Anda di halaman 1dari 10

Apaan Tuh, Demokrasi Pancasila?

Oleh: G Eko Kriswanto, Publish on: 1 April 2014 00:00 wib


Hari peringatan secara nasional menjadi momen untuk mengenang terutama nilai-nilai hidup, spirit, mungkin
pula kharisma perjuangan. Nasionalisme sudah diajarkan habis-habisan oleh rezim Orde Baru sebelum kita
masuk ke millenium kedua. Penulis menyangka tidak akan ada lagi masalah, apalagi konflik yang bernuansa
horizontal. Ternyata, suatu persangkaan yang sangat keliru. Pembelajaran dengan pola-pola indoktrinasi yang
secara adminitratif sukses justru menyimpan bom-bom waktu yang dapat meledak kapan saja. Indoktrinasi
bukan pola yang salah untuk negara semajemuk dan serbaneka seperti Indonesia, tetapi kita memerlukan suatu
pola indoktrinasi yang relevan dan bersahabat. Hari peringatan berskala nasional seharusnya menjadi
momentum untuk mengolah nilai dan spirit peringatan menjadi kental dalam perilaku dan cara hidup kita di
dalam hegemoni berbangsa dan bernegara. Kenyataan?
Hampir semua sila dalam Pancasila ditelikung malah sering diinjak pula: berketuhanan tapi masih ada
kelompok mengelukan keyakinannya. Berperikemanusiaan, tapi entheng saja memotong dana untuk musibah
bencana alam. Berpersatuan, tapi bentrok terus saja terjadi, bahkan antarwarga yang berdekatan.
Berkerakyatan, tapi DPR tidak lingsem(merencanakan) membangun gedung bernilai trilyunan. Berkeadilan
sosial, tapi hukum masih berkutat membela kaum beruang.
Pancasila itu ibarat jejak langkah sejarah, nilai-nilainya dipungut dari pengalaman hidup yang bertaut dengan
suka-duka manusia Indonesia. Para perumus pada masanya hanya sebagai perantara untuk mengumpulkan
serpih-serpih keutamaan hidup dalam berbangsa dan bernegara sejak masa batu, masa purba, masa kerajaan,
hingga masa kolonialisme yang (justru) menyobek kesadaran para bapak bangsa untuk bertekad menjalani
hidup berbangsa dan bernegara dengan mandiri.
Jejak bersejarah yang berabad-abad terumuskan menjadi (1) Ketuhanan Yang Maha Esa (2) Kemanusiaan
Yang Adil dan Beradab (3) Persatuan Indonesia (4) Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan
dalam Permusyawaratan Perwakilan (5) Keadilan Sosial bagi Seluruh Rayakat Indonesia. Kita jarang
menemukan nilai-nilai keutamaan ini di negara lain, sehingga wajar apabila banyak tokoh dunia mengagumi
Pancasila.
Repotnya, rumusan yang dipuji berbagai tokoh dunia ini, karena kesalahan praktik pemerintahan Orde Baru
yang menjadikannya mesin indoktrinasi politik, Pancasila dianggap sudah apak-basi. Kelima sila dengan inti
dasarnya kemanusiaan mengerucut pada pada sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa, itu dianggap tidak
relevan. Tidak hanya tidak dihayati, dihafalkan anak-anak pun tidak, apalagi dipraktikkan dalam praksis
kehidupan bernegara dan berbangsa. (St. Sularto, Rindu Pancasila, Kompas Penerbit Buku, 2010, hlm. 5)
Sungguhkan Pancasila telah apak berbau tidak sedap karena lapuk? Atau basi karena sudah lama disimpan
dan berjamur? Namun, harus diakui bahwa kadang Pancasila justru dijadikan ladang persembunyian para
pejabat (politikus) untuk membenarkan atau melogikakan wewenang plus kebijakan yang cenderung impresif
dan koruptif kira-kira begitu. Saya tidak pernah ragu-ragu dengan nilai-nilai keutamaan yang terkandung di
dalamanya, kebimbangan saya lebih bermuara pada upaya kita untuk sungguh-sungguh memelihara dan
mengamalkan dengan segala wujud konsekuensinya.
Segala kegagalan mewujudkan Indonesia yang sejahtera dan berkeadilan antara lain karena
tidak ada kesungguhan mewujudkan pembangunan yang mengacu pada nilai-nilai visioner
Pancasila. Upaya perwujudan nilai-nilai Pancasila selama ini terkesan setengah hati. Tidak
banyak yang peduli jika Pancasila diganggu oleh idelogi lain. Lemahnya dukungan juga terlihat
pada wacana tentang Pancasila yang cenderung melemah. (ibid., hlm. xviii)
Secara formal Pancasila lahir tanggal 1 Juni 1945 suatu persiapan yang logis dan matang sebelum 17
Agustus 1945 berarti sudah 69 tahun bertaut dengan kehidupan kita. Dalam setiap upacara dibacakan
pembina upacara dan ditirukan dengan suara mantap oleh peserta upacara, tapi hingga saat ini kita masih
gamang untuk merealisasikannya. Lebih tragis lagi, rasanya sekarang kita makin bimbang untuk mengerjakan
upaya-upaya dalam kerangka berbangsa dan bernegara dengan sendi-sendi Pancasila.
Indonesia yang pernah dimetaforakan Grup Koes Plus dengan Bukan lautan hanya kolam susu, air dan jala
cukup menghidupimu, tiada badai tiada topan kutemui, ikan dan udang menghampiri dirimu. Orang bilang
tanah kita tanah sorga, tongkat kayu dan batu jadi tanaman.... Hingga sekarang (mungkin) penulis termasuk
seseorang yang percaya bahwa Indonesia negara yang kaya raya, berlimpah dengan sumber daya alam, serta
mencukupi untuk berjuta-juta warganegara yang hidup di dalamnya.
Keamburadulan situasi kehidupan bernegara yang kini terjadi dan menyulitkan kehidupan sehari-hari bagi
rakyat lebih disebabkan kekurangsiapan para pengelola (terutama politisi) dalam menyiasati keadaan.
Kesiapan pribadi untuk terlibat dalam arena politik tidak bermula dari kematangan wawasan kebangsaan dan
kejelasan visi untuk membuka jendela demokrasi, tetapi didorong oleh ambisi demi kemegahan lahiriah. Para
pengelola negeri ini terjerumus pada kilau harta (uang), sehingga nilai-nilai dikebiri untuk mendukung apa
yang dilakukannya. Barangkali inilah momentum bagi kita untuk mengembangkan Pancasila menjadi satu-
satunya pedoman dalam berdemokrasi dan membangun negara Indonesia tercinta.










Pancasila
Oleh: Purwanto, Publish on: 1 April 2014 00:00 wib
Bahwa, daya saing Indonesia saat ini, dari produk manufactur, yang jelas tidak ada. Dari produk pertanian
malah masih import. Dari produk kehutanan hutanya semakin habis. Dari produk bahan bakar juga masih
kekurangan. Dari produk kerajinan juga masih kalah dengan Cina. Dari industry pariwisata masih kalah
dengan Malaysia. Lantas apa lagi yang bisa kita andalkan.
Bahwa, sebagai Negara yang jumlah penduduknya terbesar no. 5(lima) di Dunia yang mestinya banyak anak
banyak rejeki justru sebaliknya. Sebagai akibat kebodohan kita sendiri, yang sejak awal terbentuknya Negara
Republik Indonesia kita hanya beretrorika politik bersaing untuk berebut jabatan terhormat.
Bahwa, dengan Negara yang mempunyai jumlah penduduk no.5(lima) di Dunia ini. Tampak jelas sekali di
mata kita, sebagai aset kita yang prospek kedepanya bagus sekali guna meningkatkan Devisa
Negara triliyunan dolar, yang bisa kita kemas sebagai PAHLAWAN PAHLAWAN DEVISA .
Bahwa, pesatnya laju ekonomi dan tehnologi Negara Negara tetangga, seperti Singapura, Malaysia,
Hongkong, Taiwan, Korea, Jepang serta Negara Timur Tengah termasuk Arab Saudi . Tampak dengan jelas,
pasti penduduknya akan memenuhi kebutuhanya sendiri yang SIAP SAJI tidak perlu REPOT. Sehingga pasti
akan memerlukan pembantu-pembantu yang siap menyajikan segala kebutuhanya.
Bahwa, kita sebagai pemasok (eksportir) produk anak manusia dengan merek PAHLAWAN DEVISA Made
in Bangsa manusia. Dengan mengingat kecepatan laju ekonomi Negara-Negara tersebut diatas, perlu segera
meningkatkan produk anak manusia sebanyak-banyaknya guna mencukupi kebutuhan hidup Negara sebelah.
Bahwa, mengingat pembantu yang dibutuhkan anak manusia berjenis kelamin perempuan minimal umur 17
(tujuh belas) tahun dan maksimal 40 (empat puluh ) tahun serta harus berpengalaman masak, macak, dan
manak. Maka perlu kita mempersiapkan pendidikan anak manusia perempuan sejak Sekolah Dasar sampai
Sekolah Menengah Atas untuk berpengalaman masak, macak, manak.
Bahwa, selain daya saing kita penduduk kita sendiri, ada 1 (satu) lagi yang nomor wahid yang tidak ada
tandingnya di Dunia ini. Dan pasti Negara-Negara lain tidak akan mempunyai yaitu produk warisan para
Pahlawan Kemerdekaan Negara kita yakni PANCASILA.
Bahwa, PANCASILA yang artinya PANCA itu 5(lima) SILA itu tata krama (susila), apabila bisa menjual
sebagai produk DAYA SAING INDONESIA kepada bangsa-bangsa manusia di seluruh Dunia pasti bangsa-
bangsa manusia tersebut tercengang dan pasti tergila-gila.
Bahwa, PANCASILA sebagai pedoman hidup Bangsa Kita Manusia yang telah mendarah daging, (setanah-
air) di Negara Republik Indonesia, sejak adanya manusia di Negara ini, perlu sekali dijual sebagai produk
DAYA SAING INDONESIA.
Bahwa, produk Daya Saing Indonesia yang berupa PANCASILA, selama ini telah lama sekali tidak dirawat
sehingga berkarat bertahun-tahun lamanya dan sulit untuk di bersihkan. Dan seperti sudah menyerah dalam
usahanya membersihkanya itu.
Bahwa, perlu diketahui bahwa ISI PANCASILA itu buatan Bangsa Kita sendiri, Kemasanyapun jelas tertulis
dengan Bahasa Jawa, ya Bahasa Bangsa Kita Sendiri. Oleh karena yang mengetahui awalnya/yang membuat
awalnya dan yang mengetahui komposisi barangnya ya Bangsa Kita Sendiri, maka bisa ditebak yang bisa
memberihkan hingga mengkilat menyilaukan mata manusia, jelas Bangsa Kita Sendiri. Kususnya Bangsa
Jawa.
Bahwa, maksud ulasan-ulasan atau uraian-uraian di atas. Kira kira mau tidak Bangsa Kita Manusia ini
kembali berpedoman hidup seperti Kehendak PANCASILA sila ke 2(dua) yaitu Berperikemanusian terhadap
saudara kita manusia?
Bahwa, sejak ditinggalkan oleh Bangsa Belanda, kita kelihatanya sudah MERDEKA/BEBAS untuk hidupSak
Karepe Dewe-Dewe. Sehingga cara-cara bersekolahpun lain. Beda dengan jaman Belanda waktu itu yang
harus bersekolah pakai pakaian adatnya masing-masing, dan harus mempelajari budayanya masing-masing.
Bukti difoto-foto jaman BUDI UTOMO.
Bahwa, dari sebab PROPOKATOR lah, yang menyebabkan Bangsa Kita Sendiri terlanjur seperti ini yang
lupa BUDAYA, AGAMA, dan LELUHUR (orang tua kita sendiri). Banyak beranggapan Orang tua kuno.
Akhirnya pada Kwalat Sehingga dari anak menjadi tua, KUNO juga. Seperti belum ada peradaban.
Bahwa, kembali soal peradaban. Apakah dengan disana-sini saat ini korupsi, propokasi, pencuri, dan
demontrasi ini juga merupakan peradaban? Kemunduran atau TERUSKAN?
Bahwa, sebenarnya mudah kalau kita setuju. Hanya untuk meningkatkan pamor Indonesia atau DAYA SAING
INDONESIA. Cukup kembali ke PANCASILA sejati, SEMUANYA BERES. Pada tema-tema yang lain sudah
kami jelaskan, bahwa prinsip pencuri, atau koruptorialah TIDAK ADA ORANG. Yang berarti dirinya si
pencuri/ si koruptor, BUKAN ORANG
Bahwa, dengan demkian, kalau si pencuri/si koruptor BUKAN ORANG berarti HEWAN. Dan selanjutnya kita
buatkan jeratan dengan UU Barang siapa(orang) telah merugikan orang lain atau Negara sebelum
dibuktikan Pengadilan untuk segera minta maaf dan mengganti kerugianya. Apabila terbukti
Pengadilan dipidana DITELANJANGI BULAT-BULAT lalu DIGIRING KE HABITATNYA
HUTAN Karena tidak BERPERI manusia. Tapi hewan.GITU SAJA KOK REPOT




Pancasila Untuk Bapak Presiden
Oleh: Munir Nur, Publish on: 1 April 2014 00:00 wib
PRESIDEN Mungkin kita sudah tak asing lagi dengan kata itu, terbayang sudah dalam benak kita jika kita
memikirkan kata presiden, yaitu orang nomor satu, yang tentunya sangat dihormati dan disegani oleh
bangsanya, yang setiap harinya menggunakan baju rapih dan berdasi, yang jika pergi kemanapun selalu
dikawal oleh para polisi. Presiden merupakan orang nomor satu serta memiliki kewenangan dan kekuasaan
tertinggi dalam suatu Negara. Karena itu presiden merupakan orang yang sangat berpengaruh terhadap
kemajuan Negara. Namun apa jadinya jika presiden tidak mengenal Ideologi bangsa sendiri? Pancasila
merupakan ideology bangsa kita, ideology merupakan dasar suatu Negara, dalam ideology tercantum
gambaran bahkan ciri serta tujuan umum suatu Negara. Tapi apakah saat ini presiden kita sudah mengamalkan
Pancasila dengan baik.
Setiap Negara memiliki ideoligi sebagai dasar dalam suatu Negara. Ideology bangsa kita berbeda
dengan bangsa lainnya, pancasila terdiri dari 2 kata, panca dan sila yang artinya lima dan dasar, melihat arti
katanya pun sudah jelas merupakan dasar dalam mebentuk Negara ini. Sebenarnya dalam pancasila secara
tidak langsung tersirat kriteria pemimpin untuk bangsa kita ini. Namun kita tidak menyadarinya, padahal setiap
seminggu sekali pancasila ini dibacakan oleh Pembina upacara saat kita sekolah. Sila pertama menjselaskan
bagaimana seprang pemimpin harus beragama dan bertaqwa kepada Tuhan YME. Keyakinan itu penting agar
dapat memiliki ketenangan secara psikis, bagaimana mau memimpin bangsa yang besar ini kalau seorang
presiden tidak memiliki ketengangan dalam jiwanya.
Sila kedua menjelaskan bagaimana seharusnya presiden ini menjunjung tinggi rasa kemanusiaan serta
memiliki adab atau budi pekerti yang luhur. Presiden merupakan seorang pemimpin suatu Negara yang setiap
tindakan dan perkataannya dilihat dan didengar langsung oleh rakyatnya, maka sudah seharusnya seorang
presiden memiliki budi pekerti yang luhur, menjujjung tinggi nilai nilai kemanusiaan. Karena pada saat ini
nelai kemanusiaan di Negara kita seakan telah hilang. Sifat manusia tidak ada bedanya lagi dengan binatang.
Misalnya saja seorang anak yang membunuh orang tuanya, orang tua yang memperkosa anaknya. Sungguh
sangat memprihatinkan bukan. Oleh karena itu sangat dibutuhkan sosok pemimpin yang menjunjung tinggi
nilai nilai kemanusiaan.
Isi sila ketiga ini menjelaskan mengenai suatu persatuan yang seharusnya ada pada suatu Negara,
seharusnya presiden mampu menyatukan perbedaan yang ada pada Negara kita dan menjadikan perbedaan itu
menjadi sebuah kelebihan yang tentunya dapat dijadikan sebagai keutan untuk membangun bangsa kita ini.
Karena dengan adanya perbedaan ini bangsa kita menjadi indah, namun semuanya harus disatukan terlebih
dahulu. Sosok presiden yang mau bekerja keras demi membangun dan menyatukan Negara ini sangat
dibutuhkan oleh bangsa kita.
Sila keempat ini sebenarnya membahas mengenai penyelesaian masalah dengan cara kekeluargaan atau
musyawarah. Namun perlu kita ketahui, dalam musyawarah kita harus memiliki akal yang sehat, atau
kecerdasan dan ketenangan serta hati nurani. Inilah yang dibutuhkan oleh seorang presiden untuk memimpin
bangsa kita, cerdas, dan tentunya berhati nurani. Karena dengan kecerdasan dia akan memberikan ide ide
yang kreatif serta akan berpikir cepat dan tanggap dalam merespon keinginan dari rakyatnya. Selain itu juga
dibarengi dengan hati nuraninya yang baik, yaitu ikut dengan birsimpati dan berempati. Karena rakyat sangat
membutuhkan pemimpin yang mau mendengar suara mereka, karena seorang presiden tidak dapat mengetahui
bagaimana kehidupan seluruh rakyat Negara kita karena negara kita memiliki luas yang cukup besar, namun
untuk mengetahu keadaan rakyatnya, seorang presiden hars mendengar suara rakyat, jeritan jeritan rakyat
yang saat ini mengalamu kesusahan.
Sila kelima merupakan tujuan dari negara kita, yaitu terciptanya keadilan dalam segala sektor, baik
sektor perekonomian, pendidikan, kesehatan bahkan hukum sekalipun. Rakyat membutuhkan sosok pemimpin
yang adil, tidak memihak hanya sebelah pihak, apalagi hanya untuk mementingkan kepentingan pribadi
semata. Dalam sila kelima ini juga tersirat bahwa seorang pemimpun haruslah bersikap jujur dan sederhana
sesuai dengan cirri khas budaya bangsa kita yang mengangkat kesederhanaan. Sudah jelas bahwa ideology
bangsa kita memang sangat luar biasa, selain sebagai dasar negara kita, tujuan umum negara kita, dalam
pancasila juga tergambar sosok pemimpin layak untuk dapat memimpin bangsa kita. Namun pada saat ini
jangankan mengetahui makna dari pancasila, butir butir pancasila saja banyak yang melupakannya. lalu mau
jadi apa kalau pemimpinnya saja lupa dasar negaranya.
Bapak presiden beserta staf jajarannya yang terhormat, sudahkah berfikir bahwa dalam
pancasila dijelaskan bagaimana seharusnya bertindak. Kita butuh sosok pemimpin yang sesuai dengan dasar
negara kita, sosok pemimpin yang bertaqwa, menjunjung nilai nilai kemanusiaan, berbudi pekerti yang luhur,
bekerja keras untuk mempersatukan negara ini, cerdas tanggap dan berhati nurani serta memberikan keadilan
bagi seluruh rakyat Indonesia. Dengarlah tangisan rakyat yang saat ini kesulitan hanya untuk mendapatkan
sesuap nasi. Cintailah bangsa ini, bangsa dengan segudang kelebihan dengan segudang keindahan dan
kekayaan alamya. Jangan kau sakiti raktyat yang tidak berdosa ini. MERDEKA!











Pancasila Hukum Moral
Oleh: Hermawan, Publish on: 1 April 2014 00:00 wib
Dalam kajian filsafat hukum temuan Notonagoro, menerangkan bahwa
Pancasila adalah sumber dari segala sumber hukum di Indonesia. Sekalipun nyata
bobot dan latar belakang yang bersifat politis, Pancasila telah dinyatakan dalam GBHN 1983 sebagai
"satu-satunya azas" dalam hidup bermasyarakat dan bernegara.
Konteks utama yang terangkum dalam GBHN adalah kondisi kehidupan bangsa sangat dipengaruhi oleh suatu
hukum. Hukum merupakan tindak upaya untuk meningkatkan sistem kebaikan. Dalam upaya meningkatkan
nilai nilai kebaikan akan membentuk suatu moral bangsa.
Moral merupakan arah pembentuk jiwa yang kuat dalam mempertahankan tujuan dan impian. Jika Anda lihat
jagung yang tumbuh dihalaman Anda. jika jagung itu tua maka akan cepat menghasilkan tunas tapi saat masih
muda akan lama dalam menghasilkan tunas. Moral dapat diibarat sebuah jagung semakin lama ia kukuhkan
moral kebaikan maka akan semakin kuat ia dapat mengarungi kehidupan. Tapi saat moral Anda berbelok pada
arah keburukan maka moral Anda akan tenggelam dalam kehidupan.
Moral bangsa Indonesia jika Anda telusuri secara dalam maka akan mengarahkan pada azas azas Pancasila.
Secara langsung Pancasila membentuk hakiki manusia Indonesia. Anda pasti mengetahui arah dan tujuan
Pancasila jika Anda menghayati dan memahami maknanya. Sehingga Pancasila adalah kekuatan utama dalam
upaya membangun bangsa. Tercatat pula dalam
sejumlah naskah tentang Pancasila dalam perspektif suatu agama. Anda mengetahui makna yang
terkandung pada nilai nilai Pancasila. Akan membentuk moral bangsa. Dalam suatu moral bangsa yang
terlihat dengan adanya banyak perbedaan akan menjadi batu sandung dalam mengupayakan sikap
Nasionalisme. Tapi Jika Anda mempunyai pegangan akan jalan menuju moral kebaikan pasti akan membawa
pada arah yang benar.
Dalam nilai nilai Pancasila selain unsur-unsur lokal ("milik dan ciri khas bangsa Indonesia") diakui
adanya unsur universal dalam setiap agama. Perbedaan dalam agama yang berbeda menjadi rasa cinta tanah
air menjadi benteng kuat dalam menjaga keutuhan Indonesia. Maka tanpa Pancasila, masyarakat nasional,
Anda tidak akan pernah mencapai kekukuhan seperti yang Anda miliki sekarang ini.
Hal ini akan lebih Anda sadari jika Anda mengadakan perbandingan dengan keadaan
masyarakat nasional di banyak negara, yang mencapai kemerdekaannya hampir
bersamaan waktu dengan Anda. Tampaknya, Pancasila masih kurang dipahami benar
oleh sebagian bangsa Indonesia. Padahal, maraknya korupsi, suap, main hakim
sendiri, anarkis, sering terjadinya konflik dan perpecahan, dan adanya kesenjangan
sosial saat ini, kalau diruntut lebih disebabkan belum dipahaminya, dihayati, dan diamalkannya
Pancasila.
Pemahanan dan penghayatan nilai nilai Pancasila akan membendung diri Anda pada hal yang bersifat
negatif. Dalam puisi puisi yang berbasis pada nilai Nasionalisme dan Patriotisme akan memberikan daya
gempur Anda dalam berfikir secara imajinasi. Gambaran dalam diri Anda dapat diupamakan sebauh gelas
kosong saat penuh akan tumpah. Maka dalam gambaran manusia rasa Nasionalisme akan tumbuh dalam diri
secara langsung dengan adanya pengaruh nilai nilai pancasila yang Anda hayati secara objektif.
Secara langsung dapat dibaca arah sebenarnya manusia untuk menuju jalan hidup dalam kebaikan. Dengan
nilai nilai moral Pancasila maka dapat terbentuk rasa Nasionalisme dan Patriotisme. Jika Anda lihat maka
kedua rasa Patriotisme dan Nasionalisme merupakan nilai murni Pancasila.
Pancasila dalam kehidupan sehari hari dapat digolongkan dalam beberapa pola pikir yang mengarah pada
kebenaran. Pola pola berfikir yang secara kontrukstif akan mengacu pada pemikiran modern dalam diri
Anda.
Dinegara Jepang Anda perhatikan, kemampuan berfikir mereka rata rata diatas orang Indonesia. Mengapa?
Sekarang perhatikan diri Anda? Apakah Anda berfikir? Apa yang Anda pikirkan? Berfikir dalam pola yang
secara luas adalah potensi untuk dapat mengembang cara berdiri secara luas. Banyak orang orang jepang
yang mengerti arti berfikir bebas tapi dalam kebangsaan. Maksud dalam berfikir orang orang jepang
menggunakan pola pikir sikap Nasionalisme yang dijunjung tinggi.
Rasa Nasionalisme mengandung makna yang berbeda, makna yang belum tentu semua manusia tahu akan apa
yang ada. Orang jepang mempercayai jiwa Nasionalisme yang mereka pegang dalam kehidupan. Kehidupan
masyarakat yang mempunyai harga diri yang dijunjung tinggi akan berpotensi memberikan sistem sistem
nilai nilai pada kebaikan pada negaranya.
Banyak pemikir pemikiran yang rasional dalam perkembangan ilmu pemgetahuan dan teknologi. Bayangkan
dalam kajian yang mendasar yang Anda ketahui. Pemikiran pemikiran hanya memmikirkan tanpa
mengetahui dasar untuk dapat berfikir Nasionalisme.
Seperti Indonesia, Pancasila dijadikan
sebagai dasar negara atau ideologi negara untuk mengatur penyelenggaraan negara. Hal tersebut
sesuai dengan bunyi pembukaan UUD 1945 alenia ke-4 yang berbunyi :Maka disusunlah kemerdekaan
kebangsaan Indonesia itu dalam suatu UUD negara Indonesia yang berbentuk dalam suatu susunan negara.
Tapi jika Anda lihat sekarang Pancasila bagai sebuah bantal tidur bagi orang berduit tebal.
Kedudukan pancasila sebagai dasar negara termaktub secara yuridis konstitusional dalam pembukaan
UUD 1945, yang merupakan cita cita hukum dan norma hukum yang
menguasai hukum dasar negara RI dan dituangkan dalam pasal pasal UUD 1945 dan diatur dalam
peraturan perundangan.
Selain bersifat yuridis konstitusional, pancasila juga bersifat yuridis ketatanegaraan yang artinya pancasila
sebagai dasar negara. Pada hakikatnya adalah sebagai
sumber dari segala sumber hukum. Artinya segala peraturan perundangan secara
material harus berdasar dan bersumber pada pancasila. Apabila ada peraturan
(termasuk di dalamnya UUD 1945) yang bertentangan dengan nilai nilai luhur
pancasila, maka sudah sepatutnya peraturan tersebut dicabut.
Nilai nilai luhur yang terkandung dalam pancasila memiliki sifat obyektif
subyektif. Sifat subyektif maksudnya pancasila merupakan hasil perenungan dan pemikiran bangsa
Indonesia, sedangkan bersifat obyektif artinya nilai pancasila sesuai dengan kenyataan dan bersifat universal
yang diterima oleh bangsa bangsa beradab. Oleh karena memiliki nilai obyektif
universal dan diyakini kebenarannya oleh seluruh bangsa Indonesia maka pancasila selalu dipertahankan
sebagai dasar negara. Jadi berdasarkan uraian tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa pancasila
sebagai dasar negara memiliki peranan yang sangat penting dalam mengatur kehidupan berbangsa dan
bernegara sehingga cita cita para pendiri bangsa Indonesia dapat terwujud.

Anda mungkin juga menyukai