Anda di halaman 1dari 14

1

Contoh soal tanya-jawab dalam rangka LLD


--------------------------------------------------------------------------------------------
1. Pertanyaan:
Inward remittance harus dilaporkan. Oleh karena BI juga menginginkan
status dari si pengirim dana (remitter) maka, sesuai anjuran BI, data
tersebut diperoleh melalui pihak yang menerima (beneficiary).
Masalah:
Nasabah yang bersangkutan tidak berada di bank saat transfer tersebut
sampai sehingga tidak dapat mengisi jawaban seperti tercantum dalam
formulir penerimaan (lampiran 5 dari Petunjuk Teknis). Pertanyaan kami
adalah apakah kami harus memanggil nasabah tersebut; kalau hanya satu
atau dua memungkinkan, tapi kalau ada banyak nasabah dan transaksi
dalam satu hari?
Jawaban:
Perlu ditegaskan bahwa formulir pada lampiran 5 petunjuk teknis hanya
dimaksudkan sebagai contoh untuk memberikan gambaran kepada bank
mengenai keterangan dan data yang harus dikumpulkan bank dari
nasabahnya, agar laporan mengenai kegiatan lalu lintas devisa yang akan
disampaikan bank kepada Bank Indonesia dapat memenuhi spesifikasi
yang telah ditetapkan (spesifikasi lihat petunjuk teknis halaman 13 dan
27). Sesuai dengan SE BI No.1/9/DSM tgl. 28 Desember 1999 tentang
Pelaporan Kegiatan Lalu Lintas Devisa oleh Bank, untuk pengumpulan
informasi tersebut bank memiliki waktu sampai dengan akhir bulan
berikutnya atau akhir masa penyampaian laporan. Dalam kaitan itu,
untuk mendapatkan informasi dari nasabah, bank dapat menggunakan
berbagai cara yang menurut bank paling efisien, dan bank harus dapat
mempertanggungjawabkan informasi yang diperoleh dari nasabah
tersebut apabila diperlukan dikemudian hari.
2. Pertanyaan:
Apabila nasabah menolak untuk memberi jawaban atas status dari
remitter (dan hal-hal lainnya) walaupun kami sebagai pihak Bank sudah
mengingatkan adanya keharusan untuk mengisi formulir tersebut
sehubungan dengan UU no.24, dan bersedia agar uang tersebut ditransfer
keluar kembali, maka apakah hal ini diperbolehkan?
2
Jawaban:
Sesuai dengan pasal 4 ayat 3 PBI No.1/9/PBI/1999 tgl. 28 Oktober 1999
tentang Pemantauan Kegiatan Lalu Lintas Devisa Bank dan Lembaga
Keuangan Non Bank, setiap nasabah yang melakukan kegiatan lalu
lintas devisa melalui bank wajib memberikan keterangan dan data
mengenai kegiatan lalu lintas devisa yang dilakukannya kepada bank
dimaksud. Ketentuan tersebut berlaku untuk seluruh bank yang
berkedudukan di Indonesia. Dengan demikian, semua bank diharuskan
mematuhi ketentuan sehingga nasabah yang akan memanfaatkan jasa
bank di dalam negeri harus memberikan keterangan dan data kepada
bank sesuai dengan ketentuan yang ada. Dapat kami tambahkan,
pengarahan atau pemberian pemahaman pada nasabah sangat penting
antara lain karena apabila bank tidak dapat melengkapi keterangan dan
data yang diperlukan, bank dapat dikenakan sanksi. Selain itu, dapat
kami informasikan bahwa pelaksanaan pelaporan semacam ini juga
dilakukan dibeberapa negara seperti Jerman, Belanda dan Malaysia.
3. Pertanyaan:
Apabila nasabah melakukan pengiriman sebesar USD 20,000 dengan
membaginya ke dalam empat transaksi pengiriman, yaitu masing-masing
USD 5000, maka apakah hal ini diperbolehkan?
Jawaban:
Penetapan threshold sebesar USD10.000 didasarkan pada pertimbangan
dari dua sisi. Dari sisi bank dimaksudkan agar dapat mengurangi beban
bank yaitu dengan tidak melaporkan transaksi yang bernilai kecil secara
terinci, sedangkan dari sisi Bank Indonesia dimaksudkan agar informasi
yang diperoleh dari sistem pelaporan tersebut cukup memadai atau tidak
banyak yang hilang. Efektifitas dari penetapan threshold tersebut akan
dievaluasi secara berkala sehingga jika diperlukan dapat ditinjau kembali.
Oleh karena itu, bank diharapkan dapat memberikan penjelasan atau
pengarahan kepada nasabah bahwa data individu nasabah tidak akan
disampaikan kepada Bank Indonesia. Data tersebut tetap berada di
masing-masing bank pelapor. Data-data yang disampaikan kepada Bank
Indonesia hanya secara agregat dan dalam bentuk sandi-sandi
sebagaimana dijelaskan dalam petunjuk teknis pelaporan bank. Dengan
demikian masyarakat/nasabah tidak perlu khawatir untuk memberikan
informasi mengenai kegiatan lalu lintas devisa yang dilakukannya.
3
4. Pertanyaan:
Apakah transfer gaji dari perusahaan (dari bank A) kepada para
karyawannya yang nomor-nomor rekening mereka di-pool di bank B,
maka apakah hal ini perlu dilaporkan? Apakah tidak ada masalah dengan
kerahasiaan bank.
Jawaban:
Untuk menjawab pertanyaan ini perlu terlebih dahulu kejelasan mengenai
status dari masing-masing pelaku transaksi (apakah penduduk atau bukan
penduduk). Selain itu, perlu adanya kejelasan mengenai apakah transaksi
tersebut berpengaruh terhadap posisi aset dan kewajiban finansial luar
negeri bank yang bersangkutan. Dalam hal, transfer gaji yang dilakukan
oleh perusahaan dalam negeri/bank A (dengan status penduduk) dalam
rupiah kepada karyawannya yang juga berstatus penduduk melalui
rekening karyawan dimaksud pada bank B (juga berstatus penduduk),
maka bank B tidak perlu melaporkan transaksi dimaksud karena tidak
mempengaruhi posisi kewajiban finansial luar negeri bank B.
Sementara itu, apabila transfer tersebut dilakukan kepada karyawan yang
berstatus bukan penduduk baik dalam rupiah maupun valuta asing, maka
bank penerima (bank B) wajib melaporkannya kepada Bank Indonesia,
karena transaksi tersebut berpengaruh pada posisi kewajiban finansial
luar negeri bank B. Dalam hal jumlah transfer per individu karyawan
dimaksud diatas USD 10.000 bank B harus melaporkannya secara terinci
per transaksi (per karyawan). Sebaliknya apabila jumlah transfer tersebut
USD 10.000 kebawah bank B melaporkan secara gabungan. Perlu
ditegaskan kembali bahwa data individu nasabah tidak perlu disampaikan
kepada Bank Indonesia. Data tersebut tetap berada di masing-masing
bank pelapor. Data-data yang disampaikan kepada Bank Indonesia hanya
secara agregat dan dalam bentuk sandi-sandi sebagaimana dijelaskan
dalam petunjuk teknis pelaporan bank.
5. Pertanyaan:
Apakah Bank Indonesia akan melakukan pengumuman resmi melalui
media (elektronik atau cetak) perihal Pelaporan Kegiatan Lalu Lintas
Devisa ini? Apabila ya, maka kapan BI akan memberitahukannya ke
masyarakat? Atau kebijaksanaan untuk melakukan sosialisasi kepada
nasabah tersebut terpulang sepenuhnya kepada masing-masing bank?
Kami khawatir apabila hal yang terakhir yang dipilih oleh BI.
4
Kekhawatiran kami menyangkut faktor waktu dan kepercayaan nasabah.
Apabila pada bulan Maret sudah akan dikumpul keterangan dari para
nasabah, sedangkan bank hanya memiliki waktu satu bulan lebih sedikit
(akhir Januari dan Februari) untuk memberikan pengertian (educate) para
nasabah tersebut (dengan catatan pula bahwa sistem kami masih jauh dari
tahap selesai), maka proses sosialisasi kepada nasabah tidaklah cukup.
Ditambah pula bila BI tidak membuat pengumuman resmi maka
kekhawatiran kami akan menjelma menjadi kepanikan para nasabah,
walaupun kami sudah berupaya untuk menjelaskan bahwa pelaporan ini
hanya untuk keperluan data statistik BI.
Jawaban:
Selama ini Bank Indonesia telah melakukan upaya untuk memberikan
pengertian kepada masyarakat akan pentingnya pelaporan kegiatan lalu
lintas devisa melalui program sosialisasi UU No.24 tahun 1999 tentang
Lalu Lintas Devisa dan Sistem Nilai Tukar, dan PBI No.1/9/PBI/1999
tentang Pemantauan Kegiatan Lalu Lintaas Devisa Bank dan LKNB.
Program sosialisasi tersebut telah dilakukan melalui siaran pers pada
media cetak dan elektronik, pertemuan dengan pengusaha dan pengurus
KADIN, seminar serta sosialisasi di beberapa Kantor Bank Indonesia di
daerah. Dengan dikeluarkannya SE BI No.1/9/DSM tgl. 28 Desember
1999 tentang Pelaporan Kegiatan Lalu Lintas Devisa oleh Bank, maka
untuk lebih meningkatkan kesadaran masyarakat akan adanya kewajiban
pelaporan tersebut, maka program sosialisasi akan terus dilanjutkan.
Program sosialisasi dimaksud akan dilakukan melalui media cetak dan
elektronik, penyebarluasan pamflet serta sosialisasi ke beberapa daerah di
Indonesia.
6. Pertanyaan :
Bagian TI kami secepatnya akan menghubungi TI Bank Indonesia yang
turut menangani sistem pelaporan ini. Mohon dapat diberitahukan kepada
kami mengenai waktu yang tepat untuk dapat menghubungi bagian TI BI
tersebut.
Jawaban :
TI Bank Indonesia siap membantu bank menyangkut sistem pelaporan
ini. Dalam hal ini TI bank dapat menghubungi Contact person di TI Bank
Indonesia yaitu Sdr. Prihantojo (telp. 381-7656/7661) dan Sdr. Nara Hiya
5
(telp. 381-7570) atau posko untuk pelaporan kegiatan lalu lintas devisa
BI nomor telp. 381-7040, 381-7041 dan 381-7088, fax. 386-6063.
7. Pertanyaan:
Apakah akan ada seminar atau briefing lebih lanjut dari BI tentang hal ini?
Kapan? Contoh langsung pengisian laporan dan lain-lain?
Jawaban:
Dalam waktu dekat Bank Indonesia merencanakan akan melakukan
training untuk para petugas pelaksana bank dengan materi pelatihan yang
mencakup penjelasan umum serta penjelasan teknis, termasuk tata cara
pelaporan secara elektronis.
8. Pertanyaan:
Cara pelaporan dengan sandi-sandi, apakah akan diberikan programnya?
Dengan cara on-line, apakah berarti langsung dapat akses ke programnya?
Jawaban:
Pada umumnya bank sudah memiliki fasilitas komputer dan program yang
telah dirancang sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Oleh karena itu,
untuk memenuhi pelaksanaan pelaporan kegiatan lalu lintas devisa bank
dapat memanfaatkan program yang sudah ada pada masing-masing bank
dengan melakukan penyesuaian sesuai spesifikasi yang diminta dalam
Petunjuk Teknis. Dengan demikian Bank Indonesia tidak akan
menyediakan program secara khusus bagi bank. Sementara itu,
penyampaian laporan dilakukan secara on-line dengan menggunakan
jaringan ekstranet. Maksudnya adalah data/informasi yang telah
dipersiapkan oleh bank dikirimkan secara elektronis melalui jaringan
ekstranet yang disediakan oleh Bank Indonesia.
9. Pertanyaan:
Pengisian Formulir Penerimaan atau Pembayaran, harus dicetak dalam
rangkap berapa ?
Warna kertas ? Carbonized ? Ukuran ?
Kebagian mana harus dikirimkan, alamat lengkapnya ?
6
Jawaban:
Pada prinsipnya Bank Indonsia tidak menentukan formulir yang akan
digunakan bank dalam memperoleh informasi mengenai kegiatan LLD.
Perlu ditegaskan bahwa formulir pada lampiran 5 petunjuk teknis hanya
dimaksudkan sebagai contoh untuk memberikan gambaran kepada bank
mengenai keterangan dan data yang harus dikumpulkan bank dari
nasabahnya, agar laporan mengenai kegiatan lalu lintas devisa yang akan
disampaikan bank kepada Bank Indonesia dapat memenuhi spesifikasi
yang telah ditetapkan.
Untuk itu bank dapat melakukan penyesuaian terhadap formulir aplikasi
yang selama ini digunakan bank apabila formulir tersebut masih belum
dapat memenuhi keperluan untuk pelaporan. Dapat ditambahkan bahwa
laporan yang disampaikan bank kepada Bank Indonesia adalah secara
agregat dalam bentuk sandi-sandi dan disampaikan secara elektronis
sebagaimana dijelaskan pada petunjuk teknis pelaporan bank.
10. Pertanyaan:
Status pelaku transaksi, bagaimana cara mengetahuinya ?
Apakah nama perorangan/badan yang berbau asing harus
membuktikannya mereka penduduk atau non penduduk ?
Jawaban:
Untuk inward remittance data mengenai status pelaku transaksi dapat
ditanyakan kepada penerima dana apabila pengirim dana tidak
mencantumkan statusnya. Sementara untuk outward remittance/outgoing
mengenai status pelaku transaksi dapat diketahui pada saat nasabah
mengajukan aplikasi transfer di bank.
Perorangan WNA disebut sebagai penduduk apabila yang bersangkutan
memiliki bukti izin menetap sementara seperti KIMS/KITAS (Kartu Izin
Menetap Sementara) di Indonesia sebagaimana dijelaskan dalam Petunjuk
Teknis halaman 3. Sebaliknya perorangan WNA yang tidak memenuhi
kriteria diatas disebut bukan penduduk. Sementara itu badan usaha disebut
sebagai penduduk apabila badan usaha dimaksud berbadan hukum
Indonesia termasuk kantor cabang badan usaha asing di Indonesia.
11. Pertanyaan:
Bagaimana dengan pemindahbukuan valuta asing antar penduduk di Bank
yang sama?
7
Apakah perlu dilaporkan ?
Jawaban:
Pemindah bukuan valuta asing antar penduduk di Bank yang sama tidak
perlu dilaporkan karena transaksi tersebut tidak mempengaruhi aset dan
kewajiban finansial luar negeri bank pelapor.
12. Pertanyaan:
Bagaimana perlakuan untuk monthly charges atau charges-charges
lainnya?
Sandinya ?
Jawaban:
Apabila nilai dari monthly charges atau charges-charges lainnya diatas
USD 10.000, maka bank harus melaporkan secara terinci per transaksi dan
harus dilengkapai dengan keterangan mengenai tujuan transaksi.
Sementara itu, apabila nilai transaksi dimaksud USD 10.000 kebawah,
maka bank dapat melaporkan transaksi dimaksud secara gabungan tanpa
perlu disertai dengan keterangan mengenai tujuan transaksi.
13. Pertanyaan:
Wesel ekspor uang diambil alih, jumlah yang akan dibayarkan oleh Bank
luar negeri akan ada perbedaan seperti adanya bank charges dll,
bagaimana perlakuannya ?
Jawaban:
Pencatatan atas transaksi wesel ekspor yang diambil alih adalah sebesar
nilai nominal dari wesel ekspor yang diambil alih tersebut dan selisih
antara nilai nominal dan nilai yang dibayarkan oleh bank luar negeri
dicatat sebagai pembayaran atas jasa bank luar negeri.
14. Pertanyaan:
Dengan adanya pelaporan ini, maka diperkirakan banyak calon pembeli
beralih membeli TC atau uang tunai valas lainnya ke money changer,
karena unsur kekhawatiran. Pedagang valuta asing tidak harus
melaporkan transaksinya.
8
Jawaban:
Pada dasarnya pelaporan kegiatan lalu lintas devisa tidak dimaksudkan
untuk melakukan kontrol devisa. Masyarakat tetap bebas menggunakan
dan memiliki devisa. Pelaporan kegiatan lalu lintas devisa tidak memiliki
kaitan dengan perpajakan atau lainnya yang dapat memberikan dampak
negatif bagi nasabah karena informasi yang diberikan semata-mata
ditujukan untuk penyusunan statistik Neraca Pembayaran Indonesia dan
Posisi Investasi Internasional Indonesia dalam rangka meningkatkan
efektifitas perumusan kebijakan moneter. Selain itu, nasabah tidak perlu
khawatir dalam menyediakan informasi kegiatan lalu lintas devisa kepada
bank, karena informasi yang menyangkut mengenai individu misalnya
nama nasabah dan identitias lainnya tetap berada di bank, sedangkan yang
disampaikan kepada Bank Indonesia hanyalah data global. Untuk
menghindari kekhawatiran nasabah, bank diharapkan dapat memberikan
penjelasan kepada nasabah sebagaimana dijelaskan diatas.
15. Pertanyaan:
Hal.3 butir II.A.1.(b). Perihal perhitungan ekuivalen USD, menggunakan
kurs tengah yang diumumkan oleh BI pada akhir bulan laporan
sebelumnya. Apakah yang dimaksud dengan kurs akhir bulan laporan
sebelumnya adalah kurs tengah pada bulan transaksi yang dikirim setiap
hari oleh BI? Atau BI akan mengumumkan kurs tengah setiap akhir
bulan?
Pada tanggal 3 Maret nasabah Bank 'R' menerima transfer sebesar JPY
100 juta. Untuk pembuatan laporan bulan Maret. Bagaimana cara
mengetahui/menghitung apakah transaksi tersebut ekivalen di atas USD
10.000, apakah kurs yang digunakan adalah kurs tengah pada hari
transaksi atau kurs tengah akhir bulan Februari?
Jawaban:
Dalam kaitan dengan pelaksanaan pelaporan kegiatan lalu lintas devisa,
Bank Indonesia tidak mengumumkan secara khusus kurs untuk pelaporan
dimaksud. Kurs yang digunakan adalah kurs tengah dari kurs harian Bank
Indonesia pada akhir bulan laporan sebelumnya.
9
16. Pertanyaan:
Hal. 9 butir (a.7) :
Apa saja yang dimaksud dengan aset finansial luar negeri lainnya. Apakah
jika Bank 'R' mempunyai penyertaan (deposit) di SWIFT dapat
dimasukkan dalam aset finansial luar negeri lainnya?
Jawaban:
Sebagaimana tercantum dalam SE BI, aset finansial luar negeri lainnya
adalah tagihan (claims) bank pelapor terhadap bukan penduduk selain aset
luar negeri yang telah disebutkan secara rinci di hal. 9 petunjuk teknis
pelaporan kegiatan lalu lintas devisa oleh bank.
Apabila Bank 'R' menanamkan dana pada perusahaan yang berstatus
penduduk, maka penanaman dana tersebut tidak diklasifikasikan sebagai
aset finansial luar negeri yang jenisnya sebagaimana tercantum dalam
petunjuk teknis pelaporan bank pada hal 9. Sebaliknya, apabila Bank 'R"
melakukan penyertaan modal pada perusahaan bukan penduduk (contoh
Saudara SWIFT) maka penyertaan modal tersebut diklasifikasikan sebagai
aset finansial luar negeri yaitu penyertaan pada bukan penduduk (sandi
jenis rekening 3H) dan apabila penanaman modal dilakukan dalam bentuk
deposit on call maka diklasifikasikan sebagai "simpanan di luar negeri"
(sandi jenis rekening 3D).
17. Pertanyaan:
Hal. 9 butir (b.3) :
Untuk kewajiban finansial luar negeri pinjaman jangka pendek (sandi 4E
dan 4F). Misalnya untuk surat berharga yang dijual secara repo (akan
dibeli kembali), dasar penghitungannya dari jangka waktu awal surat
berharga tersebut atau jangka waktu sisanya?
Jawaban:
Untuk surat berharga yang dijual secara repo (akan dibeli kembali),
penghitungannya adalah berdasarkan jangka waktu yang diperjanjikan
(contractual maturity).
10
18. Pertanyaan:
Hal. 5 butir (iii) dan hal. 17 contoh field (j) :
Bagaimana jika kami menerima incoming transfer dari luar negeri dengan
nilai di atas ekivalen USD 10.000, tetapi ditujukan untuk nasabah bank
lain. Bagaimana cara melengkapi field laporan transaksi? Apakah berarti
Bank 'R' harus bekerja sama dengan bank tersebut untuk memperoleh
data-data yang diperlukan?
Jawaban:
Untuk seluruh penerimaan dana (incoming transfer) dari luar negeri yang
diteruskan kepada nasabah bank lain melalui rekening bank lain tersebut
di luar negeri, maka field 'o' diisi dengan sandi '1906', sedangkan field
lainnya (seperti status dan kategori pelaku transaksi dan hubungan
keuangan antara pelaku transaksi) diisi dengan sandi dummy
sebagaimana halnya laporan untuk transaksi USD10.000 kebawah.
Sementara itu, jika incoming transfer (di atas USD 10.000) tersebut
diteruskan langsung ke bank lain tanpa melibatkan rekening bank lain di
luar negeri, maka bank 'R' berkewajiban menanyakan informasi kepada
bank lain untuk mengisi field-field yang ada.
19. Pertanyaan:
Hal. 21 penjelesan field (n) dan field (o) :
Untuk transaksi sampai dengan ekivalen USD 10.000 jika tujuan transaksi
berbeda, misalnya terdapat penerimaan sebesar Rp. 10 juta dari luar
negeri, diantaranya terdapat penerimaan dari TKI Rp. 5 juta, apakah
pelaporannya harus dipisah?
Jawaban:
Sebagaimana diatur dalam petunjuk teknis SE BI, transaksi USD10.000
kebawah dilaporkan secara gabungan menurut jenis valuta serta jenis aset
dan kewajiban finansial luar negeri bank pelapor.
Penerimaan TKI sebesar USD10.000 kebawah dilaporkan secara terpisah
dari transaksi USD10.000 kebawah lainnya.
Khusus untuk penerimaan TKI USD10.000 kebawah, field 'o' diisi dengan
sandi '1150'.
11
20. Pertanyaan:
Hal. 27 butir (B.2.2.) Tabel (4) :
Pada laporan posisi, pada saat pelaporan posisi awal mata uang asing dari
mana kita menentukan negara debitur/kreditur. Karena stok yang ada pada
kami mula-mula berasal dari RNB USA, kemudian kami jual beli dengan
nasabah/money changer, sehingga stok yang ada sekarang tidak lagi murni
berasal dari RNB USA. Apakah pada pelaporan awal negara
debitur/kreditur diisi dengan US? Apakah laporan ini juga dikelompokkan
per negara debitur/kreditur?
Jawaban:
Dalam pelaporan posisi awal mata uang asing, penentuan negara
debitur/kreditur dilakukan berdasarkan negara yang mengeluarkan mata
uang tersebut. Berdasarkan contoh Saudara maka negara debitur/kreditur
diisi dengan sandi 'US'.
Sedangkan laporan posisi aset dan kewajiban finansial luar negeri dirinci
menurut jenis rekening, negara debitur/kreditur serta jenis valuta (lihat
hal. 8 petunjuk teknis).
21. Pertanyaan:
Hal. 27 butir (B.2.2) Tabel 4 dan Hal.29 penjelasan field (k) :
Pada laporan posisi, terdapat kolom mutasi lainnya. Apakah contoh
mutasi lainnya? Jika melihat definisinya, kolom ini tidak berasal dari
transaksi?
Jawaban:
Sebagaimana terdapat pada petunjuk teknis hal. 10, mutasi lainnya adalah
mutasi (berkurang atau bertambahnya) nilai posisi untuk setiap jenis aset
atau kewajiban finansial luar negeri bank pelapor yang bukan disebabkan
oleh penerimaan dan atau pembayaran/pengiriman dana.
Contoh mutasi lainnya antara lain penghapusan utang (write off).
22. Pertanyaan:
Apakah jika terdapat laporan yang tidak lengkap dikarenakan pihak lain,
misalnya untuk contoh kasus pertanyaan no.3 jika nasabah/bank tersebut
belum memberikan data-data sebagaimana diperlukan, Bank 'R' tetap akan
dikenakan sanksi denda?
12
Jawaban:
Sesuai dengan pasal 4 ayat 3 PBI No.1/9/PBI/1999 tgl. 28 Oktober 1999
tentang Pemantauan Kegiatan Lalu Lintas Devisa Bank dan Lembaga
Keuangan Non Bank, setiap nasabah yang melakukan kegiatan lalu lintas
devisa melalui bank wajib memberikan keterangan dan data mengenai
kegiatan lalu lintas devisa yang dilakukannya kepada bank dimaksud.
Ketentuan tersebut berlaku untuk seluruh bank yang berkedudukan di
Indonesia. Dengan demikian, semua bank diharuskan mematuhi ketentuan
sehingga nasabah yang akan memanfaatkan jasa bank di dalam negeri
harus memberikan keterangan dan data kepada bank sesuai dengan
ketentuan yang ada. Dapat kami tambahkan, pengarahan atau pemberian
pemahaman pada nasabah sangat penting agar bank dapat memenuhi
ketentuan pelaporan sebagaimana diatur dalam peraturan tersebut.
23. Pertanyaan:
Hal. 27 butir (B.2.2) Tabel 4 dan hal.9 butir (a.2) :
Perihal pelaporan cek perjalanan. Apakah stok TC yang ada pada Bank R
dimasukkan dalam posisi awal cek perjalanan? Jika tidak, bagaimana cara
pelaporan (baik laporan transaksi maupun laporan posisi) untuk contoh
transaksi berikut :
Bank R menjual TC kepada X. X membayar TC tersebut dengan BN
valas. Lima hari kemudian Bank R membayar hasil penjualan TC tersebut
kepada penerbit TC dengan cara mendebet rekening giro luar negeri
Bank R.
Berapa record transaksi yang dipengaruhi? 3 (cek perjalanan, mata uang
asing dan rekening giro luar negeri) atau hanya 2 (tanpa cek perjalanan)
atau lainnya? Pada saat Bank R melakukan pembayaran kepada penerbit,
apakah harus mengurangi pos cek perjalanan?
Demikian juga jika Bank R membeli TC dari X secara tunai/non-tunai
apakah akan mendapatkan posisi cek perjalanan? Kemudian pada saat
Bank R telah mendapatkan pembayaran dari penerbit TC dengan cara
mengkredit rekening giro luar negeri Bank R, apakah posisi cek
perjalanan akan terpengaruh?
Karena untuk kedua contoh di atas secara perhitungan akuntansi pos-pos
tersebut saling berhubungan.
13
Jawaban:
Pada prinsipnya kegiatan lalu lintas devisa yang wajib dilaporkan oleh
bank adalah kegiatan yang telah efektif mempengaruhi posisi aset dan
atau kewajiban finansial luar negeri bank. Dalam kaitannya dengan contoh
jual beli TC yang Saudara kemukakan dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Pada saat penjualan TC dan menerima pembayaran dalam bentuk bank
notes, transaksi tersebut menyebabkan terjadinya perubahan baik pada
sisi aset (mata uang asing) maupun kewajiban bank pada bukan
penduduk (kewajiban luar negeri lainnya). Oleh karena itu transaksi
tersebut harus dilaporkan kepada Bank Indonesia sesuai dengan
rekening yang dipengaruhinya.
b. Pada saat pembayaran kepada penerbit TC dengan mendebet rekening
giro bank Saudara di luar negeri juga harus dilaporkan karena posisi
aset luar negeri (rekening giro di luar negeri) dan kewajiban luar negeri
(kewajiban lainnya) Saudara mengalami perubahan.
24. Pertanyaan:
Hal. 30 butir (II) dan hal. 22 butir (5) :
Perihal laporan koreksi, apakah dengan adanya laporan koreksi laporan
sebelumnya dianggap tidak ada? Atau cukup dengan mengganti field
yang akan dikoreksi tersebut?
Jawaban:
Laporan koreksi dilakukan dengan mengganti laporan yang disampaikan
sebelumnya walaupun koreksi tersebut hanya pada satu field
14

Anda mungkin juga menyukai