Anda di halaman 1dari 3

2.

1 Pengertian Konsentrasi Belajar


Di dalam suatu proses belajar, baik belajar formal seperti di dalam kelas maupun belajar non
formal seperti belajar berorganisasi dibutuhkan konsentrasi yang baik agar ilmu yang diserap dapat
maksimal. Tanpa konsentrasi, belajar dalam jangka waktu yang lama pun tidak akan memberikan
hasil yang baik karena dalam belajar tidak hanya dibutuhkan kuantitas, tetapi juga kualitas dalam
belajar. Konsentrasi adalah memusatkan perhatian pada hal yang sedang seseorang kerjakan.
Tabrani dkk. (1989:8) menambahkan definisi belajar dalam arti luas ialah proses perubahan
tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan, dan penilaian terhadap atau
mengenai sikap dan nilai-nilai, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai
bidang studi atau, lebih luas lagi, dalam berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang
terorganisasi. Belajar selalu menunjukkan suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang
berdasarkan praktek atau pengalaman tertentu.
Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa konsentrasi adalah proses memusatkan
perhatian untuk merubah tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan, dan
penilaian terhadap atau mengenai sikap dan nilai-nilai, pengetahuan dan kecakapan dasar yang
terdapat dalam berbagai bidang studi. Engkoswara dalam Tabrani (1989:10) menjelaskan klasifikasi
perilaku belajar yang dapat digunakan untuk mengetahui ciri-ciri siswa yang dapat berkonsentrasi
belajar sebagai berikut.
a. Perilaku kognitif, yaitu perilaku yang menyangkut masalah pengetahuan, informasi, dan masalah
kecakapan intelektual. Pada perilaku kognitif ini, siswa yang memiliki konsentrasi belajar dapat
ditengarai dengan: (1) kesiapan pengetahuan yang dapat segera muncul bila diperlukan, (2)
komprehensif dalam penafsiran informasi, (3) mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh, (4)
mampu mengadakan analisis dan sintesis pengetahuan yang diperoleh.
b. Perilaku afektif, yaitu perilaku yang berupa sikap dan apersepsi. Pada perilaku ini, siswa yang
memiliki konsentrasi belajar dapat ditengarai: (1) adanya penerimaan, yaitu tingkat perhatian
tertentu, (2) respon, yaitu keinginan untuk mereaksi bahan yang diajarkan, (3) mengemukakan suatu
pandangan atau keputusan sebagai integrasi dari suatu keyakinan, ide dan sikap seseorang.
c. Perilaku psikomotor. Pada perilaku ini, siswa yang memiliki konsentrasi belajar dapat ditengarai:
(1) adanya gerakan anggota badan yang tepat atau sesuai dengan petunjuk guru, (2) komunikasi non
verbal seperti ekspresi muka dan gerakan-gerakan yang penuh arti.
d. Perilaku berbahasa. Pada perilaku ini, siswa yang memiliki konsentrasi belajar dapat ditengarai
adanya aktivitas berbahasa yang terkoordinasi dengan baik dan benar.
Dari pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri siswa yang dapat berkonsentrasi
belajar tampak pada perhatiannya yang terfokus pada hal yang diterangkan guru atau pelajaran yang
sedang dipelajari.
2.4 Manfaat Sarapan pada Konsentrasi Belajar
Secara umum, laki-laki membutuhkan 2500 kalori per hari dan perempuan membutuhkan
2200 kalori per hari. Angka tersebut adalah angka rata-rata, namun untuk memenuhi kebutuhan
mahasiswa untuk berkonsentrasi penuh di kampus membutuhkan kalori yang lebih banyak, karena
aktivitas berpikir akan banyak menyerap tenaga. Kebutuhan kalori setiap manusia biasanya dipenuhi
dengan 20% berasal dari sarapan, makan siang dan makan malam 30%, dan sisanya snack.
Jika seorang mahasiswa tidak sarapan, maka dia kehilangan 20% atau sekitar 500 kalori yang
dibutuhkan untuk beraktivitas seperti biasa. Jika telah kekurangan tenaga, mahasiswa akan merasa
lemas di dalam kelas dan tidak dapat berkonsentrasi secara penuh, hal tersebut sangat merugikan
mahasiswa. Sarapan juga mempunyai manfaat lain, yaitu meningkatkan sistem imun, menjaga
kesehatan jantung, dan melatih disiplin mahasiswa.
Sarapan sangat bermanfaat untuk mahasiswa, karena sarapan bermanfaat sebagai sumber
energi untuk menjalani aktivitas sehari-hari.

Anda mungkin juga menyukai