ABSTRAK. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemakaian obat antinyamuk elektrik yang berbahan aktif d-allethrin terhadap sel darah mencit (Mus musculus L.). Penelitian ini terdiri atas 4 perlakuan yaitu kontrol, PI (4 jam), PII (8 jam) dan PIII (12 jam) selama 30 hari, masing-masing dengan 4 ulangan. Pada hari terakhir mencit dibedah untuk diambil darahnya dari organ jantung, dilakukan penghitungan terhadap jumlah sel darah merah (eritrosit) dan kadar hemoglobin dengan menggunakan alat D3 Pack. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), dihitung menggunakan Analisis Varian (ANAVA). Jika hasil menunjukkan adanya pengaruh nyata dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) 1%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemaparan d-allethrin yang diberikan dapat meningkatkan jumlah sel darah putih (leukosit) mencit, namun pada jumlah jenis leukosit dan trombosit tidak berpengaruh.
Kata kunci : Sel darah mencit (Mus musculus L.), D-allethrin.
PENDAHULUAN Kesadaran manusia akan pentingnya kesehatan pada zaman sekarang sudah semakin baik, sehingga kesadaran untuk mencegah terjangkit penyakit juga semakin besar. Banyak hospes binatang dapat menularkan bibit penyakit ke manusia, salah satunya adalah nyamuk sehingga mendorong masyarakat untuk menggunakan obat antinyamuk dalam usaha pencegahan terhadap penyakit yang ditularkan tersebut. Dengan semakin berkembangnya zaman serta kemajuan teknologi, manusia mulai meninggalkan pemakaian antinyamuk secara konvensional seperti obat nyamuk bakar yang disadari menimbulkan berbagai macam masalah kesehatan pada tubuh manusia serta resiko keamanan yang ditimbulkannya. Hal tersebut menarik perhatian dari kalangan produsen obat antinyamuk ini untuk mulai memproduksi obat antinyamuk yang dianggap lebih aman serta lebih praktis dalam penggunaannya. Karena sisi kepraktisan dan keamanan yang lebih baik inilah yang mendorong masyarakat lebih memilih menggunakan obat antinyamuk elektrik. Menurut anonim (2006) obat antinyamuk elektrik yaitu obat antinyamuk yang menggunakan listrik sebagai medianya, sedang antinyamuknya berbentuk cairan atau lempengan. Dengan bantuan listrik maka cairan yang terdapat dalam suatu rangkaian alat tersebut dapat diubah menjadi gas dan gas tersebut yang berperan menghalau atau Retno Aryani, Reni Kurniati, Siti Rahmawati Pengaruh Pemakaian Obat Antinyamuk Elektrik
FMIPA Universitas Mulawarman
102 mengusir nyamuk. Antinyamuk elektrik, bakar, oles atau cair mengandung senyawa kimia berbahaya bagi kesehatan manusia. Kandungan bahan kimia berbahaya dalam obat antinyamuk diantaranya dichlorvos, propoxur, pyrethroid dan diethyltoluamide serta bahan kombinasi dari keempat bahan kimia tersebut. Pyrethroid dikelompokkan oleh WHO dalam racun kelas menengah karena efeknya mampu mengiritasi mata dan kulit yang sensitif serta menyebabkan penyakit pernafasan seperti penyakit asma. Pada obat antinyamuk, pyrethroid yang digunakan berupa d-allethrin, transflutrin, bioallethrin, pralethrin, d-phenothrin, cyphenothrin, atau esbiothrin. Allethrin merupakan salah satu golongan pyrethroid yang memiliki rumus kimia C 19 H 2 6O 3 . Pada pemakaian obat antinyamuk elektrik, gangguan tidak terasa langsung. Sebab penciuman tertipu oleh sedapnya wewangian yang dikeluarkan, juga tak menimbulkan iritasi langsung pada mata. Jadi bisa dikatakan obat antinyamuk jenis ini lebih berbahaya dari obat antinyamuk lainya. Allethrin atau C16H26O3 merupakan zat aktif yang merupakan senyawa turunan dari pyrethroid dalam obat nyamuk elektrik. Zat ini banyak digunakan dalam racun pembasmi nyamuk yang memiliki resiko merusak kesehatan. Zat tersebut dapat masuk ke dalam tubuh melalui tiga cara, yaitu: termakan atau terminum bersama makanan atau minuman, dihirup dalam bentuk gas dan uap, langsung menuju paru-paru lalu masuk ke dalam aliran darah. Atau terserap melalui kulit dengan tanpa terlebih dahulu menyebabkan luka pada kulit. Allethrin jika terakumulasi di dalam tubuh dapat membentuk radikal bebas (Wahyuningsih, 2009). Disamping sisi kepraktisan dan keamanan yang diunggulkan dibandingkan dengan obat antinyamuk konvensional, masalah gangguan kesehatan terhadap tubuh manusia masih tetap ada. Menurut Solahuddin (2002) zat-zat aktif yang terkandung didalam obat antinyamuk elektrik bila digunakan secara rutin lambat laun dapat mempengaruhi dan menyebabkan kelainan pada organ-organ tubuh manusia, misalnya ginjal, paru-paru, sel- sel darah dan lain-lain. Zat aktif dalam antinyamuk akan masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan dan kulit lalu akan beredar bersama darah dan masuk ke sel-sel serta organ- organ tubuh. Darah merupakan cairan yang sangat penting bagi manusia karena memiliki fungsi yang sangat vital bagi tubuh. Darah bertugas mengedarkan berbagai macam zat dan oksigen serta sari-sari makanan yang sangat dibutuhkan oleh sel untuk proses metabolisme tubuh. Sehingga tubuh dapat menjalankan berbagai aktivitas dengan baik. Adanya gangguan terhadap suplay darah dalam tubuh, manusia akan mengalami gangguan kesehatan dan bila tubuh kekurangan darah lebih jauh lagi dapat mengakibatkan kematian. Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah: Apakah pemakaian obat antinyamuk elektrik yang berbahan aktif d-allethrin mempengaruhi jumlah sel darah putih (leukosit), jumlah jenis leukosit dan trombosit mencit (Mus musculus L.). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemakaian obat antinyamuk elektrik yang berbahan aktif d-allethrin terhadap jumlah sel darah putih (leukosit), jumlah jenis leukosit dan trombosit mencit (Mus musculus L.).
Mulawarman Scientifie, Volume 11, Nomor 1, April 2012 ISSN 1412-498X
FMIPA Universitas Mulawarman
103 METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan. Mencit dibagi atas 3 kelompok perlakuan dan satu kelompok kontrol, perlakuan yang diberikan adalah variasi dosis sebagai berikut: Kontrol : 0 jam/hari Perlakuan I : kelompok 4 jam/hari Perlakuan II : kelompok 8 jam/hari Perlakuan III : kelompok 12 jam/hari Perlakuan dengan pemberian selama 4 jam/hari adalah dengan asumsi untuk mengusir nyamuk dalam ruangan, pemberian selama 8 jam/hari adalah asumsi jam tidur yang dianjurkan sedangkan 12 jam/hari adalah pemakaian mulai jam 6 sore sampai jam 6 pagi, perlakuan yang diberikan selama 30 hari. Pada hari terakhir dilakukan pembedahan untuk mengambil darah mencit, diambil dari organ jantung dan ditampung dalam tabung yang berisi antikoagulan EDTA, kemudian dilakukan penghitungan sel darah dari mencit (Mus musculus L.).
Alat a) Alat untuk perlakuan: kandang yang berukuran 40 cm x 20 cm x 20 cm dan seperangkat alat obat antinyamuk elektrik.. b) Alat untuk penghitungan sel darah: timbangan, gunting bedah, pinset, baki bedah, spuit 3cc, alat D3 Pack.
Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah obat antinyamuk elektrik merk A yang berbahan aktif D-Allethrin, mencit jantan yang berumur sekitar 3 bulan dengan berat 30-40 gr, air, pelet PAR-G, aquades, alkohol 70%, tabung EDTA.
Prosedur Penelitian Perlakuan Pemberian Obat Anti nyamuk Elektrik Terhadap Mencit (Mus musculus L.) Mencit diaklimatisasi di dalam kandang selama 1 minggu. Kemudian dilakukan penimbangan berat badan awal mencit dan pemberian tanda. Sedangkan saat perlakuan obat antinyamuk elektrik diletakkan dekat kandang mencit. Selama penelitian mencit diberi makan dan minum secara ad libitum. Uji dilakukan selama 30 hari dengan pemaparan masing-masing 0 jam/hari (kontrol), kelompok 4 jam/hari, kelompok 8 jam/hari, dan kelompok 12 jam/hari. Pada uji ini mencit dibagi berdasarkan masing-masing perlakuan sebanyak 4 ekor. Pada hari terakhir dilakukan pembedahan untuk mengambil darah mencit dan ditampung dalam tabung yang berisi antikoagulan EDTA kemudian dilakukan penghitungan sel darah merah mencit (Mus musculus L.).
Penghitungan Sel Darah pada Alat D3 Pack 1. Persiapan alat darah rutin (D3 Pack) a. Di check semua reagen b. Dinyalakan UPS dan stavolt Retno Aryani, Reni Kurniati, Siti Rahmawati Pengaruh Pemakaian Obat Antinyamuk Elektrik
FMIPA Universitas Mulawarman
104 c. Dinyalakan alat D3 Pack dan printer, ditunggu beberapa saat hingga pada layar tampak menu awal d. Ditekan Start Up, ditunggu hingga lampu pada alat berubah menjadi hijau e. Ditekan Run Sample, alat siap untuk digunakan. 2. Pengujian Sampel Darah a. Sebelum diperiksa darah dihomogenkan dulu dengan cara digoyang bolak-balik atau diputar-putar b. Diisi identitas sampel yang diperiksa dengan menekan ID pada alat, setelah selesai tekan ENTER c. Dihisap sampel darah dengan posisi probe alat didalam darah kemudian tombol yang berada di belakang probe ditekan sehingga alat secara otomatis akan menghisap sampel darah sampai lampu pada alat berwarna kuning d. Dikeluarkan darah dari probe dan ditunggu hasil yang keluar dalam bentuk print out.
Analisis Data Data yang didapat dianalisis secara statistik dengan Analisi Varian (ANAVA) satu jalan pada taraf uji 1%. Bila terdapat perbedaan akan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT).
HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Sel Darah Putih (Leukosit) Untuk penghitungan jumlah sel darah putih didapatkan hasil seperti tertera pada Tabel 1.
Tabel 1. Rerata jumlah sel darah putih kelompok kontrol dan perlakuan
Perlakuan Rerata SD (Standar Deviasi) Jumlah sel darah putih (ribu / mm 3 ) Kontrol 13.6 a 1.13 P I 14.4 a 1.21 P II 22.1 b 5.14 P III 26.6 b 3.96
Keterangan : angka yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan (p < 0,01) Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa jumlah sel darah putih pada kelompok kontrol dibandingkan dengan kelompok perlakuan memiliki rerata yang berbeda. Untuk mengetahui apakah perbedaan rerata tiap kelompok tersebut berpengaruh atau tidak, maka data diuji secara statistik dengan uji Anava satu jalan pada taraf uji 1%. Berdasarkan hasil analisis anava dapat diketahui bahwa hipotesis diterima, yaitu terdapat pengaruh pada (p < 0,01) dari masing-masing perlakuan. Hal ini ditunjukkan dengan harga F hitung (14,46) lebih besar dari F tabel (5,95). Selanjutnya untuk mengetahui apakah lama pemaparan yang diberikan pada kelompok secara berbeda dapat berpengaruh secara nyata, maka dilakukan uji BNT dengan taraf uji 1 %. Mulawarman Scientifie, Volume 11, Nomor 1, April 2012 ISSN 1412-498X
FMIPA Universitas Mulawarman
105 Setelah dilakukan uji lanjut dengan menggunakan BNT 1% didapatkan hasil bahwa antara kontrol dibandingkan perlakuan I hasil uji BNT 1 % tidak berbeda nyata, sedangkan antara kontrol dibandingkan dengan perlakuan II dan perlakuan III hasil uji BNT 1% yang dilakukan berbeda nyata. Sedangkan perbedaan secara nyata dapat dilihat pada Gambar 1.
0 5 10 15 20 25 30 J u m l a h S e l D a r a h M e r a h ( r i b u / m m 3 ) Perlakuan Jumlah Sel Darah Putih Kontrol Perlakuan I Perlakuan II Perlakuan III
Gambar 1. Jumlah Sel Darah Putih
Hasil penelitian pengaruh pemberian d-allethrin terhadap jumlah sel darah putih (leukosit) menunjukan adanya peningkatan jumlah leukosit dalam darah mencit. Hal ini dapat terjadi diduga akibat adanya reaksi tubuh menganggap d-allethrin sebagai sel asing sehingga tubuh melakukan pertahanan terhadap benda-benda asing yang masuk dengan cara memproduksi sel darah putih dan jumlahnya dalam darah menjadi meningkat. Jumlah sel darah putih mencit yang telah terpapar d-allethrin ini meningkat diatas batas nilai normal yang ada pada literatur. Menurut Baitul (2010) saat ini ditemukan bahwa ternyata radikal bebas berperan dalam terjadinya berbagai penyakit. Hal ini dikarenakan radikal bebas adalah senyawa kimia yang memiliki pasangan elektron bebas di kulit terluar sehingga sangat reaktif dan mampu bereaksi dengan protein, lipid, karbohidrat, atau DNA. Reaksi antara radikal bebas dan molekul itu berujung pada timbulnya suatu penyakit. Efek oksidatif radikal bebas dapat menyebabkan peradangan. Radikal bebas merupakan bahan kimia yang secara alamiah terdapat pada tanaman, binatang, dan manusia. Fungsinya mencegah terjadinya kerusakan yang diakibatkan oleh virus, bakteri serta bahan-bahan lain (asing) yang menyerang sel tubuh. Produksi yang berlebihan akan menyerang sel tubuh sendiri dengan cara yang sama seperti menyerang bakteri dan benda asing. Menurut Bakri (1989) peningkatan jumlah leukosit didalam darah akibat adanya benda asing yang masuk dalam tubuh mendapat reaksi dengan beberapa cara yaitu diapedesis atau menembus kapiler dengan mengerutkan selnya sehingga dapat keluar dari pembuluh, bergerak seperti amuba, chemotaxis yaitu tertarik pada daerah-daerah yang mengeluarkan zat-zat tertentu dan phagositosis. Sehingga apabila ada benda asing yang masuk maka tubuh akan memproduksi leukosit secara berlebihan dan terjadilah peningkatan jumlah leukosit. Peningkatan jumlah leukosit dalam darah disebut lekositosis. Zat pelarut dan kimia industri walaupun masih jarang dapat menyebabkan suatu penyakit yang disebut leukaemia dimana penyakit ini ditandai oleh penimbunan sel Retno Aryani, Reni Kurniati, Siti Rahmawati Pengaruh Pemakaian Obat Antinyamuk Elektrik
FMIPA Universitas Mulawarman
106 darah putih abnormal dalam sumsum tulang. Sel abnormal ini menyebabkan hitung sel darah putih dalam sirkulasi peredaran darah meninggi.
Jumlah Jenis Leukosit Dari hasil print out alat otomatis yang digunakan didapatkan pula hasil hitung jenis leukosit dan data hasil hitung jenis leukosit dapat dilihat seperti tertera pada tabel 2 sebagai berikut .
Tabel 2 Rerata jumlah jenis leukosit kelompok kontrol dan perlakuan
Perlakuan Rerata SD (Standart Deviasi) Hitung jumlah leukosit (%) neutrofil Limfosit monosit eosinofil Kontrol 13 a 3.56 79 a 4.18 5 a 0.82 3 a 0.5 P I 13 a 3.74 79 a 3.46 5 a 1.0 3 a 1.0 P II 15 a 4.24 76 a 5.48 6 a 1.0 4 a 0.56 P III 17 a 2.58 74 a 5.32 6 a 2.0 4 a 1.0
Keterangan : angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh yang berbeda nyata dari setiap perlakuan.
Dari Tabel 2 diatas dapat dilihat bahwa jumlah jenis leukosit pada kelompok kontrol dibandingkan dengan kelompok perlakuan memiliki rerata yang tidak jauh berbeda, Untuk mengetahui apakah pemaparan d-allethrin yang diberikan menyebabkan perbedaan rerata tiap kelompok tersebut berpengaruh atau tidak, maka data diuji secara statistik dengan uji Anava satu jalan pada taraf uji 1%. Berdasarkan hasil analisis anava dapat diketahui bahwa hipotesis ditolak, yaitu tidak terdapat pengaruh pada dari masing-masing perlakuan. Jadi selama perlakuan diberikan d-allethrin tidak mempengaruhi jumlah jenis leukosit ini. Hal ini ditunjukkan dengan harga F hitung yang didapat dari masing-masing jenis leukosit ini lebih kecil dari F tabel (5,95), sehingga analisis tidak dilanjutkan pada uji BNT. Sedangkan grafik untuk pemeriksaan jumlah jenis leukosit dapat dilihat pada Gambar 2. Hasil penelitian terhadap jumlah jenis leukosit menunjukkan bahwa pemberian obat antinyamuk elektrik tidak mempengaruhi jumlah dari jenis leukosit ini, walaupun jumlah total leukosit dalam darah meningkat. Hal ini dapat terjadi karena leukosit yang terbagi atas dua jenis yaitu granulosit dan agranulosit dimana sel granulosit (leukosit polimorfonuklear, PMN) merupakan sel yang mempunyai inti multilobus yaitu neutrofil, eosinofil dan basofil, sedangkan sel agranulosit merupakan sel dengan inti yang hampir memenuhi sitoplasma yaitu limfosit dan monosit. Kedua jenis sel ini bekerja bersama- sama memberikan badan pertahanan yang kuat terhadap tumor serta infeksi virus, bakteri dan parasit. Dimana masing-masing sel telah memiliki fungsi masing-masing dalam perannya memberikan pertahanan terhadap benda asing yang masuk kedalam tubuh, sehingga walaupun terjadi peningkatan jumlah leukosit dalam mempertahankan tubuh dari radikal bebas yang menyerang sel tubuh sendiri tidak diikuti oleh peningkatan jumlah jenis selnya. Mulawarman Scientifie, Volume 11, Nomor 1, April 2012 ISSN 1412-498X
FMIPA Universitas Mulawarman
107 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 Limfosit Neutrofil Monosit Eosinofil J u m l a h
J e n i s
L e u k o s i t
( % ) Perlakuan Jumlah Jenis Leukosit Kontrol Perlakuan I Perlakuan II Perlakuan III
Gambar 2 Jumlah Jenis Leukosit
Jumlah Trombosit Pengaruh pemberian obat antinyamuk elektrik untuk penghitungan jumlah trombosit diperoleh hasil seperti tertera pada tabel 3 berikut ini.
Tabel 3 Rerata jumlah trombosit kelompok kontrol dan perlakuan
Perlakuan Rerata SD (Standart Deviasi) Jumlah trombosit (ribu / mm 3 ) Kontrol 370 a 2.86 P I 362 a 14.77 P II 352 a 26.04 P III 375 a 60.72
Keterangan : angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh yang berbeda nyata dari setiap perlakuan.
Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa jumlah trombosit pada kelompok kontrol dibandingkan dengan kelompok perlakuan memiliki rerata yang tidak jauh berbeda, Untuk mengetahui apakah perbedaan rerata tiap kelompok tersebut berpengaruh atau tidak, maka data diuji secara statistik dengan uji Anava satu jalan pada taraf uji 1%. Berdasarkan hasil analisis anava dapat diketahui bahwa hipotesis ditolak, yaitu tidak terdapat pengaruh pada (p < 0,01) dari masing-masing perlakuan. Hal ini ditunjukkan dengan harga F hitung (0,28 ) lebih kecil dari F tabel (5,95). Dari hasil analisis dengan anava dimana hipotesis ditolak maka uji BNT 1% tidak dilakukan. Grafik dari hasil jumlah trombosit dapat dilihat berikut ini. Retno Aryani, Reni Kurniati, Siti Rahmawati Pengaruh Pemakaian Obat Antinyamuk Elektrik
FMIPA Universitas Mulawarman
108 340 350 360 370 380 J u m l a h T r o m b o s i t ( r i b u / m m 3 ) Perlakuan Jumlah Trombosit Kontrol Perlakuan I Perlakuan II Perlakuan III
Gambar 3 Jumlah Trombosit
Dari hasil penelitian terhadap jumlah trombosit mencit yang telah diberi pemaparan obat antinyamuk elektrik tidak mempengaruhi terhadap jumlah trombosit dalam darah. Hal ini menunjukkan bahwa d-allethrin yang terkandung dalam obat antinyamuk elektrik yang digunakan diduga tidak mempengaruhi produksi dari sel trombosit tersebut. Menurut Ganong (1995) produksi trombosit diregulasi oleh faktor perangsang koloni yang mengendalikan produksi megakariosit. Megakariosit (sel datia dalam sumsum tulang) membentuk trombosit dengan cara fragmentasi sitoplasma dan mengeluarkannya ke dalam sirkulasi darah. Dan diperkuat oleh Hoffbrand (1996) yang menyatakan bahwa fungsi utama trombosit dalam tubuh adalah pembentukan sumbatan mekanis selama respon heamostatik normal terhadap luka vascular. Inti fungsi ini adalah reaksi trombosit : adhesi (melekatkan diri pada jaringan yang terbuka), pembebasan atau pelepasan isi granula trombosit , agregasi (trombosit berkelompok pada tempat luka) dan fusi ireversibel trombosit yang beragregasi pada tempat luka. Jadi bila pembuluh darah kecil dipotong atau rusak, maka cedera memulai serangkaian kejadian yang menyebabkan pembentukan suatu bekuan (hemostasis) yang diikuti oleh peningkatan produksi jumlah trombosit. Menurut Sadikin (2001) penurunan jumlah trombosit dapat terjadi, jika dihubungkan dengan fungsinya sebagai pertahanan tubuh, akan tetapi terutama bukan terhadap masuknya benda asing. Trombosit berfungsi penting dalam usaha untuk mempertahankan keutuhan jaringan bila terjadi luka. Trombosit akan bergerombol (agregasi) di tempat terjadinya luka, ikut membantu menyumbat luka secara fisik. Sebagian trombosit akan pecah dan mengeluarkan isinya, yang berfungsi memanggil trombosit dari tempat lain sehingga jumlahnya mengalami penurunan di dalam pembuluh darah. Pemaparan obat antinyamuk elektrik yang mengandung d- allethrin terhadap mencit ini dimana d-allethrin dapat menyebabkan timbulnya radikal bebas yang dapat menyerang sel tubuh sendiri namun terhadap jumlah trombosit pemaparan yang diberikan tidak mempengaruhi jumlah trombosit dalam sirkulasi peredaran darah karena erat kaitannya dengan fungsi trombosit yang hanya dapat terpengaruh jumlahnya pada kasus hemostasis saja.
Mulawarman Scientifie, Volume 11, Nomor 1, April 2012 ISSN 1412-498X
FMIPA Universitas Mulawarman
109 KESIMPULAN Pemaparan obat antinyamuk elektrik yang berbahan aktif d-allethrin terhadap sel darah merah dan kadar hemoglobin dalam darah berpengaruh secara nyata dimana dapat menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah sel darah putih (leukosit) mencit, namun pada jumlah jenis leukosit dan trombosit tidak berpengaruh.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2006. Obat Antinyamuk Mengandung Propoxur dan Diklorvos Berbahaya. Online: http: //com/ rumahkejora. php/ 2040/ Obat-AntiNyamuk-Berbahaya diakses pada tanggal 30 Juli 2010. Bakri, S. 1989. Hematologi. Ganesha. Jakarta Baitul, S. 2010. Dampak Radikal Bebas Dan Anti Oksidan Terhadap Kesehatan Tubuh Online: http: //meyghalibragirl. blogspot. com /2010/04/ dampak-radikal-bebas- dan-anti-oksidan. html diakses pada tanggal 10 Januari 2011 Ganong, WF. 1995. Fisiologi Kedokteran. Alih bahasa: Petrus Andrianto. EGC. Jakarta Hoffbrand, AV dan Pettit, JE. 1996. Kapita Selekta Haematologi. Alih bahasa: Iyan Darmawan. EGC. Jakarta Iswara, A. 2009. Pengaruh Pemberian Antioksidan Vitamin C Dan E Terhadap Kualitas Spermatozoa Tikus Putih Terpapar Allethrin. Online: hhtp: // docs. google. com/ viewer? a=v & q=cache: 63oscH6KePgJ: digilib. unnes. ac. Id/ gsdl/ collect/ skripsi/ archives/ HASH015d. dir/doc.pdf+pengaruh+pemberian+antioksidan+vitamin+c+dan+e+terhadap+kualita s+spermatozoa&hl=id&gl+id&pid=bl&srcid=ADGEEShtGS5g0oyb2Lx9ytGliAL1 9ZwZpGxXApz544JHBZ65riCs73DtAVftWMRI17iCP3DOFJs6cns2O3PqwF60s wI4ugstjwNXgSYe4Qc17gEyOcCJQZDFIMk4NRDWDWE9hmxtzzk&sig=AHIE tbSfBHfDxqvv4ozA_OG9rVQJuQASA diakses pada tanggal 12 Juli 2010 Smith, J. B. dan Mangkoewidjojo, S. 1998. Pemeliharaan, Pembiakan dan Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Universitas Indonesia Press. Jakarta Solahuddin, G. 2002. Hati-Hati Gunakan Obat Antinyamuk. Online: http: // tips4moms. wordpress. com/ 2008/ 12/ 04/ hati-hati-gunakan-obat-anti-nyamuk/ diakses pada tanggal 30 Juli 2010. Wahyuningsih, S. 2009. Pengaruh Vitamin C dan E Terhadap Jumlah Erytrosit dan Kadar Hemoglobin Darah Tikus Putih Yang Dijejas Antinyamuk Elektrik. Online: http: // webcache/ google_user_content/ ningsih/pengaruh-vitamin-c-dan-e- terhadap-jumlah-erytrosit diakses pada tanggal 30 Juli 2010.
Retno Aryani, Reni Kurniati, Siti Rahmawati Pengaruh Pemakaian Obat Antinyamuk Elektrik