Anda di halaman 1dari 19

PENGARUH CEFIXIME TERHADAP INFEKSI

NEISSERIA GONORRHEAE PADA PASIEN


UNCOMPLI CATED GONORRHEA



Disusun oleh :
09700359 Fitria Dini M
10700154 Arya Fajar Permata
10700253 Fera Novianti
10700268 Veronica Olga P. S
10700338 I Wayan Agus W. S

Pembimbing : dr. Haryanto Husein, MS, AFK.


BAGIAN ILMU FARMASI - KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
SURABAYA

SURABAYA, SENIN 12 MEI 2014

2

2

1. PENDAHULUAN
Neisseria gonorrhea merupakan suatu bakteri diplokokus gram
negative yang menimbulkan suatu penyakit yang disebut gonore (GO) . Infeksi
umumnya terjadi pada aktivitas seksual secara genito-genital, namun dapat juga
kontak seksual secara oro-genital dan ano-genital. Pada laki-laki umumnya
menyebabkan uretritis akut, sementara pada perempuan menyebabkan servisitis
yang mungkin saja asimtomatik
(4)
.
Infeksi gonore dapat juga didapat dari setiap kontak seksual,
pharyngeal dan anal. Gejala pharyngeal gonorrheae biasanya berupa nyeri
tenggorokan, sedangkan pada anal gonorrheae dapat dirasakan nyeri yang disertai
secret yang bernanah. Angka tertinggi pada wanita dari semua ras adalah
kelompok usia 15 - 19 tahun. Prevalensi gonore selama kehamilan bervariasi,
tetapi dapat mencapai 7% dan mencerminkan status resiko populasi. Faktor resiko
antara lain adalah lajang, remaja, kemiskinan, prostitusi, penyakit menular seksual
lain dan tidak adanya perawatan prenatal
(9)
.
Hanya sedikit negara-negara di dunia yang melaporkan estimasi
insidensi penyakit ini secara akurat. Kejadian gonore mengalami penurunan sejak
tahun 1980-an, terutama pada negara berkembang (termasuk Amerika Serikat),
dan hal ini dikaitkan dengan meningkatnya kampanye tentang risiko PMS. Angka
kejadian gonore di Amerika Serikat terus menurun sebesar 73,8% selama periode
tahun 19751999, dan angka kejadiannya tetap stabil sampai pada tahun 2005
dilaporkan terjadi 339.593 kasus, di mana angka ini menunjukkan terjadinya
peningkatan. Di Amerika, insidensi terbanyak terjadi pada usia 1524 tahun, hal
ini dikaitkan dengan bertambahnya jumlah pasangan seksual dan makin
menurunnya kesadaran untuk menggunakan kontrasepsi barier
(4)
.
Cefixime adalah antibiotik sefalosporin generasi ketiga yang
stabil terhadap enzim -Lactamase yang diproduksi oleh organisme seperti strain
Streptococcus, Haemophillus influenzae, Neisseria gonorrhoeae dan mayoritas
Enterobakteriaceae. Antibiotik ini bersifat bakterisidae dengan spectrum luas
terhadap bakterim gram positif (Streptococcus sp, Streptococcus pneumonia), dan
gram negative (E. coli, Proteus sp,Haemophillus influenzae). Aktivitas cefixime
3

3

menurun terhadap Staphylococcus aureus, Enterococci, Listeria monocytogenes,
dan Pseudomonas spp. Insiden bakteri yang resisten cefixime dilaporkan sangat
rendah
(11)
. Pengobatan standar untuk infeksi yang disebabkan Neisseria
gonorrhea dengan atau tanpa komplikasi adalah Cefixime dengan dosis 400 mg
dosis tunggal oral. Penggunaan cefixime telah disukai di banyak negara karena
efektivitasnya, kenyamanan sediaan bagi pasien (sediaan oral), regimen dosis
tunggal pada infeksi yang disebabkan Neisseria gonorrhe. Oleh karena itu penulis
ingin membahas lebih lanjut mengenai pengaruh penggunaan cefixime terhadap
infeksi Neisseria gonorrhea.

I.a. Rumusan Masalah
Adapun penulisan rumusan masalah dalam referat ini, adalah :
1. Bagaimana sifat fisiko-kimia dan rumus kimia obat Cefixime?
2. Bagaimana gambaran farmasi secara umum (dosis, preparat-preparat, cara
penggunaan) dari obat Cefixime terhadap infeksi Neisseria gonorrhoeae ?
3. Bagaimana gambaran farmakologi umum (khasiat, kegunaan
terapi/indikasi dan kontraindikasi) dari obat Acarbose terhadap infeksi
Neisseria gonorrhoeae?
4. Bagaimana farmakodinamik dan farmakokinetik dari Cefixime?
5. Bagaimana toksisitas (efek samping dan toksisitas beserta gejala dan
penanggulangannya) cefixime terhadap infeksi Neisseria gonorrhoeae?
I.b. Tujuan Penulisan
Penulisan ini mempunyai beberapa tujuan yang ingin dicapai, antara lain:
1. Memberikan tambahan pengetahuan untuk penulis dan pembaca tentang
sifat fisiko-kimia dan rumus kimia obat Cefixime.
2. Memberikan pemahaman yang sesuai kepada pembaca dan penulis, agar
tidak salah cara menggunakan preparat & dosis obat Cefixime, khususnya
terhadap infeksi Neisseria gonorrhoeae.
3. Memberikan tambahan ilmu pengetahuan farmakologi secara umum
(khasiat, kegunaan terapi, indikasi dan kontraindikasinya) kepada penulis
4

4

dan pembaca untuk jenis obat Cefixime khususnya terhadap Neisseria
gonorrhoeae.
4. Memberikan informasi kepada pembaca serta tambahan pengetahuan
dalam ilmu farmasi tentang farmakodinamik (mekanisme kerja) dan
Farmakokinetik (Pola Absorbsi, Distribusi, Metabolisme, dan Ekskresi),
waktu paruh, ikatan protein, bioavailabilitas,dari obat Cefixime.
5 Memberikan informasi kepada pembaca tentang toksisitas dari obat
Cefixime(efek samping, gejala toksisitas, danpenanggulangannya) serta
tambahan ilmu untuk penulis khususnya terhadap infeksi Neisseria
gonorrhoeae.

2. FARMASI - FARMAKOLOGI
a. Sifat Fisiko-Kimia dan Rumus Kimia Obat
Cefixime berupa bubuk putih atau hampir berwarna putih, agak
higroskopik, sedikit larut dalam air dan etanol, larut dalam metanol dan tidak larut
dalam etil asetat
(7)
.
Cefixime merupakan antimikroba semi-sintetis golongan
cephalosporin generasi ketiga yang dapat diberikan secara oral. Cefixime bersifat
bakterisida dan berspektrum luas terhadap mikroorganisme gram positif dan gram
negatif, seperti sefalosporin oral yang lain
(3)
. Cefixime mempunyai aktivitas yang
poten terhadap mikroorganisme gram positif seperti Streptococcus sp.,
Streptococcus pneumoniae, dan gram negatif seperti Branhamella catarrhalis,
Escherichia coli, Proteus sp., Haemophilus influenzae, Neisseria gonorrhoeae
(termasuk strain penicillinase dan non-penicillinase-producing)
(5)
. Cefixime
sangat stabil dengan adanya enzim beta-laktamase. Akibatnya, banyak organisme
yang resisten terhadap penisilin dan beberapa sefalosporin, tetapi oleh karena
adanya enzim beta-laktamase mungkin rentan terhadap cefixime
(5)
.


5

5

Rumus kimia dari cefixime : C16H15N5O7S2 3H2O
(8)

Gambar 1 : Struktur kimia Cefixime
b. Farmasi Umum
Dosis, Preparat, Cara Penggunaan:
Dosis oral untuk dewasa atau anak dengan berat badan lebih dari
50 kg yang direkomendasikan untuk cefixime adalah 400 mg sehari yang
diberikan dalam 1-2 dosis baik dalam bentuk tablet atau kapsul. Dosis yang
direkomendasikan untuk pengobatan gonorrhea tanpa komplikasi adalah 400 mg
oral dosis tunggal.
Terapi cefixime pada anak diberikan dalam bentuk suspensi
dengan dosis 8mg/kgBB sehari. Sediaan dapat diberikan dalam bentuk dosis
tunggal atau dosis harian atau dibagi dalam 2 dosis, seperti 4mg/kgBB setiap 12
jam. Pada anak-anak yang menderita otitis media sebaiknya diobati dengan
suspensi. Dari penelitian klinis, otitis yang diobati dengan sediaan suspensi
cefixime didapat kadar puncak dalam plasma lebih besar dari tablet bila diberikan
dengan dosis yang sama. Sehingga untuk pengobatan otitis media sebaiknya
sediaan suspensi jangan diganti. Penderita dengan gangguan fungsi ginjal
memerlukan penyesuaian dosis tergantung pada berat ringannya gangguan,
cefixime dapat diberikan pada pasien dengan kadar kreatinin 60 mL/menit atau
lebih. Pasien dengan kadar kreatinin antara 21-60 mL/menit atau pasien dengan
hemodialis ginjal dapat diberikan 6,5 ml cefixime oral suspensi (200 mg/5 mL)
6

6

sehari atau 13 ml cefixime oral suspensi (100 mg/5 mL) sehari. Pasien dengan
kadar kreatin kurang atau sama dengan 20 mL/menit, atau pasien rawat jalan
dengan dialisis peritoneal dapat diberikan 200 mg sehari (contoh: setengah tablet
400 mg). Baik hemodialisis dan dialisis peritoneal secara signifikan dapat
mengurangi kadar obat dalam tubuh. Obat ini tersedia dalam bentuk tablet 200 mg
dan 400 mg, serta suspensi oral 100 mg/5 ml. Cefixime hanya diberikan dalam
bentuk sediaan oral
(6)
.

c. Farmakologi Umum

Khasiat:
In vitro, obat ini stabil terhadap berbagai jenis beta laktamase
dan mempunyai spektrum antibakteri menyerupai spektrum sefotaksim
(10)
.

Indikasi:
Cefixime diindikasikan untuk pengobatan infeksi-infeksi yang
disebabkan oleh mikroorganisme yang rentan antara lain:
1. Infeksi saluran kemih tanpa komplikasi yang disebabkan oleh Escherichia coli
dan Proteus mirabilis.
2. Otitis media yang disebabkan oleh Haemophilus influenzae, Moraxella
catarrhalis, dan Streptococcus pyogenes.
3. Faringitis dan tonsilitis yang disebabkan oleh Streptococcus pyogenes.
4. Eksaserbasi akut bronkitis kronis yang disebabkan oleh Streptococcus
pneumoniae dan Haemophilus influenzae.
5.Gonorrhea tanpa komplikasi (cervical/urethral) yang disebabkan oleh Neisseria
gonorrhoeae (penicillinase-dan non-penicillinase-producing)
(6)
.


7

7

Kontra Indikasi:
Cefixime kotraindikasi terhadap pasien dengan alergi cefixime
atau cephalosporin golongan lain
(6)
.

3.FARMAKODINAMIKACEFIXIME
Mekanisme kerjanya yaitu menghambat sintesis dinding sel.
Cefixime memiliki afinitas tinggi terhadap penicillin-binding-protein (PBP) 1
(1a, 1b, dan 1c) dan 3, dengan tempat aktivitas yang bervariasi tergantung jenis
organismenya. Cefixime stabil terhadap -laktamase yang dihasilkan oleh
beberapa organisme, dan mempunyai aktivitas yang baik terhadap organisme
penghasil -laktamase.
(11)
.

4. FARMAKOKINETIK CEFIXIME
Absorbsi
Absorbsi cefixime melalui oral berjalan lambat dan tidak
lengkap. Bioavailabilitas absolute sekitar 40-50%. Dalam bentuk suspensi
obat ini diserap lebih baik dari bentuk tablet. Kadar tinggi terdapat pada
empedu dan urine
(11)
.
Distribusi (penetrasi ke dalam jaringan)
Penetrasi ke dalam sputum, tonsil, jaringan maxillary sinus
mucosal, otorrhea, cairan empedu dan jaringan kandung empedu adalah
baik
(11)
.
Metabolisme
Tidak ditemukan adanya metabolit yang aktif sebagai antibakteri
di dalam serum atau urin
(11)
.


8

8

Eliminasi
Cefixime terutama diekskresikan melalui ginjal. Jumlah ekskresi
urin (sampai 12 jam) setelah pemberian oral 50,100 atau 200 mg (potensi) pada
orang dewasa sehat dalam keadaan puasa kurang lebih 20-25% dari dosis yang
diberikan. Kadar puncak urin masing-masing 42,9; 62,2 dan 82,7 g/ml dicapai
dalam 4-6 jam setelah pemberian. Jumlah ekskresi urin (sampai 12 jam) setelah
pemberian oral 1,5; 3,0; atau 6,0 mg (potensi)/kgBB pada penderita pediatrik
dengan fungsi ginjal yang normal kurang lebih 13-20%
(11)
.
Konsentrasi dalam serum
Pemberian per oral dosis tunggal 50, 100 atau 200 mg (potensi)
cefixime pada orang dewasa sehat dalam keadaan puasa, kadar puncak serum
dicapai setelah 4 jam pemberian yaitu masing-masing 0,69; 1,13; dan 1,95 g/ml.
Waktu paruh serum adalah 2,3-2,5 jam. Pemberian per oral dosis tunggal 1,5; 3,0;
atau 6,0 mg (potensi)/kg cefixime pada penderita pediatrik dengan fungsi ginjal
normal, kadar puncak serum dicapai setelah 3-4 jam pemberian yaitu masing-
masing 1,14; 2,01; dan 3,97 g/ml
(11)
.
Waktu paruh
Waktu paruh serum adalah 3,2-3,7 jam
(11)
.
Ikatan protein
Ikatan protein dari cefixime yaitu 65%
(11)
.
Bioavailabilitas
Bioavailabilitas absolute sekitar 40-50%
(11)
.

5. TOKSISITAS
a. Efek Samping dan Toksisitas
1. Gangguan Gastrointestinal (saluran cerna)
Kadang-kadang terjadi kolitis seperti kolitis
pseudomembranosa, yang ditunjukkan dengan adanya darah di dalam tinja. Selain
9

9

itu juga dapat terjadi diare (16%), nyeri perut(3%), nausea (7%), dispepsia (3%),
flatulence (4%)
(6)
.
2. Reaksi Hipersensitifitas
Jika terjadi reaksi anafilaktik (termasuk shock), skin rash,
urtikaria, demam oleh karena obat, pruritus, angioedema, dan edema wajah
maka pemakaian sediaan ini harus dihentikan dan sebaiknya dilakukan
penanganan lain yang lebih tepat. Selain itu juga dapat terjadi erythema
multiforme dan Stevens-Johnson syndrome
(6)
.
3. Hepatik
Dapat terjadi peningkatan serum SGPT, SGOT, alkaline
phosphatase. Juga dapat ditemukan hepatitis dan jaundice.
4. Renal
Dapat terjadi peningkatan serum BUN atau kreatinin, sehingga
pemantauan fungsi ginjal secara periodik dianjurkan karena gangguan fungsi
ginjal seperti insufisiensi ginjal kadang-kadang dapat terjadi. Bila ditemukan
adanya kelainan-kelainan ini, hentikan pemakaian obat ini dan lakukan
penanganan lain yang lebih tepat.
5. Hematologi dan Limfatik
Dapat terjadi leukopenia, neutropenia, pemanjangan
prothrombin time, peningkatan LDH, pansitopenia, agranulositosis, and
eosinophilia. Kadang-kadang trombositopenia dapat terjadi. Pemakaian sediaan
ini sebaiknya dihentikan bila ditemukan adanya kelainan-kelainan ini.
6. Sistem Saraf Pusat
Dapat terjadi sakit kepala, pusing, kejang. Beberapa jenis
cephalosporin diinformaskan dapat memicu terjadinya kejang, khususnya pada
pasien dengan gangguan fungsi ginjal dengan dosis yang tidak diturunkan.
7. Tes Laboratorium Abnormal, dapat ditemukan hiperbilirubinemia
8. Shock
Perhatian yang cukup sebaiknya dilakukan karena gejala-gejala
shock kadang-kadang bisa terjadi. Jika beberapa tanda atau gejala seperti perasaan
10

10

tidak enak, rasa tidak enak pada rongga mulut, stridor, dizziness, defekasi yang
tidak normal, tinnitus atau diaphoresis; maka pemakaian sediaan ini harus
dihentikan.
9. Pernafasan
Kadang-kadang terjadi pneumonia interstitial atau sindroma PIE
(Pulmonary Interstitial Emphysema), yang ditunjukkan dengan adanya gejala-
gejala demam, batuk, dyspnea, foto rontgen thorax yang tidak normal dan
eosinophilia, ini sebaiknya hentikan pengobatan dengan obat ini dan lakukan
penanganan lain yang tepat seperti pemberian hormon adrenokortikal.
10. Defisiensi vitamin
Jarang terjadi defisiensi vitamin K (seperti hipoprotrombinemia
atau kecenderungan pendarahan) atau defisiensi grup vitamin B (seperti glositis,
stomatitis, anoreksia atau neuritis).
11. Lain-lain
Genital pruritus, vaginitis, candidiasis, toxic epidermal
nekrolisis
(6)
.

b. Gejala Toksisitas
Hipersensitivitas neuromuskular dan kompulsif
(11)
.

c. Cara Penanggulangan Toksisitas
Hemodialisis dan kumbah lambung mungkin membantu
(6)
.

d. Peringatan dan Perhatian:
Perhatian umum:
- Hati-hati terhadap reaksi hipersensitif, karena reaksi-reaksi seperti shock
dapat terjadi.
- Sediaan ini sebaiknya jangan diberikan kepada penderita-penderita yang
masih dapat diobati dengan antibiotika lain, jika perlu dapat diberikan
dengan hati-hati. Penderita dengan riwayat hipersensitif terhadap bahan-
bahan dalam sediaan ini atau dengan antibiotika cefixime lainnya.
11

11

- Cefixime harus diberikan dengan hati-hati kepada penderita, antara lain
sebagai berikut:
Penderita dengan riwayat hipersensitif terhadap penisilin.Penderita dengan
riwayat personal atau familial terhadap berbagai bentuk alergi seperti asma
bronkial, rash, urtikaria.
- Penderita dengan gangguan fungsi ginjal berat.
- Penderita dengan nutrisi oral rendah, penderita yang sedang mendapatkan
nutrisi parenteral, penderita lanjut usia atau penderita yang dalam keadaan
lemah. Observasi perlu dilakukan dengan hati-hati pada penderita ini
karena dapat terjadi defisiensi vitamin K.
- Penggunaan selama kehamilan keamanan pemakaian cefixime selama
masa kehamilan belum terbukti. Sebaiknya sediaan ini hanya diberikan
kepada penderita yang sedang hamil atau wanita yang hendak hamil, bila
keuntungan terapetik lebih besar dibanding risiko yang terjadi.
- Penggunaan pada wanita menyusui masih belum diketahui apakah
cefixime diekskresikan melalui air susu ibu. Sebaiknya tidak menyusui
untuk sementara waktu selama pengobatan dengan obat ini.
- Penggunaan pada bayi baru lahir atau bayi prematur, Keamanan dan
keefektifan penggunaan cefixime pada anak-anak dengan usia kurang dari
6 bulan belum dibuktikan (termasuk bayi baru lahir dan bayi premature)
(3)
.

6. PENELITIAN YANG PERNAH DILAKUKAN
a. Clinical Trial

1. Jurnal (Stephanie A. Chisholm) Emergence of a Neisseria gonorrhoeae clone
showing decreased susceptibility to cefixime in England and Wales
Telah munculnya kelompok klonal gonokokus yang
menunjukkan penurunan kerentanan terhadap cefixime di Inggris dan Wales.
Sebanyak 97 isolat gonokokal yang terpilih, menunjukkan penurunan kerentanan
terhadap cefixime (MIC 0,125 mg / L). Hal tersebut diporeleh dari dua arsip,
yaitu: arsip dari Sexually Transmited Bacterial Reference Laboratory (STBRL)
12

12

HPA, London yang menyampaikan bahwa isolat sebagai bagian dari GRASP
(Gonococcal Resistance to Antimicrobials Surveillance Programme) selama tahun
2005 (n = 1 dari 1010), 2006 (n = 2 dari 1250), 2007 (n = 17 dari 1113) dan 2008
(n = 35 dari 1276), dan 42 isolasi yang telah dirujuk ke STBRL selama tahun
2008 dan 2009 dari setiap laboratorium diagnostik utama di Inggris dan Wales
sebagai bagian dari layanan referensi mereka. Satu klonal yang diisolasi dari
GRASP pada tahun 2006 tidak dapat diujikan (Total diuji = 96). GRASP
mengumpulkan data pasien meliputi gender, usia, orientasi seksual, etnis dan
kontak seksual di luar negeri yang dirujuk sebagai isolat. Uji kepekaan
antimikroba menggunakan teknik Diagnostic Sensitivity Test (DST) dengan
media agar (Oxoid, Basingstoke, UK) ditambahkan dengan 5% darah kuda segar
dan 1% Vitox (Oxoid). Beberapa antimikroba yang diujikan yaitu : ciprofloxacin,
penicillin, spectinomysin, tetracycline, ceftriaxone dan cefixime. Media agar
(agar plates) diinkubasi selama 48 jam pada suhu 36c dan 5% CO
2
. MIC
(Minimum Inhibitory Concentration) didapatkan dari konsentrasi terendah yang
dapat menghambat pertumbuhan Neisseria Gonorrhoeae. Uji kepekaan dari 96
isolat menunjukkan penurunan kerentanan terhadap cefixime dibandingkan
antimikroba lain. Diantara 96 pasien, data jenis kelamin yang diketahui sebanyak
94 pasien. 83 orang adalah laki-laki (88%). Usia pasien rata-rata secara
keseluruhan adalah 31,3 tahun (kisaran 17-67 tahun). Dari 54 pasien GRASP,
orientasi seksual yang diketahui sebanyak 44 pasien, di antaranya 29 orang adalah
laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki (LSL) (66%). Etnis yang
diketahui sebanyak 43 pasien, di antaranya 25 orang dari etnis White British
(58%). Informasi yang diketahui sejumlah 43 pasien telah melakukan hubungan
seksual di luar negeri 3 bulan yang lalu. 8 orang pasien telah dilaporkan
melakukan hubungan seksual di luar negeri (di luar Inggris dan Wales) (19%): 4
orang di Eropa Barat, 1 orang tambahan di Amerika Selatan, 2 orang di Spanyol,
1 orang di Portugal dan 1 orang tidak diketahui
Hasil studi ini menunjukkan terjadinya penurunan kerentanan
terhadap cefixime di Inggris dan Wales yang diperoleh dari isolat bakteri
gonokokal. Dari 96 isolat menunjukkan bahwa terjadi perubahan sequence
13

13

antigen. Sebanyak 29 pasien LSL dengan isolat bakteri alel tbpB, 22 diantaranya
termasuk gen ST1407 (76%) dan sisanya tidak diketahui. Dari 15 isolat
heteroseksual dengan alel tbpB, 12 orang diantaranya termasuk gen ST1407
(80%). Individu yang dilaporkan pernah berhubungan seks di luar negeri (8 orang)
terinfeksi isolat ST1407. Jadi dapat disimpulkan bahwa 93% (89/96) isolat dengan
peningkatan MIC adalah tipe ST1407 atau tipe yang hampir mirip. Isolat dengan
tipe ST1407 dapat ditemukan pada pasien homoseksual (laki-laki berhubungan
seks dengan laki-laki), heteroseksual dan pasien yang dilaporkan berhubungan
seks di luar negeri.
Kegagalan terapi cefixime yang dilaporkan di Inggris dan Wales
menunjukkan MIC 0.19-0.25 mg/L dari isolat yang diuji. Kegagalan dalam
rentang MIC ( 0.125mg/L) tersebut menunjukkan bahwa dengan regimen yang
diberikan tidak dapat menjaga kadar konsentrasi puncak dan waktu paruh
cefixime dalam mekanismenya membunuh bakteri gonokokus, sehingga tidak
menjamin keberhasilan eradikasi bakteri gonokokus tersebut
(2)
.

2. Jurnal (Vannesa G. Allen) Neisseria Gonorrhoeae Treatment Failure and
Susceptibility to Cefixime in Toronto, Canada
Telah dilaporkan di Toronto Kanada bahwa meskipun
sefalosporin adalah landasan pengobatan Infeksi Neisseria gonorrhoeae , cefixime
adalah satu-satunya pilihan antimikroba oral. Peningkatan konsentrasi hambat
minimum (MIC) cefixime telah diidentifikasi di seluruh dunia dan telah dikaitkan
dengan laporan kegagalan klinis. Tingkat kegagalan klinis setelah pengobatan dari
Infeksi N gonorrhoeae dengan cefixime relatif tinggi. Ada 291 N gonorrhoeae
individu biakan-positif diidentifikasi. Dari 133 yang kembali untuk melakukan uji
kesembuhan, sebanyak 13 pasien menunjukkan kultur positif ; 9 mengalami
kegagalan pengobatan cefixime , melibatkan uretra ( n = 4 ) , faring ( n = 2 ) ,dan
dubur ( n = 3 ). Secara keseluruhan tingkat kegagalan pengobatan klinis di antara
mereka yang telah melakukan uji kesembuhan adalah 6,77%. Tingkat kegagalan
klinis yang terkait dengan MIC cefixime 0,12g / mL sebesar 25,0% sedangkan
infeksi dengan MIC cefixime <0,12 g / mL (1,90 %). Berdasarkan hasil
14

14

penelitian, penulis mengidentifikasi bahwa tingkat kegagalan klinis terapi
cefixime terhadap infeksi gonore yang relatif tinggi di Toronto Canada
berhubungan dengan peningkatan MICnya
(12)
.


7. PEMBAHASAN

Pada penelitian yang berjudul Emergence of a Neisseria
gonorrhoeae clone showing decreased susceptibility to cefixime in England and
Wales ditemukan bahwa terdapat 96 isolat gonokokal dengan penurunan
kerentanan terhadap cefixime (MIC 0.125 mg/L). MIC (Minimum Inhibitory
Concentration) didapatkan dari konsentrasi terendah yang dapat menghambat
pertumbuhan Neisseria Gonorrhoeae. Uji kepekaan dari 96 isolat menunjukkan
penurunan kerentanan terhadap cefixime dibandingkan antimikroba lain. Kontrol
strain yang menunjukkan kerentanan terhadap cefixime pada dasarnya masih
belum ada dan merupakan batasan dalam penelitian ini. Tetapi untuk penelitian
selanjutnya strain K dan L dari WHO yang memiliki penA mosaik dan A501
mutasi akan turut diikutsertakan. Dari hasil penelitian ini didapatkan cefriaxone
memiliki kerentanan 100% dengan MIC 0.06 (0.023-0.125 mg/L), penilisin
resisten 56% dengan MIC 1 (0.25-2 mg/L), tetrasiklin resisten 100% dengan MIC
8 (4-16 mg/L), cifrofloxacin resisten 100% dengan MIC 32 (2-32 mg/L),
Spectinomycin rentan 100%, dengan MIC 16 (8-32 mg/L) dan azitromycin rentan
100% dengan MIC 0.5 (0.25-12 mg/L).
Kritik :
1. Perlu ditambahkan penelitian dengan bakteri N. gonnorrhoeae ST1047 dan
bakteri yang mengandung penA mosaic untuk mengetahui tingkat kerentanan
cefixime yang sesungguhnya.
2. Belum ada kontrol kualitas untuk cefixime
15

15

3. Penelitian yang dilakukan hanya di kawasan Inggris dan Wales saja, perlu
dilakukan penelitian di daerah Asia, terutama Jepang yang telah melaporkan
adanya penurunan kerentanan cefixime terhadap bakteri N. gonnorrhoaeae.
Berdasarkan penelitian yang berjudul Neisseria Gonorrhoeae
Treatment Failure and Susceptibility to Cefixime in Toronto, Canada dinyatakan
bahwa pasien dengan kultur gonore positif diberi terapi cefixime oral 400mg dan
800mg. Penelitian dilakukan dengan mengelompokkan pasien berdasarkan jenis
kelamin, usia, orientasi seksual dan lokasi infeksi. Kemudian setelah diberi terapi,
pasien kembali lagi untuk melakukan uji kesembuhan. Ditemukan 9 dari 13 isolat
gonokokus yang telah diisolasi memiliki MIC (Minimum Inhibitory
Concentrations) 0.12 g/mL. Secara keseluruhan, angka kegagalan terapi
cefixime pada pasien dengan infeksi gonore pada penelitian ini mencapai 6,77%
dari pasien yang melakukan uji kesembuhan.
Beberapa kritik yang perlu disampaikan :
1. Bagaimana gaya hidup pasien selama terapi dilakukan (riwayat seksual, pola
makan,dll)
2. Apakah pasien sudah pernah meminum cefixime sebelum diberikan terapi
3. Apakah pasien memiliki resistensi terhadap antibiotik cephalosporin generasi
lain.
4. Keterbatasan penelitian dimana penelitian dilakukan di klinik daerah Toronto
Kanada dengan angka homoseksualitas yang tinggi dan isolasi bakteri gonore
yang menunjukkan MIC tinggi.
Dalam penelitian didapatkan 9 orang gagal dalam pengobatan cefixime
terhadap infeksi gonore. Kegagalan ini dapat disebabkan oleh:
1. Adanya homologi genetik dari kloni bakteri N.gonore dengan genotif pola
mosaic PBP2 yang berhubungan dengan penurunan kerentanan dari
cephalosporin generasi ketiga
2. Studi klinik tentang pengaruh cefixime terhadap infeksi gonore di Ontario,
menujukkan bahwa tipe mosaic PBP2 mengandung 3 mutasi gen yaitu G545S,
I3I2M, V316T yang berhubungan dengan penurunan kerentanan cefixime
16

16

3. Peningkatan angka resistensi N. Gonore terhadap cephalosporin telah
diidentifikasi di Amerika dan Kanada sejak tahun 2000an.
Berdasarkan penelitian diatas, menunjukkan bahwa angka
kegagalan terapi infeksi gonore dengan antibiotik cefixime relatif tinggi. Hal
tersebut diduga berhubungan dengan peningkatan MIC antibiotik dan peningkatan
potensi atau kekuatan dari bakteri gonore. Sehingga cefixime kurang manjur
dalam pengobatan infeksi gonore. Hal ini sesuai dengan US Centers for Disease
Control and Prevention (CDC) yang menyatakan bahwa cefixime tidak lagi
menjadi obat lini pertama untuk kesuksesan terapi infeksi gonore. Seiring dengan
terjadinya peningkatan MIC dari antibiotik ceftriaxon maka perlu dilakukan
identifikasi lebih lanjut mengenai kegagalan klinis dari terapi infeksi gonore.
Perlu juga dilakukan penelitian lain mengenai obat yang relatif manjur untuk
terapi gonore selain cefixime.


8. RINGKASAN DAN KESIMPULAN
Pada penelitian tersebut, secara keseluruhan didapatkan
kegagalan terapi cefixime pada pasien dengan infeksi N. gonore. Beberapa faktor
yang menyebabkan hal tersebut adalah adanya keterbatasan penelitian yang
dilakukan di klinik daerah Toronto Kanada, English dan Wales dengan angka
homoseksualitas yang tinggi. Selain itu adanya hasil isolasi bakteri gonore yang
menunjukkan isolat tipe khusus (ST1407). Berdasarkan kedua penelitian diatas,
kegagalan terapi cefixime terhadap infeksi N.gonore disebabkan oleh
meningkatnya kadar MIC dari cefixime sehingga dengan dosis regimen tidak
dapat membuat antibakteri bekerja pada konsentrasi puncak dan waktu yang
cukup untuk membunuh bakteri. Kegagalan yang terjadi juga disebabkan oleh
faktor dari bakteri gonokokus itu sendiri. Karena berdasarkan penelitian di Inggris
dan Wales isolat bakteri yang ditemukan memiliki tipe khusus (ST1407) yang
mungkin memiliki aktifitas lebih poten daripada bakteri gonokokus tipe lainnya,
namun hal tersebut belum dapat dipastikan karena data yang belum tersedia.

17

17

Saran
Seiring dengan terjadinya peningkatan MIC dari antibiotik
ceftriaxon maka perlu dilakukan identifikasi lebih lanjut mengenai kegagalan
klinis dari terapi infeksi gonore.
Perlu ditambahkan pula penelitian terbaru tentang penggunaan
cefixime dalam pengobatan untuk infeksi N. gonnorrhoeae.


9. SUMMARY AND CONSCLUSION
In that study Neisseria gonorrhoeae Treatment Failureand
Susceptibility toCefixime inToronto,Canada, we can summaries cefixime therapy
in patients with N. gonorrhea infection showed a failure result. The failure of
cefixime therapy in patients with N. gonorrhea infectionis caused due to the
limited research clinic where the study was conducted in Toronto Canada area
with a high rate of homosexuality. Otherwise, bacterial isolation showed an
unique strain in England and Wales (ST1407). According to those study, failure
due to cefixime in management of gonore caused of elevated MIC of cefixime,
which is make it can not work well in killing bacteria. It makes cefixime can not
reach its effective concentration and half time due to killing bacteria. In other
hand, study in England and Wales also found that unique strain of gonococcus
(ST1407) maybe have some special potencial than gonococcus as well. But there
is no spesific data to make it convinced.

Suggestion
Along with the increase of MIC valuein ceftriaxon antibiotics,it
is necessary to do to a further research to identify the clinical failure oftreatment
in N. gonorrhea infection.
The latest research on the use of cefixime in the treatment of N.
gonnorrhoeaeinfections need to be added.


18

18

DAFTAR PUSTAKA
1. Bignell C. 2009 European (IUSTI/WHO) Guideline on the Diagnosis and
Treatment of Gonorrheae in Adults. International Journalof STD & AIDS 2009 ;
20 : 453-457.

2. Chisholm SA, Alexander S, Thomas LD, et al. Emergence of a Nisseria
gonorrheae clone showing decreased susceptibility to cefixime in England and
Wales. J Antimicrob Chemother. 2011 ; 66 : 2509-2512.

3. Dexa Medica, 2009, Prescription Products. PT Dexa Medica. Palembang
Indonesia

4. Jawas, FA., dan Murtiastutik, D. 2009. Penderita Gonore di Divisi Penyakit
Menular Seksual Unit Rawat Jalan Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSU Dr.
Soetomo Surabaya Tahun 20022006 Vol. 3. Surabaya : Dep./SMF Ilmu
Kesehatan Kulit dan Kelamin FK UNAIR pp. 217 - 219.

5. Lupin Limited. 2008. Suprax (Cefixime). Lupin Pharmaceuticals Inc. India

6. Lupin Limited. 2012. Higlight Of Prescibing Information (Cefixime). Lupin
Pharmaeutical Inc. India

7. Nugraha, Adi Saputra. Dalam Skripsi : Modifikasi Cefixime Sebagai Inhibitor
Potensial Untuk NS2B-NS3 Protease Virus Dengue Melalui Molecular Docking.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Bagian Ilmu Kimia. Balai
Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta. 2012.

8. Noory, Assadollah and Bergman, Kimberly L. Clinical Pharmacologic and
Biopharmatic Reviewers of Suprax (Cefixime). Bioanalytical Research
Departement, Lupin Bioresearch Center. 2012. India.

19

19

9. Patel AL, Chaudhry U, Sadadev D, Sachdeva PN, Bala M, & Saluja D. An
Insight into the Drug resistance profile & mechanism of drug resistence in
Neisseria gonorrheae. Indian J Med Res. 2011 ; 134 : 419-431.

10. Syarif, Amir dkk. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Departemen Farmakologi
dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.2007, halaman 686-
687.

11. Tjandra, L,. Efikasi dan Torelansi Cefixime Pada Pengobatan Demam Tifoid
Anak. Surabaya : Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Bag.
Farmasi Kedokteran, halaman 1 3.

12. Vanessa GA, Mitterni L, Seah C, et al. Neisseria gonorrhoeae Treatment
Failure and Susceptibility to Cefixime In Toronto, Canada. JAMA. 2013 ; 309 (2)
: 163-170.

Anda mungkin juga menyukai