-------------------------------------------------------------------------------------------- 1. Pertanyaan: Inward remittance harus dilaporkan. Oleh karena BI juga menginginkan status dari si pengirim dana (remitter) maka, sesuai anjuran BI, data tersebut diperoleh melalui pihak yang menerima (beneficiary). Masalah: Nasabah yang bersangkutan tidak berada di bank saat transfer tersebut sampai sehingga tidak dapat mengisi jawaban seperti tercantum dalam formulir penerimaan (lampiran 5 dari Petunjuk Teknis). Pertanyaan kami adalah apakah kami harus memanggil nasabah tersebut; kalau hanya satu atau dua memungkinkan, tapi kalau ada banyak nasabah dan transaksi dalam satu hari? Jawaban: Perlu ditegaskan bahwa formulir pada lampiran 5 petunjuk teknis hanya dimaksudkan sebagai contoh untuk memberikan gambaran kepada bank mengenai keterangan dan data yang harus dikumpulkan bank dari nasabahnya, agar laporan mengenai kegiatan lalu lintas devisa yang akan disampaikan bank kepada Bank Indonesia dapat memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan (spesifikasi lihat petunjuk teknis halaman 13 dan 27). Sesuai dengan SE BI No.1/9/DSM tgl. 28 Desember 1999 tentang Pelaporan Kegiatan Lalu Lintas Devisa oleh Bank, untuk pengumpulan informasi tersebut bank memiliki waktu sampai dengan akhir bulan berikutnya atau akhir masa penyampaian laporan. Dalam kaitan itu, untuk mendapatkan informasi dari nasabah, bank dapat menggunakan berbagai cara yang menurut bank paling efisien, dan bank harus dapat mempertanggungjawabkan informasi yang diperoleh dari nasabah tersebut apabila diperlukan dikemudian hari. 2. Pertanyaan: Apabila nasabah menolak untuk memberi jawaban atas status dari remitter (dan hal-hal lainnya) walaupun kami sebagai pihak Bank sudah mengingatkan adanya keharusan untuk mengisi formulir tersebut sehubungan dengan UU no.24, dan bersedia agar uang tersebut ditransfer keluar kembali, maka apakah hal ini diperbolehkan? 2 Jawaban: Sesuai dengan pasal 4 ayat 3 PBI No.1/9/PBI/1999 tgl. 28 Oktober 1999 tentang Pemantauan Kegiatan Lalu Lintas Devisa Bank dan Lembaga Keuangan Non Bank, setiap nasabah yang melakukan kegiatan lalu lintas devisa melalui bank wajib memberikan keterangan dan data mengenai kegiatan lalu lintas devisa yang dilakukannya kepada bank dimaksud. Ketentuan tersebut berlaku untuk seluruh bank yang berkedudukan di Indonesia. Dengan demikian, semua bank diharuskan mematuhi ketentuan sehingga nasabah yang akan memanfaatkan jasa bank di dalam negeri harus memberikan keterangan dan data kepada bank sesuai dengan ketentuan yang ada. Dapat kami tambahkan, pengarahan atau pemberian pemahaman pada nasabah sangat penting antara lain karena apabila bank tidak dapat melengkapi keterangan dan data yang diperlukan, bank dapat dikenakan sanksi. Selain itu, dapat kami informasikan bahwa pelaksanaan pelaporan semacam ini juga dilakukan dibeberapa negara seperti Jerman, Belanda dan Malaysia. 3. Pertanyaan: Apabila nasabah melakukan pengiriman sebesar USD 20,000 dengan membaginya ke dalam empat transaksi pengiriman, yaitu masing-masing USD 5000, maka apakah hal ini diperbolehkan? Jawaban: Penetapan threshold sebesar USD10.000 didasarkan pada pertimbangan dari dua sisi. Dari sisi bank dimaksudkan agar dapat mengurangi beban bank yaitu dengan tidak melaporkan transaksi yang bernilai kecil secara terinci, sedangkan dari sisi Bank Indonesia dimaksudkan agar informasi yang diperoleh dari sistem pelaporan tersebut cukup memadai atau tidak banyak yang hilang. Efektifitas dari penetapan threshold tersebut akan dievaluasi secara berkala sehingga jika diperlukan dapat ditinjau kembali. Oleh karena itu, bank diharapkan dapat memberikan penjelasan atau pengarahan kepada nasabah bahwa data individu nasabah tidak akan disampaikan kepada Bank Indonesia. Data tersebut tetap berada di masing-masing bank pelapor. Data-data yang disampaikan kepada Bank Indonesia hanya secara agregat dan dalam bentuk sandi-sandi sebagaimana dijelaskan dalam petunjuk teknis pelaporan bank. Dengan demikian masyarakat/nasabah tidak perlu khawatir untuk memberikan informasi mengenai kegiatan lalu lintas devisa yang dilakukannya. 3 4. Pertanyaan: Apakah transfer gaji dari perusahaan (dari bank A) kepada para karyawannya yang nomor-nomor rekening mereka di-pool di bank B, maka apakah hal ini perlu dilaporkan? Apakah tidak ada masalah dengan kerahasiaan bank. Jawaban: Untuk menjawab pertanyaan ini perlu terlebih dahulu kejelasan mengenai status dari masing-masing pelaku transaksi (apakah penduduk atau bukan penduduk). Selain itu, perlu adanya kejelasan mengenai apakah transaksi tersebut berpengaruh terhadap posisi aset dan kewajiban finansial luar negeri bank yang bersangkutan. Dalam hal, transfer gaji yang dilakukan oleh perusahaan dalam negeri/bank A (dengan status penduduk) dalam rupiah kepada karyawannya yang juga berstatus penduduk melalui rekening karyawan dimaksud pada bank B (juga berstatus penduduk), maka bank B tidak perlu melaporkan transaksi dimaksud karena tidak mempengaruhi posisi kewajiban finansial luar negeri bank B. Sementara itu, apabila transfer tersebut dilakukan kepada karyawan yang berstatus bukan penduduk baik dalam rupiah maupun valuta asing, maka bank penerima (bank B) wajib melaporkannya kepada Bank Indonesia, karena transaksi tersebut berpengaruh pada posisi kewajiban finansial luar negeri bank B. Dalam hal jumlah transfer per individu karyawan dimaksud diatas USD 10.000 bank B harus melaporkannya secara terinci per transaksi (per karyawan). Sebaliknya apabila jumlah transfer tersebut USD 10.000 kebawah bank B melaporkan secara gabungan. Perlu ditegaskan kembali bahwa data individu nasabah tidak perlu disampaikan kepada Bank Indonesia. Data tersebut tetap berada di masing-masing bank pelapor. Data-data yang disampaikan kepada Bank Indonesia hanya secara agregat dan dalam bentuk sandi-sandi sebagaimana dijelaskan dalam petunjuk teknis pelaporan bank. 5. Pertanyaan: Apakah Bank Indonesia akan melakukan pengumuman resmi melalui media (elektronik atau cetak) perihal Pelaporan Kegiatan Lalu Lintas Devisa ini? Apabila ya, maka kapan BI akan memberitahukannya ke masyarakat? Atau kebijaksanaan untuk melakukan sosialisasi kepada nasabah tersebut terpulang sepenuhnya kepada masing-masing bank? Kami khawatir apabila hal yang terakhir yang dipilih oleh BI. 4 Kekhawatiran kami menyangkut faktor waktu dan kepercayaan nasabah. Apabila pada bulan Maret sudah akan dikumpul keterangan dari para nasabah, sedangkan bank hanya memiliki waktu satu bulan lebih sedikit (akhir Januari dan Februari) untuk memberikan pengertian (educate) para nasabah tersebut (dengan catatan pula bahwa sistem kami masih jauh dari tahap selesai), maka proses sosialisasi kepada nasabah tidaklah cukup. Ditambah pula bila BI tidak membuat pengumuman resmi maka kekhawatiran kami akan menjelma menjadi kepanikan para nasabah, walaupun kami sudah berupaya untuk menjelaskan bahwa pelaporan ini hanya untuk keperluan data statistik BI. Jawaban: Selama ini Bank Indonesia telah melakukan upaya untuk memberikan pengertian kepada masyarakat akan pentingnya pelaporan kegiatan lalu lintas devisa melalui program sosialisasi UU No.24 tahun 1999 tentang Lalu Lintas Devisa dan Sistem Nilai Tukar, dan PBI No.1/9/PBI/1999 tentang Pemantauan Kegiatan Lalu Lintaas Devisa Bank dan LKNB. Program sosialisasi tersebut telah dilakukan melalui siaran pers pada media cetak dan elektronik, pertemuan dengan pengusaha dan pengurus KADIN, seminar serta sosialisasi di beberapa Kantor Bank Indonesia di daerah. Dengan dikeluarkannya SE BI No.1/9/DSM tgl. 28 Desember 1999 tentang Pelaporan Kegiatan Lalu Lintas Devisa oleh Bank, maka untuk lebih meningkatkan kesadaran masyarakat akan adanya kewajiban pelaporan tersebut, maka program sosialisasi akan terus dilanjutkan. Program sosialisasi dimaksud akan dilakukan melalui media cetak dan elektronik, penyebarluasan pamflet serta sosialisasi ke beberapa daerah di Indonesia. 6. Pertanyaan : Bagian TI kami secepatnya akan menghubungi TI Bank Indonesia yang turut menangani sistem pelaporan ini. Mohon dapat diberitahukan kepada kami mengenai waktu yang tepat untuk dapat menghubungi bagian TI BI tersebut. Jawaban : TI Bank Indonesia siap membantu bank menyangkut sistem pelaporan ini. Dalam hal ini TI bank dapat menghubungi Contact person di TI Bank Indonesia yaitu Sdr. Prihantojo (telp. 381-7656/7661) dan Sdr. Nara Hiya 5 (telp. 381-7570) atau posko untuk pelaporan kegiatan lalu lintas devisa BI nomor telp. 381-7040, 381-7041 dan 381-7088, fax. 386-6063. 7. Pertanyaan: Apakah akan ada seminar atau briefing lebih lanjut dari BI tentang hal ini? Kapan? Contoh langsung pengisian laporan dan lain-lain? Jawaban: Dalam waktu dekat Bank Indonesia merencanakan akan melakukan training untuk para petugas pelaksana bank dengan materi pelatihan yang mencakup penjelasan umum serta penjelasan teknis, termasuk tata cara pelaporan secara elektronis. 8. Pertanyaan: Cara pelaporan dengan sandi-sandi, apakah akan diberikan programnya? Dengan cara on-line, apakah berarti langsung dapat akses ke programnya? Jawaban: Pada umumnya bank sudah memiliki fasilitas komputer dan program yang telah dirancang sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Oleh karena itu, untuk memenuhi pelaksanaan pelaporan kegiatan lalu lintas devisa bank dapat memanfaatkan program yang sudah ada pada masing-masing bank dengan melakukan penyesuaian sesuai spesifikasi yang diminta dalam Petunjuk Teknis. Dengan demikian Bank Indonesia tidak akan menyediakan program secara khusus bagi bank. Sementara itu, penyampaian laporan dilakukan secara on-line dengan menggunakan jaringan ekstranet. Maksudnya adalah data/informasi yang telah dipersiapkan oleh bank dikirimkan secara elektronis melalui jaringan ekstranet yang disediakan oleh Bank Indonesia. 9. Pertanyaan: Pengisian Formulir Penerimaan atau Pembayaran, harus dicetak dalam rangkap berapa ? Warna kertas ? Carbonized ? Ukuran ? Kebagian mana harus dikirimkan, alamat lengkapnya ? 6 Jawaban: Pada prinsipnya Bank Indonsia tidak menentukan formulir yang akan digunakan bank dalam memperoleh informasi mengenai kegiatan LLD. Perlu ditegaskan bahwa formulir pada lampiran 5 petunjuk teknis hanya dimaksudkan sebagai contoh untuk memberikan gambaran kepada bank mengenai keterangan dan data yang harus dikumpulkan bank dari nasabahnya, agar laporan mengenai kegiatan lalu lintas devisa yang akan disampaikan bank kepada Bank Indonesia dapat memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan. Untuk itu bank dapat melakukan penyesuaian terhadap formulir aplikasi yang selama ini digunakan bank apabila formulir tersebut masih belum dapat memenuhi keperluan untuk pelaporan. Dapat ditambahkan bahwa laporan yang disampaikan bank kepada Bank Indonesia adalah secara agregat dalam bentuk sandi-sandi dan disampaikan secara elektronis sebagaimana dijelaskan pada petunjuk teknis pelaporan bank. 10. Pertanyaan: Status pelaku transaksi, bagaimana cara mengetahuinya ? Apakah nama perorangan/badan yang berbau asing harus membuktikannya mereka penduduk atau non penduduk ? Jawaban: Untuk inward remittance data mengenai status pelaku transaksi dapat ditanyakan kepada penerima dana apabila pengirim dana tidak mencantumkan statusnya. Sementara untuk outward remittance/outgoing mengenai status pelaku transaksi dapat diketahui pada saat nasabah mengajukan aplikasi transfer di bank. Perorangan WNA disebut sebagai penduduk apabila yang bersangkutan memiliki bukti izin menetap sementara seperti KIMS/KITAS (Kartu Izin Menetap Sementara) di Indonesia sebagaimana dijelaskan dalam Petunjuk Teknis halaman 3. Sebaliknya perorangan WNA yang tidak memenuhi kriteria diatas disebut bukan penduduk. Sementara itu badan usaha disebut sebagai penduduk apabila badan usaha dimaksud berbadan hukum Indonesia termasuk kantor cabang badan usaha asing di Indonesia. 11. Pertanyaan: Bagaimana dengan pemindahbukuan valuta asing antar penduduk di Bank yang sama? 7 Apakah perlu dilaporkan ? Jawaban: Pemindah bukuan valuta asing antar penduduk di Bank yang sama tidak perlu dilaporkan karena transaksi tersebut tidak mempengaruhi aset dan kewajiban finansial luar negeri bank pelapor. 12. Pertanyaan: Bagaimana perlakuan untuk monthly charges atau charges-charges lainnya? Sandinya ? Jawaban: Apabila nilai dari monthly charges atau charges-charges lainnya diatas USD 10.000, maka bank harus melaporkan secara terinci per transaksi dan harus dilengkapai dengan keterangan mengenai tujuan transaksi. Sementara itu, apabila nilai transaksi dimaksud USD 10.000 kebawah, maka bank dapat melaporkan transaksi dimaksud secara gabungan tanpa perlu disertai dengan keterangan mengenai tujuan transaksi. 13. Pertanyaan: Wesel ekspor uang diambil alih, jumlah yang akan dibayarkan oleh Bank luar negeri akan ada perbedaan seperti adanya bank charges dll, bagaimana perlakuannya ? Jawaban: Pencatatan atas transaksi wesel ekspor yang diambil alih adalah sebesar nilai nominal dari wesel ekspor yang diambil alih tersebut dan selisih antara nilai nominal dan nilai yang dibayarkan oleh bank luar negeri dicatat sebagai pembayaran atas jasa bank luar negeri. 14. Pertanyaan: Dengan adanya pelaporan ini, maka diperkirakan banyak calon pembeli beralih membeli TC atau uang tunai valas lainnya ke money changer, karena unsur kekhawatiran. Pedagang valuta asing tidak harus melaporkan transaksinya. 8 Jawaban: Pada dasarnya pelaporan kegiatan lalu lintas devisa tidak dimaksudkan untuk melakukan kontrol devisa. Masyarakat tetap bebas menggunakan dan memiliki devisa. Pelaporan kegiatan lalu lintas devisa tidak memiliki kaitan dengan perpajakan atau lainnya yang dapat memberikan dampak negatif bagi nasabah karena informasi yang diberikan semata-mata ditujukan untuk penyusunan statistik Neraca Pembayaran Indonesia dan Posisi Investasi Internasional Indonesia dalam rangka meningkatkan efektifitas perumusan kebijakan moneter. Selain itu, nasabah tidak perlu khawatir dalam menyediakan informasi kegiatan lalu lintas devisa kepada bank, karena informasi yang menyangkut mengenai individu misalnya nama nasabah dan identitias lainnya tetap berada di bank, sedangkan yang disampaikan kepada Bank Indonesia hanyalah data global. Untuk menghindari kekhawatiran nasabah, bank diharapkan dapat memberikan penjelasan kepada nasabah sebagaimana dijelaskan diatas. 15. Pertanyaan: Hal.3 butir II.A.1.(b). Perihal perhitungan ekuivalen USD, menggunakan kurs tengah yang diumumkan oleh BI pada akhir bulan laporan sebelumnya. Apakah yang dimaksud dengan kurs akhir bulan laporan sebelumnya adalah kurs tengah pada bulan transaksi yang dikirim setiap hari oleh BI? Atau BI akan mengumumkan kurs tengah setiap akhir bulan? Pada tanggal 3 Maret nasabah Bank 'R' menerima transfer sebesar JPY 100 juta. Untuk pembuatan laporan bulan Maret. Bagaimana cara mengetahui/menghitung apakah transaksi tersebut ekivalen di atas USD 10.000, apakah kurs yang digunakan adalah kurs tengah pada hari transaksi atau kurs tengah akhir bulan Februari? Jawaban: Dalam kaitan dengan pelaksanaan pelaporan kegiatan lalu lintas devisa, Bank Indonesia tidak mengumumkan secara khusus kurs untuk pelaporan dimaksud. Kurs yang digunakan adalah kurs tengah dari kurs harian Bank Indonesia pada akhir bulan laporan sebelumnya. 9 16. Pertanyaan: Hal. 9 butir (a.7) : Apa saja yang dimaksud dengan aset finansial luar negeri lainnya. Apakah jika Bank 'R' mempunyai penyertaan (deposit) di SWIFT dapat dimasukkan dalam aset finansial luar negeri lainnya? Jawaban: Sebagaimana tercantum dalam SE BI, aset finansial luar negeri lainnya adalah tagihan (claims) bank pelapor terhadap bukan penduduk selain aset luar negeri yang telah disebutkan secara rinci di hal. 9 petunjuk teknis pelaporan kegiatan lalu lintas devisa oleh bank. Apabila Bank 'R' menanamkan dana pada perusahaan yang berstatus penduduk, maka penanaman dana tersebut tidak diklasifikasikan sebagai aset finansial luar negeri yang jenisnya sebagaimana tercantum dalam petunjuk teknis pelaporan bank pada hal 9. Sebaliknya, apabila Bank 'R" melakukan penyertaan modal pada perusahaan bukan penduduk (contoh Saudara SWIFT) maka penyertaan modal tersebut diklasifikasikan sebagai aset finansial luar negeri yaitu penyertaan pada bukan penduduk (sandi jenis rekening 3H) dan apabila penanaman modal dilakukan dalam bentuk deposit on call maka diklasifikasikan sebagai "simpanan di luar negeri" (sandi jenis rekening 3D). 17. Pertanyaan: Hal. 9 butir (b.3) : Untuk kewajiban finansial luar negeri pinjaman jangka pendek (sandi 4E dan 4F). Misalnya untuk surat berharga yang dijual secara repo (akan dibeli kembali), dasar penghitungannya dari jangka waktu awal surat berharga tersebut atau jangka waktu sisanya? Jawaban: Untuk surat berharga yang dijual secara repo (akan dibeli kembali), penghitungannya adalah berdasarkan jangka waktu yang diperjanjikan (contractual maturity). 10 18. Pertanyaan: Hal. 5 butir (iii) dan hal. 17 contoh field (j) : Bagaimana jika kami menerima incoming transfer dari luar negeri dengan nilai di atas ekivalen USD 10.000, tetapi ditujukan untuk nasabah bank lain. Bagaimana cara melengkapi field laporan transaksi? Apakah berarti Bank 'R' harus bekerja sama dengan bank tersebut untuk memperoleh data-data yang diperlukan? Jawaban: Untuk seluruh penerimaan dana (incoming transfer) dari luar negeri yang diteruskan kepada nasabah bank lain melalui rekening bank lain tersebut di luar negeri, maka field 'o' diisi dengan sandi '1906', sedangkan field lainnya (seperti status dan kategori pelaku transaksi dan hubungan keuangan antara pelaku transaksi) diisi dengan sandi dummy sebagaimana halnya laporan untuk transaksi USD10.000 kebawah. Sementara itu, jika incoming transfer (di atas USD 10.000) tersebut diteruskan langsung ke bank lain tanpa melibatkan rekening bank lain di luar negeri, maka bank 'R' berkewajiban menanyakan informasi kepada bank lain untuk mengisi field-field yang ada. 19. Pertanyaan: Hal. 21 penjelesan field (n) dan field (o) : Untuk transaksi sampai dengan ekivalen USD 10.000 jika tujuan transaksi berbeda, misalnya terdapat penerimaan sebesar Rp. 10 juta dari luar negeri, diantaranya terdapat penerimaan dari TKI Rp. 5 juta, apakah pelaporannya harus dipisah? Jawaban: Sebagaimana diatur dalam petunjuk teknis SE BI, transaksi USD10.000 kebawah dilaporkan secara gabungan menurut jenis valuta serta jenis aset dan kewajiban finansial luar negeri bank pelapor. Penerimaan TKI sebesar USD10.000 kebawah dilaporkan secara terpisah dari transaksi USD10.000 kebawah lainnya. Khusus untuk penerimaan TKI USD10.000 kebawah, field 'o' diisi dengan sandi '1150'. 11 20. Pertanyaan: Hal. 27 butir (B.2.2.) Tabel (4) : Pada laporan posisi, pada saat pelaporan posisi awal mata uang asing dari mana kita menentukan negara debitur/kreditur. Karena stok yang ada pada kami mula-mula berasal dari RNB USA, kemudian kami jual beli dengan nasabah/money changer, sehingga stok yang ada sekarang tidak lagi murni berasal dari RNB USA. Apakah pada pelaporan awal negara debitur/kreditur diisi dengan US? Apakah laporan ini juga dikelompokkan per negara debitur/kreditur? Jawaban: Dalam pelaporan posisi awal mata uang asing, penentuan negara debitur/kreditur dilakukan berdasarkan negara yang mengeluarkan mata uang tersebut. Berdasarkan contoh Saudara maka negara debitur/kreditur diisi dengan sandi 'US'. Sedangkan laporan posisi aset dan kewajiban finansial luar negeri dirinci menurut jenis rekening, negara debitur/kreditur serta jenis valuta (lihat hal. 8 petunjuk teknis). 21. Pertanyaan: Hal. 27 butir (B.2.2) Tabel 4 dan Hal.29 penjelasan field (k) : Pada laporan posisi, terdapat kolom mutasi lainnya. Apakah contoh mutasi lainnya? Jika melihat definisinya, kolom ini tidak berasal dari transaksi? Jawaban: Sebagaimana terdapat pada petunjuk teknis hal. 10, mutasi lainnya adalah mutasi (berkurang atau bertambahnya) nilai posisi untuk setiap jenis aset atau kewajiban finansial luar negeri bank pelapor yang bukan disebabkan oleh penerimaan dan atau pembayaran/pengiriman dana. Contoh mutasi lainnya antara lain penghapusan utang (write off). 22. Pertanyaan: Apakah jika terdapat laporan yang tidak lengkap dikarenakan pihak lain, misalnya untuk contoh kasus pertanyaan no.3 jika nasabah/bank tersebut belum memberikan data-data sebagaimana diperlukan, Bank 'R' tetap akan dikenakan sanksi denda? 12 Jawaban: Sesuai dengan pasal 4 ayat 3 PBI No.1/9/PBI/1999 tgl. 28 Oktober 1999 tentang Pemantauan Kegiatan Lalu Lintas Devisa Bank dan Lembaga Keuangan Non Bank, setiap nasabah yang melakukan kegiatan lalu lintas devisa melalui bank wajib memberikan keterangan dan data mengenai kegiatan lalu lintas devisa yang dilakukannya kepada bank dimaksud. Ketentuan tersebut berlaku untuk seluruh bank yang berkedudukan di Indonesia. Dengan demikian, semua bank diharuskan mematuhi ketentuan sehingga nasabah yang akan memanfaatkan jasa bank di dalam negeri harus memberikan keterangan dan data kepada bank sesuai dengan ketentuan yang ada. Dapat kami tambahkan, pengarahan atau pemberian pemahaman pada nasabah sangat penting agar bank dapat memenuhi ketentuan pelaporan sebagaimana diatur dalam peraturan tersebut. 23. Pertanyaan: Hal. 27 butir (B.2.2) Tabel 4 dan hal.9 butir (a.2) : Perihal pelaporan cek perjalanan. Apakah stok TC yang ada pada Bank R dimasukkan dalam posisi awal cek perjalanan? Jika tidak, bagaimana cara pelaporan (baik laporan transaksi maupun laporan posisi) untuk contoh transaksi berikut : Bank R menjual TC kepada X. X membayar TC tersebut dengan BN valas. Lima hari kemudian Bank R membayar hasil penjualan TC tersebut kepada penerbit TC dengan cara mendebet rekening giro luar negeri Bank R. Berapa record transaksi yang dipengaruhi? 3 (cek perjalanan, mata uang asing dan rekening giro luar negeri) atau hanya 2 (tanpa cek perjalanan) atau lainnya? Pada saat Bank R melakukan pembayaran kepada penerbit, apakah harus mengurangi pos cek perjalanan? Demikian juga jika Bank R membeli TC dari X secara tunai/non-tunai apakah akan mendapatkan posisi cek perjalanan? Kemudian pada saat Bank R telah mendapatkan pembayaran dari penerbit TC dengan cara mengkredit rekening giro luar negeri Bank R, apakah posisi cek perjalanan akan terpengaruh? Karena untuk kedua contoh di atas secara perhitungan akuntansi pos-pos tersebut saling berhubungan. 13 Jawaban: Pada prinsipnya kegiatan lalu lintas devisa yang wajib dilaporkan oleh bank adalah kegiatan yang telah efektif mempengaruhi posisi aset dan atau kewajiban finansial luar negeri bank. Dalam kaitannya dengan contoh jual beli TC yang Saudara kemukakan dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Pada saat penjualan TC dan menerima pembayaran dalam bentuk bank notes, transaksi tersebut menyebabkan terjadinya perubahan baik pada sisi aset (mata uang asing) maupun kewajiban bank pada bukan penduduk (kewajiban luar negeri lainnya). Oleh karena itu transaksi tersebut harus dilaporkan kepada Bank Indonesia sesuai dengan rekening yang dipengaruhinya. b. Pada saat pembayaran kepada penerbit TC dengan mendebet rekening giro bank Saudara di luar negeri juga harus dilaporkan karena posisi aset luar negeri (rekening giro di luar negeri) dan kewajiban luar negeri (kewajiban lainnya) Saudara mengalami perubahan. 24. Pertanyaan: Hal. 30 butir (II) dan hal. 22 butir (5) : Perihal laporan koreksi, apakah dengan adanya laporan koreksi laporan sebelumnya dianggap tidak ada? Atau cukup dengan mengganti field yang akan dikoreksi tersebut? Jawaban: Laporan koreksi dilakukan dengan mengganti laporan yang disampaikan sebelumnya walaupun koreksi tersebut hanya pada satu field 14