Anda di halaman 1dari 4

Konsep kesejahteraan

Wismuadji (2008: 2) mengemukakan bahwa tingkat kepuasan dan


kesejahteraan adalah dua penegrtian yang sling berkaitan. Tingkat kepuasan
merujuk pada keadaan individu atau kelompok, sedangkan tingkat kesejahteraan
mengacu kepada keadaan komunitas atau masyarakat luas.
Kesejahteraan adalah kondisi agregat dari kepuasan individu-individu.
Pengertian dasar itu mengantarkan kepada pemahaman kompleks yang terbagi
dalam dua arena perdebatan. Pertama adalah apa lingkup dari substansi
kesejahteraan dan kedua adalah bagaimana intensitas substansi tersebut bisa
direpresentasikan secara agregat.
Robi dalam Narwoko (2006: 114) mengemukakan bahwa tingkat
kesejahteraan mencakup pangan, pendidikan, kesehatan, dan seringkali diperluas
kepada perlindungan sosial lainnya seperti kesempatan kerja, perlindungan hari
tua, keterbatasan dari kemiskinan, dan sebagainya. Dengan kata lain lingkup
substansi kesejahteraan seringkali dihubungkan dengan lingkup kebijakan sosial.
Indikator Tingkat Kesejahteraan.
Nugroho (2004: 17) mengemukakan bahwa indikator kesejahteraan
berkaitan erat dengan kemiskinan karena seseorang digolonkan miskin atau tidak
jika seberapa jauh indikator-indikator kesejahteraan tersebut telah di penuhi.
Indikator kesejahteraan dapat dilihat melalui dimensi moneter yaitu pendapatan
dan pengeluaran. Disamping itu, kesejahteraan dapat dilihat melalui dimensi
nonmoneter misalnya kesejahteraan, pendidikan dan partisipasi sosial.
1) Dimensi moneter
Nugroho (2004: 18) mengemukakan bahwa pengukuran kemiskinan
dapat dilakukan melaui pendapatan dan konsumsi sebagai indikator
kesejahteraan. Di antara pendekatan pendapatan dan konsumsi,
konsumsi adalah indikator yang lebih baik jika dibandingkan dengan
pendapatan dengan berbagai alasan.
2) Dimensi non moneter
Menurut Nugroho (2004: 20) kesejahteraan juga diukur melalui
dimensi non moneter. Hal ini menjadi karena kesejahtaan tidak hanya
mencakup dimensi ekonomi saja tetapi juga dimensi non ekonomi
yaitu sosial, budaya dan politik misalnya kesempatan dan
berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan, hak suara, tingkat
melek huruf dan lain-lain.
a. Indikator nutrisi dan kesehatan. Status kesehatan anggota rumah
tangga dapat dijadikan indikator kesejahteraan. Selain kesehatan
anggota rumah tangga, indikator kesehatan ini dapat diperoleh
melalui pusat-pusat kesehatan, vaksinasi, dan lain-lain. Indikator
kesehatan ini juga berkaitan dengan kebutuhan dasar lain yaitu
kebutuhan terhadap rumah sehat, akses terhadap air bersih dan
lain-lain.
b. Indikator pendidikan. Indikator pendidikan ini dapat diukur melalui
tingkat melek huruf, lamanya pendidikan yang ditempuh,
pendidikan terakhir anggota rumah tangga dan lain-lain.
Pendidikan ini berkaitan dengan human capital yang merupakan
nilai tambah bagi orang tersebut untuk terlibat aktif dalam
perekonomian.
c. Indikator partisipasi sosial. Peran serta anggota keluarga dalam
kegiatan kemasyarakatan merupakan cermin dari kesejahteraan
rumah tangga dan merupakan aktualisasi dalam msayarakat.
Hubungan tingkat pendapatan dengan taraf hidup seseorang, Harahap (1997: 150)
menjelaskan bahwa tingkat taraf hidup sebagai tingkat kesejahteeraan.

Wismuadji. 2008. Manajemen keuanagan untuk usaha kecil. Andi. Yogyakarta
Narwoko. 2006. Pengantar sosiologi, cetakan keempat. Murni kencana: jakarta
Nugroho. 2004. Indikator tingkat kesejahteraan. Makalah

Sukirno dalam Apriani (2003: 18) menjelaskan bahwa kesejahteraan merupakan
suatu hal yang subyektif, artinyan setiap orang mempunyai pandangan hidup dan
cara-cara hidup yang berbeda, dan dengan demikian memberikan nilai-nilai yang
berbeda terhadap faktor-faktor yang menentukan kesejahteraan mereka. Ada yanh
menekanakan pada: kekayaan, pendapatan yang tinggi, kehidupan keagamaan,
waktu luang yang banyak, jenis pekerjaan, dan bahkan ada yang menekankan
pada tempay tinggal.
M. Fadholi (1990: 18) kebutuhan hidup manusia pada dasarnya tidakn akan
terlepas dari dua aspek, yaitu jasmani dan rohani. Dari aspek jasmani memerlukan
makanan, pakaian, rumah, air, udara, pemeliharaan kesehatan, dan istirahat yang
cukup. Sedangkan dari aspek rohani manusia memerlukan rasa aman, ketentraman
dan perlindungan baik dalam hubungan antar manusia maupun kepada Tuhan
Yang Maha Esa.

Anda mungkin juga menyukai