Anda di halaman 1dari 46

MAKALAH TOKSIKOLOGI

ANTI PARASIT

DISUSUN OLEH :

M Rizky Ramadhan

( 482011805067 )

NAMA DOSEN :

Dr. dr. Ibrahim Edy S., M.Kes

PRODI S1 FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SITI KHODIJAH

PALEMBANG

2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmatnya


kepada kita semua. Rasa syukur itu dapat kita  dengan Cara memelihara
lingkungan dan mengasah akal budi kita kita untuk memanfaatkan karunia
Tuhan itu dengan sebaik-baiknya.

Jadi , rasa syukur itu harus senantiasa kita wujudkan dengan rajin
belajar dan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan. Dengan Cara itu,
anda akan menjadi generasi bangsa yang tangguh dan berbobot serta pintar.
Makalah ini yaitu Materi “Toksikologi”tentang “Antiparasit”.

Segala usaha telah kami lakukan untuk menyelesaikan makalah ini.


Namun dalam usaha yang maksimal itu kami menyadari tentu masih terdapat
banyak kekurangan.untuk itu kami menharap kritik dan saran dari semua
pihak yang bisa kami jadikan sebagai motivasi

Palembang, 18 April 2020

Penyusun

2
BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Toksikologi adalah studi mengenai efek yang tidak diinginkan dari zat-zat
kimia terhadap organisme hidup. Jadi kalau di lihat dari definisi tersebut tidak
perlu lagi kata kima di tuliskan sesudah toksikologi seperti yang di tulis dalam
judul kegiatan ini, meskipun sumber zat toksik bisa juga berasal dari
tumbuhan dan binatang. Gabungan antara berbagai efek potensial yang
merugikan serta terdapatnya keanekaragaman bahan kimia di lingkungan
membuat toksikologi sangat luas cakupannya. Toksikologi meliputi penelitian
toksisitas bahan-bahan kimia yang di gunakann misalnya: (1) di bidang
kedokteran untuk tujuan diagnostik,  pencegahan, dan terapeutik, (2) di
bidang industri makanan sebagai zat tambahan langsung maupun tidak
langsung, (3) di bidang pertanian sebagai peptisida, zat  pengatur
pertumbuhan, penyerbuk buatan, dan (4) di bidang industri kimia sebagai
pelarut, reagen dan sebagainya. Pencegahan keracunan memerlukan
perhitungan terhadap toxicity (toksisitas), hazard (bahay), risk (resiko), dan
safety (keamanan). Hazard suatu zat kimia berarti: "kemungkinan zat kimia
tersebut untuk menimbulkan cedera", sedangkan dalam bahas Indonesia
Hazard diterjemahkan sebagai "bahaya". Hazard berbeda pengertiannya
dengan toksisitas, yang berarti "deskripsi dan kuantifikasi sifat-sifat toksis
suatu zat kimia". Hazard dapat berbeda tergantung cara pemaparan zat kimia
tersebut. Zat X dalam bentuk cair misalnya akan lebih  berbahaya
(hazardous) dari pada bentuk butiran karena lebih mudah menempel di kulit
dan di serap. Suatu zat kimia dalam bentuk gas akan menimbulkan hazard
lebih besar dari pada bentuk cair, karena dapa menyebar luas di udara dan
mengenai banyak orang sekaligus. Namun bila gas di simpan dalam tangki
dengan  baik atau dalam ruangan sejuk maka hazard akan menjadi lebih
kecil. Risk didefinisikan sebagai "besarnya kemungkinan suatu zat kimia
untuk menimbulkan keracunan". Hal ini terutama tergantung dari besarnya
dosis yang masuk ke dalam tubuh. Peningkatan dosis di tentukan oleh
tingginya konsentrasi lama dan seringnya pemaparan serta cara masuknya
zat tersebut ke dalam tubuh. Semakin besar pemaparan terhadap zat kimia
semakin besar pula resiko keracunan. Keamanan suatu xenobiotik
perhitungan sukar di pahami. Hal ini disebabkan perlu memperhitungkan
keamanan dengan menerapkan "faktor keamanan", yang kadang kala
merupakan etimasi yang sering berlebihan. Manusia tidak dapat di pakai
sebagai "hewan" pecobaan untuk menilai xenobiotik seperti biasanya di
lakukan terhadap obat karena etis. Oleh karena itu terpaksa  perhitungan
harus didasarkan etimasi toksisitas dan bahaya terhadap suatu zat kimia

3
melalui data yang di peroleh dari hewan percobaan. Karena ada perbedaan
antara sifat manusia dengan hewan percobaan maka harus di perhitungkan
faktor keamanan yang menurut konsensus ilmish sebesar 100. Hal ini
menyebabkan di terimanya standar pemaparan seperti: acceptable Daily
Intake (ADI), Tolerable Weekly Intake (TWI), Maximal Allowable
Concentration, Tolerance Level, dan sebagainya.

Antiparasit adalah kelas obat yang diindikasikan untuk pengobatan penyakit


parasit , seperti yang disebabkan oleh cacing , amuba ,ektoparasit , jamur
parasit , dan protozoa ,antara lain. Antiparasit menargetkan agen parasit dari
infeksi dengan menghancurkannya atau menghambat pertumbuhannya;
mereka biasanya efektif melawan sejumlah parasit dalam kelas tertentu.
Antiparasit adalah salah satu obat antimikroba yang meliputi antibiotik yang
menargetkan bakteri , dan antijamur yang menargetkan jamur . Mereka dapat
diberikan secara oral , intravena atau topikal .

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dibuat rumusan masalah


yaitu:
1. Apakah yang dimaksud dengan antiparasit?
2. Apa saja golongan obat antiparasit?
3. Apa saja obat obatnya?
4. Apa saja penggunaan medisnya?
5. Apa saja riwayat pengembangan obat?

C. TUJUAN
Tujuan dari pembuatan makalah ini sesuai dengan rumusan masalah yaitu :
 
1. Untuk memahami pengertian dari antiparasit.
 
2. Untuk memahami penggolongan antiparasit

4
BAB II PEMBAHAAN

A. Antiparasit

Antiparasit adalah kelas obat yang diindikasikan untuk pengobatan penyakit


parasit , seperti yang disebabkan oleh cacing , amuba ,ektoparasit , jamur
parasit , dan protozoa ,antara lain. Antiparasit menargetkan agen parasit dari
infeksi dengan menghancurkannya atau menghambat pertumbuhannya;
mereka biasanya efektif melawan sejumlah parasit dalam kelas tertentu.
Antiparasit adalah salah satu obat antimikroba yang meliputi antibiotik yang
menargetkan bakteri , dan antijamur yang menargetkan jamur . Mereka dapat
diberikan secara oral , intravena atau topikal .

Antiparasit Broad-Spectrum, analog dengan antibiotik spektrum luas untuk


bakteri, adalah obat antiparasit dengan kemanjuran dalam mengobati
berbagai infeksi parasit yang disebabkan oleh parasit dari kelas yang
berbeda.

Penggolongan Antiparasita.

1. Antimalaria

Antimalaria adalah obat-obat yang digunakan untuk mencegah dan


mengobati penyakit yang disebabkan oleh parasit bersel tunggal (protozoa)
yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anophelesbetina yang menggigit
pada malam hari.

Praktis untuk mempertimbangkan antimalaria berdasarkan struktur kimia


karena ini terkait dengan sifat-sifat penting dari masing-masing obat, seperti
mekanisme kerja.

a. Kina dan agen terkait

Kina memiliki sejarah panjang yang membentang dari Peru , dan penemuan
pohon cinchona , dan potensi penggunaan kulitnya, hingga hari ini dan
koleksi turunan yang masih sering digunakan dalam pencegahan dan
pengobatan malaria. Kina adalah alkaloid yang bertindak sebagai gametosida
schizontisidal darah dan lemah terhadap Plasmodium vivax dan Plasmodium
malariae . Sebagai alkaloid, ia terakumulasi dalam vakuola makanan spesies
Plasmodium , terutama Plasmodium falciparum . Kerjanya dengan
menghambat biokristalisasi hemozoin , sehingga memudahkan agregasi
heme sitotoksik . Quinine kurang efektif dan lebih toksik sebagai agen

5
skizontisida darah daripada klorokuin ; Namun, masih sangat efektif dan
banyak digunakan dalam pengobatan kasus akut P. falciparum yang parah.
Ini sangat berguna di daerah-daerah di mana diketahui ada tingkat resistensi
yang tinggi terhadap kombinasi klorokuin, mefloquine , dan sulfa dengan
pirimetamin . Kina juga digunakan dalam perawatan pasca pajanan individu
yang kembali dari daerah di mana malaria endemik .

Rejimen pengobatan kina adalah kompleks dan sebagian besar ditentukan


oleh tingkat resistensi parasit dan alasan terapi obat (yaitu pengobatan akut
atau profilaksis). Rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia untuk kina
adalah 20 mg / kg pertama kali dan 10 mg / kg setiap delapan jam selama
lima hari di mana parasit sensitif terhadap kina, dikombinasikan dengan
doksisiklin , tetrasiklin atau klindamisin . Dosis dapat diberikan melalui rute
oral, intravena atau intramuskuler . Metode yang direkomendasikan
tergantung pada urgensi pengobatan dan sumber daya yang tersedia (yaitu
jarum yang disterilkan untuk injeksi IV atau IM).

Penggunaan kina dicirikan oleh sindrom yang sering dialami yang disebut
cinchonism . Tinnitus (gangguan pendengaran), ruam, vertigo , mual, muntah
dan sakit perut adalah gejala yang paling umum. Efek neurologis dialami
dalam beberapa kasus karena sifat neurotoksik obat. Tindakan ini dimediasi
melalui interaksi kina menyebabkan penurunan rangsangan pelat ujung
motor neuron . Ini sering mengakibatkan gangguan fungsional saraf kranial
kedelapan , mengakibatkan kebingungan, delirium , dan koma. Kina dapat
menyebabkan hipoglikemia melalui tindakan merangsang sekresi insulin ; ini
terjadi dalam dosis terapi dan oleh karena itu disarankan bahwa kadar
glukosa dipantau pada semua pasien setiap 4-6 jam. Efek ini dapat dibesar-
besarkan pada kehamilan dan oleh karena itu perawatan tambahan dalam
pemberian dan pemantauan dosis sangat penting. Dosis yang berulang atau
berlebihan dapat menyebabkan gagal ginjal dan kematian melalui depresi
sistem pernapasan .

Quinimax dan quinidine adalah dua alkaloid yang paling umum digunakan
terkait dengan quinine dalam pengobatan atau pencegahan malaria.
Quinimax adalah kombinasi dari empat alkaloid (quinine, quinidine, cinchoine
dan cinchonidine). Kombinasi ini telah ditunjukkan dalam beberapa penelitian
lebih efektif daripada kina, diduga karena aksi sinergis antara empat turunan
cinchona. Quinidine adalah turunan langsung dari kina. Ini adalah
distereoisomer , sehingga memiliki sifat anti-malaria yang mirip dengan
senyawa induk. Quinidine direkomendasikan hanya untuk pengobatan kasus
malaria yang parah.

6
Larutan Warburg adalah obat penurun panas yang dikembangkan oleh Carl
Warburg pada tahun 1834, yang memasukkan kina sebagai bahan utama.
Pada abad ke-19 itu adalah obat anti-malaria yang terkenal. Meskipun
awalnya dijual sebagai obat rahasia, tingtur Warburg sangat dianggap oleh
banyak profesional medis terkemuka yang menganggapnya lebih unggul
daripada kina (misalnya Jenderal Bedah WC Maclean, Profesor Kedokteran
Militer di British Army Medical School, Netley). Larutan Warburg muncul di
Martindale: Referensi obat lengkap dari tahun 1883 hingga sekitar tahun
1920. Formula ini diterbitkan dalam The Lancet 1875.

b. Chloroquine

Chloroquine adalah, sampai saat ini, anti-malaria yang paling banyak


digunakan. Itu adalah prototipe asli dari mana sebagian besar metode
pengobatan berasal. Obat ini juga paling murah, paling teruji dan paling aman
dari semua obat yang tersedia. Munculnya strain parasit yang resistan
terhadap obat dengan cepat mengurangi efektivitasnya; namun, obat ini
masih merupakan obat pilihan lini pertama di sebagian besar negara Afrika
sub-Sahara . Sekarang disarankan bahwa obat ini digunakan dalam
kombinasi dengan obat antimalaria lainnya untuk memperpanjang
penggunaannya yang efektif. Obat populer berdasarkan kloroquine fosfat
(juga disebut nivaquine) adalah Chloroquine FNA, Resochin dan Dawaquin.

Chloroquine adalah senyawa 4-aminoquinolone dengan mekanisme aksi


yang rumit dan masih belum jelas. Dipercaya mencapai konsentrasi tinggi
dalam vakuola parasit, yang, karena sifat basa, meningkatkan pH internal. Ini
mengontrol konversi heme beracun menjadi hemozoin dengan menghambat
biokristalisasi hemozoin , sehingga meracuni parasit melalui tingkat toksisitas
yang berlebihan. Mekanisme potensial lain yang melaluinya dapat bertindak
termasuk mengganggu biosintesis asam nukleat parasit dan pembentukan
kompleks kloroquin-haem atau chloroquine- DNA . Tingkat aktivitas paling
signifikan yang ditemukan adalah melawan semua bentuk schizonts (dengan
pengecualian yang jelas dari strain P. falciparum dan P. vivax yang resisten
klorokuin) dan gametosit dari P. vivax , P. malariae , P. ovale serta gametosit
yang belum matang dari P. falciparum . Chloroquine juga memiliki efek anti-
piretik dan anti-inflamasi yang signifikan ketika digunakan untuk mengobati
infeksi P. vivax , dan dengan demikian itu mungkin tetap bermanfaat bahkan
ketika resistensi lebih luas. Menurut sebuah laporan di bagian situs web
Jaringan Sains dan Pengembangan sub-Sahara Afrika, ada sangat sedikit
resistensi obat di antara anak-anak yang terinfeksi malaria di pulau
Madagaskar, tetapi apa resistensi obat yang ada terhadap chloroquinine.

7
Anak-anak dan orang dewasa harus menerima 25 mg klorokuin per kg yang
diberikan selama tiga hari. Rezim farmakokinetik superior, direkomendasikan
oleh WHO, melibatkan pemberian dosis awal 10 mg / kg diikuti 6-8 jam
kemudian dengan 5 mg / kg, kemudian 5 mg / kg pada dua hari berikutnya.
Untuk chemoprophylaxis : 5 mg / kg / minggu (dosis tunggal) atau 10 mg /
kg / minggu dibagi menjadi enam dosis harian disarankan. Chloroquine
hanya direkomendasikan sebagai obat profilaksis di daerah yang hanya
dipengaruhi oleh strain P. vivax dan P. falciparum yang sensitif. Chloroquine
telah digunakan dalam pengobatan malaria selama bertahun-tahun dan tidak
ada efek abortifacient atau teratogenik yang dilaporkan selama waktu ini;
oleh karena itu, dianggap sangat aman untuk digunakan selama kehamilan.
Namun, gatal dapat terjadi pada tingkat yang tidak dapat ditoleransi dan
Chloroquinine dapat menjadi faktor provokasi psoriasis .

c. Amodiakuin

Amodiakuin adalah obat antimalaria 4-aminoininolon yang serupa dalam


struktur dan mekanisme kerjanya terhadap klorokuin. Amodiakuin cenderung
diberikan di daerah resistensi klorokuin, sementara beberapa pasien lebih
suka kecenderungannya menyebabkan lebih sedikit gatal daripada klorokuin.
Amodiakuin sekarang tersedia dalam formulasi gabungan dengan artesunat (
ASAQ ) dan merupakan salah satu terapi kombinasi artemisinin yang
direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia. Kombinasi dengan
sulfadoksin = pirimetamin tidak dianjurkan.

Obat harus diberikan dalam dosis antara 25 mg / kg dan 35 mg / kg selama


tiga hari dengan metode yang sama dengan yang digunakan dalam
pemberian klorokuin. Reaksi yang merugikan umumnya serupa dalam tingkat
keparahan dan jenisnya dengan yang terlihat pada pengobatan klorokuin.
Selain itu, bradikardia , gatal, mual, muntah dan beberapa nyeri perut telah
dicatat. Beberapa kelainan darah dan hati juga terlihat pada sejumlah kecil
pasien.

d. Pyrimethamine

Pirimetamin digunakan dalam pengobatan malaria tanpa komplikasi. Ini


sangat berguna dalam kasus strain P. falciparum yang resisten klorokuin bila
dikombinasikan dengan sulfadoksin . Kerjanya dengan menghambat
reduktase dihydrofolate dalam parasit sehingga mencegah biosintesis purin
dan pirimidin , sehingga menghentikan proses replikasi DNA , pembelahan
sel dan reproduksi. Kerjanya terutama pada schizonts selama fase eritrositik,
dan saat ini hanya digunakan dalam konser dengan sulfonamide .

8
e. Proguanil

Proguanil (chloroguanide) adalah biguanide ; turunan sintetis pirimidin. Ini


dikembangkan pada tahun 1945 oleh kelompok penelitian Antimalaria Inggris.
Ini memiliki banyak mekanisme aksi tetapi terutama dimediasi melalui
konversi ke cycloguanil metabolit aktif. Ini menghambat enzim reduktase
dihidrofolat malaria. Efeknya yang paling menonjol adalah pada tahap
jaringan primer P. falciparum, P. vivax dan P. ovale . Ini tidak memiliki efek
terhadap hypnozoites karena itu tidak digunakan dalam pencegahan
kekambuhan. Ia memiliki aktivitas schizonticidal darah yang lemah dan tidak
direkomendasikan untuk terapi infeksi akut. Namun itu berguna dalam
profilaksis ketika dikombinasikan dengan atovaquone atau kloroquin (di
daerah di mana tidak ada resistensi klorokuin). 3 mg / kg adalah dosis yang
disarankan per hari, (maka perkiraan dosis dewasa adalah 200 mg). Profil
farmakokinetik obat menunjukkan bahwa setengah dosis, dua kali sehari
mempertahankan kadar plasma dengan tingkat konsistensi yang lebih besar,
sehingga memberikan tingkat perlindungan yang lebih besar. Kombinasi
proguanilkloroquine tidak memberikan perlindungan yang efektif terhadap
strain P. falciparum yang resisten. Ada sedikit efek samping pada proguanil,
dengan sedikit rambut rontok dan bisul mulut kadang-kadang dilaporkan
setelah penggunaan profilaksis. Proguanil hidroklorida dipasarkan sebagai
Paludrine oleh AstraZeneca .

f. Sulfonamides

Sulfadoxine dan sulfamethoxypyridazine adalah inhibitor spesifik dari enzim


dihydropteroate synthetase dalam jalur sintesis tetrahydrofolate dari parasit
malaria. Mereka adalah analog struktural asam p -aminobenzoic (PABA) dan
bersaing dengan PABA untuk memblokir konversi menjadi asam dihydrofolic.
Sulfonamid bekerja pada tahap schizont dari siklus erythrocytic (asexual).
Ketika diberikan sendiri sulfonamid tidak berkhasiat dalam mengobati malaria
tetapi bersamaan dengan antifolate pyrimethamine , paling umum sebagai
sulfadoxine-pyrimethamine dosis tetap (Fansidar), menghasilkan efek
sinergis yang cukup untuk menyembuhkan jenis malaria yang sensitif.

Sulfonamid tidak direkomendasikan untuk kemoprofilaksis karena reaksi kulit


yang jarang tetapi parah. Namun sering digunakan untuk episode klinis
penyakit.

g. Mefloquine

9
Mefloquine dikembangkan selama Perang Vietnam dan secara kimiawi terkait
dengan kina. Itu dikembangkan untuk melindungi pasukan Amerika terhadap
P. falciparum yang resistan terhadap beberapa obat . Ini adalah skizontisida
darah yang sangat kuat dengan waktu paruh yang panjang. Diperkirakan
bertindak dengan membentuk kompleks heme beracun yang merusak
vakuola makanan parasit. Mefloquine efektif dalam profilaksis dan untuk
terapi akut. Sekarang hanya digunakan untuk pencegahan strain resisten P.
falciparum (biasanya dikombinasikan dengan Artesunat ) meskipun efektif
terhadap P. vivax , P. ovale dan P. marlariae . Kombinasi kloroquin /
proguanil atau sulfa obat-pirimetamin harus digunakan pada semua infeksi
plasmodia lainnya.

Produsen komersial utama pengobatan malaria berbasis mefloquine adalah


Roche Pharmaceuticals, yang memasarkan obat dengan nama dagang "
Lariam ". Lariam cukup mahal sekitar tiga € per tablet (harga tahun 2000).

Dosis 15–25 mg / kg dianjurkan, tergantung pada prevalensi resistensi


mefloquine. Peningkatan dosis dikaitkan dengan tingkat intoleransi yang jauh
lebih besar, terutama pada anak kecil; dengan obat yang menyebabkan
muntah dan esofagitis . Itu tidak direkomendasikan untuk digunakan selama
trimester pertama, meskipun dianggap aman selama trimester kedua dan
ketiga; namun, pada Oktober 2011, Pusat Pengendalian dan Pencegahan
Penyakit (CDC) mengubah rekomendasinya dan menyetujui penggunaan
Mefloquine untuk profilaksis dan pengobatan malaria di semua trimester,
setelah Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) mengubah kategorinya
dari C menjadi B. Mefloquine sering menghasilkan efek samping, termasuk
mual, muntah, diare, sakit perut, dan pusing. Beberapa asosiasi dengan
peristiwa neurologis telah dibuat, yaitu gangguan afektif dan kecemasan ,
halusinasi, gangguan tidur, psikosis , ensefalopati toksik , kejang-kejang dan
delirium . Efek kardiovaskular telah dicatat dengan bradikardia dan aritmia
sinus secara konsisten dicatat pada 68% pasien yang diobati dengan
mefloquine (dalam satu penelitian berbasis rumah sakit).

Mefloquine hanya dapat diminum untuk jangka waktu hingga enam bulan
karena efek samping. Setelah ini, obat lain (seperti yang berbasis pada
paludrine / nivaquine) perlu dikonsumsi lagi.

h. Atovaquone

Atovaquone tersedia dalam kombinasi dengan proguanil dengan nama


Malarone , meskipun dengan harga lebih tinggi dari Lariam . Ini biasanya
digunakan dalam profilaksis oleh pelancong dan digunakan untuk mengobati

10
malaria falciparum di negara maju. Suspensi oral cair Atovaquone tersedia
dengan nama Mepron.

i. Primaquine

Primaquine adalah 8-aminoquinolone yang sangat aktif yang efektif melawan


gametosit P. falcipaum tetapi juga bekerja pada merozoit dalam aliran darah
dan pada hipnozoit, bentuk hati aktif dari P. vivax dan P. ovale .Ini adalah
satu-satunya obat yang dikenal untuk menyembuhkan infeksi malaria yang
kambuh dan kasus akut. Mekanisme kerjanya tidak sepenuhnya dipahami
tetapi diduga menghambat metabolisme oksidatif di Plasmodia. Itu juga dapat
dikombinasikan dengan biru metilen.

Untuk pencegahan kekambuhan pada P. vivax dan P. ovale 0,15 mg / kg


harus diberikan selama 14 hari. Sebagai obat gametocytocidal pada infeksi
P. falciparum dosis tunggal 0,75 mg / kg yang diulang tujuh hari kemudian
sudah cukup. Metode perawatan ini hanya digunakan bersama dengan obat
skizontisida darah lain yang efektif. Ada beberapa efek samping yang
signifikan walaupun telah ditunjukkan bahwa primaquine dapat menyebabkan
anoreksia , mual, muntah, kram, kelemahan dada, anemia , beberapa
penekanan aktivitas myeloid dan nyeri perut. Dalam kasus granulocytopenia
dosis tinggi dapat terjadi.

j. Artemisinin dan turunannya

Artemisinin adalah ramuan Cina ( qinghaosu ) yang telah digunakan dalam


pengobatan demam selama lebih dari 1.000 tahun,sehingga mendahului
penggunaan Kina di dunia barat. Itu berasal dari tanaman Artemisia annua ,
dengan dokumentasi pertama sebagai agen terapi yang berhasil dalam
pengobatan malaria pada tahun 340 M oleh Ge Hong dalam bukunya Zhou
Hou Bei Ji Fang ( Buku Pegangan Resep untuk Keadaan Darurat ).Ge Hong
mengekstraksi artemesinin menggunakan macerate sederhana, dan metode
ini masih digunakan sampai sekarang.Senyawa aktif itu diisolasi pertama kali
pada tahun 1971 dan dinamai artemisinin. Ini adalah lakton seskuiterpen
dengan ikatan jembatan peroksida yang jarang secara kimia.Ini dianggap
bertanggung jawab atas sebagian besar tindakan anti-malaria, meskipun
target dalam parasit tetap kontroversial.Saat ini itu dikontrol secara ketat
berdasarkan pedoman WHO karena telah terbukti efektif terhadap semua
bentuk P. falciparum yang resistan terhadap multi-obat, sehingga setiap
perawatan dilakukan untuk memastikan kepatuhan dan kepatuhan bersama
dengan perilaku lain yang terkait dengan pengembangan resistansi. Ini juga
hanya diberikan dalam kombinasi dengan anti-malaria lainnya.

11
 Artemisinin memiliki tindakan yang sangat cepat dan sebagian besar
pasien akut yang dirawat menunjukkan peningkatan yang signifikan
dalam 1-3 hari setelah menerima pengobatan. Ini telah menunjukkan
pembersihan tercepat dari semua anti-malaria saat ini digunakan dan
bertindak terutama pada fase trofozit, sehingga mencegah
perkembangan penyakit . Turunan artemisinin semi-sintetik (misalnya
artesunat, artemeter) lebih mudah digunakan daripada senyawa induk
dan dikonversi dengan cepat sekali dalam tubuh menjadi senyawa
aktif dihydroartemesinin. Pada hari pertama pengobatan 20 mg / kg
sering diberikan, dan dosis kemudian dikurangi menjadi 10 mg / kg per
hari selama enam hari berikutnya. Beberapa efek samping yang terkait
dengan penggunaan artemesinin. Namun, sakit kepala, mual, muntah,
perdarahan abnormal, urin gelap, gatal dan beberapa obat demam
telah dilaporkan oleh sejumlah kecil pasien. Beberapa perubahan
jantung dilaporkan selama uji klinis, terutama perubahan ST non
spesifik dan blok atrioventrikular derajat pertama (ini hilang ketika
pasien pulih dari demam malaria).

 Artemether adalah turunan metil eter dari dihidroartemesinin. Ini mirip


dengan artemesinin dalam mode aksi tetapi menunjukkan kemampuan
yang berkurang sebagai senyawa hypnozoiticidal, alih-alih bertindak
lebih signifikan untuk mengurangi pengangkutan gametosit.
Pembatasan serupa juga berlaku, seperti halnya dengan artemesinin,
untuk mencegah perkembangan resistensi, oleh karena itu hanya
digunakan dalam terapi kombinasi untuk kasus akut yang parah dari
P. falciparum yang resistan terhadap obat. Ini harus diberikan dalam
kursus 7 hari dengan 4 mg / kg diberikan per hari selama tiga hari,
diikuti oleh 1,6 mg / kg selama tiga hari. Efek samping obat ini sedikit
tetapi termasuk neurotoksisitas potensial yang berkembang jika dosis
tinggi diberikan.

 Artesunat adalah turunan hemisuksinat dari metabolit aktif


dihydroartemisin. Saat ini itu adalah yang paling sering digunakan dari
semua jenis obat artemesinin. Efeknya hanya dimediasi melalui
pengurangan transmisi gametosit. Ini digunakan dalam terapi
kombinasi dan efektif dalam kasus P. falciparum tanpa komplikasi.
Dosis yang direkomendasikan oleh WHO adalah kursus lima atau
tujuh hari (tergantung pada tingkat kepatuhan yang diprediksi) 4 mg /
kg selama tiga hari (biasanya diberikan dalam kombinasi dengan
mefloquine) diikuti oleh 2 mg / kg untuk sisa dua atau empat hari. .
Dalam studi besar yang dilakukan pada lebih dari 10.000 pasien di
Thailand tidak ada efek samping yang ditunjukkan.

12
 Dihydroartemisinin adalah metabolit aktif yang mengurangi
artemesinin. Ini adalah senyawa artemesinin paling efektif dan paling
tidak stabil. Ia memiliki aksi skizontisida darah yang kuat dan
mengurangi penularan gametosit. Ini digunakan untuk pengobatan
terapi kasus P. falciparum yang resisten dan tidak rumit. Dosis 4 mg /
kg direkomendasikan pada hari pertama terapi diikuti 2 mg / kg selama
enam hari. Seperti dengan artesunat, sejauh ini tidak ada efek
samping pada pengobatan.

 Arteether adalah turunan etil eter dari dihidroartemisinin. Ini digunakan


dalam terapi kombinasi untuk kasus P. falciparum yang resisten tanpa
komplikasi. Dosis yang dianjurkan adalah 150 mg / kg per hari selama
tiga hari yang diberikan dengan suntikan IM. Dengan pengecualian
pada sejumlah kecil kasus yang menunjukkan neurotoksisitas setelah
pemberian parenteral, tidak ada efek samping yang tercatat.

k. Halofantrine

Halofantrine adalah obat yang relatif baru yang dikembangkan oleh Institut
Penelitian Angkatan Darat Walter Reed pada 1960-an. Ini adalah metanol
fenantrena , secara kimiawi terkait dengan Quinine dan bertindak sebagai
skizontisida darah yang efektif terhadap semua parasit Plasmodium .
Mekanisme kerjanya mirip dengan anti-malaria lainnya. Kompleks sitotoksik
dibentuk dengan ferritoporphyrin XI yang menyebabkan kerusakan membran
plasmodial. Meskipun efektif melawan parasit yang resistan terhadap obat,
halofantrine tidak umum digunakan dalam pengobatan (profilaksis atau
terapi) malaria karena biayanya yang tinggi. Ini memiliki bioavailabilitas yang
sangat bervariasi dan terbukti berpotensi memiliki tingkat kardiotoksisitas
yang tinggi . Ini masih merupakan obat yang berguna dan dapat digunakan
pada pasien yang diketahui bebas dari penyakit jantung dan menderita
bentuk parah dan resisten malaria akut. Obat yang populer berdasarkan
halofantrine adalah Halfan. Tingkat kontrol pemerintah dan dasar resep saja
yang dapat digunakan berkontribusi pada biaya, sehingga halofantrine tidak
sering digunakan.

Dosis halofantrine 8 mg / kg disarankan untuk diberikan dalam tiga dosis


dengan interval enam jam selama durasi episode klinis. Tidak dianjurkan
untuk anak di bawah 10 kg meskipun data mendukung penggunaan dan
menunjukkan bahwa itu ditoleransi dengan baik. Efek samping yang paling
sering dialami termasuk mual, sakit perut, diare, dan gatal. Disritmia ventrikel
yang parah, kadang-kadang menyebabkan kematian terlihat ketika dosis
tinggi diberikan. Ini karena perpanjangan interval QTc . Halofantrine tidak

13
dianjurkan untuk digunakan pada kehamilan dan menyusui, pada anak-anak
kecil, atau pada pasien yang telah menggunakan mefloquine sebelumnya.

l. Lumefantrine

Lumefantrine adalah kerabat halofantrine yang digunakan dalam beberapa


kombinasi rejimen antimalaria. [12]

m. Doksisiklin

Mungkin salah satu obat antimalaria yang lebih umum diresepkan, karena
efektivitas dan harganya yang relatif murah, doksisiklin adalah senyawa
tetrasiklin yang berasal dari oxytetracycline . Tetrasiklin adalah salah satu
kelompok antibiotik paling awal yang akan dikembangkan dan masih
digunakan secara luas dalam banyak jenis infeksi. Ini adalah agen
bakteriostatik yang bertindak untuk menghambat proses sintesis protein
dengan mengikat subunit ribosom 30S sehingga mencegah unit 50-an dan
30-an dari ikatan. Doksisiklin digunakan terutama untuk kemoprofilaksis di
daerah di mana resistensi klorokuin ada. Ini juga dapat digunakan dalam
kombinasi dengan kina untuk mengobati kasus resisten P. falciparum tetapi
memiliki tindakan yang sangat lambat pada malaria akut, dan tidak boleh
digunakan sebagai monoterapi.

Saat mengobati kasus akut dan diberikan dalam kombinasi dengan kina; 100
mg doksisiklin harus diberikan per hari selama tujuh hari. Dalam terapi
profilaksis, 100 mg (dosis dewasa) doksisiklin harus diberikan setiap hari
selama paparan malaria.

Efek samping yang paling umum dialami adalah hipoplasia enamel


permanen, depresi sementara pertumbuhan tulang, gangguan pencernaan
dan beberapa tingkat peningkatan fotosensitifitas . Karena efeknya terhadap
pertumbuhan tulang dan gigi, ini tidak digunakan pada anak-anak di bawah 8
tahun, wanita hamil atau menyusui dan mereka yang diketahui memiliki
gangguan fungsi hati.

Tetrasiklin hanya digunakan dalam kombinasi untuk pengobatan kasus akut


infeksi P. falciparum . Ini karena onsetnya lambat. Tidak seperti doksisiklin,
obat ini tidak digunakan dalam kemoprofilaksis. Untuk tetrasiklin, 250 mg
adalah dosis dewasa yang direkomendasikan (tidak boleh digunakan pada
anak-anak) selama lima atau tujuh hari tergantung pada tingkat kepatuhan
dan kepatuhan yang diharapkan. Ulserasi esofagus, gangguan saluran cerna
dan gangguan pada proses osifikasi dan depresi pertumbuhan tulang

14
diketahui terjadi. Mayoritas efek samping yang terkait dengan doksisiklin juga
dialami.

n. Klindamisin

Clindamycin adalah turunan dari lincomycin , dengan aksi lambat terhadap


skizontisida darah. Ini hanya digunakan dalam kombinasi dengan kina dalam
pengobatan kasus akut infeksi P. falciparum yang resisten dan bukan
sebagai profilaksis. Menjadi lebih beracun daripada alternatif antibiotik lain,
itu hanya digunakan dalam kasus di mana Tetrasiklin dikontraindikasikan
(misalnya pada anak-anak).

Klindamisin harus diberikan bersama dengan kina sebagai dosis 300 mg


(pada orang dewasa) empat kali sehari selama lima hari. Satu-satunya efek
samping yang dicatat pada pasien yang menggunakan klindamisin adalah
mual, muntah dan sakit perut serta kram. Namun ini dapat diatasi dengan
mengkonsumsi sejumlah besar air dan makanan saat mengambil obat. Kolitis
pseudomembran (disebabkan oleh Clostridium difficile ) juga telah
berkembang pada beberapa pasien; kondisi ini dapat berakibat fatal pada
sejumlah kecil kasus.

2. Antiamuba

Antiamuba adalah obat-obat yang digunakan untuk mengobati penyakit


yang disebabkan oleh mikroorganisme bersel tunggal (protozoa) yaitu
Entamoeba histolyticayang dikenal dengan disentri amuba.

Penyakit yang disebabkan amuba umumnya menyerang usus. Dengan gejala


diare berlendir dan darah disertai kejang-kejang dan nyeri perut, serta mulas
pada waktu buang air besar.

Bila pengobatannya tidak tepat penyakit ini dapat menjalar ke organ-organ


lain khususnya hati dan menyebabkan amubiasis hati yang berciri radang hati
(hepatitis amuba)
Bentuk amuba dan cara penularannya :

Bentuk kista merupakan bentuk yang tidak aktif dari amuba yang memiliki
membran pelindung yang ulet dan tahan getah lambung.
Bentuk minuta (kecil)

15
     Bila makanan yang terinfeksi oleh kista amuba masuk ke usus manusia, kista
akan pecah dan berkembang menjadi bentuk aktif yang disebut tropozoit,
memperbanyak diri dengan pembelahan dan hidup dari bakteri-bakteri yang
ada di usus, akibatnya terjadi luka-luka kecil pada mukosa usus sehingga
menimbulkan kejang perut, diare berlendir dan berdarah.
 Bentuk Histolitika
      Pada kasus tertentu tropozoid melewati dinding usus, berkembang menjadi 
2 kali lebih besar, lalu menerobos ke organ-organ lain (jantung, paru-paru,
otak khususnya hati) di sini tropozoid - tropozoid ini hidup dari eritrosit dan
sel-sel jaringan yang dilarutkan olehnya dengan jalan fagositosis sehingga
jaringan yang ditempatinya akan mati (nekrosis).

Sebagian tropozoid ada yang menjadi kista, akan keluar bersama tinja si
penderita, dengan perantaraan lalat atau tangan yang kotor atau makanan
dapat masuk lagi ke tubuh manusia yang lain
            
Penggolongan obat
Dibagi menjadi dua golongan besar yaitu:
1. Obat amubiasid kontak, meliputi senyawa-senyawa metronidazol dan
tinidazol, antibiotika antara lain tetrasiklin dan golongan aminoglikosida.
2. Obat amubiasid jaringan, meliputi senyawa nitro-imidazol (metronidazol
tinidasol) yang berkhasiat terhadap bentuk histolitika di dinding usus dan
jaringan-jaringan lain. Obat golongan ini merupakan obat pilihan dalam kasus
amubiasis. Bila metronidazol dan tinidazol tidak efectif dapat digunakan
dihidroemetin.

Obat generik, indikasi, kontra indikasi dan efek samping


     
Metronidazol
Indikasi Infeksi amuba (amubiasis intestinalis,
dan abses amuba hepar) juga infeksi
oleh trikomonas.
KontraHipersensitif,
indikasi hindarkan penggunaan dosis
besar pada wanita hamil dan menyusui
Efek samping Mual, muntah, gangguan pengecapan,
vertigo, ngantuk dan reaksi kulit seperti
ruam urtikaria, urin berwarna gelap.
Sediaan Tablet metronidazol (generik) 250 dan
500 mg ,  tablet vaginal 500 mg.
Cara Dalam wadah tertutup baik, terlindung
Penyimpanan dari sinar. Vaginal tablet harus ditaruh
ditempat sejuk

16
Spesialit obat-obat anti amuba :
NO GENERIK dan DAGANG PABRIK
LATIN
1 Kloroquin Fosfat Resochin Bayer
(Chloroquinini Nivaquin Rhone P
Phosphas
2 Metronidazol Corsagyl Corsa
(Metronidazolum Flagyl Rhone P
DOEN)
3 Tinidazol Fasigyn Pfizer
4 Nimorazol Naxogin Pfizer
5 Secnidazol Sentyl Sunthi
Sempuri
Flagentyl Rhone P

3. Anticacing

(Antihelmintik Antihelmitica atau obat-obat anticacing adalah obat-obat


yang dapat memusnahkancacing parasit yang ada dalam tubuh manusia dan
hewan.

Infeksi oleh cacing merupakan salah satu penyakit yang paling umum
tersebar di dunia, di Indonesia termasuk penyakit rakyat yang umum dan
sampai saat ini diperkirakan masih cukup banyak anak-anak di Indonesia
yang menderita infeksi cacing sehingga pemerintah perlu mencanangkan
pemberantasan cacing secara masal dengan pemberian obat cacing kepada
seluruh siswa sekolah dasar pada momen-momen tertentu.

Penularan penyakit cacing umumnya terjadi melalui mulut, meskipun ada


juga yang melalui luka dikulit. Larva dan telur cacing ada di mana-mana di
atas tanah, terutama bila sistim pembuangan kotoran belum memenuhi
syarat-syarat hygiene. Gejala penyakit cacing sering kali tidak nyata.
Umumnya merupakan gangguan lambung usus seperti mulas, kejang-kejang
kehilangan nafsu makanan pucat (anaemi) dan lain – lain.

Pencegahannya sebenarnya  mudah sekali yaitu :


·       Menjaga kebersihan baik tubuh maupun makanan
·       Mengkomsumsi makanan yang telah di masak dengan benar (daging, ikan
dll)

17
·       Mencuci tangan sebelum makanan.
  
Penggolongan.
Obat cacing digolongkan berdasarkan khasiatnya terhadap jenis cacing yang
menginfeksi.

a) Cacing kremi  (Oxyuris vermicularis)


Termasuk golongan cacing bulat, masa hidup cacing dewasa tidak lebih dari
6 minggu. 
Cacing betina menempatkan telurnya disekitar anus pada malam hari
sehingga menyebabkan rasa gatal.

Dengan garukan, telur cacing akan pindah ke tangan dan dapat tertelan
kembali .Cara penularan yang demikian disebut reauto infeksi. Obat yang
sesuai adalah mebendazol (obat pilihan untuk semua pasien di atas 2 tahun)
dan piperazin.
            
b) Cacing gelang (Ascaris lumbricoides)
Termasuk cacing bulat yang dapat mencapai ukuran cukup besar dan cukup
berbahaya karena dapat keluar dari usus, menjalar ke organ-organ lain bila
tidak diobat dengan tepat. Obat pilihan yang paling efectif adalah levamisol.

c) Cacing pita (Taenia saginata/ Taenia solium/ Taenia lata)


Merupakan cacing pipih beruas-ruas, yang penularannya lewat daging yang
mengandung telur cacing pita karena kurang lama dimasak.Taenia saginata
terdapat dalam daging sapi, Taenia solium terdapat dalam daging babi,
Taenia lata  terdapat dalam daging ikan.

Taenia sulit dibasmi karena kepala cacing yang memiliki semacam alat hisap
terhunjam dalam selaput lendir usus sehingga sulit kontak dengan obat dan
segmen – segmen (bagian tubuh cacing) yang telah rusak karena obat, dapat
dilepaskan dan cacing kemudian membuat segmen-segmen baru. Gejala
yang tampak disamping gangguan lambung usus adalah anemia .Obat yang
paling banyak digunakan untuk cacing pita adalah niklosamid dan
prazikuantel.

d) Cacing tambang (Ankylostoma duodenale dan Necator Americanus)


Adalah dua macam cacing tambang yang menginfeksi manusia,
penularannya melalui Larva yang masuk ke dalam kulit kaki yang terluka
cacing tambang hidup pada usus halus bagian atas dan menghisap darah
pada tempat dia menempelkan dirinya di mukosa usus. Seperti cacing pita,
cacing ini menyebabkan anemia karena  defisiensi besi. Pengobatan:

18
mencakup pembasmian cacing sekaligus pengobatan anemia. Mebendazol 
merupakan pilihan karena memiliki Spectrum luas dan efektif terhadap cacing
tambang.

e) Filaria
Ditularkan oleh Larva microfilaria dari cacing Wuchereria bancrofti dan Brugia
malay melalui gigitan nyamuk culex. Microfilaria dari cacing akan
membendung getah bening pada kaki dan daerah sekitar kandung kemih
sehingga mengakibatkan daerah yang diserang menjadi bengkak dan besar
sehingga keadaan ini disebut elephantiasis.

f) Schistosoma
Adalah sebangsa cacing halus yang ditularkan oleh larva yang disebut
myracidium melalui kulit atau siput yang dimakan manusia. Schistosoma
hematobium dewasa hidup dalam vena saluran kemih sedangkan
Schistosoma mansonii hidup di vena kolon. Schistosoma japonicum tersebar
lebih luas dalam saluran cerna dan sistem porta. Gejala penyakit tergantung
pada tempat yang terinfeksi , bisa gatal – gatal, kulit kemerahan, diare
berlendir, hematuria dan lain – lain. Obat pilihan Frazikuantel efektif terhadap
semua jenis schistosoma.

g) Cacing benang (Strongiloides stercularis)


Ditularkan melalui kulit oleh larva yang berbentuk benang dan hidup dalam
usus. Larva yang dihasilkan dapat menembus dinding usus dan menyusup ke
jaringan, menimbulkan siklus auto infeksi. Obat pilihan : Tiabendazol, obat
alternatif : albendazol. Invermectin merupakan obat alternatif yang paling
efektif untuk infeksi kronis.

Obat generik, indikasi, kontra indikasi dan efek samping


1. Mebendazol
Indikasi Infeksi tunggal maupun campuran
yang disebabkan cacing kremi, cacing
tambang, cacing gelang, cacing
cambuk.
Kontra indikasi Kehamilan (efek teratogenik) dan ibu
menyusui
Efek samping Kadang-kadang sakit perut, diare,
reaksi hipersensitiv
Peringatan Tidak dianjurkan untuk anak di bawah
2 tahun, kadang-kadang cacing  
askaris akan bermigrasi keluar melalui

19
hidung/ mulut selama pengobatan
terutama pada anak dengan infeksi
berat.
Sediaan Mebendazol (generik) tabl. 100 mg

2. Piperazin
Indikasi Cacing kremi dan cacing gelang
KontraGangguan
indikasi fungsi ginjal, epilepsi,kehamilan
Efek samping Mual, muntah, kolik, diare
Peringatan Tidak dianjurkan dipakai terus
menerus pada anak-anak (nefrotoksik)
Sediaan Piperazin (generik) Sirup 1 gr/ 5 ml,
Tablet 300 mg, 500 mg
Cara Wadah kedap udara, terlindung dari
Penyimpanan sinar

3. Pyrantel pamoat
Indikasi Infeksi tunggal/ campuran cacing
gelang, cacing kremi, cacing tambang.
Obat pilihan untuk cacing gelang dan
kremi
Kontra indikasi
Efek samping Sangat jarang (sakit kepala, insomnia,
mual, muntah, ruam kulit)
Peringatan Tidak untuk anak di bawah 2 tahun
Sediaan Pyrantel Pamoat (generik)tablet 365
mg Suspensi      115  mg/5 ml
Cara Terlindung dari sinar.
Penyimpanan

4. Dietil karbamazin
Indikasi Filariasis
KontraPenyakit
indikasi hati, ginjal yang berat, kehamilan
Efek samping Menyebabkan kambuhnya malaria,
sakit kepala, pusing, mual,muntah.
Sediaan Dietil karbamazin (generik) tabl. 1000
mg
Cara Wadah kedap udara (hidroskopis)
Penyimpanan

5. Albendazol
Indikasi Terapi tambahan (sesudah operasi) untuk kista

20
hidatid atau obat primer strongiloides
Kontra indikasi Kehamilan
Efek samping Gangguan saluran cerna, sakit kepala, gangguan
darah.
Sediaan Albenazol (generik) tabl. 200 mg

Spesialit obat-obat anti cacing:


NO GENERIK dan LATIN DAGANG PABRIK
1 Piperazin (Piperazinum) Piperacyl Bode
Upixon Bayer
2 Mebendazol (Mebendazolum) Vermox Janssen

NO GENERIK dan LATIN DAGANG PABRIK


3 Pirantel Pamoat (Pyranteli Combantrin Pfizer
Pamoas)
4 Levamizol HCl Ascaridil Janssen
5 Oxantel Pamoate+Pyrantel Quantrel Pfizer
Pamoate
6 Dietil karbamazin Filarzan Mecosin
7 Albendazol Helben Mecosin

4. Antijamur/Antifungi

Antifungi adalah obat-obat yang digunakan untuk menghilangkan infeksi


yang disebabkan oleh jamur.

Umumnya infeksi jamur terjadi pada kulit, rambut, dan kuku. Namun pada
beberapa kasus, infeksi ini juga dapat terjadi pada organ bagian dalam
sehingga cukup berbahaya dan memerlukan perawatan intensif. Seringkali
infeksi jamur yang bersifat serius terjadi akibat penderita memiliki daya tahan
tubuh yang lemah, misalnya akibat mengonsumsi obat imunosupresan atau
menderita HIV.

Terdapat beberapa kelompok obat antijamur berdasarkan jenis dan cara


kerjanya, yaitu:

21
 Antijamur golongan azole. Ini merupakan antijamur yang
berspektrum luas, artinya dapat membunuh berbagai jenis jamur.
Antijamur golongan azole bekerja dengan cara merusak membran sel
jamur. Jika membran sel jamur rusak, maka sel tersebut akan
mengalami kematian. Contoh obat ini adalah:

o Clotrimazole.

o Fluconazole.

o Ketoconazole.

o Itraconazole.

o Miconazole.

o Voriconazole.

 Echinocadin. Ini merupakan antijamur yang bekerja dengan cara


merusak dinding sel jamur. Jika dinding sel jamur tidak dapat dibentuk
maka sel tersebut akan mengalami kematian. Contoh obat ini adalah:

o Anidulafungin.

o Micafungin.

 Polyene. Antijamur golongan polyene dikenal juga sebagai obat


antimikotik. Obat ini juga bekerja dengan cara merusak membran sel
jamur sehingga menyebabkan kematian sel tersebut. Contoh obat
antijamur polyene adalah:

o Nystatin.

o Amphotericin B.

Selain yang telah disebutkan, terdapat juga antijamur lain yang tidak
digolongkan namun juga dapat membunuh jamur, seperti griseofulvin dan
terbinafine. Obat antijamur umumnya dapat diperoleh dalam bentuk topikal
(oles), oral (minum), intravena (suntik atau infus), maupun intravagina
(ovula).

22
Peringatan:

Sebelum menggunakan obat antijamur, sebaiknya memerhatikan kondisi-


kondisi berikut ini:

 Kehamilan dan menyusui. Kebanyakan obat antijamur tidak cocok


untuk digunakan oleh ibu hamil dan menyusui. Hendaknya
dikonsultasikan terlebih dahulu ke dokter jika akan menggunakan obat
antijamur.

 Alergi. Hendaknya berkonsultasi terlebih dahulu kepada doker apabila


Anda memiliki alergi terhadap benda atau obat tertentu, terutama
antijamur.

 Interaksi antar obat. Jika Anda sedang menjalani pengobatan


dengan obat-obatan tertentu kemudian ingin mengonsumsi obat
antijamur, hendaknya mengonsultasikannya terlebih dahulu kepada
dokter agar terhindar dari interaksi obat yang berbahaya.

 Penyakit Liver. Hati-hati penggunaan obat jamur pada orang yang


memiliki gangguan fungsi hati atau penyakit liver karena dapat
mengakibatkan kerusakan hati.

Beberapa efek samping yang dapat ditimbulkan dari obat antijamur, antara
lain adalah:

 Ruam.

 Gatal-gatal.

 Diare.

 Tidak enak badan.

 Kemerahan pada kulit.

 Nyeri perut.

Dosis Antijamur

23
Berikut ini adalah jenis-jenis obat golongan antijamur, yang digunakan untuk
menangani sejumlah kondisi pada orang dewasa. Penjelasan rinci mengenai
efek samping, peringatan, atau interaksi dari masing-masing antijamur, dapat
dilihat pada halaman Obat A-Z.

Itraconazole

Merek dagang Itraconazole: Fungitrazol, Itzol, Mycotrazol, Sporanox, Sporax

Kondisi: Pencegahan infeksi jamur (mikosis) pada orang dengan daya tahan


tubuh rendah

 Oral
Dosis: 100-200 mg, 1-3 kali sehari tergantung dari beratnya penyakit.

 Intravena
Dosis: 200 mg dua kali sehari untuk hari pertama, dilanjutkan dengan
200 mg sekali sehari sampai hari ke-14.

Kondisi: Tinea corporis, tinea cruris

 Oral
Dosis: 100 mg per hari selama 15 hari atau 200 mg per hari selama 7
hari.

Kondisi:Kandidiasis orofaring

 Oral
Dosis: 100 mg per hari selama 15 hari. Khusus pasien yang juga
menderita AIDS atau neutropenia dapat diberikan 200 mg per hari
selama 15 hari.

Kondisi: Kandidiasis vulvovaginal

 Oral
Dosis: 200 mg dua kali sehari selama 1 hari.

Kondisi: Tinea pedis

 Oral
Dosis: 100 mg per hari selama 30 hari atau 200 mg per hari selama 7
hari.

24
Kondisi: Jamur kuku

 Oral
Dosis: 200 mg per hari selama 3 bulan.

Kondisi: Panu

 Oral
Dosis: 200 mg per hari selama 7 hari.

Kondisi: Pencegahan infeksi jamur pada orang dengan daya tahan tubuh
rendah

 Oral
Dosis: 200 mg, satu-dua kali sehari.

Ketoconazole

Merek dagang Ketoconazole: Formyco, Nizol, Nizoral, Solinfec, Tokasid,


Zoloral

Kondisi: Infeksi jamur

 Oral
Dosis: 200-400 mg per hari, digunakan sampai gejala hilang atau
pemeriksaan negatif.

Kondisi: Panu dan jamur kulit, termasuk infeksi jamur pada wajah

 Topikal
Dosis: Oleskan krim ketoconazole 2% satu hingga dua kali sehari
hingga gejala yang timbul mereda.

Kondisi: Dermatitis seboroik

 Topikal
Dosis: Sampo 2%, digunakan 2 kali seminggu, selama 2-4 minggu.

Clotrimazole

Merek dagang Clotrimazole: Canesten, Clonitia, Fungiderm

25
Kondisi: Kandidiasis vulvovaginal

 Intravaginal
Dosis: 100 mg per hari selama 6 hari. Bisa juga diberikan 200 mg per
hari selama 3 hari atau 500 mg sebagai dosis tunggal. Obat
dimasukkan ke dalam vagina.

Kondisi: Infeksi jamur pada kulit

 Topikal
Dosis: Oleskan krim clotrimazole 1% dua hingga empat kali sehari

Fluconazole

Merek dagang Fluconazole: Cryptal, Diflucan, FCZ, Fluxar, Kifluzol, Zemyc

Kondisi: Infeksi kriptokokosis dan kandidiasis sistemik

 Intravena dan oral


Dosis: 400 mg sekali sehari sebagai dosis awal, kemudian diikuti
dengan 200-400 mg sekali sehari selama sekitar 6-8 minggu.

Kondisi: Kandidiasis mukosa superfisialis

 Oral
Dosis: 50 mg per hari, dapat ditambahkan hingga 100 mg per hari
selama 7-14 hari.

Kondisi: Panu

 Oral
Dosis: 50 mg sekali sehari selama 6 minggu.

Kondisi: Kandidiasis penis dan vagina

 Oral
Dosis: 150 mg sebagai dosis tunggal.

Kondisi: Pencegahan infeksi jamur pada pasien dengan daya tahan tubuh
rendah

26
 Oral
Dosis: 50-400 mg per hari

Miconazole

Merek dagang Miconazole: Funtas, Locoriz, Mycorine, Mycozol

Kondisi: Infeksi jamur kulit

 Topikal
Dosis: Gunakan krim atau powder 2 % sebanyak dua kali sehari pada
area yang terinfeksi selama 2-6 minggu. Teruskan terapi sampai 1
minggu setelah gejala hilang.

Kondisi: Infeksi fungi pada kuku

 Topikal
Dosis: Gunakan krim atau powder 2 % sebanyak 1-2 kali sehari pada
area yang terinfeksi hingga 10 hari setelah gejala menghilang.

Kondisi: Kandidiasis vulvovaginal

 Topikal
Dosis: Gunakan krim 2 % dengan cara dioleskan pada vagina sekali
sehari pada saat sebelum tidur selama 10-14 hari.

Tioconazole

Merek dagang Tioconazole: Trosyd, Prodermal

Kondisi: Infeksi jamur kulit

 Topikal
Dosis: Sebagai krim 1%, oleskan 1-2 kali sehari selama 7 hari – 6
minggu.

Voriconazole

Merek dagang Voriconazole: VFend, Vazol

Kondisi: Pengobatan candidemia, infeksi candida pada jaringan bagian


dalam, aspergillosis invasif, scedosporiosis dan fusariosis

27
 Intravena
Dosis: 6 mg/kg 2 kali selama 24 jam pertama diikuti dengan 4 mg/kg
dua kali sehari.

 Oral
Dosis: 400 mg dua kali selama 24 jam pertama diikuti dengan 200 mg
dua kali sehari.

Anidulafungin

Merek dagang Anidulafungin: Ecalta

Kondisi: Kandidiasis esofagus

 Intravena
Dosis: 100 mg sebagai dosis hari pertama diikuti 50 mg perhari
hingga 7 hari setelah gejala klinis menghilang.

Kondisi: Kandidiasis lainnya

 Intravena
Dosis: 200 mg dosis hari pertama, diikuti 100 mg per hari hingga 14
hari setelah gejala klinis menghilang.

Micafungin

Merek dagang Micafungin: Mycamin

Kondisi: Kandidiasis berat

 Intravena
Dosis: 100-200 mg per hari selama 14 hari.

Kondisi: Kandidiasis esofagus

 Intravena
Dosis: 150 mg sehari sekali selama seminggu

Nystatin

28
Merek dagang Nystatin: Candistin, Cazetin, Constantia, Enystin, Mycostatin,
Nymiko, Nystin, Flagystatin

Kondisi: Kandidiasis mulut

 Oral
Dosis: 100.000 unit 4 hari sekali. Kocok dulu di mulut sebelum ditelan.

Kondisi: Kandidiasis usus

 Oral
Dosis: 500.000-1.000.000 unit 3-4 kali sehari.

Kondisi: Kandidiasis vulvovaginal

 Intravaginal
Dosis: 100.000-200.000 unit sehari sekali pada saat akan tidur
selama 14 hari.

Amphotericin B

Merek dagang Amphotericin B: -

Kondisi: Aspergilosis yang menyebar

 Intravena
Dosis: 0,6-0,7 mg/kg tiap hari selama 3-6 bulan.

Kondisi: Endokarditis

 Intravena
Dosis: 0,6-1 mg/kg selama seminggu dan 0,8 mg/kg tiap 2 hari
selama 6-8 minggu pasca operasi.

Griseofulvin

Merek dagang Griseofulvin: Grivin Forte, Rexavin

Kondisi: Jamur kulit

29
 Oral
Dosis: 0,5-1 gram per hari, dapat diminum dalam 1 atau 2 dosis
selama 2 minggu – 12 bulan (bila infeksi mengenai kuku)

Terbinafine

Merek dagang Terbinafine: Interbi, Lamisil, Termisil

Kondisi: Jamur kulit

 Oral
Dosis: 250 mg sekali sehari. Dapat dikonsumsi selama 2-12 minggu.

 Topikal
Dosis: sebagai krim 1%, gunakan 1-2 kali sehari pada daerah yang
terinfeksi. Dapat digunakan selama 1-2 minggu.

Penggunaan Medis
Antiparasit mengobati penyakit parasit, yang berdampak pada sekitar 2 miliar
orang. Antiparastik dapat diberikan melalui berbagai rute tergantung pada
obat tertentu, termasuk oral, topikal, dan intravena.

Resistensi terhadap antiparasit telah menjadi perhatian, terutama dalam


kedokteran hewan. Uji penetasan telur dapat digunakan untuk menentukan
apakah suatu parasit yang menyebabkan infeksi telah menjadi kebal
terhadap perawatan obat standar.

Riwayat Pengembangan Obat


Antiparasit awal tidak efektif, sering beracun bagi pasien, dan sulit diberikan
karena sulitnya membedakan antara inang dan parasit.

Antara tahun 1975 dan 1999 hanya 13 dari 1.300 obat baru yang bersifat
antiparasit, yang menimbulkan kekhawatiran bahwa tidak ada insentif untuk
mendorong pengembangan pengobatan baru untuk penyakit yang secara
tidak proporsional menargetkan negara-negara berpenghasilan rendah. Ini
mengarah pada sektor publik baru dan kemitraan publik-swasta (PPP),
termasuk investasi oleh Yayasan Bill dan Melinda Gates . Antara tahun 2000

30
dan 2005, dua puluh agen antiparasit baru dikembangkan atau
dikembangkan. Senyawa yang mengandung logam adalah subjek
pendekatan lain.

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Antiparasit adalah kelas obat yang diindikasikan untuk pengobatan penyakit


parasit , seperti yang disebabkan oleh cacing , amuba ,ektoparasit , jamur
parasit , dan protozoa ,antara lain. Antiparasit menargetkan agen parasit dari
infeksi dengan menghancurkannya atau menghambat pertumbuhannya;
mereka biasanya efektif melawan sejumlah parasit dalam kelas tertentu.
Antiparasit adalah salah satu obat antimikroba yang meliputi antibiotik yang

31
menargetkan bakteri , dan antijamur yang menargetkan jamur . Mereka dapat
diberikan secara oral , intravena atau topikal .

Antiparasit Broad-Spectrum, analog dengan antibiotik spektrum luas untuk


bakteri, adalah obat antiparasit dengan kemanjuran dalam mengobati
berbagai infeksi parasit yang disebabkan oleh parasit dari kelas yang
berbeda.

Penggolongan Antiparasita.

Antimalaria adalah obat-obat yang digunakan untuk mencegah dan


mengobati penyakit yang disebabkan oleh parasit bersel tunggal (protozoa)
yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anophelesbetina yang menggigit
pada malam hari.

Antiamuba adalah obat-obat yang digunakan untuk mengobati penyakit yang


disebabkan oleh mikroorganisme bersel tunggal (protozoa) yaitu Entamoeba
histolyticayang dikenal dengan disentri amuba.

Anticacing (Antihelmintik Antihelmitica atau obat-obat anticacing adalah


obat-obat yang dapat memusnahkancacing parasit yang ada dalam tubuh
manusia dan hewan.

Antijamur/Antifungi adalah obat-obat yang digunakan untuk menghilangkan


infeksi yang disebabkan oleh jamur.

DAFTAR PUTAKA

Referensi

1. Kappagoda, Shanthi; Singh, Upinder; Blackburn, Brian G.


(2011). "Terapi Antiparasit" . Mayo Clin. Proc 86 (6): 561–583. doi :
10.4065 / mcp.2011.0203 . PMC 3104918 . PMID 21628620 .

2. Kusrini E, Hashim F, Azmi WN, Amin NM, Estuningtyas A


(2016). "Agen antiamoebik baru terhadap Acanthamoeba sp. - Agen

32
penyebab infeksi keratitis mata". Spectrochim Acta a Mol Biomol
Spectrosc . 153 : 714–21. Bibcode : 2016AcSpA.153..714K . doi :
10.1016 / j.saa.2015.09.021 . PMID 26474244 .

3. Molina JM, Tourneur M, Sarfati C, dkk. (Juni 2002).


"Pengobatan fumagilin dari microsporidiosis usus". N. Engl. J. Med .
346 (25): 1963–9. doi : 10.1056 / NEJMoa012924 . PMID 12075057 .

4. "ANTIPARASITICS" . Laboratorium Sitologi Universitas


Purdue . Yayasan Penelitian Purdue . Diperoleh 2015-08-30 .

5. Di Santo N, Ehrisman J (2013). "Perspektif penelitian: peran


potensial nitazoxanide dalam pengobatan kanker ovarium. Obat lama,
tujuan baru?" . Kanker (Basel) . 5 (3): 1163–1176. doi : 10.3390 /
cancers5031163 . PMC 3795384 . PMID 24202339 . Nitazoxanide
[NTZ: 2-acetyloxy-N- (5-nitro-2-thiazolyl) benzamide] adalah agen
antiparasit thiazolide dengan aktivitas yang sangat baik melawan
beragam protozoa dan cacing. ... Nitazoxanide (NTZ) adalah senyawa
utama dari kelas senyawa anti-parasit spektrum luas bernama
thiazolides. Ini terdiri dari cincin nitrothiazole dan gugus asam salisilat
yang dihubungkan bersama oleh ikatan amida ... NTZ umumnya
ditoleransi dengan baik, dan tidak ada efek samping yang signifikan
telah dicatat dalam uji coba pada manusia [13]. ... In vitro, NTZ dan
tizoxanide berfungsi melawan berbagai organisme, termasuk spesies
protozoa Blastocystis hominis, C. parvum, Entamoeba histolytica, G.
lamblia dan Trichomonas vaginalis [13]

6. White CA (2004). "Nitazoxanide: agen antiparasit spektrum luas


baru". Ahli Rev Anti Infeksi Ada . 2 (1): 43–9. doi : 10.1586 /
14787210.2.1.43 . PMID 15482170 .

7. Hemphill A, Mueller J, Esposito M (2006). "Nitazoxanide, agen


anti-infeksi thiazolide spektrum luas untuk pengobatan infeksi
gastrointestinal". Apoteker Ahli Opin . 7 (7): 953-64. doi : 10.1517 /
14656566.7.7.953 . PMID 16634717 .

8. Anderson, VR; Curran, MP (2007). "Nitazoxanide: Ulasan


penggunaannya dalam pengobatan infeksi gastrointestinal". Obat-
obatan . 67 (13): 1947–1967. doi : 10.2165 / 00003495-200767130-
00015 . PMID 17722965 .

33
9. Lanternier F, Boutboul D, Menotti J, dkk. (Februari 2009).
"Microsporidiosis pada penerima transplantasi organ padat: dua kasus
Enterocytozoon bieneusi dan ulasan". Transpl Infect Dis . 11 (1): 83–8.
doi : 10.1111 / j.1399-3062.2008.00347.x . PMID 18803616 .

10. Sargison, Neil (2009-01-26). Kesehatan Kawanan Domba:


Suatu Pendekatan yang Direncanakan . John Wiley & Sons. ISBN
9781444302608 .

11. Pink, Richard; Hudson, Alan; Mouries, Marie-Annick; Bendig,


Mary (September 2005). "Peluang dan Tantangan dalam Penemuan
Obat Antiparasit". Alam . 4 (9): 727-740. doi : 10.1038 / nrd1824 .
PMID 16138106 .

12. Gambino, Dinorah; Otero, Lucia (2019). "Bab 13. Senyawa


Logam dalam Pengembangan Agen Antiparasit: Desain Rasional dari
Kimia Dasar ke Klinik". Di Sigel, Astrid; Freisinger, Eva; Sigel, Roland
KO; Carver, Peggy L. (Editor tamu) (eds.). Logam Esensial dalam
Kedokteran: Penggunaan Terapi dan Toksisitas Ion Logam di Klinik .
Ion Logam dalam Ilmu Hayati . 19 . Berlin: de Gruyter GmbH. hlm.
331–357. doi : 10.1515 / 9783110527872-019 . ISBN 978-3-11-
052691-2 . PMID 30855114 .

13. Ulasan (2017). "Aktivitas Leishmanicidal dan Trypanocidal dari


Kompleks Logam dengan 1,2,4-Triazolo [1,5-a] pirimidin: Wawasan
Potensi Terapi mereka terhadap Leishmaniasis dan Penyakit Chagas".
Curr. Med. Chem 24 (25): 2796–2806. doi : 10.2174 /
0929867324666170516122024 . PMID 28521698 .

34
Studi Kasus

Infestasi Caplak Boophilus microplus pada


Sapi Potong di Kota Banjarbaru

Abstrak

Caplak sapi Boophilus microplus merupakan ektoparasit pengisap


darah yang penting karena dapat menyebabkan anemia dan
merupakan vektor dari babesiosis dan anaplasmosis serta luka
akibat gigitan caplak mengundang kehadiran lalat Chrysomia (lalat
hijau) untuk bertelur pada luka tersebut dan menyebabkan myasis.
Jumlah sapi milik 45 orang peternak di 3 kecamatan kota Banjarbaru,
Landasan Ulin, Guntung Payung dan Cempaka sebanyak 187 ekor,
yang terinfestasi oleh caplak adalah sebanyak 89 ekor (48 %)
dengan perincian pada 75 ekor sapi masing-masing ditemukan 1-5
ekor caplak sedangkan 7 ekor sapi cukup banyak caplaknya yaitu 1-
2 ekor caplak per 4 cm 2 di permukaan kulit gelambir atau di
permukaan kulit diantara dua kaki belakang. Pengamatan terhadap
kepadatan larva caplak B. microplus dilakukan pada pagi hingga
menjelang siang hari dan menunjukkan hasil yang tinggi pada area
yang terlindungi dari sinar matahari. Rata- rata kepadatan larva
caplak di peternakan tersebut adalah 36 larva caplak/m2 di sekitar
kandang sampel. Kondisi lingkungan, suhu dan kelembapan di
sekitar kandang merupakan faktor keberadaan caplak di kandang.
Suhu yang teramati disekitar kandang adalah sebesar 27°C dan
kelembaban sekitar 68 %. Kebanyakan para peternak melakukan
pemungutan dan pemencetan caplak pada ternaknya, terutama
apabila ternaknya dalam jumlah tidak banyak. Cara ini cukup efektif
kalau jumlah sapinya sedikit dan harus disertai prosedur yang benar
yaitu membunuh caplak dengan memasukkan dalam minyak tanah
dan membakarnya, agar tidak terjadi peletakan telur dari caplak
betina. Pengendalian paling aman adalah dengan menyemprot atau
memandikan sapi dengan asuntol 0,1 % (minimal 4 kali berturut-turut
sekali dalam satu minggu) atau penyuntikan dengan Ivomec
(ivermectin) secara subcutan minimal 3 kali (sekali dalam 21 hari)
secara berturut-turut. Pengendalian dengan obat-obatan paten cukup
mahal dan pada kepemilikan sapi dalam jumlah banyak, hal ini
sangat efektif.

35
Kata kunci : Caplak Boophilus microplus, cara menanggulangi, peternakan
sapi rakyat

Pendahuluan

Permintaan daging sapi untuk konsumsi oleh masyarakat dari


hari ke hari menunjukkan peningkatan, sehingga menumbuhkan
perkembangan pada usaha ternak sapi. Permasalahan usaha ternak
sapi saat ini yang dirasakan antara lain adalah ketersediaan bibit
yang berkualitas, manajemen pemeliharaan dan permodalan yang
tinggi. Manajemen pemeliharaan termasuk di dalamnya adalah
gangguan hama dan penyakit diantaranya infestasi parasit. Parasit
adalah organisme yang hidup menumpang pada tubuh organisme
lain sehingga menimbulkan efek negatif pada organisme yang
ditempatinya.
Caplak sapi atau Boophilus microplus adalah ektoparasit pengisap
darah sehingga menyebabkan anemia pada ternak tersebut.
Ektoparasit adalah parasit yang hidupnya pada bagian luar tubuh
atau permukaan tubuh inangnya (Hadi dan Soviana 2010). Selain
mengisap darah B. microplus juga merupakan vektor berbagai
penyakit parasit darah diantaranya penyakit Babesiosis (Babesia
bovis dan B. bigemina), Anaplasmosis (Anaplasma marginale) serta
Equine- piroplasmosis (Theileria equi) (Jongejan dan Uilenberg
2004). Disamping itu luka bekas gigitan caplak dapat mengundang
kehadiran lalat hijau Chrysomia untuk bertelur pada luka tersebut
sehingga menyebabkan belatungan (myasis). Pada kasus
belatungan, infestasi larva lalat pada awalnya terjadi pada jaringan
kulit yang luka, selanjutnya larva bergerak lebih dalam menuju ke
jaringan otot sehingga luka melebar dan bau busuk menyengat.
Kondisi tersebut menyebabkan tubuh ternak terganggu, demam
disertai penurunan nafsu makan sehingga sangat merugikan
peternak (Sukarsih et al., 1999; Gunandini 2006).
Berdasarkan jumlah induk semang yang ditumpanginya
caplak dapat digolongkan menjadi 3 yaitu, caplak berumah satu, dua
dan tiga. Hal yang membedakan caplak caplak menjadi 3 golongan
terletak pada proses terjadinya siklus hidup. Pada caplak berumah
satu perubahan stadium larva menjadi nimfe dan nimfe menjadi
dewasa berlangsung pada tubuh induk semang tanpa jatuh ke tanah.

36
Pada caplak berumah dua, perubahan induk semang terjadi setelah
perubahan bentuk nimfe menjadi dewasa. Sedangkan perubahan
induk semang pada caplak berumah tiga terjadi setelah perubahan
bentuk larva menjadi nimfe dan bentuk nimfe menjadi dewasa. B.
microplus adalah caplak berumah satu karena sejak larva hingga
dewasa menempel pada tubuh sapi. Seekor caplak betina dapat
menghasilkan telur sebanyak 2.030 butir dan akan menetas menjadi
larva, nimpa dan dewasa pada suhu sesuai, kelembaban dan curah
hujan yang tinggi (Beriajaya, 1982). Selama stadium perkembangan
setiap caplak mengisap darah sapi 0,5 ml dan apabila serangan
caplak ekstrim misalnya populasi caplak pada sapi 6.000-10.000
ekor maka dapat membunuh sapi dewasa (Barnett, 1968).
Di kota Banjarbaru cukup banyak peternakan rakyat yang
memelihara sapi dari berbagai ras yang dipelihara secara intensif
maupun semi intensif. Pada pemeliharaan intensif pada umumnya
untuk sapi kereman tidak terlalu terlihat kasus gigitan caplak. Sapi-
sapi yang dilepas umumnya anak sapi dan sebagian sapi betina,
lebih besar kemungkinan terkena serangan caplak karena
menyentuh tempat berkumpulnya larva caplak setelah menetas.
Berdasrkan hal tersebut dilakukan pengkajian dengan tujuan :
1. Untuk mengetahui prevalensi caplak pada sapi yang
pemeliharaannya digembalakan.
2. Kepadatan larva caplak di lokasi kandang.
3. Pengaruh musim terhadap tingginya infestasi caplak.
4. Cara peternak menanggulanginya apabila ternaknya diinfestasi
caplak.
Dari hasil studi kasus ini diharpkan dapat menjadi informasi
penyuluhan dan langkah kebijaksanaan eradikasi caplak di
lapangan.

Metodologi

Pengkajian ini merupakan studi kasus prevalensi caplak,


kepadatan larva caplak dan pengaruh musim, serta studi cara
peternak menanggulanginya. Kegiatan ini dilakukan di 3 kecamatan
kota Banjarbaru yaitu Landasan Ulin, Guntung Payung dan
Cempaka. Pengambilan peternak sebagai responden dilakukan
secara acak tidak per desa, karena penyebaran peternak cukup luas.
Jadwal kegiatan studi kasus ini adalah pada tanggal 3 – 22 Januari
2016. Pengambilan data prevalensi caplak pada 187sapi ekor
sampel dilakukan langsung dengan melihat caplak yang

37
menginfestasi sapi milik 45 orang peternak.
Untuk mengetahui kepadatan larva B. microplus dilakukan
dengan menyapukan kain ukuran 100 x 100 cm ke atas
rumput/semak dan sela-sela kayu pada ± pukul 10 pagi dimana larva
caplak sedang berada di ujung rumput sekitar kandang sampel.
Data pengaruh musim dan cara peternak menanggulangi
caplak didapat dengan wawancara dengan panduan kuesioner.
Analisa data dari hasil pengamatan dan wawancara dilakukan
dengan uji deskriptif (Bailey, 1989).

Hasil dan Pembahasan

Prevalensi Caplak

Jumlah sapi milik 45 orang peternak di 3 kecamatan Landasan Ulin,


Guntung Payung dan Cempaka sebanyak 187 ekor, yang terinfestasi
oleh caplak adalah sebanyak 89 ekor (48 %) dengan perincian pada
75 ekor sapi masing-masing ditemukan 1-5 ekor caplak sedangkan 7
ekor sapi cukup banyak caplaknya yaitu 1-2 ekor caplak per 4 cm 2 di
permukaan kulit gelambir atau di permukaan kulit diantara dua kaki
belakang (tabel 1).

Tabel 1. Prevalensi infestasi caplak di 3 kecamatan kota Banjarbaru

Kecamatan Jumlah Sapi


Jumlah Sapi yang Diinfestasi Caplak (ekor)
(eko A B Tot
r) al
Landasan Ulin 78 31 3 34
Guntung Payung 66 29 2 31
Cempaka 43 22 2 24
Juml 187 82 7 89
ah

Keterangan : A = 1-5 ekor caplak

B = 1-2 ekor caplak per 4 cm 2

38
Kepadatan Larva Caplak

Larva B. microplus yang baru menetas akan merayap ke ujung-ujung


rumput dan akan menempel pada hewan yang melewatinya.
Pengukuran kepadatan larva caplak kain ukuran 100 x 100 cm
disapukan pada 5 area permukaan rumput sekitar kandang dan larva
caplak terperangkap pada kain tersebut. Koleksi larva caplak B.
microplus di kandang sampel seluas ± 5.000 m 2 dilakukan pada ±
pukul 10 pagi, yaitu pada waktu larva B. microplus banyak terdapat
pada ujung-ujung rumput atau semak-semak. Koleksi dan
pengukuran kepadatan larva dilakukan dibeberapa lokasi kandang
dengan kriteria disajikan pada tabel 2.

Tabel 2. Kepadatan larva caplak B. microplus di lapangan

No. Keadaan Area Kepadatan Larva


Caplak/m2
1. Terkena panas matahari, agak jauh dari 17
kandang
2. Terkena panas matahari, dekat kandang 35
3. Ternaungi atap kandang, teduh, dekat 62
kandang
4. Ternaungi atap kandang, teduh, agak jauh 46
dari kandang
5. Di kandang, sela-sela kayu pembatas 20
Rata-rata kepadatan larva 36

Rata-rata kepadatan larva caplak di peternakan tersebut adalah 36


larva caplak/m2. Area
merupakan area yang paling banyak terdapat larva caplak, hal tersebut
berkaitan dengan kondisi lingkungan pada peternakan tersebut dengan kondisi
area yang teduh tertutupi sebagian atap kandang.
Wilkinson (1953) menyatakan bahwa larva berlindung dari sinar
matahari langsung dan lebih banyak ditemukan pada pagi hari di ujung-
ujung rerumputan. Selain kondisi lingkungan, suhu dan kelembapan di
sekitar kandang juga merupakan faktor keberadaan caplak di kandang.
Suhu yang teramati disekitar kandang adalah sebesar 27°C dan
kelembaban sekitar 68 %. Umumnya caplak dapat hidup pada
kelembaban 40 – 80 % dan suhu 19 – 40 % (Soulsby, 1982, Onofre et
al. 2001).

39
Caplak betina setelah kenyang mengisap darah jatuh ke tanah dan
kemudian bertelur. Menurut penelitian yang dilakukan Wahyuwardani (1995)
caplak betina dapat betelur sebanyak 74
- 3.402 butir pada suhu 22°C - 32°C dan kelembapan 84% - 92%, sedangkan
hasil penelitian yang dilakukan Harahap (2001) menyatakan bahwa caplak
betina dapat menghasilkan telur sebanyak 214 sampai 3.798 butir. Telur
menetas menjadi larva lalu merayap ke ujung-ujung rumput untuk menempel
pada hewan yang melewatinya. Larva B. microplus dapat bertahan hidup di
alam sampai 4 bulan tanpa makan (Junquera 2014).
Caplak betina bertelur di tempat yang tersembunyi seperti di bawah
batu, di bawah gumpalan tanah, celah tembok dan celah lantai. Menurut Hadi
dan Soviana (2010) larva yang baru menetas mencari inangnya dengan
pertolongan benda-benda di sekitarnya serta bantuan olfaktoriusnya yaitu
organ Haller.

Gambar 1. Kandang ternak sampel.

40
Gambar 2. Kumpulan larva pada ujung rumput

Gambar 3. Larva caplak menempel pada benda sekitar


kandang

Pengaruh Musim

Pada wawancara dengan peternak juga ditanyakan waktu musim


infestasi caplak, jawaban 15 peternak terjadi pada bulan menjelang
musim kemarau (akhir musim hujan) sekitar bulan April- Mei, musim
hujan Oktober-Maret (12 peternak) dan 7 peternak menjawab pada
musim kemarau (Juni-September). Walaupun ada 11 peternak yang
menjawab tidak tergantung musim. Rekapitulasi hasil wawancara
tentang musim infestasi caplak disajikan pada gambar 2.
20
Tak tergantung musim Akhir musim penghujanMusim penghujanMusim kema

15

10

Gambar 4. Waktu ditemukan caplak pada sapi (penuturan


responden)

Berdasarkan data diatas ternyata menurut penuturan responden,


tertinggi kasus serangan caplak pada akhir musim hujan (33 %). Hal
ini dapat dimengerti karena kondisi pada saat itu kelembaban tinggi
dan cuaca mulai panas, sehingga aktivitas betina untuk bertelur
tentunya lebih terangsang.

41
Cara Penanggulangan yang Sudah Dilakukan

Disamping itu cara penanggulangan caplak oleh peternak dilakukan


dengan cara yang bervariasi antara lain dipungut/dipencet, diberi
sabun/air garam, kapur ajaib (kapur semut), air garam, obat paten
(asuntol, dursband, diazinon), dikerok, kulit pinang muda dan dipatuk
ayam (gambar 3).

Keterangan : A = dipungut/dipencet; B = diberi


sabun/air garam; C = kapur semut; D =
obat paten; E = dikerok; F = kulit pinang
muda; G = dipatuk ayam

Gambar 5. Hasil penuturan responden cara penanggulangan


caplak yang pernah dilakukan Cara peternak menanggulangi
caplak berbagai variasi, kebanyakan dipencet terutama
pada stadium larva di permukaan kulit, gelambir, dibawah perut,
diantara dua kaki belakang. Apabila dalam jumlah banyak dikerok
dengan pisau, dimandikan dengan sabun atau air garam. Disamping
itu ada yang melakukan pemberian kapur semut dengan mencoret-
coret pada tubuh sapi. Peternak yang lebih maju akan melakukan
pemandian atau spray terhadap sapinya dengan coumaphos
(asuntol), atau akarisida lainnya bahkan juga ada yang melakukan
pengobatan dengan Ivomec (ivermectin). Ada juga peternak yang
menggunakan kulit pinang muda yang digosok- gosokkan pada
tubuh sapi dan yang ekstrim lagi sapi-sapi yang kandangnya juga
sering didatangi ayam kampung, biasanya ayam ini akan mematuk
caplak sejauh ayam bisa menjangkaunya.
Peternak melakukan pemencetan caplak atau dikerok, karena
mereka kesal melihat caplak mengisap darah sapi. Sapi yang digigit
caplak biasanya suka menggaruk dengan menggesekkan badannya
ke dinding kandang, sehingga kadang-kadang kulitnya bisa lecet..
Cara petani membunuh caplak dengan memungut/memencet jauh

42
lebih aman dari pada menggunakan akarisida sintetis, karena obat
ini dapat menimbulkan keracunan, polusi, resistensi dan
meninggalkan residu dibawah kulit (Kardinan, 2000).
Apabila jumlah kepemilikan sapi tidak banyak cara
dipungut/dipencet ini cukup efektif dan murah, caranya pada waktu
pagi sebelum ternak digembalakan diamati adanya caplak pada
tubuh sapi bahkan dilihat di liang telinganya. Setelah caplak dipungut
diolesi antiseptik pada luka bekas gigitannya untuk mencegah infeksi
sekunder. Caplak yang dipungut ditempatkan dalam plastik yang
berisi minyak tanah, lalu dibakar. Bila caplak hanya dibunuh dengan
dipencet, dikhawatirkan caplak betina akan mengeluarkan telurnya
sebanyak 2.030 butir (Beriajaya, 1982). Bila lingkungan telur
memungkinkan dengan suhu 20-31 o C dan kelembaban 70-90 %,
maka telur akan menetas menjadi larva (Hitchcock, 1955) dan naik
ke tubuh sapi berkembang menjadi nimpa dan dewasa.
Demikian pula, pengerokan kulit yang dihinggapi caplak harus
disertai dengan pengumpulan hasil kerokan tersebut, kemudian
dimasukkan wadah yang berisi minyak tanah dan dibakar. Luka
bekas kerokan harus diobati misalnya dengan antiseptik atau yodium
tinctur, agar kulit yang dikerok tidak dihinggapi lalat, kapang atau
bakteri. Cara peternak menghilangkan caplak dengan air sabun atau
air garam belum tepat karena bukan akarisida hanya membersihkan
luka.Juga menanggulangi caplak dengan kulit pinang adalah kurang
tepat, sebab bukan akarisida, karena hanya bersifat anti kapang
(Hembing et al., 1996).
Obat yang dianjurkan untuk digunakan membunuh caplak
adalah akarisida seperti coumaphos (asuntol) 0,1 % melalui
semprotan pada tubuh hewan atau dimadikan. Disamping itu bisa
digunakan ivermectin dengan 1 ml per 50 kg berat badan melalui
suntikan subkutan. Hanya saja obat-oabat paten diatas harganya
cukup mahal saat ini, walaupun sudah relatif mudah didapatkan di
pasaran. Pada peternakan yang berskala kecil, penggunaan obat-
obat paten cukup mahal bagi mereka dan biasanya dinikmati oleh
sapi-sapi rakyat apabila ada kegiatan aktif servis yang gratis.

Kesimpulan dan Saran

43
Kesimpulan

1. Sapi sampel sebanyak 187 ekor yang terinfestasi oleh caplak


adalah sebanyak 89 ekor (48 %) dengan perincian pada 75 ekor
sapi masing-masing ditemukan 1-5 ekor caplak sedangkan 7 ekor
sapi cukup banyak caplaknya yaitu 1-2 ekor caplak per 4 cm 2 di
permukaan kulit gelambir atau di permukaan kulit diantara dua
kaki belakang.
2. Rata-rata kepadatan larva caplak di lokasi kandang sampel
adalah 36 larva caplak/m2 dengan suhu yang teramati disekitar
kandang adalah sebesar 27°C dan kelembaban sekitar 68 %.
3. Tertinggi kasus serangan caplak pada akhir musim hujan (33 %),
karena kondisi pada saat itu kelembaban tinggi dan cuaca mulai
panas, sehingga aktivitas betina untuk bertelur lebih terangsang.
4. Kebanyakan para peternak melakukan pemungutan dan
pemencetan caplak pada ternaknya, terutama apabila ternaknya
dalam jumlah tidak banyak. Cara ini cukup efektif kalau jumlah
sapinya sedikit dan harus disertai prosedur yang benar yaitu
membunuh caplak dengan memasukkan dalam minyak tanah dan
membakarnya, agar tidak terjadi peletakan telur dari caplak
betina.
5. Pengendalian paling aman adalah dengan menyemprot
atau memandikan sapi dengan asuntol 0,1 % (minimal 4 kali
berturut-turut sekali dalam satu minggu) atau penyuntikan
dengan Ivomec (ivermectin) secara subcutan minimal 3 kali
(sekali dalam 21 hari) secara berturut- turut. Pengendalian
dengan obat-obatan paten cukup mahal dan pada
kepemilikan sapi dalam jumlah banyak, hal ini sangat
efektif.

Saran

Pengkajian ini masih perlu dilakukan untuk memantapkan hipotesa


dengan pengambilan responden yang lebih banyak dan pengamatan
terhadap sapi yang lebih banyak serta dilakukan sepanjang 1 tahun.
Disamping itu pengambilan sampel juga dilakukan pada saat ternak
digembalakan. Hal tersebut akan sangat membantu pengambilan
kebijakan para peternak dalam melakukan pengendalian caplak ini.

44
Daftar Pustaka

Bailey, N.T.J. 1989. Statistical Methods in Biology. 2nd ed. Edward


Arnold. A Division of Hodder & Stoughton. London.

Barnett, S.F. 1968. The Control of Ticks on Livestock. FAO.


Agriculture Studies No. 54. pp: 196- 198.

Beriajaya. 1982. Pengaruh Jenis Induk Semang terhadap Aspek


Pertumbuhan Caplak Sapi Boophilus microplus (Canestrini)
(Acarina, Ixodidae). Tesis Magister Sains. Fakultas Pasca
Sarjana IPB.

Gunandini DJ. 2006. Caplak atau Sengkemit dalam Hama


Pemukiman Indonesia: Pengenalan, Biologi, dan
Pengendalian. Sigit HS, Hadi UK, editor. Bogor (ID): Unit
Kajian Pengendalian Hama Pemukiman. hal 150-157.

Hadi UK dan Soviana S. 2010. Pengenalan, Identifikasi dan


Pengendalian Caplak. Bogor (ID): IPB Pr.

Harahap IS. 2001. Aspek biologis caplak sapi Boophilus microplus


(Canestrini, 1887) Indonesia dalam kondisi laboratorium
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Hembing Wijayakusuma. H.M., Setiawan Dalimartha dan A.S.


Wirian. 1996. Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia. Jilid ke
4. Pustaka Kartini: 97-100 dan 126-128.

Hitchcock, L.F. 1955. Studies on the parasite stage of the cattle tick.
Boophilus microplus (Canestrin) (Acarina, Ixodidae) Aust. J.
Zool. 3: 145-155.

Jongejan F dan Uilenberg G. 2004. The global importance


tick[internet].[diunduh pada 2014 Oktober 1]. Tersedia pada
http:// http://cbpv.org.br/artigos/-CBPV_artigo_017.pdf.

45
46

Anda mungkin juga menyukai