Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI PERILAKU

PERILAKU AGONISTIK IKAN CUPANG (Betta splendens)





BANI NUGRAHA
1210702008
BIOLOGI / VI A
Kelompok 3
Tanggal Praktikum : 27 Februari 2013
Tanggal Pengumpulan : 06 Maret 2013

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 . Latar Belakang
Di Indonesia,ikan banyak dimanfaatkan sebagai makanan, hobi,
maupun dalam hal pertandingan atau perlombaan. Disini, akan kami coba
untuk mengambil salah satu jenis ikan, dan melakukan pengamatan ikan
secara agonistik. Perilaku agonistik ialah salah satu bentuk konflik yang
menunjukan perilaku atau postur tubuh atau penampilan khas yang
melibatkan mengancam, perkelahian, melarikan diri dan diam antara
individu dalam populasi.
Pemilihan Ikan cupang ini karena ikan cupang memiliki sikap
keagresifan yang cukup tinggi. Sehingga dalam pengamatannya akan lebih
terlihat dengan jelas dalam kurun waktu yang cukup singkat, baik secara
instinctive maupun perilaku terlatih, ikan cupang memiliki karakteristik
respon agresif. Dalam suhu air yang berkisar antara 24-29
o
C, ikan cupang
merupakan ikan yang sangat aktif.

2 . Tujuan
Mengamati perilaku agonostik pada ikan cupang (Betta splendens)
3 . Hipotesis
Untuk ikan cupang dianggap memiliki tingkat agonistik yang
cukup tinggi. Setiap hitungan waktu yang singkat, kita dapat dengan
mudah mengamati setiap perubahan gerakan yang terjadi. Ikan cupang
terbagi atas ikan cupang hias dan ikan cupang adu, Perbedaan diantara
ikan cupang tersebut, dapat terlihat secara morfologinnya. Perbedaan
diantara 2 jenis ikan cupang, sangat berpengaruh terhadap gerakan
agonistic tiap individu. Perbedaan agonistik pada ikan cupang, dapat pula
kita lihat dari jenis kelamin ikan cupang

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Perilaku agonistik adalah perilaku yang berhubungan dengan
konflik, termasuk berkelahi (fighting), melarikan diri (escaping), dan diam
(freezing). Perilaku agonistik meliputi pula beragam ancaman atau
perkelahian yang terjadi antar individu dalam suatu populasi. Perilaku
agonistik berkaitan erat dengan agresivitas, yaitu kecenderungan untuk
melakukan serangan atau perkelahian. Bentuk-bentuk perilaku tersebut
dapat berupa postur tubuh maupun gerakan yang diperlihatkan oleh
individu pemenang maupun individu yang kalah dalam kontes perkelahian
(Djuanda, 2002).
Ikan cupang adu (Betta spendens) merupakan anggota dari famili
Anabantidae. Anabantidae merupakan satu-satunya famili yang mencakup
seluruh ikan berlabirin. Betta splendens memiliki tubuh yang lonjong
dengan bagian depan sedikit membulat dan memipih pada bagian
belakang. Mulutnya dapat disembulkan dengan lubang mulut terletak
serong pada bagian depan kepala. Badan dan kepala bersisik kasar. Ikan
betina berwarna kusam, tetapi ikan jantan mempunyai warna metalik yang
mengkilat. Ikan cupang jantan maupun betina memiliki sisik gurat sisi
berjumlah 29-33 keping (Campbell, 2003).
Sirip dorsal terletak lebih ke belakang, memiliki jari-jari keras dan
8-9 jari-jari lunak. Sirip anal panjang dan lebar, dimulai dari belakang anus
dan berakhir di belakang dekat pangkal sirip kaudal, memiliki 1-4 jari-jari
keras dan 21-24 jari-jari lunak. Ujung sirip anal berbentuk lancip. Sirip
perut berukuran kecil, terletak di bawah sirip dada, memiliki 1 jari-jari
keras dan 5 jari-jari lunak. Satu dari jari-jari lunak berukuran lebih panjang
dari yang lainnya. Sirip dada bentuknya membulat, memiliki 12-13 jari-
jari lunak. Beberapa perilku agonistic cupang yang diketahui antara lain :
Approach (Ap) : mendekat, berenang cepat kemudian berhenti di
dekat bayangannya / ikan lain
Bite(Bt) : menggigit lawan
Chase (Ch) : mengejar lawan yang melarikan diri
Frontal threat (FT) : mengancam dari depan dengan membuka
operculum, dagu direndahkan dan melebarkan sirip dada saat
berhadapan dengan lawan
Side Threat (ST) : mengancam dari pinggir dengan membuka
operculum, dagu direndahkan kea rah lawan dan semua sirip
dikembangkan
Mouth to mouth contact (MC) : Kontak mulut ke mulut yaitu dua
individu akan saling mendorong, menarik, dan mencengkram
dengan mulut
Flight (Fl) : melarikan diri
Tail flagging (TF) : mengibaskan ekor
Circle (Cl) : bergerak memutar arah setelah mendekati lawan
Explore (Ex) : menjelajah area tanpa arah yang jelas
Perilaku agonistik merupakan salah satu bentuk konflik yang
menunjukkan perilaku atau postur tubuh atau penampilan yang khas
(display) yang melibatkan mengancam (threat), perkelahian
(fighting), melarikan diri (escaping), dan diam (freezing) antar individu
dalam populasi atau antarpopulasi. Invidu yang aggressive dan mampu
menguasai arena perkelahian (teritori) akan memunculkan individu yang
kuat (dominan) dan lemah (submissive/ subordinat). PopulasiUntuk
mengetahui perilaku agonistik ini digunakanlah ikan cupang adu sebagai
hewan uji. Cupang adu (Betta splendens) merupakan jenis ikan laga,
individu jantan dapat sangat agresiv terhadap jantan lainnya dalam sebuah
arena bertarung. Dengan adanya akuarium sebagai media bertarung, maka
diharapkan dapat dengan mudah diamati perilaku agonistik diantara ikan
cupang jantan (Campbell, 2003).
Ada sifat yang ditimbulkan dari ikan cupang jantan. Dimana, pada
ikan cupang jantan ini, memiliki sifat daya perhatiannya terhadap ikan
cupang betina cukup tinggi. Sinyal yang ditimbulkan saat ikan cupang
jantan berhadapan dengan ikan cupang betina, yaitu dengan mengibaskan
ekor sirip derngn frekuensi yang cepat (Amauri, 2007).
Keagresifan lain pada ikan cupang ini, dipisahkan menjadi
appetitive, kawin dan pasca kawin. Komponen yang appetitive ini,
ditandai dengan perilaku kejenuhan warna tubuh, ereksi penutup
overculum, atau insang, orientasi dan gerakan karakteristik. Komponen
termasuk menggigit, mengunci rahang antara lawan dan mencolok ekor.
Respon yang ditunjukan oleh ikan cupang dari tiap individu, yang
berkaitan dengan pembuahan, dapat kita amati dengan uji menggunakan
model subjek dalam aquarium yang diberi sekat cermin. Dengan
memperhitungkan durasi, dan frekuensi demonstrasi merupakan presiktor
dan perkelahian yang nyata (Dewantor, 2001).
Kegemaran berkelahi Ikan cupang adu akan semakin memuncak
apabila ikan cupang diletakkan di baskom, akuarium, toples, atau tempat
pemeliharaan lain. Hal ini dikarenakan ikan cupang telah terbiasa hidup di
tempat yang lebih nyaman bila dibandingkan dengan selokan atau tempat
lainnya. Ketika melakukan pertarungan, ikan cupang jantan menghampiri
lawan tandingnya. Kemudian ikan cupang jantan mempertontonkan sirip
pada musuhnya. Sirip yang semula terlihat lemas dalam hitungan detik
akan mengembang. Tidak hanya sirip yang dipertontonkan, tetapi sirip
cadangan lain yaitu membrana branchiostegi dan tutup insang pada
lengkungan leher juga ikut mengembang (Darmawat, 2003).
Taksonomi ikan cupang
adu (Betta spendens) adalah
sebagai berikut :
Filum : Chordata
Subfilum : Craniata
Superkelas : Gnathostomata
Kelas : Osteichthyes
Subkelas : Actinopterygii

Superordo : Teleostei
Ordo : Percomorphoidei
Subordo : Anabantoidei
Famili : Antibantidae
Genus : Betta
Spesies : Betta splendens

BAB III
METODE KERJA
3. 1. Alat dan Bahan
Alat Bahan
Aquarium (45x25x45 cm
3
) Berisi air Betta splendens (Ikan Cupang)
4 Ekor
Cermin
Botol kecil, penyimpanan ikan
Stop Wacth
Alat penanda (Tiip-Ex)

3. 2. Cara Kerja
1 Pengamatan Morfologi
Amati masing-masing individu ikan cupang adu.
Kenali dan catat perbedaan fisik, antara lain warna tubuh, bentuk sirip (dada,
punggung, perut, dubur, ekor) dan cirri khas lainnya (mulut, operculum, gurat sisi,
bentuk tubuh) tiap individu .

2 Persiapan dan Tagging
Aquarium yang telah berisi air bagian dibagi menjadi dua bagian oleh
sebuah cermin sekat pemisah sebagai kompartemen (a) dan kompartemen (b), dan
tiap kompartemen diisi oleh seekor ikan Betta Spelendens yang telah
diidenttifikasi cirri-cirinya dan jika memungkinkan diberi penandaan pada bagian
toraks terlebih dahulu. Beri penamaan untuk setiap individu (misalnya individu a,
individu b,dst) berdasarkan cirri-ciri yang sudah dikenal. Ukur pula masig-masing
luasan kedua kompartemen.


3 Pengamatan I
Pada salah satu kompartemen yang berisi cermin (misalnya kompartemen (a))
amati perilaku individu Betta Spelendens (a) dan catat semua perilku yang tampak
saat individu ikan (a) tersebut melihat bayangannya sendiri di dalam cermin.
Lakukan pegamatan I selama 10 menit. Setelah selesai, lakukan hal yang sama
dengan individu ikan (b) yang berada dalam kompartemen (b) dengan cara
membalikan cermin kearah kompartemen (b) selama 10 menit

4 Pengamatan II
Setelah pengamatan I selesai, angkat dinding pemisah/cermin dari aquarium.
Saat cermin diangkat dan tidak ada lagi pembatas diantara kedua kompartemen (a)
dan (b) catatlah waktunya sebagai waktu ke-0 (t=0). Lakukan pengamatan segera
setelah waktu ke-0 tersebut terhadap perkelahian sebenarnya diantara kedua
individu cupang selama 15 menit. Cata dan hitung semua perilaku yang tampak
(frekuensi kemunculan untuk tiap perilaku yang berbeda). Berdasarkan hasil
pengamatan dan pencatatan sementara, dapatkah anda menemukan individu yang
memenangkan pertarungan (dominan) dan individu yang kalah
(submissive/subordinat).

5 Pengamatan III
Angkat individu cupang (a) dan (b) dari aquarium, kemudian masing-masing
ikan disimpan dalam botol kaca kecil untuk diistirahatkan. Ulangi pengamatan I
(percobaan pada cermi) pada individu ikan cupang lainnya, individu (c) dan (d),
ds masing-masing selama 10 menit

6 Pengamata IV
Ulangi pengamatan II (percobaan perilaku agonistic) pada individu cupang
lainnya yaitu individu ikan (c) dan ikan (d). berdasarkan hasil pengamatan dan
pencatatan semenara, dapatkah anda menemukan individu yang memenagkan
pertarungan (dominan) dan individu yang kalah (submissive/subordiat).


7 Pengamatan V
Angkat kembali individu cupang (c) dan (d) dari aquarium, kemudian masing-
masing ikan disimpan dalam botol kaca kecil untuk diistirahatkan selama 15
menit. Setelah itu dilakukan pengamatan perilaku antagonistic antara dua ikan
cupang dominan hasil pengamatan pertarungan I da II selama 15 menit. Dapatkah
anda menentukan diantara kedua ikan supang tersebut indiviu yang palng
domunan yang mampu mendominasu individu lainnya?

8 Pengamatan VI
Angkat kembali kedua individu cupang pada pengamatan V dari aquarium
kemudian masing-masing ikan disimpan dalm botol kaca kevil untuk
diistirahatkan kembali. Setelah itu dilakukan pengamatan agonistic antara dua
ikan cupang submissive/subordinat hasil pengamatan pertarungan I dan II selama
15 menit.


BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Morfologi Ikan Cupang
Literatur (Maulana, 2007) Hasil Pengamatan











ekor
sirip punggung sirip dada
sirip anal sirip perut
Warna Sirip : Merah
Dada: Biru
Punggung: iru
Perut: biru, merah
Ekor: biru, merah
Bentuk sirip: memanjang rapat
Warna tubuh: Biru kemerahan
Guratan sisi: Berwarna Biru Tua
Bentuk tubuh: Lonjong


Warna Sirip : Biru
Dada: Biru
Punggung: Biru
Perut: Biru, Merah
Ekor: Merah
Bentuk sirip: Memanjang Mengembang
Warna tubuh: Biru
Guratan sisi: Berwarna Biru
Bentuk tubuh: Lonjong

Warna Sirip : Merah
Dada: Biru
Punggung: iru
Perut: biru, merah
Ekor: biru, merah
Bentuk sirip: memanjang rapat
Warna tubuh: Biru kemerahan
Guratan sisi: Berwarna Biru Tua
Bentuk tubuh: Lonjong

Warna Sirip : Biru
Dada: Biru
Punggung: Biru
Perut: Biru, Merah
Ekor: Biru
Bentuk sirip: Memanjang Mengembang
Warna tubuh: Biru
Guratan sisi: Berwarna Biru
Bentuk tubuh: Lonjong




Tabel 1. MIS Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Frekuensi

Source
Type III Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
Corrected Model 6792.658
a
39 174.171 9.183 .000
Intercept 4189.008 1 4189.008 220.862 .000
individu 487.492 3 162.497 8.568 .000
perilaku 4693.742 9 521.527 27.497 .000
individu * perilaku 1611.425 27 59.682 3.147 .000
Error 1517.333 80 18.967

Total 12499.000 120

Corrected Total 8309.992 119

a. R Squared = ,817 (Adjusted R Squared = ,728)






Grafik 1. MIS




Tabel 2. A vs B Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Frekuensi

Source
Type III Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
Corrected Model 1460.267
a
19 76.856 6.945 .000
Intercept 897.067 1 897.067 81.060 .000
Individu .267 1 .267 .024 .877
Perilaku 807.267 9 89.696 8.105 .000
individu * perilaku 652.733 9 72.526 6.554 .000
Error 442.667 40 11.067

Total 2800.000 60

Corrected Total 1902.933 59




Grafik A vs B


Tabel 3. C vs D Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Frekuensi

Source
Type III Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
Corrected Model 682.850
a
19 35.939 2.995 .002
Intercept 522.150 1 522.150 43.513 .000
Individu 4.817 1 4.817 .401 .530
Perilaku 448.683 9 49.854 4.154 .001
individu * perilaku 229.350 9 25.483 2.124 .050
Error 480.000 40 12.000

Total 1685.000 60

Corrected Total 1162.850 59

a. R Squared = ,587 (Adjusted R Squared = ,391)


Tabel 4. Kalah vs Kalah (A vs D) Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:frekuensi

Source
Type III Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
Corrected Model 266.000
a
19 14.000 14.237 .000
Intercept 106.667 1 106.667 108.475 .000
Individu 9.600 1 9.600 9.763 .003
Perilaku 229.667 9 25.519 25.951 .000
individu * perilaku 26.733 9 2.970 3.021 .008
Error 39.333 40 .983

Total 412.000 60

Corrected Total 305.333 59

a. R Squared = ,871 (Adjusted R Squared = ,810)


Grafik C vs D


Grafik Kalah vs Kalah (A vs D)

Tabel 5. Menang vs Menang (C vs B) Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:frekuensi

Source
Type III Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
Corrected Model 406.933
a
19 21.418 1.310 .231
Intercept 589.067 1 589.067 36.029 .000
Individu 2.400 1 2.400 .147 .704
Perilaku 349.267 9 38.807 2.374 .030
individu * perilaku 55.267 9 6.141 .376 .940
Error 654.000 40 16.350

Total 1650.000 60

Corrected Total 1060.933 59

a. R Squared = ,384 (Adjusted R Squared = ,091)





Grafik Menang vs Menang (C vs B)

Pembahasan
Praktikum kali ini, membahas perilaku agonistik ikan cupang. Uji
yang dilakukan, yaitu dengan mengamati secara morfologi dan setiap
perilaku yang ditimbulkan ikan cupang dalam waktu 3 menit dalam sebuah
aquarium. Ada dua jenis Ikan cupang yang diamati, yaitu ikan cupang adu
dan ikan cupang hias. Ikan cupang adu (Betta Splendens) merupakan
anggota dari family antabantidae. Antabantidae ini, merupakan satu-
satunya family yang mencakup ikan berlabirin. memiliki tubuh lonjong
bagian depan sedikit membulat dan memipih pada bagian belakang.
Mulutnya dapat disembunyikan dengan lubang mulut terletak pada bagian
depan kepala. Badan dan kepala bersisik kasar, Ikan betina berwarna
kusam, tetapi ikan jantan punya warna tubuh yang metalit. Ikan cupang
jantan maupun betina betina, punya gurat sisik gurat sisi 29-33 keping
(Djuhanda, 2001).
Pengamatan Morfologi
Setelah diamati bagian tubuh ventral, dorsal maupun anal, terlihat
bahwa ikan cupang pada bagian ventral memiliki sirip dada, sirip perut.
Sedangkan pada bagian dorsal, memiliki sirip punggung. Dan dibagian
belakang, terdapat sirip ekor. Pada setiap ikan cupang yang kami amati,
ada sedikit perbedaan diantara semuanya, yaitu bentuk guratan sisi pada
ikan cupang semuanya berbeda.
Secara morfologi, bentuk sirip ikan cupang hias lebih lebar dan
besar. Ikan cupang hias pun memiliki warna yang lebih mencolok daripada
ikan cupang adu. Ikan cupang memiliki tubuh lonjong dibagian depan
sedikit membulat dan memipih di bagian belakang. Badan dan kepala
bersisik. Tubuh terdiri dari sirip ventral, sirip dorsal, sirip anal, sirip
kaudal dan sirip pectoral (Susanto, 1997).
1. MIS
Dari hasil yang didapat, diolah dalam bentuk statistik
menggunakan uji anova 1 arah. ternyata menghasilkan nilai signifikan
0.000 ( kurang dari 0,05). Itu artinya terdapat perbedaan nyata, dan perlu
dilakukan uji lanjut. Uji yang dilakukan selanjutnya, yaitu melakukan uji
Duncan, karena dalam uji ini, akan terlihat secara detail perbedaan yang
jelas dari setiap perlakuan (Linke, 1994).
2. Perkelahian yang sebenarnya
a. Dari hasil data table maupun grafik yang kami dapatkan
antara A vs B. Ternyata B memiliki tingkat agonistik yang lebih tinggi
dari pada A. Di tunjukan dari keagresifan ikan cupang B. Dimana, terlihat
adanya perilaku Frontal threat, atau menyerang yang cukup banyak pada
ikan cupang B. sedangkan pada ikan cupang A, dominan melakukan
perilaku mengibaskan ekor, melarikan diri, jaln-jalan. Untuk mengusir
individu lain. Dari perkelahian ini, dominan B menguasai populasi yang
ada.
b. Dari pertandingan C vs D, dimenangkan oleh ikan cupang C
Dari pertandingan kelompok kami antara C vs D, dimenangkan
oleh ikan cupang C. Dengan di tunjukan dari keagresifan ikan cupang C.
Dimana, terlihat adanya perilaku Frontal threat yang cukup banyak pada
ikan cupang D terhadap ikan cupang C. sedangkan pada ikan cupang D,
dominan melakukan perilaku melarikan diri. Untuk menghindar dari
serangan individu lain. Dari perkelahian ini, dominan C menguasai
populasi yang ada. Perkelahian selanjutnya, yaitu menandingkan antara
ikan cupang yang menang dengan yang menang( B vs C) dan yang kalah
dengan yang kalah (A vs D).
a. Dari pertandingan antara B vs C, dimenangkan oleh ikan cupang B.
Dengan di tunjukan dari lebih agresifnya ikan cupang B. Dimana, terlihat
adanya perilaku Frontal threat, atau menyerang individu lain yang cukup
banyak pada ikan cupang B. sedangkan pada ikan cupang C, dominan
melakukan perilaku melarikan diri. Untuk menghindar dari serangan
individu lain. Dari perkelahian ini, dominan B menguasai populasi yang
ada.
b. Dari pertandingan antara A vs D, dimenangkan oleh ikan cupang D.
Dengan di tunjukan dari lebih agresifnya ikan cupang D. Dimana, terlihat
adanya perilaku Frontal threat, chase, atau menyerang individu lain yang
cukup banyak pada ikan cupang D. sedangkan pada ikan cupang A,
dominan melakukan perilaku melarikan diri, mengibaskan ekor. Untuk
menghindar dari serangan individu lain. Dari perkelahian ini, dominan D
menguasai populasi yang ada.
Diantara seluruh pertandingan, ikan cupang B, dapat
memenangkan kompetisi. Dari data grafik pun, menunjukan, kalo ikan
cupang B, cukup signifikan banyk melakukan prilaku menyerang
dibandingkan yang lain. Sedangkan, perilaku menghindar, mengibaskan
ekor untuk mengusir individu lain. Banyak dilakukan oleh ikan cupang A.
Perilaku yang sering muncul itu Tail flagging. Menurut literature,
kecenderungan ikan cupang melakukan Tail Flagging ( mengibaskan
ekor), merupakan bentuk ketidak nyamanan terhadap situasi. Dan berusaha
untuk mengusir sesuatu yang dianggap pengganggu (Djuanda, 2002). Dari
hasil pengamatan secara keseluruhan, kurang agresifnya ikan cupang
terhadap lingkungan. Cupang yang ada sebagian besar itu cupang hias.
Bila dibandingkan dengan literature,Menurut (Amaouri, 2007) kegemaran
berkelahi Ikan cupang adu akan semakin memuncak apabila ikan cupang
diletakkan di baskom, akuarium, toples, atau tempat pemeliharaan lain.
Hal ini dikarenakan ikan cupang telah terbiasa hidup di tempat yang lebih
nyaman bila dibandingkan dengan selokan atau tempat lainnya. Ketika
melakukan pertarungan, ikan cupang jantan menghampiri lawan
tandingnya. Kemudian ikan cupang jantan mempertontonkan sirip pada
musuhnya. Sirip yang semula terlihat lemas dalam hitungan detik akan
mengembang.
BAB V
KESIMPULAN
Dari hasil praktikum kali ini dapat disimpulkan, ikan cupang B,
merupakan super ordinat. Karena ikan cupang ini memiliki kecenderungan
agonistik yang tertinggi terhadap penyerangan dari ikan yang lainnya. Sedangkan
pada ikan cupang A, merupakan subordinat. Karena, setelah dilakukan
perkelahian dengan ikan yang lainnya, selalu memiliki tingkat argonistik yang
rendah dalam melawan, bahkan cenderung banyak menghindar. Invidu
yang aggressive dan mampu menguasai arena perkelahian (teritori) akan
memunculkan individu yang kuat (dominan) dan lemah (submissive/subordinat).




DAFTAR PUSTAKA
Amauri, 2007. Affects Trophic Poisoning With Methyl Mercury On The Appetitive
Elements Of The Agonistic Sequence In Fighting-Fish.London
Campbell, Reece dan Mitchell. 2003. Biologi Jilid 1. Erlangga: Jakarta.
Djuanda, T. 2002. Dunia Ikan. Armico: Bandung.
Dewantor, gema. 2001. Fekunditas Dan Produksi Larva pada ikan Cupang.
Kottelat, Whitten, J.A., Wirjoatmodjo, S. & Kartikasari.1996 dalam Yustina,
Arnentis dan Darmawati. 2003. Daya Tetas dan Laju Pertumbuhan Larva
Ikan Hias Betta splendens di Habitat Buatan. Jurnal Nature Indonesa.
Universitas Riau
Susanto, H. dan Lingga, P. 1997. Ikan Hias Air Tawar. Penebar Swadaya :
Jakarta.
Linke, H. 1994. Eksplorasi Ikan Cupang di Kalimantan. Trubus. No.297.
Agustus. hal. 86-89.

Anda mungkin juga menyukai