Anda di halaman 1dari 29

1

TUGAS KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT LAPORAN BINAAN KELUARGA DISENTRI

Oleh Radian Sesarmulya R. H1A 008 048

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM PUSKESMAS NARMADA 2013

A. KASUS PASIEN DALAM KELUARGA BINAAN


I. DATA KASUS PASIEN DALAM KELUARGA BINAAN Tanggal 13 September 2013 diisi oleh: Radian Sesarmulya R. (H1A008048) Nama Fasilitas Pelayanan Kesehatan: Puskesmas Narmada Pasien Nama Umur / tgl. Lahir Alamat Jenis kelamin Agama Pendidikan Kedatangan yang ke Telah sebelumnya Alergi obat Sistem pembayaran Tidak terdapat riwayat alergi Jamkesmas Ny. Hardania 35 tahun / Dusun Montor Gerimak Indah Kec. Narmada Perempuan Islam SMA Pertama Ini merupakan kedatangan yang pertama Di diagnosis mengalami Keterangan

diobati Belum pernah diobati

penyakit disentri

Keluarga yang akan dibina dalam kasus ini adalah keluarga Tn. Dedi Irawan. Keluarga D.I merupakan keluarga inti (nuclear family) yang terdiri atas Tn. D sendiri, istrinya dan 1 orang anak. Berikut ini adalah identitas anggota keluarga yang diperoleh pada saat kunjungan pertama:

Tabel 1. Data identitas keluarga Anggota Keluarga Keterangan Kepala Nama Umur Alamat Agama Dedi Irawan 27 tahun Dusun Montor Gerimak Indah Islam pasien Keluarga/suami

3 Pendidikan SMA Pekerjaan Status Di bagian telkom mataram Menikah Anggota Keluarga Nama Umur Alamat Agama Ny. Hardania 35 tahun Dusun Montor Gerimak Indah Islam Keterangan Pasien

Pendidikan SMA Pekerjaan Status IRT Menikah Anggota Keluarga Nama Umur Alamat Agama Reina Dewi Amelia 2 tahun 3 bulan Dusun Montor Gerimak Indah Islam Keterangan Anak

Pendidikan Pekerjaan Status -

II.

DATA STATUS KESEHATAN KELUARGA Data kesehatan awal, diambil saat kunjungan pertama ke rumah keluarga binaan

(Tanggal 16 Mei 2013) : No Nama Anggota Keluarga 1 Ny. Hadania 35 tahun BAB darah campur baik lendir 2 3 Tn. Dedi I. An. Reina D. 27 tahun 3 tahun baik baik 120/80 120/70 Usia BB Keluhan Status gizi TD Ket.

III.

DATA PELAYANAN PASIEN DALAM KELUARGA BINAAN

a. Anamnesis
Keluhan utama: Mencret Riwayat penyakit sekarang Pasien datang ke poliklinik umum Puskesmas Narmada (Rabu, 11 September 2013) dengan keluhan buang air besar keluar darah bercampur lendir sejak 3 hari yang lalu. Frekuensi BAB 4 kali dalam sehari dnegan konsistensi cair (air>ampas). Oleh pengakuan sang Ibu cacing keluar saat pasien buang air besar. Awalnya anus pasien dirasakan sering gatal. Gatal terutama dirasakan pada malam hari, sehingga pasien terbangun dari tidurnya. Pasien tidak dikeluhkan demam dan batuk-pilek. Ibu pasien mengeluhkan BAB anaknya yang encer namun masih ada ampasnya. Dengan frekuensi 3-4 kali per hari, tidak ada darah dan lendir. BAK berwarna kuning jernih, nyeri saat BAK disangkal, frekuensi normal.

Riwayat penyakit dahulu Pasien baru pertama kali menderita keluhan serupa. Riwayat penyakit diare usia 1 tahun 2 bulan, dirawat di Puskesmas Narmada selama 2 hari. Riwayat penyakit asma, dan pneumonia disangkal.

Riwayat penyakit keluarga Keluarga pasien tidak pernah menderita keluhan yang serupa. Riwayat penyakit diare pernah dialami bapak pasien beberapa bulan yang lalu. Riwayat penyakit hipertensi, diabetes, asma disangkal.

Riwayat pengobatan Pasien belum pernah mendapatkan pengobatan untuk keluhanya saat ini. Pasien tidak pernah di opname di rumah sakit atau puskesmas sebelumnya.

Riwayat alergi

5 Menurut Ibu pasien, pasien tidak memiliki alergi terhadap makanan ataupun obat obatan.

Riwayat nutrisi Saat ini pasien berusia 3 tahun, dan telah diberikan makanan seperti nasi, sayur, dan lauk yang sama dengan orang tuanya. Pasien juga masih minum susu formula. Nafsu makan pasien tetap.

Perkembangan dan kepandaian Menurut pengakuan ibu, tidak ada gangguan perkembangan dan kepandaian pada anaknya, sampai sekarang pasien tumbuh seperti anak lainnya.

Riwayat Imunisasi Menurut pengakuan ibunya, pasien telah mendapatkan imunisasi di posyandu sesuai jadwal yang ada.

Riwayat Tumbuh dan Kembangan Tidak ada riwayat keterlambatan perkembangan

b. Pemeriksaan Fisik
Status Present (14 Mei 1013) Keadaan umum Kesadaran GCS Nadi Pernapasan Suhu BB TB: Lingkar kepala : Baik : Compos mentis : E4V5M6 : 92 X/menit, kuat angkat, irama teratur : 25 X/menit : 37,3C : 15 kg : 93 cm : 48 cm

6 Status gizi : baik

7 Status General Kepala : Ekspresi wajah: normal, Bentuk dan ukuran: bulat dan sedang, Edema (-), Malar rash (-), Nyeri tekan kepala (-).

Mata : Bentuk: normal,Alis: normal,Bola mata: exopthalmus (-/-), anopthalmus (-/-),strabismus (-/-), Palpebra: edema (-/-), ptosis (-/-), Konjungtiva : anemia (-/-), Sklera : ikterus (-/-), perdarahan (-), hiperemia (-/-), Pupil : bulat, isokor, refleks cahaya (+/+), Lensa: tampak jernih.

Telinga : Bentuk: normal, Lubang telinga: normal, sekret (-/-), Nyeri tekan (-/-). Hidung : Bentuk: simetris, deviasi septum (-), Napas cuping hidung (-), Perdarahan (-), sekret (-), Daya penciuman normal. Mulut : Bentuk: simetris, Bibir: sianosis (-), edema (-), stomatitis (-),Gigi : lengkap, Gusi: hiperemia (-), edema (-), perdarahan (-), Mukosa: normal, Lidah: glositis (-), atropi papil lidah (-), Faring: hiperemia (-)

Leher : Kaku kuduk (-), Pembesaran KGB (-), Trakea: di tengah, JVP: tidak meningkat, Pembesaran otot sternocleidomastoideus (-), Otot bantu nafas SCM tidak aktif , Pembesaran thyroid (-).

Thorax : Cor: Inspeksi : iktus kordis tidak tampak Palpasi : iktus kordis teraba ICS 5 midklavikula sinistra Perkusi : Auskultasi : S1S2 tunggal regular, murmur (-), gallop (-) Pulmo: Inspeksi : Bentuk simetris

8 Pergerakan simetris Iga dan sela iga : retraksi (-), penggunaan otot bantu intercostal (-), Pelebaran sela iga () Pernafasan : frekuensi 25 x/menit, teratur Palpasi : Pergerakan simetris Fremitus raba dan vokal simetris Provokasi nyeri () Perkusi : Sonor di kedua lapangan paru Nyeri ketok () Auskultasi : Suara nafas vesikuler +/+ Suara tambahan rhonki -/Suara tambahan wheezing -/Abdomen : Inspeksi : Bentuk: distensi (-), Umbilicus: masuk merata, Permukaan Kulit : sikatrik (-), pucat (-), sianosis (-). Auskultasi : Palpasi : Bising usus (+) normal, Metallic sound (-), Bising aorta (-) Turgor dan tonus: normal, nyeri tekan epigastrium: (-), Hepar/Lien/Ren: ttb

Perkusi : Timpani (+), Redup beralih (-), Nyeri ketok CVA: (-/-)

Inguinal-genitalia-anus :

Inspeksi tidak ditemukan kelainan

Ekstremitas atas

:Akral hangat : +/+ Kulit normal Deformitas : (-) Sendi : dbn Edema: (-/-) Sianosis : (-) Kekuatan-tenaga : normal

Ekstremitas bawah: Akral hangat : +/+ Kulit normal Deformitas : (-) Sendi : dbn Edema : (-/-) Sianosis : (-)

B. KONDISI FAKTOR RESIKO LINGKUNGAN, SOSIAL, EKONOMI,


DAN BUDAYA KELUARGA

a. Keadaan Lingkungan Keluarga Tn. H tinggal di dusun Lembuak Kebon, desa Lembuak, kecamatan Narmada, kabupaten Lombok Barat. Tempat tinggal tersebut merupakan tempat tinggal mereka sendiri sejak mulai menikah dengan ukuran bangunan 6 x 7 m dan menghadap ke arah Barat. Bangunan rumah beratapkan seng dan dan tidak memiliki plavon dengan lantai terbuat dari semen. Rumah berdinding tembok batako yang belum diplester. Rumah ini terdiri atas lima ruangan. Satu ruangan berfungsi sebagai kamar tidur, bagi semua anggota keluarga. Pada ruangan pertama, yang merupakan ruang tamu dengan ukaran 2 x 2 m. Ruang kedua merupakan ruang keluarga terdapat televisi yang selalu di tonton oleh keluarga ini. Lantai ruang keluarga ini ditutupi dengan tikar sehingga lebih nyaman digunakan untuk bersantai dan menonton TV. Ruangan ketiga adalah ruang tidur yang digunakan sebagai tempat tidur seluruh anggota keluarga dengan sebuah jendela dan ventilasi di dindingnya. Pasien dan anggota keluarga lainnya tidur di kasur dengan tidak ada dipan. Ruang keempat adalah dapur, yang terdapat sebuah jendela. Ruang kelima adalah ruang gudang yang juga sebagai ruangan yang dipersiapkan sebagai kamar mandi. Ruangan yang digunakan sebagai dapur sekaligus tempat menyimpan perabotan rumah tangga dilengkapi dengan ventilasi dan jendela di dinding sebelah utara. Ibu pasien memasak menggunakan kompor gas, menurut pasien memasak menggunakan bahan bakar gas elpiji lebih hemat dibandingkan harus menggunakan kompor minyak tanah. Untuk keperluan air minum sehari-hari, keluarga ini menggunakan air mineral yang dikemas dalam gallon, namun terkadang bila tidak tersedia, sumber air yang digunakan untuk keperluan minum yauti dari sumur. Rumah pasien ini belum dilengkapi dengan fasilitas MCK yang digunakan untuk untuk mandi, mencuci pakaian, dan buang air kecil. Untuk keperluan MCK, keluarga Tn. Haerul masih menggunakan Kamar mandi nenek pasien di rumah sebelah. Kamar mandi tersebut terdapat di dalam rumah nenek pasien. Sumber air sehari-hari untuk keperluan mencuci dan mandi berasal dari sumur yang ada di rumah pasien. Bagian samping selatan rumah berbatasan langsung dengan sawah. Sedangkan disebelah utara berbatasan dengan rumah nenek pasien dengan jarak 1 meter. Bagian timur dan barat merupakan pekarangan. Pekarangan yang ada di rumah pasien cukup luas. Dengan beberapa

10 pohon mangga dan rambutan ditanam dipekarangan. Disebelah pojok barat pekarangan terdapat tempat sampah yang tidak tertutup.

Denah rumah Tn. Haerul :


Rumah Tetangga

Gudang Dapur Ruang Keluarga

Rumah Nenek Pasien K e b u n

Ruang Tamu

Ruang Tidur

Teras

S a w a h

TIMUR

Rumah Tetangga

11 Dokumentasi rumah Tn. Haerul :

Kondisi rumah pasien Tampak Depan

Ruang Tamu

Ruang Keluarga

12

Ruang Tidur Keluarga

Gudang

Dapur Terdapat sebuah jendela Keluarga ini sudah menggunakan kompor gas untuk memasak

13

Halaman depan rumah pasien. Tampak tempat menjemur pakaian di pekarangan rumah Tampak juga sebuah kandang ayam Tempat pembuangan sampah terletak di pojok pekarangan

An. M dengan sang Ibu

14

Tempat pekarangan yang dipersiapkan untuk TOGA

Saat melakuan penyuluhan PHBS bersama dengan Keluarga Tn. H

15 b. Sosial Ekonomi Tn. Haerul adalah kepala keluarga sekaligus sebagai tulang punggung keluarga. Tn. Haerul bekerja sebagai wiraswasta (pangkas rambut). Tn. Haerul melakukan pekerjaan tersebut kurang lebih sejak tiga tahun yang lalu. Dari pengakuannya tersebut rata-rata penghasilan Tn. Haerul per bulan adalah Rp 1.000.000,- Dari penghasilannya tersebut ia memenuhi kebutuhan hidupnya serta keluarganya.

c. Budaya Budaya dan adat istiadat setempat masih mengikuti daerah-daerah di Lombok pada umumnya. Tn. Haerul mengatakan bahwa di lingkungan tempat tinggal mereka masih terdapat beberapa budaya yang dianut oleh masyarakat sekitar, antara lain budaya menyuguhkan garam sebagai hidangan tambahan saat terdapat acara makan bersama, kepercayaan bahwa penyakit cacingan disebabkan karena sering mengkonsumsi kelapa. Selain itu ada kepercayaan bahwa bila terdapat anak-anak yang demam, adalah karena telah ketemuq atau diganggu oleh makhluk halus. Namun, untuk makan bersama sudah jarang dilakukan oleh Tn. Haerul dan keluarga.

16

C. MASALAH KESEHATAN KELUARGA BINAAN


a. Identifikasi Masalah Kesehatan Keluarga Berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dari kunjungan pertama dan kedua terhadap keluarga binaan yang akan dibina, maka dapat dirumuskan beberapa masalah kesehatan dalam keluarga Haerul tersebut beserta dengan kemungkinan penyebab masalah kesehatannya yang disajikan dalam tabel sebagai berikut:

No.

Anggota Keluarga

Masalah Kesehatan

Kemungkinan Masalah Kesehatan

Penyebab Keterangan

1.

An. Median

Kecacingan

Tidak selalu terbiasa mencuci tangan (pasien dan ibu) Sering Bermain Tanah

2.

Ayah (Tn. Haerul)

Nyeri Kepala Batuk

Kurang istrihat/tidur

Masalah

Kebiasaan minum kopi 4- diketahui 5x/hari. Saat malam hari. Kebiasaan merokok saat kunjungan pertama.

3.

Ibu (Irma)

Saat kunjungan rumah tidak ada masalah kesehatan

Dari tabel di atas, diperoleh data bahwa saat kunjungan rumah pertama, masalah kesehatan dialami oleh pasien Median dan ayahnya. Dengan demikian 2 orang dari 3 orang anggota keluarga masih memilki masalah kesehatan. Melalui wawancara, dapat diketahui beberapa penyebab masalah yang dianggap menjadi kemungkinan penyebab masalah dalam keluarga tersebut. Masalah kesehatan yang pertama kali diidentifikasi adalah berasal dari An. Median, dalam hal ini yang merupakan anak pertama dalam keluarga inti yang datang ke Puskesmas Narmada pada tanggal 14 mei 2013 untuk memeriksakan penyakit kecacingan yang dideritanya.

17 Dari kunjungan tersebut, pembina mulai mengidentifikasi masalah kesehatan keluarga Tn. Haerul yang diperoleh melalui kunjungan ke rumah pasien pada tanggal 16mei 2013. Dari kunjungan rumah pertama tersebut mulai diperoleh masalah kesehatan masing-masing anggota keluarga dan memperkirakan rencana upaya intervensi yang akan dilakukan.

b. Rencana Upaya Intervensi yang Akan Dilakukan No. Anggota Keluarga 1 An. Median /Ny. Irma Masalah Kesehatan Rencana Upaya Intervensi Penyuluhan tentang PHBS Menyarankan untuk Ket

Anggota Keluarga Kecacingan

memeriksakan diri ke Puskesmas bila terjadi masalah kesehatan.

Tn. Haerul

Nyeri Kepala Batuk

Sarankan untuk mengurangi dan tidak mengkonsumsi kopi saat menjelang malam Disarankan secara merokok Penyuluhan tentang PHBS untuk mengurangi dan berhenti

bertahap

c. Upaya Kesehatan yang Telah Dilakukan Keluarga Upaya kesehatan yang telah dilakukan oleh keluarga Tn. Haerul bila terdapat anggota keluarga yang mengalami sakit adalah mencari pengobatan ke Puskesmas Narmada yang jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah pasien.

18

D. PENGKAJIAN

PENGARUH

KELUARGA

DALAM

KESEHATAN PASIEN

I.

Nilai Stres Dalam Keluarga

Genogram Keluarga An. M secara skematis dapat digambarkan dalam pohon keluarga / ikhtisar keluarga sebagai berikut :

Tn. Haerul

Ny. Irma

An. M

: Perempuan : Laki-laki

: Pasien

19

II.

Nilai Fungsi Dalam Keluarga

Lima fungsi dasar keluarga yang dikemukakan oleh Friedman (1998) yaitu: a. Fungsi afektif Dalam keluarga Tn. Haerul, hubungan individu dalam keluarga terjalin dengan harmonis. Ayah dan ibu mampu menjadi orang tua yang baik dalam mengasuh anaknya. Hal ini diperlihatkan ketika An. Median sakit, kedua orangtua pasien datang mengantar bersama ke puskesmas. Demikian pula saat di rumah, ibu pasien yang seorang ibu rumah tangga mengasuh anaknya dengan baik. Dari lahir hingga saat ini, ibu pasien senantiasa bersama anaknya setiap hari. b. Fungsi sosial. Dalam kehidupan sehari-hari, keluarga Tn. Haerul bersosialiasi dengan baik terhadap tetangga yang ada di lingkungannya. Keluarga lain yang masih tinggal dekat dengan rumah pasien (Nenek dan saudara) adalah orang-orang yang paling sering diajak berinteraksi. Begitu pula dengan An. Median yang bermain bersama dengan sepupu dan anak tetangga yang lainnya. c. Fungsi Reproduksi Sejak menikah 3 tahun yang lalu, Tn. Haerul dan Ny. Irma tidak menunggu waktu yang lama dikaruniai seorang anak, yakni an. Median. Ny. Irma tidak pernah mengalami keguguran. Saat ini Ny. Irma menggunakan KB suntik untuk menunda kehamilannya yang kedua. d. Fungsi Ekonomi Tn. Haerul bekerja sebagai wiraswasta (pangkas rambut) yang berada tidak jauh dari rumahnya. Dari pekerjaannya tersebut Tn. Haerul mampu mencukupi kebutuhan keluarganya, seperti makanan, pakaian dan rumah. e. Fungsi perawatan kesehatan Dalam mencegah penyakit, setiap individu dalam keluarga Tn. Haerul belum mampu secara maksimal dalam melaksanakan pencegahan penyakit. Hal tersebut tercermin dalam beberapa perilaku yang belum menunjukan perilaku hidup bersih dan sehat. Ketika keluhan penyakit muncul, keluarga tersebut mengatasinya dengan membeli obat yang ada di toko. Apabila keluhan tak kunjung reda, keluarga tersebut mencari pelayanan kesehatan ke klinik atau puskesmas terdekat.

20

III.

Pengaruh Lingkungan Terhadap Kesehatan Keluarga


Status kesehatan seseorang salah satunya dipengaruhi oleh tiga faktor yang tergabung

dalam segitiga epidemiologi. Ketiga faktor itu adalah Penjamu (Host) Penyebab (agen) Lingkungan (Environment). Ketiga faktor tersebut saling berkaitan dan mempengaruhi, demikian pula dengan faktor lingkungan. Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan fisik, kimia, biologi, dan sosialbudaya. Dari definisi menurut Undang-undang, batasan lingkungan hidup adalah Kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan mahluk hidup, termasuk didalamnya manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya. Dapat ditarik kesimpulan bahwa manusia termasuk dalam satu kesatuan ruang, yang artinya segala aktivitas yang dilakukan manusia yang berdampak pada lingkungan ataupun sebaliknya akan mempengaruhi satu sama lainnya. Keluarga Tn. Haerul tinggal di areal pemukiman penduduk. Jarak antar rumah tidak terlalu berdekatan, terdapat pekarangan dan kebun yang membatasi antar rumah. Kondisi tersebut cukup menguntungkan keluarga Tn. Haerul, karena permasalahan mengenai kualitas udara, air, maupun tanah jauh tidak sekompleks dengan pemukiman yang padat penduduk. Daerah tempat tinggal keluarga Tn. Haerul merupakan daerah dengan sumber air yang melimpah, hal tersebut tampak dengan adanya sumber mata air, kali-kali kecil yang berada disekitar areal rumah dan adanya kolam-kolam ikan di dekat pekarangan keluarga Tn. Haerul. Kebutuhan akan air bersih tidak sulit diakses oleh keluarga Tn. Haerul. Walaupun akses air dari PDAM belum masuk ke rumah. Daerah tempat tinggal keluarga Tn. Haerul dikategorikan ke dalam daerah pedesaan. Di sekitar areal pemukiman juga tidak ada pabrik atau industri, sehingga kualitas udara yang ada masih tergolong bagus. Hal itu didukung juga oleh jarak dengan jalan raya cukup jauh. Kondisi tanah yang lembab dan cukup subur memudahkan tanaman untuk tumbuh. Pekarangan yang cukup serta kebun yang ada disebelah rumah terdapat pohon-pohon besar yang memberikan suasana sejuk saat siang hari. Keluarga Tn. Haerul belum mengelola sampah dengan baik. Kondisi tersebut terlihat dengan adanya tempat pembuangan sampah yang ada pojok pekarangan, tak jauh dari rumah, dengan sampah yang ditumpuk di atas tanah. Hewan ternak, seperti ayam, tampak berkeliaran di pekarangan. Ayam-ayam itu pun mencari makan di tempat sampah yang ada. Sehingga sampah yang ditumpuk tersebut tampak berserakan.

21 Tempat tinggal keluarga Tn. Haerul walaupun dikategorikan dalam pedesaan, namun akses ke perkotaan tidak terlalu jauh. Begitu pula akses listrik, rumah Tn. Haerul telah diterangi dengan sumber daya listrik dari PLN. Kesimpulan, kondisi lingkungan tempat tinggal keluarga Tn. Haerul cukup memadai dalam menunjang kesehatan setiap individu dalam keluarga tersebut. Namun, pengetahuan tentang pentingnya menjaga kesehatan lingkungan belum cukup dipahami, seperti pengelolaan sampah, sehingga dapat memberikan pengaruh buruk terhadap kesehatan keluarga Tn. Haerul.

IV.

Pemecahan Masalah Kesehatan Keluarga (Index Coping)


Skor 1 3 x 5

Kategori 1. Kemandirian fisik

Keterangan Seluruh anggota keluarga dalam kondisi baik dan tidak dalam keadaan cacat. Namun, An. Median yang masih kecil memerlukan bantuan ibunya dalam hal kemandirian fisik, seperti makan, mandi, menggunakan pakaian.

2. Kemampuan mengobati

Ny. Irma menyediakan beberapa obat-obatan dirumahnya. Salah satunya oralit dan zinc. Ketika An. Median mencret, ibunya memberikan oralit dan zinc. Namun pemberian zinc belum dipahami secara benar.

3. Pengetahuan tentang penyakit kondisi

Ibu

pasien

mengetahui

bahwa

kecacingan

merupakan masalah kesehatan yang bila dibiarkan akan berdampak buruk terhadap kondisi anaknya. Namun, Ibu pasien belum mengetahui secara lengkap mengenai informasi kecacingan, termasuk pengobatan dan pencegahan.

4. Penerapan prinsip Kebersihan diri.

Keadaan rumah cuku bersih, namun beberapa area rumah, seperti sampah di pekarangan perlu dikelola. An. Median sering bermain tanah di pekarangan. Namun, perilaku mencuci tangan dengan sabun

22 belum menjadi kebiasaan. 5. Perilaku kesehatan x Keluarga Tn. Haerul memahami pentingnya tenaga kesehatan dalam menangani permasalahan

kesehatan di keluarganya. Namun, dalam hal pencegahan penyakit belum banyak yang dilakukan

6. Kemampuan emosional

Baik Tn. Haerul dan Ny. Irma selaku Orangtua saling mendukung dan memahami pentingnya keluarga. Ketika salah satu anggota keluarga yang sakit, keduanya saling mendukung untuk

mengatasinya.

7. Pola keluarga

hidup

Pembagian tugas dan peran sudah sesuai. Tn. Haerul sebagai kepala keluarga memilik peran penting dalam pengambil keputusan. Sedangkan Ny. Irma melakukan tugas-tugas sebagai ibu rumah tangga.

8. Lingkungan fisik

Secara umum kondisi rumah bersih dan layak huni, bahkan hampir memenuhi kriteria rumah sehat sederhana. Namun tempat pembuangan sampah dipekarangan yang tidak dikelola dengan baik, dapat menjadi sumber penyakit.

9. Pemanfaatan sumber pelayanan kesehatan daya

Akses yang dekat dengan fasilitas pelayanan kesehatan memudahkan keluarga Tn. Haerul dalam memanfaatkan sumber daya pelayanan kesehatan tersebut.

23

V.

Sumber Daya Yang Dimiliki Keluarga


Tn. Haerul yang berkerja sebagai wiraswasta sampai saat ini mampu memenuhi

kebutuhan keluarganya. Kebutuhan pangan keluarga Tn. Haerul setiap harinya sudah cukup. Keluarga ini memakan nasi sebagai sumber kalori setiap harinya. Untuk sumber protein, tempe dan tahu menjadi pilihan, sedangkan sumber lemak didapat dari daging sebagai lauk yang dibeli tiap 1 2 kali seminggu. Untuk vitamin dan mineral, sayur tersedia setiap harinya. Kebutuhan akan sandang tidak menjadi masalah. Pakaian yang digunakan pun layak pakai. Kondisi rumah keluarga Tn. Haerul memadai untuk layak huni. Struktur bangunan rumah keluarga Tn. Haerul memakai pondasi batu kali, lantai yang diplester semen, tembok batako, serta atap seng. Dari kriteria rumah sehat yang tercantum dalam Residential

Environment dari WHO (1974), antara lain: Harus dapat melindungi dari hujan, panas, dingin dan fungsi sebagai tempat istirahat. Mempunyai tempat-tempat untuk tidur, masak, mandi, mencuci, kakus, dan kamar mandi. Dapat melindungi dari bahaya kebisingan dan bebas dari pencemaran. Bebas dari bahan bangunan yang berbahaya. Terbuat dari bahan bangunan yang kokoh dan dapat melindungi penghuninya dari gempa, keruntuhan dan penyakit menular. Memberi rasa aman dan lingkungan tetangga yang serasi.

Hanya poin nomor 2, yaitu belum adanya kamar mandi, yang belum memenuhi kriteria rumah sehat menurut WHO.

24

VI.

Perilaku Kesehatan Keluarga


Ada tiga faktor yang menentukan perilaku, yaitu pengetahuan, sikap, dan tindakan.

Menurut Skinner, perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Sedangkan perilaku kesehatan menurut Solita Sarwono adalah segala bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya khususnya menyangkut pengetahuan dan sikap tentang kesehatan serta tindakannya yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit. Aspek pengetahuan kesehatan Permasalahan yang ada pada aspek ini adalah akses informasi mengenai kesehatan yang sangat kurang. Hal tersebut diketahui saat wawancara dan penyuluhan. Masih banyak informasi kesehatan dasar, seperti pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat, yang belum diketahui baik oleh Tn. Haerul maupun Ny. Irma. Sikap kesehatan Secara umum keluarga Tn. Haerul memiliki sikap yang positif terhadap kesehatan. Hal tersebut ditunjukan dalam memahami dan mempercayakan penanganan masalah kesehatan keluarga terhadap tenaga kesehatan. Tindakan kesehatan Dalam mengatasi permasalahan kesehatan keluarga. Keluarga Tn. Haerul cenderung untuk mengobati keluhan dengan obat yang disediakan dirumah, ketika keluhan yang ada tidak sembuh keluarga ini mengakses pelayanan kesehatan di klinik atau puskesmas terdekat. Tindakan pencegahan penyakit belum dilaksanakan secara maksimal. Tn. Haerul yang masih merokok, belum terbiasa cuci tangan memakai sabun oleh anggota keluarga adalah belum maksimal dalam mencegah timbulnya penyakit.

25

VII.

Sikap Terhadap Pelayanan Kesehatan


Kondisi pemukiman keluarga Tn. Haerul yang tidak jauh dari pusat pemerintahan

kecamatan, memungkinkan Tn. Haerul dan keluarga mendapatkan akses terhadap fasilitas pelayanan publik cukup dekat dan cepat. Kondisi tersebut mempengaruhi sikap Tn. Haerul dalam mengakses fasilitas pelayanan kesehatan. Sehingga ketika ada permasalahan kesehatan yang menimpa anggota keluarga, Tn. Haerul tidak menunda lama untuk pergi ke klinik atau puskesmas.

E. PENGKAJIAN MASALAH KESEHATAN PASIEN


a. Diagnostik Holistik Aspek Personal Pasien datang ke poliklinik Puskesmas Narmada dengan keluhan keluar cacing dari anusnya (14 Mei 2013). Oleh pengakuan sang Ibu cacing keluar saat pasien buang air besar. Awalnya anus pasien dirasakan sering gatal. Gatal terutama dirasakan pada malam hari, sehingga pasien terbangun dari tidurnya.

Aspek Klinik Kecacingan

Aspek Resiko Internal Pasien merupakan anak laki-laki yang berumur 3 tahun dimana pada usia ini rentan terkena penyakit Infeksi seperti ISPA, Diare dan kecacingan. Selain itu pola hidup yang dijalani oleh pasien selama ini menjadi aspek resiko bagi penyakit yang dialaminya saat ini.

Aspek Psikososial keluarga Kurangnya pengetahuan keluarga mengenai penyakit kecacingan. Kurangnya pengetahuan keluarga mengenai bahaya kebiasaan pola makan makanan yang kurang bersih, serta kurang pahamnya keluarga mengenai pola hidup bersih dan sehat.

26 b. Rencana Penatalaksanaan Pasien No. Kegiatan Rencana intervensi Sasaran Waktu Hasil diharapkan 1. Aspek personal Evaluasi: Keluhan, harapan, Ibu dan Pasien Kunjun gan Kekhawatiran ibu pasien mengenai pasien yang

kekhawatiran ibu pasien Intervensi: Edukasi kepada ibu pasien mengenai penyakit kecacingan dan tatalaksananya, serta hal yang perlu diperhatikan

pertama kondisi

akan berkurang

menyangkut komplikasinya. Mengajarkan pola hidup bersih dan sehat 2. Aspek klinik Kecacingan Evaluasi: keluarga Kunjun Perbaikan gejala

Pemantauan perbaikan kondisi pasien klinis pasien Pencegahan komplikasi terhadap

gan ke klinis dua Keluarga mengerti mengenai PHBS pasien

Terapi: Farmakologis : Pyrantel pamoat 10mg/kg/BB

Edukasi: Menjelaskan komplikasi parasit cacing Menjelaskan mencuci tangan pentingnya dan mengenai penyebaran

27 3. Aspek Resiko Internal Edukasi: Ibu Kunjun Ibu Pasien bahwa pasien usia infeksi

Mengenai keadaan kesehatan Pasien pada usia tersebut

gan ke mengerti dua usia merupakan rentan

seperti ISPA dan Cacingan

Aspek psikososial Kurangnya pengetahua n mengenai bahaya mengkonsu msi makanmakanan terkontamin asi

Edukasi: Pentingnya PHBS

keluarga pasien

Kunjun

Pasien

dan pasien

gan ke keluarga dua

dapat menerapkan PHBS

c. Tindak Lanjut Dan Hasil Intervensi Pasien Tanggal Kedatangan pertama (16 2013) Mei Kegiatan dan Hasil Kegiatan: Pada kedatangan pertama ini, dilakukan penelaahan masalah kesehatan dari setiap anggota keluarga. Menelaah lingkungan rumah dan perilaku dari pasien dan setiap anggota keluarga mengevaluasi apakah terdapat perbaikan gejala klinis dari pasien sepulang dari puskesmas Hasil : Keluhan utama yang menyebabkan pasien datang ke UGD Puskesmas sudah menghilang: pasien tidak lagi mengeluhkan gatal pada dubur dan keluar cacing

28 Kedatangan Kedua (20 2013) Mei Hasil : Kedatangan ketiga (22 2013) Mei Faktor resiko yang menyebabkan munculnya masalah kesehatan pada anggota keluarga adalah PHBS Pasien tidak mengalami sakit lagi Intervensi : Edukasi tentang PHBS Edukasi terhadap Orang tua pasien untuk menghindari faktor resiko Kegiatan : Wawancara untuk mengidentifikasi faktor yang menyebabkan munculnya masalah kesehatan di setiap anggota keluarga. Mengevaluasi perbaikan gejala klinis dari pasien

Kegiatan : Mengevaluasi perbaikan klinis dari gejala penyakit pasien Mengamati PHBS pasien dan keluarganya Hasil : PHBS pasien dan keluarganya masih kurang. Ibu pasien memanfaatkan halaman untuk TOGA

29

F. KESIMPULAN
Kesimpulan Penatalaksanaan Pasien Keluarga Binaan Faktor pendukung terselesaikannya masalah kesehatan pasien Pasien dan keluarga terbuka terhadap edukasi dan motivasi yang diberikan Pembina Dukungan dan perhatian keluarga terhadap kesehatan pasien dan setiap anggota keluarga

Faktor penghambat terselesaikannya masalah pasien Kondisi sosio-ekonomi yang kurang mendukung sehingga menjadi alasan bagi pasien tidak bisa menerapkan PHBS dengan baik. Kebiasaan tidak mencuci tangan memakai sabun belum dilakukan dengan baik.

Rencana penatalaksanaan pasien selanjutnya Edukasi kepada ibu pasien untuk menghindari faktor resiko Mengajak keluarga pasien untuk terus bergaya hidup sehat dengan memperhatikan pola makan, menambah kegiatan/aktivitas fisik, serta menjalani hidup sehat agar anggota keluarga lainnya tidak memiliki kecenderungan penyakit seperti yang diderita pasien.

Anda mungkin juga menyukai