Anda di halaman 1dari 5

ASMAUL HUSNA

Pengertian Asmaul Husna


Kata () al-asma adalah bentuk jamak dari kata () al-ism yang biasa
diterjemahkan dengan nama. Ia berakar dari kata () as-sumuw yang berarti
ketinggian, atau () as-simah yang berarti tanda. Memang nama merupakan tanda
bagi sesuatu, sekaligus harus dijunjung tinggi.
Apakah nama sama dengan yang dinamai atau tidak, di sini diuraikan perbedaan
pendapat ulama yang berkepanjangan, melelahkan dan menyita energy itu. Namun yang
jelas bahwa Allah memiliki apa yang dinamai-Nya sendiri dengan al-asma dan bahwa al-
asma itu bersifat husna.
Kata () al-husna adalah bentuk muannast/feminim dari kata ()ahsan yang
berarti terbaik. Penyifatan nama-nama Allah dengan kata yang berbentuk superlative
ini, menunjukkan bahwa nama-nama Allah dengan kata yang berbentuk superlative ini,
menunjukkan bahwa nama-nama tersebut bukan saja, tetapi juga yang terbaik
dibandingkan dengan yang lainnya, yang dapat disandang-Nya atau baik hanya untuk
selain-Nya saja, tapi tidak baik untuk-Nya. Sifat Pengasih misalnya adalah baik.
Ia dapat disandang oleh makhluk/manusia, tetapi karena asma al-husna (nama-nama yang
terbaik) hanya milik Allah, maka pastilah sifat kasih-Nya melebihi sifat kasih
makhluk, baik dalam kapasitas kasih maupun substansinya. Di sisi lain sifat
pemberani, merupakan sifat yang baik disandang oleh manusia, namun sifat ini tidak
wajar disandang Allah, karena keberanian mengandung kaitan dalam substansinya dengan
jasmani dan mental, sehingga tidak mungkin disandangkan kepada-Nya. Ini berbda
dengan sifat kasih, pemurah, adil dan sebagainya. Contoh lain adalah anak cucu.
Kesempurnaan manusia adalah jika ia memiliki keturunan, tetapi sifat kesempurnaan
manusia ini, tidak mungkin pula disandang-Nya karena ini mengakibatkan adanya unsur
kesamaan Tuhan dengan yang lain, di samping menunnjukkan kebutuhan, sedang hal
tersebut mustahil bagi-Nya.

Bukti Kebenaran Sifat Allah
Kita sebagai umat muslim sudah sepatutnya tahu dan faham akan nama-nama Allah
Azza wa Jalla yang berjumlah 99 yang terlampir dalam Asma u al-Husna. Dan nama-
nama Allah Azza wa Jallah tersebut bukan hanya sekedar pengertian atau wacana agama
Islam itu sendiri melainkan itu memang gambaran dari sifat-sifat Allah Azza wa
Jalla yang sangat amat sempurna dan terbukti kebenarannya sampai-sampai para ulama
mengatakan bahwa dengan Asma u al-Husna saja tidak cukup untuk menggambarkan
Keagungan dan Kesempurnaan Allah Azza wa Jalla sebagai pencipta alam semesta ini
begitu pula alam Akhirat yang tidak diragukan lagi keberadaannya kecuali oleh orang-
orang yang tidak berakal.
Adapun di sini akan dijelaskan mengenai 5 bukti dari sekian banyak bukti dari
nama Allah Azza wa Jalla, yaitu Al-Adlu (Maha Adil). Dan bukti-bukti tersebut juga
menguatkan akan kebenaran agama Islam sebagai agama Rahmatan li al-Alamin yang
dibawa oleh nabi yang bergelar al-Amin. Dan 5 bukti tersebut adalah:
(Pertama). Adalah dalam hal niat yang merupakan penentu dari arah amalan-amalan yang
kita perbuat karena niat tersebut berfungsi sebagai lentera atau cahaya yang akan
menuntun dan menerangi perjalanan seorang hamba dalam bertemu Allah Azza wa Jalla.
Jika lentera tersebut memancar dengan terang, maka menjadi teranglah perjalanannya
dalam bertemu Allah Azza wa Jalla. Sebaliknya, jika cahaya lentera tersebut redup,
maka menjadi redup pulalah jalan yang akan dilalui oleh seorang hamba untuk bisa
bertemu dengan Allah Jalla Yang Maha Pencipta dan Maha Mengadakan lagi Maha
Pembentuk. Sebagaimana disebutkan dalam hadist Rasulullah saw : Sesungguhnya setiap
amalan hanyalah tergantung dengan niat-niatnya dan setiap orang hanya akan
mendapatkan apa yang dia niatkan, maka barangsiapa yang hijrahnya kepada Allah dan
RasulNya maka hijrahnya kepada Allah dan RasulNya dan barangsiapa yang hijrahnya
karena dunia yang hendak dia raih atau karena wanita yang hendak dia nikahi maka
hijrahnya kepada apa yang dia hijrah kepadanya. (HR. Bukhary-Muslim dari Umar bin
Khoththob radhiallahu anhu).
(Kedua). Adalah dalam hal perbuatan yang tentunya tidak terlepas dari catatan Allah
Azza wa Jalla lewat dua malaikat-Nya (Rakib Atid) yang senantiasa menemani kita
di setiap langkah kita, apapun dan bagaimanapun bentuknya. Lalu dari segi manakah
kiranya bukti akan sifat Allah Azza wa Jalla yang Maha Adil ? Coba kita perhatikan
dengan seksama firman Allah Azza wa Jalla dan hadist Rasulullah berikut ini
:Barang siapa berbuat kebaikan mendapat sepuluh kali lipat amalnya.. Dan barang
siapa berbuat kejahatan dibalas seimbang dengan kejahatannya. Mereka sedikit pun
tidak dirugikan (dizalimi). (al-Anam: 160).
(Ketiga). Adalah dalam hal keutamaan kaum hawa dalam berbakti kepada suaminya yang
merupakan kewajiban sebagai seorang istri, sebagaimana sabda Rasulullah saw
:perkara yang pertama kali ditanyakan kepada seorang wanita pada hari kiamat nanti,
adalah mengenai sholat lima waktu dan ketaatannya terhadap suami. (HR.Ibnu Hibbab
dari Abu Hurairah)
Jadi berikut adalah bentuk keadilan Allah terhadap kaum wanita yang mungkin
tidak dapat melakukan sebagian pekerjaan mulia yang dapat dikerjakan oleh kaum
lelaki, tetapi dengan wujud keadilah Allah Yang Maha Adil kaum wanita memiliki porsi
pahala yang sama besarnya dengan kaum lelaki meskipun dengan amalan-amalan yang
berbeda seperti amalan-amalan yang telah Rasulullah saw wasiatkan kepada putrinya
Fathimah az-Zahra dan seluruh kaum wanita diwaktu itu dan sesudahnya. Bukti lain
adalah ketika para mujahid berjihad melawan musuh dan gugur, maka dia mati syahid.
Begitu pula dengan perempuan yang berjihad melahirkan anaknya yang rasanya seperti
antara hidup dan mati kemudian dia meninggal seketika itu atau setelah ia melahirkan
makan dia bisa dikatakan mati syahid tanpa harus terjun ke medan perang. Wallahu
Alam.
(Keempat). Adalah dalam hal warisan yang memberikan porsi lebih banyak kepada lelaki
daripada perempuan yaitu bagian laki-laki dua kali bagian perempuan sebagaiman
firman Allah SWT: Allah mensyariatkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk)
anak-anakmu. yaitu : bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagian dua orang anak
perempua..(an-Nisa : 11).
Bukti akan kebenaran sifat Allah SWT Yang Maha Adil di sini adalah bahwasanya
Allah SWT melebihkan bagian lelaki atas wanita dalam hal warisan, karena
kenyataannya lelakilah yang oleh syariat dibebankan tanggung jawab untuk memberi
nafkah keluarga dan membebaskan perempuan dari kewajiban tersebut meskipun perempuan
boleh saja ikut mencari nafkah. Para laki-laki juga diwajibkan oleh ajaran Islam
untuk mengeluarkan mas kawin untuk diberikan kepada istrinya sebagai cerminan cinta
kasih sayangnya ketika keduanya menikah, sedangkan perempuan tidak dibebani apa-apa.
(Kelima). Selanjutnya adalah mengenai keutamaan bulan Ramadhan. Bulan, dimana Al-
Qur`an diturunkan, bulan yang penuh berkah dengan pelipat gandaan pahala sebuah
amalan, bulan yang penuh pengampunan. Bulan, dimana pintu surga dibuka lebar-lebar
dan pintu neraka ditutup rapat-rapat, dan bulan di mana para syaitan dibelenggu
dari menggoda manusia. Sebagaimana sabda Rasulullah saw : Jika Bulan Ramadhan telah
tiba, maka (pintu) surga dibuka lebar-lebar, (pintu) neraka ditutup rapat-rapat, dan
para syetan dibelenggu.( HR. Muslim)
Dan bukti yang menunjukkan Allah Maha Adil di sini adalah mengenai pelipat
gandaan pahala sebuah amalan terutama pada malam Lailatul Qadar, yaitu satu malam
kemuliaan yang lebih baik daripada seribu bulan, sebagaimana yang terlampira dalam
al-Quran: Sesungguhnya kami Telah menurunkannya (Al Quran) pada malam
kemuliaan.# Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?# Malam kemuliaan itu
lebih baik dari seribu bulan.# Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat
Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan.# Malam itu (penuh)
kesejahteraan sampai terbit fajar. (al-Qadr : 1-5)

Hadits Mengenai Asmaul Husna


Hanya milik Allah asmaa-ul husna, Maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-
ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam
(menyebut) nama-nama-Nya. nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang Telah
mereka kerjakan. (al-Araf:180)

Keyakinan bahwa Allah memiliki nama-nama yang indah adalah bagian dari iman kepada
Allah swt. Ayat 180 dari surat al-Araf di atas menegaskan aqidah asma ini.
Ketidakimanan kepada adanya nama-nama bagi Allah merupakan penyimpangan (ilhad) dari
nash al-Quran dan Sunnah.
Di antara penyimpangan terhadap nama-nama Allah adalah penolakan adanya nama bagi
Allah, sebagaimana diyakini oleh kaum jahmiyyah. Atau meyakini adanya nama Allah
tetapi nama ini tidak mengandung makna sifat, sebagaimana diyakini oleh kaum
mutazilah (rasionalis Islam). Dan bahkan ada yang menjadikan beberapa asma Allah
sebagai mantera untuk syirik.
Dalam masalah asma ada beberapa kaidah yang harus dipegang.
Pertama; Nama Allah semuanya adalah indah. Maknanya, nama-nama Allah semuanya berada
dalam puncak keindahan, sebab mengandung makna sifat yang sempurna, tidak ada
kekurangan sedikit pun. Sebagai contoh Allah bernama ar-Rahman, yaitu Allah maha
pengasih yang luas, mengasihi orang mukmin atau pun kafir.
Kedua; nama-nama Allah harus ditetapkan berdasarkan kepada dalil, bukan dengan akal.
Sebab iman kepada nama Allah termasuk ke dalam iman kepada Allah. Dalam masalah ini
tidak mungkin akal bisa mengetahuinya tanpa dalil syara.
Ketiga; Nama-nama Allah seluruhnya menunjukkan dan sifat yang terkandung di dalam
maknanya, serta pengaruh yang ditimbulkannya jika sifat itu bersifat mutaaddi
(memiliki obyek).
Keempat; Nama-nama Allah tidak terbatas pada jumlah tertentu.

Jumlah nama Allah
Pada umumnya kaum muslimin beranggapan bahwa jumlah al-asma ul-husna ada 99 nama.
Anggapan ini didasarkan kepada hadis nabi


Sesunguhnya Allah memiliki 99 nama, seratus kurang satu, barangsiapa menghafalnya ia
akan masuk ke dalam sorga (al-Bukhari dan Muslim)
Anggapan bahwa nama Allah ada 99 ini dikuatkan lagi dengan hadis yang diriwayatkan
oleh Imam at-Tirmidzi, yang menyebutkan rincian nama-nama


.
Sesunguhnya Allah memiliki 99 nama, seratus kurang satu, barangsiapa menghafalnya ia
akan masuk ke dalam sorga, Dialah Allah yang tiada ilah selain dari Dia, arrahman
(Maha Pengasih), ar-rahim (Maha Penyayang) , al-warits (yang Maha Mewarisi) ar-
Rasyid (Yang Maha Menunjukkan) ash-Shabur (Yang Maha sabar) (HR at-Tirmidzi)
Di dalam hadis at-Tirmidzi tersebut disebutkan sebanyak 99 nama yang dianggap
sebagai nama-nama Allah. Dimulai dari ar-Rahman hingga ash-Shabur. Nama-nama itu
demikian kuat diyakini umat Islam, hingga dihafal, diadakan majelis untuk menghafal,
disusun buku, bahkan disusun fadlilah asmaul husna.
Sebagaimana kaidah keempat di atas, pemahaman terhadap hadis tersebut, dengan
membatasi jumlah nama Allah 99 adalah tidak benar. Imam an-Nawawi, di dalam Syarh
Shahih Muslim, ketika menjelaskan hadis di atas mengatakan; Sesungguhnya hadis ini
tidak membatasi nama-nama Allah. Makna hadis ini bukannya Allah tidak memiliki nama
selain dari 99. Yang dimaksudkan adalah orang yang bisa menghafal 99 nama ia akan
masuk ke dalam sorga. Hadis ini memberitakan bahwa orang yang hafal 99 nama akan
masuk ke dalam sorga, bukannya membatasi nama Allah dengan angka 99 saja.
Imam at-Tirmidzi sendiri, setelah menyebutkan hadis tersebut mengatakan, Ini adalah
hadis gharib, yang telah diceritakan kepada kami dari Shafwan bin Shalih oleh
beberapa orang. Kami tidak mengenal hadis ini kecuali dari Shafwan, dan dia dinilai
tsiqah oleh ahlul hadis.
Apa yang disampaikan at-Tirmidzi maksudnya adalah hadis yang paling shahih yang
menyebutkan nama-nama adalah hadis dengan sanad ini. Sanad hadis ini dari kepada
Syuaib sampai kepada Rasulullah saw adalah sama dengan yang diriwayatkan oleh Imam
al-Bukhari. Tetapi di dalam riwayat al-Bukhari tidak disebutkan rincian nama-nama
tersebut. Padahal riwayat Imam al-Bukhari sama dengan yang diriwayatkan oleh Imam
Muslim, melalui beberapa jalan.
Dengan analisa perbandingan jalur sanad ini, bisa diduga bahwa tambahan ini
sesungguhnya adalah keterangan seorang rawi setelah Syuaib, yakni al-Walid bin
Muslim. Tetapi murid-murid al-Walid menganggapnya sebagai bagian dari sabda Rasul.
Dengan demikian, tambahan itu dinilai sebagai sebuah sisipan, atau idraj.
Ibnu Katsir dalam menjelaskan ayat 180 surat al-Araf juga menjelaskan bahwa
pemerincian nama-nama ini adalah sisipan dari penjelasan rawi. Sebab jika dkumpulkan
pemerincian nama-nama itu, akan didapatkan nama yang berbeda-beda di antara para
ulama. Ibnu Majah misalnya, menyebutkan nama yang berbeda dengan yang diriwayatkan
oleh a-Tirmidzi.
Dalam kasus seperti ini, sisipan ini harus ditinggalkan, dan dianggap bukan sabda
Rasulullah saw. Yang dipegang adalah hadis dari Rasul, yakni sampai kata masuk ke
dalam sorga. Dan dengan itu pula semakin nyatalah bahwa nama Allah tidak terbatas
pada 99 nama.
Tentang tidak terbatasnya jumlah nama Allah ini pada angka 99, Rasulullah saw
bersabda di dalam doa beliau


Aku meminta kepadaMu dengan seluruh nama-namaMu (yaitu) yang Engkau namakan diri
Engkau dengan nama tersebut, atau yang Engkau turunkan di kitabMu, atau yang Engkau
ajarkan kepada kepada salah satu hambaMu (HR Ahmad)
Hadis ini menjelaskan bahwa ada nama yang hanya diketahui oleh Allah, ada yang
disebutkan di dalam al-Quran dan kitab-kitab yang lain. Hadis ini memperkuat
pemahaman bahwa disebutkannya angka 99 di dalam suatu hadis bukanlah sebagai
pembatasan jumlah nama Allah.
Kalaupun at-Tirmidzi menyatakan bahwa hadis yang menyebutkan rincian nama-nama Allah
adalah shahih, tetapi ternyata bertentangan dengan hadis-hadis lain yang lebih kuat.
Jika demikian, maka hadis at-Tirmidzi bisa dikategorikan sebagai hadis syadz
(ganjil).
Adanya Asmaul Husna secara rinci diterangkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan
oleh Abu Huroiroh ra. sebagai berikut:
1. ar-Rochmaan, Yang Maha Pemurah / Pengasih (QS. 1/ AlFatihah: 3)
2. ar-Rochiim, Yang Maha Penyayang (QS. 1/ Al-F atihah: 3)
3. al-Malik, Maha Raja (QS. 23/ Al-Mu'minun: 116)
4. al-Qudduus, Yang Maha Suci (QS. 62/Al-Jumu'ah: 1)
5. as-Salaam, Yang Maha Sejahtera (QS. 59/ Al-Hasyr: 23)
6. al-Mu'min, Yang Mengaruniakan Keamanan (QS. 59/ Al-Hasyr: 23)
7. al-Muhaimin, Yang Maha Memelihara (QS. 59/Al-Hasyr: 23)
8. al-'Aziiz, Yang Maha Perkasa (QS. 3/Ali Imron: 62)
9 al-Jabbaar, Yang Kehendaknya tidak dapat diingkari (QS. 59/Al-Hasyr: 23)
10. al-Mu takabbir, Yang memiliki kebesaran (QS. 59/Al-Hasyr:23)
11. al-Khooliq, Yang Maha Pencipta (QS. 13/Ar-Ro'd: 16)
12. al-Baari, Yang Mengadakan (QS. 59/Al-Hasyr: 24)
13. Al-Musyawwir, Yang Membuat bentuk (QS. 59/Al-Hasyr:24)
14. Al-Ghoffaar, Yang Maha Pengampun (QS. 2/Al-Baqoroh:235)
15. Al Qohhaar, Yang Maha Perkasa (QS. 13/Ar-Ro'd: 16)
16. Al-Wahhaab, Yang Maha Pemberi Karunia (QS. 3/AliImron: 8)
17. Al-Rozzaaq, Yang Maha Pemberi Rejeki (QS. 51/Az-Zariyat: 58)
18. Al-Fattaah, Yang Maha Membuka (hati) (QS. 34/: 26)
19. Al-'Aliim, Yang Maha Mengetahui (QS. 2/Al Baqoroh: 29)
20. Al-Qoobidh, Yang Maha Mengendalikan (QS. 2/ Al Baqoroh: 245)
21. Al-Baasith, Yang Maha Melapangkan Rezeki (QS. 13/Ar-Ro'd: 26)
22. Al-Khoofidh, Yang Merendahkan (HR. Tirmidzi)
23. Al-Roofi', Yang Meninggikan(QS. 6/Al-An'am: 83)
24. Al-Mu'izz, Yang Maha Memuliakan mahluk-Nya (QS. 3/Ali Imron: 26)
25. Al-Mudzil, Yang Maha Menghinakan mahluk-Nya (QS. 3/ Ali Imron: 26)
26. As-Samii', Yang Maha Mendengar (QS. 17/ Al-Isro': 1)
27. Al-Bashiir, Yang Maha Melihat makhluk-Nya (QS. 57/ AlHadid: 4)
28. Al-Khakam, Yang Menetapkan hukum (QS. 40/ Al-Mu'min: 48)
29. Al-' Adl, Yang Maha Adil (QS. 6/ Al-An'am: 115)
30. Al-Lathiif, Yang Maha Lembut (halus) (QS. 67/ Al-Mulk:14)
31. Al-Khobiir, Yang Maha Mengetahui Segala Rahasia (QS.6/Al-An'am: 18)
32. Al-Haliim, Yang Maha Penyantun (QS. 2/ Al-Bagoroh: 235)
33. Al-Azhiim, Yang Maha Agung (QS. 42/ Asy-Syuro: 4)
34. Al Ghofuur, Yang Maha Pengampun (QS. 3/Ali Imron: 89)
35. Asy Syakuur, Yang Menerima Syukur (QS. 35/Fathir: 30)
36. Al-' Aliyy, Yang Maha Tinggi (QS. 4/ An-Nisa': 34)
37. Al-Kabiir, Yang Maha Besar (QS. 13/Ar-Ro'd: 9)
38. Al-Hafiizh, Yang Maha Penjaga (QS. 11/Hud: 57)
39. Al-Muqiit, Yang Maha Memelihara (QS. 4/ An-Nisa': 85)
40. Al-Hasiib, Yang Maha Pembuat Perhitungan (QS. 4/ AnNisa': 6)
41. Al-Jaliil, Yang Memiliki Keagungan (QS. 55/ Ar-Rohman: 27)
42. Al-Kariim, Yang Maha Mulia (QS. 27/An-Naml: 40)
43. Ar-Roqiib, Yang Maha Mengawasi (QS. 33/ Al-Ahzab: 52)
44. Al-Mujiib, Yang Maha Mengabulkan (QS. 11/Hud: 61)
45. Al-Waasi', Yang Maha Luas (QS. 2/Al Baqoroh: 268)
46. Al-Hakiim, Yang Maha Bijaksana (QS. 6/ Al-An'am: 18)
47. Al-Waduud, Yang Maha Pengasih (QS. 85/ Al-Buruj: 14)
48. Al-Majiid, Yang Maha Mulia (QS. 85/Al-Buruj: 15)
49. Al-Baa'its, Yang Maha Membangkitkan (QS. 36/Yasin: 52)
50. Asy-Syahiid, Yang Maha Menyaksikan (QS. 5/ Al-Maidah: 117)
51. Al-Haqqu, Yang Maha Benar (QS. 20/Thoha: 114)
521 Al-Wakiil, Yang Maha Memelihara (QS. 6/Al An'am: 102)
53. Al-Qowiyyu, Yang Maha Kuat (QS. 8/Al-Anfal: 52)
54. Al-Matiin, Yang Maha Kokoh (QS. 51/ Az-Zariyat: 58)
55. Al-Waliyy, Yang Maha Melindungi (QS. 4/An-Nisa': 45)
56. Al-Hamiid, Yang Maha Terpuji (QS. 4/ An-Nisa': 131)
57. Al-Muchshi, Yang Maha Menghitung (QS. 19/Maryam: 94)
58. Al-Mubdi', Yang Maha Memulai (QS. 85/ Al-Buruj: 13)
59. Al-Mu'iid, Yang Maha Mengembalikan (QS. 30/ Ar-Rum:27)
60. Al-Muhyii, Yang Maha Menghidupkan (QS. 30/Ar-Rum:50)
61. Al-Mumiitu, Yang Maha Mematikan (QS. 40/ Al-Mu'min: 68)
62. Al-Khayyu, Yang Maha Hidup (QS. 20/Thoha: 111)
63. Al-Qoyyuum, Yang Maha Mandiri (QS. 20/Thoha: 111)
64. Al-Waajid, Yang Maha Menemukan apa yang di kehendaki.
65. Al-Maajid, Yang Maha Mulia (QS. 11/Hud: 73) ????
66. Al-Waachid, Yang Maha Tunggal (QS. 2/ Al-Baqoroh: 133)
67. Al-Ahad, Yang Maha Esa (QS. 112/Al Ikhlas: 1)
68. Ash-Shomad, Yang Maha Dibutuhkan (QS. 112/Al Ikhlas:2)
69. Al-Qoodir, Yang Mahakuasa (QS. 2/ Al-Baqoroh: 20)
70. Al-Muqtadir,Yang Maha Berkuasa (QS. 54/Al-Qomar: 42)
71. Al-Muqoddim, Yang Maha Mendahulukan (QS. 50/Qof:28)
72. Al-Muakhkhir, Yang Maha Mengakhirkan (QS. 14/Ibrohim: 42)
73. Al-Awwal, Yang Maha Permulaan (QS. 57/Al-Hadid: 3)
74. Al-Aakhir, Yang Maha Akhir (QS. 57/Al-Hadid: 3)
75. Az-Zhoohir, Yang Maha Nyata (QS. 57/ Al-Hadid: 3)
76. Al-Baathin, Yang Maha Gaib (QS. 57/Al-Hadid: 3)
77. Al-Waali, Yang Maha Memerintah (QS. 13/Ar-Ro'd: 11)
78. Al-Muta'aalii, Yang Maha Tinggi (QS. 13/Ar-Ro'd: 9)
79. Al-Barii, Yang Maha Dermawan (QS. 52/A t-Thur: 28)
80. At-Tawwaab,Yang Maha Menerima Tobat (QS. 4/An-Nisa':16)
81. Al-Muntaqim, Yang Maha Penyiksa (QS. 32/Al-Ahzab: 22)
82. Al-Afuww, Yang Maha Pemaaf (QS. 4/An-Nisa': 99)
83. Ar-Rouuf (Z:9:491), Yang Maha Penyantun (QS. 2/Al Baqoroh: 207)
84. Maalikul Mulk, Yang Maha Menguasi kerajaan (QS. 3/ Ali Imron: 26)
85. Dzul Jalaali wal Ikroom, Yang Maha Memiliki kebesaran dan Kemuliaan (QS. 55/Ar-
Rohman:27)
86. Al-Muqsith, Yang Mahaadil
87. Al-Jamii', Yang Maha Pengumpul (QS. 34/Saba': 26)
88. Al-Ghoniyy, Yang Maha Kaya (QS. 2/Al Baqoroh: 267)
89. Al-Mughnii, Yang Maha Mencukupi (QS. 53/An-Najm: 48)
90. Al-Maani, Yang Maha Pencegah (Hadits Tirmidzi)
91. Adh-Dhaar, Yang Maha Pemberi Derita (QS. 6/Al-An'am:17)
92. An-Nafii',Yang Maha Pemberi Manfaat (QS. 48/Al-Fath:11)
93. An-Nuur, Yang Maha Bercahaya (QS. 24/An-Nur: 35)
94. Al-Haadi, Yang Maha Pemberi Petunjuk. (QS. 22/ Al-Hajj:54)
95. Al-Badii', Yang Maha Pencipta (QS. 2/Al Baqoroh: 117)
96. Al-Baaqi, Yang Maha Kekal Azabnya (QS. 20/Thoha: 114)
97. Al-Waarits,Yang Maha Pewaris (QS. 15/ Al-Hijr: 23)
98. Ar-Rosyiid, Yang Maha Pandai (QS. 72/ Al-Jin: 10)
99. Ash-Shobuur, Yang Maha Sabar (Hadits Tirmidzi)

Anda mungkin juga menyukai