Anda di halaman 1dari 30

Laporan Kasus: Kejang Demam Kompleks dengan Dengue Haemorragic Fever Grade III

PRESENTASI KASUS KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA RUMAH SAKIT TARAKAN

Nama No NIM Topik

: : :

Sophie Aileen 11.2011.184 DHF Grade III Dr. Mustari, Sp.A

Tanda Tangan ...............................

Dokter Pembimbing :

...............................

IDENTITAS PASIEN Nama : An. M R Laki-laki 5 Tahun 5 Januari 2009 01172819 Jawa Belum Sekolah Islam Srengseng RT/RW 08/06, Kembangan, Jakarta Barat, DKI Jakarta 4 Januari 2014, pkl.19.25 Ruang Melati, Kelas III

Jenis Kelamin : Umur :

Tanggal Lahir : No. RM :

Suku Bangsa : Pendidikan Agama Alamat Masuk Dirawat : : : : :

IDENTITAS ORANG TUA Nama Ibu Telepon Agama Alamat : : : : Ny. A A 08180722518 Islam Srengseng RT/RW 08/06, Kembangan, Jakarta Barat, DKI Jakarta

ANAMNESA Diambil secara alloanamnesa terhadap ibu pasien Pada tanggal 6 Januari 2013 pukul 08.00 WIB

1 Sophie Aileen 11.2012.184

Laporan Kasus: Kejang Demam Kompleks dengan Dengue Haemorragic Fever Grade III

Keluhan Utama

Kejang Demam

Keluhan Tambahan :

Riwayat Penyakit Sekarang : Tiga hari lalu, anak kejang. Kejang pada seluruh tubuh, awalnya anak terlihat bengong mata mendelik keatas, dan seluruh tubuh ikut bergetar. Kejang <5 menit, setelah kejang anak langsung menangis. Anak tidak muntah saat kejang. Kejang disertai demam. Tiga puluh menit kemudian, ibu membawa anaknya ke klinik 24 jam, saat sedang mengantri, anak tiba-tiba kejang lagi. Anak kejang lagi yang diawali anak terlihat bengong lalu mata mendelik keatas dan diikuti gemetar pada seluruh tubuh, kejang < 5menit, disertai muntah. Anak diberikan obat antikejang lewat anus. Kejang langsung berhenti dan anak tertidur. Anak langsung dirujuk klinik 24 jam ke RS Tarakan. Kejang didahului demam sejak 4 hari terakhir, demam selalu tinggi sepanjang hari (tidak diukur oleh ibu). Sudah diberikan oban penurun panas oleh ibu namun demam hanya turun sebentar lalu naik lagi. Keluhan disertai batuk dan pilek sejak 1 minggu terakhir. Batuk berdahak, ingus berwarna kehijauan. Tidak ada nyeri telan, tidak ada keluar cairan dari telinga. Anak tidak sesak. Anak tidak mencret, BAB dan BAK seperti biasa.

Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat kejang demam sejak usia 1 tahun setiap kali anak demam (ibu tak ingat sudah berapa kali, >4x/tahun) Riwayat otitis media (-) Riwayat tonsilitis (-)

Riwayat penyakit keluarga : Penyakit Alergi Tuberkulosis Kejang Demam Epilepsi Ya Tidak V V V V Hubungan -

2 Sophie Aileen 11.2012.184

Laporan Kasus: Kejang Demam Kompleks dengan Dengue Haemorragic Fever Grade III

Riwayat Kehamilan dan Kelahiran Kehamilan Perawatan antenatal : Teratur, setiap 3 bulan ke bidan Penyakit kehamilan Kelahiran Tempat kelahiran : Rumah : Tidak ada

Penolong persalinan : Bidan Cara persalinan Masa gestasi Keadaan bayi Berat badan lahir Panjang badan lahir Lingkar kepala Langsung menangis Pucat/Biru/Kuning/Kejang Kelainan bawaan : Spontan : Cukup bulan (9 bulan) : Langsung menangis : 3200 gram : 47 cm : Tidak diketahui : Langsung menangis : Tidak ada : Tidak ada

Kesan : Neonatus cukup bulan, sesuai masa kehamilan

Riwayat imunisasi : No. 1 2 3 4 5 6. 7 8 9 10 BCG Hepatitis B Polio DPT Campak HiB MMR Tifoid Hepatitis A Varisela Vaksin 1 bulan Lahir Lahir 2 bulan 9 bulan 2 bulan 2 bulan 3 bulan 3 bulan 3 bulan 4 bulan 4 bulan 4 bulan Dasar (Usia)

Kesan : Imunisasi dasar lengkap

3 Sophie Aileen 11.2012.184

Laporan Kasus: Kejang Demam Kompleks dengan Dengue Haemorragic Fever Grade III

Riwayat Pertumbuhan : Melalui anamnesa, pertumbuhan sesuai dengan teman seumuran. Tidak ada keterlambatan dalam personal-sosial, motorik halus, bahasa, maupun motorik kasar.

Status Gizi Berat Badan Tinggi Badan IMT Status Gizi

: : : : : 15 Kg (-1 s/d -2 SD z-score WHO) 104 cm (-1 s/d -2 SD z-score WHO) 13.86 (0 s/d -2 SD z-score WHO) Normal (IMT/umur)

PEMERIKSAAN FISIK Dilakukan tanggal 6 Januari 2013

Status Generalis Keadaan Umum Kesadaran Heart Rate Respiratory Rate Suhu Tekanan Darah : : : : : : Tampak Sakit Sedang Compos Mentis 102 x/mnt, kuat angkat isi dan tegangan cukup 28 x/mnt 39,3 oC (axila) 110/70

Pemeriksaan Sistematis Kepala dicabut. Mata 3mm, RC (+/+) Hidung Mulut Telinga Leher Thorax Pulmo o Inspeksi o Palpasi : Simetris saat statis dan dinamis, tak tampak retraksi selaga iga : Tak teraba masa, tak ada retraksi, fremitus taktil simetris
4 Sophie Aileen 11.2012.184

Normocefali, rambur hitam, distribusi merata, tidak mudah

CA -/- , SI -/- , Mata cekung -/-, pupil isokor (+/+), diameter

: : : : :

NCH (-) Rhinorea (+) Mukosa basah (+), sianosis (-), Faring hiperemis (+), T1-T1 Otore (-), Otalgia (-) KGB tak teraba

Laporan Kasus: Kejang Demam Kompleks dengan Dengue Haemorragic Fever Grade III

o Perkusi o Auskultasi Cor : o Inspeksi o Palpasi o Perkusi o Auskultasi Abdomen : o Inspeksi o Palpasi o Perkusi o Auskultasi Genital Ekstrimitas Neurologis

: Sonor pada seluruh lapang paru : SN Vesikuler (+/+), Wh (-/-), Rh (-/-)

: Pulsasi ictus cordis tidak terlihat : Teraba Ictus cordis teraba di midclavicula sinistra ICS 4, kuat angkat : Batas jantung normal : BJ I/II murni reguler, murmur (-), gallop (-)

: Perut datar, tidak ada masa, tidak ada gambaran vena : Nyeri tekan (-), Turgor baik, Supel, Hepar dan lien tak teraba : Timpani pada seluruh lapang abdomen : Bising usus (+) Normal : Dalam batas normal : Akral hangat, nadi kuat, CRT < 3, edema (-) : Kaku kuduk (-), bruzinsky I (-), Babinsky (-), refleks fisiologis (+2)

PEMERIKSAAN LABORATORIUM 4/1 HEMATOLOGI Darah Rutin Hemoglobin Hematokrit Eritrosit Leukosit Trombosit KIMIA KLINIK Gula Darah Sewaktu ELEKTROLIT Natrium (Na) Kalium (K) 132 3.8 mEq/L mEq/L 135 150 3.6 5.5 107 u/L 11,2 36,6 5,01 4.240 186.000 g/dL % Juta/uL /mm3 /mm3 13,0 18,0 40 50 4,11 5,95 4000 10.000 150.000 450.000 Satuan Nilai Normal

5 Sophie Aileen 11.2012.184

Laporan Kasus: Kejang Demam Kompleks dengan Dengue Haemorragic Fever Grade III

RINGKASAN An.MR laki-laki umur 5 tahun, 11kg, satu hari lalu mengalami kejang sebanyak 2x dalam satu hari, Kejang tonik klonik < 5menit, setelah kejang langsung menangis. Pada kejang kedua, diberikan diazepam supp dan anak tertidur, demam 4 hari, selalu tinggi sepanjang hari, batuk (+) pilek (+) seminggu terakhir dengan rhinorea (+) kehijauan, BAB dan BAK dalam batas normal. Riwayat kejang demam sejak usia 1 tahun (+), epilepsi (-), imunisasi lengkap, perkembangan anak baik, sesuai dengan teman seumurannya. Status gizi baik. Pada pemeriksaan fisik, S:39,3oC, faring hiperemis, lain-lain dbn.

DIAGNOSA KERJA 1. Kejang Demam Kompleks Dasar diagnosa : kejang demam terjadi 2x dalam satu hari 2. Infeksi Saluran Pernafasan Atas Dasar diagnosa : batuk pilek 1 minggu, rhinorea (+), faring hiperemis, Wh-/- Rh-/-

DIAGNOSA BANDING 1. Meningitis Untuk sementara disingkirkan karena tidak ditemukan kaku kuduk, tanda babinsky atau bruzinsky pada anak 2. Epilepsi Dari anamnesa, ibu menyatakan anak selalu kejang saat demam. Tidak pernah kejang tanpa demam dan tidak memiliki riwayat keluarga epilepsi.

ANJURAN PEMERIKSAAN EEG untuk menyingkirkan epilepsi

PENATALAKSANAAN Non Medika Menthosa 1. Tirah baring 2. Observasi TTV, kesadaran 3. Edukasi pada keluarga bila anak alami kejang lagi

6 Sophie Aileen 11.2012.184

Laporan Kasus: Kejang Demam Kompleks dengan Dengue Haemorragic Fever Grade III

Medika Menthosa IVFD RL 16 tpm Cefotaxime 2 x 350 mg Puyer Luminal 2 x 30 mg Paracetamol syrup 3 x 1/2cth

PROGNOSIS Ad vitam Ad functionam Ad santionam : ad bonam : dubia ad malam : dubia ad malam

FOLLOW UP

7 Januari 2014 S Demam H-5 (+) Kejang (-) Batuk (+) Pilek (+) Anak terlihat lemas, cenderung tidur, tidak mau makan BAB biasa, BAK berkurang, sejak malam anak belum BAK O Ku/kes : TSB/cenderung tidur HR : 122x/mnt RR:24x/mnt S:38,8 oC TD: 90/50

Kepala : normocefali Mata : CA -/- SI-/- cekung(+/+) Hidung : Rhinorea (+/+), NCH (-) Mulut : Mukosa kering (+) Paru : SN vesikule Wh-/- Rh-/Jantung : BJ I/II murni reguler Abd : supel, datar, Nyeri tekan (+) daerah epigastrium Eks : akral dingin, sianosis (-), nadi lemah, cepat, CRT <3 detik A 1. Kejang Demam Kompleks 2. ISPA 3. Susp. DHF grade III P Lanjutkan terapi IVFD RL 300cc/ jam IVFD RL 20 tpm

7 Sophie Aileen 11.2012.184

Laporan Kasus: Kejang Demam Kompleks dengan Dengue Haemorragic Fever Grade III

Bila TD > 90mmHg ulangi IVFD RL 10cc/KgBB selama 30 menit Observasi TTV setiap jam Cek ulang H2TL Tampung urin (kontrol diuresis)

8/1 HEMATOLOGI Darah Rutin Hemoglobin Hematokrit Eritrosit Leukosit Trombosit 11,8 36,9 4,66 7.800 71.000 g/dL % Juta/uL /mm3 /mm3 13,0 18,0 40 50 4,11 5,95 4000 10.000 150.000 450.000 Satuan Nilai Normal

8 Januari 2014 S Demam H-6 (-) Kejang (-) Batuk (+) Pilek (-) sesak (+) Nyeri perut (+), anak terlihat bengkak dan masih lemas BAB biasa BAK (+) O Ku/kes : TSS/CM Berat Badan : 17 kg (naik 2kg) HR : 110x/mnt RR:24x/mnt S:37,2 oC TD: 90/60

Kepala : normocefali Mata : CA -/- SI-/- edema palpebra (+/+) Hidung : Rhinorea (-/-), NCH (+) Mulut : Mukosa kering (-) Thorax : retraksi suprasternal (+) Paru : SN vesikuler melemah di basal paru kanan Wh-/- Rh+/+ Jantung : BJ I/II murni reguler Abd : perut cembung, tegang, Nyeri tekan (+) daerah epigastrium Hepar teraba 3cm bawah arcus costae, tepi tajam, permukaan rata, nyeri tekan (+) Eks : akral hangat, sianosis (-), CRT <3 detik, nadi kuat, edema kedua tungkai bawah (+/+)
8 Sophie Aileen 11.2012.184

Laporan Kasus: Kejang Demam Kompleks dengan Dengue Haemorragic Fever Grade III

1. DHF Grade III dengan kelebihan cairan 2. Perbaikan Kejang Demam Kompleks 3. Perbaikan ISPA

IVFD RL 3cc/kgbb/jam Stop luminal Lasix 1 mg/ kgBB Awasi TTV tiap 6 jam Cek ulang H2TL Cek serologi dengue Tampung urin (kontrol diuresis) Edukasi ibu memberi minum anak lebih banyak

9/1 HEMATOLOGI Darah Rutin Hemoglobin Hematokrit Eritrosit Leukosit Trombosit 9,6 31,1 4,27 2.580 26.400 g/dL % Juta/uL /mm3 /mm3 13,0 18,0 40 50 4,11 5,95 4000 10.000 150.000 450.000 Satuan Nilai Normal

9/1

Nilai Rujukan

IMUNOSEROLOGI Dengue Dengue IgG Dengue IgM Positive Positive Negative Negative

9 Januari 2014 S Demam H-7 (-) Kejang (-) Batuk (+) Pilek (-) Anak minum sekitar 1 botol aqua besar seharian BAB biasa, BAK 24 jam 1500cc (3,6cc/kgBB/jam) O Ku/kes : TSS/CM
9 Sophie Aileen 11.2012.184

Laporan Kasus: Kejang Demam Kompleks dengan Dengue Haemorragic Fever Grade III

Berat Badan 17kg HR : 98x/mnt RR:20x/mnt S:36,5 oC TD: 100/60

Kepala : normocefali Mata : CA -/- SI-/- edema (+/+) Hidung : Rhinorea (-/-), NCH (-) Mulut : Mukosa kering (-) Paru : SN vesikule melemah di basal Wh-/- Rh+/+ Jantung : BJ I/II murni reguler Abd : perut cembung, supel (+), nyeri tekan (+) Eks : akral hangat, sianosis (-), CRT <3 detik, nadi kuat, edema kedua tungkai bawah (+/+) A 1. DHF Grade III dengan perbaikan kelebihan cairan 2. Perbaikan Kejang Demam Kompleks 3. Perbaikan ISPA P Lanjutkan terapi Awasi TTV tiap 6 jam Cek ulang H2TL 24 jam Tampung urin (kontrol diuresis)

10/1 HEMATOLOGI Darah Rutin Hemoglobin Hematokrit Eritrosit Leukosit Trombosit 8,8 28,9 3,94 3.840 32.200 g/dL % Juta/uL /mm3 /mm3 13,0 18,0 40 50 4,11 5,95 4000 10.000 150.000 450.000 Satuan Nilai Normal

10 Januari 2014 S Demam H-8(-) Kejang (-) Batuk (+) Pilek (-) Nyeri perut (+) Anak minum 1,5 botol besar aqua
10 Sophie Aileen 11.2012.184

Laporan Kasus: Kejang Demam Kompleks dengan Dengue Haemorragic Fever Grade III

BAB biasa, BAK 24 jam 1800cc (5cc/kgBB/jam) O Ku/kes : TSR/CM Berat badan 16 kg HR : 100x/mnt RR:22x/mnt S:36,5 oC TD: 100/70

Kepala : normocefali Mata : CA -/- SI-/- edema (-/-) Hidung : Rhinorea (-/-), NCH (-) Mulut : Mukosa kering (-) Paru : SN vesikule melemah di basal Wh-/- Rh+/+ Jantung : BJ I/II murni reguler Abd : perut cembung, supel (+), nyeri tekan (+) Eks : akral hangat, sianosis (-), CRT <3 detik, nadi kuat, edema kedua tungkai bawah (+/+) A 1. DHF Grade III dengan perbaikan kelebihan cairan 2. Perbaikan Kejang Demam Kompleks 3. Perbaikan ISPA P Lanjutkan terapi Lasix stop Cek ulang H2TL 24 jam

11/1 HEMATOLOGI Darah Rutin Hemoglobin Hematokrit Eritrosit Leukosit Trombosit 8,1 27,6 3,74 3.340 63.200 g/dL % Juta/uL /mm3 /mm3 13,0 18,0 40 50 4,11 5,95 4000 10.000 150.000 450.000 Satuan Nilai Normal

11 Januari 2014 S Demam H-9(-) Kejang (-) Batuk (-) Pilek (-) Nyeri perut (-) nafsu makan anak membaik, anak mulai bermain dan lincah
11 Sophie Aileen 11.2012.184

Laporan Kasus: Kejang Demam Kompleks dengan Dengue Haemorragic Fever Grade III

Kulit tampak bercak-bercak kemerahan dan terasa gatal sejak kemarin malam BAB dan BAK biasa O Ku/kes : TSR/CM Berat badan 15 kg HR : 100x/mnt RR:22x/mnt S:36,5 oC TD: 100/70

Kepala : normocefali Mata : CA -/- SI-/- edema (-/-) Hidung : Rhinorea (-/-), NCH (-) Mulut : Mukosa kering (-) Paru : SN vesikule melemah di basal Wh-/- Rh-/Jantung : BJ I/II murni reguler Abd : perut datar, supel (+), nyeri tekan (-) Hepar dan lien tak teraba Eks : akral hangat, sianosis (-), CRT <3 detik, nadi kuat, edema tungkai (-/-) convalesence rash (+) A 1. Perbaikan DHF grade III 2. Perbaikan Kejang Demam Kompleks 3. Perbaikan ISPA P Lanjutkan terapi Cek ulang H2TL 24 jam bila trombosit > 50.000 BPL

11/1 HEMATOLOGI Darah Rutin Hemoglobin Hematokrit Eritrosit Leukosit Trombosit 10,2 32,0 4,18 3.550 47.600 g/dL % Juta/uL /mm3 /mm3 13,0 18,0 40 50 4,11 5,95 4000 10.000 150.000 450.000 Satuan Nilai Normal

12 Januari 2014 S Keluhan (-)


12 Sophie Aileen 11.2012.184

Laporan Kasus: Kejang Demam Kompleks dengan Dengue Haemorragic Fever Grade III

Ku/kes : TSR/CM Berat badan 15 kg HR : 96x/mnt RR:22x/mnt S:36,5 oC TD: 100/70

Kepala : normocefali Mata : CA -/- SI-/- edema (-/-) Hidung : Rhinorea (-/-), NCH (-) Mulut : Mukosa kering (-) Paru : SN vesikule melemah di basal Wh-/- Rh-/Jantung : BJ I/II murni reguler Abd : perut datar, supel (+), nyeri tekan (-) Hepar dan lien tak teraba Eks : akral hangat, sianosis (-), CRT <3 detik, nadi kuat, edema tungkai (-/-) convalesence rash (+) A 1. Perbaikan DHF grade III 2. Perbaikan Kejang Demam Kompleks 3. Perbaikan ISPA P Terapi lanjut Cek ulang H2TL 24 jam bila trombosit > 50.000 => BPL

13/1 HEMATOLOGI Darah Rutin Hemoglobin Hematokrit Eritrosit Leukosit Trombosit 9,7 32,6 4,10 4.310 106.000 g/dL % Juta/uL /mm3 /mm3 13,0 18,0 40 50 4,11 5,95 4000 10.000 150.000 450.000 Satuan Nilai Normal

An.MR keluar dari RS Tarakan pada tanggal 13 Januari 2013 dengan membawa: Luminal 2 x 30 mg selama 3 hari lalu kontrol. Paracetamol syrup I fl (hanya diberi bila demam). Rekomendasi sediakan stesolid dirumah (hanya diberikan bila anak kejang BUKAN demam) disertai edukasi pada keluarga.
13 Sophie Aileen 11.2012.184

Laporan Kasus: Kejang Demam Kompleks dengan Dengue Haemorragic Fever Grade III

LAPORAN KASUS Kejang Demam Kompleks dengan Dengue Haemorragic Fever Grade III
Pada kasus ini, pasien datang dengan diagnosa awal kejang demam kompleks disertai infeksi saluran nafas atas (ISPA), namun dalam pengamatan perjalanan penyakit anak selama dirawat dalam Rumah Sakit, ditemukan diagnosa lain, yaiur dengue haemorragic fever grade III. Untuk memahami lebih dalam, kita perlu memahami tentang penyakit-penyakit tersebut diatas sehingga dapat menangani nya di kemudian hari.

KEJANG DEMAM Definisi Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal diatas 38 C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranial. Kejang demam terjadi 2 - 4% pada anak usia 6 bulan - 5 tahun.1,2

Klasifikasi 1. Kejang demam sederhana (Simple febrile seizure) Kejang berlangsung singkat kurang dari 15 menit dan umumnya berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum tonik dan atau klonik tanpa gerakan fokal. kejang tidak berulang dalam 24 jam. Kejang demam sederhana merupakan 80% dari seluruh kejang demam.1-5 2. Kejang demam kompleks (Complex febrile seizure) Kejang demam dengan salah satu ciri berikut :1-5 Kejang lama > 15 menit Kejang fokal atau parsial atau kejang umum didahului kejang parsial Berulang lebih dari sekali dalam 24 jam

Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain:1 1. Pemeriksaan laboratorium Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin pada kejang demam, tetapi dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi penyebab demam atau keadaan lain, misalnya gastroenteritis dehidrasi disertai demam. Pemeriksaan laboratorium yang dikerjakan misalnya darah perifer, elektrolit dan gula darah.1-5
14 Sophie Aileen 11.2012.184

Laporan Kasus: Kejang Demam Kompleks dengan Dengue Haemorragic Fever Grade III

2. Pungsi lumbal Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau menyingkirkan kemungkinan meningitis. Risiko terjadinya meningitis bakterialis adalah 0,6-6,7%. Pada bayi kecil seringkali sulit untuk menegakkan atau menyingkirkan diagnosis meningitis karena manifestasi klinisnya tidak jelas. Oleh karena itu, pungsi lumbal dianjurkan pada:1,2 a. Bayi (kurang dari 12 bulan) sangat dianjurkan dilakukan b. Bayi 12-18 bulan dianjurkan c. Anak umur >18 bulan tidak rutin. Bila yakin bukan meningitis secara klinis tidak peru dilakukan pungsi lumbal. 3. Elektroensefalografi Pemeriksaan elektroensefalografi tidak dapat memprediksin berulangnya kejang atau memperkirakan kemungkinan terjadinya epilepsi pada pasien kejang demam. Oleh karenanya, tidak direkomendasikan. Pemeriksaan EEG masih dapat dilakukan lebih dari 6 tahun atau kejang demam fokal.1,2 4. Pencitraan Foto X-ray kepala dan pencitraan seperti computed tomography scan (CT-scan) atau magnetic resonance imaging (MRI) jarang sekali dikerjakan, tidak rutin dan hanya atas indikasi, seperti kelainan neurologik fokal yang menetap (hemiparesis), paresis nervus VI, dan papiledema.1,2 pada

keadaan kejang demam yang tidak khas, misalnya kejang demam kompleks pada anak usia

Tata laksana saat kejang Biasanya kejang demam berlangsung singkat dan pada waktu pasien datang kejang sudah berhenti. Apabila datang dalam keadaan kejang, obat yang paling cepat untuk menghentikan kejang adalah diazepam yang diberikan secara intravena. Dosis diazepam intravena adalah 0,3-0,5 mg/kg perlahan-lahan dengan kecepatan 12 mg/menit atau dalam waktu 35 menit, dengan dosis maksimal20 mg. Obat praktis dan dapat diberikan oleh orangtua atau di rumah adalah diazepam rektal. Dosis diazepam rektal adalah 0,5-0,75 mg/kg atau diazepam rektal 5 mguntuk anak dengan berat badan kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk berat badan lebih dari 10 kg. Atau Diazepam rektal dengan dosis 5 mg untuk anak dibawah usia 3 tahun atau dosis 7,5 mg untuk anak diatas usia 3 tahun. Bila setelah pemberian Diazepam rektal kejang belum berhenti,dapat diulang lagi dengan cara dan dosis yang sama dengan intervalwaktu 5 menit. Bila setelah 2 kali pemberian Diazepam rektal masih tetap kejang, dianjurkan ke rumah sakit. Di rumah sakit dapat diberikan diazepam intravena dengan dosis 0,3-0,5 mg/kg. Bila kejang
15 Sophie Aileen 11.2012.184

Laporan Kasus: Kejang Demam Kompleks dengan Dengue Haemorragic Fever Grade III

tetap belum berhenti diberikan fenitoin secara intravena dengan dosis awal 10-20mg/kg/kali dengan kecepatan 1 mg/kg/menit atau kurang dari 50mg/menit. Bila kejang berhenti dosis selanjutnya adalah 4-8 mg/kg/hari, dimulai 12 jam setelah dosis awal. Bila dengan fenitoin kejang belum berhenti maka pasien harus dirawat di ruang rawat intensif. Bila kejang berhenti, pemberian obat selanjutnya tergantung dari jenis kejang demam apakah kejang demam sederhana atau kompleks dan faktor resikonya.1,2 Pemberian obat pada saat demam Antipiretik Tidak ditemukan bukti bahwa penggunaan antipiretik mengurangi resiko terjadinya kejang demam, namun para ahli diIndonesia sepakat bahwa antipiretik tetap dapat diberikan. Dosis paracetamol yang digunakan adalah 10-15 mg/kg/kali diberikan 4kali sehari dan tidak lebih dari 5 kali. Dosis Ibuprofen 5-10mg/kg/kali, 3-4 kali sehari. Meskipun jarang, asam asetilsalisilat dapat menyebabkan sindrom Reye terutama pada anak kurang dari 18 bulan, sehingga penggunaan asam asetilsalisilat tidak dianjurkan.1,2 Antikonvulsan Pemakaian diazepam oral dosis 0,3 mg/kg setiap 8 jam pada saat demam menurunkan resiko berulangnya kejang pada 30% -60% kasus, begitu pula dengan diazepam rektal dosis 0,5 mg/kg setiap 8 jam pada suhu > 38,5C. Dosis tersebut cukup tinggi dan menyebabkan ataksia, iritabel dan sedasi yang cukup berat pada 25-39% kasus. Fenobarbital, karbamazepin dan fenitoin pada saat demam tidak berguna untuk mencegah kejang demam.1,2 Pemberian Obat Rumat Indikasi Pemberian obat Rumat Pengobatan rumat diberikan bila kejang demam menunjukkan ciri sebagai berikut (salah satu):1,2 - kejang lama >15 menit - adanya kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang, misalnya hemiparesis, paresis Todd, cerebral palsy, retardasi mental dan hidrocephalus. - kejang fokal Pengobatan rumat dipertimbangkan bila:1,2 - kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam - kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan - kejang demam 4 kali per tahun. Jenis Antikonvulsan untuk Pengobatan Rumat

16 Sophie Aileen 11.2012.184

Laporan Kasus: Kejang Demam Kompleks dengan Dengue Haemorragic Fever Grade III

Pemberian obat fenobarbital atau asam valproat setiap hari efektif dalam menurunkan risiko berulangnya kejang. Berdasarkan bukti ilmiah bahwa kejang demam tidak berbahaya dan penggunaan obat dapat menyebabkan efek samping, maka pengomatan rumat diberikan terhadap kasus selektif dan dalam jangka pendek. Pemakaian fenobarbital setiap hari dapat menimbulkan gangguan perilaku dan kesulitan belajar pada 40-50% kasus. Obat pilihan saat ini adalah asam valproat. Pada sebagian kecil kasus, terutama yang berumur kurang dari 2 tahun asam valproat dapat menyebabkan gangguan fungsi hati. Dosis asam valproat 15-40 mg/kg/hari dalam 2-3 dosis, dan fenobarbital 3-4 mg/kg per hari dalam 1-2 dosis. Pengobatan rumat diberikan selama 1 tahun bebas kejang, kemudian dihentikan secara bertahap selama 12 bulan.1,2

Edukasi Hal yang yang harus dilakukan orang tua saat anak kejang :1,2 Tetap tenang dan tidak panik. Kendorkan pakaian anak yang ketat terutama sekitar leher. Bila anak tidak sadar, posisikan anak terlentang dengan kepala miring. Bersihkan muntahan atau lendir di mulut atau hidung. Walaupun kemungkinan lidah tergigit, jangan memasukkan sesuatu kedalam mulut. Ukur suhu tubuh, lihat dan catat lama dan bentuk kejang. Tetap bersama anak selama kejang. Berikan diazepam rektal (stesolid), jangan berikan obat ini jika kejang telah berhenti. Bawa ke dokter atau rumah sakit jika kejang berlangsung 5 menit atau lebih.

Prognosis Kemungkinan mengalami kecacatan atau kelainan neurologis Kejadian kecacatan sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah dilaporkan. Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal. Penelitian lain secara retrospektif melaporkan kelainan neurologis pada sebagian kecil kasus dan kelainan ini biasanya terjadi pada kasus dengan kejang lama atau kejang berulang baik umum atau fokal.1,2 Kemungkinan mengalami kematian Kematian karena kejang demam belum pernah dilaporkan.1,2 Kemungkinan berulangnya kejang demam

17 Sophie Aileen 11.2012.184

Laporan Kasus: Kejang Demam Kompleks dengan Dengue Haemorragic Fever Grade III

Kejang demam akan berulang kembali pada sebagian kasus. Faktor risiko berulangnya kejang demam, adalah:1,2 1. Riwayat kejang demam dalam keluarga 2. Usia kurang dari 12 bulan 3. Temperatur yang rendah saat kejang 4. Cepatnya kejang setelah demam Bila seluruh faktor di atas ada, kemungkinan berulangnya kejang demam adalah 80%, sedangkan bila tidak terdapat faktor tersebut kemungkinan berulangnya kejang demam hanya 10-15%. Kemungkinan berulangnya kejang demam paling besar adalah pada tahun pertama.1,2

Faktor risiko terjadinya epilepsi Faktor risiko lain adalah terjadinya epilepsi di kemudian hari. Faktor risiko menjadi epilepsi adalah:1 1. Kelainan neurologis atau kelainan perkembangan yang jelas sebelum kejang demam pertama 2. Kejang demam kompleks 3. Riwayat epilepsi ada orangtua atau saudara kandung. Masing-masing faktor risiko meningkatkan kemungkinan kejadian epilepsi hingga 46% dan kombinasi dari faktor risiko tersebut meningkatkan kemungkian epilepsi. Kemungkinan menjadi epilepsi tidak dapat dicegah dengan pemberian obat rumat pada kejang demam.1,2

PEMBAHASAN 1 An.MR berumur 5 tahun, mengalami kejang demam tonik klonik < 5menit sebanyak 2 kali dalam sehari, pada pemeriksaan fisik juga tidak didapatkan kelainan pada pemeriksaan neurologis, sehingga dapat didiagnosa kejang demam kompleks. Namun An.MR sudah sering mengalami kejang demam sejak berumur 1 tahun, ibu menyatakan selalu kejang bila demam tinggi (tidak diketahui jumlah kejang per tahunnya oleh ibu). Pada anamnesa juga, ibu menyatakan anaknya tidak mengalami keterlambatan pertumbuhan baik secara personal-sosial, motorik halus, bahasa, dan motorik kasar. Ibu menyatakan perkembangan anaknya sesuai dengan teman seumurannya. Anak mendapat paracetamol karena anak masih demam saat masuk RS dan selama dalam pengawasan. Dosis yang diberi 3 x cth (sediaang 120mg/5ml). Dosis paracetamol yang dianjurkan 10-15mg/kgBB/hari dibagi dalam 3-4 dosis (150-225mg/hari untuk An.MR).
18 Sophie Aileen 11.2012.184

Laporan Kasus: Kejang Demam Kompleks dengan Dengue Haemorragic Fever Grade III

An.MR juga mendapatkan cefotaxime (antibiotika golongan sefalosporin generasi ke tiga) sebanyak 2x350 mg/hari. Antibiotika diberikan sebagai profilaksis penyebab demam yang dicurigai akibat ISPA bakterial, karena cefotaxime merupakan bakterisid yang berspektrum luas dapat untuk bakteri gram positif dan negatif. Untuk menurunkan risiko terjadi nya kejang demam berulang, konsensus kejang demam IDAI merekomendasikan penggunaan diazepam oral dengan dosis 0,3mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis. An.MR mendapat luminal (phenobarbital) 2 x 30mg/hari sejak hari pertama dirawat. Hal ini mungkin dipertimbangkan sebagai obat rumatan phenobarbital dengan dosis 3-5mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis (untuk An.MR 45-75mg/hari). Bila mengikuti teori, pengobatan rumat diberikan selama 1 tahun bebas kejang, kemudian dihentikan secara bertahap selama 1-2 bulan. Perlu diingat bahwa pemakaian phenobarbital jangka panjang dapat menyebabkan gangguan prilaku dan gangguan belajar. Walaupun kejang yang terjadi pada An.MR tidak mencapai 15 menit, tidak memiliki kelainan neurologis sebelum kejang, dan bukan kejang fokal, obat rumatan diberikan dengan pertimbangan kejang demam berulang lebih dari 1x dalam 24 jam, dan >4x dalam 1 tahun. Bila sesuai dengan anamnesa ibu yang menyatakan anaknya selalu kejang saat demam, dapat diperkirakan bahwa anak memang sering kejang dan kemungkinan kejang >4x dalam satu tahun amatlah besar. Pada anamnesa juga orang tua menyatakan tidak ada riwayat epilepsi dan tidak ada bangkitan kejang diluar demam, dari anamnesa, dapat disingkirkan diagnosa epilepsi, namun untuk lebih pasti, dapat diusulkan pemeriksaan EEG pada anak.

DENGUE HAEMORRAGIC FEVER Definisi Dengue adalah infeksi yang ditularkan oleh nyamuk dimana dalam dekade terakhir menjadi masalah kesehatan publik secara internasional. Dengue ditemukan di daerah tropik dan subtropik di seluruh dunia, secara predominan di daerah urban dan semi-urban. Demam Berdarah Dengue (DBD), satu komplikasi potensial, pertama kali ditemukan pada tahun 1950an dalam epidemi dengue di Filipina dan Tailand. Pada hari ini, DBD ditemukan hampir di seluruh negara Asia dan telah menjadi penyebab utama perawatan di rumah sakit dan kematian anak di daerah tersebut. Terdapat empat tipe virus yang berhubungan erat yang dapat menyebabkan demam dengue. Penyembuhan dari infeksi akan memberikan kekebalan seumur hidup terhadap tipe virus tersebut tetapi hanya proteksi sebagian dan sementara untuk
19 Sophie Aileen 11.2012.184

Laporan Kasus: Kejang Demam Kompleks dengan Dengue Haemorragic Fever Grade III

ketiga tipe lain virus pada infeksi selanjutnya. Terdapat bukti yang menyatakan infeksi sekuensial meningkatkan resiko berkembangnya DBD.6

Etiologi Demam Dengue (DD) dan Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan virus dengue yang termasuk kelompok B Arthropod Borne Virus (Arboviroses) yang sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus, famili Flaviviridae, dan mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu: DEN-1, DEN2, DEN-3, DEN-4. Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi terhadap serotipe yang bersangkutan, sedangkan antibodi yang terbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain tersebut. Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe virus dengue dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia. Di Indonesia, pengamatan virus dengue yang dilakukan sejak tahun 1975 di beberapa rumah sakit menunjukkan bahwa keempat serotipe ditemukan dan bersirkulasi sepanjang tahun. Serotipe DEN-3 merupakan serotipe yang dominan dan diasumsikan banyak yang menunjukkan manifestasi klinik yang berat.6

Epidemiologi Infeksi virus dengue telah ada di Indonesia sejak abad ke-18, seperti yang dilaporkan oleh David Bylon seorang dokter berkebangsaan Belanda. Saat itu infeksi virus dengue menimbulkan penyakit yang dikenal sebagai penyakit demam lima hari (vijfdaagse koorts) kadang-kadang disebut juga sebagai demam sendi (knokkel koorts). Disebut demikian karena demam yang terjadi menghilang dalam lima hari, disertai dengan nyeri pada sendi, nyeri otot, dan nyeri kepala. Pada masa itu infeksi virus dengue di Asia Tenggara hanya merupakan penyakit ringan yang tidak pernah menimbulkan kematian. Tetapi sejak tahun 1952 infeksi virus dengue menimbulkan penyakit dengan manifestasi klinis berat, yaitu DBD yang ditemukan di Manila, Filipina. Kemudian ini menyebar ke negara lain seperti Thailand, Vietnam, Malaysia, dan Indonesia. Pada tahun 1968 penyakit DBD dilaporkan di Surabaya dan Jakarta dengan jumlah kematian yang sangat tinggi. Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan dan penyebaran kasus DBD sangat kompleks, yaitu (1) Pertumbuhan penduduk yang tinggi, (2) Urbanisasi yang tidak terencana dan tidak terkendali, (3) Tidak adanya kontrol vektor nyamuk yang efektif di daerah endemis, dan (4) Peningkatan sarana transportasi.6

20 Sophie Aileen 11.2012.184

Laporan Kasus: Kejang Demam Kompleks dengan Dengue Haemorragic Fever Grade III

Morbiditas dan mortalitas infeksi virus dengue dipengaruhi berbagai faktor antara lain status imunitas pejamu, kepadatan vektor nyamuk, transmisi virus dengue, keganasan (virulensi) virus dengue, dan kondisi geografis setempat. Dalam kurun waktu 30 tahun sejak ditemukan virus dengue di Surabaya dan Jakarta, baik dalam jumlah penderita maupun daerah penyebaran penyakit terjadi peningkatan yang pesat. Sampai saat ini DBD telah ditemukan di seluruh propinsi di Indonesia, dan 200 kota telah melaporkan adanya kejadian luar biasa. Incidence rate meningkat dari 0,005 per 100,000 penduduk pada tahun 1968 menjadi berkisar antara 6-27 per 100,000 penduduk. Pola berjangkit infeksi virus dengue dipengaruhi oleh iklim dan kelembaban udara. Pada suhu yang panas (28-32C) dengan kelembaban yang tinggi, nyamuk Aedes akan tetap bertahan hidup untuk jangka waktu lama. Di Indonesia, karena suhu udara dan kelembaban tidak sama di setiap tempat, maka pola waktu terjadinya penyakit agak berbeda untuk setiap tempat. Di Jawa pada umumnya infeksi virus dengue terjadi mulai awal Januari, meningkat terus sehingga kasus terbanyak terdapat pada sekitar bulan April-Mei setiap tahun.6

Patofisiologi Patogenesis DBD dan SSD masih merupakan masalah yang kontroversial. Dua teori yang banyak dianut adalah hipotesis infeksi sekunder (teori secondary heterologous infection) dan hipotesis immune enhancement.6 Halstead (1973) menyatakan mengenai hipotesis secondary heterologous infection. Pasien yang mengalami infeksi berulang dengan serotipe virus dengue yang heterolog mempunyai risiko berat yang lebih besar untuk menderita DBD/Berat. Antibodi heterolog yang telah ada sebelumnya akan mengenai virus lain yang akan menginfeksi dan membentuk kompleks antigen antibodi kemudian berikatan dengan Fc reseptor dari membran sel leukosit terutama makrofag. Oleh karena antibodi heterolog maka virus tidak dinetralisasikan oleh tubuh sehingga akan bebas melakukan replikasi dalam sel makrofag (respon antibodi anamnestik) Dalam waktu beberapa hari terjadi proliferasi dan transformasi limfosit dengan menghasilkan titer tinggi antibodi IgG anti dengue. Terbentuknya virus kompleks antigen-antibodi mengaktifkan sistem komplemen (C3 dan C5), melepaskan C3a dan C5a menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah sehingga plasma merembes ke ruang ekstravaskular. Volume plasma intravaskular menurun hingga menyebabkan hipovolemia hingga syok.6 Hipotesis kedua antibody dependent enhancement (ADE), suatu proses yang akan meningkatkan infeksi dan replikasi virus dengue di dalam sel mononuklear. Sebagai
21 Sophie Aileen 11.2012.184

Laporan Kasus: Kejang Demam Kompleks dengan Dengue Haemorragic Fever Grade III

tanggapan terhadap infeksi tersebut, terjadi sekresi mediator vasoaktif yang kemudian menyebabkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah, sehingga mengakibatkan perembesan plasma kemudian hipovolemia dan syok. Perembesan plasma ini terbukti dengan adanya, peningkatan kadar hematokrit, penurunan kadar natrium, dan terdapatnya cairan di dalam rongga serosa (efusi pleura, asites). Virus dengue dapat mengalami perubahan genetik akibat tekanan sewaktu virus mengadakan replikasi baik pada tubuh manusia maupun pada tubuh nyamuk. Ekspresi fenotipik dari perubahan genetik dalam genom virus dapat menyebabkan peningkatan replikasi virus dan viremia, peningkatan virulensi dan mempunyai potensi untuk menimbulkan wabah.6 Kompleks antigen-antibodi selain mengaktivasi sistem komplemen, juga menyebabkan agregasi trombosit dan mengaktivasi sistem koagulasi melalui kerusakan sel endotel pembuluh darah. Kedua faktor tersebut akan menyebabkan perdarahan pada DBD. Agregasi trombosit terjadi sebagai akibat dari perlekatan kompleks antigen-antibodi pada membran trombosit mengakibatkan pengeluaran ADP (adenosin di phosphat), sehingga trombosit melekat satu sama iain. Hal ini akan menyebabkan trombosit dihancurkan oleh RES (reticulo endothelial system) sehingga terjadi trombositopenia. Kadar trombopoetin dalam darah pada saat terjadi trombositopenia justru menunjukkan kenaikan sebagai mekanisme kompensasi stimulasi trombopoesis saat keadaan trombositopenia. Agregasi trombosit ini akan menyebabkan pengeluaran platelet faktor III mengakibatkan terjadinya koagulopati konsumtif (KID = koagulasi intravaskular diseminata), ditandai dengan peningkatan FDP (fibrinogen degradation product) sehingga terjadi penurunan faktor pembekuan.6 Agregasi trombosit ini juga mengakibatkan gangguan fungsi trombosit, sehingga walaupun jumlah trombosit masih cukup banyak, tidak berfungsi baik. Di sisi lain, aktivasi koagulasi akan menyebabkan aktivasi faktor Hageman sehingga terjadi aktivasi sistem kinin sehingga memacu peningkatan permeabilitas kapiler yang dapat mempercepat terjadinya syok. Jadi, perdarahan masif pada DBD diakibatkan oleh trombositopenia, penurunan faktor pembekuan (akibat KID), kelainan fungsi trombosit, dan kerusakan dinding endotel kapiler. Akhirnya, perdarahan akan memperberat syok yang terjadi.6 DSS terjadi biasanya pada saat atau setelah demam menurun, yaitu diantara hari ke-3 dan ke7 sakit. Hal ini dapat diterangkan dengan hipotesis meningkatnya reaksi imunologis, yang dasarnya sebagai berikut:6 1) Pada manusia, sel fagosit mononukleus, yaitu monosit, histiosit, makrofag dan sel kupfer merupakan tempat utama terjadinya infeksi verus dengue. 2) Non-neutralizing antibody, baik yang bebas di sirkulasi maupun spesifik pada sel,
22 Sophie Aileen 11.2012.184

Laporan Kasus: Kejang Demam Kompleks dengan Dengue Haemorragic Fever Grade III

bertindak sebagai reseptor spesifik untuk melekatnya virus dengue pada permukaan sel fogosit mononukleus. 3) Virus dengue kemudian akan bereplikasi dalam sel fagosit mononukleus yang telah terinfeksi itu. Parameter perbedaan terjadinya DHF dan DSS ialah jumlah sel yang terinfeksi. 4) Meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan disseminated intravaskular coagulation (DIC) terjadi sebagai akibat dilepaskannya mediator- mediator oleh sel fagosit mononukleus yang terinfeksi itu. Mediator tersebut berupa monokin dan mediator lain yang mengakibatkan aktivasi komplemen dengan efek peninggian permeabilitas dinding pembuluh darah, serta tromboplastin yang memungkinkan terjadinya DIC.6

Diagnosa Untuk mendiagnosa demam berdarah, dinilai dari gejala klinis dan laboratorium. Dua kriteria klinis ditambah satu dari kriteria laboratorium cukup untuk mendiagnosa DBD.6-11 Klinis : 1. Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus menerus selama 2-7 hari 2. Terdapat manifestasi perdarahan ditandai dengan: Uji bendung positif Petekie, ekimosis, purpura Perdarahan mukosa, epiktasis, perdarahan gusi Hematemesis dan atau melena

3. Pembesaran hati 4. Syok, ditandai nadi cepat dan lemah sampai tidak teraba, penyempitan tekanan nadi ( 20 mmHg), hipotensi sampai tidak terukur, kaki dan tangan dingin, kulit lembab, capillary refill time memanjang (> 2 detik) dan pasien tampak gelisah. Laboratorium : 1. Trombositopenia (100.000 /uL atau kurang) 2. Adanya kebocoran plasma karena peningkatan permeabilitas kapiler, dengan manifestasi klinis sebagai berikut: a. Peningkatan hematokrit 20% dari nilai standar b. Penurunan hematokrit 20% setelah mendapat terapi cairan c. Efusi pleura/perikardial, asites, hipoproteinemia

23 Sophie Aileen 11.2012.184

Laporan Kasus: Kejang Demam Kompleks dengan Dengue Haemorragic Fever Grade III

Manifestasi Klinis Derajat penyakit DBD diklasifikasikan dalam 4 derajat (pada setiap derajat sudah ditemukan trombositopenia dan hemokonsentrasi):6-10 Tabel 1. Klasifikasi Derajat Demam Berdarah6-10 Dengue Fever Demam dengan dua gejala mengikuti:8 Derajat I Sakit kepala Nyeri retroorbital Mialhia Atalgia/ nyeri tulang Rash Manifestasi perdarahan Tanpa bukti kebocoran plasma

Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan ialah uji bendung

Derajat II

Seperti derajat I disertai perdarahan spontan di kulit atau perdarahan lain

Derajat III Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lambat, tekanan nadi menurun (20mmHg atau kurang) atau hipotensi, sianosis disekitar mulut, kulit dingin, lembab, anak tampak gelisah Derajat IV Syok berat (profound shock), nadi tidak dapat diraba dan tidak dapat diukur

Pada guideline DHF WHO 2011, dinyatakan bahwa DHF grade III dan IV merupakan dengue shock syndrome.8 Terdapat perbedaan klasifikasi antara guideline demam berdarah WHO pada tahun 1997, dan 2011.8-11 Pada guideline tahun 2009, klasifikasi diubah menjadi dengue tanpa warning sign (serupa dengan dengue fever pada 1997 dan 2011), dengue dengan warning sign (serupa DHF grade I-II), dan severe dengue (serupa DHF grade III-IV)8-11 Namun pada tahun 2011, klasifikasi ini dikembalikan seperti guideline tahun 1997 dengan tambahan expended dengue syndrome, yaitu dengue dengan manifestasi klinis yang tidak biasa, seperti ensefalitis dengue yang dilaporkan pada beberapa negara asia seperti Indonesia, Malaysia, Myanmar, dan India. Namun belum diteliti lebih lanjut.8

24 Sophie Aileen 11.2012.184

Laporan Kasus: Kejang Demam Kompleks dengan Dengue Haemorragic Fever Grade III

Dengue syok sindrom (DSS) dapat didiagnosa bila tanda DHF diatas disertai dengan tanda syok seperti:8 Takikardi, ekstrimitas dingin, CRT memanjang, nadi lemah, letargi hingga penurunan kesadaran yang menandakan kurangnya perfusi ke otak Tekanan nadi 20mmHg dengan meningkatnya tekanan diastolik Hipotensi menurut umur, atau tekanan sistolik < 80mmHg untuk anak < 5 tahun atau 80-90 mmHg untuk anak yang lebih besar dan dewasa.

Penatalaksanaan Pada dasarnya pengobatan DBD bersifat suportif, yaitu mengatasi kehilangan cairan plasma sebagai akibat peningkatan permeabilitas kapiler dan sebagai akibat perdarahan. Pasien demam dengue dapat berobat jalan sedangkan pasien DBD di rawat di ruang perawatan biasa, tetapi pada kasus DBD dengan komplikasi diperlukan perawatan intensif. Untuk dapat merawat pasien DBD dengan baik, diperlukan dokter dan perawat yang terampil, sarana laboratorium yang memadai, cairan kristaloid dan koloid serta bank darah yang senantiasa siap bila diperlukan.6-11 Tatalaksana DBD tanpa syok di Rumah Sakit:7 Beri anak banyak minum larutan oralit atau jus buah, air tajin, air sirup, susu, untuk mengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma, demam, muntah/diare Beri paracetamol bila demam, jangan beri asetosal atau ibuprofen karena obat ini merangsang terjadi perdarahan Beri infus sesuai dehidrasi sedang o Beri hanya larutan isotonik seperti ringer laktat atau asetat o Kebutuhan cairan parenteral BB < 15 kg : 7ml/kgBB/jam BB 15 40 kg : 5ml/kgBB/jam BB > 40kg : 3ml/kgBB/jam

o Pantau tanda vital dan diuresis setiap jam, serta periksa laboratorium (hematokrit, trombosit, leukosit, dan hemoglobin) tiap 6 jam o Apabila terjadi penurunan hematokrit dan klinis membaik, turunkan jumlah cairan secara bertahap sampai stabil. Cairan intravena biasanya hanya

25 Sophie Aileen 11.2012.184

Laporan Kasus: Kejang Demam Kompleks dengan Dengue Haemorragic Fever Grade III

memerlukan 24-48 jam sejak kebocoran pembuluh kapiler spontan setelah pemberian cairan. Apabila terjadi perburukan klinis berikan tatalaksana sesuai dengan tata laksana syok terkompensasi Tata laksana DBD dengan syok:7,11 Perlakukan hal ini sebagai gawat darurat. Berikan oksigen 2-4 liter secara nasal Berikan 20ml/kg larutan kristaloid seperti RL secepatnya Jika tidak menunjukkan perbaikan klinis, ulangi pemberian kristaloid 20ml/kgBB secepatnya (maksimal 30mnt) atau pertimbangkan pemberian koloid 10-20 ml/kgBB/jam maksimal 30ml/kgBB/24 jam Jika tidak ada perbaikan klinis tetapi hematokrit dan hemoglobin menurun pertimbangkan terjadinya perdarahan tersembunyi, berikan transfusi darah atau komponen Jika terdapat perbaikan klinis (pengisian kapiler dan perfusi perifer mulai membaik, tekanan nadi melebar), jumlah cairan dikurangi hingga 10ml/kgBB/jam dalam 2-4 jam dan secara bertahap diturunkan tiap 4-6 jam sesuai kondisi klinis dan laboratorium Dalam banyak kasus, cairan intravena dapat dihentikan setelah 36-48 jam. Ingatlah banyak kematian terjadi karena pemberian cairan yang terlalu banyak daripada pemberian cairan yang terlalu sedikit. Tabel 2: Perbedaan penatalaksanaan cairan pada guideline DHF 1997, 2009, dan 20118-11 1997 DHF Grade I-II 6-7ml/kgBB/jam dilanjutkan 5ml/kgBB/jam dilanjutkan 3ml/kgBB/jam lalu stop setelah 24-48 jam 2009 Dengue With Warning Sign Pakai larutan isotonik 5-7ml/kgBB/jam (1-2 jam) 3-5ml/kgBB/jam (2-4 jam) 2-3ml/kgBB/jam atau kurang tergantung manifestasi klinis Dengue Syok Syndrome Severe dengue compensate shock 10-20 ml/kgBB bolus Isotonik kristaloid 10ml/kgBB untuk anak
26 Sophie Aileen 11.2012.184

2011 DHF grade I-II Maintenence untuk hari pertama dengan memberi 5% defisit cairan melalui oral serta intravena sampai 48 jam DHF Grade III

Laporan Kasus: Kejang Demam Kompleks dengan Dengue Haemorragic Fever Grade III

Ulangi bila perlu

5-10ml/kgBB/jam lalu nilai ulang

300-500ml untuk dewasa Masuk dalam 1 jam atau bolus

Severe dengue hypotensi shock Mulai dengan kristaloid atau keloid 20ml/kg bolus dalam 15 mnt untuk selamatkan pasien dari syok

DHF Grade IV

10ml/kgBB bolus dalam 1015 menit Bila tekanan darah membaik, kembali ke penatalksanaan DHF grade III. Bila belum kembali, ulang bolus dan tes darah ulang.

Transfusi 5-10 ml/kg fresh PCR atau 10-20 ml/kg FWB

Transfusi 10ml/kg FWB atau 5ml/kg fresh PCR

Komplikasi Komplikasi DHF dapat terjadi akibat perpanjangan masa syok yang mengarah pada asidosis metabolik dan perdarahan hebat akibat DIC dan kerusakan multi organ seperti hepar dan renal disfungsi. Rehidrasi berlebih untuk menggantikan plasma yang bocor dapat menyebabkan efusi masif yang mengakibatkan kompromis respiratory, kongestif pulmonal akut atau bahkan gagal jantung. Terapi cairan bila diteruskan dapat menyebabkan edema pulmonal akut dan gagal jantung. Syok dengue yang berkepanjangan dan terapi cairan yang berlebih juga dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit dan metabolisme seperti; hipoglikemi, hiponatremia, hipocalemia, hiperglikemia. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya manifestasi dengue yang tidak biasa, seperti ensefalitis.8

Kriteria Pemulangan Pasien Pasien dapat dipulang apabila, memenuhi semua keadaan dibawah ini:6-11 1. 2. 3. 4. Tampak perbaikan secara klinis Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik Tidak dijumpai distres pernafasan (disebabkan oleh efusi pleura atau asidosis) Hematokrit stabil

27 Sophie Aileen 11.2012.184

Laporan Kasus: Kejang Demam Kompleks dengan Dengue Haemorragic Fever Grade III

5. 6. 7.

Jumlah trombosit cenderung naik > 50.000/ul Tiga hari setelah syok teratasi Nafsu makan membaik

Prognosis Kematian oleh demam dengue tidak ada, sebaliknya pada DSS atau DHF mortalitasnya cukup tinggi. Penelitian pada orang dewasa di Surabaya dan Jakarta, semarang memperlihatkan bahwa prognosis dan perjalanan penyakit umumnya lebih ringan dariapada anak-anak. Dari penelitian tahun 1993 dijumpai keadaan penyakit yang terbukti bersamasama muncul dengan DHF yaitu Demam tifoid, bronkopneumonia, anemia, dan kehamilan.6,7

Pencegahan Cara Penularan Terdapat 3 faktor yang memegang peran pada penularan infeksidengue, yaitu manusia, virus, dan vector perantara. Virus dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti setelah melalui masa inkubasi dalam tubuhnya selama 8-10 hari. Pada manusia diperlukan waktu 4-6 hari. Pada manusia , penularan hanya terdapat pada saat tubuh dalam keadaan viremia yaitu antara 3-5 hari, sedangkan nyamuk dapat menularkan virus selama hidupnya.6

Cara yang tepat guna dalam pemberantasan penyakit DBD adalah melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) yaitu kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat dalam membasmi jentik nyamuk penular demam berdarahdengan cara 3M yaitu :6,7 1. Menguras secara teratur seminggu sekali atau menaburkan abate/altosit ke tempat penampungan aitr bersih (TPA) 2. Menutup rapat-rapat TPA 3. Mengubur dan menyingkirkan kaleng-kaleng bekas, plastik dan barang bekas lainnya yang dapat menampung air hujan, sehingga tidak menjadi sarang nyamuk aedes aegypti.

28 Sophie Aileen 11.2012.184

Laporan Kasus: Kejang Demam Kompleks dengan Dengue Haemorragic Fever Grade III

PEMBAHASAN II An. MR didiagnosa Dengue haemorragic fever grade III sesuai dengan anamnesa, pemeriksaan fisik dan penunjang yang dilakukan pada tanggal 7 Januari 2014. Pada anamnesa anak cenderung tidurm terlihat lemas, tidak mau makan, dan BAK berkurang. Hal ini dapat menjadi tanda kurangnya perfusi ke otak. Saat dilakukan pemeriksaan fisik, nadi teraba teraba lemah dan CRT =3 detik. TD: 90/50. Terdapat nyeri epigastrium. Sehingga diberikan terapi cairan. IVFD RL 300cc/jam. sistolik >90mmHg RL 10cc/kg selama 30menit. Berat anak 15 kg, maka anak mendapat cairan 20cc/kgBB (sama dengan terapi DSS pada guideline DHF 1997 dan terapi severe dengue hypotensi shock DHF 2009). Bila mengikuti guidline 2011 untuk DHF grade III, cairan yang diberi 10cc/kgBB berarti 150cc dalam 1 jam atau bolus. Dilakukan tes ulang laboratorium darah (dapat dilihat pada lampiran), terdapat penurunan trombosit (186.000-> 71.000) namun hematokrit belum (36.3->36.9). Keesokan harinya, ditemukan tanda overload pada An.MR berupa peningkatan berat badan, sesak, edema pada kelopak mata, nafas cuping hidung (+), retraksi supra sternal (+). Pada paru Suara nafas dasar melemah di basal paru dekstra dan terdapat ronki kasar pada basal paru yang menandakan adanya edema paru akut. Pada abdomen, perut tegang, nyeri tekan epigastrium, hepar teraba 3 cm bawah arcus costae, dan edema pada kedua tungkai bawah. Sehingga diagnosa kelebihan cairan, diberi lasix 1mg/kgBB. Pada hari ke 7 diperiksa serologi IgG dan IgM serologi dan didapatkan hasil positif. Setelah pemberian lasix, urinalisis anak 3,6cc/kgBB/jam dan didapatkan tanda perbaikan. Hari ke 8, urinalisis 5cc/kgBB/jam, tanda-tanda overload telah mulai menghilang sehingga lasix di stop. Hari ke 9, mulai keluar convalesence rush pada seluruh tubuh, anak mulai aktif dan kembali lincah, nafsu makan membaik. Anak direncanakan pulang bila trombosit > 50.000. namun hari ke 10, trombosit kembali turun (walau sedikit) sehingga pemulangan pasien ditunda. Sudah tidak ada keluhan, hari ke 11, semua gejala klinis telah membaik, hasil laboratorium pun membaik sehingga anak dipulangkan. Hematokrit tertinggi dan terendah anak ialah 36,9 dan 27,6 sehingga terbukti adanya perbedaan hematokrit 25,2% (>20%) sehingga sudah memenuhi kriteria mendiagnosa DHF sesuai dengan guideline DHF WHO baik tahun 1997, 2009, maupun 2011.

29 Sophie Aileen 11.2012.184

Laporan Kasus: Kejang Demam Kompleks dengan Dengue Haemorragic Fever Grade III

DAFTAR PUSTAKA

1. Widodo DP. Konsensus tata laksana kejang demam. Dalam: Gunardi H, Teheteru ES, Kurniati N, Advani N, Setyanto DB, Wulandari HF, penyunting. Kumpulan tips pediatri. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2008. Hlm.193-203. 2. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Unit Kerja Koordinasi Neurologi. Konsensus penatalaksanaan kejang demam. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2006. 3. Wahab AS, Noerhayati, Soebono H, Suanrto, Sunartini, Juffrie M. Ilmu kesehatan anak Nelson. Jakarta: EGC.2000. Hlm.2059-60. 4. Fuadi F. Kejang demam. 2005. Dinduh dari http://eprints.undip.ac.id/29064/2/Bab_2.pdf, 27 Agustus 2013. 5. Pusponegoro HD. Kejang demam di standar pelayanan medis kesehatan anak. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesis. 2005. 6. Ditjen PPM & PLP, Dep Kes RI. Pengelolaan pasien demam berdarah dengue. Departemen Kesehatan RI, Jakarta 1996. Diunduh dari: www.depkes.go.id. 7. Departemen Kesehatan. Buku saku pelayanan kesehatan anak di Rumah Sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan RI, 2008. Hlm.157-67. 8. Comprehensive guideline for prevention and control of dengue and dengue haemorrhagic fever. India: WHO SEARO technical publication series no.60. 2011. 9. Laksono, Ida S. The dengue guideline 1997-2009-2011 How they are different. Department of Child Health, Faculty of medicine UGM. RSUP Dr.Sardjito, Yogyakarta. Diunduh dari: http://www.slideshare.net/thrissyguntoro/dengueguideline-082012-grade-dhf-dengue-indonesia., Agustus 2012. 10. Guidelines for treatmnet of dengue fever/ dengue haemorrhagic fever in small hospitals. Geneva: WHO SEARO. 1997. 11. Dengue guidelines for diagnoses, treatment, prevention and control. WHO for South Asia. 2009.

30 Sophie Aileen 11.2012.184

Anda mungkin juga menyukai