bergelombang atau sangat berpadu. Permukaan kayunya agak licin sampai licin
dan agak mengkilap.
Kayu meranti merah mempunyai gambaran berupa pita pada bidang
radialnya dan juga terdapat gambaran jari-jari yang kurang jelas. Rata-rata berat
jenis kayu meranti merah bervariasi menurut jenisnya dari 0,40-0,77. Kelas kuat
berkisar antara II-IV. Kelas awetnya secara umum termasuk dalam kelas III-IV.
Sifat kimia dari kayu meranti merah adalah kadar selulosa 49,6-56,1%, kadar
pentosan 8,2-24,21%, kadar abu 0,24-0,86%, kadar silika 0,06-0,86% dan kadar
ekstraktif larut alkohol-benzen 0,6-5,39% (Martawijaya et al., 1989). Sedangkan
kadar lignin berkisar antara 24,48-30% (Syafii et al., 1988).
Kimia Kayu
Gambaran
yang
disederhanakan
menunjukkan
bahwa
selulosa
Gambar 1. Skema dinding sel kayu dan hubungan lignin, selulosa dan hemiselulosa
dalam dinding sekunder. M.L: lamella tengah, P: dinding primer, S1: dinding sekunder 1,
S2: dinding sekunder 2, S3: dinding sekunder 3 (Kirk dan Cullen,1998)
Selulosa
Selulosa merupakan konstituen utama kayu. Kurang lebih 40-45% bahan
kering kayu (baik kayu daun jarum maupun kayu daun lebar), terutama di dinding
sekunder terdiri dari selulosa. Dalam dinding sel kayu, selulosa berfungsi untuk
memberikan kekuatan (Sjostrom, 1995).
Selulosa adalah polimer rantai panjang yang tersusun dari monomer -Dglukosa dalam bentuk piranosa yang bersatu dengan menggunakan ikatan -1,4-
glikosida. Ikatan menunjukkan bahwa tiap unit glukosa membentuk rotasi 180o.
Perputaran ini menyebabkan selulosa memiliki simetrisitas yang tinggi.
Pasangan antara molekul selulosa yang berdekatan terjadi karena ikatan
hidrogen dan gaya Van der Waals menghasilkan susunan paralel sejajar dan
struktur kristalin (Gambar 2B)(Zhang dan Lynd, 2004). Molekul-molekul selulosa
seluruhnya berbentuk linier dan memiliki kecenderungan membentuk ikatan -OH
intramolekul (antara monomer glukosa dalam 1 rantai selulosa yang sama) dan
intermolekul (antara monomer glukosa dari 2 rantai selulosa yang berdekatan).
Pada kedua ujung rantai selulosa terdapat gugus OH tetapi dengan perilaku yang
berbeda. Gugus C1-OH adalah gugus hidrat aldehida yang mempunyai sifat
pereduksi, sedangkan gugus OH pada akhir C4 merupakan gugus hidroksil
alkohol yang bersifat non pereduksi (Fengel dan Wegener, 1995).
A
HO
OH
HO
HO
OH
HO
OH
O
HO
OH
O
HO
OH
HO
HO
OH
1,04 nm
Hemiselulosa
Hemiselulosa adalah rantai polimer bercabang dari berbagai jenis monomer
(monosakarida) yang berbeda atau sering disebut heteropolimer. Monomermonomer hemiselulosa antara lain D-glukosa, D-manosa, D-galaktosa, D-xilosa,
L-arabinosa dan sedikit L-ramnosa. Kebanyakan hemiselulosa mempunyai
derajat polimerisasi 100-200 (Sjostrom, 1995).
Goldstein (1981) menyatakan bahwa prosentase hemiselulosa di dalam
kayu daun lebar kurang lebih adalah 30%, sedangkan pada kayu daun jarum
adalah 25%. Komposisi jenis hemiselulosa antara kayu daun lebar dan kayu
daun jarum juga berbeda. Hemiselulosa utama dalam kayu daun lebar adalah
xilan. Xilan merupakan suatu homopolimer yang tersusun dari xilosa sebagai
rangka dasar dan asam turunan asam uronat pada cabang rantai tiap 10 satuan
xilosa, selain itu pada cabang rantai juga terdapat arabinosa (Gambar 3A). Pada
hemiselulosa kayu daun lebar kandungan manan hanya terdapat dalam jumlah
kecil. Galaktoglukomanan merupakan hemiselulosa pokok pada kayu daun jarum
(kurang lebih 20%). Struktur tulang punggungnya tersusun atas glukopiranosa
dan manopiranosa dengan ikatan -1,4-glikosida (Gambar 3B).
A
HO
OR
HO
OR
O
O
HO
HO
O
HO
OR
H3 CO
CO2 H
CH2 OH
OR
OR
CH2 OH
OR
O
O
HO
OH
HO
OR
O
CH2 O
HO
O
OR
OR
HO
CH2 OH
Lignin
Lignin adalah suatu kompleks polimer 3 dimensi yang diproduksi secara in
vivo oleh enzim penginisiasi polimerisasi dehidrogenatif dari 3 monomer
fenilpropana, yaitu p-hidroksilamin alkohol, koniferil alkohol dan sinapil alkohol.
Polimer lignin terbentuk melalui ikatan eter yang terdiri dari unit-unit fenilpropana
yang saling bergabung (Gambar 4). Biosintesis lignin dari unit fenilpropana
dinyatakan secara umum sebagai polimerisasi dehidrogenatif. Kompleks polimer
lignin berperan sebagai pemberi kekuatan fisik, pertahanan terhadap serangan
mikrobia dan pertahanan terhadap permeabilitas air ke matrik polisakarida
dinding sel tumbuhan (Whetten et al., 1998).
Parakomaril alkohol
Koniveril alkohol
Sinapil alkohol
mikrobial seperti jamur. Oleh karena itu biodegradasi lignin biasanya terjadi
melalui aktivitas enzim ekstraseluler dari organisme pendegradasi lignin.
Menurut Campbell and Sederoff (1996) kandungan struktur dan komposisi
lignin bervariasi pada populasi tanaman spesies tertentu. Gimnospermae
(kelompok kayu daun jarum), mempunyai lignin yang subunit penyusun
utamanya adalah guaiasil (> 90%) dengan sedikit p-hydroxyphenyl yang tidak
termetoksilasi. Tipe lignin dari angiospermae (kelompok kayu daun lebar) adalah
lignin guaiasil-siringil, yang terbentuk dari ko-polymerisasi koniferil and sinapil
alkohol. Lignin rumput-rumputan tersusun atas subunit siringil, guaiasil dan phydroxyphenyl dengan perbandingan komposisi berturut-turut 40% : 40% : 20%
(Stenius, 2000).
Prosentase lignin pada kayu daun lebar kurang lebih adalah 20%, dan lebih
banyak dijumpai jenis lignin guaiasil-siringil dengan nisbah bervariasi dari 4:1
hingga 1:2 (Sjostrom, 1995). Kayu daun lebar dengan kandungan lignin siringil
yang lebih banyak (perbandingan siringi:guaiasil (S/G rasio) yang tinggi)
mempunyai laju delignifikasi yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan kayu
daun lebar yang sedikit mengandung lignin siringil (S/G rasio yang rendah). Kayu
sengon mempunyai nilai S/G rasio sebesar 2,03 sedangkan kayu meranti
mempunyai nilai S/G rasio sebesar 1,87 (Syafii, 2001).
Kurang lebih 100 unit glukan selulosa bergabung menjadi serat elementari
dengan lebar daerah kristalin 4-5 nm, dan sekitar 40 serat elementari ini tertanam
dalam matrik hemiselulosa membentuk mikrofibril dengan ketebalan 7-30 nm.
Selanjutnya proses lignifikasi terjadi pada bagian akhir proses pembentukan
serat alami, sehingga lignin terletak terutama pada bagian luar mikrofibril dengan
ikatan kovalen dengan hemiselulosa (Zhang dan Lynd, 2004).
Interaksi antara lignin dengan polisakarida lebih dipengaruhi oleh ikatan
kimia daripada bentuk-bentuk asosiasi seperti ikatan hidrogen, gaya Van der
Waals dan khemosopsi (Fengel dan Wegener, 1984). Ikatan kimia yang bersifat
stabil yang paling banyak ditemukan pada kompleks lignin karbohidrat adalah
ikatan ester. Ikatan ester terjadi antara gugus karboksil bebas dari asam uronik
pada hemiselulosa dan gugus benzil pada lignin (Jeffries, 1994). Jenis ikatan lain
yang ditemukan pada kompleks lignin karbohidrat adalah ikatan eter dan
glikosida.
CH 2 O
O
HOCH 2
CH
CH
4-O-Me-glucoronic
CH 2 O
O
CH 2 O
OH
HO
-(1-4)-D-xylan
HO
O
HO
OH
HO
O
HO
OH
O
HO
OH
H2 C
a-(1-3)-L-arabinosa
OH
OH
OH
OH
Zat ekstraktif terdiri dari berbagai jenis komponen senyawa organik seperti
minyak yang mudah menguap, terpen, asam lemak dan esternya, lilin, alkohol
polihidrik, mono dan polisakarida, alkaloid, dan komponen aromatik (asam,
aldehid, alkohol, dimer fenilpropana, stilbene, flavanoid, tannin dan quinon). Zat
ekstraktif adalah komponen diluar dinding sel kayu yang dapat dipisahkan dari
dinding sel yang tidak larut menggunakan pelarut air atau organik (Lewin dan
Goldstein, 1991). Kayu teras secara khas mengandung zat ekstraktif jauh lebih
banyak dari pada kayu gubal. Kandungan zat ekstraktif dalam kayu biasanya
kurang dari 10% (Sjostrom, 1995).
Kandungan dan komposisi zat ekstraktif berubah-ubah diantara spesies
kayu, dan bahkan terdapat juga variasi dalam satu spesies yang sama
tergantung pada tapak geografi dan musim. Sejumlah kayu mengandung
senyawa-senyawa yang dapat diekstraksi yang bersifat racun atau mencegah
bakteri, jamur dan rayap. Selain itu zat ekstraktif juga dapat memberikan warna
dan bau pada kayu (Fengel dan Wegener, 1995).
Kayu juga mengandung komponen-komponen anorganik. Komponen ini
diukur sebagai kadar abu yang jumlahnya jarang melebihi 1% dari berat kering
kayu. Abu ini berasal terutama dari berbagai garam yang diendapkan dalam
dinding sel dan lumen (Sjostrom, 1995). Fengel dan Wegener (1995)
menyatakan bahwa komponen abu utama dalam kayu adalah Ca (hingga 50%),
K dan Mg, yang diikuti oleh Mn, Na, P dan Cl. Selain itu juga masih terdapat
unsur-unsur lain yang disebut sebagai unsur runut dengan konsentrasi di dalam
kayu tidak lebih dari 50 ppm.
Mineral tidak hanya terikat dalam diding sel tetapi juga diendapkan dalam
rongga sel parenkim dan dalam serat libriform. Endapan mineral kebanyakan
terdiri atas kalsium karbonat, kalsium oksalat dan silikat yang mempunyai bentuk
yang berbeda-beda. Kristal yang muncul dalam kayu setelah terserang oleh
ligninase
dari
Phanerochaete
chrysosporium
(kemudian
disebut
Gambar 9. Skema lignolitik dari jamur pembusuk putih (Kirk dan Cullen, 1998)
Zabel dan Morrell (1992) menyatakan bahwa hasil analisis dari lignin sisa
degradasi oleh jamur pelapuk putih mengindikasikan hilangnya gugus metoksil
dan peningkatan kadar oksigen dan hidroksil. Perubahan struktur utama dari
lignin meliputi:
1. Demetilasi
OCH3
OH
CH2
OCH3
OCH3
3. Pembelahan dari rantai samping antara a dan karbon dari unit phenyl
propane
CH2
O
C
C
CC
O2
O
C
C=
CH2
OH
C
=
C=
O
O2
O
C=
O
OCH3
HO
O
H
OCH
OCH3
OCH3
O
H
OH
C=O
C
C
OCH3
OH
Trichoderma viride Person and Fries. adalah kapang yang termasuk dalam
genus trichoderma, famili monialiaceae, ordo moniales dan kelas fungi imperfecti.
Kapang trichoderma mempunyai cirri-ciri spesifik antara lain: miselium bersekat,
bercabang banyak, konidiospora berseptat dan cabang paling ujung berfungsi
sebagai sterigma, konidia berwarna hijau cerah dan bergerombol menjadi satu
membentuk bola, serta berkas-berkas hifa berwarna putih terlihat menonjol jelas
diatas konidiospora (Waluyo, 2004).
T.viride merupakan salah satu jamur pelapuk lunak yang memproduksi
komplek enzim selulase yang lengkap yaitu endoselulase dan eksoselulase yang
dapat memutus selulosa kristalin. Penelitian mengenai pemisahan komplek
dengan
bertunas
(Pelczar
dan
Chan,
1986).
Dinding
sel
selobiosa.
Selain
itu
enzim
ini
dapat
menghidrolisis
Daerah
Daerah
Kristalin
Amorf
(Wibowo, 1990). Monomer gula dapat diubah secara anaerobik menjadi alkohol
oleh bermacam-macam mikroorganisme. Fermentasi gula sederhana (sukrosa
dan glukosa) menjadi etanol memiliki persamaan stoikiometri, yaitu:
C12H22O11 + H2O
C6H12O6
4 C2 H5OH + 4 CO2
2 C2H5OH + 2 CO2