Anda di halaman 1dari 27

COAL MILL

PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA


Tbk.

CITEUREUP BOGOR

DAFTAR ISI

BAB 1 PENGOPERASIAN COAL MILL


BAB 2 PENGENDALIAN OPERASI COAL
BAB 3 MENGHENTIKAN OPERASI COAL MILL
BAB 4 MENGENDALIKAN RAW COAL FEEDING

BAB I

PENGOPERASIAN COAL MILL


1

Gambaran umum
Jenis mill yang umum digunakan untuk penggilingan coal adalah

jenis Vertical Mill dengan roller mill.


Pada roller mill, roller akan berputar secara melingkar di
lintasannya pada mill table (grinding path) diatas bed material umpan.
Terhadapnya diberikan tekanan dari luar (vertical force) sehingga
material akan menerima dua macam gaya sekaligus yaitu compressive
force dan shear force. Gaya yang bekerja pada roller ini harus dijaga
agar menekan dan mengalami kontak dengan material bed.
Secara umum karakteristik semua roller mill adalah mereduksi ukuran
material sebagai hasil kerja dari roller dan elemen grinding lainnya.
Setelah material melewati lintasan roller, material akan mengalami
pemisahan oleh aliran udara/hot gas yang dimasukkan melalui nozzle
ring yang terdapat pada posisi annular dari mill table. Material hasil
penggilingan selanjutnya akan masuk ke classifier (separator). Partikel
yang kasar dan halus akan dipisahkan oleh separator ini. Partikel
dengan ukuran kasar akan masuk kembali kedalam mill untuk
mengalami re grinding, sementara partikel halus bersama dengan gas
akan terhisap keluar dari mill dan selanjutnya akan dipisahkan antara
gas dan material produk pada dust collector atau cyclone.

2.

Grinding Action pada Roller Mill

Kondisi dasar yang penting pada roller mill adalah mendapatkan


draw in action yang baik dan pressure yang cukup serta kestabilan bed
material yang baik. Grinding bed harus dijaga bebas dari partikel yang
sudah halus karena akan membebani mill dan akan mengalami over
grinding dan menurunkan kapasitas mill. Untuk itu kondisi dasar diatas
harus dicapai.
3. Draw in grinding element
Ukuran maksimum dari partikel umpan batubara adalah kira-kira
1/20 sampai dengan 1/15 diameter roller. Jika material lebih besar dari
range tersebt, material tidak akan tergiling dibawah roller tetapi hanya
akan terlempar atau didorong didepannya. Dengan ukuran yang tidak
terlalu besar juga akan didaptakan bed material yang lebih stabil dan
tidak akan menerima efek dorongan oleh roller tetapi mutlak menerima
gaya tekan.
Material yang terlau halus juga tidak diinginkan karena juga
mengakibatkan ketidakstabilan bed dan berkurangnya ketebalan bed.
Pengurangan ketebalan bed material akan meningkatkan specific
pressure dan dapat menimbulkan benturan dengan mill table karena
roller menembus kedalam bed. Dengan demikian kondisi material
umpan sangat berpengaruh, khususnya distribusi ukuran partikel (lump
size), grindability, kadara air dan komposisinya. Kondisi-kondisi ini
dalam penyediaan raw coal adalah sangat diperhatikan dan dikontrol
dengan baik.
Kesulitan yang mungkin ditemui oleh karena perubahan material
umpan ini telah dicoba dikurangi dengan melakukan perubahan-

perubahan antara lain dengan menambah dam ring di mill table,


merubah profile lintasannya.
4. Grinding Bed
Pembentukan material bed dapat dijelaskan pada tahapan
berikut ;
a. Draw-in material : material umpan akan terperangkap di
antara roller dan grinding path. Material yang berukuran
besar akan terproyeksikan diatas sementara yang lain akan
mengalami proses crushing.
b. Compressing

material

bed,

karena

pengecilan

ukuran

material maka akan terjadi pengaturan kembali material


dibawah

pengaruh

crushing

load.

Faktor

kunci

untuk

mendapatkan produk yang halus dalam proses penggilingan


pad

roller

mill

selanjutnya

adalah

merupakan

kombinasianatara gaya-gaya compresi dan crushing.


c. Ketebalan dan kondisi material bed, unutk mendapatkan
kondisi bed yang baik diperlukan beberapa hal berikut :
-

Specific grinding yang cukup tinggi

Surface contact antar partikel cukup besar

Terdapat cukup ruang gerak antara partikel satu dengan


lainnya.

Jika tebal bed naik maka specific pressure yang diberikan roller
akan berkurang. Demikian sebaliknya jika bed berkurang maka
specific pressure akan bertambah namun pengurangan bed akan
mengurangi gerakan relatif partikel dan juga mengurangi luas
5

bidang

kontak.

Oleh

karena

itu,

bed

material

harus

diseimbangkan antara specific pressure dan tebal bed yang


diperlukan untuk mendapatkan kehalusan produk.
Jika kestabilan bed sukar didapatkan maka biasanya akan
dilakukan modifikasi dam ring untuk mengendalikan ketebalan
bed atau dengan water spraying jika material terlalu kering dan
jumlah partikel halus tinggi.

5. Grinding speed
Faktor penting yang lain dalam proses penggilingan coal pada
roller mill disamping ratio umpan dan diameter roller, tebal material
bed, specific friction material dan specific pressure adalah kecepatan
penggilingan atau grinding speed. Grinding speed ditentukan oleh
ukuran grinding ring dan besarnya gaya sentrifugal yang diperlukan
untuk memindahkan material.

6. Pengamanan penggilingan coal


6.1 Self Ignition
Batubara khususnya pulverized coal mempunyai kecenderungan
untuk terbakar sendiri (self ignition) dan jika tercampur dengan udara
pada kondisi tertentu memungkinkan untuk terjadi ledakan. Untuk itu
perlu dipertimbangkan aspek keamanan dan keselamatan dalam
menangani batubara. Besar kecilnya kemungkinan batubara dapat
terbakar dengan sendiri tergantung pada sifat dan karakteristiknya dan
juga ukuran partikel batubara (kehalusan) dan jumlah oksigen.

Coal Type

Self Ignition point

Lignite

150 oC

Hard coal

200 oC

Pet coke

250 oC

Anthracitic types

300 oC

Tabel. 6.1 Self Ignition untuk tiap jenis coal

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya self ignition ;

Menurunkan

ukuran

partikel

batubara

menaikkan

kecenderungan terjadinya self ignition

Pulverized coal lebih cepat teroksidasi

Self heat generation Batubara kering yang dibasahi lebih cepat


dari pada batubara basah

Self heat generation di udara lembab lebih cepat dibanding pada


udara kering

Kenaikan temperatur menaikkan laju heat generation

Oksigen batas-batas O2

Zat yang dapat terbakar

Sumber energi penyalaan

Gambar 6. 1 Segitiga api

6.2

Fine coal handling

Penggunaan

batubara

halus

(pulverized

coal)

memerlukan

perhatian khusus mulai dari handling samap dengan penyimpanan.


Fine coal hopper harus dirancang sedemikian rupa sehingga flow
material lancar dan tidak mengendap di dinding hopper. Penyimpanan
coal dianjurkan memenuhi persyaratan berikut :

Flow fine coal lancar

Temperatur < 70 oC

Tidak kontak langsung dengan matahari

Terhindar dar air hujan

Coal meal bin/silo :


Level bin selama operasi seoptimal mungkin
Jika

kiln

stop

untuk

jangka

waktu

yg

lama,

bin

dikosongkan
Selama kiln stop, bin/silo tertutup rapat
Memasang fire, CO dan temperature monitoring
6.3

Pengamanan pada raw coal drying dan grinding

Bahaya yang paling dihindari pada proses grinding dan drying


adalah Coal dust explosiveness, dimana hal tersebut dipengaruhi oleh
beberapa faktor a.l :

Ignition temperature

Lower upper explotion limit

Komposisi kimia coal

Penyebab terjadinya kebakaran/explosion di coal mill plant dapat


disebabkan oleh hal-hal berikut :

Too high a discharge temperature at mill outlet


8

Pengulangan starting mill yang gagal, interval starting mill


terlalu cepat

Penyalaan fine coal yg terakumulasi

Hot gas masuk ke mill selama mill stop

Membuka cover selama operasi atau sebelum system dingin


setelah stop

Electric spark karena ketidak sempurnanya grounding

Filter blocking karena kondensasi

Tindakan pencegahan dapat dilakukan dengan Preventive safety


measure ;

Pengukuran : Temp. Mill inlet/outlet, Filter inlet/outlet, temp. fne


coal

CO analyzing/monitoring : Mill outlet, Filter outlet, coal meal


silo/bin

Mencegah timbulnya sumber panas : gesekan belt, unlubricated


bearing, memasang iron separator, grounding yang baik

Mencegah akumulasi debu batu bara : sudut > 60o, membuang


endapan coal meal

House keeping

Gambar 6. 2 Coal Hopper safety Equipment

Persiapan Operasi Mill


1. Memeriksa / memastikan semua manhole dalam keadaan
tertutup
2. semua motor harus pada posisi remote control (RC)
3. Memastikan Raw Coal Hopper harus sudah terisi
4. Memastikan chimney damper fully open : 100 %,recirculation
damper tertutup
10

5. Memastikan konsentrasi CO < 0,08 %,temperature inlet mill


dan outlet mill < 50 C dan delta temperature after dan
before bag filter negatif.
6. Menjalankan dust transportation ke fine coal bin ( group
transportasi fine Coal)
7. Menjalankan aliran dedusting dan gas (group Gas flow).
8. Menjalankan group LVT ( jika mill dioperasikan dengan LVT )
9. Membuka after filter damper = 20 30 % ( Fan damper ).
10.Membuka mill inlet gas damper = 10 50 %
11.Membuka damper actuator LVT 10 30 % ( jika mill
dioperasikan dengan LVT ).
12.Menjalankan group mixing chamber ( hot gas fan P.6,P.7 atau
P.8 )
13.Mengatur bukaan damper inlet Hot gas Fan dan jaga pressure
di Mixing chamber - 5m bar.
14.Menjalankan gear box lubrication.
15.Menjalankan group mill auxiliaries.
16.Menaikkan Hydraulic pressure ( LL2-PSI) sampai 50 bar
17.Tunggu beberapa saat ( 30 menit ) sampai temperature
behind filter ( TT5 ) mencapai 70 80 C.
18.Mengisi Raw coal kedalam mill dengan menjalankan rotary
feeder secara central dan jalankan Extractor dari local
sampai ketinggian material didalam mill tinggi roller
sebagai pengumpan awal, ( kira-kira 2 menit ) dan
kemudian lakukan inching 2 3 putaran.

11

19.Mill siap untuk dioperasikan.

Menjalankan/mengoperasikan Coal Mill


1. Memeriksa pada panel group mill feeding untuk mengetahui
group ready untuk distart.
2. Membuka Damper after filter sampai 40 50 %.
3. Menjalankan group mill feeding. Setelah group run naikkan
speed extractor perlahan-lahan sampai 50 % ( monitor
vibrasi mill ) dan naikkan pula hydraulic pressure sampai 100
bar
4. Mengatur speed dynamic separator 30-55 % ( 15 25 Hz )
untuk menghasilkan fine coal dengan R90 mm sesuai
standart dari PCM.
5. Mengatur pressure hydraulic mill 100 -120 bar
6. Mengatur mill inlet gas damper 80-100% dan recirculation
damper 20-30% dengan menjaga temperature outlet mill
(TT2) 70-80C untuk menghasilkan fine coal dengan H2O
sesuai dengan standart dari PCM
7. Mengatur bukaan damper inlet hot gas Fan untuk menjaga
pressure di mixing chamber 0 s/d -1 mbar
8. Bila temperature outlet dust collector < 60C dalam waktu
>6 jam, coal mill harus segera di stop (untuk menjaga agar
filter bag dust collector tidak rusak).
9. Bila fine coal product masih tidak tercapai sesuai standart
dari PCM dengan sudah mengatur semua parameter operasi

12

karena

total

moisture

raw

coal

>18%,

sehingga

mengakibatkan mill outlet temperature < 70 C dan atau


moisture content fine coal > 5 % maka HAG dioperasikan.

Sedangkan untuk Coal Mill P 3-4 Pengoperasian Coal Mill adalah


sebagai berikut :
1. Menjalankan grup Silo Dedusting.
2. Menjalankan grup Pulverized Coal Transportation.
3. Menjalankan grup Dust Discharge Grinding System.
4. Menjalankan grup mill fan.
5. Menjalankan grup Hydraulic Grinding System.
6. Melakukan setting controller EICA/7X.02 Header Fan dengan
menaikkan ke posisi 50 %.
7. Controller TICRA/7X.02, menaikkan temperatur sampai 80o
100 oC
Perhatikan :
-

Temperatur dinaikkan pelan-pelan untuk menghindari


kenaikan temperatur yang mendadak.

8. Menjalankan

Dynamic

Air

Separator,

speed

dinaikkan

perlahan-lahan sampai ke nilai yang dikehendaki.


9. Menjalankan grup Mill Drive.
10.Menjalankan grup Material Feeding, controller EICA/7X.02
dinaikkan 100 %.
11.Controller PDICRA/7X.01.

13

Nilai aktual dinaikkan perlahan ke nilai rata-rata yang


dikehendaki.
12.Controller SIRCA/7X.01
Nilai aktual dinaikkan ke rata-rata yang dikehendaki.

Bab II

Pengendalian Operasi Roller mill

14

Untuk mengendalikan coal mill agar didapatkan kestabilan


kondisi selama mill beroperasi maka perlu dilakukan pengendalian
terhadap beberapa variabel parameter pengoperasian mill antara lain ;
1. Pressure drop mill, atau perbedaan tekanan antara inlet
dan outlet mill. Dari angka pressure drop dapat dipredikisi
banyaknya material didalam mill atau ketebalan material
bed di mill table. Dalam operasinya, angka pressure drop
akan

dihubungkan

dengan

jumlah

material

yang

diumpankan ke dalam mill (laju pengumpanan coal) dan


pada umumnya dioperasikan secara automatically. Jika
pressure drop tinggi maka hal ini mengindikasikan jumlah
material atau bed material tinggi untuk itu maka laju
pengumpanan

material

perlu

dikurangi

untuk

mendapatkan kembali kondisi semula. Demikian pula


sebaliknya pressure drop turun meninjukkan material di
dalam mill berkurang dan bed material tipis. Untuk kondisi
demikian harus segera diatasi karena jika terlalu lama
dibiarkan akan merusak table dan komponen lain.
2. Pressure before mill, angka pressure before mill perlu
dijaga untuk mendapatkan kestabilan flow hot gas ke
dalam mill. Harga pressure mill inlet yang menurunl
menunjukkan flow hot berkurang. Dalam kondisi demikian
erlu menambah flow hot gas ke mill dengan membuka
damper mill inlet atau membuka damper sirkulasi agar

15

kebutuhan volume hota gas terpenuhi kembali demikain


pula sebaliknya.
3. Pressure before filter, seperti halnya pressure mill inlet,
pressure before filter juga mengindikasikan besar kecilnya
jumlah gas yang didalam sistem. Hal ini juga dipengaruhi
oleh konsentrasi dust yang terdispersi kedalam aliran gas.
Jika terjadi perubahan flow gas didalam sistem maka
harsu

segera

diantisipasi

agar

kebutuhan

untuk

mengangkut material dan kebutuhan untu pengeringan


tidak terganggu.
4. Temperatur After Mill. Perubahan terhadap angka ini
menunjukkan adanya perubahan pada drying di mill yang
dapat dipengaruhi oleh meningkatnya jumlah moisture
content pada material umpan atau supply hot gas yang
berkurang. Untuk itu perlu menambah jumlah kalori yang
masuk ke mill agar tetap didapatkan produk sesuai
dengan standart yang dapat dilakukan dengan menaikkan
temperature hot gas atau menambah volume hot gas
yang masuk kedalam mill.

16

1. Mill Differensial pressure

: mengendalikan umpan ke mill

2. Pressure before mill

: mengendalikan damper sirkulasi

3. pressure before filter

: mengendalikan damper mill fan

4. Temperature outlet fan : mengendalikan damper hot gas


Gambar 2. 1 Pengendalian Roller mill

17

Bab III

Menghentikan Operasi Coal Mill


Tahapan untuk menghentikan operasi roller mill secara
normal:
1. menutup mill inlet gas damper sampai dengan 40 - 60% dan
buka damper resirkulasi 50 % (bila konsentrasi CO < 0.08 %
atau 800 ppm) untuk menurunkan temperatur Outlet Mill
2. Mengurangi speed extractor sampai 10 - 30%.
3. Mengurangi hydraulic pressure sampai 70 - 100 bar (jika tidak
bisa dioperasikan dari CCP, turunkan pressure dari lapangan)
4. Mengurangi bukaan damper Hot Gas Fan untuk menjaga
pressure dimixing chamber 0 ( -1) mBar
5. Menghentikan salah satu hot gas fan (group mixing chamber )
jika pressure di mixing chamber positif dan tunggu beberapa
saat (5 menit) sampai temperature outlet mill turun (dibawah
70 C)
6. Mengurangi speed extractor bertahap sampai 0 % dan vibrasi
mill mulai agak naik, menunjukkan mill agak kosong, kemudian
group mill feeding distop
7. Segera tutup mill inlet gas damper dan kurangi damper after
filter sampai 10 % untuk mendapatkan pressure inlet mill 1
mbar Kemudian grup auxiliary di stop secara grup/central
(dynamic separator, aeration/sealing air fan, hydraulic dan Mill

18

inlet damper) , kemudian kurangi damper after filter bertahap


s/d 0 % sebelum penyetopan Mill fan
8. menjaga pressure di inlet mill agar konstan atau kearah positif
pada saat melakukan pengurangan damper Mill fan dan
Resirkulasi damper untuk mencegah O2 masuk kedalam system
9. Setelah material transportasi sudah turun (dari pengamatan
ampere Peter pump 40 A) kemudian group LVT ( jika mill
dilengkapi dengan LVT ) dan group gas flow distop kemudian
ventilation valve diexplotion valve dibuka untuk membuang sisa
gas CO
10.Group Transportation distop setelah 5 menit untuk
memastikan bahwa jalur transportasi sudah bersih
11.Setelah group gas flow distop maka mill inlet duct harus dicheck
dan dikuras, sebaiknya sebelum kuras & check inlet mill lakukan
inertization CO2 terlebih dahulu ke mill & Dust Collector 5
menit

Sedangkan untuk Pemberhentian Coal di Plant 3-4 adalah sebagai


berikut :

1. Controller SIRCA/7X.01, ganti ke posisi manual nilai


aktual disetting 0%.
2. Controller PDICRA/72.01, ganti ke posisi manual
turunkan secara perlahan dan controller TICRA 7X02
dibalance.

19

3. Menurunkan speed Dynamic Air Separator perlahanlahan, kemudian matikan.


4. Menunggu sekitar 3 menit sampai jumlah coal yang
sisa digiling habis, kemudian matikan grup mill drive.
5. Jika mill tidak dioperasikan lagi ganti controller
EICA/7X.02 pada posisi maual dan turnkan ke ) %.
6. Mematikan mill fan.
7. Mengganti controller EICA/71.0X pada posisi manual
dan dibalance.
8. Mematikan grup Mill Fan.
9. Mematikan grup Dust Discharge Grinding System.
10. Mematikan grup Silo Dedusting.
11. Mematikan grup Hydraulic Grinding System.

Tahapan untuk menghentikan operasi roller mill pada saat


chimny dust collector dusty:
1. persiapan pemberhentian mill :
a. Kurangi speed extractor bertahap sampai 10 - 30%.
b. Kurangi hydraulic pressure
c. Kurangi damper inlet Fan (Filter fan)
d. Kurangi speed dynamic separator bertahap
e. Tutup mill inlet gas damper sampai dengan 40 - 60% dan
buka damper

resirkulasi (bila konsentrasi 0 2 < 14% dan

CO < 0.08 % atau 800 ppm)


20

f.

Temperature outlet mill diturunkan hingga 60-65 C


dengan mengurangi bukaan damper inlet mill dan
membuka damper resirkulasi

Pada saat melakukan perubahan damper, perhatikan


keseimbangan sistem, pressure mill inlet stabil atau
kearah positif (mencegah O2 masuk kedalam sistem)
2. Mengurangi bukaan damper Hot Gas Fan untuk menjaga
pressure dimixing chamber dan/atau Stop salah satu hot gas fan
(group mixing chamber ).
3. Lakukan hal tersebut diatas sampai batas feeding minimum
dimana vibrasi mill mulai agak naik, menunjukkan mill agak
kosong dan separator speed minimum.
4. Kemudian group mill feeding distop
5. Segera tutup mill inlet gas damper dan damper after filter
sampai 0 % ( dan actuator LVT sampai 0 % jika LVT dijalankan ),
STOP grup Gas Flow (dan Group LVT jika dijalankan) dan STOP
dynamic separator.
6. Segera lakukan inertisation/tembak CO2 ke Mill dan dust
collector.
7. Group Transportation distop setelah 5 menit
Pengurasan inlet mill dilakukan setelah parameter mill
mengindikasikan aman(CO : 0 ppm, Trend Temperature mill
inlet dan Outlet tidak menunjukkan kenaikan dari
temperature akhir pemberhentian mill)

21

Tahapan untuk menghentikan operasi roller mill pada saat


mill drive /feeding tripp :
1. Sesaat setelah mill drive trip dan feeding trip lakukan hal-hal
berikut :
-

Mengurangi mill fan damper sampai dengan 10 % (dan atau


pressure inlet mill -1 mbar)

Membuka damper resirkulasi > 50 % (sesuaikan % damper


untuk mendapatkan pressure mill inlet -1 mbar

Menutup damper mill inlet damper sampai dengan 0 %.

Menurunkan speed separator pada minimum speed.

2. Mengurangi bukaan damper Hot Gas Fan untuk menjaga


pressure dimixing chamber 0 ( -1) mBar.
3. Stop salah satu hot gas fan (group mixing chamber ) jika
pressure di mixing chamber positif
4. Amati dan kontrol temperatur mill outlet dengan mengatur
damper resirkulasi dan damper mill fan.
5. Atasi problem yang menyebabkan mill trip, jika dalam 10 menit
belum teratasi, Grup Gas Flow di STOP.
6. Stop grup auxiliary.
7. Setelah material transportasi sudah turun (dari pengamatan
ampere Peter pump 40 A) kemudian Group Transportation
distop

22

8. Setelah group gas flow distop maka mill inlet duct harus dicheck
dan dikuras, sebaiknya sebelum kuras& check inlet mill lakukan
inertization CO2 terlebih dahulu ke mill & Dust Collector 5
menit.

Tahapan untuk menghentikan operasi roller mill pada saat


power tripp :
1. Lakukan pengecekan ke lapangan dan inspeksi area Dust
collector, Rotary Feeder dan mill pastikan tidak terdapat
manhole yang terbuka dan tidak terdapat bara.
2. Lakukan pengurasan material di inlet mill dan pastikan tidak
terdapat bara di area mill inlet dan tutup kembali manhole
dengan rapat.
3. Selama power masih belum on, monitor dust collector, rotary
feeder dan mill dan tidak terjadi kenaikan temperatur pada
casing sebagai indikator terjadinya bara pada peralatan
tersebut.
4. Jika terdapat kenaikan temperatur dan terdapat bau CO segera
lakukan inertization CO2 10 menit (hubungi petugas BPK jika
hal tersebut diatas belum menolong hubungi BPK dan
pemadaman dibawah kordinasi Foreman Coal Mill)
5. Manhole di dust collector dan Rotary Feeder jangan dibuka
kecuali untuk pekerjaan pemadaman bara.

Langkah-langkah pada saat power on :


23

1. Jalankan cooling water pump dan compressor


2. Jalankan grup Transportasi fine coal 15 menit untuk
pengosongan material di hopper

3. Lakukan purging lokal saat grup transportasi fine coal masih


running

4. Kosongkan material didalam mill dengan menjalankan auxiliary


drive sebelum mill dijalankan

5. Monitor parameter operasi seperti CO, Mill outlet temperature,


mill inlet temperature dan delta temperature before dan after
dust collector. (lakukan pemadaman dengan air atau CO2 jika
trend menunjukkan kenaikan)

24

Bab IV

Mengendalikan Raw Coal Feeding system

Raw coal Handling


Api

dapat menyala pada tumpukan batubara tanpa diketahui

tetapi karena pada awalnya hanya berupa nyala yang kecil dan
kemudian membesar maka masalah ini akan lebih mudah ditangani
jika

penumpukan

batubara

dilakukan

dengan

baik.

Terjadinya

penyalaan batubara pada Raw coal dapat disebabkan oleh beberapa


faktor antara lain :
-

Ukuran dan jenis coal

Moisture content

Iklim

Keadaan storage

Dan kemungkinan udara masuk kedalam tumpukan raw


coal di dalam storage sehngga terjadi oksdasi

Kemungkinan terjadinya penyalaan batubara dapat dikurangi


antara lain dengan cara berikut :

Membatasi tinggi stock pile


25

VM 15-40 %, max. 8 meter

Lignite, max. 6 meter

Pemadatan selama penumpukan batubara

Memasang penahan angin dari samping

Memonitor temperatur stock pile

Raw coal hopper : level dijaga sepenuh mungkin

Jika pada kondisi tertentu diperlukan storage/stockpile yang berukuran


besar dan tinggi, penanganannya dianjurkan sbb :
-

Tumpukan

batubara

dibentuk

dengan

lapisan-lapisan

tipis

dengan ketebalan 500mm dan setiap penambahan dipadatkan


-

Sudut kemiringan < 14 derajat agar didaptkan efek segregasi

Permukaan harus mulus

Secara periodik dilakukan pengukuran pada kedalaman 1-2


meter dibawah permukaan setiap 10 meter.

Dalam hal batubara telah menyala dan terbakar maka penanganannya


dilakukan sbb :

Menggali dan diserakkan (spot)

Mengisolasi dan memisahkan (menyebar)

Menambahkan raw coal yang dingin

Pemadaman dengan air :

Raw coal yang terbakar harus disebar

Sebaiknya dengan spray water

Tahapan untuk menjalankan HAG


A. Persiapan Operasi

26

1. Buka sliding damper outlet duct HAG


2. Atur tekanan di Mixing Chamber 3 mBar dengan
mengatur bukaan damper hot gas fan.
B. Menjalankan HAG

12. Buka valve gas igniting


13. Start group Hot Gas Generator
14. Perhatikan indikasi Flame On Burner complete, jika
indikasi

sudah

on

atur bukaan

damper combustion

(damper yang mengatur jumlah flow Oil ke burner) dan


damper dillution (mengatur jumlah Udara yang akan
dipanaskan).

15. Dalam kasus untuk menaikkan temperatur Hot gas ke


Inlet Mill maka temperatur

HAG dijaga > temperatur

Mixing Chamber
Catatan
1. Jika HAG Stop, tutup kembali Sliding damper outlet duct.
2. HAG dijalankan jika :
a. Mill Outlet temperature < 70C dan / atau Moisture
content fine coal > 5 %.
b. Volume Hot gas kurang (pressure mixing chamber < -4
mBar dan Pressure di mill inlet

< -12 mBar

27

Anda mungkin juga menyukai