq)). 2 H2 O (l) H3 O (aq) + OH (aq)
+

The dissociation constant for this dissociation is commonly symbolized as Kw and has a value of about 1014 at 25 C; see "Water (data page)" and "Self-ionization of water" for more information. Percentage of elements in water by mass: 11.1% hydrogen, 88.9% oxygen.[15] The self-diffusion coefficient of water is 2.299109 ms1 [16]

Water, ice and vapor


Heat capacity and heats of vaporization and fusion Main article: Enthalpy of vaporization Heat of vaporization Water has a very high specific Temperature (C) Hv (kJ/mol)[17] heat capacity the second highest among all the 0 45.054 heteroatomic species (after 25 43.99 ammonia), as well as a high 40 43.35 heat of vaporization (40.65 kJ/mol or 2257 kJ/kg 60 42.482 at the normal boiling point), 80 41.585 both of which are a result of the extensive hydrogen 100 40.657 bonding between its 120 39.684 molecules. These two unusual properties allow water to 140 38.643 Heat of vaporization of water from moderate Earth's climate by 160 37.518 melting to critical temperature buffering large fluctuations in 180 36.304 temperature. According to Josh Willis, of NASA's Jet Propulsion Laboratory, the oceans absorb 200 34.962 one thousand times more heat than the atmosphere (air) and are holding 220 33.468 80 to 90% of the heat of global warming.[18] 240 31.809 The specific enthalpy of fusion of water is 333.55 kJ/kg at 0 C. Of 260 29.93 common substances, only that of ammonia is higher. This property confers resistance to melting on the ice of glaciers and drift ice. Before 280 27.795 and since the advent of mechanical refrigeration, ice was and still is in 300 25.3 common use for retarding food spoilage. 320 22.297 340 360 374 18.502 12.966 2.066

Constant-pressure heat capacity Temperature (C) Cp (J/(gK) at 100 kPa)[19] 0 10 20 25 30 40 50 60 70 80 90 100 4.2176 4.1921 4.1818 4.1814 4.1784 4.1785 4.1806 4.1843 4.1895 4.1963 4.205 4.2159

Note that the specific heat capacity of ice at 10 C is about 2.05 J/(gK) and that the heat capacity of steam at 100 C is about 2.080 J/(gK). Density of water and ice The density of water is approximately one gram per cubic centimeter. It is dependent on its temperature, but the relation is not linear and is unimodal rather than monotonic (see table at left). When cooled from room temperature liquid water becomes increasingly dense, as with other substances, but at approximately 4 C (39 F), pure water reaches its maximum density. As it is cooled further, it expands to become less dense. This unusual negative thermal expansion is attributed to strong, orientation-dependent, intermolecular interactions and is also observed in molten silica.[22]

The solid form of most substances is denser than the liquid phase; thus, a block of most solids will sink in the liquid. However, a block of ice floats in liquid water because ice is less dense. Upon freezing, the density of water decreases by about 9%.[23] This is due to the 'cooling' of intermolecular vibrations allowing the molecules to form steady hydrogen bonds with their neighbors and thereby gradually locking into positions reminiscent of the hexagonal packing achieved upon freezing to ice Ih . Whereas the hydrogen bonds are shorter in the crystal than in the liquid, this locking effect reduces the average coordination number of molecules as the liquid approaches nucleation. Other substances that expand on freezing are silicon, gallium, germanium, antimony, bismuth, plutonium and also chemical compounds that form spacious crystal lattices with tetrahedral coordination. Only ordinary hexagonal ice is less dense than the liquid. Under increasing pressure, ice undergoes a number of transitions to other allotropic forms with higher density than liquid water, such as ice II, ice III, high-density amorphous ice (HDA), and very-high-density amorphous ice (VHDA).

Density of ice and water as a function of temperature

Density of liquid water Temp (C) +100 +80 +60 +40 +30 +25 +22 +20 +15 +10 +4 0 10 20 30 Density (kg/m3 )[20][21] 958.4 971.8 983.2 992.2 995.6502 997.0479 997.7735 998.2071 999.1026 999.7026 999.9720 999.8395 998.117 993.547 983.854

Water also expands significantly as the temperature increases. Water near the boiling point is about 96% as dense as water at 4 C.

The melting point of ice is 0 C (32 F, 273.15 K) at standard pressure, however, pure liquid water can be supercooled well below that temperature without freezing if the liquid is not mechanically disturbed. It can remain in a fluid state down to its homogeneous nucleation point of approximately 231 K (42 C).[24] The melting point of ordinary hexagonal ice falls slightly under moderately high pressures, but as ice transforms into its allotropes (see crystalline states of ice) above 209.9 MPa (2,072 atm), the melting point increases markedly with pressure, i.e., reaching 355 K (82 C) at 2.216 GPa (21,870 atm) (triple point of Ice VII[25]). A significant increase of pressure is required to lower the melting point of ordinary icethe pressure exerted by an ice skater on the ice only reduces the melting point by approximately 0.09 C (0.16 F).[citation needed ]

Temperature distribution in a lake in summer and winter

These properties of water have important consequences in its role in Earth's ecosystem. Water at a temperature of 4 C will always accumulate at the bottom of freshwater lakes, irrespective of the temperature in the atmosphere. Since water and ice are poor conductors of heat[26] (good insulators) it is unlikely that sufficiently deep lakes will freeze completely, unless stirred by strong currents that mix cooler and warmer water and accelerate the cooling. In warming weather, chunks of ice float, rather than sink to the bottom where they might melt extremely slowly. These properties therefore allow aquatic life in the lake to survive during the winter. Density of saltwater and ice The density of water is dependent on the dissolved salt content as well as the temperature of the water. Ice still floats in the oceans, otherwise they would freeze from the bottom up. However, the salt content of oceans lowers the freezing point by about 2 C (see here for explanation) and lowers the temperature of the density maximum of water to the freezing point. This is why, in ocean water, the downward convection of colder water is not blocked by an expansion of water as it becomes colder near the freezing point. The oceans' cold water near the freezing point continues to sink. For this reason, any creature attempting to survive at the bottom of such cold water as the Arctic Ocean generally lives in water that is 4 C colder than the temperature at the bottom of frozen-over fresh water lakes and rivers in the winter. In cold countries, when the temperature of fresh water reaches 4 C, the layers of water near the top in contact with cold air continue to lose heat energy and their temperature falls below 4 C. On cooling below 4 C, these layers do not sink but may rise up as fresh water has a maximum density at 4 C. (Refer: Polarity and hydrogen bonding) Due to this, the layer of water at 4 C remains at the bottom and above this layers of water 3 C, 2 C, 1 C and 0 C are formed. Because ice is a poor conductor of heat, it does not absorb heat energy from

The values below 0 C refer to supercooled water.

the water beneath the layer of ice which prevents the water freezing. Thus, aquatic creatures survive in such places.[citation needed ] As the surface of salt water begins to freeze (at 1.9 C for normal salinity seawater, 3.5%) the ice that forms is essentially salt free with a density approximately equal to that of freshwater ice. This ice floats on the surface and the salt that is "frozen out" adds to the salinity and density of the seawater just below it, in a process known as brine rejection. This denser saltwater sinks by convection and the replacing seawater is subject to the same process. This WOA surface density provides essentially freshwater ice at 1.9 C on the surface. The increased density of the seawater beneath the forming ice causes it to sink towards the bottom. On a large scale, the process of brine rejection and sinking cold salty water results in ocean currents forming to transport such water away from the Poles, leading to a global system of currents called the thermohaline circulation. One potential consequence of global warming is that the loss of Arctic and Antarctic ice could result in the loss of these currents as well, which could have unforeseeable consequences on near and distant climates. Miscibility and condensation Main article: Humidity Water is miscible with many liquids, for example ethanol in all proportions, forming a single homogeneous liquid. On the other hand, water and most oils are immiscible usually forming layers according to increasing density from the top. As a gas, water vapor is completely miscible with air. On the other hand the maximum water vapor pressure that is thermodynamically stable with the liquid (or solid) at a given temperature is relatively low compared with total atmospheric pressure. For example, if the vapor partial pressure[27] is 2% of atmospheric pressure and the air is cooled from 25 C, starting at about 22 C water will start to condense, defining the dew point, and creating fog or dew. Red line shows saturation The reverse process accounts for the fog burning off in the morning. If the humidity is increased at room temperature, for example, by running a hot shower or a bath, and the temperature stays about the same, the vapor soon reaches the pressure for phase change, and then condenses out as minute water droplets, commonly referred to as steam.

A gas in this context is referred to as saturated or 100% relative humidity, when the vapor pressure of water in the air is at the equilibrium with vapor pressure due to (liquid) water; water (or ice, if cool enough) will fail to lose mass through evaporation when exposed to saturated air. Because the amount of water vapor in air is small, relative humidity, the ratio of the partial pressure due to the water vapor to the saturated partial vapor pressure, is much more useful. Water vapor pressure above 100% relative humidity is called super-saturated and can occur if air is rapidly cooled, for example, by rising suddenly in an updraft.[28] Vapor pressure Main article: Vapor pressure of water

Vapor pressure diagrams of water

Temperature C K F Pa atm 0 273 32 5 278 41 611 0.00603 872 0.00861

Pressure [29] torr(mmHg) in Hg psi 4.58 0.180 0.0886 6.54 0.257 0.1265 9.21 0.363 0.1781 10.52 0.414 0.2034 11.99 0.472 0.2318 13.63 0.537 0.2636 14.53 0.572 0.2810 15.48 0.609 0.2993 16.48 0.649 0.3187 17.54 0.691 0.3392 18.65 0.734 0.3606 19.83 0.781 0.3834 21.07 0.830 0.4074 22.38 0.881 0.4328 23.76 0.935 0.4594

10 283 50 1,228 0.01212 12 285 54 1,403 0.01385 14 287 57 1,599 0.01578 16 289 61 1,817 0.01793 17 290 63 1,937 0.01912 18 291 64 2,064 0.02037 19 292 66 2,197 0.02168 20 293 68 2,338 0.02307 21 294 70 2,486 0.02453 22 295 72 2,644 0.02609 23 296 73 2,809 0.02772 24 297 75 2,984 0.02945 25 298 77 3,168 0.03127 Compressibility

The compressibility of water is a function of pressure and temperature. At 0 C, at the limit of zero pressure, the compressibility is 5.1 1010 Pa1.[30] At the zero-pressure limit, the compressibility reaches a minimum of 4.4 1010 Pa1 around 45 C before increasing again with increasing temperature. As the pressure is increased, the compressibility decreases, being 3.9 1010 Pa1 at 0 C and 100 MPa. The bulk modulus of water is 2.2 GPa.[31] The low compressibility of non-gases, and of water in particular, leads to their often being assumed as incompressible. The low compressibility of water means that even in the deep oceans at 4 km depth, where pressures are 40 MPa, there is only a 1.8% decrease in volume.[31] Triple point The temperature and pressure at which solid, liquid, and gaseous water coexist in equilibrium is called the triple point of water. This point is used to define the units of temperature (the kelvin, the SI unit of thermodynamic temperature and, indirectly, the degree Celsius and even the degree Fahrenheit). As a consequence, water's triple point temperature is a prescribed value rather than a measured quantity. The triple point is at a temperature of 273.16 K (0.01 C) by convention, and at a pressure of 611.73 Pa. This pressure is quite low, about 1166 of the normal sea level barometric pressure of 101,325 Pa. The atmospheric surface pressure on planet Mars is 610.5 Pa, which is remarkably close to the triple point pressure. The altitude of this surface pressure was used to define zero-elevation or "sea level" on that planet.[33] Although it is commonly named as "the triple point of water", the stable combination of liquid water, ice I, and water vapor is but one of several triple points on the phase diagram of water. Water phase diagram: Y-axis = Pressure in pascals (10n); X -axis = Gustav Heinrich Johann Apollon temperature in kelvins; S = solid; L = liquid; V = vapor; CP = critical Tammann in Gttingen produced data point; TP = triple point of water on several other triple points in the early 20th century. Kamb and others documented further triple points in the 1960s.[32][34][35] The various triple points of water[32] Phases in stable equilibrium Pressure Temperature liquid water, ice Ih , and water vapor 611.73 Pa 273.16 K (0.01 C) liquid water, ice Ih , and ice III liquid water, ice III, and ice V liquid water, ice V, and ice VI ice Ih , Ice II, and ice III ice II, ice III, and ice V ice II, ice V, and ice VI 209.9 MPa 251 K (22 C) 350.1 MPa 17.0 C 632.4 MPa 0.16 C 213 MPa 344 MPa 626 MPa 35 C 24 C 70 C

Electrical properties

Electrical conductivity Pure water containing no exogenous ions is an excellent insulator, but not even "deionized" water is completely free of ions. Water undergoes auto-ionization in the liquid state, when two water molecules form one hydroxide + anion (OH) and one hydronium cation (H3 O ). Because water is such a good solvent, it almost always has some solute dissolved in it, often a salt. If water has even a tiny amount of such an impurity, then it can conduct electricity far more readily.[citation needed ] It is known that the theoretical maximum electrical resistivity for water is approximately 182 km at 25 C. This figure agrees well with what is typically seen on reverse osmosis, ultra-filtered and deionized ultra-pure water systems used, for instance, in semiconductor manufacturing plants. A salt or acid contaminant level exceeding even 100 parts per trillion (ppt) in otherwise ultra-pure water begins to noticeably lower its resistivity by up to several km.[citation needed ] In pure water, sensitive equipment can detect a very slight electrical conductivity of 0.055 S/cm at 25 C. Water can also be electrolyzed into oxygen and hydrogen gases but in the absence of dissolved ions this is a very slow process, as very little current is conducted. In ice, the primary charge carriers are protons (see proton conductor).[36] Electrolysis Main article: Electrolysis of water Water can be split into its constituent elements, hydrogen and oxygen, by passing an electric current through it. + This process is called electrolysis. Water molecules naturally dissociate into H and OH ions, which are + attracted toward the cathode and anode, respectively. At the cathode, two H ions pick up electrons and form H2 gas. At the anode, four OH ions combine and release O2 gas, molecular water, and four electrons. The gases produced bubble to the surface, where they can be collected. The standard potential of the water electrolysis cell (when heat is added to the reaction) is a minimum of 1.23 V at 25 C. The operating potential is actually 1.48 V (or above) in practical electrolysis when heat input is negligible.

Static dielectric constant


temperature /C 0 dielectric constant of water[citation needed ] 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

87.9 83.95 80.18 76.58 73.18 69.88 66.76 63.78 60.93 58.2 55.58

One of the important properties of water is that it has a high dielectric constant. This constant shows its ability to make electrostatic bonds with other molecules, meaning it can eliminate the attraction of the opposite charges of the surrounding ions.

Polarity and hydrogen bonding


See also: Chemical polarity An important feature of water is its polar nature. The water molecule forms an angle, with hydrogen atoms at the tips and oxygen at the vertex. This angle formed is 104.3 degrees as opposed to the typical tetrahedral angle of 109 degrees. Because oxygen has a higher electronegativity than hydrogen, the side of the molecule with the

oxygen atom has a partial negative charge. Also the presence of the lone pairs tend to push the oxygen away. An object with such a charge difference is called a dipole meaning two poles. The oxygen end is partially negative and the hydrogen end is partially positive, because of this the direction of the dipole moment points from the oxygen towards the center of the hydrogens. The charge differences cause water molecules to be attracted to each other (the relatively positive areas being attracted to the relatively negative areas) and to other polar molecules. This attraction contributes to hydrogen bonding, and explains many of the properties of water, such as solvent action.[37] A water molecule can form a maximum of four hydrogen bonds because it A diagram showing the partial can accept two and donate charges on the atoms in a water two hydrogen atoms. Other molecule molecules like hydrogen fluoride, ammonia, methanol form hydrogen bonds but they do not show anomalous behavior of thermodynamic, kinetic or structural properties like those observed in water. The answer to the apparent difference between water and other hydrogen bonding liquids lies in the fact that apart from water none of the hydrogen bonding molecules can form four hydrogen bonds, either due to an inability to donate/accept hydrogens Model of hydrogen bonds (1) or due to steric effects in bulky residues. In water, local tetrahedral between molecules of water order due to the four hydrogen bonds gives rise to an open structure and a 3-dimensional bonding network, resulting in the anomalous decrease of density when cooled below 4 C. Although hydrogen bonding is a relatively weak attraction compared to the covalent bonds within the water molecule itself, it is responsible for a number of water's physical properties. One such property is its relatively high melting and boiling point temperatures; more energy is required to break the hydrogen bonds between molecules. The similar compound hydrogen sulfide (H2 S), which has much weaker hydrogen bonding, is a gas at room temperature even though it has twice the molecular mass of water. The extra bonding between water molecules also gives liquid water a large specific heat capacity. This high heat capacity makes water a good heat storage medium (coolant) and heat shield. Cohesion and adhesion Water molecules stay close to each other (cohesion), due to the collective action of hydrogen bonds between water molecules. These hydrogen bonds are constantly breaking, with new bonds being formed with different water molecules; but at any given time in a sample of liquid water, a large portion of the molecules are held together by such bonds.[38] Water also has high adhesion properties because of its polar nature. On extremely clean/smooth glass the water may form a thin film because the molecular forces between glass and water molecules Dew drops adhering to a spider web (adhesive forces) are stronger than the cohesive forces. In biological cells and organelles, water is in contact with membrane and protein surfaces that are hydrophilic; that is, surfaces that have a strong attraction to water. Irving Langmuir observed a

strong repulsive force between hydrophilic surfaces. To dehydrate hydrophilic surfacesto remove the strongly held layers of water of hydrationrequires doing substantial work against these forces, called hydration forces. These forces are very large but decrease rapidly over a nanometer or less. They are important in biology, particularly when cells are dehydrated by exposure to dry atmospheres or to extracellular freezing.[39] Surface tension Main article: Surface tension Water has a high surface tension of 72.8 mN/m at room temperature, caused by the strong cohesion between water molecules, the highest of the common nonionic, non-metallic liquids. This can be seen when small quantities of water are placed onto a sorption-free (non-adsorbent and non-absorbent) surface, such as polyethylene or Teflon, and the water stays Temperature dependence of the together as drops. Just as significantly, air surface tension of pure water trapped in surface disturbances forms bubbles, which sometimes last long enough to transfer gas molecules to the water.[citation needed ] Another surface tension effect is capillary waves, which are the surface ripples that form around the impacts of drops on water surfaces, and sometimes occur with strong subsurface currents flowing to the water surface. The apparent elasticity caused by surface tension drives the waves. Capillary action

This paper clip is under the water level, which has risen gently and smoothly. Surface tension prevents the clip from submerging and the water from overflowing the glass edges.

Main article: Capillary action Due to an interplay of the forces of adhesion and surface tension, water exhibits capillary action whereby water rises into a narrow tube against the force of gravity. Water adheres to the inside wall of the tube and surface tension tends to straighten the surface causing a surface rise and more water is pulled up through cohesion. The process continues as the water flows up the tube until there is enough water such that gravity balances the adhesive force. Surface tension and capillary action are important in biology. For example, when water is carried through xylem up stems in plants, the strong intermolecular attractions (cohesion) hold the water column together and adhesive properties maintain the water attachment to the xylem and prevent tension rupture caused by transpiration pull. Water as a solvent Main article: Aqueous solution Water is also a good solvent, due to its polarity. Substances that will mix well and dissolve in water (e.g. salts) are known as hydrophilic ("water-loving") substances, while those that do not mix well with water (e.g. fats and oils), are known as hydrophobic ("water-fearing") substances. The ability of a substance to dissolve in water is determined by whether or not the substance can match or better the strong attractive forces that water molecules generate between other water molecules. If a substance has properties that do not allow it to

overcome these strong intermolecular forces, the molecules are "pushed out" from the water, and do not dissolve. Contrary to the common misconception, water and hydrophobic substances do not "repel", and the hydration of a hydrophobic surface is energetically, but not entropically, favorable. When an ionic or polar compound enters water, it is surrounded by water molecules (Hydration). The relatively small size of water molecules typically allows many water molecules to surround one molecule of solute. The partially negative dipole ends of the water are attracted to positively charged components of the solute, and vice versa for the positive dipole ends. In general, ionic and polar substances such as acids, alcohols, and salts are relatively soluble in water, and non-polar substances such as fats and oils are not. Non-polar molecules stay together in water because it is energetically more favorable for the water molecules to hydrogen bond to each other than to engage in van der Waals interactions with non-polar molecules. An example of an ionic solute is table salt; the sodium chloride, NaCl, + separates into Na cations and Cl anions, each being surrounded by water molecules. The ions are then easily transported away from their crystalline lattice into solution. An example of a nonionic solute is table sugar. The water dipoles make hydrogen bonds with the polar regions of the sugar molecule (OH groups) and allow it to be carried away into solution.

Water in acid-base reactions

Presence of colloidal calcium carbonate from high concentrations of dissolved lime turns the water of Havasu Falls turquoise.

Chemically, water is amphoteric: it can act as either an acid or a base in chemical reactions. According to the Brnsted-Lowry definition, an acid is defined as a species which donates a + proton (a H ion) in a reaction, and a base as one which receives a proton. When reacting with a stronger acid, + water acts as a base; when reacting with a stronger base, it acts as an acid. For instance, water receives an H ion from HCl when hydrochloric acid is formed: HCl (acid) + H2 O (base) H3 O + Cl
+ +

In the reaction with ammonia, NH3 , water donates a H ion, and is thus acting as an acid: NH3 (base) + H2 O (acid) NH+ 4 + OH

Because the oxygen atom in water has two lone pairs, water often acts as a Lewis base, or electron pair donor, in reactions with Lewis acids, although it can also react with Lewis bases, forming hydrogen bonds between the electron pair donors and the hydrogen atoms of water. HSAB theory describes water as both a weak hard acid and a weak hard base, meaning that it reacts preferentially with other hard species: H (Lewis acid) + H2 O (Lewis base) H3 O
3+ + +

Fe (Lewis acid) + H2 O (Lewis base) Fe(H2 O)3+ 6 Cl (Lewis base) + H2 O (Lewis acid) Cl(H2 O) 6 When a salt of a weak acid or of a weak base is dissolved in water, water can partially hydrolyze the salt, producing the corresponding base or acid, which gives aqueous solutions of soap and baking soda their basic pH:

Na2 CO3 + H2 O Ligand chemistry

NaOH + NaHCO3

Water's Lewis base character makes it a common ligand in transition metal complexes, examples of which range from solvated ions, such as Fe(H2 O)3+ 6 , to perrhenic acid, which contains two water molecules coordinated to a rhenium atom, to various solid hydrates, such as CoCl2 6H2 O. Water is typically a monodentate ligand, it forms only one bond with the central atom. Organic chemistry As a hard base, water reacts readily with organic carbocations, for example in hydration reaction, in which a hydroxyl group (OH ) and an acidic proton are added to the two carbon atoms bonded together in the carboncarbon double bond, resulting in an alcohol. When addition of water to an organic molecule cleaves the molecule in two, hydrolysis is said to occur. Notable examples of hydrolysis are saponification of fats and digestion of proteins and polysaccharides. Water can also be a leaving group in SN2 substitution and E2 elimination reactions, the latter is then known as dehydration reaction. Acidity in nature Pure water has the concentration of hydroxide ions (OH ) equal to that of the hydronium (H3 O ) or hydrogen + (H ) ions, which gives pH of 7 at 298 K. In practice, pure water is very difficult to produce. Water left exposed to air for any length of time will dissolve carbon dioxide, forming a dilute solution of carbonic acid, with a limiting pH of about 5.7. As cloud droplets form in the atmosphere and as raindrops fall through the air minor amounts of CO2 are absorbed, and thus most rain is slightly acidic. If high amounts of nitrogen and sulfur oxides are present in the air, they too will dissolve into the cloud and rain drops, producing acid rain.
+

Water in redox reactions


Water contains hydrogen in oxidation state +1 and oxygen in oxidation state 2. Because of that, water oxidizes + chemicals with reduction potential below the potential of H /H2 , such as hydrides, alkali and alkaline earth metals (except for beryllium), etc. Some other reactive metals, such as aluminum, are oxidized by water as well, but their oxides are not soluble, and the reaction stops because of passivation. Note, however, that rusting of iron is a reaction between iron and oxygen, dissolved in water, not between iron and water. 2 Na + 2 H2 O 2 NaOH + H2 Water itself can be oxidized, emitting oxygen gas, but very few oxidants react with water even if their reduction 2 potential is greater than the potential of O2 /O . Almost all such reactions require a catalyst.[40] 4 AgF2 + 2 H2 O 4 AgF + 4 HF + O2

Geochemistry
Action of water on rock over long periods of time typically leads to weathering and water erosion, physical processes that convert solid rocks and minerals into soil and sediment, but under some conditions chemical reactions with water occur as well, resulting in metasomatism or mineral hydration, a type of chemical alteration of a rock which produces clay minerals in nature and also occurs when Portland cement hardens.

Water ice can form clathrate compounds, known as clathrate hydrates, with a variety of small molecules that can be embedded in its spacious crystal lattice. The most notable of these is methane clathrate, 4CH4 23H2 O, naturally found in large quantities on the ocean floor.

Transparency
Main article: Water absorption Water is relatively transparent to visible light, near ultraviolet light, and far-red light, but it absorbs most ultraviolet light, infrared light, and microwaves. Most photoreceptors and photosynthetic pigments utilize the portion of the light spectrum that is transmitted well through water. Microwave ovens take advantage of water's opacity to microwave radiation to heat the water inside of foods. The very weak onset of absorption in the red end of the visible spectrum lends water its intrinsic blue hue (see Color of water).

Heavy water and isotopologues


Several isotopes of both hydrogen and oxygen exist, giving rise to several known isotopologues of water. Hydrogen occurs naturally in three isotopes. The most common (1H) accounting for more than 99.98% of hydrogen in water, consists of only a single proton in its nucleus. A second, stable isotope, deuterium (chemical symbol D or 2H), has an additional neutron. Deuterium oxide, D2 O, is also known as heavy water because of its higher density. It is used in nuclear reactors as a neutron moderator. The third isotope, tritium, has 1 proton and 2 neutrons, and is radioactive, decaying with a half-life of 4500 days. T2 O exists in nature only in minute quantities, being produced primarily via cosmic ray-induced nuclear reactions in the atmosphere. Water with one deuterium atom HDO occurs naturally in ordinary water in low concentrations (~0.03%) and D2 O in far lower amounts (0.000003%). The most notable physical differences between H2 O and D2 O, other than the simple difference in specific mass, involve properties that are affected by hydrogen bonding, such as freezing and boiling, and other kinetic effects. The difference in boiling points allows the isotopologues to be separated. The self-diffusion coefficient of H2 O at 25C is 23% higher than the value of D2 O.[41] Consumption of pure isolated D2 O may affect biochemical processes ingestion of large amounts impairs kidney and central nervous system function. Small quantities can be consumed without any ill-effects, and even very large amounts of heavy water must be consumed for any toxicity to become apparent. Oxygen also has three stable isotopes, with O present in 99.76%, molecules.[42]
16 17

O in 0.04%, and

18

O in 0.2% of water

History
The first decomposition of water into hydrogen and oxygen, by electrolysis, was done in 1800 by an English chemist William Nicholson. In 1805, Joseph Louis Gay-Lussac and Alexander von Humboldt showed that water is composed of two parts hydrogen and one part oxygen. Gilbert Newton Lewis isolated the first sample of pure heavy water in 1933. The properties of water have historically been used to define various temperature scales. Notably, the Kelvin, Celsius, Rankine, and Fahrenheit scales were, or currently are, defined by the freezing and boiling points of water. The less common scales of Delisle, Newton, Raumur and Rmer were defined similarly. The triple point

of water is a more commonly used standard point today.[43]

Systematic naming
The accepted IUPAC name of water is oxidane[44] or simply water, or its equivalent in different languages, although there are other systematic names which can be used to describe the molecule.[45] The simplest systematic name of water is hydrogen oxide. This is analogous to related compounds such as hydrogen peroxide, hydrogen sulfide, and deuterium oxide (heavy water). Another systematic name, oxidane, is accepted by IUPAC as a parent name for the systematic naming of oxygen-based substituent groups,[46] although even these commonly have other recommended names. For example, the name hydroxyl is recommended over oxidanyl for the OH group. The name oxane is explicitly mentioned by the IUPAC as being unsuitable for this purpose, since it is already the name of a cyclic ether also known as tetrahydropyran. The polarized form of the water molecule, H+OH, is also called hydron hydroxide by IUPAC nomenclature.[47] Dihydrogen monoxide (DHMO) is a rarely used name of water. This term has been used in various hoaxes that call for this "lethal chemical" to be banned, such as in the dihydrogen monoxide hoax. Other systematic names for water include hydroxic acid, hydroxylic acid, and hydrogen hydroxide. Both acid and alkali names exist for water because it is amphoteric (able to react both as an acid or an alkali). None of these exotic names are used widely.

See also
Double distilled water Electromagnetic absorption by water Flexible SPC water model Fluid dynamics Optical properties of water and ice Superheated water Trioxidane Viscosity of water Water cluster Water dimer Water thread experiment

Notes
1. ^ Definition of Hydrol (http://www.merriam-webster.com/dictionary/hydrol) Merriam-Webster 2. ^ a b Braun, Charles L.; Sergei N. Smirnov (1993). "Why is water blue?" (http://www.dartmouth.edu/~etrnsfer/water.htm). J. Chem. Educ. 70 (8): 612. Bibcode:1993JChEd..70..612B (http://adsabs.harvard.edu/abs/1993JChEd..70..612B). doi:10.1021/ed070p612 (http://dx.doi.org/10.1021%2Fed070p612). 3. ^ a b Vienna Standard Mean Ocean Water (VSMOW), used for calibration, melts at 273.1500089(10) K (0.000089(10) C, and boils at 373.1339 K (99.9839 C). Other isotopic compositions melt or boil at slightly different temperatures. 4. ^ United Nations (http://www.un.org/waterforlifedecade/background.html). Un.org (2005-03-22). Retrieved on 2011-11-22.

2011-11-22. 5. ^ Utz, Jeffrey. Re: What percentage of the human body is composed of water? (http://www.madsci.org/posts/archives/2000-05/958588306.An.r.html), The MadSci Network 6. ^ Leigh, pp. 2728. 7. ^ Leigh, p. 34. 8. ^ 22.064 MPa / ((1 kg gravity on earth) per liter) = 2.25 km 9. ^ Urey, Harold C. et al. (15 Mar 1935). "Concerning the Taste of Heavy Water". Science 81 (2098) (New York: The Science Press). p. 273. doi:10.1126/science.81.2098.273-a (http://dx.doi.org/10.1126%2Fscience.81.2098.273-a). 10. ^ "Experimenter Drinks 'Heavy Water' at $5,000 a Quart" (http://books.google.com/books? id=MSoDAAAAMBAJ&pg=PA17). Popular Science Monthly 126 (4) (New York: Popular Science Publishing). Apr 1935. p. 17. Retrieved 7 Jan 2011. 11. ^ Mller, Grover C. (June 1937). "Is 'Heavy Water' the Fountain of Youth?" (http://books.google.com/books? id=eiYDAAAAMBAJ&pg=PA22). Popular Science Monthly 130 (6) (New York: Popular Science Publishing). pp. 2223. Retrieved 7 Jan 2011. 12. ^ a b Miller, Inglis J., Jr.; Mooser, Gregory (Jul 1979). "Taste Responses to Deuterium Oxide". Physiology & Behavior 23 (1): 6974. doi:10.1016/0031-9384(79)90124-0 (http://dx.doi.org/10.1016%2F00319384%2879%2990124-0). 13. ^ Campbell, Neil A.; Brad Williamson; Robin J. Heyden (2006). Biology: Exploring Life (http://www.phschool.com/el_marketing.html). Boston, Massachusetts: Pearson Prentice Hall. ISBN 0-13250882-6. 14. ^ Smith, Jared D.; Christopher D. Cappa, Kevin R. Wilson, Ronald C. Cohen, Phillip L. Geissler, Richard J. Saykally (2005). "Unified description of temperature-dependent hydrogen bond rearrangements in liquid water" (http://www.lbl.gov/Science-Articles/Archive/sabl/2005/October/Hydrogen-bonds-in-liquid-water.pdf). Proc. Natl. Acad. Sci. USA 102 (40): 1417114174. Bibcode:2005PNAS..10214171S (http://adsabs.harvard.edu/abs/2005PNAS..10214171S). doi:10.1073/pnas.0506899102 (http://dx.doi.org/10.1073%2Fpnas.0506899102). PMC 1242322 (//www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1242322). PMID 16179387 (//www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16179387). 15. ^ "How much hydrogen and oxygen is in water" (http://wiki.answers.com/Q/How_much_hydrogen_and_oxygen_is_in_water). Retrieved 2012-10-12. 16. ^ M. Holz, S. R. Heil, A. Sacco (2000). "Temperature-dependent self-diffusion coefficients of water and six selected molecular liquids for calibration in accurate 1H NMR PFG Measurements". Phys. Chem. Chem. Phys. 2 (20): 47404742. Bibcode:2000PCCP....2.4740H (http://adsabs.harvard.edu/abs/2000PCCP....2.4740H). doi:10.1039/b005319h (http://dx.doi.org/10.1039%2Fb005319h). 17. ^ Heat of Vaporization of Water vs. Temperature (http://www.xydatasource.com/xy-showdatasetpage.php? datasetcode=35484&dsid=111&searchtext=water). Xydatasource.com. Retrieved on 2011-11-22. 18. ^ NASA Oceans of Climate Change (http://www.nasa.gov/multimedia/podcasting/jpl-earth-20090421.html). Nasa.gov (2009-04-22). Retrieved on 2011-11-22. 19. ^ Constant pressure heat capacity of water vs. temperature (http://www.xydatasource.com/xyshowdatasetpage.php?datasetcode=6841&dsid=104&searchtext=water). Xydatasource.com. Retrieved on 2011-11-22. 20. ^ Lide, D. R. (Ed.) (1990). CRC Handbook of Chemistry and Physics (70th Edn.). Boca Raton (FL):CRC Press 21. ^ Water Density and Specific Weight (http://www.engineeringtoolbox.com/water-density-specific-weightd_595.html). Engineeringtoolbox.com. Retrieved on 2011-11-22 22. ^ Shell, Scott M.; Debenedetti, Pablo G. and Panagiotopoulos, Athanassios Z. (2002). "Molecular structural order and anomalies in liquid silica" (http://www.engr.ucsb.edu/~shell/papers/2002_PRE_silica.pdf). Phys. Rev. E 66: 011202. arXiv:cond-mat/0203383 (//arxiv.org/abs/cond-mat/0203383). Bibcode:2002PhRvE..66a1202S (http://adsabs.harvard.edu/abs/2002PhRvE..66a1202S). doi:10.1103/PhysRevE.66.011202 (http://dx.doi.org/10.1103%2FPhysRevE.66.011202). 23. ^ Smith, Roland (2004) Conquering Chemistry (http://www.cci.net.au/conqchem/), 4th Ed., McGraw-Hill, Sydney 24. ^ Debenedetti, P. G. and Stanley, H. E. (2003). "Supercooled and Glassy Water" (http://polymer.bu.edu/hes/articles/ds03.pdf). Physics Today 56 (6): 4046. Bibcode:2003PhT....56f..40D (http://adsabs.harvard.edu/abs/2003PhT....56f..40D). doi:10.1063/1.1595053 (http://dx.doi.org/10.1063%2F1.1595053). 25. ^ "IAPWS, Release on the pressure along the melting and the sublimation curves of ordinary water substance,

25. ^ "IAPWS, Release on the pressure along the melting and the sublimation curves of ordinary water substance, 2011" (http://www.iapws.org/relguide/MeltSub.htm). Retrieved 2013-02-19. 26. ^ Thermal Conductivity of some common Materials (http://www.engineeringtoolbox.com/thermalconductivity-d_429.html). Engineeringtoolbox.com. Retrieved on 2011-11-22 27. ^ The pressure due to water vapor in the air is called the partial pressure (Dalton's law) and it is directly proportional to the concentration of water molecules in air (Boyle's law). 28. ^ Adiabatic cooling resulting from the ideal gas law. 29. ^ Brown, Theodore L., H. Eugene LeMay, Jr., and Bruce E. Burston (2006). Chemistry: The Central Science. 10th ed. Upper Saddle River, NJ: Pearson Education, Inc., ISBN 0131096869. 30. ^ Fine, R.A. and Millero, F.J. (1973). "Compressibility of water as a function of temperature and pressure". Journal of Chemical Physics 59 (10): 5529. Bibcode:1973JChPh..59.5529F (http://adsabs.harvard.edu/abs/1973JChPh..59.5529F). doi:10.1063/1.1679903 (http://dx.doi.org/10.1063%2F1.1679903). 31. ^ a b Nave, R. "Bulk Elastic Properties" (http://hyperphysics.phy-astr.gsu.edu/hbase/hph.html). HyperPhysics. Georgia State University. Retrieved 2007-10-26. 32. ^ a b Schlter, Oliver (2003-07-28). Impact of High Pressure Low Temperature Processes on Cellular Materials Related to Foods (http://edocs.tu-berlin.de./diss/2003/schlueter_oliver.pdf) (PDF). Technischen Universitt Berlin. 33. ^ Zeitler, W.; Ohlhof, T.; Ebner, H. (2000). "Recomputation of the global Mars control-point network" (http://www.asprs.org/a/publications/pers/2000journal/february/2000_feb_155-161.pdf). Photogrammetric Engineering & Remote Sensing 66 (2): 155161. Retrieved 2009-12-26. 34. ^ Tammann, Gustav Heinrich Johann Apollon (1925). The States Of Aggregation. Constable And Company Limited. 35. ^ Lewis, William Cudmore McCullagh and Rice, James (1922). A System of Physical Chemistry. Longmans, Green and co. 36. ^ Crofts, A. (1996). "Lecture 12: Proton Conduction, Stoichiometry" (http://www.life.uiuc.edu/crofts/bioph354/lect12.html). University of Illinois at Urbana-Champaign. Retrieved 2009-12-06. 37. ^ Campbell, Mary K. and Farrell, Shawn O. (2007). Biochemistry (http://books.google.com/books? id=NYa45_BxgukC&pg=PA37) (6th ed.). Cengage Learning. pp. 3738. ISBN 978-0-495-39041-1. 38. ^ Campbell, Neil A. and Reece, Jane B. (2009). Biology (8th ed.). Pearson. p. 47. ISBN 978-0-8053-6844-4. 39. ^ Physical Forces Organizing Biomolecules (http://web.archive.org/web/20070807213655/http://www.biophysics.org/education/parsegian.pdf). (PDF) 40. ^ Charlot, G. (2007). Qualitative Inorganic Analysis (http://books.google.com/books?id=Ml-AJ9YbnTIC). Read Books. p. 275. ISBN 1-4067-4789-0. 41. ^ Edme H. Hardy, Astrid Zygar, Manfred D. Zeidler, Manfred Holz, Frank D. Sacher: Isotope effect on the translational and rotational motion in liquid water and ammonia. In: J. Chem Phys. 114, 2001, pp. 31743181 42. ^ IAPWS (2001). "Guideline on the Use of Fundamental Physical Constants and Basic Constants of Water" (http://www.iapws.org/relguide/fundam.pdf). 43. ^ A Brief History of Temperature Measurement (http://home.comcast.net/~igpl/Temperature.html). Home.comcast.net. Retrieved on 2011-11-22. 44. ^ Mononuclear hydrides (http://www.acdlabs.com/iupac/nomenclature/93/r93_185.htm) in A Guide to IUPAC Nomenclature of Organic Compounds (Recommendations 1993) online version by ACDLabs 45. ^ Preamble (http://www.acdlabs.com/iupac/nomenclature/93/r93_35.htm) to chemical nomenclature. IUPAC. 46. ^ Leigh, p. 99. 47. ^ "hydron hydroxide compound summary at PubChem" (http://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/summary/summary.cgi?cid=22247451&loc=ec_rcs).

References
Leigh, G. J. et al. (1998). Principles of chemical nomenclature: a guide to IUPAC recommendations (http://old.iupac.org/publications/books/principles/principles_of_nomenclature.pdf). Blackwell Science Ltd, UK. ISBN 0-86542-685-6.

External links
Release on the IAPWS Industrial Formulation 1997 for the Thermodynamic Properties of Water and Steam (http://www.iapws.org/relguide/IF97-Rev.pdf) (fast computation speed) Release on the IAPWS Formulation 1995 for the Thermodynamic Properties of Ordinary Water Substance for General and Scientific Use (http://www.iapws.org/relguide/IAPWS95.pdf) (simpler formulation) Online calculator using the IAPWS Supplementary Release on Properties of Liquid Water at 0.1 MPa, September 2008 (http://www.staff.uni-bayreuth.de/~bt150361/tools/h2o/h2o_gui.html) Chaplin, Martin. "Water Structure and Science" (http://www.lsbu.ac.uk/water/sitemap.html). London South Bank University. Retrieved 2009-07-07. Calculation of vapor pressure (http://ddbonline.ddbst.de/AntoineCalculation/AntoineCalculationCGI.exe? component=Water), liquid density (http://ddbonline.ddbst.de/DIPPR105DensityCalculation/DIPPR105CalculationCGI.exe? component=Water), dynamic liquid viscosity (http://ddbonline.ddbst.de/VogelCalculation/VogelCalculationCGI.exe?component=Water), surface tension (http://ddbonline.ddbst.de/DIPPR106SFTCalculation/DIPPR106SFTCalculationCGI.exe? component=Water) of water Water Density Calculator (http://www.linkingweatherandclimate.com/ocean/waterdensitycalc.php) Why does ice float in my drink? (http://www.nasa.gov/audience/foreducators/topnav/materials/listbytype/Why_Does_Ice_Float.html), NASA Retrieved from "http://en.wikipedia.org/w/index.php?title=Properties_of_water&oldid=580331967" Categories: Forms of water Hydrogen compounds Hydroxides Inorganic solvents Neutron moderators Oxides Water Water chemistry This page was last modified on 5 November 2013 at 17:38. Text is available under the Creative Commons Attribution-ShareAlike License; additional terms may apply. By using this site, you agree to the Terms of Use and Privacy Policy. Wikipedia is a registered trademark of the Wikimedia Foundation, Inc., a non-profit organization.

Anda mungkin juga menyukai