Anda di halaman 1dari 120

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

PENGARUH PEMBERIAN KURMA TAHNIK


TERHADAP JUMLAH TOTAL LEUKOSIT,
PERSENTASE JUMLAH MONOSIT DAN LIMFOSIT
DARAH SERTA TITER ANTIBODI MENCIT

SKRIPSI

ASHARI DZIKRO
NIM : 108102000076

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI FARMASI
JAKARTA
OKTOBER 2012
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

PENGARUH PEMBERIAN KURMA TAHNIK


TERHADAP JUMLAH TOTAL LEUKOSIT,
PERSENTASE JUMLAH MONOSIT DAN LIMFOSIT
DARAH SERTA TITER ANTIBODI MENCIT

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi

ASHARI DZIKRO
NIM : 108102000076

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI FARMASI
JAKARTA
OKTOBER 2012

i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Ashari Dzikro

NIM : 108102000076

Tanda Tangan :

Tanggal : 25 Oktober 2012

ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Nama : Ashari Dzikro

NIM : 108102000076

Program Studi : Farmasi

Judul Penelitian : PENGARUH PEMBERIAN KURMA TAHNIK


TERHADAP JUMLAH TOTAL LEUKOSIT,
PERSENTASE JUMLAH MONOSIT DAN LIMFOSIT
DARAH SERTA TITER ANTIBODI MENCIT

Menyetujui,

Pembimbing pertama, Pembimbing kedua,

Farida Sulistiawati, M.Si., Apt Drh. Rr. Bhintarti S. Hastari, M. Biomed


NIP. 19670105 200604 2 001 NIDN. 0313087204

Mengetahui,

Ketua Program Studi Farmasi

Drs. Umar Mansur, M.Sc

iii
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh :

Nama : Ashari Dzikro


NIM : 108102000076
Program Studi : Farmasi
Judul Skripsi : Pengaruh Pemberian Kurma Tahnik Terhadap Jumlah
Total Leukosit, Persentase Jumlah Monosit dan Limfosit Darah Serta Titer
Antibodi Mencit

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima


sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar
Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

DEWAN PENGUJI

Pembimbing I : Farida Sulistiawati, M.Si., Apt

Pembimbing II : Drh. Rr. Bhintarti S. Hastari, M. Biomed

Ketua Penguji : Drs. Umar Mansur, M.Sc., Apt .......................

Anggota Penguji I : Prof. Atiek Soemiati, M.Sc., Apt

Anggota Penguji II : Ofa Suzanti Betha, M.Si., Apt

Anggota Penguji III : Sabrina, M.Farm., Apt

Ditetapkan di : Jakarta
Tanggal : 25 Oktober 2012

Mengetahui,

Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

iv
ABSTRAK

Nama : Ashari Dzikro


Program Studi : Farmasi
Judul : Pengaruh Pemberian Kurma Tahnik Terhadap Jumlah Total
Leukosit, Persentase Jumlah Monosit dan Limfosit Darah Serta Titer Antibodi Mencit

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh pemberian


kurma tahnik terhadap jumlah total leukosit, persentase jumlah monosit dan
limfosit darah serta titer antibodi mencit. Mencit galur DDY jenis kelamin jantan
dengan berat rata – rata 20 – 25 gr berjumlah 18 ekor dibagi menjadi tiga
kelompok, masing – masing kelompok terdiri dari enam mencit. Kelompok I
adalah kontrol negatif (hanya diberi makan dan minum biasa), kelompok II adalah
kontrol positif (diberi vaksin thypoid), dan kelompok III adalah kelompok
perlakuan (diberi kurma tahnik). Periode perlakuan berlangsung selama dua
minggu. Pengambilan darah mencit melalui ekor dilakukan pada hari ke-0
(sebelum perlakuan), hari ke-2, hari ke-8, dan hari ke-15. Perhitungan jumlah total
leukosit, persentase monosit, dan persentase limfosit dilakukan pada masing –
masing waktu pengambilan darah. Mencit diinduksi dengan sel darah merah
domba (SDMD) pada hari ke-15, kemudian pada hari ke-22 dilakukan
pengukuran titer antibodi dengan metode hemaglutinasi. Pada hari ke-23, semua
mencit dari ketiga kelompok diinfeksi bakteri Salmonella tyhpi secara
intraperitoneal dengan dosis 105 CFU/mL, kemudian dilakukan pengamatan
persentase survival rate pada masing – masing kelompok selama satu minggu
setelah infeksi diberikan. Semua data dianalisis secara statistik menggunakan
perangkat lunak SPSS 20.0 for Windows. Data jumlah total leukosit, persentase
jumlah monosit, dan persentase limfosit darah mencit dianalisis dengan metode
uji two-way repeated measure ANOVA dilanjutkan dengan metode One – Way
ANOVA (diteruskan dengan uji BNT), data titer hemaglutinasi antibodi mencit
dianalisis dengan metode uji one – way ANOVA dilanjutkan dengan Post Hoc
Test (Tukey test dan Bonferroni test), dan data hasil pengamatan persentase
survival rate dianalisis dengan metode Kaplan – Meier.
Hasil analisa data menunjukkan bahwa pemberian kurma tahnik selama
dua minggu meningkatkan jumlah total leukosit mencit. Pemberian kurma tahnik
selama satu hari, satu minggu, dan dua minggu meningkatkan persentase limfosit
mencit, namun menurunkan persentase monosit mencit. Titer antibodi mencit
kelompok pemberian kurma tahnik selama dua minggu tidak berbeda signifikan
dengan titer antibodi mencit kelompok kontrol negatif dan mencit kelompok
kontrol positif. Persentase survival rate mencit kelompok kontrol negatif,
kelompok kontrol positif, dan kelompok pemberian kurma tahnik tidak
menunjukkan perbedaan yang signifikan selama 7 hari periode infeksi bakteri
Salmonella thypi.

Kata kunci : Kurma (Phoenix dactylifera), tahnik, mencit (Mus musculus) sistem
imun, leukosit, monosit, limfosit, titer antibodi, survival rate

v
ABSTRACT

Name : Ashari Dzikro


Program Study : Pharmacy
Title : The Effect of Tahnik With Dates on The Total Number of
Leukocytes, The Percentage of Blood Monocytes and Lymphocytes As Well As
Antibody Titer In Mice

This study was conducted to determine the effect of tahnik with dates on
the total number of leukocytes, the percentage of blood monocytes and
lymphocytes as well as antibody titers in mice. A total 18 of DDY strain mice
with 20-25 grams weight were divided into three groups, each group consisted of
six mice. Group I is a negative control (just plain fed and watered), group II is the
positive control (given typhoid vaccine), and the third group was the treatment
group (tahnik with dates). The period of treatment lasted for two weeks. Blood
collection was performed from the mice’s tail on day 0 (before treatment), day 2,
day 8, and day 15. Calculation of the total number of leukocytes, the percentage
of monocytes, and the percentage of lymphocytes performed each time blood was
taken. Mice was induced by sheep red blood cells (SRBC) on day 15, and then on
day 22 antibody titer was measured by the haemagglutination assay method. On
day 23, all three groups of mice were infected with Salmonella tyhpi
intraperitoneally at a dose of 105 CFU/mL, then the percentage of survival rate
was observed on each group for one week. All data were statistically analyzed
using SPSS 20.0 software for Windows. The number of total leukocytes, the
percentage of monocytes, and the percentage of blood lymphocytes of mice were
analyzed using two-way repeated measure ANOVA followed by one-way
ANOVA (followed by LSD test), the data of antibody titer by hemagglutination
assay method was analyzed using one - way ANOVA followed by Post Hoc Test
(Tukey test and Bonferroni test), and the data of survival rate percentage was
analyzed using Kaplan – Meier method.
The results showed that the administration of tahnik with dates during two
weeks increasing the total number of leukocytes in mice. Giving tahnik with dates
for one day, one week, and two weeks increasing the percentage of lymphocytes,
but reducing the percentage of monocytes in mice. The antibody titer of mice that
tahnik with dates was given for two weeks didn’t differ significantly with
antibody titer of mice negative control group and positive control group. The
survival rate percentage of mice negative control group, positive control group,
and the group that tahnik with dates was given showed no significant difference
during the seven days period of Salmonella typhi bacterial infection.

Key words : Dates (Phoenix dactylifera), tahnik, mice (Mus musculus), immune
system, leukocyte, monocyte, lymphocyte, antibody titer, survival rate

vi
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan
nikmat, rahmat, dan karunia yang telah diberikan kepada saya, beserta petunjuk
dariNya yang selalu hadir mulai dari setiap bangun dari tidur sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Pengaruh Pemberian Kurma Tahnik
Terhadap Jumlah Total Leukosit, Persentase Jumlah Monosit dan Limfosit Darah
Serta Titer Antibodi Mencit. Shalawat serta salam semoga tersampaikan kepada
junjungan seluruh umat Islam, Uswatun Hasanah hingga akhir zaman, Nabi
Muhammad Shallallahu 'alaihi Wa salam, beserta keluarganya, para sahabat, dan
pengikutnya yang senantiasa menjalankan amalan – amalan Rasulullah SAW.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Farmasi (S.Far) pada Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Keberhasilan dalam penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bantuan
bantuan serta dukungan orang – orang yang telah banyak berjasa. Pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan
pernghargaan yang sebesar – besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. (hc) dr. M.K Tadjudin Sp.And, selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Drs. Umar Mansur, M.Sc., Apt, selaku Ketua Program studi Farmasi
FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Farida Sulistiawati M.Si, Apt, selaku pembimbing I yang telah
memberikan banyak waktu, semangat, ilmu, dan bimbingan selama penulisan
skripsi ini.
4. Ibu Drh. Rr. Bhintarti S. Hastari, M. Biomed, selaku pembimbing II yang
telah banyak memberikan saran, ide, dan masukan yang berharga.
5. Kedua orang tua, mamah Tati Susilawati dan bapak Sukardi tercinta yang
telah memberikan doa, semangat, dan dukungan material sehingga penelitian
ini dapat berjalan lancar, serta abang Choirul Artadi sebagai satu – satunya
saudara kandung yang telah banyak memberikan bantuan material.

vii
6. Para dosen yang telah membantu penulis selama mengikuti perkuliahan di
prodi Farmasi FKIK UIN Syahid Jakarta.
7. Kakak eris, selaku laboran laboratorium PBB Farmasi FKIK yang telah sabar
karena sering direpotkan dan telah banyak membantu selama penelitian.
8. Kakak Lisna, kakak Niken, kakak Tiwi, mba Rani, kakak Yopi, dan om
Rahmadi yang telah membantu selama penelitian.
9. Kakak Pia yang telah membantu penulis dalam hal surat menyurat dan urusan
akademik.
10. Putri Rahmawati yang telah banyak membantu dan memberi dukungan
sebelum sidang skripsi.
11. Ikhsan Budiarto yang telah membantu mengurus mencit pada awal penelitian
di laboratorium.
12. Intan Fauziah yang telah banyak memberi informasi tempat membeli bahan –
bahan keperluan penelitian.
13. Teman – teman farmasi angkatan 2008 baik kelas A maupun kelas B yang
sama – sama berjuang menyelesaikan penelitian.
14. Pihak – pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu – persatu yang telah
membantu dan mendukung penulis selama penelitian.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, namun penulis
berharap semoga hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat yang sebesar –
besarnya bagi masyarakat luas khususnya umat Islam.

Jakarta, 17 Oktober 2012

Penulis

viii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS
AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah


Jakarta, saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Ashari Dzikro


NIM : 108102000076
Program Studi : Farmasi
Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Jenis Karya : Skripsi

Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi/karya ilmiah


saya, dengan judul :

PENGARUH PEMBERIAN KURMA TAHNIK TERHADAP JUMLAH


TOTAL LEUKOSIT, PERSENTASE JUMLAH MONOSIT DAN
LIMFOSIT DARAH SERTA TITER ANTIBODI MENCIT

Untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital
Library Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang – Undang Hak Cipta.

Demikian pernyataan persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan
sebenarnya.

Dibuat di : Jakarta
Pada Tanggal : 10 Desember 2012

Yang menyatakan,

(Ashari Dzikro)

ix
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .................................................................................. i


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ..................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... iv
ABSTRAK ................................................................................................... v
ABSTRACT ................................................................................................ vi
KATA PENGANTAR ................................................................................ vii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ........... ix
DAFTAR ISI ............................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xii
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xiv

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ...................................................................... 4
1.3 Hipotesis ......................................................................................... 4
1.4 Tujuan Penelitian ............................................................................ 4
1.5 Manfaat Penelitian .......................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 6


2.1 Kurma ............................................................................................. 6
2.1.1 Taksonomi Kurma ................................................................ 6
2.1.2 Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan Buah Kurma ......... 8
2.1.3 Kandungan dan Manfaat Kurma ........................................... 9
2.2 Mencit ............................................................................................. 12
2.3 Sistem Imun .................................................................................... 13
2.3.1 Imunitas ................................................................................. 13
2.3.2 Antigen dan Antibodi ............................................................ 14
2.3.3 Leukosit ................................................................................. 16
2.3.4 Monosit ..................................................................................18
2.3.5 Limfosit ................................................................................. 18
2.3.6 Imunisasi ............................................................................... 19
2.3.7 Metode Hemaglutinasi Untuk Deteksi Antibodi pada Serum ...... 20

BAB III KERANGKA KONSEP .............................................................. 22

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ................................................. 23


4.1 Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................ 23
4.2 Subjek Penelitian ............................................................................ 23
4.2.1 Populasi ................................................................................. 23
4.2.2 Sampel .................................................................................. 23

x
4.3 Alat dan Bahan ............................................................................... 24
4.3.1 Alat ....................................................................................... 24
4.3.2 Bahan .................................................................................... 25
4.4 Alur Penelitian ............................................................................... 25
4.5 Prosedur Kerja ................................................................................ 26
4.5.1 Persiapan Hewan Coba ......................................................... 26
4.5.2 Dosis dan Perlakukan Uji Respon Imun Mencit ................... 26
4.5.3 Perhitungan Dosis ................................................................. 27
4.5.4 Pembuatan dan Pemberian Sampel Kurma Tahnik .............. 31
4.5.5 Pengambilan Darah Mencit .................................................. 31
4.5.6 Perhitungan Jumlah Total Leukosit ...................................... 31
4.5.7 Perhitungan Persentase Monosit dan Limfosit Darah .......... 32
4.5.8 Pengukuran Titer Antibodi ................................................... 33
4.5.9 Uji Tantang ........................................................................... 35
4.6 Analisa Data ................................................................................... 36

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 38


5.1 Hasil ............................................................................................... 38
5.1.1 Hasil dan Analisa Data Jumlah Total Leukosit Mencit ........ 38
5.1.2 Hasil dan Analisa Data Persentase Monosit Mencit ............ 42
5.1.3 Hasil dan Analisa Data Persentase Limfosit Mencit ............ 46
5.1.4 Hasil dan Analisa Data Titer Antibodi Mencit ..................... 51
5.1.5 Hasil dan Analisa Data Persentase Survival Rate Mencit .... 52
5.2 Pembahasan .................................................................................... 56
5.2.1 Pembuatan dan Pemberian Kurma Tahnik ........................... 56
5.2.2 Efektivitas Pemberian Kurma Tahnik Terhadap Jumlah Total
Leukosit Mencit .................................................................... 58
5.2.3 Efektivitas Pemberian Kurma Tahnik Terhadap Persentase
Monosit Mencit ..................................................................... 61
5.2.4 Efektivitas Pemberian Kurma Tahnik Terhadap Persentase
Limfosit Mencit .................................................................... 63
5.2.5 Efektivitas Pemberian Kurma Tahnik Terhadap Titer Antibodi
Mencit ................................................................................... 65
5.2.6 Efektivitas Pemberian Kurma Tahnik Terhadap Persentase
Survival Rate Mencit yang Diinfeksi Bakteri Salmonella
thypi ...................................................................................... 66

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 68


6.1 Kesimpulan ........................................................................... 68
6.2 Saran ..................................................................................... 69

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 71

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Buah Kurma .................................................................................... 6


2.2 Beberapa jenis buah kurma yang terkenal ...................................... 7
4.1 Kurma Ajwa yang digunakan dalam penelitian ............................. 24
4.2 Alur Penelitian ................................................................................ 25
5.1 Grafik rata- rata jumlah total leukosit selama periode perlakuan .. 39
5.2 Grafik rata- rata persentase monosit selama periode perlakuan ..... 43
5.3 Grafik rata- rata persentase limfosit selama periode perlakuan ...... 47
5.4 Grafik rata – rata titer antibodi mencit setelah dua minggu periode
perlakuan ........................................................................................ 51
5.5 Grafik % Survival Rate Mencit Selama Periode Infeksi Salmonella typhi
......................................................................................................... 53
5.6 Kurva Kaplan – Meier persentase survival rate mencit selama periode
infeksi Salmonella typhi ................................................................. 54
7.2 Grafik perubahan jumlah total leukosit pada periode perlakuan selama
satu hari .......................................................................................... 80
7.3 Grafik perubahan jumlah total leukosit pada periode perlakuan selama
satu minggu .................................................................................... 81
7.4 Grafik perubahan jumlah total leukosit pada periode perlakuan selama
dua minggu ..................................................................................... 82
7.6 Grafik perubahan persentase monosit pada periode perlakuan selama satu
hari .................................................................................................. 87
7.7 Grafik perubahan persentase monosit pada periode perlakuan selama satu
hari ................................................................................................. 88
7.8 Grafik perubahan persentase monosit pada periode perlakuan selama satu
hari ................................................................................................. 90
7.10 Grafik perubahan persentase limfosit pada periode perlakuan selama satu
hari ................................................................................................. 95
7.11 Grafik perubahan persentase limfosit pada periode perlakuan selama satu
minggu ........................................................................................... 97
7.12 Grafik perubahan persentase limfosit pada periode perlakuan selama dua
minggu ........................................................................................... 98
7.13 Grafik Rata – Rata Titer Antibodi Mencit Setelah Dua Minggu Periode
Perlakuan ....................................................................................... 100
7.14 Kurva Kaplan – Meier Persentase Survival Rate Mencit Selama Periode
Infeksi Salmonella typhi ................................................................ 103
7.15 Haemaglutination Antibody (HA) Kelompok I ............................. 104
7.16 Haemaglutination Antibody (HA) Kelompok II ............................ 104
7.17 Haemaglutination Antibody (HA) Kelompok III ........................... 105

xii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Kandungan senyawa (gr /100 gr dry flesh) dari 11 jenis buah
kurma yang berbeda ....................................................................... 9
2.2 Kandungan vitamin buah kurma .................................................... 9
2.3 Kandungan mineral kurma ............................................................. 10
2.4 Kandungan asam amino (mg/100 gr dry) kurma ........................... 10
2.5 Perbedaan secara umum sistem imun non-spesifik & sistem imun
spesifik ........................................................................................... 14
2.6 Kelas dan sifat imunoglobulin ....................................................... 16
4.1 Dosis dan perlakukan uji respon imun mencit ............................ 26
4.2 Indeks rata – rata berat badan & tinggi badan balita sesuai dengan
usianya ........................................................................................... 28
5.1 Hasil hitung total leukosit mencit (sel/µL) .................................... 38
5.2 Rata - rata jumlah total leukosit mencit (sel/µl) selama periode
perlakuan ........................................................................................ 38
5.3 Hasil analisa data jumlah total leukosit mencit dengan metode
uji two-way repeated measure ANOVA ........................................ 39
5.4 Hasil analisa data jumlah total leukosit mencit dengan metode uji one –
way ANOVA yang dilanjutkan uji BNT pada masing – masing periode
perlakuan ........................................................................................ 40
5.5 Hasil hitung persentase monosit mencit (%) .................................. 42
5.6 Rata - rata persentase monosit mencit selama periode perlakuan .. 42
5.7 Hasil analisa data persentase monosit mencit dengan metode uji two-way
repeated measure ANOVA ........................................................... 43
5.8 Hasil analisa data persentase monosit mencit dengan metode uji one –
way ANOVA yang dilanjutkan uji BNT pada masing – masing periode
perlakuan ........................................................................................ 44
5.9 Hasil hitung persentase limfosit mencit (%) .................................. 46
5.10 Rata - rata persentase limfosit mencit selama periode perlakuan .. 47
5.11 Hasil analisa data persentase limfosit mencit dengan metode uji two-way
repeated measure ANOVA ........................................................... 47
5.12 Hasil analisa data persentase limfosit mencit dengan metode uji one –
way ANOVA yang dilanjutkan uji BNT pada masing – masing periode
perlakuan ........................................................................................ 48
5.13 Titer antibodi mencit setelah dua minggu periode perlakuan ........ 51
5.14 Persentase survival rate mencit selama satu minggu periode infeksi
bakteri Salmonella typhi ................................................................. 52
5.15 Nilai rata – rata (mean) dan nilai tengah (median) survival time
mencit ............................................................................................. 53
5.16 Level signifikansi persentase survival rate mencit antar kelompok
perlakuan ........................................................................................ 54

xiii
LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Hasil analisa data jumlah total leukosit mencit dengan metode uji two-
way repeated measure ANOVA .................................................... 76
2. Hasil analisa data jumlah total leukosit mencit dengan metode uji one –
way ANOVA yang dilanjutkan uji BNT pada masing – masing periode
perlakuan ........................................................................................ 78
3. Hasil analisa data persentase monosit mencit dengan metode uji two-way
repeated measure ANOVA ........................................................... 83
4. Hasil analisa data persentase monosit mencit dengan metode uji one –
way ANOVA yang dilanjutkan uji BNT pada masing – masing periode
perlakuan ........................................................................................ 85
5. Hasil analisa data persentase limfosit mencit dengan metode uji two-way
repeated measure ANOVA ........................................................... 91
6. Hasil analisa data persentase limfosit mencit dengan metode uji one –
way ANOVA yang dilanjutkan uji BNT pada masing – masing periode
perlakuan ........................................................................................ 93
7. Hasil analisis titer antibodi mencit dengan metode one – way ANOVA,
dilanjutkan dengan post hoc test (tukey test dan bonferroni test) .. 99
8. Hasil analisis persentase survival rate dengan metode kaplan –
meier ............................................................................................... 101
9. Hasil pengukuran titer antibodi dengan metode haemaglutination
antibody (HA) setelah dua minggu periode perlakuan ................... 104

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Konsep kesehatan Thibun Nabawi telah dikenal dalam Islam

sebagai metode pengobatan Rasulullah SAW yang senantiasa berjalan atas

dasar wahyu. Rasulullah SAW telah mengajarkan kepada umat Islam

sebuah tata cara pemeliharaan kesehatan sejak dari lahir yang bersumber

dari Allah SWT, Dzat Yang Maha Memberi Kesehatan. Salah satu cara

yang diajarkan Rasulullah adalah Tahnik. Tahnik merupakan suatu cara

pemeliharaan kesehatan secara fisik yang diperkenalkan Rasulullah SAW

dengan memberikan kurma yang telah dikunyah atau dihaluskan pada

langit – langit mulut bayi sambil mendoakannya. Beberapa hadits yang

berkaitan dengan tahnik :

 Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim dari hadits Abu Burdah dari
Abu Musa, dia berkata :

- ‫هللا ص ل‬ ‫ س لم ع ل‬-
‫م‬
“Pernah dikaruniakan kepadaku seorang anak laki-laki, lalu aku
membawanya ke hadapan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka
beliau memberinya nama Ibrahim dan mentahniknya dengan sebuah
kurma.” (HR. Bukhari Muslim)

 Imam Bukhari dalam Shahih-nya men-takhrij hadits dari Asma’ binti


Abi Bakr :

1
2

Dari Asma binti Abi Bakar Ash-Shiddiq ketika ia sedang mengandung

Abdullah bin Az-Zubair di Makkah, ia berkata, “Aku keluar dalam

keadaan hamil menuju kota Madinah. Dalam perjalanan aku singggah

di Quba dan di sana aku melahirkan. Kemudian aku mendatangi

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan meletakkan anakku di

pangkuan beliau. Beliau meminta kurma lalu mengunyahnya dan

meludahkannya ke mulut bayi itu, maka itulah makanan yang pertama

kali masuk ke kerongkongannya (si bayi) melalui Rasulullah

Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Setelah itu beliau mentahniknya dan

mendo’akan barakah baginya. Lalu Allah memberikan barakah

kepadanya (bayi tersebut).” (HR. Bukhari Muslim)

Sesungguhnya perbuatan Rasulullah SAW mentahnik bayi yang

baru lahir memiliki hikmah yang agung. Enzim pencernaan yang terdapat

pada kurma tahnik akan membantu pengubahan kandungan senyawa –

senyawa dalam kurma sehingga dapat lebih mudah dicerna dan diabsorbsi

oleh tubuh bayi yang sistem pencernaannya belum terbentuk dengan

sempurna (Mustofa dan Prabandari, 2010).

Kurma sendiri diketahui memiliki aktivitas imunostimulan, dalam

sebuah hasil penelitian, Karasawa et al. (2011) menyatakan bahwa ekstrak

air buah kurma yang diberikan selama 30 hari kepada mencit dapat

menstimulasi sistem imun seluler mencit tersebut melalui peningkatan

kadar IFN-γ+ CD4+, IFN-γ+ CD49b+, dan IL-12+ CD11b+ dalam limpa

mencit serta berkesimpulan bahwa polifenol dan polisakarida yang

terdapat pada kurma mampu menstimulasi sistem imun seluler. Ekstrak


3

etanol buah kurma yang diberikan selama 7 hari kepada mencit juga dapat

menstimulasi sistem imun humoral mencit tersebut secara signifikan

dilihat dari hasil perhitungan titer Haemagglutinating Antibody (HA) dan

plaque-forming cell (PFC) yang digunakan sebagai parameter (Puri et al.,

2000).

Kurma juga diketahui memiliki berbagai khasiat lain diantaranya

adalah dapat menurunkan kadar gula pada penderita hiperglikemia karena

memiliki kandungan flavonoid yang poten (Abo-El-Soaud et al., 2004),

efek antimikroba terhadap gram positif maupun gram negatif (Perveen et

al., 2012), aktivitas anti-inflamasi & anti-proliferatif (Elberry et al.,

2011), aktivitas antioksidan (Khanavi et al., 2009), aktivitas

hepatoprotektor (Abdu, 2011), dan memiliki efek antifungi terhadap jamur

patogen (Bokhari dan Kahkashan, 2012).

Tinjauan ilmiah terhadap manfaat kurma sudah cukup banyak

dilakukan, namun penelitian praklinis maupun klinis mengenai manfaat

kurma tahnik terhadap peningkatan sistem imun belum pernah dilakukan.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pemberian kurma tahnik

terhadap peningkatan titer antibodi, jumlah total leukosit, persentase

jumlah monosit dan limfosit darah serta melihat pengaruh dari lamanya

pemberian kurma tahnik terhadap peningkatan respon imun mencit

terhadap parameter – parameter tersebut sehingga dapat menambah

keyakinan umat Islam dalam meneladani cara pemeliharaan kesehatan

yang telah dicontohkan Rasulullah SAW.


4

1.2 Perumusan Masalah

1) Apakah pemberian kurma tahnik mampu meningkatkan jumlah total

leukosit, persentase jumlah monosit dan limfosit darah serta titer

antibodi mencit.

2) Waktu pemberian kurma tahnik yang dapat memberikan peningkatan

respon imun terbaik berdasarkan parameter - parameter tersebut pada

mencit.

1.3 Hipotesis

Pemberian kurma tahnik mampu meningkatkan jumlah total

leukosit, persentase jumlah monosit dan limfosit darah serta titer antibodi

mencit.

1.4 Tujuan Penelitian

Mengetahui aktivitas imunostimulan kurma tahnik terhadap

peningkatan titer antibodi, jumlah total leukosit, persentase jumlah

monosit dan limfosit darah mencit serta mengetahui efektifitas waktu

pemberian kurma tahnik yang dapat memberikan peningkatan respon imun

terbaik berdasarkan parameter - parameter tersebut pada mencit.

1.5 Manfaat Penelitian

Memberikan informasi ilmiah tentang manfaat tahnik dengan

kurma dalam hal peningkatan jumlah total leukosit, persentase jumlah

monosit dan limfosit darah serta titer antibodi sehingga diharapkan dapat
5

menambah keyakinan umat Islam dalam meneladani cara pemeliharaan

kesehatan yang telah dicontohkan Rasulullah SAW.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kurma

2.1.1 Taksonomi Kurma

Kurma (Phoenix dactylifera) atau dalam bahasa Arab biasa disebut

tamar adalah buah manis dengan kandungan gula lebih dari 50% yang

merupakan kebutuhan utama dan menjadi salah satu sektor ekonomi

penting di Timur Tengah (Franz Augstburger et al., 2002). Kurma

merupakan salah satu makanan tertua di dunia selama lebih dari 6000

tahun dan semua bagian dari kurma diketahui bermanfaat tidak hanya

secara ekonomi, tetapi juga untuk kesehatan (mengatasi berbagai penyakit)

dan mengatasi kelaparan karena kurma memiliki kandungan karbohidrat,

mineral, serat, vitamin, asam lemak, asam amino, dan protein yang tinggi

(Al – Shahib dan Marshall, 2003). Berikut ini adalah klasifikasi dari kurma

(Alebidi, 2008) :

Kingdom : Plantae
Division : Magnoliophyta
Class : Liliopsida
Order : Arecales
Family : Arecaceae
Genus : Phoenix
Species : P. dactylifera

Gambar 2.1 Buah Kurma (Alebidi, 2008)


Binomial Name :
Phoenix dactylifera L.

6
7

Pohon kurma dapat mencapai tinggi 15 – 25 meter, batang

pohonnya terbuat dari serat selulosa yang kuat dan dapat dimanfaatkan

untuk membuat kayu lapis (Al – Shahib dan Marshall, 2003). Saat ini,

kurma dibudidayakan di banyak negara di dunia seperti Amerika Serikat

(California, Arizona, Texas), Meksiko, Brazil, Argentina, Afrika Selatan,

Australia, Namibia, namun untuk produksi terbesar tetap berada di daerah

Arab dan timur tengah (Franz Augstburger et al., 2002). Ada lebih dari

2000 varietas kurma segar di dunia dengan masa panen setiap 8 bulan (Al

– Shahib dan Marshall, 2003).

Gambar 2.2 Beberapa jenis buah kurma yang terkenal (Elshibli, 2009)
8

2.1.2 Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan Buah Kurma

Perkembangan buah kurma terdiri dari 4 tahap (Al – Shahib dan

Marshall, 2003). Sebelum tahap pertama dimulai, pada 4 – 5 minggu

pertama buah kurma disebut “altalaa” dimana buah kurma berwarna hijau.

 Tahap pertama : stadium Kimri

Ditandai dengan terjadinya 2 fase. Fase pertama, buah kurma

mengalami peningkatan ukuran dan berat secara bersamaan, serta

meningkatnya kandungan gula, asam, dan kelembaban. Fase kedua,

ditandai dengan mulai berkurangnya peningkatan ukuran dan berat

buah, berkurangnya tingkat akumulasi kadar gula, sedikit berkurangnya

keasaman, dan kadar kelembaban yang lebih tinggi dibandingkan fase

pertama. Pada tahap Kimri, rata – rata panjang buah adalah 27,5 mm,

diameter 17,8 mm, berat 5,8 gr, serta mengandung 5,6% protein, 0,5%

lemak, dan 3,7% abu (Al – Shahib dan Marshall, 2003).

 Tahap kedua : stadium Khalal

Ditandai dengan berubahnya warna dari hijau menjadi antara kuning

atau merah tergantung jenis kurma. Rata – rata panjang buah bertambah

menjadi 32,5 mm dengan diameter juga bertambah menjadi 21 mm.

Persentase protein, lemak, dan abu berkurang menjadi 2,7%, 0,3%, dan

2,8%, sementara berat rata – rata bertambah menjadi 8,7% (Al – Shahib

dan Marshall, 2003).

 Tahap ketiga : stadium Rutab


Buah kurma mulai menjadi lembut dan kehilangan air. Rata – rata
kandungan protein, lemak, dan abu pada tahap ini berkurang menjadi
2,6%, 0,3%, dan 2,6% (Al – Shahib dan Marshall, 2003).
9

 Tahap keempat : stadium Tamr

Pada stadium ini buah kurma mulai mengering dengan konsisten dan

warnanya menjadi gelap, namun ada juga beberapa jenis buah kurma

yang tidak mengalami tahapan ini. Rata – rata persentase protein,

lemak, dan abu pada stadium ini adalah 2,3%, 0,2%, dan 1,7% (Al –

Shahib dan Marshall, 2003).

2.1.3 Kandungan dan Manfaat Kurma

Buah kurma memiliki kadar yang tinggi dari karbohidrat (total 44 –

88%), lemak (0,2 – 0,5%), 15 jenis garam & mineral, vitamin, protein (2,3

– 5,6%), serat (6,4 – 11,5%) (Al – Shahib dan Marshall, 2003).

Tabel 2.1 Kandungan Senyawa (gr /100 gr Kurma Kering) dari 11 Jenis

Buah Kurma yang Berbeda (Borchani et al., 2010)

Varietas
Berat Kering Protein Lemak Total Gula Abu Total Serat
Kurma
Alligh 82,94 ± 0,7 1,22 ± 0,03 0,56 ± 0,19 84,59 ± 0,18 2,18 ± 0,22 11,45 ± 0,62
Deglet Nour 86,42 ± 0,75 1,71 ± 0,08 0,4 ± 0,11 88,02 ± 0,6 1,78 ± 0,1 8,09 ± 0,89
Bajo 86,88 ± 0,59 1,28 ± 0,08 0,11 ± 0,04 79,93 ± 0,31 1,73 ± 0,04 16,95 ± 0,47
Boufeggous 88,7 ± 0,68 1,51 ± 0,16 0,14 ± 0 86,72 ± 0,95 1,58 ± 0,05 10,05 ± 1,16
Goundi 90,57 ± 0,37 2,85 ± 0,2 0,35 ± 0,21 84,79 ± 0,91 1,85 ± 0,03 10,16 ± 1,35
Ikhouat 87,97 ± 0,4 0,66 ± 0,03 0,07 ± 0 78,86 ± 0,33 2,59 ± 0,52 17,82 ± 0,88
Kenta 88,22 ± 0,79 0,9 ± 0,02 0,06 ± 0,01 85,11 ± 0,46 1,75 ± 0,02 12,18 ± 0,51
Kentichi 87,29 ± 0,18 0,46 ± 0,01 0,11 ± 0,04 77,44 ± 0,26 1,74 ± 0,05 20,25 ± 0,36
Lagou 73,1 ± 0,6 1,83 ± 0,05 0,25 ± 0 77,31 ± 0,15 2,08 ± 0,02 18,53 ± 0,22
Touzerzailet 70,66 ± 0,38 1,49 ± 0,05 0,57 ± 0,04 78,58 ± 0,77 2,11 ± 0,19 17,25 ± 1,05
Tranja 87,85 ± 0,55 2,42 ±0,85 0,14 ± 0,07 83,95 ± 0,35 2,23 ± 0,09 11,26 ± 1,36

Tabel 2.2 Kandungan Vitamin Kurma (Al – Shahib dan Marshall, 2003)
Vitamin Kandungan (mg/100 gr kurma kering)
Vitamin C 2,4 – 17,5
Asam Folat 0,004 – 0,007
Asam Nikotinat 0,002
Niasin 0,0004 – 0,0007
Vitamin B2 0,13 – 0,17
Vitamin B1 0,08 – 0,13
Vitamin A 0,001
10

Tabel 2.3 Kandungan Mineral Kurma (Al – Shahib dan Marshall, 2003)
Mineral Kandungan (mg/100 gr kurma kering)
Boron 3,3 – 5,6
Kalsium 9,5 – 20,7
Kobalt 0,8 – 1
Tembaga 0,1 – 2,9
Florin 0,1 – 0,2
Besi 0,3 – 10,4
Magnesium 47 – 82
Mangan 0,3 – 5,9
Potasium 107,4 – 916
Fosfor 13 – 63
Selenium 0,1 – 0,3
Sodium 1 – 287
Seng 0,1 – 1,8

Tabel 2.4 Kandungan Asam Amino Kurma (Al – Shahib dan Marshall,
2003)
Asam Amino Kandungan (mg/100 gr kurma kering)
Alanin 8 – 342
Arginin 2 – 261
Aspartam 230 – 450
Asam Aspartat 2 – 467
α-amino asam butirat 266 – 337
Sistein 11 – 114
Sitin 0,73 – 122
Glutamin 65 – 87
Asam Glutamat 40 – 631
Glisin 4 – 349
Histidin 0,1 – 76
Isoleusin 0,2 – 465
Leusin 0,5 – 264
Leusin dan Isoleusin 254
Lisin 3 – 282
Metionin 0,2 – 219
Fenilalanin 0,8 – 173
Prolin 12 – 369
Serin 6 – 238
Treonin 1 – 264
Triptofan 100
Tirosin 1 – 181
Valin 0,5 – 271

Kurma merupakan salah satu tanaman yang disebutkan dalam kitab

suci Al Qur’an dengan total penyebutan sebanyak 15 kali, diantaranya

pada surat Al An’am ayat 99 & 141, Kahf ayat 32, Ta – Ha ayat 71,
11

Shuaraa ayat 148, Ar Rahman ayat 11 & 68. Sementara itu, terdapat 4

buah hadist Rasullullah SAW yang menyebutkan kurma memiliki manfaat

dalam bidang kesehatan.

Kurma merupakan sumber energi yang sangat baik karena

memiliki kandungan gula yang tinggi, maka tidak heran jika di daerah

Arab dan Timur Tengah kurma menjadi kebutuhan konsumsi sehari – hari

yang tidak pernah dilewatkan. Kandungan gula yang tinggi pada kurma

mungkin menjadi pantangan bagi para penderita hiperglikemia, tetapi

ternyata, dari hasil sebuah penelitian, kurma memilki khasiat untuk

menurunkan kadar gula pada penderita hiperglikemia karena memiliki

kandungan flavonoid yang poten (Abo-El-Soaud et al., 2004). Dalam

penelitian yang lain, kurma juga diketahui memiliki efek antimikroba

terhadap gram positif maupun gram negatif (Perveen et al., 2012),

aktivitas anti-inflamasi & anti-proliferatif (Elberry et al., 2011), aktivitas

antioksidan (Khanavi et al., 2009), aktivitas hepatoprotektor (Abdu, 2011),

dan memiliki efek antifungi terhadap jamur patogen (Bokhari dan

Kahkashan, 2012).

Kurma juga diketahui memiliki aktivitas imunostimulan, dalam

sebuah hasil penelitian, Karasawa et al. (2011) menyatakan bahwa ekstrak

air buah kurma yang diberikan selama 30 hari kepada mencit dapat

menstimulasi sistem imun seluler mencit tersebut melalui peningkatan

kadar IFN-γ+ CD4+, IFN-γ+ CD49b+, dan IL-12+ CD11b+ dalam limpa

mencit serta berkesimpulan bahwa polifenol dan polisakarida yang

terdapat pada kurma mampu menstimulasi sistem imun seluler tersebut.


12

Ekstrak etanol buah kurma yang diberikan selama 7 hari kepada mencit

juga dapat menstimulasi sistem imun humoral mencit tersebut secara

signifikan dilihat dari hasil perhitungan titer Haemagglutinating Antibody

(HA) dan plaque-forming cell (PFC) yang digunakan sebagai parameter

(Puri et al., 2000).

2.2 Mencit (Mus musculus)

Mencit (Mus musculus) adalah termasuk hewan pengerat (rodensia)

yang memiliki karakteristik cepat berkembang biak dan mudah dipelihara

dalam jumlah banyak. Selain itu, pemeliharaannya ekonomis dan efisien

dalam hal tempat dan biaya. Variasi genetiknya cukup besar serta sifat

anatomis terkarakteristik dengan baik. Hewan ini paling kecil diantara

jenisnya dan memiliki galur mencit yang berwarna putih. Mencit hidup

dalam daerah yang cukup luas penyebarannya mulai dari daerah beriklim

dingin, sedang, maupun panas dan dapat terus-menerus di dalam kandang

atau secara bebas sebagai hewan liar. Malole dan Pramono (1989)

menjelaskan bahwa mencit dapat dijadikan sebagai salah satu hewan

laboratorium atau hewan percobaan. Mencit laboratorium mempunyai

berat badan kira-kira sama dengan mencit liar yang banyak ditemukan di

dalam gedung dan rumah yang dihuni oleh manusia, dengan berat badan

bervariasi 18-20 gram pada umur empat minggu (Smith dan

Mangkoewidjojo, 1988).
13

2.3 Sistem Imun

2.3.1 Imunitas

Secara historis, kata immunity berasal dari kata latin immunitas

yang artinya perlindungan dari tuntutan hukum yang diberikan kepada

senator romawi selama masa jabatan mereka. Immunity / kekebalan berarti

perlindungan dari penyakit, khususnya penyakit menular. Sel – sel dan

molekul – molekul yang bertanggung jawab terhadap imunitas ini disebut

dengan sistem imun, sementara bagaimana sel dan molekul tersebut

bekerja sama secara kolektif dalam merespon masuknya zat – zat asing

disebut dengan respon imun. Imunologi adalah ilmu yang mempelajari

respon imun dalam arti luas serta peristiwa seluler dan molekuler yang

terjadi setelah masuknya mikroba dan zat asing lainnya yang menimbulkan

respon imun tersebut.

Sistem imun dapat dibagi menjadi sistem imun

innate/natural/nonspesifik dan sistem imun adaptive/dapatan/spesifik yang

keduanya masing – masing memiliki respon imun yang khas (Abbas et al.,

2012). Berikut ini adalah perbedaan dari sistem imun nonspesifik dan

sistem imun spesifik serta gambarannya secara umum :


14

Tabel 2.5 Perbedaan secara umum sistem imun non-spesifik & sistem

imun spesifik (Abbas et al., 2012)

Innate (non-spesifik) Adaptive (spesifik)


Molekul yang terkait dengan Mikrobial dan non-
Spesifitas mikroba tertentu dan molekul yang mikrobial antigen
dihasilkan dari sel inang yang rusak
Reseptor sangat bervariasi
Diversitas & jumlahnya banyak,
Jumlah reseptor terbatas
(keragaman) terbentuk dari rekombinasi
genetik dari gen reseptor
Ada, respon lebih cepat /
lebih besar pada infeksi
serupa berikutnya
Memori Tidak ada
sehingga perlindungan
lebih baik pada infeksi
berulang
Nonreaktif
Ya Ya
terhadap self
- Limfosit pada epitel
Barrier seluler - Kulit, epitel mukosa - Antibodi yang
dan kimia - Molekul antimikrobial disekresikan pada
permukaan epitel
Protein darah Komplemen dan yang lainnya Antibodi
Fagosit (makrofag, neutrofil), sel
Sel Limfosit
NK

2.3.2 Antigen dan Antibodi

Antigen adalah zat apapun yang secara spesifik berikatan dengan

molekul antibodi atau reseptor sel T. Walaupun semua antigen dapat

dikenali oleh limfosit yang spesifik atau antibodi, tetapi hanya beberapa

antigen saja yang mampu mengaktifasi limfosit. Molekul antigen yang


15

mampu menstimulasi respon imun ini disebut dengan immunogen (Abbas

et al., 2012).

Antibodi adalah protein tersirkulasi yang diproduksi oleh sel B di

sumsum tulang belakang sebagai respon terhadap rangsangan imunogen

(Abbas et al., 2012 ; Baratawidjaja dan Iris Renggaris, 2009). Antibodi

mampu mengenali antigen yang berasal hampir dari setiap molekul

biologis, termasuk metabolit sekunder sederhana, gula, lipid, autacoid, dan

hormon, serta makromolekul seperti karbohidrat, fosfolipid, asam nukleat,

dan protein. Hal ini berbanding terbalik dengan sel T yang lebih utama

mengenali peptida (Abbas et al., 2012).

Baratawidjaja dan Iris Renggaris (2009) menjelaskan bahwa ketika

darah dibiarkan membeku maka akan meninggalkan serum yang

mengandung berbagai bahan larut tanpa sel. Bahan tersebut mengandung

molekul antibodi yang disebut globulin yang sekarang dikenal sebagai

immunoglobulin. Dua ciri yang penting dari imunoglobulin (Ig) adalah

spesifitas dan aktivitas biologiknya, sedangkan fungsi utamanya adalah

untuk mengikat antigen dan menghantarkannya ke sistem efektor

pemusnahan. Ig dibentuk oleh sel plasma yang berasal dari proliferasi sel

B yang terjadi setelah kontak dengan antigen. Antibodi yang terbentuk

secara spesifik akan mengikat antigen baru lainnya yang sejenis. Ada 5

jenis imunoglobulin, yaitu IgM, IgG, IgE, IgA, dan IgD. Berikut ini adalah

kelas dan sifat dari kelima jenis imunoglobulin tersebut :


16

Tabel 2.6 Kelas dan sifat imunoglobulin (Abbas et al., 2012 ; Baratawidjaja

dan Iris Renggaris, 2009)

Sifat utama Fungsi Ikatan sel


 Opsonisasi
Paling banyak ditemukan  antibody-dependent
dalam cairan tubuh cell-mediated Mononuklear,
terutama ekstravaskular cytotoxicity Limfosit,
IgG
untuk memerangi (ADCC) Neutrofil,
mikroorganisme dan  Aktivasi Trombosit
toksinnya komplemen
 Imunitas neonatal
Ig utama dalam sekresi
Limfosit,
IgA serumukosa untuk menjaga Imunitas mukosal
Neutrofil
permukaan luar tubuh
Merupakan aglutinator
yang sangat efektif,
 Aktivasi komplemen
diproduksi dini pada Limfosit,
IgM  Naive B cell antigen
respon imun, menjadi Reseptor sel B
receptor
pertahanan terdepan
terhadap bakterimia
Umumnya ditemukan pada
IgD - Reseptor sel B
permukaan limfosit

Pengerahan agen anti  Menimbulkan alergi,


syok anafilaksis Sel mast,
mikrobial, meningkat pada
IgE  Pertahanan terhadap Basofil,
infeksi parasit, berperan
parasit Limfosit
pada gejala alergi

2.3.3 Leukosit

Leukosit adalah sel darah yang mengandung inti dan disebut juga

sel darah putih. Didalam darah manusia normal didapati jumlah leukosit
17

rata-rata 4.500 – 11.000 setiap mikroliter darah. Dilihat dengan mikroskop

cahaya, sel darah putih mempunyai granula spesifik (granulosit) yang

dalam keadaan hidup berupa tetesan setengah cair, mempunyai bentuk inti

yang bervariasi, dan sitoplasmanya homogen (Abbas et al., 2012 ; Effendi,

2003).

Leukosit terbagi atas dua kelompok, yaitu leukosit granulosit

polimorfonukleus (sel yang mengandung granula dan mempunyai banyak

bentuk nukleus) dan agranulosit mononukleus (sel tanpa granula dan satu

nukleus). Jenis leukosit granulosit yaitu neutrofil, basofil dan eosinofil,

sedangkan jenis leukosit agranulosit yaitu limfosit dan monosit

(Sherwood, 2001). Masing – masing jenis leukosit tersebut memiliki

fungsi yang beragam terkait dengan imunitas non-spesifik maupun

imunitas spesifik sehingga membuat leukosit memiliki peranan yang

sangat penting bagi pertahanan tubuh terhadap antigen dan infeksi.

Jumlah leukosit yang terlalu tinggi dalam darah disebut dengan

leukocytosis, sedangkan jika jumlahnya terlalu rendah disebut dengan

leukopenia. Leukositosis selain dapat disebabkan karena terjadinya infeksi

oleh bakteri atau virus dalam tubuh, tetapi juga dapat terjadi karena reaksi

peradangan atau inflamasi seperti pada rheumatoid arthritis. Dalam suatu

kasus, peningkatan leukosit yang ekstrim dapat menjadi indikasi penyakit

leukemia. Leukopenia dapat terjadi karena beberapa hal seperti defisiensi

imun, kerusakan hati, atau kerusakan limpa (Vieira, 2011).


18

2.3.4 Monosit

Monosit secara klasik didefinisikan sebagai sel sirkulasi darah yang

membentuk sekitar 10% dari leukosit perifer pada manusia dan sekitar 4%

dari leukosit pada tikus. Monosit darah mulai berkembang di sumsum

tulang, kemudian dilepaskan ke sirkulasi perifer sebagai sel utuh. Waktu

paruh monosit di sirkulasi perifer diperkirakan sekitar tiga hari pada

manusia dan satu hari pada tikus (Yona dan Jung, 2009). Abbas et al.

(2012) menyatakan bahwa jumlah monosit dalam darah orang dewasa

adalah 0 – 800 per µL darah, dan monosit yang berada dalam sirkulasi

merupakan sel yang belum lengkap berdiferensiasi, monosit ini akan

masuk ke dalam jaringan (biasanya karena terjadi pajanan antigen),

kemudian akan mengalami pematangan dan menjadi makrofag sehingga

monosit sering disebut sebagai prekursor makrofag.

Jumlah monosit yang lebih tinggi dari normal disebut dengan

monocytosis. Monositosis dapat terjadi karena berbagai kondisi seperti

inflamasi, stres, atau penyakit autoimun. Jumlah monosit yang rendah

disebut monocytopenia. Monositopenia merupakan suatu bentuk dari

leukopenia (Vieira, 2011).

2.3.5 Limfosit

Sebanyak 20% dari total leukosit dalam sirkulasi darah orang

dewasa adalah limfosit yang terdiri atas sel T dan sel B yang mampu

mengenal antigen serta membedakannya dari sel jaringan sendiri sehingga

limfosit menjadi kunci pengontrol sistem imun (Baratawidjaja dan Iris


19

Renggaris, 2009). Abbas et al. (2012) menyatakan bahwa jumlah total

limfosit pada orang dewasa yang sehat adalah sekitar 5 × 10 11 (2% ada

dalam darah, 10% di sumsum tulang, 15% dalam jaringan limfoid mukosa

saluran pencernaan dan pernafasan, dan 65% di organ limfoid terutama

kelenjar getah bening dan limpa). Sel limfosit merupakan sel yang

berperan utama dalam sistem imun spesifik, sel T pada imunitas seluler,

dan sel B pada imunitas humoral.

Tingginya jumlah limfosit dari nilai normal biasanya dapat menjadi

indikasi seseorang terkena infeksi antigen yang patogen, sedangkan jumlah

limfosit yang lebih rendah dari nilai normal (lymphocytopenia) dapat

disebabkan karena beberapa hal seperti stres, malnutrisi, atau invasi virus

seperti HIV, lymphocytopenia dapat menyebabkan kemampuan tubuh

untuk mengenali dan menyerang antigen patogen menjadi menurun

(Vieira, 2011).

2.3.6 lmunisasi

Imunisasi adalah prosedur untuk meningkatkan derajat imunitas,

memberikan imunitas protektif dengan menginduksi respon memori

terhadap patogen/toksin tertentu dengan menggunakan preparat antigen

nonvirulen/nontoksik. Terdapat dua jenis imunisasi, yaitu imunisasi

alamiah dan imunisasi buatan. Imunisasi alamiah merupakan imunisasi

yang diperoleh manusia sejak lahir berupa antibodi yang didapatkan dari

plasenta dan kolostrum ibu, disebut dengan imunisasi alamiah pasif,

sedangkan imunisasi alamiah aktif berasal dari luar tubuh yang berupa
20

infeksi kuman yang dapat merangsang respon imun dan sel memori.

Imuniasi buatan terdiri dari imunisasi buatan aktif dan imunisasi buatan

pasif. Imunisasi buatan aktif berarti mendapatkan kekebalan dengan cara

diberikan vaksin hidup / dilemahkan / dimatikan, sedangkan imunisasi

buatan pasif terjadi bila seseorang menerima antibodi / produk sel dari

orang lain yang telah mendapatkan imunisasi aktif (Baratawidjaja dan Iris

Renggaris, 2009).

Imunisasi bertujuan untuk memberikan imunitas yang efektif

dengan menciptakan ambang mekanisme efektor imun yang sesuai dan

adekuat, beserta populasi sel memori yang dapat berkembang cepat pada

kontak baru dengan antigen dan memberikan proteksi terhadap infeksi

(Baratawidjaja dan Iris Renggaris, 2009).

2.3.7 Metode Hemaglutinasi Untuk Deteksi Antibodi pada Serum

Haemagglutination Antibody (HA) merupakan suatu metode yang

digunakan untuk menemukan antibodi atas dasar aglutinasi sel darah

merah (Baratawidjaja dan Iris Renggaris, 2009). Sebagai antigen dalam

metode HA pada mencit dapat digunakan sel darah merah domba (SDMD)

karena mudah diperoleh dan dapat diukur, bersifat cukup stabil, lisis dari

SDMD dapat dilihat, dan dapat dibuat dengan mudah (Achyat et al.,

2007).

Achyat et al. (2007) menjelaskan bahwa reaksi aglutinasi

dikatakan positif bila endapan sel darah merah tersebar merata menutupi

seluruh atau sebagian besar dinding dasar tabung. Aglutinasi terjadi karena
21

adanya suatu reaksi antibodi dalam serum dengan sel darah merah yang

dijadikan sebagai antigen. Reaksi antigen – antibodi ini terjadi dengan

permukaan yang luas hingga dalam uji hemaglutinasi terlihat hingga

menutupi seluruh atau sebagian dasar tabung. Reaksi aglutinasi negatif

dapat diketahui dengan terlihatnya sel darah merah yang berkumpul di

dasar tabung dan berbentuk seperti kancing. Hal ini dapat terjadi karena

tidak adanya antibodi dalam serum sehingga tidak terjadi ikatan antara

antibodi dan antigen yang membuat sel darah merah hanya mengendap

(karena pengaruh gaya berat) dan berkumpul di tengah – tengah dasar

tabung.
BAB III

KERANGKA KONSEP

Sistem Imun

Non-spesifik Kurma Spesifik


Tahnik
↑ (monosit →
makrofag)
↑ Antibodi ↑ Limfosit

↑ Efektivitas opsonisasi, ↑ Efektifitas


aktivasi komplemen, pengenalan dan
mekanisme Antibody- penyerangan antigen
Dependent Cell-mediated
Cytotoxicity (ADCC)

Antigen (virus
/ bakteri)

Membunuh antigen berupa Antigen berupa virus /


virus / bakteri yang terdapat bakteri dapat dikenali,
dalam cairan tubuh pembentukan memori

Antigen berupa virus / bakteri


dieliminasi dari dalam tubuh,
sel memori terbentuk

Tidak terjadi infeksi berlanjut

↑ Derajat imunitas

22
BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Animal House FKIK

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, laboratorium Bioavaibility &

Bioequivalency (PBB) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, laboratorium

Drug Research & Development (PDR) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

dan laboratorium Microbiology & Medicinal Chemistry (MBC) UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta pada bulan Juli sampai September 2012.

4.2 Subjek Penelitian

4.2.1 Populasi

Hewan uji dalam penelitian ini adalah mencit (Mus musculus) galur

DDY jenis kelamin jantan dengan berat rata – rata antara 20 – 25 gram

yang terbagi dalam 3 kelompok, yaitu kelompok kontrol negatif, kelompok

kontrol positif, dan kelompok perlakuan. Masing – masing kelompok

terdiri dari 6 mencit.

4.2.2 Sampel

Kurma yang digunakan adalah kurma ajwa yang diperoleh dari

Thamra PT Duta Karimah yang telah bekerja sama dengan Thamra Al

Tumur Trading Est, Riyadh – Saudi Arabia sebagai distributor produk

kurma internasional. Kurma ajwa dipilih karena merupakan jenis kurma

23
24

dengan kualitas terbaik yang hanya dapat tumbuh di kota madinah, dan

merupakan kurma kesukaan Rasulullah SAW.

Gambar 4.1 Kurma Ajwa yang digunakan dalam penelitian (Dokumentasi Pribadi, 26-06-

2012)

4.3 Alat dan Bahan

4.3.1 Alat

Kandang & tempat pakan mencit, timbangan digital (gram dan

miligram), dispenser & spuit, beaker glass, gelas ukur, ose, cotton bud

modifikasi, gunting bedah, pipet leukosit, microplate 96 wells, eppendorf

tube, eppendorf tube 13 mL, vacutainer tube EDTA, Incubator Bath,

centrifuge, Laminar Air Flow, mikropipet 0,5 – 20 µL, mikropipet 20 –

200 µL, mikropipet 1000 µL, white tip, yellow tip, blue tip, kaca objek,

mikroskop (Olympus), pipet tetes, cawan petri, hemasitometer (Improved

Naubauer).
25

4.3.2 Bahan

Mencit galur DDY jenis kelamin jantan dengan berat rata – rata 20

– 25 gr berjumlah 18 ekor (Institut Pertanian Bogor), pakan mencit,

akuades, kurma ajwa (Thamra), vaksin typhoid (GlaxoSmithKline), bakteri

Salmonella typhi (Mikrobiologi UI), K2HPO4, KH2PO4, NaCl, darah

domba (Mikrobiologi UI), asam asetat glasial, larutan gentian violet,

pewarna giemza, buffer fosfat pH 6,8 – 7,2.

4.4 Alur Penelitian

Periode Infeksi
Salmonella
Periode typhi (Uji
Perlakuan Tantang)

Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari


Ke-0 Ke-2 Ke-8 Ke-15 Ke-22 Ke-23 Ke-27 Ke-30

% Survival rate

 Jumlah total Pemberian


leukosit i.p. SDMD
 Persentase 20% 0,1 mL
monosit Diinfeksi dengan
Titer antibodi
 Persentase Salmonella typhi
limfosit

Gambar 4.2 Alur Penelitian


26

4.5 Prosedur Kerja

4.5.1 Persiapan Hewan Coba

Mencit – mencit diaklimasi di dalam laboratorium Animal House

FKIK UIN Syarif Hidayatullah selama satu minggu pada suhu kamar

antara 25 – 270C dengan ventilasi udara dan cahaya yang cukup. Mencit

dipelihara di dalam kandang plastik bertutup dan dialas dengan sekam.

Masing – masing kandang berisi 6 mencit dan diberi label kelompok 1, 2,

dan 3 pada masing – masing kandang. Di dalam kandang, mencit diberi

makan berupa pellet secara terkontrol dan minum aquadest yang diberikan

secara ad libitum. Setiap hari mencit ditimbang untuk mengontrol berat

badan mencit tetap pada range 20 – 25 gr. Kandang serta tempat makan

dan minum dibersihkan, dan alas sekam diganti sedikitnya dua kali

seminggu (Smith, 1988).

4.5.2 Dosis dan Perlakukan Uji Respon Imun Mencit

Tabel 4.1 Dosis dan Perlakukan Uji Respon Imun Mencit

Waktu
Rute
Kelompok Perlakuan Dosis Pengambilan
Pemberian
Darah
Hanya
Kelompok I
diberi Hari ke-0, 2, 8,
(Kontrol - -
makan dan 15, dan 22
negatif)
minum.

Kelompok II Diberi
2,19 µL 1 kali Hari ke-0, 2, 8,
(Kontrol vaksin i.m.
pada hari ke-1 15, dan 22
positif) Typhoid.

Diberi 225 mg 1x
Hari ke-0, 2, 8,
Kelompok III kurma sehari selama oral
15, dan 22
tahnik. 14 hari
27

4.5.3 Perhitungan Dosis

a) Dosis kurma tahnik

Jumlah sampel kurma tahnik yang diberikan kepada kelompok

perlakuan didasarkan kepada hadits Rasulullah SAW. Berdasarkan hadits

tersebut, dosis kurma untuk tahnik seorang anak yang baru lahir / bayi

adalah sebanyak 1 butir kurma (berat rata – rata untuk 1 butir kurma ajwa

tanpa biji adalah 7 gr). Dosis tahnik untuk bayi berdasarkan hadits

Rasulullah SAW tersebut akan dikonversikan ke dalam dosis mencit

menggunakan rumus Crawford – Terry Rourke (perbandingan luas

permukaan tubuh) sebagai berikut :

Db = x Dm

Keterangan :
Db = dosis bayi (gr)
Dm = dosis mencit (gr)
LPTb = luas permukaan tubuh bayi (m2)
LPTm = luas permukaan tubuh mencit 20 gr (m2)

Untuk mendapatkan luas permukaan tubuh rata – rata bayi baru

lahir terlebih dahulu harus mendapatkan data berat badan (W) dan tinggi

badan bayi (H), selanjutnya nilai W dan H tersebut akan dirubah menjadi

nilai luas permukaan tubuh bayi (LPTb) menggunakan Moesteller

Formula (Furqan dan Haque, 2009).


28

Tabel 4.2 Indeks rata – rata berat badan & tinggi badan balita sesuai

dengan usianya (Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan Republik

Indonesia)

Umur Berat (kg) Tinggi (cm)


Standar 80% Standar Standar 80% Standar
Lahir 3,4 2,7 50,5 40,5
0 – 1 Bulan 4,3 3,4 55 43,5
2 Bulan 5 4 58 46
3 Bulan 5,7 4,5 60 48
4 Bulan 6,3 5 62,5 49,5
5 Bulan 6,9 5,5 64,5 51
6 Bulan 7,4 5,9 66 52,5
7 Bulan 8 6 67,5 54
8 Bulan 8,4 6,3 69 55,5
9 Bulan 8,9 7,1 70,5 56,5
10 Bulan 9,3 7,4 72 57,5
11 Bulan 9,6 7,7 73,5 58,5
12 Bulan 9,9 7,9 74,5 60
15 Bulan 10,6 8,5 78 62,5
18 Bulan 11,3 9 81,5 65
21 Bulan 11,9 9,6 84,5 67,5
24 Bulan 12,4 9,9 87 69,5
27 Bulan 12,9 10,5 89,5 71,5
30 Bulan 13,5 10,8 92 73,5
33 Bulan 14 11,2 94 75
36 Bulan 14,5 11,6 96 77
39 Bulan 15 12 98 78,5
42 Bulan 15,5 12,4 99,5 79,5
45 Bulan 16 12,9 101,5 81,5
48 Bulan 16,5 13,2 103,5 82,5
51 Bulan 17 13,6 105 84
54 Bulan 17,4 14 107 85,5
57 Bulan 17,9 14,4 108 86,5
60 Bulan 18,4 14,7 109 87

Dari tabel indeks rata – rata berat badan & tinggi badan balita

sesuai dengan usia diatas didapatkan nilai berat badan bayi (W) = 3,4 kg

dan tinggi badan bayi (H) = 50,5 cm. Nilai W dan H selanjutnya diproses
29

dengan Moesteller Formula untuk mendapatkan nilai luas permukaan

tubuh bayi (LPTb) sebagai berikut :

LPTb = √

=√

= 0,218 m2

Luas permukaan tubuh bayi baru lahir (LPTb) yang didapatkan adalah

0,218 m2. Luas permukaan tubuh mencit yang memiliki berat 20 gr

(LPTm) adalah 0,007 m2 (Reagan-Shaw et al., 2007).

Db = x Dm

7 = x Dm

7 = 31,14 x Dm
Dm = 0,225 gr

Keterangan :
Db = dosis bayi (gr)
Dm = dosis mencit (gr)
LPTb = luas permukaan tubuh bayi (m2)
LPTm = luas permukaan tubuh mencit 20 gr (m2)

Jadi, banyaknya kurma yang digunakan dalam perlakuan kepada hewan

coba (mencit) adalah sebesar 225 mg /hari.


30

b) Dosis Vaksin Typhoid

Dosis vaksin typhoid adalah 0,5 mL bagi anak umur dua tahun ke

atas dan dewasa. Konversi dosis vaksin dari orang dewasa ke mencit

dilakukan dengan menggunakan rumus Crawford – Terry Rourke

(perbandingan luas permukaan tubuh) dengan terlebih dahulu mengetahui

luas permukaan tubuh orang dewasa (LPTd) dan luas permukaan tubuh

mencit (LPTm).

Luas permukaan tubuh orang dewasa (LPTd) dengan berat rata –

rata 60 kg adalah 1,6 m2 dan luas permukaan tubuh mencit yang memiliki

berat 20 gr (LPTm) adalah 0,007 m2 (Reagan-Shaw et al., 2007). Konversi

dosis adalah sebagai berikut :

Dd = x Dm

0,5 = x Dm

0,5 = 228,57 x Dm
Dm = 0,00219 mL

Keterangan :
Dd = dosis orang dewasa (mL)
Dm = dosis mencit (mL)
LPTd = luas permukaan tubuh orang dewasa (m2)
LPTm = luas permukaan tubuh mencit 20 gr (m2)

Jadi, dosis vaksin typhoid yang diberikan kepada mencit adalah 2,19 µL.
31

4.5.4 Pembuatan dan Pemberian Sampel Kurma Tahnik

Pembuatan sampel kurma tahnik didasarkan pada hadits Rasulullah

SAW. Pertama – tama sebutir kurma tanpa biji dikunyah dalam mulut

sampai halus, kemudian hasil kunyahan dimuntahkan ke dalam beaker

glass dan ditimbang sesuai dosis. Kurma tahnik dioleskan perlahan – lahan

ke langit – langit mulut mencit menggunakan cotton bud hasil modifikasi

yang ujungnya dilapisi plastik tipis yang tidak menyerap cairan.

4.5.5 Pengambilan Darah Mencit

Pengambilan darah mencit dilakukan melalui ekor dengan cara

memotong ujung ekor mencit sepanjang 1 cm. Darah yang keluar segera

dihisap menggunakan mikropipet dan ditampung dalam vacutainer tube

yang telah mengandung EDTA hingga terkumpul sebanyak minimal 0,1

mL. Pengambilan darah selanjutnya dilakukan dengan cara memotong

bekas ekor yang telah terpotong sebelumnya sepanjang 2 – 3 mm untuk

mencegah trauma pada mencit (Hoff, 2000). Darah dalam vacutainer tube

digunakan untuk perhitungan jumlah total leukosit serta persentase

monosit dan limfosit darah.

4.5.6 Perhitungan Jumlah Total Leukosit

Leukosit dihitung menggunakan alat hemositometer dengan

pengenceran 1:20. Larutan pengencer berupa larutan Turk (1 mL asam

asetat glasial, 1 mL larutan gentian violet, add 100 mL akuades) yang

berfungsi sebagai pelisis sel darah merah dan pewarna leukosit. Untuk
32

memperoleh pengenceran 1:20, darah dihisap ke dalam pipet leukosit

sampai batas 0,5 lalu diisi dengan larutan pengencer sampai tanda 11. Dua

sampai tiga tetes pertama larutan dibuang, kemudian satu tetes diteteskan

pada kamar hitung dan dibiarkan menetap selama 3 menit. Sediaan

kemudian diperiksa dengan mikroskop perbesaran 40x. Penghitungan

dilakukan terhadap leukosit yang terdapat dalam persegi 1,2,3,4 atau

kamar hitung hemocytometer. Sel yang menempel di garis pemisah

sebelah kiri dan di garis atas kotak persegi ikut dihitung, sel yang

menempel di kedua sisi kotak lain tidak ikut dihitung (Anandika, 2011 ;

Triana dan Nurhidayat, 2006 ; Kulisic et al., 2006). Jumlah leukosit

dihitung per mm3 dengan rumus sebagai berikut :

Jumlah total leukosit per mm3 =

= 50 N

Keterangan :

N = Jumlah total leukosit dari 4 kamar hitung

4.5.7 Perhitungan Persentase Monosit dan Limfosit Darah

Sampel darah segar diteteskan pada gelas objek dan dibuat preparat

apus. Setelah dibiarkan mengering di udara, preparat apus kemudian

difiksasi dengan metanol selama 5 menit. Preparat kemudian diwarnai

dengan pewarna giemza dengan pengenceran 1:9 selama 30 menit (buffer


33

fosfat pH 6,8 – 7,2). Selanjutnya preparat dicuci dengan aquades dan

dibiarkan mengering. Setelah kering preparat diperiksa dibawah

mikroskop dengan perbesaran 100x dengan dibubuhi minyak emersi pada

permukaan sediaan apus tersebut. Pertama – tama dihitung sampai 100 sel

leukosit, kemudian dari 100 sel leukosit tadi dihitung jumlah monosit dan

limfosit, lalu ditentukan persentase monosit dan limfosit dari total 100

leukosit tersebut dengan rumus sebagai berikut (Handajani dan Ruben,

2009) :

4.5.8 Pengukuran Titer Antibodi

a) Pembuatan Larutan PBS pH 7,2

K2HPO4 ditimbang sebanyak 9,35 gr, KH2PO4 sebanyak 3,45 gr,

dan NaCl sebanyak 4,5 gr. Semua bahan dilarutkan dalam 1000 mL

akuades, kemudian diukur pH larutan hingga mencapai 7,2 (Achyat et al.,

2008).

b) Pembuatan Suspensi Sel Darah Merah Domba (SDMD)

Darah domba disentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 10

menit. Supernatan yang berupa plasma dibuang dengan pipet, kemudian

ditambahkan larutan PBS pH 7,2 sebanyak tiga kali volume SDMD yang

tersisa. Tabung dibolak – balik agar tersuspensi rata, kemudian


34

disentrifugasi kembali dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit, lalu

supernatan dibuang. Pencucian dilakukan sebanyak 3 – 4 kali hingga

diperoleh larutan yang benar – benar jernih pada supernatannya. Pada

pencucian terakhir semua supernatan dibuang. SDMD yang terdapat dalam

tabung merupakan suspensi SDMD 100% (Achyat et al., 2008).

c) Pengumpulan Serum dari Darah Mencit

Darah mencit diambil melalui ekor dengan cara memotong ujung

ekor mencit. Darah yang keluar segera dihisap menggunakan mikropipet

dan ditampung dalam tabung eppendorf kosong hingga terkumpul

sebanyak minimal 0,1 mL. Darah yang terdapat dalam tabung eppendorf

didiamkan pada suhu kamar selama 1 – 2 jam, kemudian disentrifugasi

dengan kecepatan 5000 rpm selama 10 menit, supernatan (serum) lalu

diisolasi menggunakan alat suntik steril (Sasmito et al., 2006). Serum

disimpan pada suhu -200C sampai saat digunakan untuk perhitungan titer

antibodi dengan metode hemaglutinasi.

d) Pengukuran Titer Antibodi dengan Metode Hemaglutinasi

(Achyat et al., 2007 ; Vaghasiya et al., 2010)

1) Melakukan dekomplementasi / inaktivasi serum pada suhu 56 0 C

selama 30 menit untuk mencegah lisis sel darah merah domba

(SDMD) yang dapat mengaburkan reaksi hemaglutinasi.

2) Mikroplate diberi label pada sumur – sumurnya dengan nomor 1

– 12.
35

3) 50 µL PBS ditambahkan ke dalam sumur nomor 2 – 12,

sedangkan sumur nomor satu dibiarkan kosong.

4) 100 µL serum yang telah diinaktivasi ditambahkan ke dalam

sumur nomor satu.

5) 50 µL serum dari sumur nomor satu diambil, lalu ditambahkan ke

dalam sumur nomor dua, kemudian dihomogenkan.

6) 50 µL serum dari sumur nomor dua diambil, lalu ditambahkan ke

ke dalam sumur nomor tiga, kemudian dihomogenkan. Begitu

seterusnya sampai sumur nomor 12 sehingga didapatkan 12 seri

pengenceran dengan kelipatan dua, yaitu 1:1, 1:2, 1:4, 1:8, 1:16,

1:32, 1:64, 1:128, 1: 256, 1:512, 1:1024, dan 1:2048.

7) 1% SDMD sebanyak 50 µL ditambahkan ke dalam semua sumur

nomor 1 – 12, kemudian dihomogenkan, lalu disimpan pada suhu

kamar selama dua jam.

8) Nilai titer antibodi ditentukan dari pengenceran tertinggi yang

masih memperlihatkan terjadinya hemaglutinasi. Angka hasil

pembacaan titer yang berupa deret ukur dikonversikan ke dalam

deret hitung dengan rumus sebagai berikut :

2
log (titer) + 1

4.5.9 Uji Tantang

Pada hari ke-23 penelitian, semua mencit pada masing – masing

kelompok diinfeksi dengan bakteri Salmonella typhi secara intraperitoneal

dengan dosis 105 CFU/mL (Besung, 2011), kemudian dilakukan


36

pengamatan persentase survival rate pada masing – masing kelompok

selama satu minggu setelah infeksi diberikan.

Pembuatan dan pemberian bakteri Salmonella typhi dengan dosis

105 CFU/mL adalah sebagai berikut : stok kultur bakteri Salmonella typhi

yang telah diremajakan sebelumnya diambil dengan menggunakan ose

steril, kemudian disuspensikan ke dalam tabung yang berisi 10 mL larutan

NaCl 0,9% sampai diperoleh suspensi dengan konsentrasi bakteri 109

CFU/mL yang memiliki nilai absorban 0,164. Pengukuran nilai absorban

menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 600 nm, nilai

absorban 0,164 mempunyai kerapatan sel bakteri sekitar 109 CFU/mL

(Harni et al., 2007). Dari suspensi tersebut dipipet sebanyak 1 mL dan

dimasukkan ke dalam labu takar 10 mL, kemudian ditambah NaCl 0,9%

sampai garis tanda, konsentrasi suspensi bakteri menjadi 10 8 CFU/mL.

Sebanyak 1 mL dari suspensi bakteri 108 CFU/mL diambil dengan spuit,

kemudian ditambah NaCl 0,9% sampai garis tanda, konsentrasi suspensi

bakteri menjadi 107 CFU/mL. Begitu seterusnya hingga didapatkan

konsentrasi suspensi bakteri 105 CFU/mL.

Persentase survival rate mencit dinilai berdasarkan lamanya mencit

bertahan hidup dalam masing – masing kelompok (Sawitri, 2008) selama 7

hari.

4.6 Analisa Data

Data jumlah total leukosit, persentase jumlah monosit, dan

persentase limfosit darah mencit dianalisis secara statistik menggunakan


37

perangkat lunak SPSS 20 for Windows dengan metode uji two-way

repeated measure ANOVA untuk mengetahui apakah terdapat kelompok

yang mengalami perubahan rata – rata hasil hitung jumlah total leukosit,

persentase jumlah monosit dan limfosit darah secara signifikan

dibandingkan kelompok lain selama periode perlakuan, kemudian

dilanjutkan dengan metode One – Way ANOVA (diteruskan dengan uji

BNT) terhadap data perubahan rata – rata hasil hitung tersebut pada

periode perlakuan selama satu hari, satu minggu, dan dua minggu untuk

mengetahui kelompok mana yang mengalami perubahan jumlah total

leukosit pada masing – masing periode perlakuan.

Data titer hemaglutinasi antibodi mencit dianalisis dengan metode

uji one – way ANOVA menggunakan perangkat lunak SPSS 20 for

Windows untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan /

jelas antara rata – rata titer semua kelompok data, kemudian dilanjutkan

dengan Post Hoc Test (Tukey test dan Bonferroni test) untuk mengetahui

apakah terdapat perbedaan yang nyata / signifikan antara masing – masing

kelompok data tersebut.

Data hasil pengamatan persentase survival rate dianalisis dengan

metode Kaplan – Meier menggunakan perangkat lunak SPSS 20 for

Windows untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan

antara persentase survival rate dari ketiga kelompok perlakuan.


BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil

5.1.1 Hasil dan Analisa Data Jumlah Total Leukosit Mencit

Tabel 5.1 Hasil Hitung Total Leukosit Mencit (sel/µL)

Kelompok Ulangan Hari Ke-0 Hari Ke-2 Hari Ke-8 Hari Ke-15
1 27100 24675 22275 24550
2 18775 20900 18450 19525
3 16875 15750 14875 14025
I
4 11375 11250 13975 12675
5 9175 10350 12325 10300
6 8800 8100 10475 9800
1 11700 13550 12500 11900
2 6300 10000 9900 7975
3 9400 11100 11675 9950
II
4 11400 12650 11750 10375
5 17375 22150 14825 17025
6 14500 13800 14175 13400
1 12350 10900 8700 12450
2 12750 12100 9200 14350
3 12850 12600 9200 14800
III
4 16500 15900 14450 19000
5 13350 14300 9700 14900
6 17350 19200 18300 22050

Keterangan :
 Kelompok I : kontrol negatif (hanya diberi makan dan minum)
 Kelompok II : kontrol positif (pemberian vaksin typhoid)
 Kelompok III : pemberian kurma tahnik

Tabel 5.2 Rata - Rata Jumlah Total Leukosit Mencit (sel/µL) Selama

Periode Perlakuan (Mean ± SD)

Kelompok Hari Ke-0 Hari Ke-2 Hari Ke-8 Hari Ke-15


15350 ± 15171 ± 15396 ± 15146 ±
I
7056,24 6513,03 4303,15 5779,91
11779 ± 13875 ± 12471 ± 11771 ±
II
3861,3 4308,22 1800,52 3160,67
14192 ± 14166 ± 11592 ± 16258 ±
III
2157,87 3025,01 3912,85 3554,63

38
39

Keterangan :
 Kelompok I : kontrol negatif (hanya diberi makan dan minum)
 Kelompok II : kontrol positif (pemberian vaksin typhoid)
 Kelompok III : pemberian kurma tahnik

18000

16000

14000

12000 Kelompok I (kontrol


negatif)
10000
Kelompok II (kontrol
8000 positif)

6000 Kelompok III (pemberian


kurma tahnik)
4000

2000

0
Hari Ke-0 Hari Ke-2 Hari Ke-8 Hari Ke-15

Gambar 5.1 Grafik Rata- Rata Jumlah Total Leukosit Selama Periode Perlakuan

Tabel 5.3 Hasil Analisa Data Jumlah Total Leukosit Mencit dengan

Metode Uji Two-Way Repeated Measure ANOVA

Sum of Square
Metode Uji df Mean Square f Signifikansi
Tipe III
Asumsi Bulat 64450538,19 6 10741756,37 6,472 0
Greenhouse-
64450538,19 3,717 17340704,84 6,472 0,001
Geisser
Huynh-Feldt 64450538,19 4,786 13465388,62 6,472 0
Lower-bound 64450538,19 2 32225269,1 6,472 0,009

* Hasil Analisa Dapat Dilihat Selengkapnya Pada Lampiran 1

Hasil analisa data jumlah total leukosit mencit dengan two – way

repeated measure ANOVA menunjukkan hasil yang signifikan pada

semua metode tafsirannya (p < 0,05) yang berarti bahwa ada pengaruh
40

yang signifikan antara perlakuan (kelompok) dengan perubahan jumlah

total leukosit yang terjadi selama periode perlakuan, atau secara sederhana

dapat diartikan bahwa terdapat kelompok yang mengalami perubahan

jumlah total leukosit secara signifikan selama periode perlakuan.

Hasil analisa dengan two – way repeated measure ANOVA hanya

menunjukkan secara umum bahwa terdapat kelompok yang mengalami

perubahan jumlah total leukosit secara signifikan dibandingkan kelompok

lain selama periode perlakuan, namun tidak dapat menunjukkan kelompok

mana yang mengalami perubahan tersebut. Analisa dilanjutkan dengan

metode One – Way ANOVA (diteruskan dengan uji BNT) terhadap data

perubahan jumlah total leukosit pada periode perlakuan selama satu hari,

satu minggu, dan dua minggu untuk mengetahui kelompok mana yang

mengalami perubahan jumlah total leukosit pada masing – masing periode

perlakuan tersebut.

Tabel 5.4 Hasil Analisa Data Jumlah Total Leukosit Mencit dengan

Metode Uji One – Way ANOVA yang Dilanjutkan Uji BNT pada Masing

– Masing Periode Perlakuan

Notasi BNT
Periode Signifikansi Kelompok I Kelompok II Kelompok III
Perlakuan ANOVA (Kontrol (Kontrol (Pemberian
Negatif) Positif) Kurma Tahnik)
Satu Hari 0,049 a b a
Satu Minggu 0,072 - - -
Dua Minggu 0,041 a a b

Keterangan :
 Notasi BNT yang Sama Dalam Satu Baris Periode Perlakuan (Contoh : a,a atau b,b
atau c,c) Menunjukkan Tidak Ada Perbedaan Nyata / Signifikan (p > 0,05)
41

 Notasi BNT yang Berbeda Dalam Satu Baris Periode Perlakuan (Contoh : a,b atau
a,c atau b,c) Menunjukkan Perbedaan Nyata / Signifikan (p < 0,05)
 Kelompok I Dijadikan Sebagai Pembanding Karena Tidak Mengalami Perubahan
(Mean Relatif Konstan Selama Periode Perlakuan)
 Hasil Analisa Dapat Dilihat Selengkapnya Pada Lampiran 2

Hasil analisa data pada tabel 5.4 menunjukkan bahwa pada periode

perlakuan selama satu hari dan dua minggu terdapat kelompok yang

mengalami perubahan jumlah total leukosit secara signifikan dibandingkan

kelompok lain pada periode yang sama (signifikansi ANOVA < 0,05).

Tidak terdapat kelompok yang mengalami perubahan jumlah total leukosit

secara signifikan pada periode perlakuan selama satu minggu (p > 0,05)

sehingga uji BNT tidak dilanjutkan pada periode ini. Pada periode

perlakuan selama satu hari, perubahan jumlah total leukosit kelompok II

(kontrol positif) berbeda signifikan dengan perubahan jumlah total leukosit

kelompok I (kontrol negatif) dan kelompok III (pemberian kurma tahnik)

(p < 0,05). Perubahan jumlah total leukosit pada kelompok II ini adalah

berupa peningkatan jumlah total leukosit dengan mean difference sebesar

2275 dan 2121 masing - masing terhadap kelompok I dan kelompok III.

Jumlah total leukosit kelompok III mengalami perubahan yang

berbeda signifikan dengan perubahan jumlah total leukosit kelompok I dan

kelompok II setelah dua minggu periode perlakuan (p < 0,05). Perubahan

jumlah total leukosit yang terjadi pada kelompok III ini adalah berupa

peningkatan jumlah total leukosit dengan mean difference sebesar 2271

dan 2075 masing - masing terhadap kelompok I dan kelompok II.

Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa kelompok II (kontrol

positif) mengalami peningkatan jumlah total leukosit yang berbeda


42

signifikan dibandingkan kelompok I dan kelompok III setelah satu hari

perlakuan, sedangkan kelompok III (pemberian kurma tahnik) mengalami

peningkatan jumlah total leukosit yang berbeda signifikan dibandingkan

kelompok I dan kelompok II setelah dua minggu perlakuan.

5.1.2 Hasil dan Analisa Data Persentase Monosit Mencit

Tabel 5.5 Hasil Hitung Persentase Monosit Mencit (%)

Kelompok Ulangan Hari Ke-0 Hari Ke-2 Hari Ke-8 Hari Ke-15
1 2 2 2 3
2 0,5 0,5 0,5 0
3 1,5 1,5 1,5 1
I
4 1,5 1,5 1 1
5 1,5 1,5 1 1
6 1,5 1 1 1
1 7 2,5 3 2
2 7 2 2 1,5
3 4 1 1 0,5
II
4 10 4 4 2
5 4 1 0,5 0,5
6 5 1,5 2 0,5
1 12 3,5 5 3
2 5 2 3 2
3 3 2 2 1
III
4 5 2 3 1,5
5 4 3 3 2,5
6 6 2 2 1,5

Keterangan :
 Kelompok I : kontrol negatif (hanya diberi makan dan minum)
 Kelompok II : kontrol positif (pemberian vaksin typhoid)
 Kelompok III : pemberian kurma tahnik

Tabel 5.6 Rata - Rata Persentase Monosit Mencit Selama Periode

Perlakuan (Mean ± SD)

Kelompok Hari Ke-0 Hari Ke-2 Hari Ke-8 Hari Ke-15


I 1,42 ± 0,492 1,33 ± 0,516 1,17 ± 0,516 1,17 ± 0,983
II 6,17 ± 2,317 2 ± 1,14 2,08 ± 1,281 1,17 ± 0,753
III 5,17 ± 3,545 2,42 ± 0,665 3 ± 1,095 1,92 ± 0,736
43

Keterangan :
 Kelompok I : kontrol negatif (hanya diberi makan dan minum)
 Kelompok II : kontrol positif (pemberian vaksin typhoid)
 Kelompok III : pemberian kurma tahnik

6
Kelompok I (kontrol
5 negatif)

4
Kelompok II (kontrol
3 positif)

2 Kelompok III
(pemberian kurma
1 tahnik)
0
Hari Ke-0 Hari Ke-2 Hari Ke-8 Hari Ke-15

Gambar 5.2 Grafik Rata- Rata Persentase Monosit Selama Periode Perlakuan

Tabel 5.7 Hasil Analisa Data Persentase Monosit Mencit dengan Metode

Uji Two-Way Repeated Measure ANOVA

Sum of Square
Metode Uji df Mean Square f Signifikansi
Tipe III
Asumsi Bulat 43,021 6 7,17 7,709 0
Greenhouse-
43,021 2,316 18,576 7,709 0,003
Geisser
Huynh-Feldt 43,021 2,723 15,801 7,709 0,002
Lower-bound 43,021 2 21,51 7,709 0,005

* Hasil Analisa Dapat Dilihat Selengkapnya Pada Lampiran 3

Hasil analisa data persentase monosit mencit dengan two – way

repeated measure ANOVA menunjukkan hasil yang signifikan pada

semua metode tafsirannya (p < 0,05) yang berarti bahwa ada pengaruh

yang signifikan antara perlakuan (kelompok) dengan perubahan persentase


44

monosit yang terjadi selama periode perlakuan, atau dapat ditafsirkan

bahwa terdapat kelompok yang mengalami perubahan persentase monosit

secara signifikan selama periode perlakuan.

Analisa dilanjutkan dengan metode One – Way ANOVA

(diteruskan dengan uji BNT) terhadap data perubahan persentase monosit

pada periode perlakuan selama satu hari, satu minggu, dan dua minggu

untuk mengetahui kelompok mana yang mengalami perubahan persentase

monosit pada masing – masing periode perlakuan tersebut.

Tabel 5.8 Hasil Analisa Data Persentase Monosit Mencit dengan Metode

Uji One – Way ANOVA yang Dilanjutkan Uji BNT pada Masing –

Masing Periode Perlakuan

Notasi BNT
Periode Signifikansi Kelompok I Kelompok II Kelompok III
Perlakuan ANOVA (Kontrol (Kontrol (Pemberian
Negatif) Positif) Kurma Tahnik)
Satu Hari 0 a b b
Satu Minggu 0,003 a b ab
Dua Minggu 0,003 a b b

Keterangan :
 Notasi BNT yang Sama Dalam Satu Baris Periode Perlakuan (Contoh : a,a atau b,b
atau c,c) Menunjukkan Tidak Ada Perbedaan Nyata / Signifikan (p > 0,05)
 Notasi BNT yang Berbeda Dalam Satu Baris Periode Perlakuan (Contoh : a,b atau
a,c atau b,c) Menunjukkan Perbedaan Nyata / Signifikan (p < 0,05)
 Kelompok I Dijadikan Sebagai Pembanding Karena Tidak Mengalami Perubahan
(Mean Relatif Konstan Selama Periode Perlakuan)
 Hasil Analisa Dapat Dilihat Selengkapnya Pada Lampiran 4

Hasil analisa data pada tabel 5.8 menunjukkan bahwa pada semua

periode perlakuan (satu hari, satu minggu, dan dua minggu) terdapat
45

kelompok yang mengalami perubahan persentase monosit secara

signifikan dibandingkan kelompok lain pada periode yang sama

(ANOVA’S p value < 0,05).

Pada periode perlakuan selama satu hari, perubahan persentase

monosit kelompok II (kontrol positif) dan kelompok III (pemberian kurma

tahnik) masing – masing berbeda signifikan dibandingkan dengan

perubahan persentase monosit kelompok I (kontrol negatif). Perubahan

persentase monosit yang terjadi pada kelompok II dan kelompok III ini

adalah berupa penurunan persentase monosit dengan masing – masing

mean difference sebesar -4,08 dan -2,67 terhadap kelompok I.

Pada periode perlakuan selama satu minggu, kelompok II

mengalami perubahan persentase monosit yang berbeda signifikan

dibandingkan dengan perubahan persentase monosit kelompok I (p <

0,05). Perubahan persentase monosit pada kelompok II ini adalah berupa

penurunan persentase monosit dengan mean difference sebesar -3,83

terhadap kelompok I. Kelompok III tidak mengalami perubahan persentase

monosit yang berbeda signifikan dibandingkan dengan perubahan

persentase monosit kelompok I dan kelompok II pada periode perlakuan

selama satu minggu (p > 0,05).

Perubahan persentase monosit kelompok II dan kelompok III

masing – masing berbeda signifikan dibandingkan dengan perubahan

persentase monosit kelompok I pada periode perlakuan selama dua

minggu. Perubahan persentase monosit yang terjadi pada kelompok II dan

kelompok III ini adalah berupa penurunan persentase monosit dengan


46

masing – masing mean difference sebesar -4,75 dan -3,00 terhadap

kelompok I.

Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa kelompok II (kontrol

positif) mengalami penurunan persentase monosit yang berbeda signifikan

dibandingkan kelompok I setelah satu hari perlakuan, satu minggu

perlakuan, dan dua minggu perlakuan, sedangkan kelompok III

(pemberian kurma tahnik) mengalami penurunan persentase monosit yang

berbeda signifikan dibandingkan kelompok I setelah satu hari dan dua

minggu perlakuan. Kelompok III tidak mengalami perubahan persentase

monosit yang berbeda signifikan dibandingkan kelompok I dan kelompok

II pada periode perlakuan selama satu minggu.

5.1.3 Hasil dan Analisa Data Persentase Limfosit Mencit

Tabel 5.9 Hasil Hitung Persentase Limfosit Mencit (%)

Kelompok Ulangan Hari Ke-0 Hari Ke-2 Hari Ke-8 Hari Ke-15
1 85 86 90 88
2 81,5 82 80 80
3 88 90 91 89
I
4 83 83 81,5 83
5 85 83,5 84 86
6 86 86,5 90 88
1 66,5 81,5 81 86,5
2 81 87,5 88 88,5
3 73,5 87 87 88,5
II
4 72,5 87 86,5 88
5 85,5 88 88,5 89
6 69,5 84,5 83 88
1 57,5 78,5 84 86,5
2 53,5 74 80 81,5
3 62,5 80,5 85 87,5
III
4 76 91,5 88,5 92
5 65,5 87 87 90,5
6 65,5 82 85,5 90,5

Keterangan :
 Kelompok I : kontrol negatif (hanya diberi makan dan minum)
47

 Kelompok II : kontrol positif (pemberian vaksin typhoid)


 Kelompok III : pemberian kurma tahnik

Tabel 5.10 Rata - Rata Persentase Limfosit Mencit Selama Periode

Perlakuan (Mean ± SD)

Kelompok Hari Ke-0 Hari Ke-2 Hari Ke-8 Hari Ke-15


I 84,8 ± 2,275 85,2 ± 2,944 86,1 ± 4,842 85,7 ± 3,502
II 74,8 ± 7,168 85,9 ± 2,478 85,7 ± 2,994 88,1 ± 0,861
III 63,4 ± 7,762 82,3 ± 6,219 85 ± 2,916 88,1 ± 3,826

Keterangan :
 Kelompok I : kontrol negatif (hanya diberi makan dan minum)
 Kelompok II : kontrol positif (pemberian vaksin typhoid)
 Kelompok III : pemberian kurma tahnik

100

80 Kelompok I (kontrol
negatif)
60
Kelompok II (kontrol
40 positif)
20 Kelompok III (pemberian
kurma tahnik)
0
Hari Ke-0 Hari Ke-2 Hari Ke-8 Hari Ke-15

Gambar 5.3 Grafik Rata- Rata Persentase Limfosit Selama Periode Perlakuan

Tabel 5.11 Hasil Analisa Data Persentase Limfosit Mencit dengan Metode

Uji Two-Way Repeated Measure ANOVA

Sum of Square Mean


Metode Uji df f Signifikansi
Tipe III Square
Asumsi Bulat 1027,493 6 171,249 30,022 0
Greenhouse-
1027,493 3,183 322,801 30,022 0
Geisser
Huynh-Feldt 1027,493 3,975 258,507 30,022 0
Lower-bound 1027,493 2 513,747 30,022 0

* Hasil Analisa Dapat Dilihat Selengkapnya Pada Lampiran 5


48

Hasil analisa data persentase limfosit mencit dengan two – way

repeated measure ANOVA menunjukkan hasil yang signifikan pada

semua metode tafsirannya (p < 0,05) yang berarti bahwa ada pengaruh

yang signifikan antara perlakuan (kelompok) dengan perubahan persentase

limfosit yang terjadi selama periode perlakuan, atau dapat ditafsirkan

bahwa terdapat kelompok yang mengalami perubahan persentase limfosit

secara signifikan selama periode perlakuan.

Analisa dilanjutkan dengan metode One – Way ANOVA

(diteruskan dengan uji BNT) terhadap data perubahan persentase limfosit

pada periode perlakuan selama satu hari, satu minggu, dan dua minggu

untuk mengetahui kelompok mana yang mengalami perubahan persentase

limfosit pada masing – masing periode perlakuan tersebut.

Tabel 5.12 Hasil Analisa Data Persentase Limfosit Mencit dengan Metode
Uji One – Way ANOVA yang Dilanjutkan Uji BNT pada Masing –
Masing Periode Perlakuan

Notasi BNT
Periode Signifikansi Kelompok I Kelompok II Kelompok III
Perlakuan ANOVA (Kontrol (Kontrol (Pemberian
Negatif) Positif) Kurma Tahnik)
Satu Hari 0 a b c
Satu Minggu 0 a b c
Dua Minggu 0 a b c

Keterangan :
 Notasi BNT yang Sama Dalam Satu Baris Periode Perlakuan (Contoh : a,a atau b,b
atau c,c) Menunjukkan Tidak Ada Perbedaan Nyata / Signifikan (p > 0,05)
 Notasi BNT yang Berbeda Dalam Satu Baris Periode Perlakuan (Contoh : a,b atau
a,c atau b,c) Menunjukkan Perbedaan Nyata / Signifikan (p < 0,05)
 Kelompok I Dijadikan Sebagai Pembanding Karena Tidak Mengalami Perubahan
(Mean Relatif Konstan Selama Periode Perlakuan)
49

 Hasil Analisa Dapat Dilihat Selengkapnya Pada Lampiran 6

Hasil analisa data pada tabel 5.12 menunjukkan bahwa pada semua

periode perlakuan (satu hari, satu minggu, dan dua minggu) terdapat

kelompok yang mengalami perubahan persentase limfosit secara signifikan

dibandingkan kelompok lain pada periode yang sama (ANOVA’S p value <

0,05).

Pada periode perlakuan selama satu hari, perubahan persentase

limfosit kelompok II (kontrol positif) berbeda signifikan dibandingkan

dengan perubahan persentase monosit kelompok I (kontrol negatif).

Perubahan persentase monosit yang terjadi pada kelompok II ini adalah

berupa peningkatan persentase limfosit dengan mean difference sebesar

10,75 terhadap kelompok I. Perubahan persentase limfosit kelompok III

(pemberian kurma tahnik) berbeda signifikan dibandingkan dengan

perubahan persentase monosit kelompok I dan kelompok II. Perubahan

persentase monosit yang terjadi pada kelompok III ini adalah berupa

peningkatan persentase limfosit dengan mean difference masing – masing

sebesar 18,42 dan 7,67 terhadap kelompok I dan kelompok II.

Pada periode perlakuan selama satu minggu, perubahan persentase

limfosit kelompok II berbeda signifikan dibandingkan dengan perubahan

persentase monosit kelompok I. Perubahan persentase monosit yang terjadi

pada kelompok II ini adalah berupa peningkatan persentase limfosit

dengan mean difference sebesar 9,58 terhadap kelompok I. Perubahan

persentase limfosit kelompok III berbeda signifikan dibandingkan dengan


50

perubahan persentase monosit kelompok I dan kelompok II. Perubahan

persentase monosit yang terjadi pada kelompok III ini adalah berupa

peningkatan persentase limfosit dengan mean difference masing – masing

sebesar 20,25 dan 10,67 terhadap kelompok I dan kelompok II.

Setelah dua minggu periode perlakuan, persentase limfosit

kelompok II mengalami perubahan yang berbeda signifikan dibandingkan

dengan perubahan persentase monosit kelompok I. Perubahan persentase

monosit yang terjadi pada kelompok II ini adalah berupa peningkatan

persentase limfosit dengan mean difference sebesar 12,42 terhadap

kelompok I. Perubahan persentase limfosit kelompok III berbeda

signifikan dibandingkan dengan perubahan persentase monosit kelompok I

dan kelompok II. Perubahan persentase monosit yang terjadi pada

kelompok III ini adalah berupa peningkatan persentase limfosit dengan

mean difference masing – masing sebesar 23,75 dan 11,33 terhadap

kelompok I dan kelompok II.

Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa kelompok II (kontrol

positif) mengalami peningkatan persentase limfosit yang berbeda

signifikan dibandingkan kelompok I setelah satu hari perlakuan, satu

minggu perlakuan, dan dua minggu perlakuan, sedangkan kelompok III

(pemberian kurma tahnik) mengalami peningkatan persentase limfosit

yang berbeda signifikan dibandingkan kelompok I dan kelompok II setelah

satu hari perlakuan, satu minggu perlakuan, dan dua minggu perlakuan.

Peningkatan persentase limfosit yang paling besar pada kelompok III

terjadi setelah dua minggu periode perlakuan.


51

5.1.4 Hasil dan Analisa Data Titer Antibodi Mencit

Tabel 5.13 Titer Antibodi Mencit Setelah Dua Minggu Periode Perlakuan

Kelompok
Ulangan
I II III
1 5 6 9
2 8 6 6
3 5 10 8
4 8 6 6
5 8 7 6
6 7 8 7
(Mean ± SD) 6,83 ± 1,472 7,17 ± 1,602 7 ± 1,265

Keterangan :
 Kelompok I : kontrol negatif (hanya diberi makan dan minum)
 Kelompok II : kontrol positif (pemberian vaksin typhoid)
 Kelompok III : pemberian kurma tahnik

7,2
7,17
7
7
6,8
6,83

6,6

6,4

6,2

6
Kelompok I (kontrol Kelompok II (kontrol Kelompok III (pemberian
negatif) positif) kurma tahnik)

Gambar 5.4 Grafik Rata – Rata Titer Antibodi Mencit Setelah Dua Minggu Periode
Perlakuan

Metode analisis yang digunakan adalah one – way ANOVA untuk

mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan / jelas antara rata –

rata titer semua kelompok data, kemudian dilanjutkan dengan uji Post Hoc
52

(uji Tukey dan uji Bonferroni) untuk mengetahui apakah terdapat

perbedaan yang nyata / signifikan antara masing – masing kelompok data

tersebut. Hasil analisis titer antibodi mencit dengan metode one – way

ANOVA dapat dilihat selengkapnya pada lampiran 7.

Analisis test of homonegeity of variance menghasilkan p value

sebesar 0,828 (p > 0,05), yang berarti bahwa varian data dari ketiga

kelompok adalah sama sehingga data valid untuk dianalisis dengan uji

ANOVA. Analisis one – way ANOVA data titer antibodi mencit

menghasilkan p value sebesar 0,924 (p > 0,05). Hasil ini menunjukkan

bahwa rata – rata titer antibodi mencit tidak berbeda nyata / signifikan satu

sama lain. Post Hoc Test (Tukey test dan Bonferroni test) tidak dilanjutkan

karena hasil analisis data rata – rata titer antibodi mencit dengan metode

uji one – way ANOVA tidak menunjukkan perbedaan yang nyata /

signifikan.

5.1.5 Hasil dan Analisa Data Persentase Survival Rate Mencit

Tabel 5.14 Persentase Survival Rate Mencit Selama Satu Minggu Periode

Infeksi Bakteri Salmonella typhi

Jumlah Mencit Jumlah Mencit Waktu % Survival


Kelompok
yang Hidup yang Mati Kematian Rate
Hari ke-1 dan
I 4 2 66,7%
hari ke-2
II 5 1 Hari ke-5 83%
III 5 1 Hari ke-2 83%

Keterangan :
 Kelompok I : kontrol negatif (hanya diberi makan dan minum)
 Kelompok II : kontrol positif (pemberian vaksin typhoid)
 Kelompok III : pemberian kurma tahnik
53

100
90
80
83 % 83 %
70
60 66,7 %
50
40
30
20
10
0
Kelompok I (kontrol Kelompok II (kontrol Kelompok III (pemberian
negatif) positif) kurma tahnik)

Gambar 5.5 Grafik % Survival Rate Mencit Selama Periode Infeksi Salmonella typhi

Data hasil pengamatan persentase survival rate dianalisis dengan

metode Kaplan – Meier menggunakan perangkat lunak SPSS 20.0 for

Windows untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan

antara persentase survival rate dari ketiga kelompok perlakuan. Hasil

analisis persentase survival rate dengan metode Kaplan – Meier dapat

dilihat selengkapnya pada lampiran 8.

Tabel 5.15 Nilai Rata – Rata (Mean) dan Nilai Tengah (Median) Survival

Time Mencit

Rata - rata Nilai Tengah


Tingkat
Tingkat
Kelompok Kepercayaan
Estimasi
Standar Kepercayaan 95% Estimasi
Standar
Error Error 95%
Lower Upper Lower Upper
Bound Bound Bound Bound
I 5,167 1,065 3,079 7,254 - - - -
II 6,667 0,304 6,07 7,263 - - - -
III 6,167 0,761 4,676 7,658 - - - -
54

Keterangan :
 Kelompok I : kontrol negatif (hanya diberi makan dan minum)
 Kelompok II : kontrol positif (pemberian vaksin typhoid)
 Kelompok III : pemberian kurma tahnik

Tabel 5.16 Level Signifikansi Persentase Survival Rate Mencit Antar

Kelompok Perlakuan

Metode Uji Chi-Square df Signifikansi


Log Rank (Mantel-Cox) 0,817 2 0,665
Breslow (Generalized Wilcoxon) 0,995 2 0,608
Tarone-Ware 0,905 2 0,636

Gambar 5.6 Kurva Kaplan – Meier Persentase Survival Rate Mencit Selama Periode
Infeksi Salmonella typhi

Tabel means and medians for survival time (tabel 5.15)

menunjukkan kemampuan waktu bertahan hidup dari masing – masing


55

kelompok. Dari tabel ini dapat dilihat bahwa kelompok II memiliki nilai

rata – rata survival time yang paling besar, sedangkan nilai rata – rata

survival time yang paling kecil dimiliki oleh kelompok I, sehingga dapat

disimpulkan bahwa kelompok II memiliki kemampuan waktu bertahan

hidup yang lebih lama melawan infeksi salmonella typhi dibandingkan

kelompok I dan kelompok III. Tabel 5.15 tidak dapat menunjukkan nilai

tengah (median) karena tidak ada kelompok yang memiliki persentase

survival rate lebih kecil dari 50%.

Hasil analisa data pada tabel 5.16 menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan yang signifikan dari persentase survival rate mencit antar

kelompok perlakuan (p > 0.05). Kurva Kaplan – Meier pada gambar 5.6

menggambarkan persentase survival rate dan juga nilai survival time

masing – masing kelompok perlakuan. Dari kurva ini dapat dilihat bahwa

kelompok I memiliki persentase survival rate yang paling kecil, sedangkan

kelompok II dan kelompok III memiliki persentase survival rate yang

sama hingga akhir pengamatan periode infeksi. Dari kurva ini juga dapat

dilihat perbedaan antara kelompok II dan kelompok III terletak pada nilai

survival time. Kelompok II memiliki nilai survival time yang lebih baik

dibandingkan kelompok III.

Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa kelompok II (kontrol

positif) memiliki kemampuan hidup yang lebih lama dibandingkan

kelompok I ( kontrol negatif) dan kelompok III (pemberian kurma tahnik),

namun persentase survival rate masing – masing kelompok tidak

menunjukkan perbedaan yang signifikan.


56

5.2 Pembahasan

5.2.1 Pembuatan dan Pemberian Kurma Tahnik

Pada penelitian ini, pembuatan dan pemberian kurma tahnik

didasarkan pada hadits Rasulullah SAW dengan tanpa menambah maupun

mengurangi sedikitpun metode yang telah dilakukan Rasulullah SAW

dalam hadits tersebut. Namun, terdapat beberapa hal yang menjadi

perhatian saat metode dalam hadist tersebut dijadikan metode dalam

penelitian ini, yaitu :

1) Tidak dilakukan karakterisasi pada pembuatan kurma tahnik.

Karakterisasi yang dimaksud mencakup tentang alasan pemilihan jenis

kurma yang digunakan, cara mengunyah kurma, lama waktu

pengunyahan kurma, waktu pengunyahan kurma, dan saliva yang

digunakan. Saliva yang digunakan dalam pembuatan kurma tahnik

tidak diukur secara kuantitatif baik jumlah maupun kandungannya

(contoh : kadar enzim yang dominan & jumlah mikroflora).

2) Pembuatan kurma tahnik tidak dilakukan secara aseptis.

3) Hewan yang digunakan sebagai subjek penelitian bukan merupakan

hewan yang baru lahir (bayi hewan).

Berdasarkan studi literatur, fungsi saliva dalam kunyahan kurma

(kurma tahnik) adalah sebagai pembawa. Kandungan gula pada kurma

terdiri atas fruktosa, glukosa, sukrosa, dan sedikit polisakarida (selulosa

dan pati) (Borchani, et al., 2010). De Almeida et al. (2008) menjelaskan

bahwa pada proses pengunyahan dalam mulut, kandungan polisakarida

(selulosa dan pati) pada kurma akan dipecah oleh enzim amilase (ptialin)
57

yang terdapat dalam saliva menjadi maltosa. Maltosa yang merupakan

gula sederhana (disakarida) akan lebih mudah dicerna dan diabsorbsi oleh

tubuh bayi yang sistem pencernaannya belum terbentuk dengan sempurna

(Mustofa dan Prabandari, 2010).

Di dalam mulut terdapat lebih dari 600 jenis spesies bakteri yang

280 jenis spesies bakteri diantaranya telah berhasil diidentifikasi dan diberi

nama (Dewhirst et al., 2010). Berbagai jenis bakteri ini dikenal sebagai

mikroflora oral. Proses pengunyahan kurma yang dilakukan dalam mulut

dapat secara tidak langsung membawa bakteri mikroflora oral untuk

masuk ke dalam hasil kunyahan kurma. Pemberian kunyahan kurma yang

mengandung bakteri mikroflora oral akan dapat merangsang respon imun

target karena sistem imun merespon bakteri mikroflora oral yang terdapat

dalam kunyahan kurma sebagai antigen, proses pengenalan antigen ini

dapat terus berlanjut hingga pembentukkan sel memori oleh sistem imun

(Abbas et al., 2012).

Kandungan gizi yang tinggi dalam kurma dapat menjadi medium

pertumbuhan yang baik bagi mikroorganisme. Balia et al. (2011)

menyatakan bahwa penambahan sari kurma pada produk fermentasi susu

kambing dapat meningkatkan kualitas produk karena bernilai gizi tinggi.

Kunyahan kurma pada tahnik dapat menjadi medium pertumbuhan yang

baik bagi mikroflora oral yang ikut bercampur dalam kunyahan kurma

sehingga kurma tahnik dapat menjadi sarana pengenalan antigen bagi

sistem imun target.


58

5.2.2 Efektivitas Pemberian Kurma Tahnik Terhadap Jumlah Total

Leukosit Mencit

Leukosit atau sel darah putih merupakan komponen penting dari

sistem imun. Sel ini berperan pada imunitas non-spesifik dan imunitas

spesifik (Abbas et al., 2012). Nussler et al. (1999) menyatakan bahwa

leukosit dapat dikategorikan menjadi tiga grup utama, yaitu granulosit,

limfosit, dan monosit. Total Leukocyte Count (TLC) atau penghitungan

jumlah total leukosit merupakan salah satu cara untuk membantu diagnosa

berbagai penyakit infeksi, kerusakan jaringan, dan penyakit defisiensi

imun (Kamran et al., 2008 ; Vieira, 2011).

Peningkatan secara signifikan jumlah total leukosit kelompok

kontrol positif dibandingkan kelompok kontrol negatif dan kelompok

pemberian kurma tahnik sehari setelah pemberian vaksin merupakan

bagian dari respon imunitas. Vaksin yang diberikan melalui intramuskular

akan masuk ke dalam aliran sistemik dengan cepat (Workman, 1999). Di

dalam tubuh, zat ini akan dianggap sebagai antigen yang bersifat patogen

walaupun merupakan vaksin inaktif. Vaksin telah dibuat sedemikian rupa

hingga tidak dapat lagi menimbulkan penyakit, namun tetap

mempertahankan imunogenisitas dari mikroba yang dijadikan vaksin

tersebut (Abbas et al., 2012). Sistem imun kemudian akan memproduksi

sel darah putih lebih banyak dari biasanya sebagai respon dari masuknya

zat asing yang patogen. Hal ini sesuai dengan pernyataan Vieira (2011)

yang menyatakan bahwa jumlah total leukosit / sel darah putih akan

meningkat saat terjadi infeksi. Abbas et al. (2012) menyatakan bahwa


59

vaksin mikroba yang telah dilemahkan / diinaktivasi memiliki kemampuan

untuk merangsang respon imun non-spesifik dan spesifik baik humoral

maupun seluler sama seperti mikroba itu sendiri. Peningkatan jumlah total

leukosit sehari setelah vaksin diberikan merupakan suatu respon imunitas

yang berfungsi untuk mengeliminasi zat asing patogen dalam vaksin

tersebut yang dilanjutkan dengan pembentukkan memori oleh antibodi

(Abbas et al., 2012).

Pemberian kurma tahnik selama satu hari tidak mempengaruhi

jumlah total leukosit, sedangkan pemberian selama satu minggu

menurunkan jumlah total leukosit mencit. Robison dan Morgan (2001)

menyatakan bahwa penurunan jumlah leukosit dapat disebabkan oleh

serangan / invasi bakteri secara masif dan tiba – tiba pada jaringan yang

rusak / mengalami trauma sehingga membuat sistem imun bekerja dengan

mengerahkan mediator inflamasi dan sitokin pada jaringan yang rusak

tersebut, akibatnya jumlah leukosit jenis tertentu seperti neutrofil

berkurang dari sirkulasi darah. Trauma pada mencit dapat terjadi dalam

penelitian ini karena pengambilan darah yang dilakukan melalui ekor

dengan cara memotong sedikit ekor tersebut, namun infeksi yang terjadi

telah berusaha dicegah dengan cara membalut ekor mencit yang telah

dipotong dengan kasa yang telah diteteskan cairan antiseptik. Infeksi

masih mungkin dapat terjadi karena selama minggu pertama periode

perlakuan mencit selalu berusaha untuk menggerogoti balutan pada

ekornya sehingga balutan menjadi rusak dan menyebabkan luka menjadi

terbuka.
60

Pemberian kurma tahnik selama dua minggu meningkatkan jumlah

total leukosit dibandingkan dengan kontrol negatif dan kontrol positif

dengan perbedaan yang signifikan (p < 0,05). Peningkatan jumlah total

leukosit mencit mencapai batas maksimal (high end) normal value pada

mencit jantan. Normal value untuk jumlah total leukosit mencit jantan

adalah 8,4x103 – 16,1x103 sel/µL (The Jackson Laboratory, 2012). Vieira

(2011) menyatakan bahwa jumlah sel dari sistem imun yang berada pada

batas maksimal (high end) dari jumlah normal merupakan penanda sistem

imun memproduksi sel imun dalam jumlah yang cukup untuk siap

menghadapi infeksi. Hasil ini dapat dihubungkan dengan penelitian

Karasawa et al. (2011) yang menyatakan bahwa pemberian ekstrak air

kurma selama 30 hari kepada mencit mampu meningkatkan CD11, CD49,

dan CD4 mencit. CD11 merupakan antigen permukaan sel makrofag, dan

CD49 adalah antigen permukaan sel NK (Karasawa et al., 2011). CD4

adalah antigen permukaan dari sel limfosit T (Abbas et al., 2012). Sel

limfosit T merupakan bagian dari sel limfosit, dan sel limfosit merupakan

komponen dari leukosit, sehingga dapat dikatakan bahwa jumlah CD4

berbanding lurus dengan jumlah limfosit, dan jumlah limfosit berbanding

lurus dengan jumlah leukosit.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian kurma tahnik

selama dua minggu mampu meningkatkan jumlah total leukosit

dibandingkan dengan pemberian kurma tahnik selama satu hari maupun

satu minggu, serta peningkatan yang terjadi berbeda signifikan

dibandingkan dengan kontrol negatif dan kontrol positif.


61

5.2.3 Efektivitas Pemberian Kurma Tahnik Terhadap Persentase

Monosit Mencit

Monosit berperan penting dalam imunitas non-spesifik, sel ini akan

bergerak menuju jaringan yang mengalami trauma atau infeksi, kemudian

akan berdiferensiasi menjadi makrofag yang berperan sebagai fagosit

(Abbas et al., 2012).

Penurunan persentase monosit terjadi pada kelompok kontrol

positif setelah satu hari, satu minggu, dan dua minggu pemberian vaksin.

Siegrist (2008) menjelaskan bahwa terdapat tiga mekanisme efektor yang

dipicu oleh vaksin, yaitu antibodi, sel T CD4+, dan sel T CD8+. Salah satu

dari mekanisme efektor ini, yaitu antibodi memiliki fungsi opsonisasi pada

bakteri (Abbas et al., 2012). Opsonisasi yang dilakukan oleh antibodi

melibatkan makrofag yang berfungsi untuk mengeliminasi bakteri

(antibodi meningkatkan clearance bakteri oleh makrofag). Makrofag

merupakan hasil diferensiasi monosit pada jaringan dan dapat menjalankan

fungsinya pada jaringan tersebut sampai berminggu – minggu,

meningkatnya jumlah makrofag dalam jaringan dapat menyebabkan

berkurangnya jumlah monosit dalam sirkulasi darah (Abbas et al., 2012).

Penurunan persentase monosit pada kelompok kontrol positif dapat terjadi

karena respon imunitas yang melibatkan antibodi dan sel makrofag akibat

pemberian vaksin.

Penurunan persentase monosit juga terjadi pada kelompok

pemberian kurma tahnik. Penurunan ini masih berada dalam range normal

persentase monosit untuk mencit jantan, yaitu 0,639% - 5,93% (The


62

Jackson Laboratory, 2012). Fraser dan Tilyard (2008) menyatakan bahwa

invasi masif dari infeksi bakteri dapat menurunkan jumlah monosit, namun

hal ini jarang terjadi, penurunan jumlah monosit tidak berpengaruh

signifikan secara klinis jika hasil hitung diferensial leukosit yang lain

berjumlah normal. Menurut Abbas et al. (2012), inflamasi akut yang

disebabkan oleh infeksi dan kerusakan jaringan dapat memancing monosit

dalam sirkulasi darah bergerak dalam jumlah besar untuk datang ke

jaringan yang rusak tersebut, kejadian ini juga dapat membuat jumlah

monosit dalam sirkulasi menjadi berkurang.

Selama periode perlakuan, resiko terjadinya infeksi pada mencit

telah diusahakan seminimal mungkin dengan cara membalut luka bekas

pengambilan darah pada ekor, menjaga kebersihan kandang, dan memberi

makan serta minum yang teratur. Mekanisme penurunan persentase

monosit selama periode perlakuan pemberian kurma tahnik masih belum

jelas karena belum dapat ditemukan literatur yang tepat. Penurunan

persentase monosit mungkin terjadi karena efek pemberian kurma tahnik

atau terjadi karena penyebab yang lain.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian kurma tahnik

dan pemberian vaksin menurunkan persentase monosit dalam sirkulasi

darah.

5.2.4 Efektivitas Pemberian Kurma Tahnik Terhadap Persentase

Limfosit Mencit

Limfosit merupakan komponen penting dalam imunitas spesifik.

Sel ini terdiri dari limfosit B dan limfosit T yang masing – masing
63

berperan dalam imunitas humoral dan seluler. Limfosit akan bekerja

sebagai efektor yang berfungsi untuk mengeliminasi antigen, dan dapat

berdiferensiasi menjadi sel memori untuk mencegah infeksi berulang dari

antigen yang sama (Abbas et al., 2012).

Persentase limfosit kelompok kontrol positif mulai meningkat

signifikan sehari setelah pemberian vaksin, kemudian berada dalam jumlah

yang relatif sama selama satu minggu, dan kembali mengalami

peningkatan yang signifikan setelah dua minggu dibandingkan kontrol

negatif. Peningkatan persentase limfosit ini sesuai dengan penyataan

Siegrist (2008) yang menjelaskan bahwa terdapat tiga mekanisme efektor

yang dipicu oleh vaksin, yaitu antibodi, sel T CD4 +, dan sel T CD8+.

Antibodi merupakan produk dari sel limfosit B, sedangkan sel T CD4 + dan

sel T CD8+ adalah penanda antigen permukaan dari sel limfosit T (Abbas

et al., 2012). Sel limfosit B dan limfosit T merupakan bagian dari sel

limfosit. Pemberian vaksin telah memicu mekanisme efektor dari sel

limfosit sehingga persentase limfosit dalam sirkulasi menjadi meningkat

(Siegrist, 2008 ; Abbas et al., 2012).

Hasil analisa data kelompok pemberian kurma tahnik menunjukkan

peningkatan persentase limfosit yang berbeda signifikan dibandingkan

dengan kelompok kontrol negatif maupun kontrol positif selama periode

perlakuan satu hari, satu minggu, dan dua minggu. Peningkatan persentase

limfosit selama periode perlakuan pemberian kurma tahnik ini dapat

dihubungkan dan sejalan dengan pernyataan Karasawa et al. (2011) yang

menyatakan bahwa pemberian ekstrak air kurma mampu meningkatkan sel


64

T CD4 pada mencit. CD4 merupakan penanda antigen permukaan dari sel

limfosit T (Abbas et al., 2012) sehingga peningkatan sel T CD4 sama

dengan peningkatan sel limfosit. Peningkatan yang terjadi bukan

merupakan indikasi dari lymphocytosis karena jumlah limfosit tidak berada

diatas ambang batas persentase limfosit normal (Vieira, 2011). Normal

value untuk persentase limfosit mencit jantan adalah 48,4% - 91,6% (The

Jackson Laboratory, 2012). Peningkatan persentase limfosit selama

pemberian kurma tahnik dapat terjadi karena kurma memiliki kandungan

dua polifenol, yaitu chlorogenic acid dan caffeic acid yang telah terbukti

mampu meningkatkan jumlah sel T CD4 pada limpa mencit (Karasawa et

al., 2011).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian kurma tahnik

selama dua minggu mampu meningkatkan persentase limfosit paling tinggi

dibandingkan dengan pemberian kurma tahnik selama sehari maupun satu

minggu. Persentase limfosit setelah pemberian kurma tahnik selama dua

minggu berada pada batas maksimal (high end) normal value persentase

limfosit pada mencit jantan.

5.2.5 Efektivitas Pemberian Kurma Tahnik Terhadap Titer

Antibodi Mencit

Imunitas humoral dimediasi oleh antibodi. Antibodi berfungsi

sebagai efektor dari respon humoral dengan cara mengikat dan

menetralisasi antigen, atau dengan cara memfasilitasi eliminasi antigen

tersebut agar dapat dihancurkan oleh sel fagosit (Dashputre dan Naikwade,

2010). Puri et al. (2000) menyatakan bahwa ekstrak etanol buah kurma
65

yang diberikan selama 7 hari kepada mencit dapat menstimulasi sistem

imun humoral mencit secara signifikan dilihat dari hasil perhitungan titer

Haemagglutinating Antibody (HA) dan plaque-forming cell (PFC) yang

digunakan sebagai parameter. Kurma tahnik adalah kurma yang dikunyah

dalam mulut sehingga mengandung saliva. Salah satu komponen dari

saliva adalah antibodi, yaitu imunoglubolin A (komponen antibodi

terbanyak) serta imunoglubolin G dan imunoglubolin M dalam jumlah

yang sedikit (De Almeida et al., 2008). Pemberian kurma tahnik

diharapkan dapat menstimulasi imunitas humoral pada mencit.

Uji hemaglutinasi antibodi (HA) dilakukan untuk mengetahui

efektivitas pemberian kurma tahnik terhadap respon imunitas humoral.

Analisa data titer antibodi kelompok yang mendapat perlakuan pemberian

kurma tahnik selama dua minggu tidak menunjukkan perbedaan yang

nyata / signifikan dibandingkan kontrol negatif maupun kontrol positif.

Titer antibodi kelompok perlakuan pemberian kurma tahnik yang

tidak meningkat berbeda dengan hasil penelitian Puri et al. (2000).

Perbedaan hasil ini dapat disebabkan karena penggunaan kurma tahnik

yang merupakan kurma utuh berbeda dengan ekstrak etanol kurma yang

digunakan oleh Puri et al. (2000). Imunoglubolin A, imunoglubolin G, dan

imunoglubolin M yang terdapat dalam saliva pada kurma tahnik

merupakan suatu bentuk imunisasi pasif, namun imunisasi pasif tidak

bertahan lama, dan hanya mampu melindungi tubuh selama antibodi yang

diberikan masih ada karena imunisasi ini tidak mampu menstimulasi sel

memori dari sistem imun (Abbas et al., 2012). Hasil ini menunjukkan
66

bahwa pemberian kurma tahnik selama dua minggu masih belum dapat

meningkatkan respon imun humoral pada mencit.

5.2.6 Efektivitas Pemberian Kurma Tahnik Terhadap Persentase

Survival Rate Mencit yang Diinfeksi Bakteri Salmonella thypi

Salmonella tyhpi adalah bakteri gram negatif keluarga

Enterobacteriaceae yang permukaannya dilapisi oleh lapisan polisakarida.

Demam tifus yang disebabkan oleh bakteri ini masih menjadi masalah

kesehatan yang penting di berbagai belahan dunia dengan kejadian setiap

tahunnya diperkirakan mencapai 16 juta kasus dan menyebabkan 600.000

kematian (Park et al., 2002).

Pemberian kurma tahnik selama dua minggu dan pemberian vaksin

typhoid memiliki persentase survival rate yang sama terhadap infeksi

Salmonella tyhpi, serta persentase survival rate keduanya lebih besar

dibandingkan kontrol negatif. Namun, hasil analisa data menunjukkan

bahwa tidak ada perbedaan signifikan dari persentase survival rate antara

kelompok pemberian kurma tahnik, kelompok kontrol negatif, dan

kelompok kontrol positif.

Pemberian vaksin memicu sistem imun untuk membentuk sel

memori terhadap antigen yang terdapat dalam vaksin tersebut sehingga

dapat mencegah infeksi berulang. Pembentukkan sel memori dipicu oleh

mekanisme efektor dari antibodi (Abbas et al., 2012). Pada penelitian ini,

pemberian vaksin masih belum dapat melindungi kelompok mencit secara

100%.
67

Pemberian kurma tahnik tidak mampu membentuk sel memori

pada sistem imun seperti pemberian vaksin, namun dalam penelitian ini,

pemberian kurma tahnik selama dua minggu mampu meningkatkan jumlah

total leukosit dan persentase limfosit pada mencit. Leukosit terdiri atas

granulosit (neutrofil, basofil, dan eosinofil) dan agranulosit (limfosit dan

monosit) (Sherwood, 2001). Masing – masing jenis leukosit tersebut

memiliki fungsi yang beragam terkait dengan imunitas non-spesifik

maupun imunitas spesifik sehingga membuat leukosit memiliki peranan

yang sangat penting bagi pertahanan tubuh terhadap antigen dan infeksi.

Peningkatan leukosit dan limfosit yang signifikan pada kelompok

pemberian kurma tahnik dapat melindungi kelompok tersebut dari infeksi

Salmonella thypi dengan dosis LD50 (Besung, 2011).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian kurma tahnik

selama dua minggu mampu menghasilkan persentase survival rate yang

sama dengan pemberian vaksin thypoid terhadap infeksi Salmonella thypi.

Hasil analisa data menunjukkan bahwa persentase survival rate kelompok

kontrol negatif, kelompok kontrol positif, dan kelompok pemberian kurma

tahnik selama periode infeksi Salmonella thypi tidak menunjukkan

perbedaan yang signifikan.


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1) Pemberian kurma tahnik selama dua minggu meningkatkan jumlah

total leukosit mencit dibandingkan dengan pemberian kurma tahnik

selama satu hari maupun satu minggu.

2) Pemberian kurma tahnik selama satu hari, satu minggu, dan dua

minggu menurunkan persentase monosit mencit.

3) Pemberian kurma tahnik selama satu hari, satu minggu, dan dua

minggu meningkatkan persentase limfosit mencit, peningkatan

persentase limfosit mencit paling tinggi terjadi setelah pemberian

kurma tahnik selama dua minggu.

4) Titer antibodi mencit kelompok pemberian kurma tahnik selama

dua minggu tidak berbeda signifikan dengan titer antibodi mencit

kelompok kontrol negatif dan mencit kelompok kontrol positif,

pemberian kurma tahnik selama dua minggu tidak mempengaruhi

imunitas humoral mencit.

5) Persentase survival rate mencit kelompok kontrol negatif,

kelompok kontrol positif, dan kelompok pemberian kurma tahnik

68
69

tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan selama 7 hari

periode infeksi bakteri Salmonella thypi.

6.2 Saran

Penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh pemberian kurma tahnik

yang telah dikarakterisasi sebelumnya terhadap sistem imun perlu

dilakukan. Karakterisasi pada pembuatan kurma tahnik perlu dilakukan

agar penelitian dapat dilanjutkan dengan karakterisasi kurma tahnik yang

sama pada setiap penelitian sehingga dapat meminimalisir variasi pada

data yang dapat membuat hasil penelitian menjadi bias. Karakterisasi pada

pembuatan kurma tahnik yang sebaiknya dilakukan yaitu menetapkan

derajat kehalusan kunyahan kurma dengan cara menetapkan kapan dan

berapa lama waktu pengunyahan kurma dilakukan, menetapkan berapa

jumlah dan kandungan (contoh : kadar enzim dominan, jumlah mikroflora)

saliva yang digunakan dalam setiap kunyahan kurma, serta melakukan

pembuatan kurma tahnik secara aseptis untuk meminimalisir kontaminasi

mikroorganisme yang tidak diinginkan. Hewan yang digunakan sebagai

subjek penelitian untuk penelitian praklinis sebaiknya adalah bayi hewan /

hewan yang baru lahir (contoh : bayi tikus, bayi kelinci). Penelitian lebih

lanjut mengenai apakah fungsi saliva yang terdapat dalam kunyahan

kurma (kurma tahnik) hanya sebagai pembawa dan tidak mempengaruhi

sistem imun target juga perlu dilakukan.

Pemilihan parameter dan penggunaan alat – alat modern penunjang

imunologi dapat dilakukan sehingga mampu menghasilkan data yang lebih


70

valid. Penelitian ini sebaiknya dapat dilanjutkan ke tingkat klinis untuk

mengetahui langsung bagaimana pengaruh pemberian kurma tahnik

terhadap sistem imun pada manusia.


DAFTAR PUSTAKA

Abbas A.K., A.H., Lichtman and Shiv Pillai. 2012. Cellular and Molecular
Immunology 7th Edition. USA : Elsevier.

Abdu, Suzan Bakr. 2011. The Protective Role Of Ajwa Date Against The
Hepatotoxicity Induced By Ochratoxin A. Egyptian Journal of Natural
Toxins. Vol 8(1,2). 1 – 15.

Abo-El-Soaud A.A., Assma Sabor, El-Sherbeny N.R.,El-Sayed I.B. 2004. Effect


of Date Palm (Phoenix dactylifera L.) Flavonoids on Hyperglycemia. The
Journal of The Second International Conference on Date Palm. 164 – 195.

Achyat, S.R., M. Sadikin, Sri Widia A. Jusman, Rusdi. 2008. Pengaruh


Pemberian Minyak Buah Merah (Pandanus conoideus Lam.) Terhadap
Imunitas Humoral Tikus (Rattus nivergicus L.) Galur Wistar Melalui
Pengamatan Titer Antibodi Anti – SDMD. Jurnal Bahasa Alam Indonesia.
Vol 6 (4). 145 – 148.

Alebidi, Abdullah. 2008. Date Palm Basic Gallery.


[http://faculty.ksu.edu.sa/10439/Pages/dactylifera2.aspx] [26 Juni 2012].

Al-Shahib, W., Marshall, R.J. 2003. The Fruit of The Date Palm:Its Possible Use
as The Best Food for The Future?. International Journal of Food Sciences
and Nutrition. Vol 54:4. 247 – 259.

Anandika, D.W. 2011. Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum) Menurunkan Jumlah
Leukosit pada Mencit Model Sepsis akibat Paparan Staphylococcus aureus.
CDK 183. Vol.38:2. 97 – 100.

Balia, R.L., Chairunnisa, H., Rachmawan, O., Wulandari, E. 2011. Derajat


Keasaman dan Karakteristik Organoleptik Produk Fermentasi Susu
Kambing dengan Penambahan Sari Kurma yang Diinokulasikan Berbagai
Kombinasi Starter Bakteri Asam Laktat. Jurnal Ilmu Ternak. Vol 11 (1). 49-
52.

Baratawidjaja, K.A., dan Iris Renggaris. 2009. Imunologi Dasar. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI.

Besung, I Nengah Kerta. 2011. Pengaruh Ekstrak Pegagan (Centella Asiatica)


dalam Meningkatkan Kapasitas Fagosit Makrofag Peritoneum Mencit
terhadap Salmonella typhi. Buletin Veteriner Udayana. Vol 3 (2). 71 – 78.

Bokhari, N.A., and Kahkashan Perveen. 2012. In Vitro Inhibition Potential of


Phoenix dactylifera L. Extracts on The Growth of Pathogenic Fungi.
Journal of Medicinal Plants Research. Vol 6(6). 1083-1088.

71
72

Borchani, C., Besbes, S., Blecker, C., Masmoudi, M., Baati, R., Attia, H. 2010.
Chemical Properties of 11 Date Cultivars and Their Corresponding Fiber
Extracts. African Journal of Biotechnology. Vol. 9 (26). 4096-4105.

Dashputre, N.L., Naikwade, N.S. 2010. Immunomodulatory Activity of Abutilon


Indicum linn on Albino Mice. International Journal of Pharma Sciences and
Research (IJPSR). Vol.1(3). 178-184.

De Almeida, P.D.V., Gregio, A.M.T., Machado, M.A.N., De Lima, A.A.S.,


Azevedo, L.R. 2008. Saliva Composition and Functions : A Comprehensive
Review. The Journal of Contemporary Dental Practice. Vol 9 (3). 1-11.

Depkes. 2012. Indeks rata – rata berat badan & tinggi badan balita berdasarkan
usia. [www.gizikia.depkes.go.id] [26 Juni 2012].

Dewhirst, F.E., Chen, T., Izard, J., Paster, B.J., Tanner, A.C.R., Yu, W.H.,
Lakshmanan, A., Wade, W.G. 2010. The Human Oral Microbiome. Journal
Of Bacteriology. Vol 192 (19). 5002–5017.

Effendi, Zukesti. 2003. Peranan Leukosit Sebagai Anti Inflamasi Alergik dalam
Tubuh. Universitas Sumatera Utara : Sumatera Utara.

Elberry A.A, Mufti, S.T., Al-Maghrabi, J.A., Abdel-Sattar, E.A., Ashour, O.M.,
S.A., Ghareib and Hisham A Mosli. 2011. Anti-inflammatory and
Antiproliferative Activities of Date Palm Pollen (Phoenix dactylifera) on
Experimentally-Induced Atypical Prostatic Hyperplasia in Rats. Journal of
Inflammation. 8:40. 1 – 13.

Elshibli, Sakina. 2009. Genetic Diversity and Adaptation of Date Palm (Phoenix
dactylifera L.). University of Helsinki. Helsinki.

Franz Augstburger et al. 2002. Organic Farming in the Tropics and Subtropics
(Date Palm). Naturland. Artikel 1.

Fraser, T., Tilyard, M. 2008. Complete Blood Count in Primary Care. Dunedin :
bpacnz better medicine.

Furqan, M., Haque, A. 2009. Surface Area In Children: A Simple Formula.


Journal of Indian Pediatrics. Vol 46. 1085-1087.

Handajani, N.S., dan Ruben D. 2009. Pengaruh VCO terhadap Hitung Jenis
Leukosit, Kadar Glukosa dan Kreatinin Darah Mus musculus Balb/c
Hiperglikemi dan Tersensitisasi Ovalbumin. Jurnal Bioteknologi. Vol 6 (1).
1-10.

Harni, R., Munif, A., Supramana., Mustika, I. 2007. Suspensi Bakteri Endofit
Pengendali Nematoda Peluka Akar (Pratylenchus brachyurus) pada Nilam.
HAYATI Journal of Biosciences. Vol 14 (1). 7-12.
73

Hoof, Janet. 2000. Methods of Blood Collection in the Mouse. Lab Animal. Vol
29. Artikel No. 10.

Kamran, H., Naveed, D., Nazir, A., Hameed, M., Ahmed, M., Khan, U. 2008.
Role Of Total Leukocyte Count In Diagnosis Of Acute Appendicitis. Journal
of Ayub Med Coll Abbottabad. Vol 20 (3). 70-71.

Karasawa, K., Uzuhashi, Y., Hirota, M., Otani, H. 2011. A Matured Fruit Extract
of Date Palm Tree (Phoenix dactylifera L.) Stimulates the Cellular Immune
System in Mice. Journal of Agricultural Food Chemistry. Vol 59. 11287–
11293.

Khanavi M., Saghari Z., Mohammadirad A., Khademi R., Hadjiakhoondi A.,
Abdollahi M. 2009. Comparison of Antioxidant Activity and Total Phenols
of Some Date Varieties. DARU. Vol 17( 2). 104 – 108.

Kulisic, Z., Tambur, Z., Malicevic, Z., Bakrac, N.A., and Zorana Misic. 2006.
White Blood Cell Differential Count in Rabbits Artificially Infected with
Intestinal Coccidia. Journal of Protozoan Diseases. Vol 16. 42 – 50.

Malole MBM, Pramono CSU. 1989. Penggunaan Hewan-hewan Percobaan di


Laboratorium. Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat
Jendral Pendidikan Tinggi dan Kebudayaan, Pusat Antar Universitas
Bioteknologi, IPB.

Montgomery, Douglas C. 1997. Design and Analysis of Experiments 4th Edition.


New York: John Wiley & Sons.

Mustofa, A., Prabandari, H. 2010. Pemberian Asi Eksklusif dan Problematika Ibu
Menyusui. Jurnal Studi Gender & Anak. Vol 5 (2). 215-226.

Nussler, A.K., Wittel, U.A., Nussler, N. C., Beger H.G. 1999. Leukocytes, The
Janus Cells in Inflammatory Disease. Langenbeck’s Arch Surgery. Vol 384.
222–232.

Park, J.H., Hong, J.J., Choi, E.S., Lee, J.W., Park, J.H. 2002. Efficacy of Purified
Vi Polysaccharide Typhoid Vaccine. Journal of Veterinary Science. Vol 3
(2). 67-70.

Perveen, K., Najat A. Bokhari and Dina A. W. Soliman. 2012. Antibacterial


Activity of Phoenix dactylifera L. Leaf and Pit Extracts Against Selected
Gram Negative and Gram Positive Pathogenic Bacteria. Journal of
Medicinal Plants Research. Vol 6(2). 296-300.
74

Puri, A., Sahai, R., Singh, K.L., Saxena, R.P., Tandon, J.S., Saxena, K.C. 2000.
Immunostimulant Activity of Dry Fruits and Plant Materials Used in Indian
Traditional Medical System for Mothers After Child Birth and Invalids.
Journal of Ethnopharmacology. Vol 71. 89–92.

Reagan-Shaw, S., Nihal, M., and Nihal Ahmad. 2007. Dose Translation from
Animal to Human Studies Revisited. The FASEB Journal. Vol 2. 659-661.

Robison, R.D., and Morgan, T. 2001. Acute Leukopenia A Case Study. Journal of
Laboratory Medicine. Vol 32 (6). 323-326.

Sasmito, Ediati, S. Mulyaningsih, E.K. Untari, dan Ratna Widyaningrum. 2006.


Aktivitas Imunostimulan Susu Kedelai terhadap Imunoglobulin (IgG, IgA)
dan Proliferasi Sel Limfosit Pada Mencit Balb/c yang Diinduksi Hepatitis
A. Majalah Farmasi Indonesia.Vol 17(3). 156 – 161.

Sawitri, Endang. 2008. Pengaruh Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum L.)
terhadap Survival Mencit Balb/c yang Menderita Listeriosis. Jurnal
Kedokteran dan Kesehatan. Vol 1 (1). 7 – 13.

Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. EGC kedokteran :
Jakarta.

Siegrist, Claire-Anne. 2008. Vaccine Immunology. Saunders Elsevier. USA :


Elsevier.

Smith J.B., Mangkoewidjojo. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan, dan Penggunaan


Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Jakarta: Universitas Indonesia.

Sumantri, Arif. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Kencana


Prenada.

The Jackson Laboratory. 2012. Mouse Phenome Database.


[www.phenome.jax.org] [1 Oktober 2012].

Triana, E., Nurhidayat, N. 2006. Pengaruh Pemberian Beras yang Difermentasi


oleh Monascus purpureus Jmba terhadap Darah Tikus Putih (Rattus Sp.)
Hiperkolesterolemia. Jurnal Biodiversitas. Vol 7 (4). 317 – 321.

Vaghasiya, J., M. Datani, K. Nandkumar, S. Malaviya, N. Jivani. 2010.


Comparative Evaluation Of Alcoholic And Aqueous Extracts of Ocimum
sanctum For Immunomodulatory Activity. International Journal on
Pharmaceutical and Biological Research. Vol. 1(1). 25-29.

Vieira, Karen. 2011. Improving Abnormal Result. Special Report.

Workman, Barbara. 1999. Safe Injection Techniques. Journal of Nursing


Standard. Vol 13 (39). 47-53.
75

Yona, S., Jung, S. 2009. Monocytes: Subsets, Origins, Fates and Functions.
Department of Immunology, The Weizmann Institute of Science, Rehovot,
Israel. Article 1.
76

Lampiran 1. Hasil Analisa Data Jumlah Total Leukosit Mencit dengan

Metode Uji Two-Way Repeated Measure ANOVA

Tujuan : Untuk mengetahui apakah terdapat kelompok yang mengalami

perubahan rata – rata hasil hitung jumlah total leukosit secara

signifikan dibandingkan kelompok lain selama periode perlakuan.

Hipotesis

Ho : perubahan rata – rata hasil hitung jumlah total leukosit antar kelompok

selama periode perlakuan tidak berbeda signifikan

Ha : perubahan rata – rata hasil hitung jumlah total leukosit antar kelompok

selama periode perlakuan ada perbedaan yang signifikan

Pengolahan data dengan α = 0,05

Pengambilan keputusan :

Jika signifikansi > α, maka Ho diterima dan Ha ditolak

Jika signifikansi < α, maka Ha diterima dan Ho ditolak

Mauchly’s Test of Sphericity

Within Approx. Epsilon


Mauchly’s
Subject Chi df Signifikansi Greenhouse Huynh Lower-
W
Effect Square -Geisser -Feldt bound
Leukosit 0,26 18,506 5 0,002 0,619 0,798 0,333
77

Hasil Uji Two-Way Repeated Measure ANOVA

Sum of Square
Metode Uji df Mean Square f Signifikansi
Tipe III
Asumsi Bulat 64450538,19 6 10741756,37 6,472 0
Greenhouse-
64450538,19 3,717 17340704,84 6,472 0,001
Geisser
Huynh-Feldt 64450538,19 4,786 13465388,62 6,472 0
Lower-bound 64450538,19 2 32225269,1 6,472 0,009

Hasil Signifikansi < 0,05

Kesimpulan : ada perbedaan yang signifikan pada perubahan rata – rata hasil

hitung jumlah total leukosit antar kelompok selama periode perlakuan

Gambar 7.1 Grafik Rata – Rata Jumlah Total Leukosit Selama Periode Perlakuan
78

Lampiran 2. Hasil Analisa Data Jumlah Total Leukosit Mencit dengan

Metode Uji One – Way ANOVA yang Dilanjutkan Uji BNT pada Masing –

Masing Periode Perlakuan

Tujuan : Untuk mengetahui kelompok mana yang mengalami perubahan jumlah

total leukosit secara signifikan dibandingkan kelompok lain pada

periode perlakuan selama satu hari, satu minggu, dan dua minggu

Hipotesis

Ho : Tidak ada perbedaan yang signifikan pada data perubahan jumlah total

leukosit antar kelompok pada masing – masing periode perlakuan selama

satu hari, satu minggu, dan dua minggu

Ha : Ada perbedaan yang signifikan pada data perubahan jumlah total leukosit

antar kelompok pada masing – masing periode perlakuan selama satu hari,

satu minggu, dan dua minggu

Pengolahan data dengan α = 0,05

Pengambilan keputusan :

Jika signifikansi > α, maka Ho diterima dan Ha ditolak

Jika signifikansi < α, maka Ha diterima dan Ho ditolak


79

2.1 Periode Satu Hari

Uji Homogenitas Varian

Levene Statistic df1 df2 Signifikansi


0,424 2 15 0,662

ANOVA

Sum of Squares df Mean Square F Signifikansi


Between Groups 19394652,78 2 96977326,389 3,718 0,049
Within Groups 39124791,67 15 2608319,444
Total 58519444,44 17

Hasil Signifikansi One-Way ANOVA < 0,05

Kesimpulan : Ada perbedaan yang signifikan pada data perubahan jumlah total

leukosit antar kelompok pada periode perlakuan selama satu hari

Uji BNT (Beda Nyata Terkecil)

Tingkat Kepercayaan
Mean Standar 95%
Signifikansi
Difference Error Lower Upper
Bound Bound
Kelompok I Kelompok II -2275* 932,43757 0,028 -4262,4436 -287,5564
Kelompok III -154,167 932,43757 0,871 -2141,6103 1833,277
Kelompok II Kelompok I 2275* 932,43757 0,028 287,5564 4262,4436
Kelompok III 2120,833* 932,43757 0,038 133,3897 4108,277
Kelompok III Kelompok I 154,167 932,43757 0,871 -1833,277 2141,6103
Kelompok II -2120,833* 932,43757 0,038 -4108,277 -133,3897

Hasil Signifikansi BNT

 Kelompok I dengan kelompok II < 0,05

 Kelompok I dengan kelompok III > 0,05

 Kelompok II dengan kelompok III < 0,05


80

Kesimpulan : Ada perbedaan yang signifikan pada data perubahan jumlah total

leukosit antara kelompok I dengan kelompok II, dan antara kelompok II dengan

kelompok III pada periode perlakuan selama satu hari

Gambar 7.2 Grafik Perubahan Jumlah Total Leukosit Pada Periode Perlakuan Selama Satu Hari

2.2 Periode Satu Minggu

Uji Homogenitas Varian

Levene Statistic df1 df2 Signifikansi


1,135 2 15 0,348

ANOVA

Sum of Squares df Mean Square F Signifikansi


Between Groups 36505208,33 2 18252604,17 3,161 0,072
Within Groups 86612604,17 15 5774173,611
Total 123117812,5 17

Hasil Signifikansi One-Way ANOVA > 0,05


Kesimpulan : Tidak ada perbedaan yang signifikan pada data perubahan jumlah
total leukosit antar kelompok pada periode perlakuan selama satu minggu
81

Uji BNT tidak perlu dilanjutkan

Gambar 7.3 Grafik Perubahan Jumlah Total Leukosit Pada Periode Perlakuan Selama Satu

Minggu

2.3 Periode Dua Minggu

Uji Homogenitas Varian

Levene Statistic df1 df2 Signifikansi


1,947 2 15 0,177

ANOVA

Sum of Squares df Mean Square F Signifikansi


Between Groups 19001319,44 2 9600569,722 3,968 0,041
Within Groups 35912187,5 15 2394145,833
Total 54913506,94 17

Hasil Signifikansi One-Way ANOVA < 0,05

Kesimpulan : Ada perbedaan yang signifikan pada data perubahan jumlah total

leukosit antar kelompok pada periode perlakuan selama dua minggu


82

Uji BNT (Beda Nyata Terkecil)

Tingkat Kepercayaan
Mean Standar 95%
Signifikansi
Difference Error Lower Upper
Bound Bound
Kelompok I Kelompok II -195,833 893,33567 0,829 -2099,9332 1708,2666
Kelompok III -2270,833* 893,33567 0,023 -4174,9332 -366,7334
Kelompok II Kelompok I 195,833 893,33567 0,829 -1708,2666 2099,9332
Kelompok III -2075* 893,33567 0,035 -3979,0999 -170,9001
Kelompok III Kelompok I 2270,833* 893,33567 0,023 366,7334 4174,9332
Kelompok II 2075* 893,33567 0,035 170,9001 3979,0999

Hasil Signifikansi BNT

 Kelompok I dengan kelompok II > 0,05

 Kelompok I dengan kelompok III < 0,05

 Kelompok II dengan kelompok III < 0,05

Kesimpulan : Ada perbedaan yang signifikan pada data perubahan jumlah total

leukosit antara kelompok I dengan kelompok III, dan antara kelompok II dengan

kelompok III pada periode perlakuan selama dua minggu

Gambar 7.4 Grafik Perubahan Jumlah Total Leukosit Pada Periode Perlakuan Selama Dua Minggu
83

Lampiran 3. Hasil Analisa Data Persentase Monosit Mencit dengan Metode

Uji Two-Way Repeated Measure ANOVA

Tujuan : Untuk mengetahui apakah terdapat kelompok yang mengalami

perubahan rata – rata hasil hitung persentase monosit secara signifikan

dibandingkan kelompok lain selama periode perlakuan.

Hipotesis

Ho : perubahan rata – rata hasil hitung persentase monosit antar kelompok selama

periode perlakuan tidak berbeda signifikan

Ha : perubahan rata – rata hasil hitung persentase monosit antar kelompok selama

periode perlakuan ada perbedaan yang signifikan

Pengolahan data dengan α = 0,05

Pengambilan keputusan :

Jika signifikansi > α, maka Ho diterima dan Ha ditolak

Jika signifikansi < α, maka Ha diterima dan Ho ditolak

Mauchly’s Test of Sphericity

Within Approx. Epsilon


Mauchly’s
Subject Chi df Signifikansi Greenhouse Huynh Lower-
W
Effect Square -Geisser -Feldt bound
Monosit 0,027 49,471 5 0 0,386 0,454 0,333
84

Hasil Uji Two-Way Repeated Measure ANOVA

Sum of Square
Metode Uji df Mean Square f Signifikansi
Tipe III
Asumsi Bulat 43,021 6 7,17 7,709 0
Greenhouse-Geisser 43,021 2,316 18,576 7,709 0,003
Huynh-Feldt 43,021 2,723 15,801 7,709 0,002
Lower-bound 43,021 2 21,51 7,709 0,005

Hasil Signifikansi < 0,05

Kesimpulan : ada perbedaan yang signifikan pada perubahan rata – rata hasil

hitung persentase monosit antar kelompok selama periode perlakuan

Gambar 7.5 Grafik Rata – Rata Persentase Monosit Selama Periode Perlakuan
85

Lampiran 4. Hasil Analisa Data Persentase Monosit Mencit dengan Metode

Uji One – Way ANOVA yang Dilanjutkan Uji BNT pada Masing – Masing

Periode Perlakuan

Tujuan : Untuk mengetahui kelompok mana yang mengalami perubahan

persentase monosit secara signifikan dibandingkan kelompok lain

pada periode perlakuan selama satu hari, satu minggu, dan dua

minggu

Hipotesis

Ho : Tidak ada perbedaan yang signifikan pada data perubahan persentase

monosit antar kelompok pada masing – masing periode perlakuan selama

satu hari, satu minggu, dan dua minggu

Ha : Ada perbedaan yang signifikan pada data perubahan persentase monosit

antar kelompok pada masing – masing periode perlakuan selama satu hari,

satu minggu, dan dua minggu

Pengolahan data dengan α = 0,05

Pengambilan keputusan :

Jika signifikansi > α, maka Ho diterima dan Ha ditolak

Jika signifikansi < α, maka Ha diterima dan Ho ditolak


86

4.1 Periode Satu Hari

Uji Homogenitas Varian

Levene Statistic df1 df2 Signifikansi


3,838 2 15 0,045

Robust Test of Equality of Means

Statistik df1 df2 Signifikansi


Welch 32,128 2 6,879 0
Brown-Forsythe 7,109 2 6,577 0,023

Hasil Signifikansi < 0,05

Kesimpulan : Ada perbedaan yang signifikan pada data perubahan persentase

monosit antar kelompok pada periode perlakuan selama satu hari

Uji BNT (Beda Nyata Terkecil)

Tingkat Kepercayaan
Mean Standar 95%
Signifikansi
Difference Error Lower Upper
Bound Bound
Kelompok I Kelompok II 4,0833* 1,09966 0,002 1,7395 6,4272
Kelompok III 2,6667* 1,09966 0,028 0,3228 5,0105
Kelompok II Kelompok I -4,0833* 1,09966 0,002 -6,4272 -1,7395
Kelompok III -1,4167 1,09966 0,217 -3,7605 0,9272
Kelompok III Kelompok I -2,6667* 1,09966 0,028 -5,0105 -0,3228
Kelompok II 1,4167 1,09966 0,217 -0,9272 3,7605

Hasil Signifikansi BNT

 Kelompok I dengan kelompok II < 0,05

 Kelompok I dengan kelompok III < 0,05

 Kelompok II dengan kelompok III > 0,05

Kesimpulan : Ada perbedaan yang signifikan pada data perubahan persentase

monosit antara kelompok I dengan kelompok II, dan antara kelompok I dengan

kelompok III pada periode perlakuan selama satu hari


87

Gambar 7.6 Grafik Perubahan Persentase Monosit Pada Periode Perlakuan Selama Satu Hari

4.2 Periode Satu Minggu

Uji Homogenitas Varian

Levene Statistic df1 df2 Signifikansi


2,436 2 15 0,121

ANOVA

Sum of Squares df Mean Square F Signifikansi


Between Groups 44,083 2 22,042 8,606 0,003
Within Groups 38,417 15 5,561
Total 82,5 17

Hasil Signifikansi One-Way ANOVA < 0,05


Kesimpulan : Ada perbedaan yang signifikan pada data perubahan persentase
monosit antar kelompok pada periode perlakuan selama satu minggu
88

Uji BNT (Beda Nyata Terkecil)

Tingkat Kepercayaan
Mean Standar 95%
Signifikansi
Difference Error Lower Upper
Bound Bound
Kelompok I Kelompok II 3,8333* 0,92396 0,001 1,864 5,8027
Kelompok III 1,9167 0,92396 0,056 -0,0527 3,886
Kelompok II Kelompok I -3,8333* 0,92396 0,001 -5,8027 -1,864
Kelompok III -1,9167 0,92396 0,056 -3,886 0,0527
Kelompok III Kelompok I -1,9167 0,92396 0,056 -3,886 0,0527
Kelompok II 1,9167 0,92396 0,056 -0,0527 3,886

Hasil Signifikansi BNT

 Kelompok I dengan kelompok II < 0,05

 Kelompok I dengan kelompok III > 0,05

 Kelompok II dengan kelompok III > 0,05

Kesimpulan : Ada perbedaan yang signifikan pada data perubahan persentase

monosit antara kelompok I dengan kelompok II pada periode perlakuan selama

satu minggu

Gambar 7.7 Grafik Perubahan Persentase Monosit Pada Periode Perlakuan Selama Satu Minggu
89

4.3 Periode Dua Minggu

Uji Homogenitas Varian

Levene Statistic df1 df2 Signifikansi


2,013 2 15 0,168

ANOVA

Sum of Squares df Mean Square F Signifikansi


Between Groups 69,25 2 34,625 8,48 0,003
Within Groups 61,25 15 4,083
Total 130,5 17

Hasil Signifikansi One-Way ANOVA < 0,05


Kesimpulan : Ada perbedaan yang signifikan pada data perubahan persentase
monosit antar kelompok pada periode perlakuan selama dua minggu

Uji BNT (Beda Nyata Terkecil)

Tingkat Kepercayaan
Mean Standar 95%
Signifikansi
Difference Error Lower Upper
Bound Bound
Kelompok I Kelompok II 4,75* 1,16667 0,001 2,2633 7,2367
Kelompok III 3* 1,16667 0,021 0,5133 5,4867
Kelompok II Kelompok I -4,75* 1,16667 0,001 -7,2367 -2,2633
Kelompok III -1,75 1,16667 0,154 -4,2367 0,7367
Kelompok III Kelompok I -3* 1,16667 0,021 -5,4867 -0,5133
Kelompok II 1,75 1,16667 0,154 -0,7367 4,2367

Hasil Signifikansi BNT

 Kelompok I dengan kelompok II < 0,05

 Kelompok I dengan kelompok III < 0,05

 Kelompok II dengan kelompok III > 0,05


90

Kesimpulan : Ada perbedaan yang signifikan pada data perubahan persentase

monosit antara kelompok I dengan kelompok II dan antara kelompok I dengan

kelompok III pada periode perlakuan selama dua minggu

Gambar 7.8 Grafik Perubahan Persentase Monosit Pada Periode Perlakuan Selama Dua Minggu
91

Lampiran 5. Hasil Analisa Data Persentase Limfosit Mencit dengan Metode

Uji Two-Way Repeated Measure ANOVA

Tujuan : Untuk mengetahui apakah terdapat kelompok yang mengalami

perubahan rata – rata hasil hitung persentase limfosit secara signifikan

dibandingkan kelompok lain selama periode perlakuan.

Hipotesis

Ho : perubahan rata – rata hasil hitung persentase limfosit antar kelompok selama

periode perlakuan tidak berbeda signifikan

Ha : perubahan rata – rata hasil hitung persentase limfosit antar kelompok selama

periode perlakuan ada perbedaan yang signifikan

Pengolahan data dengan α = 0,05

Pengambilan keputusan :

Jika signifikansi > α, maka Ho diterima dan Ha ditolak

Jika signifikansi < α, maka Ha diterima dan Ho ditolak

Mauchly’s Test of Sphericity

Within Approx. Epsilon


Mauchly’s
Subject Chi df Signifikansi Greenhouse Huynh Lower-
W
Effect Square -Geisser -Feldt bound
Limfosit 0,237 19,744 5 0,001 0,531 0,662 0,333

Hasil Uji Two-Way Repeated Measure ANOVA

Sum of Square Mean


Metode Uji df f Signifikansi
Tipe III Square
Asumsi Bulat 1027,493 6 171,249 30,022 0
Greenhouse-Geisser 1027,493 3,183 322,801 30,022 0
Huynh-Feldt 1027,493 3,975 258,507 30,022 0
Lower-bound 1027,493 2 513,747 30,022 0
92

Hasil Signifikansi Two-Way Repeated Measure ANOVA < 0,05

Kesimpulan : ada perbedaan yang signifikan pada perubahan rata – rata hasil

hitung persentase limfosit antar kelompok selama periode perlakuan

Gambar 7.9 Grafik Rata – Rata Persentase Limfosit Selama Periode Perlakuan
93

Lampiran 6. Hasil Analisa Data Persentase Limfosit Mencit dengan Metode

Uji One – Way ANOVA yang Dilanjutkan Uji BNT pada Masing – Masing

Periode Perlakuan

Tujuan : Untuk mengetahui kelompok mana yang mengalami perubahan

persentase limfosit secara signifikan dibandingkan kelompok lain

pada periode perlakuan selama satu hari, satu minggu, dan dua

minggu

Hipotesis

Ho : Tidak ada perbedaan yang signifikan pada data perubahan persentase

limfosit antar kelompok pada masing – masing periode perlakuan selama

satu hari, satu minggu, dan dua minggu

Ha : Ada perbedaan yang signifikan pada data perubahan persentase limfosit antar

kelompok pada masing – masing periode perlakuan selama satu hari, satu

minggu, dan dua minggu

Pengolahan data dengan α = 0,05

Pengambilan keputusan :

Jika signifikansi > α, maka Ho diterima dan Ha ditolak

Jika signifikansi < α, maka Ha diterima dan Ho ditolak


94

6.1 Periode Satu Hari

Uji Homogenitas Varian

Levene Statistic df1 df2 Signifikansi


9,93 2 15 0,002

Robust Test of Equality of Means

Statistik df1 df2 Signifikansi


Welch 127,19 2 8,024 0
Brown-Forsythe 42,468 2 7,665 0

Hasil Signifikansi < 0,05

Kesimpulan : Ada perbedaan yang signifikan pada data perubahan persentase

limfosit antar kelompok pada periode perlakuan selama satu hari

Uji BNT (Beda Nyata Terkecil)

Tingkat Kepercayaan
Mean Standar 95%
Signifikansi
Difference Error Lower Upper
Bound Bound
Kelompok I Kelompok II -10,75* 2,00762 0 -15,0292 -6,4708
Kelompok III -18,4167* 2,00762 0 -22,6958 -14,1375
Kelompok II Kelompok I 10,75* 2,00762 0 6,4708 15,0292
Kelompok III -7,6667* 2,00762 0,002 -11,9458 -3,3875
Kelompok III Kelompok I 18,4167* 2,00762 0 14,1375 22,6958
Kelompok II 7,6667* 2,00762 0,002 3,3875 11,9458

Hasil Signifikansi BNT

 Kelompok I dengan kelompok II < 0,05


 Kelompok I dengan kelompok III < 0,05
 Kelompok II dengan kelompok III < 0,05

Kesimpulan : Ada perbedaan yang signifikan pada data persentase limfosit antara
kelompok I dengan kelompok II, antara kelompok I dengan kelompok III, dan
antara kelompok II dengan kelompok III pada periode perlakuan selama satu hari
95

Gambar 7.10 Grafik Perubahan Persentase Limfosit Pada Periode Perlakuan Selama Satu Hari

6.2 Periode Satu Minggu

Uji Homogenitas Varian

Levene Statistic df1 df2 Signifikansi


0,49 2 15 0,622

ANOVA

Sum of Squares df Mean Square F Signifikansi


Between Groups 1231,361 2 615,681 31,546 0
Within Groups 292,75 15 19,517
Total 1524,111 17
96

Hasil Signifikansi One-Way ANOVA < 0,05

Kesimpulan : Ada perbedaan yang signifikan pada data perubahan persentase

limfosit antar kelompok pada periode perlakuan selama satu minggu

Uji BNT (Beda Nyata Terkecil)

Tingkat Kepercayaan
Mean Standar 95%
Signifikansi
Difference Error Lower Upper
Bound Bound
Kelompok I Kelompok II -9,5833* 2,5506 0,002 -15,0198 -4,1469
Kelompok III -20,25* 2,5506 0 -25,6865 -14,8135
Kelompok II Kelompok I 9,5833* 2,5506 0,002 4,1469 15,0198
Kelompok III -10,6667* 2,5506 0,001 -16,1031 -5,2302
Kelompok III Kelompok I 20,25* 2,5506 0 14,8135 25,6865
Kelompok II 10,6667* 2,5506 0,001 5,2302 16,1031

Hasil Signifikansi BNT

 Kelompok I dengan kelompok II < 0,05

 Kelompok I dengan kelompok III < 0,05

 Kelompok II dengan kelompok III < 0,05

Kesimpulan : Ada perbedaan yang signifikan pada data perubahan persentase

limfosit antara kelompok I dengan kelompok II, antara kelompok I dengan

kelompok III, dan antara kelompok II dengan kelompok III pada periode

perlakuan selama satu minggu


97

Gambar 7.11 Grafik Perubahan Persentase Limfosit Pada Periode Perlakuan Selama Satu Minggu

6.3 Periode Dua Minggu

Uji Homogenitas Varian

Levene Statistic df1 df2 Signifikansi


3,617 2 15 0,052

ANOVA

Sum of Squares df Mean Square F Signifikansi


Between Groups 1693,361 2 846,681 38,853 0
Within Groups 326,875 15 21,792
Total 2020,236 17

Hasil Signifikansi One-Way ANOVA < 0,05

Kesimpulan : Ada perbedaan yang signifikan pada data perubahan persentase

limfosit antar kelompok pada periode perlakuan selama dua minggu


98

Uji BNT (Beda Nyata Terkecil)

Tingkat Kepercayaan
Mean Standar 95%
Signifikansi
Difference Error Lower Upper
Bound Bound
Kelompok I Kelompok II -12,4167* 2,69516 0 -18,1613 -6,6721
Kelompok III -23,75* 2,69516 0 -29,4946 -18,0054
Kelompok II Kelompok I 12,4167* 2,69516 0 6,6721 18,1613
Kelompok III -11,3333* 2,69516 0,001 -17,0779 -5,5887
Kelompok III Kelompok I 23,75* 2,69516 0 18,0054 29,4946
Kelompok II 11,3333* 2,69516 0,001 5,5887 17,0779

Hasil Signifikansi BNT

 Kelompok I dengan kelompok II < 0,05


 Kelompok I dengan kelompok III < 0,05
 Kelompok II dengan kelompok III < 0,05

Kesimpulan : Ada perbedaan yang signifikan pada data perubahan jumlah total
leukosit antara kelompok I dengan kelompok II, antara kelompok I dengan
kelompok III, dan antara kelompok II dengan kelompok III pada periode
perlakuan selama satu dua minggu

Gambar 7.12 Grafik Perubahan Persentase Limfosit Pada Periode Perlakuan Selama Dua Minggu
99

Lampiran 7. Hasil Analisis Titer Antibodi Mencit Dengan Metode One – Way

ANOVA, Dilanjutkan dengan Post Hoc Test (Tukey test dan Bonferroni test)

Tujuan : Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan / jelas

antara rata – rata titer semua kelompok data, dilanjutkan dengan Post

Hoc Test (Tukey test dan Bonferroni test) untuk mengetahui apakah

terdapat perbedaan yang nyata / signifikan antara masing – masing

kelompok data tersebut

Hipotesis

Ho : Tidak ada perbedaan yang signifikan antara rata – rata titer antibodi semua

kelompok data

Ha : Ada perbedaan yang signifikan antara rata – rata titer antibodi kelompok

data

Pengolahan data dengan α = 0,05

Pengambilan keputusan :

Jika signifikansi > α, maka Ho diterima dan Ha ditolak

Jika signifikansi < α, maka Ha diterima dan Ho ditolak

Deskriptif

Tingkat
Standar Kepercayaan 95%
Kelompok N Mean SD Min Max
Error Lower Upper
Bound Bound
I 6 6,83 1,472 0,601 5,29 8,38 5 8
II 6 7,17 1,602 0,654 5,49 8,85 6 10
III 6 7 1,265 0,516 5,67 8,33 6 9
100

Uji Homogenitas Varian

Levene Statistic df1 df2 Signifikansi


0,191 2 15 0,828

ANOVA

Sum of Squares df Mean Square F Signifikansi


Between Groups 0,333 2 0,167 0,079 0,924
Within Groups 31,667 15 2,111
Total 32 17

Hasil Signifikansi One-Way ANOVA > 0,05

Kesimpulan : Tidak ada perbedaan yang signifikan antara rata – rata titer antibodi

semua kelompok data

Gambar 7.13 Grafik Rata – Rata Titer Antibodi Mencit Setelah Dua Minggu Periode Perlakuan
101

Lampiran 8. Hasil Analisis Persentase Survival Rate Dengan Metode Kaplan

– Meier

Tujuan : Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara

persentase survival rate dari ketiga kelompok perlakuan

Hipotesis

Ho : Tidak ada perbedaan yang signifikan antara persentase survival rate dari

ketiga kelompok perlakuan

Ha : Ada perbedaan yang signifikan antara antara persentase survival rate dari

ketiga kelompok perlakuan

Pengolahan data dengan α = 0,05

Pengambilan keputusan :

Jika signifikansi > α, maka Ho diterima dan Ha ditolak

Jika signifikansi < α, maka Ha diterima dan Ho ditolak


102

Tabel Survival

Cumulative
Proportion
Waktu N of N of
Surviving at the
Kelompok Ulangan (Hari Status Cumulative Remaining
Ke)
Time
Event Cases
Standar
Estimasi
Error
1 1 0 0,833 0,152 1 5
2 2 0 0,667 0,192 2 4
3 7 1 - - 2 3
I
4 7 1 - - 2 2
5 7 1 - - 2 1
6 7 1 - - 2 0
1 5 0 0,833 0,152 1 5
2 7 1 - - 1 4
3 7 1 - - 1 3
II
4 7 1 - - 1 2
5 7 1 - - 1 1
6 7 1 - - 1 0
1 2 0 0,833 0,152 1 5
2 7 1 - - 1 4
3 7 1 - - 1 3
III
4 7 1 - - 1 2
5 7 1 - - 1 1
6 7 1 - - 1 0

Nilai Rata – Rata (Mean) dan Nilai Tengah (Median) Survival Time Mencit

Rata - rata Nilai Tengah


Tingkat
Tingkat
Kelompok Kepercayaan
Estimasi
Standar Kepercayaan 95% Estimasi
Standar
Error Error 95%
Lower Upper Lower Upper
Bound Bound Bound Bound
I 5,167 1,065 3,079 7,254 - - - -
II 6,667 0,304 6,07 7,263 - - - -
III 6,167 0,761 4,676 7,658 - - - -

Keterangan :
 Kelompok I : kontrol negatif (hanya diberi makan dan minum)
 Kelompok II : kontrol positif (pemberian vaksin typhoid)
 Kelompok III : pemberian kurma tahnik
103

Level Signifikansi Persentase Survival Rate Mencit Antar Kelompok

Perlakuan

Metode Uji Chi-Square df Signifikansi


Log Rank (Mantel-Cox) 0,817 2 0,665
Breslow (Generalized Wilcoxon) 0,995 2 0,608
Tarone-Ware 0,905 2 0,636

Hasil Signifikansi > 0,05

Kesimpulan : Tidak ada perbedaan yang signifikan antara persentase survival rate

dari ketiga kelompok perlakuan

Gambar 7.14 Kurva Kaplan – Meier Persentase Survival Rate Mencit Selama Periode Infeksi

Salmonella typhi
104

Lampiran 9. Hasil Pengukuran Titer Antibodi dengan Metode

Haemaglutination Antibody (HA) Setelah Dua Minggu Periode Perlakuan

Gambar 7.15 Haemaglutination Antibody (HA) Kelompok I

Gambar 7.16 Haemaglutination Antibody (HA) Kelompok II


105

Gambar 7.17 Haemaglutination Antibody (HA) Kelompok III

Anda mungkin juga menyukai