Anda di halaman 1dari 10

Mulawarman Scientifie, Volume 11, Nomor 1, April 2012 ISSN 1412-498X

FMIPA Universitas Mulawarman



101
PENGARUH PEMAKAIAN OBAT ANTINYAMUK ELEKTRIK
BERBAHAN AKTIF D-ALLETHRIN TERHADAP LEUKOSIT DAN
TROMBOSIT MENCIT (Mus musculus L.)

Retno Aryani, Reni Kurniati, Siti Rahmawati

Jurusan Biologi FMIPA Universitas Mulawarman
Jl. Barong Tongkok No.4 Kampus Gn. Kelua Samarinda. Telp. 0541-749152


ABSTRAK. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemakaian obat
antinyamuk elektrik yang berbahan aktif d-allethrin terhadap sel darah mencit
(Mus musculus L.). Penelitian ini terdiri atas 4 perlakuan yaitu kontrol, PI (4 jam),
PII (8 jam) dan PIII (12 jam) selama 30 hari, masing-masing dengan 4 ulangan.
Pada hari terakhir mencit dibedah untuk diambil darahnya dari organ jantung,
dilakukan penghitungan terhadap jumlah sel darah merah (eritrosit) dan kadar
hemoglobin dengan menggunakan alat D3 Pack. Penelitian ini menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL), dihitung menggunakan Analisis Varian
(ANAVA). Jika hasil menunjukkan adanya pengaruh nyata dilanjutkan dengan Uji
Beda Nyata Terkecil (BNT) 1%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
pemaparan d-allethrin yang diberikan dapat meningkatkan jumlah sel darah putih
(leukosit) mencit, namun pada jumlah jenis leukosit dan trombosit tidak
berpengaruh.

Kata kunci : Sel darah mencit (Mus musculus L.), D-allethrin.


PENDAHULUAN
Kesadaran manusia akan pentingnya kesehatan pada zaman sekarang sudah
semakin baik, sehingga kesadaran untuk mencegah terjangkit penyakit juga semakin
besar. Banyak hospes binatang dapat menularkan bibit penyakit ke manusia, salah
satunya adalah nyamuk sehingga mendorong masyarakat untuk menggunakan obat
antinyamuk dalam usaha pencegahan terhadap penyakit yang ditularkan tersebut.
Dengan semakin berkembangnya zaman serta kemajuan teknologi, manusia mulai
meninggalkan pemakaian antinyamuk secara konvensional seperti obat nyamuk bakar
yang disadari menimbulkan berbagai macam masalah kesehatan pada tubuh manusia
serta resiko keamanan yang ditimbulkannya. Hal tersebut menarik perhatian dari
kalangan produsen obat antinyamuk ini untuk mulai memproduksi obat antinyamuk yang
dianggap lebih aman serta lebih praktis dalam penggunaannya. Karena sisi kepraktisan
dan keamanan yang lebih baik inilah yang mendorong masyarakat lebih memilih
menggunakan obat antinyamuk elektrik.
Menurut anonim (2006) obat antinyamuk elektrik yaitu obat antinyamuk yang
menggunakan listrik sebagai medianya, sedang antinyamuknya berbentuk cairan atau
lempengan. Dengan bantuan listrik maka cairan yang terdapat dalam suatu rangkaian alat
tersebut dapat diubah menjadi gas dan gas tersebut yang berperan menghalau atau
Retno Aryani, Reni Kurniati, Siti Rahmawati Pengaruh Pemakaian Obat Antinyamuk Elektrik

FMIPA Universitas Mulawarman

102
mengusir nyamuk. Antinyamuk elektrik, bakar, oles atau cair mengandung senyawa
kimia berbahaya bagi kesehatan manusia. Kandungan bahan kimia berbahaya dalam obat
antinyamuk diantaranya dichlorvos, propoxur, pyrethroid dan diethyltoluamide serta
bahan kombinasi dari keempat bahan kimia tersebut. Pyrethroid dikelompokkan oleh
WHO dalam racun kelas menengah karena efeknya mampu mengiritasi mata dan kulit
yang sensitif serta menyebabkan penyakit pernafasan seperti penyakit asma. Pada obat
antinyamuk, pyrethroid yang digunakan berupa d-allethrin, transflutrin, bioallethrin,
pralethrin, d-phenothrin, cyphenothrin, atau esbiothrin. Allethrin merupakan salah satu
golongan pyrethroid yang memiliki rumus kimia C
19
H
2
6O
3
. Pada pemakaian obat
antinyamuk elektrik, gangguan tidak terasa langsung. Sebab penciuman tertipu oleh
sedapnya wewangian yang dikeluarkan, juga tak menimbulkan iritasi langsung pada
mata. Jadi bisa dikatakan obat antinyamuk jenis ini lebih berbahaya dari obat antinyamuk
lainya.
Allethrin atau C16H26O3 merupakan zat aktif yang merupakan senyawa turunan
dari pyrethroid dalam obat nyamuk elektrik. Zat ini banyak digunakan dalam racun
pembasmi nyamuk yang memiliki resiko merusak kesehatan. Zat tersebut dapat masuk ke
dalam tubuh melalui tiga cara, yaitu: termakan atau terminum bersama makanan atau
minuman, dihirup dalam bentuk gas dan uap, langsung menuju paru-paru lalu masuk ke
dalam aliran darah. Atau terserap melalui kulit dengan tanpa terlebih dahulu
menyebabkan luka pada kulit. Allethrin jika terakumulasi di dalam tubuh dapat
membentuk radikal bebas (Wahyuningsih, 2009).
Disamping sisi kepraktisan dan keamanan yang diunggulkan dibandingkan dengan
obat antinyamuk konvensional, masalah gangguan kesehatan terhadap tubuh manusia
masih tetap ada. Menurut Solahuddin (2002) zat-zat aktif yang terkandung didalam obat
antinyamuk elektrik bila digunakan secara rutin lambat laun dapat mempengaruhi dan
menyebabkan kelainan pada organ-organ tubuh manusia, misalnya ginjal, paru-paru, sel-
sel darah dan lain-lain. Zat aktif dalam antinyamuk akan masuk ke dalam tubuh melalui
pernafasan dan kulit lalu akan beredar bersama darah dan masuk ke sel-sel serta organ-
organ tubuh.
Darah merupakan cairan yang sangat penting bagi manusia karena memiliki fungsi
yang sangat vital bagi tubuh. Darah bertugas mengedarkan berbagai macam zat dan
oksigen serta sari-sari makanan yang sangat dibutuhkan oleh sel untuk proses
metabolisme tubuh. Sehingga tubuh dapat menjalankan berbagai aktivitas dengan baik.
Adanya gangguan terhadap suplay darah dalam tubuh, manusia akan mengalami
gangguan kesehatan dan bila tubuh kekurangan darah lebih jauh lagi dapat
mengakibatkan kematian.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah:
Apakah pemakaian obat antinyamuk elektrik yang berbahan aktif d-allethrin
mempengaruhi jumlah sel darah putih (leukosit), jumlah jenis leukosit dan trombosit
mencit (Mus musculus L.).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemakaian obat antinyamuk
elektrik yang berbahan aktif d-allethrin terhadap jumlah sel darah putih (leukosit), jumlah
jenis leukosit dan trombosit mencit (Mus musculus L.).



Mulawarman Scientifie, Volume 11, Nomor 1, April 2012 ISSN 1412-498X

FMIPA Universitas Mulawarman

103
METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL)
dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan. Mencit dibagi atas 3 kelompok perlakuan dan satu
kelompok kontrol, perlakuan yang diberikan adalah variasi dosis sebagai berikut:
Kontrol : 0 jam/hari
Perlakuan I : kelompok 4 jam/hari
Perlakuan II : kelompok 8 jam/hari
Perlakuan III : kelompok 12 jam/hari
Perlakuan dengan pemberian selama 4 jam/hari adalah dengan asumsi untuk
mengusir nyamuk dalam ruangan, pemberian selama 8 jam/hari adalah asumsi jam tidur
yang dianjurkan sedangkan 12 jam/hari adalah pemakaian mulai jam 6 sore sampai jam 6
pagi, perlakuan yang diberikan selama 30 hari. Pada hari terakhir dilakukan pembedahan
untuk mengambil darah mencit, diambil dari organ jantung dan ditampung dalam tabung
yang berisi antikoagulan EDTA, kemudian dilakukan penghitungan sel darah dari mencit
(Mus musculus L.).

Alat
a) Alat untuk perlakuan: kandang yang berukuran 40 cm x 20 cm x 20 cm dan
seperangkat alat obat antinyamuk elektrik..
b) Alat untuk penghitungan sel darah: timbangan, gunting bedah, pinset, baki bedah,
spuit 3cc, alat D3 Pack.

Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah obat antinyamuk elektrik merk A
yang berbahan aktif D-Allethrin, mencit jantan yang berumur sekitar 3 bulan dengan
berat 30-40 gr, air, pelet PAR-G, aquades, alkohol 70%, tabung EDTA.

Prosedur Penelitian
Perlakuan Pemberian Obat Anti nyamuk Elektrik Terhadap Mencit (Mus musculus
L.)
Mencit diaklimatisasi di dalam kandang selama 1 minggu. Kemudian dilakukan
penimbangan berat badan awal mencit dan pemberian tanda. Sedangkan saat perlakuan
obat antinyamuk elektrik diletakkan dekat kandang mencit. Selama penelitian mencit
diberi makan dan minum secara ad libitum.
Uji dilakukan selama 30 hari dengan pemaparan masing-masing 0 jam/hari
(kontrol), kelompok 4 jam/hari, kelompok 8 jam/hari, dan kelompok 12 jam/hari. Pada uji
ini mencit dibagi berdasarkan masing-masing perlakuan sebanyak 4 ekor. Pada hari
terakhir dilakukan pembedahan untuk mengambil darah mencit dan ditampung dalam
tabung yang berisi antikoagulan EDTA kemudian dilakukan penghitungan sel darah
merah mencit (Mus musculus L.).

Penghitungan Sel Darah pada Alat D3 Pack
1. Persiapan alat darah rutin (D3 Pack)
a. Di check semua reagen
b. Dinyalakan UPS dan stavolt
Retno Aryani, Reni Kurniati, Siti Rahmawati Pengaruh Pemakaian Obat Antinyamuk Elektrik

FMIPA Universitas Mulawarman

104
c. Dinyalakan alat D3 Pack dan printer, ditunggu beberapa saat hingga pada
layar tampak menu awal
d. Ditekan Start Up, ditunggu hingga lampu pada alat berubah menjadi hijau
e. Ditekan Run Sample, alat siap untuk digunakan.
2. Pengujian Sampel Darah
a. Sebelum diperiksa darah dihomogenkan dulu dengan cara digoyang bolak-balik
atau diputar-putar
b. Diisi identitas sampel yang diperiksa dengan menekan ID pada alat, setelah
selesai tekan ENTER
c. Dihisap sampel darah dengan posisi probe alat didalam darah kemudian tombol
yang berada di belakang probe ditekan sehingga alat secara otomatis akan
menghisap sampel darah sampai lampu pada alat berwarna kuning
d. Dikeluarkan darah dari probe dan ditunggu hasil yang keluar dalam bentuk print
out.

Analisis Data
Data yang didapat dianalisis secara statistik dengan Analisi Varian (ANAVA) satu
jalan pada taraf uji 1%. Bila terdapat perbedaan akan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata
Terkecil (BNT).


HASIL DAN PEMBAHASAN
Jumlah Sel Darah Putih (Leukosit)
Untuk penghitungan jumlah sel darah putih didapatkan hasil seperti tertera pada
Tabel 1.

Tabel 1. Rerata jumlah sel darah putih kelompok kontrol dan perlakuan

Perlakuan
Rerata SD (Standar Deviasi)
Jumlah sel darah putih (ribu / mm
3
)
Kontrol 13.6
a
1.13
P I 14.4
a
1.21
P II 22.1
b
5.14
P III 26.6
b
3.96

Keterangan : angka yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan (p <
0,01)
Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa jumlah sel darah putih pada kelompok kontrol
dibandingkan dengan kelompok perlakuan memiliki rerata yang berbeda. Untuk
mengetahui apakah perbedaan rerata tiap kelompok tersebut berpengaruh atau tidak,
maka data diuji secara statistik dengan uji Anava satu jalan pada taraf uji 1%.
Berdasarkan hasil analisis anava dapat diketahui bahwa hipotesis diterima, yaitu
terdapat pengaruh pada (p < 0,01) dari masing-masing perlakuan. Hal ini ditunjukkan
dengan harga F hitung (14,46) lebih besar dari F tabel (5,95). Selanjutnya untuk
mengetahui apakah lama pemaparan yang diberikan pada kelompok secara berbeda dapat
berpengaruh secara nyata, maka dilakukan uji BNT dengan taraf uji 1 %.
Mulawarman Scientifie, Volume 11, Nomor 1, April 2012 ISSN 1412-498X

FMIPA Universitas Mulawarman

105
Setelah dilakukan uji lanjut dengan menggunakan BNT 1% didapatkan hasil
bahwa antara kontrol dibandingkan perlakuan I hasil uji BNT 1 % tidak berbeda nyata,
sedangkan antara kontrol dibandingkan dengan perlakuan II dan perlakuan III hasil uji
BNT 1% yang dilakukan berbeda nyata. Sedangkan perbedaan secara nyata dapat dilihat
pada Gambar 1.

0
5
10
15
20
25
30
J
u
m
l
a
h
S
e
l
D
a
r
a
h
M
e
r
a
h
(
r
i
b
u
/
m
m
3
)
Perlakuan
Jumlah Sel Darah Putih
Kontrol
Perlakuan I
Perlakuan II
Perlakuan III


Gambar 1. Jumlah Sel Darah Putih

Hasil penelitian pengaruh pemberian d-allethrin terhadap jumlah sel darah putih
(leukosit) menunjukan adanya peningkatan jumlah leukosit dalam darah mencit. Hal ini
dapat terjadi diduga akibat adanya reaksi tubuh menganggap d-allethrin sebagai sel asing
sehingga tubuh melakukan pertahanan terhadap benda-benda asing yang masuk dengan
cara memproduksi sel darah putih dan jumlahnya dalam darah menjadi meningkat.
Jumlah sel darah putih mencit yang telah terpapar d-allethrin ini meningkat diatas batas
nilai normal yang ada pada literatur. Menurut Baitul (2010) saat ini ditemukan bahwa
ternyata radikal bebas berperan dalam terjadinya berbagai penyakit. Hal ini dikarenakan
radikal bebas adalah senyawa kimia yang memiliki pasangan elektron bebas di kulit
terluar sehingga sangat reaktif dan mampu bereaksi dengan protein, lipid, karbohidrat,
atau DNA. Reaksi antara radikal bebas dan molekul itu berujung pada timbulnya suatu
penyakit. Efek oksidatif radikal bebas dapat menyebabkan peradangan. Radikal bebas
merupakan bahan kimia yang secara alamiah terdapat pada tanaman, binatang, dan
manusia. Fungsinya mencegah terjadinya kerusakan yang diakibatkan oleh virus, bakteri
serta bahan-bahan lain (asing) yang menyerang sel tubuh. Produksi yang berlebihan akan
menyerang sel tubuh sendiri dengan cara yang sama seperti menyerang bakteri dan benda
asing.
Menurut Bakri (1989) peningkatan jumlah leukosit didalam darah akibat adanya
benda asing yang masuk dalam tubuh mendapat reaksi dengan beberapa cara yaitu
diapedesis atau menembus kapiler dengan mengerutkan selnya sehingga dapat keluar dari
pembuluh, bergerak seperti amuba, chemotaxis yaitu tertarik pada daerah-daerah yang
mengeluarkan zat-zat tertentu dan phagositosis. Sehingga apabila ada benda asing yang
masuk maka tubuh akan memproduksi leukosit secara berlebihan dan terjadilah
peningkatan jumlah leukosit. Peningkatan jumlah leukosit dalam darah disebut
lekositosis. Zat pelarut dan kimia industri walaupun masih jarang dapat menyebabkan
suatu penyakit yang disebut leukaemia dimana penyakit ini ditandai oleh penimbunan sel
Retno Aryani, Reni Kurniati, Siti Rahmawati Pengaruh Pemakaian Obat Antinyamuk Elektrik

FMIPA Universitas Mulawarman

106
darah putih abnormal dalam sumsum tulang. Sel abnormal ini menyebabkan hitung sel
darah putih dalam sirkulasi peredaran darah meninggi.

Jumlah Jenis Leukosit
Dari hasil print out alat otomatis yang digunakan didapatkan pula hasil hitung
jenis leukosit dan data hasil hitung jenis leukosit dapat dilihat seperti tertera pada tabel 2
sebagai berikut .

Tabel 2 Rerata jumlah jenis leukosit kelompok kontrol dan perlakuan

Perlakuan
Rerata SD (Standart Deviasi)
Hitung jumlah leukosit (%)
neutrofil Limfosit monosit eosinofil
Kontrol 13
a
3.56 79
a
4.18 5
a
0.82 3
a
0.5
P I 13
a
3.74 79
a
3.46 5
a
1.0 3
a
1.0
P II 15
a
4.24 76
a
5.48 6
a
1.0 4
a
0.56
P III 17
a
2.58 74
a
5.32 6
a
2.0 4
a
1.0

Keterangan : angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan bahwa tidak ada
pengaruh yang berbeda nyata dari setiap perlakuan.

Dari Tabel 2 diatas dapat dilihat bahwa jumlah jenis leukosit pada kelompok
kontrol dibandingkan dengan kelompok perlakuan memiliki rerata yang tidak jauh
berbeda, Untuk mengetahui apakah pemaparan d-allethrin yang diberikan menyebabkan
perbedaan rerata tiap kelompok tersebut berpengaruh atau tidak, maka data diuji secara
statistik dengan uji Anava satu jalan pada taraf uji 1%.
Berdasarkan hasil analisis anava dapat diketahui bahwa hipotesis ditolak, yaitu
tidak terdapat pengaruh pada dari masing-masing perlakuan. Jadi selama perlakuan
diberikan d-allethrin tidak mempengaruhi jumlah jenis leukosit ini. Hal ini ditunjukkan
dengan harga F hitung yang didapat dari masing-masing jenis leukosit ini lebih kecil dari
F tabel (5,95), sehingga analisis tidak dilanjutkan pada uji BNT. Sedangkan grafik untuk
pemeriksaan jumlah jenis leukosit dapat dilihat pada Gambar 2.
Hasil penelitian terhadap jumlah jenis leukosit menunjukkan bahwa pemberian
obat antinyamuk elektrik tidak mempengaruhi jumlah dari jenis leukosit ini, walaupun
jumlah total leukosit dalam darah meningkat. Hal ini dapat terjadi karena leukosit yang
terbagi atas dua jenis yaitu granulosit dan agranulosit dimana sel granulosit (leukosit
polimorfonuklear, PMN) merupakan sel yang mempunyai inti multilobus yaitu neutrofil,
eosinofil dan basofil, sedangkan sel agranulosit merupakan sel dengan inti yang hampir
memenuhi sitoplasma yaitu limfosit dan monosit. Kedua jenis sel ini bekerja bersama-
sama memberikan badan pertahanan yang kuat terhadap tumor serta infeksi virus, bakteri
dan parasit. Dimana masing-masing sel telah memiliki fungsi masing-masing dalam
perannya memberikan pertahanan terhadap benda asing yang masuk kedalam tubuh,
sehingga walaupun terjadi peningkatan jumlah leukosit dalam mempertahankan tubuh
dari radikal bebas yang menyerang sel tubuh sendiri tidak diikuti oleh peningkatan
jumlah jenis selnya.
Mulawarman Scientifie, Volume 11, Nomor 1, April 2012 ISSN 1412-498X

FMIPA Universitas Mulawarman

107
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Limfosit Neutrofil Monosit Eosinofil
J
u
m
l
a
h

J
e
n
i
s

L
e
u
k
o
s
i
t

(
%
)
Perlakuan
Jumlah Jenis Leukosit
Kontrol
Perlakuan I
Perlakuan II
Perlakuan III


Gambar 2 Jumlah Jenis Leukosit

Jumlah Trombosit
Pengaruh pemberian obat antinyamuk elektrik untuk penghitungan jumlah
trombosit diperoleh hasil seperti tertera pada tabel 3 berikut ini.

Tabel 3 Rerata jumlah trombosit kelompok kontrol dan perlakuan

Perlakuan
Rerata SD (Standart Deviasi)
Jumlah trombosit (ribu / mm
3
)
Kontrol 370
a
2.86
P I 362
a
14.77
P II 352
a
26.04
P III 375
a
60.72

Keterangan : angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan bahwa tidak ada
pengaruh yang berbeda nyata dari setiap perlakuan.

Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa jumlah trombosit pada kelompok kontrol
dibandingkan dengan kelompok perlakuan memiliki rerata yang tidak jauh berbeda,
Untuk mengetahui apakah perbedaan rerata tiap kelompok tersebut berpengaruh atau
tidak, maka data diuji secara statistik dengan uji Anava satu jalan pada taraf uji 1%.
Berdasarkan hasil analisis anava dapat diketahui bahwa hipotesis ditolak, yaitu
tidak terdapat pengaruh pada (p < 0,01) dari masing-masing perlakuan. Hal ini
ditunjukkan dengan harga F hitung (0,28 ) lebih kecil dari F tabel (5,95). Dari hasil
analisis dengan anava dimana hipotesis ditolak maka uji BNT 1% tidak dilakukan.
Grafik dari hasil jumlah trombosit dapat dilihat berikut ini.
Retno Aryani, Reni Kurniati, Siti Rahmawati Pengaruh Pemakaian Obat Antinyamuk Elektrik

FMIPA Universitas Mulawarman

108
340
350
360
370
380
J
u
m
l
a
h
T
r
o
m
b
o
s
i
t
(
r
i
b
u
/
m
m
3
)
Perlakuan
Jumlah Trombosit
Kontrol
Perlakuan I
Perlakuan II
Perlakuan III


Gambar 3 Jumlah Trombosit

Dari hasil penelitian terhadap jumlah trombosit mencit yang telah diberi
pemaparan obat antinyamuk elektrik tidak mempengaruhi terhadap jumlah trombosit
dalam darah. Hal ini menunjukkan bahwa d-allethrin yang terkandung dalam obat
antinyamuk elektrik yang digunakan diduga tidak mempengaruhi produksi dari sel
trombosit tersebut. Menurut Ganong (1995) produksi trombosit diregulasi oleh faktor
perangsang koloni yang mengendalikan produksi megakariosit. Megakariosit (sel datia
dalam sumsum tulang) membentuk trombosit dengan cara fragmentasi sitoplasma dan
mengeluarkannya ke dalam sirkulasi darah. Dan diperkuat oleh Hoffbrand (1996) yang
menyatakan bahwa fungsi utama trombosit dalam tubuh adalah pembentukan sumbatan
mekanis selama respon heamostatik normal terhadap luka vascular. Inti fungsi ini adalah
reaksi trombosit : adhesi (melekatkan diri pada jaringan yang terbuka), pembebasan atau
pelepasan isi granula trombosit , agregasi (trombosit berkelompok pada tempat luka) dan
fusi ireversibel trombosit yang beragregasi pada tempat luka. Jadi bila pembuluh darah
kecil dipotong atau rusak, maka cedera memulai serangkaian kejadian yang
menyebabkan pembentukan suatu bekuan (hemostasis) yang diikuti oleh peningkatan
produksi jumlah trombosit. Menurut Sadikin (2001) penurunan jumlah trombosit dapat
terjadi, jika dihubungkan dengan fungsinya sebagai pertahanan tubuh, akan tetapi
terutama bukan terhadap masuknya benda asing. Trombosit berfungsi penting dalam
usaha untuk mempertahankan keutuhan jaringan bila terjadi luka. Trombosit akan
bergerombol (agregasi) di tempat terjadinya luka, ikut membantu menyumbat luka secara
fisik. Sebagian trombosit akan pecah dan mengeluarkan isinya, yang berfungsi
memanggil trombosit dari tempat lain sehingga jumlahnya mengalami penurunan di
dalam pembuluh darah. Pemaparan obat antinyamuk elektrik yang mengandung d-
allethrin terhadap mencit ini dimana d-allethrin dapat menyebabkan timbulnya radikal
bebas yang dapat menyerang sel tubuh sendiri namun terhadap jumlah trombosit
pemaparan yang diberikan tidak mempengaruhi jumlah trombosit dalam sirkulasi
peredaran darah karena erat kaitannya dengan fungsi trombosit yang hanya dapat
terpengaruh jumlahnya pada kasus hemostasis saja.




Mulawarman Scientifie, Volume 11, Nomor 1, April 2012 ISSN 1412-498X

FMIPA Universitas Mulawarman

109
KESIMPULAN
Pemaparan obat antinyamuk elektrik yang berbahan aktif d-allethrin terhadap sel
darah merah dan kadar hemoglobin dalam darah berpengaruh secara nyata dimana dapat
menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah sel darah putih (leukosit) mencit, namun
pada jumlah jenis leukosit dan trombosit tidak berpengaruh.


DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2006. Obat Antinyamuk Mengandung Propoxur dan Diklorvos Berbahaya.
Online: http: //com/ rumahkejora. php/ 2040/ Obat-AntiNyamuk-Berbahaya diakses
pada tanggal 30 Juli 2010.
Bakri, S. 1989. Hematologi. Ganesha. Jakarta
Baitul, S. 2010. Dampak Radikal Bebas Dan Anti Oksidan Terhadap Kesehatan Tubuh
Online: http: //meyghalibragirl. blogspot. com /2010/04/ dampak-radikal-bebas-
dan-anti-oksidan. html diakses pada tanggal 10 Januari 2011
Ganong, WF. 1995. Fisiologi Kedokteran. Alih bahasa: Petrus Andrianto. EGC. Jakarta
Hoffbrand, AV dan Pettit, JE. 1996. Kapita Selekta Haematologi. Alih bahasa: Iyan
Darmawan. EGC. Jakarta
Iswara, A. 2009. Pengaruh Pemberian Antioksidan Vitamin C Dan E Terhadap
Kualitas Spermatozoa Tikus Putih Terpapar Allethrin. Online: hhtp: // docs.
google. com/ viewer? a=v & q=cache: 63oscH6KePgJ: digilib. unnes. ac. Id/ gsdl/
collect/ skripsi/ archives/ HASH015d.
dir/doc.pdf+pengaruh+pemberian+antioksidan+vitamin+c+dan+e+terhadap+kualita
s+spermatozoa&hl=id&gl+id&pid=bl&srcid=ADGEEShtGS5g0oyb2Lx9ytGliAL1
9ZwZpGxXApz544JHBZ65riCs73DtAVftWMRI17iCP3DOFJs6cns2O3PqwF60s
wI4ugstjwNXgSYe4Qc17gEyOcCJQZDFIMk4NRDWDWE9hmxtzzk&sig=AHIE
tbSfBHfDxqvv4ozA_OG9rVQJuQASA diakses pada tanggal 12 Juli 2010
Smith, J. B. dan Mangkoewidjojo, S. 1998. Pemeliharaan, Pembiakan dan
Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Universitas Indonesia Press.
Jakarta
Solahuddin, G. 2002. Hati-Hati Gunakan Obat Antinyamuk. Online: http: // tips4moms.
wordpress. com/ 2008/ 12/ 04/ hati-hati-gunakan-obat-anti-nyamuk/ diakses pada
tanggal 30 Juli 2010.
Wahyuningsih, S. 2009. Pengaruh Vitamin C dan E Terhadap Jumlah Erytrosit dan
Kadar Hemoglobin Darah Tikus Putih Yang Dijejas Antinyamuk Elektrik.
Online: http: // webcache/ google_user_content/ ningsih/pengaruh-vitamin-c-dan-e-
terhadap-jumlah-erytrosit diakses pada tanggal 30 Juli 2010.







Retno Aryani, Reni Kurniati, Siti Rahmawati Pengaruh Pemakaian Obat Antinyamuk Elektrik

FMIPA Universitas Mulawarman

110

Anda mungkin juga menyukai