Anda di halaman 1dari 30

PEMANFAATAN MIKROBA DALAM BIOREMEDIASI:

SUATU TEKNOLOGI ALTERNATIF UNTUK


PELESTARIAN LINGKUNGAN


Pidato Pengukuhan
Jabatan Guru Besar Tetap
dalam Bidang Mikrobiologi
pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Diucapkan di Hadapan Rapat Terbuka Universitas Sumatera Utara

Gelanggang Mahasiswa, Kampus USU, 1 Mei 2006


Oleh:

ERMAN MUNIR





UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
2006

Erman Munir: Pemanfaatan Mikroba Dalam Bioremediasi: Suatu Teknologi Alternatif
Untuk Pelestarian lingkungan, 2006.
USU e-Repository ? 2008
Pemanfaatan Mikroba dalam Bioremediasi:
Suatu Teknologi Alternatif untuk Pelestarian Lingkungan


Yang terhormat,

Bapak Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia,
Bapak Ketua dan Anggota Majelis Wali Amanat Universitas Sumatera Utara,
Bapak Ketua dan Anggota Senat Akademik Universitas Sumatera Utara,
Bapak Ketua dan Anggota Dewan Guru Besar Universitas Sumatera Utara,
Bapak Rektor Universitas Sumatera Utara,
Bapak/Ibu para Pembantu Rektor Universitas Sumatera Utara, para Dekan,
Ketua Lembaga dan Unit Kerja, para Dosen dan Karyawan di lingkungan
Universitas Sumatera Utara,
Bapak dan Ibu para undangan, keluarga, teman sejawat, mahasiswa, dan
hadirin yang saya muliakan.


Assalamu?alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Pada hari yang berbahagia ini, pertama kali saya memanjatkan puji dan
syukur ke hadirat Allah SWT yang telah dan senantiasa memberikan karunia
dan nikmat-Nya kepada kita semua sehingga kita dapat hadir pada
kesempatan ini. Serta selawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW
beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya yang kita harapkan syafaatnya di
kemudian hari.

Atas izin dan rida-Nya perkenankanlah saya menyampaikan pidato
pengukuhan sebagai Guru Besar Tetap pada Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara ini dengan judul:

PEMANFAATAN MIKROBA DALAM BIOREMEDIASI:
SUATU TEKNOLOGI ALTERNATIF UNTUK PELESTARIAN LINGKUNGAN


PENDAHULUAN

Dapatkah kita hidup tanpa mikroba? Banyak orang tidak suka dengan
mikroba. Mendengar kata mikroba, yang terbayang bagi kita adalah
kerugian yang ditimbulkannya seperti penyakit, pencemaran, dan juga
kerusakan makanan. Mungkin sedikit orang yang memahami manfaatnya.
Mikroba ada di mana-mana: di air, dalam tanah, di kulit, dalam mulut,
dalam saluran pencernaan, di lantai rumah, di pakaian, dan lain-lain.
Bahkan udara yang kita hirup sehari-hari dihuni oleh mikroba, yang
kehadirannya memberikan kecemasan kepada manusia. Apakah memang
begitu mengerikannya?
1
Erman Munir: Pemanfaatan Mikroba Dalam Bioremediasi: Suatu Teknologi Alternatif
Untuk Pelestarian lingkungan, 2006.
USU e-Repository ? 2008
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap
Universitas Sumatera Utara

Walaupun banyak mikroba yang menyebabkan kerugian kepada makhluk
hidup seperti hewan, tumbuhan, dan manusia, kontribusi mikroba terhadap
kelangsungan kehidupan di permukaan bumi ini tidak ternilai besarnya.
Contoh sederhana, tanpa mikroba maka antibiotika dan vaksin tidak akan
pernah ada. Tanpa peran mikroba yang ada dalam lambung hewan
memamah biak, kita tidak akan pernah makan daging sapi dan beberapa
jenis makanan hasil fermentasi mikroba seperti tempe, kecap, terasi,
yoghurt, minuman beralkohol, dan masih banyak lagi yang mungkin tidak
akan pernah kita konsumsi tanpa adanya mikroba.

Di lingkungan, mikroba memiliki fungsi atau peranan yang cukup beragam.
Dari penghasil oksigen di ekosistem perairan, berperan dalam siklus
biogeokimia, membantu tanaman dalam penyerapan unsur hara, sebagai
pengurai, sampai pada degradasi atau remediasi polutan. Buku ini
membahas peranan mikroba dalam degradasi beberapa polutan.

Pencemaran atau polusi bukanlah merupakan hal baru, bahkan tidak sedikit
dari kita yang sudah memahami pengaruh yang ditimbulkan oleh
pencemaran atau polusi lingkungan terhadap kelangsungan dan
keseimbangan ekosistem. Polusi dapat didefinisikan sebagai kontaminasi
lingkungan oleh bahan-bahan yang dapat mengganggu kesehatan manusia,
kualitas kehidupan, dan juga fungsi alami dari ekosistem. Walaupun
pencemaran lingkungan dapat disebabkan oleh proses alami, aktivitas
manusia yang notabenenya sebagai pengguna lingkungan adalah sangat
dominan sebagai penyebabnya, baik yang dilakukan secara sengaja
ataupun tidak.

Berdasarkan kemampuan terdegradasinya di lingkungan, polutan
digolongkan atas dua golongan:

1. Polutan yang mudah terdegradasi (biodegradable pollutant), yaitu
bahan seperti sampah yang mudah terdegradasi di lingkungan.
Jenis polutan ini akan menimbulkan masalah lingkungan bila
kecepatan produksinya lebih cepat dari kecepatan degradasinya.
2. Polutan yang sukar terdegradasi atau lambat sekali terdegradasi
(nondegradable pollutant), dapat menimbulkan masalah lingkungan
yang cukup serius.

Bahan polutan yang banyak dibuang ke lingkungan terdiri dari bahan
pelarut (kloroform, karbontetraklorida), pestisida (DDT, lindane), herbisida
(aroklor, antrazin, 2,4-D), fungisida (pentaklorofenol), insektisida
(organofosfat), petrokimia (polycyclic aromatic hydrocarbon [PAH], benzena,
2
Erman Munir: Pemanfaatan Mikroba Dalam Bioremediasi: Suatu Teknologi Alternatif
Untuk Pelestarian lingkungan, 2006.
USU e-Repository ? 2008
Pemanfaatan Mikroba dalam Bioremediasi:
Suatu Teknologi Alternatif untuk Pelestarian Lingkungan


toluena, xilena), polychlorinated biphenyls (PCBs), logam berat, bahan-
bahan radioaktif, dan masih banyak lagi bahan berbahaya yang dibuang ke
lingkungan, seperti yang tertera dalam lampiran Peraturan Pemerintah RI
Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun.


APAKAH YANG DIMAKSUD DENGAN BIOREMEDIASI?

Bioremediasi merupakan pengembangan dari bidang bioteknologi
lingkungan dengan memanfaatkan proses biologi dalam mengendalikan
pencemaran. Bioremediasi bukanlah konsep baru dalam mikrobiologi
terapan, karena mikroba telah banyak digunakan selama bertahun-tahun
dalam mengurangi senyawa organik dan bahan beracun baik yang berasal
dari limbah rumah tangga maupun dari industri. Hal yang baru adalah
bahwa teknik bioremediasi terbukti sangat efektif dan murah dari sisi
ekonomi untuk membersihkan tanah dan air yang terkontaminasi oleh
senyawa-senyawa kimia toksik atau beracun.

Keberhasilan proses bioremediasi harus didukung oleh disiplin ilmu lain
seperti fisiologi mikroba, ekologi, kimia organik, biokimia, genetika
molekuler, kimia air, kimia tanah, dan juga teknik. Mikroba yang sering
digunakan dalam proses bioremediasi adalah bakteri, jamur, yis, dan alga.
Degradasi senyawa kimia oleh mikroba di lingkungan merupakan proses
yang sangat penting untuk mengurangi kadar bahan-bahan berbahaya di
lingkungan, yang berlangsung melalui suatu seri reaksi kimia yang cukup
kompleks. Dalam proses degradasinya, mikroba menggunakan senyawa
kimia tersebut untuk pertumbuhan dan reproduksinya melalui berbagai
proses oksidasi.


DAPATKAH DIBAYANGKAN BILA TIDAK ADA MIKROBA PENGURAI DI
MUKA BUMI INI?

Tanpa adanya mikroba, proses penguraian di lingkungan tidak akan
berlangsung. Kotoran, sampah, hewan, dan tumbuhan yang mati akan
menutupi permukaan bumi, suatu kondisi yang tidak akan pernah kita
harapkan. Sebagai akibatnya, siklus nutrisi atau rantai makanan akan
terputus.

Lintasan biodegradasi berbagai senyawa kimia yang berbahaya dapat
dimengerti berdasarkan lintasan mekanisme dari beberapa senyawa kimia
alami seperti hidrokarbon, lignin, selulosa, dan hemiselulosa. Sebagian
3
Erman Munir: Pemanfaatan Mikroba Dalam Bioremediasi: Suatu Teknologi Alternatif
Untuk Pelestarian lingkungan, 2006.
USU e-Repository ? 2008
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap
Universitas Sumatera Utara

besar dari prosesnya, terutama tahap akhir metabolisme, umumnya
berlangsung melalui proses yang sama. Polimer alami yang mendapat
perhatian karena sukar terdegradasi di lingkungan adalah lignoselulosa
(kayu) terutama bagian ligninnya.


DEGRADASI MATERIAL LIGNIN

Lignin adalah polimer alami dan tergolong ke dalam senyawa rekalsitran
karena tahan terhadap degradasi, atau tidak terdegradasi dengan cepat di
lingkungan. Molekul lignin adalah senyawa polimer organik kompleks yang
terdapat pada dinding sel tumbuhan dan berfungsi memberikan kekuatan
pada tanaman. Lignin tersusun dari 3 jenis senyawa fenilpropanoid, yaitu:
alkohol kumaril, alkohol koniferil, dan alkohol sinapil. Ketiganya tersusun
secara random membentuk polimer lignin yang amorfus (tidak beraturan),
seperti terlihat pada Gambar 1 (Higuchi, 1980).



Gambar 1. Skema Struktur Lignin Tanaman Spruce

4
Erman Munir: Pemanfaatan Mikroba Dalam Bioremediasi: Suatu Teknologi Alternatif
Untuk Pelestarian lingkungan, 2006.
USU e-Repository ? 2008
Pemanfaatan Mikroba dalam Bioremediasi:
Suatu Teknologi Alternatif untuk Pelestarian Lingkungan


Jamur basidiomisetes merupakan kelompok utama pendegradasi
lignoselulosa. Walaupun beberapa bakteri diketahui dapat mendegradasi
lignin, tetapi bakteri yang mampu mendegradasi lignin secara kompleks
belum pernah dilaporkan. Jamur pembusuk kayu menghasilkan enzim-
enzim pendegradasi lignoselulosa seperti golongan selulase, ligninase, dan
hemiselulase.

Berdasarkan mekanisme degradasi, jamur pembusuk kayu digolongkan ke
dalam jamur pembusuk putih dan jamur pembusuk cokelat, yang masing-
masing memiliki metabolisme degradatif yang berbeda. Jamur busuk putih
mampu mendegradasi seluruh komponen material lignoselulosa termasuk
lignin, sedang jamur busuk cokelat lebih cenderung mendegradasi bagian
selulosa dan hemiselulosa tetapi tidak lignin (Green and Highley, 1997).

Penggunaan kultur campuran antara jamur pembusuk putih dan jamur
pembusuk cokelat memiliki prospek yang cukup tinggi untuk mendapatkan
glukosa alternatif dari material lignoselulosa (Munir dan Goenadi, 1999).
Cooke and Rayner (1984), jamur basidiomisetes dan askomisetes memiliki
peran yang utama dalam degradasi lignoselulosa yang setiap tahunnya
diperkirakan terbentuk sebanyak 100 gigaton, di mana 20 gigatonnya
adalah lignin.


BAGAIMANA MIKROBA DAPAT MENDEGRADASI LIGNIN YANG BEGITU
KOMPLEKS?

Pada Gambar 1 terlihat monomer-monomer pembentuk lignin tersusun
secara tidak beraturan sehingga sukar untuk didegradasi oleh mikroba,
seperti halnya pada degradasi molekul selulosa dan kitin. Suatu pendapat
menyatakan bahwa jamur busuk putih mendegradasi lignin adalah untuk
mendapatkan selulosa dari material lignoselulosa. Ketidakteraturan struktur
lignin ini menyebabkan proses degradasi menjadi sangat kompleks, dan
enzim-enzim yang berperan dalam degradasi lignin bekerja secara
nonspesifik. Proses ini berlangsung melalui pembentukan radikal-radikal
bebas yang dapat menyerang sejumlah besar molekul organik. Hal ini
menyebabkan jamur pendegradasi lignin mendapat perhatian yang sangat
besar dalam biodegradasi berbagai jenis polutan organik.

5
Erman Munir: Pemanfaatan Mikroba Dalam Bioremediasi: Suatu Teknologi Alternatif
Untuk Pelestarian lingkungan, 2006.
USU e-Repository ? 2008
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap
Universitas Sumatera Utara

Filed et al. (1993); Evans et al. (1994) menyatakan bahwa kelompok
peroksidase (lignin peroksidase [LiP] dan manganese peroksidase [MnP])
yang menggunakan H
2
O
2
dan lakase (polifenol oksidase) yang
menggunakan molekul oksigen berperan dalam degradasi lignin. Gambar 2
berikut menunjukkan seri oksidasi lignin atau hidrokarbon poliaromatik
(PAH). Radikal alkohol veratril (VA
+.
) yang dihasilkan adalah sebagai produk
utama oksidasi H
2
O
2
yang dikatalisis oleh LiP.

LiP VA
+.
Lignin/PAHH
2
O
2
H
2
O LiP
ox
VA Lignin
ox
/PAH
ox
Substrat primer Substrat sekunder



Gambar 2. Oksidasi Lignin atau PAH yang Diperantarai
oleh Alkohol Veratril (VA) (Harvey et al. 1992)


BAGAIMANA JAMUR PEMBUSUK COKELAT MENDAPATKAN GLUKOSA
DARI LIGNOSELULOSA?

Dalam proses degradasi lignoselulosa, jamur busuk cokelat menghasilkan
sejumlah besar asam oksalat (COOH)
2
. Hal ini menyebabkan turunnya pH
lingkungan yang cukup drastis, yang selanjutnya menyebabkan hidrolisis
selulosa secara nonenzimatik (Shimada et al. 1991). Proses ini sangat
penting karena aktivitas enzim selulase belum dapat berlangsung sempurna
karena enzim ini tidak dapat menembus pori-pori dinding sel yang
ukurannya lebih kecil dari ukuran enzim. Peranan jamur penghasil asam
oksalat dalam bioremediasi lingkungan dibicarakan pada bagian lain dalam
buku ini.







6
Erman Munir: Pemanfaatan Mikroba Dalam Bioremediasi: Suatu Teknologi Alternatif
Untuk Pelestarian lingkungan, 2006.
USU e-Repository ? 2008
Pemanfaatan Mikroba dalam Bioremediasi:
Suatu Teknologi Alternatif untuk Pelestarian Lingkungan


BAGAIMANA ASAM OKSALAT DISINTESIS OLEH JAMUR?

Baru-baru ini telah ditemukan proses biosintesis asam oksalat oleh jamur
pembusuk cokelat. Biosintesis asam oksalat merupakan proses fisiologis
yang sangat penting bagi jamur, di mana jamur memperoleh energi dengan
mengoksidasi karbohidrat menjadi asam oksalat (Munir et al. 2001a),
seperti yang terlihat dalam persamaan reaksi berikut:

C
6
H
12
O
6
+ 5O
2
2(COOH)
2
+ 2CO
2
+ 4H
2
O

Dalam tulisan tersebut juga dikemukakan tentang lintasan metabolisme
asam oksalat pada jamur pembusuk kayu. Lintasan metabolisme ini
mendapat perhatian yang cukup besar bagi kalangan biokemis. Gambar 3
berikut menunjukkan perbandingan lintasan metabolisme asam oksalat
pada jamur dengan siklus Krebs dan siklus Glioksilat (Kornberg).

Dalam metabolisme biosintesis asam oksalat pada jamur basidiomisetes,
asetil-KoA yang diperoleh dari oksidasi glukosa dikonversi menjadi asam
oksalat yang selanjutnya disekresikan ke lingkungan. Munir et al. (2001b),
penghambatan sintesis asam oksalat dengan menggunakan inhibitor
spesifik menyebabkan terhambatnya pertumbuhan jamur.

Asetil-KoA
CO
2
CO
2
Asetil-KoA
Glukoneogenesis
Asetil-KoA
CO
2
CO
2
Asetil-KoA
Oksalat
Oksalat
Asetil-KoA
Krebs
Kornberg
Erman
2As. KoA
KoA
2 KoA
As. KoA 2CO
2
Suksinat
2As. KoA
2KoA
Oksalat
A
A
A?
B
B


Gambar 3. Metabolisme Asetil-KoA pada Siklus Krebs dan Analognya:
A, Siklus Krebs; A?, Modifikasi Siklus Krebs; B, Siklus Glioksilat
7
Erman Munir: Pemanfaatan Mikroba Dalam Bioremediasi: Suatu Teknologi Alternatif
Untuk Pelestarian lingkungan, 2006.
USU e-Repository ? 2008
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap
Universitas Sumatera Utara

MENGAPA JAMUR BUSUK PUTIH SANGAT BERPOTENSI DALAM DEGRADASI
POLUTAN?

Karena kemampuannya dalam mendegradasi berbagai senyawa aromatik,
jamur pendegradasi lignin telah mendapat perhatian besar dalam bidang
bioremediasi. Sistem degradasi enzimatis ekstraseluler menyebabkan jamur
busuk putih lebih toleran terhadap konsentrasi polutan toksik yang lebih
tinggi. Selanjutnya, mekanisme degradasi nonspesifik yang dimiliki oleh
jamur pembusuk putih menyebabkan mereka mampu mendegradasi
sejumlah besar polutan. Keunggulan lain dari jamur pembusuk putih dalam
degradasi polutan adalah mereka tidak memerlukan pengkondisian untuk
polutan tertentu, karena kekurangan nutrien dapat menginduksi proses
degradasi. Di samping itu, induksi sintesis enzim-enzim pendegradasi
polutan biasanya tidak terpengaruh oleh banyak sedikitnya polutan (Barr
and Aust, 1994).


BIOREMEDIASI POLUTAN YANG SUKAR TERDEGRADASI

Toksisitas senyawa hidrokarbon seperti hidrokarbon minyak (bensin)
terhadap mikroba, tumbuhan, hewan, dan manusia telah banyak dipelajari.
Senyawa hidrokarbon aromatis polisiklis (PAH) dalam minyak memiliki
toksisitas yang cukup tinggi. Efek toksik dari hidrokarbon yang terdapat
dalam minyak berlangsung melalui larutnya lapisan lemak yang menyusun
membran sel, sehingga menyebabkan hilangnya cairan sel atau kematian
terhadap sel (Rosenberg and Ron, 1998). Ketahanan PAH di lingkungan dan
toksisitasnya meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah cincin
benzenanya (Mueller et al. 1998), seperti terlihat pada Gambar 4.

Di samping itu, PAH terikat kuat pada material organik tanah dan
kelarutannya juga rendah. Hal ini menyebabkan ketersediaannya untuk
degradasi oleh mikroba menjadi terbatas. Gambar ini selanjutnya
menujukkan bahwa benzopirena dengan lima cincin benzena lebih sukar
terdegradasi bila dibandingkan dengan naftalena yang memiliki dua cincin
benzena.
8
Erman Munir: Pemanfaatan Mikroba Dalam Bioremediasi: Suatu Teknologi Alternatif
Untuk Pelestarian lingkungan, 2006.
USU e-Repository ? 2008
Pemanfaatan Mikroba dalam Bioremediasi:
Suatu Teknologi Alternatif untuk Pelestarian Lingkungan


Naftalena
Asenaftena
Antrasena
Fenantrena
Benzopirena
Benzoantrasena
Pirena
Fluorantena
PAH
Da
y
a t
ah
an
d
i

l
i
n
g
k
u
n
g
an
Kelarutan
mg/l
Toksisitas
31,700
3,900
0,070
1,300
0,140
0,260
0,002
0,003
Toksik
Toksik
Toksik
Karsinogen lemah
+ Mutagen dan + Karsinogen
+ Mutagen dan + Karsinogen
+ Mutagen
+ Mutagen


Gambar 4. Daya Tahan, Struktur, Kelarutan, dan Sifat Toksik PAH


BAGAIMANA MIKROBA MENDEGRADASI SENYAWA HIDROKARBON?

Beberapa golongan mikroorganisme telah diketahui memiliki kemampuan
dalam memetabolisme PAH. Bakteri dan beberapa alga menggunakan dua
molekul oksigen untuk memulai pemecahan cincin benzena PAH, yang
dikatalis oleh enzim dioksigenase untuk membentuk molekul cis-dihidrodiol.
Kebanyakan jamur mengoksidasi PAH melalui pemberian satu molekul
oksigen untuk membentuk senyawa oksida aren yang dikatalisis oleh
sitokrom P-450 monooksigenase. Pada jamur busuk putih, bila terdapat
H
2
O
2
, enzim lignin peroksidase yang dihasilkan akan menarik satu elektron
dari PAH yang selanjutnya membentuk senyawa kuinon (Cerniglia and
Sutherland, 2001). Cincin benzena yang sudah terlepas dari PAH
selanjutnya dioksidasi menjadi molekul-molekul lain dan digunakan oleh sel
mikroba sebagai sumber energi. Gambar 5 berikut menunjukkan lintasan
metabolisme PAH oleh mikroorganisme.
9
Erman Munir: Pemanfaatan Mikroba Dalam Bioremediasi: Suatu Teknologi Alternatif
Untuk Pelestarian lingkungan, 2006.
USU e-Repository ? 2008
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap
Universitas Sumatera Utara




Gambar 5. Inisiasi Reaksi Degradasi PAH oleh Jamur dan Bakteri


Hasil penelitian mengenai kemampuan degradasi PAH termasuk senyawa
aromatik klor, nitroaromatik, zat warna, pestisida, dan pencemar
lingkungan lainnya oleh jamur dan bakteri cukup banyak dilaporkan. Untuk
keperluan lebih lanjut dapat dirujuk tulisan Cerniglia and Sutherland (2001)
dan Mueller et al. (1998). Selanjutnya, Mueller et al. menyatakan bahwa
bioremediasi senyawa PAH dapat ditempuh melalui tiga metode berikut,
yaitu: fase padat (solid-phase), dengan menggunakan bioreaktor, dan
proses in situ. Masing-masing metode memiliki kelebihan dan batasan.


APAKAH MIKROBA RIZOSFER JUGA BERPERAN DALAM DEGRADASI
POLUTAN?

Mikroorganisme tanah seperti jamur, bakteri, aktinomisetes, dan protozoa
merupakan komponen yang sangat penting dalam ekosistem tanah karena
mereka memiliki peranan utama dalam siklus nutrisi, mempertahankan
10
Erman Munir: Pemanfaatan Mikroba Dalam Bioremediasi: Suatu Teknologi Alternatif
Untuk Pelestarian lingkungan, 2006.
USU e-Repository ? 2008
Pemanfaatan Mikroba dalam Bioremediasi:
Suatu Teknologi Alternatif untuk Pelestarian Lingkungan


struktur tanah, dan juga mengatur pertumbuhan tanaman melalui berbagai
mekanisme.

Aktivitas dan populasi mikroorganisme sekitar perakaran tanaman (rizosfer)
biasanya lebih dinamis dari daerah nonrizosfer. Hal ini disebabkan oleh
adanya molekul organik seperti gula dan asam organik yang dikeluarkan
oleh akar atau produk regenerasi dari akar yang dapat dimanfaatkan oleh
mikroorganisme tanah. Tanpa adanya sekresi dari akar, mikroba di sekitar
rizosfer akan sukar bertahan dalam ekosistem tanah.

Kelompok mikroba yang memiliki fungsi penting di daerah rizosfer adalah
jamur, bakteri, dan protozoa yang membantu pertumbuhan tanaman
melalui berbagai mekanisme seperti peningkatan penyerapan nutrisi,
sebagai kontrol biologi terhadap serangan patogen, dan juga menghasilkan
hormon pertumbuhan bagi tanaman (Chanway, 1997). Kajian mengenai
peranan bakteri tanah yang hidup bebas seperti Pesudomonas, Bacillus,
Agrobacterium, dan Erwinia dalam mengurangi serangan patogen telah
banyak dilaporkan. Reddy et al. (1994) melaporkan bahwa serangan jamur
Fusarium oxysporum terhadap pertumbuhan bibit Douglas-fir menurun
tajam setelah diinokulasi beberapa strain Pseudomonas.
Bakteri simbiotik dari genus Rhizobium dan Barahyrhizobium, di samping
telah dikenal luas sebagai bakteri penambat nitrogen bebas, juga memiliki
kemampuan dalam mendegradasi senyawa-senyawa toksik di sekitar
perakaran. Barkovskii et al. (1994) melaporkan bahwa Azospirillum yang
juga memiliki kemampuan menambat nitrogen banyak mengkolonisasi
berbagai jenis tanaman dapat mendegradasi senyawa-senyawa fenol dan
benzoat. Sehingga bakteri ini telah banyak digunakan secara komersial
dalam bioremediasi tanah yang tercemar. Beberapa bakteri lain yang
terdapat pada rizosfer, seperti: Achromobacter, Agrobacterium, Alcaligenes,
Acinetobacter, Azotobacter, Flavobacterium, Mycobaterium, Nitosomonas,
Nocardia, Pseudomonas, dan Xanthobacter juga memiliki kemampuan
dalam metabolisme senyawa fenol, halogen, hidrokarbon, dan juga
berbagai jenis pestisida.

Mikoriza sebagai suatu bentuk simbiosis mutualisme antara jamur dengan
akar tanaman berperan dalam peningkatan ketersediaan nutrisi (terutama
fosfat) bagi tanaman. Mikoriza juga dapat meningkatkan daya tahan
tanaman terhadap serangan patogen tanah. Mikoriza dapat mengurangi
toksisitas logam berat terhadap tanaman pada tanah-tanah tercemar.
11
Erman Munir: Pemanfaatan Mikroba Dalam Bioremediasi: Suatu Teknologi Alternatif
Untuk Pelestarian lingkungan, 2006.
USU e-Repository ? 2008
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap
Universitas Sumatera Utara

Sehingga mikoriza juga memiliki peranan yang penting sebagai agen
bioremediasi atau reklamasi bagi tanah-tanah yang tercemar oleh logam
berat (Leyval et al., 1997), seperti pada lahan-lahan bekas tambang.

Sharples et al. (2000) melaporkan bahwa jamur pada daerah tambang
berfungsi sebagai filter untuk menjaga agar konsentrasi As tetap rendah
pada jaringan tanaman dan meningkatkan serapan P tanaman. Donelly and
Fetcher (1994) melaporkan bahwa logam berat berikatan dengan gugus
karboksil hemiselulosa pada matriks di antara sel tanaman dan jamur,
sehingga tanaman terhindar dari keracunan. Selanjutnya, ia melaporkan
bahwa beberapa jamur mikoriza seperti Rhizopogon vinicolor, Rhizopogon
vulgaris, Hymenoscyphus ericae, Oidiodendron griseum, dan Gautieria
crispa memiliki kemampuan remediasi senyawa-senyawa toksik di tanah,
seperti dalam metabolisme berbagai senyawa aromatik: 2,4-D, atrazin, dan
PCBs. Selanjutnya dinyatakan bahwa Radiigera atrogleba dan Hysterangium
gardneri mampu mendegradasi 2,2-diklorofenol sebesar 80% (Donelly and
Fetcher, 1994).


APAKAH MIKROBA DAPAT MENURUNKAN CEMARAN LOGAM DI
LINGKUNGAN?

Beberapa logam tertentu memiliki peran penting dalam metabolisme
mikroba, sedangkan yang lain tidak diketahui fungsinya. Akan tetapi, baik
logam berat dan logam nonesensil akan bersifat toksik bila terdapat dalam
jumlah yang sangat berlebihan. Karena sifat toksik logam, proses
bioremediasi senyawa organik sering kali menjadi terhambat. Roane et al.
(1998) menyatakan bahwa di antara logam-logam yang toksik tersebut
terdiri dari kation-kation seperti merkuri, timbal, arsenat, boron, kadmium,
kromium, tembaga, nikel, mangan, selenium, perak, dan seng. Proses
bioremediasi logam di lingkungan berbeda dengan proses degradasi
molekul-molekul hidrokarbon; logam bukan merupakan pembangun bagi
komponen-komponen sel.

Peningkatan konsentrasi logam di lingkungan, terutama logam berat,
menimbulkan efek yang cukup serius terhadap seluruh bentuk kehidupan.
Bagi manusia gejala toksisitas logam berat dapat berupa kerusakan jantung,
hati, kanker, kelainan dan kerusakan sistem syaraf, dan lain-lain. Pada
tumbuhan keracunan logam dapat menyebabkan memendeknya akar,
gugurnya daun, klorosis, kekurangan nutrisi, dan lain-lain. Bagi mikroba
12
Erman Munir: Pemanfaatan Mikroba Dalam Bioremediasi: Suatu Teknologi Alternatif
Untuk Pelestarian lingkungan, 2006.
USU e-Repository ? 2008
Pemanfaatan Mikroba dalam Bioremediasi:
Suatu Teknologi Alternatif untuk Pelestarian Lingkungan


kadar logam yang terlalu tinggi di lingkungan dapat menurunkan atau
menghambat pertumbuhan mikroba.

Interaksi mikroba dengan logam berat menyebabkan perubahan-perubahan
proses fisiologis yang sangat drastis dan dalam beberapa hal dapat
membunuh mikroba. Mekanisme toksisitas di antaranya terjadi melalui
pengikatan logam pada ligan-ligan sulfidril, karboksil, dan fosfat seperti
protein dan asam nukleat. Untuk meminimalisasi toksisitas logam berat,
jamur mengembangkan berbagai mekanisme pertahanan, seperti
imobilisasi logam berat oleh molekul intrasel (fitokelatin dan metalotionin)
dan imobilisasi oleh molekul ekstraseluler (asam-asam organik) yang
dihasilkan oleh jamur (Baldrian, 2003).

Salah satu kelator yang dihasilkan oleh jamur dan sudah dikenal
kemampuannya dalam mengikat logam adalah asam oksalat. Asam oksalat
yang dihasilkan oleh mikroba dapat meningkatkan resistensi mikroba
tersebut terhadap logam melalui pembentukan kompleks metal-oksalat
yang bersifat tidak larut. Metal oksalat dapat terbentuk dengan Ca, Cd, Co,
Cu, Mn, Sr, dan Zn (Sayer and Gadd, 1997). Selanjutnya juga telah banyak
dilaporkan bahwa terdapat hubungan antara resistensi jamur terhadap
logam dengan kemampuannya dalam menghasilkan asam oksalat.

Munir et al. (2005) melaporkan bahwa biosintesis asam oksalat sangat
penting untuk mendukung pertumbuhan jamur di bawah kondisi lingkungan
yang tidak menguntungkan. Beberapa waktu yang lalu juga telah dilaporkan
bahwa kultur pertumbuhan jamur busuk cokelat Tyromyces palustris,
Laetiporus suphureus, dan Coniphora puteana mampu menyerap Cu, Cr dan
As (CCA) dari kayu yang diawetkan, dan menurunkan kadar CCA dari kayu
sampai di atas 75% (Kartal et al., 2003), seperti terlihat pada Gambar 6.

Dapatkah jamur digunakan sebagai alat untuk memonitor pencemaran
logam di lingkungan? Karena potensinya dalam mengakumulasikan logam
cukup besar, jamur pembusuk kayu dapat digunakan sebagai agen untuk
monitor polusi logam di tanah atau di atmosfer atau sebagai alat analisis
lingkungan yang cukup potensial. Gabriel et al. (1995) melaporkan bahwa
terdapat hubungan yang erat antara polusi udara dengan kandungan logam
dalam tubuh buah jamur (fruit body).




13
Erman Munir: Pemanfaatan Mikroba Dalam Bioremediasi: Suatu Teknologi Alternatif
Untuk Pelestarian lingkungan, 2006.
USU e-Repository ? 2008
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap
Universitas Sumatera Utara


A B

CD

Gambar 6. Penurunan Kadar CCA Kayu yang Diawetkan Setelah Inkubasi
dengan Kultur Pertumbuhan Jamur:
A, Kontrol; B, C. puteana; C, T. palustris; dan D, L. suphureus



Kemampuan bakteri dalam menyerap atau menurunkan kandungan logam
berat dari lingkungan, baik dari tanah maupun dari perairan juga telah
banyak dipelajari. Beberapa bakteri seperti Pseudomonas aeruginosa,
Acinetobacter calcoaceticus, Arthrobacter sp., Streptomyces viridans, dan
lain-lain menghasilkan senyawa biosurfaktan/bioemulsi yang dapat
menyerap berbagai jenis logam berat seperti Cd, Cr, Pb, Cu, dan Zn dari
tanah yang terkontaminasi. Desulfovibrio desulfuricans dapat
mengendapkan uranium melalui proses reduksi.

Berbagai jenis Bacillus yang membentuk biofilm pada permukaan perairan
dapat menyerap Cd, Cr, Cu, Hg, Ni, dan Zn dari dalam air. Mikroba yang
membentuk film dalam ekosistem perairan juga memiliki peranan yang
penting dalam bioremediasi logam. Saccharomyces cerevisiae dan Candida
14
Erman Munir: Pemanfaatan Mikroba Dalam Bioremediasi: Suatu Teknologi Alternatif
Untuk Pelestarian lingkungan, 2006.
USU e-Repository ? 2008
Pemanfaatan Mikroba dalam Bioremediasi:
Suatu Teknologi Alternatif untuk Pelestarian Lingkungan


sp. dapat mengakumulasikan Pb dari dalam perairan, Citrobacter dan
Rhizopus arrhizus memiliki kemampuan menyerap uranium (Roane et al.
1998).


BIOREMEDIASI SEBAGAI METODE ALTERNATIF PELESTARIAN
LINGKUNGAN

Secara ekonomi dan fungsi, penggunaan teknik bioremediasi harus dapat
berkompetisi dengan teknologi remediasi lainnya, seperti pembakaran
(insinerasi) atau perlakuan kimia. Sebelum suatu teknik bioremediasi
diaplikasikan, informasi tentang keadaan lokasi dan potensi mikroorganisme
harus sudah diketahui. Untuk itu perlu dilakukan uji laboratorium untuk
mengetahui kecepatan degradasi pada suatu fungsi lingkungan tertentu
seperti pH, konsentrasi oksigen, nutrien, komposisi mikroba, ukuran
partikel tanah, dan juga suhu.

Dibanding teknik remediasi lain, aplikasi bioremediasi jauh lebih murah.
Levine and Gealt (1993) menyatakan bahwa bioremediasi untuk satu yard
tanah yang terkontaminasi diperlukan dana sekitar 40 sampai 100 dolar.
Sedangkan melalui proses lainnya, seperti dengan insinerasi, memerlukan
biaya 250 sampai 800 dolar dan landfilling sekitar 150 sampai 250 dolar
untuk kapasitas tanah yang sama. Bioremediasi dapat diaplikasikan pada
lingkungan-lingkungan yang terpolusi melalui berbagai mekanisme.
Litchfield (1991), bioremediasi dilakukan melalui lima pendekatan berikut:
bioreaktor, perlakuan fase padat, pengomposan, landfarming, dan
perlakuan in situ. Berbagai proses teknologi telah berkembang di masing-
masing bidang.


FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES DEGRADASI POLUTAN

Masalah utama yang sering dijumpai dalam aplikasi mikroorganisme untuk
bioremediasi adalah menurun atau hilangnya potensi mikroba. Walaupun
dalam percobaan laboratorium mikroba menunjukkan aktivitas degradasi
yang tinggi, ternyata tidak menunjukkan hasil yang menggembirakan dalam
percobaan di lapangan (in situ).

Untuk meningkatkan keefektifan penggunaan mikroorganisme dalam
bioremediasi dapat dilakukan dengan melakukan dua strategi berikut.
Pertama; yang disebut sebagai biostimulation yaitu suatu teknik
menambahkan nutrien tertentu dengan tujuan merangsang aktivitas
15
Erman Munir: Pemanfaatan Mikroba Dalam Bioremediasi: Suatu Teknologi Alternatif
Untuk Pelestarian lingkungan, 2006.
USU e-Repository ? 2008
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap
Universitas Sumatera Utara

mikroba-mikroba tempatan (indigenous). Atlas and Berta (1992), teknik
biostimulasi ini telah sukses dalam mengendalikan tumpahan minyak di
perairan dan kontaminasi senyawa hidrokarbon (PAH) di tanah. Lieberg and
Cutright (1999), nutrien yang sering ditambahkan adalah fosfor dan
nitrogen. Strategi kedua; yang disebut sebagai bioaugmentasi, yaitu
dengan mengintroduksi mikroba tertentu pada daerah yang akan
diremediasi. Dalam beberapa hal, teknik bioaugmentasi juga diikuti dengan
penambahan nutrien tertentu.

Di samping masalah di atas, lambatnya kecepatan degradasi polutan di
lingkungan disebabkan oleh beberapa faktor sebagai berikut: enzim-enzim
degradatif yang dihasilkan oleh mikroba tidak mampu mengkatalis reaksi
degradasi polutan yang tidak alami, kelarutan polutan dalam air sangat
rendah, dan polutan terikat kuat dengan partikel-partikel organik atau
partikel tanah. Selain itu, pengaruh lingkungan seperti pH, temperatur, dan
kelembapan tanah juga sangat berperan dalam menentukan kesuksesan
proses bioremediasi.

Oleh karena itu, seleksi, baik yang dilakukan secara konvensional maupun
melalui manipulasi genetika untuk mendapatkan mikroba-mikroba yang
potensial, merupakan agenda yang cukup penting dalam mikrobiologi
lingkungan. Di samping itu, proses degradasi komplit di lingkungan
umumnya dilakukan oleh konsorsium mikroorganisme bukan oleh
mikroorganisme sejenis.


PENUTUP

Indonesia yang beriklim tropis memiliki bioma hutan yang lebih padat dari
bioma daerah subtropis. Diperkirakan terdapat tiga kali lebih banyak
mikroba pada ekosistem tropis daripada di ekosistem lainnya, di mana
sebagian besarnya adalah sebagai pengurai (dekomposer). Ini merupakan
suatu anugerah bagi kita, karena kita memiliki kesempatan yang lebih
besar untuk mempelajari dan menelitinya untuk mendapatkan mikroba-
mikroba yang potensial, yang selanjutnya dapat dikembangkan baik untuk
tujuan pelestarian lingkungan maupun untuk kesejahteraan manusia.

Bapak-bapak dan hadirin yang terhormat, karena luasnya kajian
bioremediasi di lingkungan dan terbatasnya waktu, demikianlah yang dapat
saya sampaikan dalam kesempatan ini.


16
Erman Munir: Pemanfaatan Mikroba Dalam Bioremediasi: Suatu Teknologi Alternatif
Untuk Pelestarian lingkungan, 2006.
USU e-Repository ? 2008
Pemanfaatan Mikroba dalam Bioremediasi:
Suatu Teknologi Alternatif untuk Pelestarian Lingkungan


UCAPAN TERIMA KASIH

Bapak Rektor, Bapak Dekan, Anggota Senat Akademik, Anggota Dewan
Guru Besar, dan hadirin yang saya hormati.

Sebelum saya mengakhiri pidato pengukuhan ini, izinkanlah saya
mengucapkan syukur dan puji ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan
hidayah yang telah diberikan-Nya, sehingga pada hari ini saya dapat
dikukuhkan sebagai guru besar. Semoga Allah selalu memberikan kekuatan
kepada saya untuk mengemban dan melaksanakan tugas guru besar
dengan sebaik-baiknya.

Ucapan terima kasih disampaikan kepada Bapak Menteri Pendidikan
Nasional atas kepercayaannya kepada saya untuk memangku jabatan Guru
Besar Tetap dalam bidang Mikrobiologi pada Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara.

Ucapan terima kasih yang tulus saya sampaikan kepada Rektor Universitas
Sumatera Utara, Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, SpA(K) yang
telah memberikan semangat dan dorongan kepada saya untuk menjadi
guru besar. Selanjutnya saya mengucapkan terima kasih kepada seluruh
Pembantu Rektor dan mantan Pembantu Rektor, Tim Penilai Kenaikan
Pangkat Universitas Sumatera Utara, dan Dewan Guru Besar yang telah
memberikan dukungan dan persetujuan pengusulan saya sebagai guru
besar.

Kepada Bapak Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara, Dr. Eddi Marlianto, M.Sc. dan para Pembantu
Dekan, para Ketua dan Sekretaris Departemen di lingkungan Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) USU, Ketua Departemen
Biologi Bapak Dr. Dwi Suryanto, M.Sc. dan seluruh Dosen Departemen
Biologi dan para Dosen departemen lainnya, serta seluruh tenaga
administrasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Sumatera Utara, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
atas dukungan yang telah diberikan selama ini. Ucapan terima kasih juga
saya sampaikan kepada Direktur dan para Asisten Direktur Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Ketua dan Sekretaris Program
Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara.

Selanjutnya, saya ingin menyampaikan terima kasih yang tulus kepada
Bapak Prof. Dr. Herman Mawengkang yang telah banyak memberikan
17
Erman Munir: Pemanfaatan Mikroba Dalam Bioremediasi: Suatu Teknologi Alternatif
Untuk Pelestarian lingkungan, 2006.
USU e-Repository ? 2008
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap
Universitas Sumatera Utara

dorongan dan pelajaran kepada saya. Kemudian kepada Bapak Dr. Ir. A.
Faiz Albar, M.Sc. yang banyak dan selalu memberikan nasihat-nasihat, saya
mengucapkan terima kasih yang tulus dan sedalam-dalamnya. Demikian
pula kepada kakanda Bapak dr. Chairul Yoel, Sp.A.(K) dan kakanda Bapak
Prof. drg. Ismet Danial Nasution, Sp. Pros., Ph.D. yang banyak memberikan
dorongan dan semangat kepada saya. Tidak lupa kepada Bapak drg.
Saidina Hamzah Dalimunthe, Sp.Prio. atas bantuannya dalam pengusulan
guru besar saya, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Ucapan terima kasih yang tulus saya sampaikan kepada guru-guru yang
telah mengajar saya dari guru mengaji, guru sekolah dasar sampai dosen-
dosen tingkat doktoral. Terutama sekali kepada pembimbing-pembimbing
penelitian saya, Prof. Jasmi Jusfah, M.S. di Laboratorium Mikrobiologi,
Jurusan Biologi Universitas Andalas Padang, Prof. John P. Davidson dan Prof.
Jiliang Chiu di Laboratory of Microbiology, Department of Biology, Tuskegee
University, Alabama, USA, Prof. Ibrahim bin Chee Omar dan Prof. Darah
Ibrahim di Laboratory of Enzyme and Fermentation Technology, Sains Kaji
Hayat, Universiti Sains Malaysia, dan Prof. Mikio Shimada dan Dr. Takefumi
Hattori di Laboratory of Biochemical Control, Department of Applied Life
Science, Kyoto University, Kyoto, Japan, saya mengucapkan terima kasih
yang sedalam-dalamnya atas bantuan dan bimbingan yang telah diberikan
kepada saya. Kepada rekan-rekan dan kolega yang satu per satu tidak
mungkin disebutkan di sini, saya mengucapkan terima kasih yang tulus atas
dukungan dan semangat yang telah diberikan.

Selanjutnya saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada USAID (USA) dan MONBUSHO (Japan) yang telah memberikan
beasiswa kepada saya selama belajar di Amerika Serikat dan di Jepang.
Juga kepada JSPS (Japan Society for the Promotion of Science) yang
memberikan bantuan-bantuan penelitian kepada saya. Tidak lupa kepada
Yayasan Supersemar RI yang telah memberikan bantuan pendidikan dari
sekolah menengah pertama sampai ke perguruan tinggi, saya mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya.

Kepada kedua orang tua, almarhum ayahanda Munir dan almarhumah
ibunda Elma, ananda mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya.
Pengorbanan yang Ayah dan Ibu berikan kepada kami tidak ternilai
harganya. Walau Ayah dan Ibu tidak dapat bersama kami pada kesempatan
ini, semangat Ayah dan Ibu tetap bersama kami. Semoga Allah SWT
memberikan tempat yang sebaik-baiknya di sisi-Nya, amin ya
Rabbal ?Alamin.
18
Erman Munir: Pemanfaatan Mikroba Dalam Bioremediasi: Suatu Teknologi Alternatif
Untuk Pelestarian lingkungan, 2006.
USU e-Repository ? 2008
Pemanfaatan Mikroba dalam Bioremediasi:
Suatu Teknologi Alternatif untuk Pelestarian Lingkungan


Pada kesempatan ini, saya menyampaikan terima kasih yang dalam kepada
kedua mertua, Bapak Drs. H. Jusran R.C. dan Ibu Dra. Hj. Murni Abdullah
yang selalu memberikan pelajaran, dukungan, dorongan, dan nasihat
kepada kami sekeluarga. Begitu juga kepada kakak-kakak dan adik yang
selalu mendorong dan memberikan doa, serta kakak-kakak ipar yang selalu
membantu kami sekeluarga, kami mengucapkan terima kasih yang tak
terhingga.

Kepada istri tercinta Dra. Rossie Yusran yang selama ini telah siap sedia
mendampingi, sulit rasanya menemukan kata-kata untuk menyampaikan
rasa terima kasih dan penghargaan atas pengorbanan, perhatian, kesetiaan,
dan doamu yang tulus ikhlas. Kepada ananda tersayang Mutia Chairani dan
Muhammad Fadli, ayah menyampaikan terima kasih atas kesabaran dan
perhatian yang kalian berikan. Ayah sadar, selama ini waktu kalian untuk
bermain dengan ayah di rumah tidak begitu banyak, namun ini semua
adalah untuk kalian. Mudah-mudahan kesempatan ini akan memberikan
semangat bagi kalian untuk mencapai cita-cita, semoga kalian menjadi
anak-anak yang beriman, bertakwa, dan saleh, amin ya Rabbal ?Alamin.

Akhirnya, kepada seluruh sivitas akademika Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara dan kepada panitia
pengukuhan ini saya mengucapkan terima kasih. Kepada seluruh hadirin
yang telah bersedia meluangkan waktu untuk mengikuti rangkaian acara
ini, saya mohon maaf atas segala kekurangan.

Wabillahi taufik wal hidayah.
Wassalamu?alaikum warahmatullahi wabarakatuh.















19
Erman Munir: Pemanfaatan Mikroba Dalam Bioremediasi: Suatu Teknologi Alternatif
Untuk Pelestarian lingkungan, 2006.
USU e-Repository ? 2008
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR PUSTAKA

Atlas, R.M. and Berta, R. (1992). Hydrocarbon biodegradation and oil spill
bioremediation, Adv. Microbial Ecol. 12: 287-338.
Barkovskii, A.I., Boullant, M.L. and Balandreau, J. (1994). Polyphenolic
compounds respired by bacteria. In: Bioremediation through
rhizosphere technology, ed. T.A. Anderson & J.L. Coats, American
Chemical Society, Washington DC, pp. 29-42.
Baldrian, P. (2003). Interaction of heavy metals with white-rot fungi,
Enzyme and Microbial. Technol. 23: 79-91.
Barr, D.P. and Aust, D.A. (1994). Mechanisms of white rot fungi use to
degrade pollutants, Environ. Sci. Technol. 28: 78-87.
Bollag, J.M., Mertz, T. and Otjen, L. (1994). Role of microorganism in soil
bioremediation. In: In: Bioremediation through rhizosphere
technology, ed. T.A. Anderson & J.L. Coats, American Chemical
Society, Washington DC, pp. 4-10.
Cerniglia, C.E. and Sutherland, J.B. (2001). Bioremediation of polycyclic
aromatic hydrocarbons by ligninolytic and non-ligninolytic fungi. In:
Fungi in Bioremediation, ed. G.M. Gadd, Cambridge University Press,
Cambridge, pp. 136-187.
Chanway, C.P. (1997). Inoculation of tree roots with plant growth
promoting bacteria: An Emerging technology for reforestation, Forest
Science 43: 96-112.
Cooke, R.G. and Rayner, A.D.M. (1984). Ecology of Saprophytic Fungi.
Longman, New York.
de Jong, E., de Vries, F.P., Field, J.A,. van de Zwan, P.P. and Bont, J.A.M.
(1992). Isolation of basidiomycetes with high peroxides activity,
Mycological Research, 96: 1098-1104.
Dixon, R.K., Brown, S., Houghton, R.A., Solomoan, A.M., Trexler, M.C. and
Wisniewshki, J. (1994). Carbon pool and flux of forest ecosystem,
Science 26: 185-190.
Donelly, P.K. and Fetcher, J.S. (1994). Potential use of mycorrhizal fungi as
bioremediation agents. In: Bioremediation through rhizosphere
technology. eds. T.A. Anderson & J.R. Coats, American Chemical
Society, Washington. pp. 93-99.
20
Erman Munir: Pemanfaatan Mikroba Dalam Bioremediasi: Suatu Teknologi Alternatif
Untuk Pelestarian lingkungan, 2006.
USU e-Repository ? 2008
Pemanfaatan Mikroba dalam Bioremediasi:
Suatu Teknologi Alternatif untuk Pelestarian Lingkungan


Evans, C.S., Dutton, M.V., Guillen, F. and Veness, R.G. (1994). Enzymes
and small molecular mass agents involved with lignocelluloses
degradation, FEMS Mircobiol. Rev. 13: 325-240.
Filed, J.A., de Jong, E., Feijoo-Costa, G. and de Bont, J.A.M. (1993).
Screening for ligninolytic fungi applicable to the biodegradation of
xenobiotics, Trens in Biotechnol. 11: 44-49.
Fitz, W.J. and Wenzel, W.W. (2002). Arsenic transformations in the soil-
rhizosphere-plant system: fundamentals and potential application to
phytoremediation, Journal of Biotechnology 99: 259-278.
Gabriel J., Rychlovsky, P. and Krenzelok, M. (1995). Beyllium content in
some wood-rotting fungi in Czech Republic, Toxicol. Envinron. Chem.
50: 233-236.
Green, F. and Highley, T.L. (1997). Mechanism of brown-rot decay:
Paradigm or paradox, Int. Biodet. Biodegrad. 39: 113-124.
Harvey, P.J., Floris, R., Lundell, T., Palmer, J., Schoemarker, H.E. and
Wever, R. (1992). Catalytic mechanisms and regulation of lignin
peroksidase, Biochem. Society Transact. 20: 345-349.
Hedger, J.N. (1985). Tropical agarics: resource relations and fruiting
periodicity. In: Development Biology of Higher Fungi, eds. D.Moore,
L.A. Casselton, D.A. Wood and J.C. Frankland, Cambridge University
Press, pp. 41-86.
Higuchi, T. (1980). Lignin structre and morphological distribution in plant
cell wall. In: Lignin Biodegradation, Microbiology, Chemistry, and
Potentian Application, Vol. I. ed. K. Kirk, T. Higuchi & H. Chang. CRC
Press. Boca Raton, Florida, pp. 1-19.
Kartal S.N., Munir, E., Kakitani, T. and Imamura, Y. (2004). Bioremediation
of CCA-treated wood by brown-rot fungi Fomitpsis palustris,
Coniophora puteana, and Laetiporus sulfurous, J. Wood Sci. 50: 182-
188.
Levine, M.A. and Gealt, M.A. (1993). Biotreatment of Industrial and
Hazardous Easte, McGraw Hill, New York. p.4.
Leyval, C., Turnau, K. and Haselwandter (1997). Effect of heavy metal
pollution on mycorrhizal colonization and function: physiolgical,
ecological and applied aspects, Mycorrhiza 7: 139-153.
Lieberg, E.W. and Cutright, T.J. (1999). The investigation of enhanced
biormediation through the addition of macro and micro nutrients in
PAHs contaminated soil, Inter. Biodet. Biodegrad. 44: 55-64.
21
Erman Munir: Pemanfaatan Mikroba Dalam Bioremediasi: Suatu Teknologi Alternatif
Untuk Pelestarian lingkungan, 2006.
USU e-Repository ? 2008
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap
Universitas Sumatera Utara

Litchfield, C.D. (1991) Practices, potential and pitfall in the application of
biotechnology to environmental problem. In: Environmental
Biotechnology for Waste Treatment, ed. G. Saylor et. al., Plenum
Press, New York, pp. 147-157.
Mueller, J.G., Cerniglia, C.E., Pritchard, P.H. (1998). Bioremediation of
environments contaminated with polycyclic aromatic hydrocarbon. In:
Bioremediation: Principles and Application, ed. R.L. Crawford & D.L.
Crawford, Cambridge University Press, Cambridge, pp. 125-194.
Munir, E., Hattori, T. and Shimada, M. (2005). Role of oxalate biosynthesis
for the growth of the copper tolerant wood-rotting fungi under
environmental stress. The 55
th
Annual Meeting of the Japan Wood
Research Society.
Munir, E., Yoon, J.J., Tokimatsu, T., Hattori, T. and Shimada, M. (2001a). A
physiological role of oxalic acid biosynthesis in the wood-rotting
basidiomycete Fomitopsis palustris, Proc. Natl. Acad. Sci. USA. 98:
11126?11130.
Munir, E., Yoon, J.J., Tokimatsu, T., Hattori, T. and Shimada, M. (2001b).
New role for glyoxylate cycle enzymes in wood-rotting basidiomycetes
in relation to biosynthesis of oxalic acid, J. Wood Sci. 47: 368-373.
Munir, E. and Goenadi, D.H. (1999). Bioconversion of oil palm trunk derived
lignocellulose to sugars. Menara Perkebunan 67: 37-44.
Peraturan Pemerintah RI Nomor 18 Tahun 1999, Tentang Pengelolaan Bahan
Berbahaya dan Beracun.
Reddy, M.S., Axelrood, P.E., Radley, R. and Rennie, R.J. (1994). Evaluation
of bacterial strains for pathogen suppression and enhancement of
survival and growth of conifer seedlings. In: Improving plant
productivity with rhizosphere bacteria, Proc. of 3
rd
Internat, PGPR.
Adelide, Australia, pp. 75-76.
Roane, T.M., Pepper, I.L. and Miller, R.M. (1998). Microbial remediation of
metals. In: Bioremediation: Principles and Application, ed. R.L.
Crawford & D.L. Crawford, pp. 312-340.
Rosenberg, E. and Ron, E.Z. (1998). Bioremediation of petrolium
contamination. In: Bioremediation: Principles and Application, ed. R.L.
Crawford & D.L. Crawford, Cambridge University Press, Cambridge.
pp. 100-124.
Sayer, J. and Gadd, G.M. (1997). Solubilization and transformation of
insoluble inorganic metal compounds to insoluble metal oxalates by
Aspergillus niger, Mycol. Res. 106: 653-661.
22
Erman Munir: Pemanfaatan Mikroba Dalam Bioremediasi: Suatu Teknologi Alternatif
Untuk Pelestarian lingkungan, 2006.
USU e-Repository ? 2008
Pemanfaatan Mikroba dalam Bioremediasi:
Suatu Teknologi Alternatif untuk Pelestarian Lingkungan


Sharples, J.M., Meharg, A.A., Chambers, S.M. and Cairney, J.W.G. (2000).
Symbiotic solution to arsenic contamination, Nature 404: 951-952.
Shimada, M., Akamatsu, Y., Ohta, A. and Takahashi, M. (1991). Biochemical
relationship between biodegradation of cellulose and formation of
oxalic acid in brown-rot wood decay. Intern. Res. Group. On Wood
Preserv. Doc. No. IRG/WP 1427, pp. 1-12.
Sieghardt, H. (1990). Heavy metal uptake and distribution in Silene vulgaris
and Minuartia verna growing on mining-dump material containing
lead and zinc, Plant and Soil 123: 107-111.































23
Erman Munir: Pemanfaatan Mikroba Dalam Bioremediasi: Suatu Teknologi Alternatif
Untuk Pelestarian lingkungan, 2006.
USU e-Repository ? 2008
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. DATA PRIBADI

Nama Lengkap : Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc.
NIP : 131945354
Jabatan : Guru Besar Fakultas MIPA
Pangkat/Golongan : Pembina/IV/a
Alamat : Komplek Villa Malina Indah, Jl. Permata Raya
No. 34 Tanjung Sari, Medan
Tempat/Tanggal Lahir : Padang Panjang/1 November 1965
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Nama Orang Tua : Munir (Ayah)
Elma (Ibu)
Nama Istri : Dra. Rossie Yusran
Nama anak : 1. Mutia Chairani (siswi kelas 5 SDN Percobaan,
Jl. Sei Petani, Medan)
2. Muhammad Fadli (6 tahun)

B. RIWAYAT PENDIDIKAN

1979 : Lulus SDN 1, Gunung, Padang Panjang
1982 : Lulus SMPN, Gunung, Padang Panjang
1985 : Lulus SMAN, Padang Panjang
1989 : Lulus S1, Biologi, FMIPA, Universitas Andalas, Padang
1995 : Lulus S2, Department of Biology, Faculty of Science, Tuskegee
University, Alabama, USA
2002 : Lulus S3, Department of Applied Life Sciences, Agriculture, Kyoto

University, Kyoto, Japan

C. PENDIDIKAN TAMBAHAN

1991

1992

1992

1998
:

:

:

:
Kursus Bahasa Inggris di Universitas Sriwijaya, Palembang
(7 bulan)
Kursus Bahasa Inggris di The British Institute, Bandung
(4 bulan)
Kursus di Economics Institute, Colorado University, Boulder,
USA (4 bulan)
Kursus Bahasa Jepang di Kyoto University, Kyoto, Japan
(4 bulan)
24
Erman Munir: Pemanfaatan Mikroba Dalam Bioremediasi: Suatu Teknologi Alternatif
Untuk Pelestarian lingkungan, 2006.
USU e-Repository ? 2008
Pemanfaatan Mikroba dalam Bioremediasi:
Suatu Teknologi Alternatif untuk Pelestarian Lingkungan


D. RIWAYAT PEKERJAAN
1991 s.d. sekarang
1991 s.d. sekarang
1995-1997
1996-1997
:
:
:
:
Dosen Fakultas MIPA USU
Staf Ahli Laboratorium Mikrobiolgi FMIPA USU
Kepala Laboratorium Biologi Dasar LIDA USU
Sekretaris Program Studi Biologi, FMIPA USU
2006 s.d. sekarang : Sekretaris Program Magister Pengelolaan
Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Sekolah
Pascasarjana USU


E. PUBLIKASI ILMIAH DAN PROSIDING

1. Munir, E., Yoon, J.J., Tokimatsu, T., Hattori, T. and Shimada, M.
(2001). A physiological role of oxalic acid biosynthesis in the wood-
rotting basidiomycete Fomitopsis palustris. Proc. Natl. Acad. Sci.
USA. 98 (20): 11126?11130.
2. Munir, E., Yoon, J.J., Tokimatsu, T., Hattori, T. and Shimada, M.
(2001). New role for glyoxylate cycle enzymes in wood-rotting
basidiomycetes in relation to biosynthesis of oxalic acid. J. Wood Sci.
47(5): 368-373.
3. Munir, E., Hattori, T. and Shimada, M. (2002). Purification and
characterization of isocitrate lyase from the wood-destroying
basidiomycete Fomitopsis palustris grown on glucose. Arch.
Biochem. Biophys. 399 (2): 225-231.
4. Munir, E., Hattori, T. and Shimada, M. (2002). Purification and
characterization of malate synthase from the glucose-grown wood-
rotting basidiomycete Fomitopsis palustris. Biosci. Biotech. Biochem.
66 (3): 576-581.
5. Munir, E., Hattori, T. and Shimada, M. (2001). A new concept of
oxalic acid biosynthesis in physiology of copper-tolerant fungi.
Intern. Res. Group on Wood Preserv. Doc. No. IRG/WP 01-10394
(Stockholm), pp. 1?8.
6. Munir, E., Hattori, T. and Shimada, M. (2003). A possible role of
unique TCA cycle in wood-rotting basidiomycetes. Intern. Res.
Group on Wood Preserv. Doc. No. IRG/WP 01-10394 (Stockholm).
pp. 1-7.
7. Munir, E. and Goenadi, D.H. (1999). Bioconversion of oil palm trunk
derived lignocellulose to sugars. Menara Perkebunan 67 (2): 37-44.
8. Munir, E. (2002). The importance of sulfhydryl compounds for the
stability of isocitrate lyase. Journal of Sains Kimia 6 (2): 37-44.
25
Erman Munir: Pemanfaatan Mikroba Dalam Bioremediasi: Suatu Teknologi Alternatif
Untuk Pelestarian lingkungan, 2006.
USU e-Repository ? 2008
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap
Universitas Sumatera Utara

9. Munir, E., Darah, I. and Omar, I. (1997). Solid-state fermentation
processes for lignin degrading enzyme production by Phanerochate
chrysosporium on rice husks as substrates. Proceedings of the First
Colloquium on Lignocellulose at University Sains Malaysia.
10. Munir, E. (1995). Superkoiling DNA pada Salmonella thypimurium
gyrB mutant. Prosiding Seminar Ilmiah LUSTRUM VI FMIPA USU,
Medan, pp. 83-97.
11. Munir, E. (2002). Chromatographic profile of isocitrate lyase during
purification. Jurnal Media Farmasi 10 (2): 162-173.
12. Munir E., Hattori, T. and Shimada, M. (2001). Distribution of
isocitrate lyase and malate synthase among wood-rotting fungi. The
Third International Wood Science Symposium, Wood Research
Institute, Kyoto University, Kyoto. pp. 380?385.
13. Munir, E., Hattori, T. and Shimada, M. (2002). A new glucose
metabolism in wood-rotting fungi. The Fourth International Wood
Science Symposium. LIPI Jakarta. pp. 336-340.
14. Munir, E., Hattori, T. and Shimada, M. (2004). Profile of enzyme
activity and growth of wood rotting fungi in metal ion containing
media. The Fifth International Wood Science Symposium. Kyoto
Japan. pp. 281-286.
15. Munir, E. and Shimada, M. (2005). An Inhibitory effect of acetate
added to the culture on growth of wood rotting basidiomycetes. The
sixth International Wood Science Symposium. Bali Indonesia. pp.
405-410.
16. Munir, E. (2004). Isositrat liase sebagai enzim target perancangan
obat. Jurnal Media Farmasi. 12 (1): 13-21.
17. Munir, E. (2003). A new aspect of oxalic acid biosynthesis in
biochemistry of basidiomycetes. Workshop and Expose of
Fundamental Research Scientific Results of LIPI-JSPS Cooperation
Program. pp. 81 ? 87.
18. Munir, E. (2005). Journal Impact Factor sebagai standar mutu jurnal
ilmiah. Perkasa: Periodikal Pascasarjana USU 9 (1): 35-37.
19. Yoon, J. J., Munir, E., Miyasou H., Hattori, T., Terashita, T. and
Shimada, M. (2002). A possible role of the key enzymes of the
glyoxylate and gluconeogenesis pathways for fruit body formation
of the wood-rotting basidiomycete Flammulina velutipes.
Mycoscience. 43 (4): 327-332.
20. Darah, I., Omar, I. and Munir, E. (1997). The role of agitation on
the production of lignin peroxidase and manganese peroxidase by
Phanerochaete chrysosporium. Proceedings of the First Colloquium
26
Erman Munir: Pemanfaatan Mikroba Dalam Bioremediasi: Suatu Teknologi Alternatif
Untuk Pelestarian lingkungan, 2006.
USU e-Repository ? 2008
Pemanfaatan Mikroba dalam Bioremediasi:
Suatu Teknologi Alternatif untuk Pelestarian Lingkungan


on Lignocellulose at University Sains Malaysia, Penang.
21. Shimada, M., Sakai, F., Kuroda, H., Hattori. T., Setiadi, Y., Primaturi,
R., Munir, E., Hanafiah, A.S., Tengku, S., Goenadi, D.H., Taniwiriyon,
D. and Widiastuti. (2001). Biochemical analysis of organic acid
metabolism of symbiotic and saprophytic basidiomycetes occurring
in forest ecosystems. In: Science for Sustainable Utilization of
Forest Resources in the Tropics. Published by the International
Committee of Academic Exchange, Wood Research Institute Kyoto
University. pp. 62-65.
22. Shimada, M., Yoon, J.J., Munir, E., Hattori, T. (2002). Metabolic
physiology of wood decay fungi: Copper tolerance, oxalic acid and
biochemistry of wood decay. Wood Preservation 28 (3): 86-97.
23. Davidson, J.P., Chiu, J., Session, W., Suppiramaniam, V. and Munir, E.
(1995). The effect of temperature on DNA super coiling in a gyrB
mutant in Salmonella tyhphimurium. Journal of Cellular
Biochemistry 19A, 103.
24. Nurwahyuni, I., Munir, E. dan Riyani, Y. (1996). Perbanyakan
anggrek Dendrobium sp. Secara kultur jaringan. Jurnal Komunikasi
Penelitian USU 8 (4): 330-336.
25. Agustien, A. dan Munir, E. (1997). Purifikasi penisilinasilase dari
Bacillus. Prosiding seminar PPI Malaysia. Penang. pp. 270-277.
26. Kuwahara, M., Shimada, M., Watanabe, T., Honda, Y., Kondo, R.,
Prasetya, B., Basuki, T., Idiyanti, T., Goenadi, D.H., Away, Y.,
Pasaribu, R.A., Munir, E. and Darma, IGKT. (2001). Production of
pulp and paper by using biological methods from tropical wood
resources. In: Science for Sustainable Utilization of Forest
Resources in the Tropics. Published by the International Committee
of Academic Exchange, Wood Research Institute Kyoto University.
pp. 29-33.
27. Kartal S.N., Munir, E., Kakitani, T. and Imamura, Y. (2004).
Bioremediation of CCA-treated wood by brown-rot fungi Fomitpsis
palustris, Coniophora puteana, and Laetiporus sulfurous. J. Wood
Sci. 50 (1): 182-188.
28. Munir, E., Yoon. J.J., Tokimatsu, T., Hattori, T. and Shimada, M.
(2000). Novel occurrence of the glyoxylate cycle enzymes in wood-
rotting basidiomycetes growing in glucose rich-media. 50
th
Annual
Meeting of the Japan Wood Research Society at Kyoto University,
Kyoto, Japan.
29. Munir, E., Yoon. J.J., Tokimatsu, T., Hattori, T. and Shimada, M.
(2002). A new role of glyoxylate cycle in wood-rotting
27
Erman Munir: Pemanfaatan Mikroba Dalam Bioremediasi: Suatu Teknologi Alternatif
Untuk Pelestarian lingkungan, 2006.
USU e-Repository ? 2008
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap
Universitas Sumatera Utara

basidiomycetes in relation to the biosynthesis of oxalic acid. 50
th

Annual Meeting of the Japan Wood Research Society at Kyoto
University, Kyoto, Japan.
30. Munir, E., Yoon. J.J., Tokimatsu, T., Hattori, T. and Shimada, M.
(2002). Purification and characterization of isocitrate lyase from a
wood-rotting fungus Fomitopsis palustris. 51
st
Annual Meeting of the
Japan Wood Research Society at the University of Tokyo, Tokyo,
Japan.
31. Munir, E., Hattori, T. and Shimada, M. (2002). Purification and
characterization of malate synthase from the brown-rot fungus
Fomitopsis palustris. 52
nd
Annual Meeting of the Japan Wood
Research Society at Gifu University, Gifu, Japan.
32. Munir, E., Yoon. J.J,, Tokimatsu, T., Hattori, T. and Shimada, M.
(2001). Purification and characterization of isocitrate lyase from a
wood-rotting basidiomycete Fomitopsis palustris grown in a
glucose-rich medium. Annual Meeting of Japan Society for
Bioscience, Biotechnology and Agrochemistry. Ritsumeikan
University, Kyoto, Japan.
33. Munir, E., Hattori, T. and Shimada, M. (2003). Purification and
characterization of malate synthase from the oxalic acid-producing
basidiomycete Fomitopsis palustris. The 423
rd
Kansai Regional
Meeting of the Japan Society for Bioscience, Biotechnology, and
Agrochemistry, Kyoto, Japan.
34. Munir, E. (2002). Oxalate fermentation by wood-rotting fungi vs.
normal respiration. Semirata bidang MIPA BKS-PTN Wilayah Barat
Indonesia XV, Medan.
35. Munir, E. (2002). Chromatographic profile of isocitrate lyase during
purification. Seminar Nasional Biologi XVII Perhimpunan Biologi
Indonesia, Padang.
36. Munir, E. (2003). A possible role of glyoxysomal enzymes for the
growth of wood-rotting basidiomycetes metal ion containing media.
Seminar Nasional Kimia, Medan.
37. Munir, E. (2003). Peranan Asam Oksalat dalam Sitem Biologi dan
Lingkungan. Orasi Ilmiah. Dibacakan pada DIES Natalis USU ke-51,
Medan.
38. Munir, E., Hattori, T. and Shimada, M. (2005). Role of oxalate
biosynthesis for the growth of the copper tolerant wood-rotting
fungi under environmental stress. The 55
th
Annual Meeting of the
Japan Wood Research Society at Kyoto University, Kyoto, Japan.

28
Erman Munir: Pemanfaatan Mikroba Dalam Bioremediasi: Suatu Teknologi Alternatif
Untuk Pelestarian lingkungan, 2006.
USU e-Repository ? 2008
Pemanfaatan Mikroba dalam Bioremediasi:
Suatu Teknologi Alternatif untuk Pelestarian Lingkungan


39. Munir, E. (2005). Peranan asam oksalat dalam degradasi
lignoselulosa. Seminar Nasional Kimia II, Medan.
40. Yoon. J.J., Munir, E., Hattori, T. and Shimada, M. (2002). A
physiological role of glyoxylate and TCA cycles in fruit body
formation of the wood-rotting fungus Fomitopsis palustris. 46
th

Annual Meeting of the Mycological Society of Japan at Shinsu
University, Shinsu, Japan.
41. Yoon, J.J., Munir, E., Tokimatsu, T., Hattori, T. and Shimada, M.
(2000). A possible role of glyoxylate cycle in fruit body
morphogenesis of edible mushrooms. 44
th
Annual Meeting of the
Mycological Society of Japan at Kinki University, Nara, Japan.
42. Yoon, J.J., Miyaso, H., Munir, E., Hattori, T., Terashita, T. and.
Shimada, M. (2001). Carbon metabolism during growth and
development of mycelium and fruit body in the white-rot fungus
Flamulina velutipes. 45
th
Annual Meeting of the Mycological Society
of Japan, Tokyo, Japan.
43. Shimada, M., Hattori, T., Munir, E., Yoon, J.J., Tokimatsu, T. and T.
Nishide. (2001). A new mechanism for carbon metabolism coupling
with oxalate biosynthesis in wood-rotting fungi. The 1
st
Conference
on Fungal Genetics and Molecular Biology. Tokyo University, Tokyo,
Japan.
44. Nagai, Y., Munir, E., Hattori, T., Tokimatsu, T. and Shimada, M.
(1999). Intramolecular electron transfer in glyoxylate
dehydrogenase from brown-rot fungus Tyromyces palustris. 49
th

Annual Meeting of the Japan Wood Research Society at Tokyo
University of Agriculture, Tokyo, Japan.
45. Kartal, N.S., Munir, E. and Imamura, Y. (2003). Removal of copper,
chromium, and arsenic from CCA-tretaed wood by bioremediation
with brown-rot fungi. The 53
rd
Annual Meeting of the Japan Wood
Research Society. Sizuoka, Japan.
46. Nurtjahja, K., Munir, E. and Nugroho, R.P. (2004). The distribution
of tropical mushrooms in Sibolangit conservation forest, North
Sumatra, Indonesia. The Fifth International Wood Science
Symposium, Kyoto, Japan.
47. Sakai, S., Nishide, T., Munir, E., Hattori. T., Baba, K., Inui, H.,
Nakano, Y. and Shimada, M. (2004). Subcellular localization of
isocitrate lyase in the wood rotting destroying basidiomycetes
Fomitopsis palustris. The Fifth International Wood Science
Symposium, Kyoto, Japan.

29
Erman Munir: Pemanfaatan Mikroba Dalam Bioremediasi: Suatu Teknologi Alternatif
Untuk Pelestarian lingkungan, 2006.
USU e-Repository ? 2008
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap
Universitas Sumatera Utara

48. Shimada M, Hattori T, Munir, E., Yoon J.J., Nishide T., Watanabe T.
and Sakai, S. (2004). A novel physiological aspect of wood-
destroying Basidiomycetes. Proceedings of the 4
th
Regional
coordination of wood science international symposium, pp 467-468,
St. Petersburg, Rusia.
49. Suryanto, D., Ginting, D. Munir, E. dan Yurnaliza (2005). Isolasi
bakteri kitinolitik dan uji aktivitas kitinolitik kasar beberapa bakteri
tanah. Seminar Nasional ke XVII dan Kongres X Perhimpunan
Biokimia & Biologi Molekuler Indonesia, Pekan Baru.
50. Suryanto, D., Kelana, T.B., Munir, E. dan Nani, N. (2005). Uji brine-
shrimp dan pengaruh ekstrak metanol daun tumbuhan pradep
Psychothria stipulacea Wall (Familia: Rubiaceae) terhadap mikroba.
Simposium Nasional Bahan Alam, Bogor.


F. PEMAKALAH PADA BEBERAPA SEMINAR

1. The 55
th
Annual Meeting of the Japan Wood Research Society at
Kyoto University, Kyoto, 2005.
2. Seminar Nasional Kimia II, 2005.
3. The Fifth International Wood Science Symposium, Kyoto Japan,
2004.
4. Seminar Hasil Penelitian Program PPD HEDS, Medan, 2003.
5. Seminar Nasional Kimia, Medan, 2003.
6. Orasi Ilmiah dibacakan dalam DIES Natalis USU ke-51, Medan,
2003.
7. Workshop and Expose on Fundamental Research Scientific Results
of Indonesia ? Japan Cooperation Program, LIPI Jakarata, 2003.
8. The fourth International Wood Science Symposium, LIPI Jakarta,
2002.
9. The 423
rd
Kansai Regional Meeting of the Japan Society for
Bioscience, Biotechnology, and Agrochemistry. Kyoto, Japan, 2002.
10. Seminar Nasional Biologi XVII Perhimpunan Biologi Indonesia,
Padang, 2002.
11. Semirata bidang MIPA BKS-PTN Wilayah Barat Indonesia XV, Medan,
2002.
12. 44
th
Annual Meeting of the Mycological Society of Japan at Kinki
University, Nara, Japan, 2000.
13. Annual Meeting of Japan Society for Bioscience, Biotechnology and
Agrochemistry. Ritsumeikan University, Kyoto, 2001.
14. The 32
nd
Annual Conference of IRG (Intern. Res. Group on Wood
30
Erman Munir: Pemanfaatan Mikroba Dalam Bioremediasi: Suatu Teknologi Alternatif
Untuk Pelestarian lingkungan, 2006.
USU e-Repository ? 2008
Pemanfaatan Mikroba dalam Bioremediasi:
Suatu Teknologi Alternatif untuk Pelestarian Lingkungan


Preserv), Nara Jepang, 2001.
15. The 50
th
Annual Meeting of the Japan Wood Research Society at
Kyoto University, Kyoto, Japan, 2000.
16. The third International Wood Science Symposium, Wood Research
Institute, Kyoto University, Kyoto, 2000.
17. First Colloquium on Lignocellulose at University Sains Malaysia,
Penang, Malaysia, 1997.


G. SEBAGAI PESERTA BEBERAPA SEMINAR/WORKSHOP

1. Seminar Kerjasama Kemitraan Riset Pemerintah dengan Swasta,
BPPT Jakarta, 2005.
2. Perkembangan Teknologi Informasi di Dunia Pendidikan, Microsoft
Indonesia, Medan, 2004.
3. Perkembangan Terkini Ilmu Kimia dan Pembelajarannya, Medan,
2004.
4.

5.

6.

7.
8.
9.

10.
11.

12.
13.
14.

15.

16.

17.

18.
International Seminar on Sustainable Utilization of Acacia Mangium,
Kyoto, Japan, 2003.
The second symposium on Chemical Biology of Metal Sensors with
Switching Functions, Kyoto, Japan, 2002.
Seminar Peran Biokimia Asam Oksalat Hasil Simbiosis Cendawan
Basidiomycetes dalam Ekologi dan Konservasi Hutan, Medan, 2000.
Seminar PPI Jepang, Hamamatsu, Jepang, 2000.
Seminar PPI Jepang, Kyoto, Japan, 1999.
The 49
th
Annual Meeting of the Japan Wood Research Society at
Tokyo University of Agriculture, Tokyo, Japan, 1999.
The 17
th
symposia on the Life Science, Kyoto, Japan, 1998.
Lokakarya BKS FMIPA Wilayah Barat, Universitas Palangkaraya,
Palangkaraya, 1996.
Seminar IMT-GT, Penang, Malaysia, 1996.
Seminar Evaluasi HEDS Project, Batam, 1996.
Seminar Manajemen Sumber Daya Air, Puslit SDAL-USU, Medan,
1995.
Seminar Microbial Ecology and Biotechnology and Course
Development, USU, Medan, 1995.
Seminar Citizens Working to Protect Our Environment, Puslit SDAL-
USU, Medan, 1995.
Keystone Symposia on Bacterial chromosome, Santa Fe, New
Mexico, USA, 1995.
Mid-winter community seminar, San Francisco, California, USA, 1992.
31
Erman Munir: Pemanfaatan Mikroba Dalam Bioremediasi: Suatu Teknologi Alternatif
Untuk Pelestarian lingkungan, 2006.
USU e-Repository ? 2008
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap
Universitas Sumatera Utara

H. KEGIATAN PENELITIAN

Ketua
1997

1997

1998



1997 s.d. 1998

1999 s.d. 2002

2002


Anggota
1997 s.d. 1998


1997 s.d. 1999


2000 s.d. 2002



2003 s.d. 2004


2003 s.d. 2004



2005


2005 s.d. 2006




Isolasi kristal protein Bacillus thuringensis untuk
kajian bioinsektisida. (Penelitian OPF USU)
Isolasi enzim pendegradasi lignin dari Phanerochaete
Chrysosporium. (Penelitian PPD DIKTI)
Optimasi produksi enzim ligninolitik oleh
Phanerochaete chrysosporium dan aktivitasnya
dalam Mendegradasi limbah lignoselulosa. (Penelitian
BBI DIKTI)
Biokonversi lignoselulosa batang kelapa sawit untuk
menghasilkan gula. (Dana Penelitian USM Malaysia)
Metabolisme asam oksalat pada jamur-jamur
pembusuk kayu. (Dana JSPS, Kyoto University)
Kemampuan jamur kayu dalam detoksifikasi ion-ion
logam (JSPS-Japan)


Pembuatan poliblem mampu terdegradasi
menggunakan teknik reaktif polyolefin dengan serat
limbah kelapa sawit. (Hibah Bersaing DIKTI)
Production of pulp and paper by using biological
methods from tropical wood resources. (Penelitian
kerja sama LIPI Indonesia dengan JSPS Jepang)
Biochemical analysis of organic acid metabolism of
symbiotic and saprophytic basidiomycetes occurring
in forest ecosystem. (Penelitian kerja sama LIPI
Indonesia dengan JSPS Jepang)
Localization of oxalate synthesizing enzymes and
cDNA cloning of the key enzyme for oxalate
biosynthesis. (JSPS-Japan)
Sustainable production and utilization of tropical
forest resources for establishment of a recycling
based-society. (Penelitian kerja sama LIPI Indonesia
dengan JSPS Jepang)
Isolasi dan uji aktivitas antimikroba beberapa
tumbuhan asal Cagar Alam Tangkahan Sumatera
Utara yang berpotensi sebagai obat. (Proyek SP4)
Eksplorasi bakteri kitinolitik: Keragaman genetik gen
penyandi kitinase pada berbagai jenis bakteri dan
kemungkinan pemanfaatannya. (Hibah Bersaing
DIKTI)
32
Erman Munir: Pemanfaatan Mikroba Dalam Bioremediasi: Suatu Teknologi Alternatif
Untuk Pelestarian lingkungan, 2006.
USU e-Repository ? 2008
Pemanfaatan Mikroba dalam Bioremediasi:
Suatu Teknologi Alternatif untuk Pelestarian Lingkungan


2005 s.d. 2006 Screening of phosphate solubilizing basidiomycetes
from tropical forest. (Penelitian kerja sama dengan
Kyoto University)


I. ANGGOTA ORGANISASI PROFESI

1994 s.d. 1995 American Society for Microbiology
1994 s.d. 1995 National Geographic of the USA
1995 s.d. 1996 American Phytopathological Society
1998 s.d. sekarang Japan Mycological Society
1998 s.d. sekarang Core University Program antara LIPI (Indonesia) ?
JSPS (Japan)
1999 s.d. sekarang Japan Wood Research Society
2000-2004 Japan Society for Bioscience, Biotechnology, and
Agrochemistry
2002 s.d. sekarang Perhimpunan Mikrobiologi Indonesia
2004 s.d. sekarang Masyarakat Peneliti Kayu Indonesia


J. PENGHARGAAN

1996

2003
1. Dosen Teladan I FMIPA USU
2. Dosen Teladan III USU
Peneliti terbaik kerjasama LIPI dengan JSPS Jepang di
bidang Wood Sciences


33
Erman Munir: Pemanfaatan Mikroba Dalam Bioremediasi: Suatu Teknologi Alternatif
Untuk Pelestarian lingkungan, 2006.
USU e-Repository ? 2008

Anda mungkin juga menyukai